DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ADENOMA THYROID
JAWABAN:
A. ADENOMA THYROID
• Adanya keluhan benjolan pada leher yang
semakin membesar dengan tanda-tanda
tirotoksikosis hipertiroidisme
adenoma tyroid benjolan pada leher
yang berbenjol-benjol dan tidak nyeri.
• Subakut tiroiditis ditandai dengan adanya demam dan
nyeri pada kelenjar tiroid yang didahului oleh infeksi virus
seperti ISPA.
• Grave disease kondisi hipertiroidisme yang disebabkan
autoimun. Pada grave disease dapat ditemui adanya
eksoftalmus, serta pembesaran struma difus.
• Tiroiditis peradangan pada kelenjar tiroid yang dapat
bersifat akut, subakut atau kronis.
• Ca tiroid massa pada kelenjar tiroid yang tumbuh
dengan cepat dan dapat menyebabkan obstruksi jalan
napas. Pada Ca tiroid biasanya tidak menyebabkan
hipertirodisme
Klasifikasi Struma
Struma
Difusa Nodosa
Konsumsi goitrogen :
Hashimoto Tiroidiitis,
PTU atau litihium dan Adenoma toksik,
Iodium Defisiensi Grave’s Disease
Iodium defisiensi (late Plummer’s Disease
(Early), Paparan radiasi
stage)
Nodul Tiroid
• Neoplasma endokrin
paling sering ditemukan.
• Lebih sering pada wanita.
• Berdasarkan tampilan
klinis:
– Nodul soliter
– Nodul multipel
• Berdasarkan fungsi:
– Nodul hiperfungsi
– Nodul hipofungsi
– Nodul berfungsi normal
Karakteristik Nodul
Ganas Jinak
• Keluhan suara serak, susah napas, • Konsistensi lunak, rata, dan tidak
batuk, disfagia. terfiksir
• Konsistensi padat, keras, tidak rata, • Batas tegas.
terfiksir. • 80% nodul soliter bersifat jinak.
• Infiltrasi nodul ke jaringan sekitar. • Riwayat keluarga tiroiditis
• 20% nodul soliter bersifat ganas Hashimoto atau penyakit tiroid
• Muncul tiba-tiba atau cepat autoimun.
membesar. • Riwayat keluarga dengan nodul
• Limfadenopati servikal. tiroid jinak atau goiter.
• Riwayat keganasan tiroid • Gejala hipotiroidisme atau
sebelumnya. hipertiroidisme.
• Riwayat radiasi pengion pada saat • Nyeri dan kencang pada nodul.
kanak-kanak. • Struma multinodular tanpa nodul
dominan dan konsistensi sama.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HIPERPATIROID PRIMER
JAWABAN:
B. HIPERPARATIROID PRIMER
• Adanya keluhan berupa nyeri abdomen
berulang + peningkatan kadar kalsium
serum dan PTH hiperparatiroid primer.
• Pada hiperparatiroid primer peningkatan
kadar PTH hiperkalsemia
penumpukkan kristal kalsium di ginjal
sehingga menyebabkan timbulnya gejala
batu saluran kemih dan nyeri abdomen.
• Hipoparatyroid dapat disebabkan karena post tiroidektomi.
Keluhan pasien biasanya berupa lemas dan pada PF akan
ditemukan chovstek dan trosseu sign (+).
• Hiperparatiroid sekunder merupakan suatu bentuk
kompensasi tubuh terhadap hipokalsemia. Pada hiperparatiroid
sekunder, kadar kalsium serum normal atau rendah.
• Hiperparatiroid tersier terjadi akibat hiperparatiroidisme
sekunder yang berkepanjangan kelenjar paratiroid secara
autonomic mengeluarkan hormon terus menerus.
• Hipotiroid ditandai dengan peningkatan berat badan, tidak
tahan dingin, konstipasi dan penurunan konsentrasi.
Hiperparatiroid
• Hyperparathyroidism is an endocrine disorder caused by
excessive secretion of parathyroid hormone (PTH) from the
parathyroid glands.
Hiperparatiroid
Hiperparatiroid
• Primary hyperparathyroidism
– Usually due to parathyroid adenoma or
hyperplasia. Hypercalcemia, hypercalciuria (renal
stones), polyuria (thrones), hypophosphatemia.
– Most often asymptomatic.
– May present with weakness and constipation
(“groans”), abdominal/flank pain (kidney stones,
acute pancreatitis), neuropsychiatric
disturbances (“psychiatric overtones”).
Hiperparatiroid
• Secondary hyperparathyroidism
– 2° hyperplasia due to decrease Ca2+ absorption
and/or increase PO4,
– most often in chronic kidney disease (causes
hypovitaminosis D and hyperphosphatemia
decrease Ca2+).
• Tertiary hyperparathyroidism
– Refractory (autonomous) hyperparathyroidism
resulting from chronic kidney disease.
– Increase PTH, Ca2+.
Tatalaksana
• Surgery is the only definitive treatment for symptomatic primary
hyperparathyroidism.
• Avoid medications that precipitate hypercalcemia (e.g., thiazide or
lithium).
• Because inadequate calcium and vitamin status stimulates PTH, it is
not necessary to restrict calcium and vitamin D intake.
• Vitamin D replacement safely improves vitamin D level and
decreases PTH level without significantly increasing serum calcium
level and urinary calcium excretion.
• Encourage physical activity since immobilization increases bone
resorption.
• Recommend adequate hydration (at least 2 L) to minimize the risk
of nephrolithiasis.
3
• Tn. Ignis the Anointed One, 45 tahun, datang dengan keluhan
nyeri pada kaki kanan yang memberat 1 minggu ini. Keluhan
ini telah dirasakan berulang selama 1 tahun. Sebelumnya
pasien mengaku nyeri pada kaki memberat jika beraktivitas
dan berkurang jika istirahat. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kaki menghitam, dingin dan pulsasi arteri dorsalis
pedis tidak teraba.
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE
JAWABAN:
D. USG DOPPLER
• Pasien ini kemungkinan mengalami CLI
claudication intermitten dan menurunnya
pulsasi pada arteri dorsalis pedis.
• Adanya gambaran nekrosis pada kaki pasien
derajat CLI yang terjadi termasuk kedalam
stage 4 atau disebut juga dengan critical limb
ischemia.
• Untuk pemeriksaan penunjang USG
doopler untuk melihat aliran darah pada arteri
• CT-Scan dan MRI kurang tepat karena yang
dilakukan adalah angiografi menggunakan CT
scan dan MRI
• Foto Rontgen tidak dapat melihat kelainan
pembuluh darah
• Barium meal tidak dapat melihat kelainan
pembuluh darah
PAD Classification
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS EDEMA PARU AKUT
JAWABAN:
E. FUROSEMID
• Pada pasien terdapat DOE yang memberat
secara akut, orthopneu dan riwayat
hipertensi.
• Adanya gambaran ronchi pada kedua
lapang paru, gallop dan bat wing
appearance edema paru akut.
• Salah satu tatalaksana dari edema paru
akut pemberian furosemide.
• Clopidogrel, aspirin dan dopamin bukan
tatalaksana edema paru akut
• Nitrogliserin dapat diberikan setelah
furosemide untuk mengurangi preload jantung
Edema Paru Akut
• Edema paru timbul bila cairan yang difiltrasi oleh
dinding mikrovaskuler lebih banyak dari yang bisa
dikeluarkan.
• Edema paru akut dapat terjadi karena penyakit jantung
maupun penyakit di luar jantung ( edema paru
kardiogenik dan non kardiogenik ).
• Edem paru kardiogenik disebabkan oleh peningkatan
tekanan hidrostatik
• edem paru nonkardiogenik disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas pembuluh darah paru
• yang menyebabkan meningkatnya cairan dan protein
masuk ke dalam interstisial paru dan alveolus
Edema Paru Akut
• Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan
dari darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke
alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau
melalui saluran limfatik.
Klinis
• Sianosis sentral
• Sesak nafas dengan bunyi napas melalui mukus berbuih
• Ronkhi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi
hampir seluruh lapangan paru; kadang-kadang disertai
ronki kering dan ekspirasi yang memanjang akibat
bronkospasme sehingga disebut asma kardial
• Takikardia dengan gallop S3
• Murmur bila ada kelainan katup
Edema paru
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HEPATITIS AKUT
JAWABAN:
D. HEPATITIS AKUT
• Adanya keluhan nyeri perut kanan dan
demam menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami infeksi.
• Infeksi pada pasien adalah berupa hepatitis
akut sklera ikterik, nyeri hipokondria
kanan, hepatomegaly, leukositosis dan
peningkatan kadar bilirubin serta enzim
hati.
• Kolesistitis nyeri perut kanan atas, demam,
murphy sign (+)
• Pankreatitis pada keadaan akut dapat
ditemukan peningkatan amilase dan lipase,
pada keadaan kronik dapat ditemukan
kalsifikasi pankreas
• Kolelithiasis kolik abdomen dan terkait faktor
risiko 4F
• Abses hepar Ludwig sign (+) dan gambaran
hypoechoic pada USG hepar
Hepatitis
• Inflamasi hepar yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab.
• Penyebab hepatitis: autoimun, hepatitis imbas obat, virus, alkohol,
dan lain-lain.
• Virus hepatitis merupakan infeksi sistemik yang dominan
menyerang hepar. Hepatitis jenis ini paling sering disebabkan oleh
virus hepatotropik (virus Hepatitis A, B, C, D, E).
• Incubation periods for hepatitis A range from 15–45 days (mean, 4
weeks), for hepatitis B and D from 30–180 days (mean, 8–12
weeks), for hepatitis C from 15–160 days (mean, 7 weeks), and for
hepatitis E from 14–60 days (mean, 5–6 weeks).
Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. 2011.
Hepatitis
6
• Tn. Lu Bu the Great Warlord, 65 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan sesak napas yang memberat sejak 1 hari ini. Keluhan
ini sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan sering hilang
timbul sejak 1 tahun yang lalu. Pasien aktif merokok sejak usia
17 tahun hingga 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan batas jantung kanan pada linea parasternalis
dekstra, irama gallop, distensi vena jugularis, udem perifer.
PATOFISOLOGI…
DIAGNOSIS COR PULMONALE
JAWABAN:
A. KEGAGALAN JTG KANAN AKIBAT OBSTRUKSI PARU
• Adanya sesak yang memberat sejak 1 hari
dengan riwayat sesak yang hilang timbul
disertai riwayat merokok mengalami cor
pulmonale.
• Kor pulmonale gagal jantung kanan yang
disebabkan oleh adanya penyakit pada
parenkim paru yang salah satu
penyebabnya dapat disebabkan oleh
penyakit obstruksi paru seperti PPOK.
• Kegagalan jantung kiri akibat kelainan katup
pada pasien akan ditemukan tanda-tanda
kelainan katup seperti murmur.
• Gangguan metabolic penyakit seperti DM
dapat menyebabkan kardiomiopati hingga CHF,
namun pada soal diatas tidak jelas gangguan
metabolic pada pasien.
• Penumpukan plak lipid pada vaskuler
menyebabkan penyakit jantung coroner.
• Pembentukan thrombus vaskuler
menyebabkan sindrom coroner akut.
Cor Pulmonale
Definisi Manifestasi Klinis
• Cor pulmonale kelainan jantung • Sesak napas, sianosis,
kanan berupa hipertrofi dan dilatasi bendungan vena leher, barrel
ventrikel kanan sekunder karena chest,
hipertensi pulmonal sebagai akibat
penyakit parenkim atau vaskuler • Kelainan pemeriksaan fisis
paru sesuai dengan kelainan paru
dan jantung.
Etiologi
• Penyakit obstruktif paru kronis. Pemeriksaan
• Hipoventilasi kronis. • Pemeriksaan EKG didapatkan
• Kelainan pembuluh darah paru. RAD/RVH, artimia
• Kelainan parenkim paru. supraventrikular/ventrikular.
• Dapat didapatkan polisitemia
Gambaran Radiologis Cor Pulmonale
• Didapatkan
dilatasi arteri
pulmonal sentral
dan hipertrofi
ventrikel kanan.
(From Crawford MH et al
[eds]:Cardiology,ed 2, St Louis, 2004,
Mosby.
7
• Tn. Slimz the Trustworthy, 60 tahun, datang ke RS dengan
keluhan sering buang air kecil sejak 1 minggu SMRS.
Pasien mengaku saat buang air kecil terasa nyeri sehingga
tidak lampias dan nyeri tekan suprapubik (+). Pada
pemeriksaan didapatkan TD 110/90 mmHg, HR 82x/menit,
RR 18x/menit, suhu 36,5C.
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS SISTITIS
JAWABAN:
B. KULTUR URIN
• Pasien mengalami sistitis (sering buang air
kecil, air kecil terasa nyeri, nyeri tekan
suprapubik (+)) ISK bagain bawah.
• Pada sistitis pemeriksaan baku emas kultur
urin.
• Dimana pada pasien dewasa dapat dilakukan
pemeriksaan urin pancaran tengah.
• Jika ditemukan kuman >10.000 maka
mengarahkan kecurigaan ke arah ISK.
• Urinalisis merupakan pemeriksaan awal,
dapat melihat peningkatan leukosit, leukosit
esterase dan nitrit.
• USG tidak dilakukan untuk menegakkan ISK
• Pemeriksaan ginjal dilakukan jika terdapat
penyulit seperti hidronefrosis
• Foto rontgen dilakukan jika curiga terdapat
penyulit seperti batu saluran kemih
Pemeriksaan ISK
• Urinalysis with microscopic evaluation of clean-catch urine
for bacteria and pyuria.
• The presence of ≥10 leukocytes/μl of unspun urine from a
midstream catch indicates UTI.
• If urine dipsticks are used, the presence of positive nitrite
and positive leukocyte esterase is indicative of UTI in a
symptomatic patient.
• The role of pretreatment urine culture in the evaluation of
suspected UTI is to confirm the presence of bacteriuria
and to identify and provide antibiotic susceptibility
information on the causative organism
• Complete blood count with differential (shows
leukocytosis)
Pemeriksaan Kultur
• Empiric antimicrobial therapy should be initiated
promptly, taking into account risk factors for drug
resistance
– risk factors for drug resistance including:
• previous antimicrobial use and
• results of recent urine cultures, with subsequent adjustment
guided by antimicrobial susceptibility data.
• Urine culture and susceptibility testing should be
performed in all patients, and the initial empiric
regimen should be tailored appropriately to the
susceptibility profile of the infecting pathogen.
• Results of urine culture and susceptibility testing
should be followed to ensure that the chosen empiric
antimicrobial regimen is appropriate and to guide
selection of definitive therapy.
Infeksi Saluran Kemih
• Traditionally, >100,000 CFU/mL is
used to exclude contamination.
• In women with symptoms of cystitis,
a threshold of >102 bacteria/mL is
more sensitive (95%) & specific
(85%) than a threshold of 105/mL for
the diagnosis of acute cystitis.
• In men, the minimal level indicating
infection appears to be 103/mL.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS NAFLD
JAWABAN:
D. NON ALCOHOLIC FATTY LIVER DISEASE
• Pasien kemungkinan mengalami fatty liver non alcohol
yang disebabkan karena hiperkolesterolemia dan saat ini
terdapat peningkatan enzim hepar. Adanya gambaran
bright liver echo menujukkan bahwa pasien mengalami
hepatic steatosis.
• Alcoholic liver disease terjadi akibat konsumsi alcohol
kronis dimana biasanya ditemukan peningkatan yang
lebih tinggi dari SGOT (SGOT/SGPT ratio 2:1). Selain itu
pada Alkoholic liver disease jarang terjadi pada pasien
yang konsumsi alcohol ringan atau sedang (< 15 kali per
minggu pada laki-laki dan < 10 kali per minggu pada
perempuan) dengan standar minum per kali untuk beer
360 mL dan wine 150 mL.
• Autoimun hepatitis ANA dan anti smooth
musle antibody merupakan marker untuk
autoimun hepatitis.
• Infeksi hepatitis B kronis Pada pasien
serologi hepatitis B menunjukkan bahwa pasien
pernah diimunisasi dengan hepatitis B.
• Primary biliary cholangitis ditandai dengan
destruksi dari saluran empedu intrahepatic
yang menyebabkan stasis bilier dan sirosis.
Gejala klinis meliputi gatal, lelah, peningkatan
alkaline phosphatase dan antimitokondrial
antibodi
Non Alcoholic Fatty Liver Disease
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS SLE
JAWABAN:
B. REAKSI AUTOIMUN
• Pasien kemungkinan mengalami SLE atas
dasar ditemukannya ruam pada wajah yang
semakin jelas jika terpapar sinar matahari.
• SLE merupakan penyakit sistemik akibat
autoimun yang salah satu manifestasinya
dapat terjadi pada kulit yang disebut
dengan malar rash.
• Penggunaan krim malam dan siang hari, hingga iritasi
pada pasien krim malam digunakan setelah
timbulnya rash, bukan sebelum rash muncul.
• Akibat terpapar sinar matahari sinar matahari
hanya memperjelas malar rash pada wajah pasien,
bukan menjadi penyebab.
• Produksi keringat yang banyak di wajah tidak ada
hubungan dengan malar rash
• Penggunaan kontrasepsi oral kalainan kulit yang
muncul umumnya adalah melasma, suatu bercak
hiperpigmentasi berukuran macula yang muncul
simetris pada wajah.
SLE
• Merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis peradangan pada
kulit, sendi, ginjal, paru-paru, sistem saraf dan organ tubuh lainnya
• Kebanyakan mengenai
– wanita : pria 9-14:1
– usia reproduksi, 20 sampai 30 tahun
– kelompok kulit hitam dan Asia.
• Predisposisi yang ada pemicu kacaunya sistem toleransi
imunologis sehingga respon imun melawan antigen diri sendiri.
– Faktor genetik
– imunologik
– hormonal serta
– Lingkungan
(Diagnosis harus memenuhi 4 dari 11 kriteria)
10
• Ny. Payna Faerie Guardian, umur 30 tahun, datang
dengan keluhan sesak 2 hari yang lalu disertai batuk dan
sesak 4 hari yang lalu. Wanita ini merupakan penjual ayam
yang terkenal di pasar inpres. Ayamnya mendadak mati 6
hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan 132/28
mmHg, nadi 133xmnt, RR 33x/mnt dan suhu: 38.8C.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS AVIAN INFLUENZA
JAWABAN:
A. AVIAN INFLUENZA
• Pasien kemungkinan mengalami Avian
influenza karena ditemukan adanya gejala
sesak dan batuk dan riwayat kontak dengan
ayam yang mati mendadak. Avian influenza
merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus H5N1.
• MERS virus menyebabkan penyakit saluran
napas karena virus corona (Flu onta)
• Flu singapura menyebabkan HFMD
• Rabies ditularkan melalui gigitan hewan,
dapat menyebabkan koma hingga kematian
• Tetanus ditandai dengan spasme otot
Infeksi Avian Influenza
• Flu burung (Avian Influenza) merupakan infeksi yang
disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 .
• Pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam ).
• Faktor Resiko
- Kontak erat ( dalam jarak 1 meter)
- Kontak langsung
- Mengkonsumsi produk unggas mentah/ tidak dimasak
dengan sempurna
- Adanya kontak erat dengan binatang lain yang terinfeksi
- Memegang/menangani sample hewan yang terinfeksi
Kasus Suspek Flu Burung
Seseorang yang menderita demam ≥38°c disertai
gejala:
• Batuk
• Pilek
• Sakit tenggorokan
• Sesak nafas
Avian Influenza
Suspected Case
• Close contact (within 1 metre) with a person
• A person presenting (e.g. caring for, speaking with, or touching) who
is a suspected, probable, or confirmed H5N1
with unexplained acute case;
lower respiratory illness • Exposure (e.g. handling, slaughtering,
with fever (>38 ºC ) and defeathering, butchering, preparation for
consumption) to poultry or wild birds or their
cough, shortness of remains or to environments contaminated by
breath or difficulty their faeces in an area where H5N1 infections
in animals or humans have been suspected or
breathing. confirmed in the last month;
• Consumption of raw or undercooked poultry
AND products in an area where H5N1 infections in
animals or humans have been suspected or
confirmed in the last month;
One or more of the • Close contact with a confirmed H5N1 infected
animal other than poultry or wild birds (e.g. cat
following exposures in or pig);
the 7 days prior to • Handling samples (animal or human) suspected
symptom onset: of containing H5N1 virus in a laboratory or
other setting.
Avian Influenza
Probable Case
Probable definition 1 Probable definition 2
• A person meeting the criteria for a • A person dying of an
suspected case
unexplained acute respiratory
AND
illness who is considered to be
One of the following additional epidemiologically linked by
criteria:
– Infiltrates or evidence of an acute time, place, and exposure to a
pneumonia on chest radiograph
plus evidence of respiratory failure
probable or confirmed H5N1
(hypoxemia, severe tachypnea) case.
OR
positive laboratory confirmation of
an influenza A infection but
insufficient laboratory evidence for
H5N1 infection
Avian Influenza
Confirmed Case • Isolation of an H5N1 virus;
• Positive H5 PCR results from tests using
two different PCR targets, e.g. primers
• A person meeting the specific for influenza A and H5 HA;
criteria for a suspected
or probable case • A fourfold or greater rise in neutralization
antibody titer for H5N1 based on testing of
an acute serum specimen (collected 7 days
AND or less after symptom onset) and a
convalescent serum specimen. The
convalescent neutralizing antibody titer
One of the following must also be 1:80 or higher;
positive results
conducted in a national, • A microneutralization antibody titer for
regional or international H5N1 of 1:80 or greater in a single serum
specimen collected at day 14 or later after
influenza laboratory symptom onset and a positive result using
whose H5N1 test results ahorse
different serological assay, for example, a
red blood cell haemagglutination
inhibition titer of 1:160 or greater or an
H5-specific western blot positive result.
TATALAKSANA INFEKSI H5N1
http://www.who.int/influenza/resources/documents/ClinicalManagement07.pdf
Terapi ANTIVIRAL
Pengobatan Profilaksis
• Antiviral harus diberikan secepat mungkin Oseltamivir tidak boleh diberikan pada
begitu pasien didiagnosis suspek flu burung
org yg belum terpajan atau terpajan >
• Obat bekerja sebagai neuramidase seperti
oseltamivir dan zanamivir 7hari.
• Bekerja menghambat M2 protein : Amantadin Kelompok resiko tinggi yg mendapat
(tidak dipakai) dan Rimantadin profilaksis :
• Penggunaan oseltamivir pd wanita hamil
diberikan pada awal pengobatan sambil • Petugas kesehatan yg kontak erat dengan
memantau sampai melahirkan pasien.
• Zanamivir efektif untuk influensa musiman • Anggota keluarga yg kontak erat dengan
dapat diberikan pada bayi dibawah satu tahun
dan dapat diberikan pd wanita hamil dan pasien konfirmasi terinfeksi H5N1
menyusui • Dosis profilaksis yg diberikan :
• Dosis oseltamivir:
1 x 75mg selama 7-10 hari dari pajanan
dewasa >40kg : 75mg 2x/hari
terakhir
> 23-40 kg : 60 mg 2x/hari
> 15-23 kg : 45 mg 2x/hari penggunaan profilaksis jangka panjang
< 15 kg : 30 mg 2x/hari dapat diberikan maksimal hingga 6-
anak > 1tahun : 2mg/kgBB, 2x/hari selama 8minggu
5hari
11
• Tn. The Joker the Clown Prince of Crime, 55 tahun, datang
dengan keluhan utama BAB hitam dan lembek. Keluhan disertai
penurunan nafsu makan. Perut dirasakan membuncit sejak 1
bulan ini. Riwayat penyakit kuning sebelumnya ada. PF : sklera
ikterik, abdomen tampak membesar, venektasi (+), shifting
dullnes (+) Lab darah : Hb 8, leukosit N, trombosit 97.000, urin
bilirubin (+) dan urobilinogen (+).
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SIROSIS HEPATIS
JAWABAN:
C. SIROSIS HEPATIS
• Pasien kemungkinan mengalami melena
karena sirosis hepatis.
• Melena pada pasien kemungkinan disebabkan
karena pecahnya varises esofagus.
• Varises esofagus karena peningkatan
tekanan vena porta yang disebabkan oleh
sirosis hepatis.
• Pada pasien ini sirosis hepatis ditandai
sklera ikterik, asites, venektasi, trombositopeni
dan peningkatan kadar bilirubin.
• Hepatitis akut ditandai dengan demam,
mual, muntah dan ikterik
• Hepatitis kronik merupakan faktor risiko
terjadinya sirosis hepatis
• Abses hepar ditandai dengan Ludwig sign
dan gambaran hypoechoic pada USG
• Kista hepar ditandai dengan gambaran
hypoechoic pada USG
Sirosis Hepatis
• Sirosis hepatis adalah stadium akhir fibrosis hepatik
progresif ditandai dengan distorsi arsitektur hepar
dan pembentukan nodul regeneratif.
• Terjadi akibat nekrosis hepatoseluler
– Sirosis hati kompensatabelum ada gejala klinis, namun
dapat ditemukan gejala awal mudah lelah, lemas, nafsu
makan berkurang, mual, BB turun
– Sirosis hati dekompensata gejala klinis yang jelas
(komplikasi gagal hati dan hipertensi porta)
• Etiologi:
- Alkohol, hepatitis, biliaris, gagal jantung, metabolik, obat
- Etiologi tersering di Indonesia:Buku
hepatitis B (40-50%)
Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Patofisiologi
12
• Tn. Toro the Bull King, 45 tahun, datang dengan keluhan
nyeri dada. Nyeri dada baru pertama kali dirasakan oleh
pasien. Tidak ada riwayat nyeri dada sebelumnya.Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/90 mmHg, HR
155x/menit, RR 28x/menit, suhu 36,5C. Pada pasien
dilakukan pemeriksaan EKG diperoleh hasil atrial fibrilasi.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS ATRIAL FIBRILASI
JAWABAN:
D. KARDIOVERSI
• Pasien kemungkinan mengalami takikardia
berupa atrial fibrilasi yang tidak stabil
karena adanya keluhan berupa nyeri dada.
• Pada tatalaksana takikardia yang tidak stabil
kardioversi.
• Digoksin, verapamil, propanol dapat
diberikan pada takikardia yang stabil
• Defibrilasi diberikan pada takikardia tidak
stabil dengan irama berupa VT polimorfik
Atrial Fibrilasi
Atrial Fibrilasi
• Prinsip tatalaksana AF:
1. Pengontrolan laju irama jantung,
• Target 60-80 x/menit saat istirahat, 90-115 kali/menit saat
aktivitas.
2. Pengembalian ke irama sinus (kardioversi),
• Kardioversi farmakologis
– Pasien AF episode pertama tanpa gangguan hemodinamik bermakna
tidak perlu terapi spesifik.
– Pasien AF persisten rekuren dengan gejala mengganggu diberikan
antiaritmia.
• Electric cardioversion:
– Untuk pasien tidak stabil (penurunan kesadaran, hipotensi, nyeri dada,
sinkop), bifasik 120-200 J, monofasik 200 J.
3. Pencegahan tromboemboli
• Warfarin diberikan untuk pasien dengan risiko tinggi terjadi stroke (usia
>65, hipertensi, penyakit jantung reumatik, DM, CHF, riwayat stroke/TIA).
Target INR of 2.0 to 3.0
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS KOLERA
JAWABAN:
D. DOKSISIKLIN 1X300 MG
• Diare akut dengan BAB seperti cucian beras
mengarah pada kolera.
• Maka terapi yang diberikan adalah
Doksisiklin 1x 300mg
• Pilihan jawaban lain tidak tepat
Kolera
• Infeksi usus oleh Vibrio cholerae
– Bakteri anaerobik fakultatif,
– batang gram negatif yang melengkung
berbentuk koma,
– tidak membentuk spora
– Memiliki single, sheathed, polar flagellum
• Gejala klinis (sangat cepat (24-48 jam)):
– Diare sekretorik profuse, tidak berbau,
bersifat tidak nyeri, seperti warna air
cucian beras
– Muntah tidak selalu ada
– Dehidrasi berlangsung sangat cepat,
dengan komplikasi gagal ginjal akut, syok,
dan kematian
– Abdominal cramps
Erythromycin or
azithromycin DOC for
Ab for cholera pregnant women and
patients with Ciprofloxacin children
PAHO Doxycycline Ciprofloxacin &
moderate or severe Azithromycin
dehydration doxycycline as
second-line for
children
Ab for severely Erythromycin
dehydrated patients Cotrimoxazole
MSF only Doxycycline Chloramphenico
l
15
• Tn. Ormarr the Frenzy, 35 tahun, dengan perdarahan warna hitam
terjadi 1 jam yang lalu. Sebelumnya pasien mendapatkan pengobatan
hepatitis B. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan sklera ikterk,
konjungtiva anemis, abdomen distensi, spider navi (+), teraba
pembesaran hepar 2 jari d bawah arcus Costa, schufneer 2 , dan
didapatkan edema kedua tungkai, HbsAg (+), HbeAg(+), HBV (+),
peningkatan JPV.
PENYEBAB PERDARAHAN…
DIAGNOSIS SIROSIS HEPATIS
JAWABAN:
A. PECAHNYA PEMBULUH DARAH ESOFAGUS
• Pasien kemungkinan mengalami hematemesis
yang diakibatkan oleh pecahnya varises
esophagus.
• Adanya gambaran spider nevi, sklera ikterik
hepatosplenomegaly dan HbsAg (+) sirosis
hepatis.
• Pada sirosis hepatis hipertensi porta
pelebaran dari vena esofagus.
• Jika tekanan portal terlalu besar vena
tersebut akan pecah dan mengakibatkan
hematemesis pada pasien.
• Hepatitis B kronik pasien kemungkinan
memang mengalami hep B kronik namun ini
bukan etiologi langsung terjadinya PVO.
• Peningkatan vena porta hematemesis pada
pasien terjadi secara langsung akibat PVO.
• Sirosis hepatis pada pasien memang terjadi
sirosis namun sebeb langsung hematemesis
adalah PVO.
HIPERTENSI PORTAL &
VARISES ESOFAGUS
• Hipertensi portal
mengakibatkan
varises di tempat
anastomosis
portosistemik:
– Hemoroid di
anorectal junction,
– Varises esofagus di
gastroesophageal
junction,
– Kaput medusa di
umbilikus.
3 Jalur Utama
Kolateral
Portosistemik
pada Sirosis
Hepatis dan
Komplikasinya
PVO (Pecahnya Varises Oesophagus)
• Salah satu komplikasi terbanyak ditemui pada
pasien gangguan hati, terutama sirosis hati
• 25-35% pasien sirosis hati varises oesophagus
• Diagnosis PVO:
– Tanda2 perdarahan saluran cerna bagian atas, mis:
hematemesis, melena, anemia, penurunan tekanan
darah
– Tanda2 sirosis hati, mis: caput medusae,
gynecomastia, dll.
Kusumobroto H. Penatalaksanaan perdarahan varises esophagus. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5.Interna Publising; 2009. h.222-6
Rupture of Esophageal Varices
• Rupture of esophageal varices is dependent on
variceal pressure.
• Increase in intra-abdominal pressure markedly
increases variceal pressure.
– Constipation and vomiting may precipitate
esophageal variceal bleeding.
– Cough is not unusual in liver cirrhosis patients, but
only severe cough can precipitate esophageal variceal
bleeding.
– Heavy alcohol binges may precipitate esophageal
variceal bleeding.
Liau WC, et al. Potential Precipitating Factors of Esophageal Variceal Bleeding: A Case – Control Study. Am J Gastroenterol 2011; 106:96–103
16
• Tn. Alice the Adorable Mystic, 35 tahun, datang ke RS karena
kemerahan pada wajah sejak 3 minggu terakhir. Pasien juga
mengeluh mudah lelah dan nyeri dan bengkak pada jari-jari
tangan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat,
ulkus superfisial pada palatum dan butterfly rash pada wajah.
Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal.
TEMUAN LABORATORIUM…
DIAGNOSIS SLE
JAWABAN:
A. PENURUNAN KADAR KOMPLEMEN C3 DAN C4
• Pada pasien ditemukan gambaran klasik berupa
rash yang fotosensitiv pada area malar wajah,
artritis dan ulkus pada mulut SLE.
• Pada SLE terdapat produksi antibodi yang
menyerang komponen inti (ANA)/ Autoaintibodi
yang berikatan dengan antigen akan membentuk
imun kompleks bersirkulasi dan terdeposit pada
berbagai organ serta menyebabkan aktivasi dari
komplemen.
• Aktivasi komplemen menyebabkan turunnya
kadar serum komplemen.
• Peningkatan titer anti-cyclic citrulinated peptide
anitibody (Anti CCP) ditemukan pada RA
• Peningkatan titer anti-mitohondrial antibody
ditemukan pada primary biliary sirosis
• Kultur Neisseria Gonorrhea positif dari sediaan
swab serviks tidak berhubungan dengan SLE
• Human Leukocyte Antigen-B27 (HLA B27) positif
terkait dengan seronegative
spondiloartropati sepertii Ankylosing spondilits,
psoriatic artritis.
SLE
• Merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis peradangan pada
kulit, sendi, ginjal, paru-paru, sistem saraf dan organ tubuh lainnya
• Kebanyakan mengenai
– wanita : pria 9-14:1
– usia reproduksi, 20 sampai 30 tahun
– kelompok kulit hitam dan Asia.
• Predisposisi yang ada pemicu kacaunya sistem toleransi
imunologis sehingga respon imun melawan antigen diri sendiri.
– Faktor genetik
– imunologik
– hormonal serta
– Lingkungan
Patogenesis
• Although the exact etiology of systemic lupus
erythematosus (SLE) remains obscure, it is clear that many
of the clinical manifestations of SLE are mediated directly
or indirectly by antibody formation and the creation of
immune complexes (IC).
• As an example, IC deposition and subsequent complement
activation in the kidney is responsible for much of the
tissue damage of lupus nephritis
• (IC have also been detected (by immunofluorescence
and/or electron microscopy) at the dermal-epidermal
junction in both skin lesions and normal skin, as well as in
the choroid plexus, the pericardium, and the pleural cavity.
Diagnosis
Immunologic Criteria
• ANA
• Anti-dsDNA (>2× laboratory reference range)
• Anti-Smith
• Antiphospholipid antibodies (lupus anticoagulant,
RPR, anti-cardiolipin IgA, IgG,IgM, anti-β2
glycoprotein IgA, IgG, IgM)
• Low complement
• Direct Coombs test in the absence of hemolytic
anemia.
17
• Tn. Wiro 212 Warrior, 40 tahun, datang dengan sesak
yang semakin memberat sejak 1 hari ini. Pasien memilki
riwayat penyakit jantung sejak 10 tahun SMRS dan tidak
teratur minum obat. Pada tanda vital didapatkan TD 80/50
mmHg, HR 80x/mnt dan akral dingin. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan JVP 5+4, rhonki +/+, ada s3 gallop.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS SYOK KARDIOGENIK
JAWABAN:
B. DOPAMIN
• Pasien kemungkinan mengalami syok
kardiogenik yang ditandai dengan adanya
sesak dan riwayat penyakit jantung dengan
pengobatan yang tidak teratur.
• Pada PF pasien mengalami hipotensi dan
akral dingin TD sistolik 70-90 mmHg dan
tanda syok (+) pemberian dopamine.
• Dobutamin diberikan pada syok kardiogenik
dengan TD sistolik 70-90 dan tanda syok (-)
• Norepinefrin diberikan pada syok
kardiogenik dengan TD sistolik < 70 mmHg
• Adrenalin diberikan pada algoritma henti
jantung atau syok anafilaktik
• Sulfas Atropin diberikan sebagai tatalaksana
bradikardia
18
• Tn. Yorn the Hotshot, 35 tahun, datang dengan keluhan
demam sejak 5 hari yang lalu. Demam turun pada pagi hari
dan meningkat pada sore dan malam disertai diare, mual,
muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan td: 120/80mmhg,
nadi: 80x/menit, rr: 20x/menit, suhu 38,5C dan lidah coated
tounge (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
leukosit 13.000.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS DEMAM TIFOID
JAWABAN:
E. SIPROFLOKSASIN 1G PER HARI 14 HARI
• Dari gejala-gejala seperti demam terutama
pada sore hari, coated tongue dan
leukositosis, pasien kemungkinan
mengalami demam tifoid.
• Tatalaksana demam tifoid adalah dengan
pemberian antibotik.
• Pada pilihan jawaban antibotik yang
tepat beserta dosisnya Siprofloksasin 1g
per hari selama 14 hari.
• Kloramphenicol 3x 400 mg p.o selama 5 hari
diberikan minimal 14 hingga 21 hari
• Cefiksim 1gr iv selama 14 hari diberikan
2x200 mg 7-14 hari
• Amox 1gr iv selama 14 hari diberikan 3 x 1
gram PO selama 14 hari
• Ampisilin 1gr iv selama 14 hari diberikan 4x2
gram IV selama 14 hari
Demam Typhoid
• Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella typhi atau Salmonella partatyphii
• Gejala dan tanda klinis
– demam naik secara bertangga terutama pada sore dan malam
hari
– sakit kepala
– nyeri otot
– anoreksia, mual, muntah
– obstipasi atau diare, kesadaran berkabut,
– bradikardia relatif
– lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah,
serta tremor),
– hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen,
– roseolae (jarang pada orang Indonesia).
Pilihan Antibiotik Untuk Demam Tifoid
(WHO 2011)
19
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun, datang berobat dengan
keluhan rasa panas di dada sejak 6 bulan terakhir. Mual dan
muntah tidak ada. Keluhan disertai sering terasa asam dan
pahit pada tenggorokan. Pasien sudah mengonsumsi
omeprazole secara rutin selama 2 bulan namun keluhan masih
ada. Pada pemeriksaan fisis tidak didapatkan kelainan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS GERD
JAWABAN:
A. ESOFAGOGASTRODUODENOSKOPI
• Pasien mengalami GERD yang refrakter,
ditandai dengan keluhan yang masih ada
meskipun sudah mengonsumsi terapi PPI
empiris selama 2 bulan.
• Pada pasien ini terdapat indikasi untuk
dilakukan endoskopi, maka dipilih jawaban
A
• Barium esofagografi lebih diindikasikan pada
pasien dengan keluhan disfagiaapakah
terdapat sumbatan.
Penegakan
Diagnosis
Alarm symptoms
• Progressive dysphagia
• Odynophagia
• Unknown weight loss
• New onset anemia
• Hematemesis and/or
melena
• Familiy history with
malignancy of stomach
and/or esophagus.
• Persistent vomiting
GERD-Q
Frekuensi skor untuk
No. Pertanyaan
gejala
0 2-3 4-7
1 hari
hari hari hari
Seberapa sering Anda mengalami perasaan terbakar di bagian belakang
1. 0 1 2 3
tulang dada Anda (heartburn)
Seberapa sering Anda mengalami naiknya isi lambung ke arah
2. 0 1 2 3
tenggorokan/mulut Anda (regurgitasi)
Seberapa sering Anda mengalami nyeri ulu hati?
3. 3 2 1 0
Seberapa sering Anda mengalami kesulitan tidur malam oleh karena rasa
5. 0 1 2 3
terbakar di dada (hearburn) dan/atau naiknya isi perut?
Seberapa sering Anda meminum obat tambahan untuk rasa terbakar di
6. dada (heartburn) dan/atau naiknya isi perut (regurgitasi), selain yang 0 1 2 3
diberikan oleh dokter Anda? (seperti obat maag yang dijual bebas)
• Endoscopy in GERD
– The findings of reflux esophagitis has specificity of 90-
95% for GERD.
– Los Angeles or Savary-Miller classification for severity
of esophagitis.
• Erosive esophagitis
– 20-30% of GERD
– Endoscopy found mucosal break in esophagus
20
• Ny. Lauriel, the Archangel, 40 tahun, datang dengan keluhan
demam sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri
abdomen kuadran kanan atas. Pemeriksaan vital sign
didapatkan tekanan darah 130/90mmHg, suhu 39°C, RR
16kali/menit, Nadi 92kali/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan
Murphy sign (+), sklera ikterik (-). Pemeriksaan laboratorium
angka Leukosit 14.000/mm³.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS KOLESISTITIS
JAWABAN:
C. KOLESISTITIS
• Pasien kemungkinan mengalami kolesistitis
yaitu peradangan pada kandung empedu
yang ditandai dengan demam, nyeri perut
kanan atas, murphy singn (+) dan
leukositosis.
• Kolelitiasis batu pada empedu yang
ditandai dengan nyeri kolik.
• Koledokolitiasis batu pada ductus koledokus
yang dapat menyebabkan kolestasis.
• Abses hepar ditandai dengan demam dan
adanya Ludwig sign pada PF
• Kolangitis trias charcot : demam, ikterik dan
nyeri perut kanan atas.
PENYAKIT HEPATOBILIER
Cholecystitis
• Cholecystitis is inflammation of the gallbladder that occurs
most commonly because of an obstruction of the cystic
duct by gallstones arising from the gallbladder
(cholelithiasis).
• Clinical symptoms of acute cholecystitis include abdominal
pain (right upper abdominal pain), nausea, vomiting, and
fever
• Jaundice may be noted in approximately 15% of patients
• Murphy’s sign are the characteristic findings of acute
cholecystitis.
• A positive Murphy’s sign has a specificity of 79%–96% for
acute cholecystitis.
Penyakit Hepatobilier
• Diagnosis kolesistitis:
– Murphy sign atau nyeri tekan
abdomen kanan atas
– Demam, leukositosis, atau
peningkatan CRP
– USG: ditemukan batu (90-95%
kasus), tanda inflamasi kandung
empedu (penebalan
dinding/double rim cairan
perikolesistik, dilatasi duktus
biliaris)
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS URETHRITIS
JAWABAN:
B. E.COLI
• Pasien datang dengan nyeri pada saat BAK dan
ditemukan adanya bakteri pada pemeriksaan
urin.
• Dari gambaran tersebut pasien kemungkinan
mengalami ISK berupa urethritis.
• Bakteri gram negative, tidak bergerdak, tidak
berspora ataupun berkapsul dan dapat
memfermentasi gula bakteri E.coli
• Kliebsiella memiliki karakteristik yang sama
dengan E.coli namun biasnaya menyebabkan
ISK nosocomial dan pneumonial
• Pseudomonas tidak bisa memfermentasi
laktosa, menyebabkan pneumonia, sepsis, ISK
• Streptococcus gram +, menyebabkan
meningitis, OMA, pneumonia, faringitis,
sinusitis
• Staphylococcus gram +, menyebabkan infeksi
kulit, pneumonia dan septic arthritis
22
• Seorang pasien perempuan berusia 27 tahun berobat ke poliklinik.
Pasien mengeluh sejak 3 hari yang lalu ia diare, feses berlendir darah.
Pasien suka makan lalap. Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda
vital dalam batas normal, jantung, paru tidak ada kelainan. Pemeriksaan
feses didapatkan secara makroskopis feses lendir darah, mikroskopis
ada eritrosit, dan mikroorganisme bulat-bulat kecil berisi eritrosit.
Kristal Charcot Leyden (+).
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DISENTRI AMUBA
JAWABAN:
D. DISENTRI AMOEBA OLEH ENTAMOEBA HISTOLYTICA
• Keluhan diare lendir darah dan pada
pemeriksaan feses didapatkan
mikroorganisme bulat kecil berisi eritrosit.
• Mikroorganisme yang dimaksud
kemungkinan besar adalah Entamoeba
hystolitica.
• Kristal Charcot Leyden dapat ditemukan
pada infeksi parasite.
• Sehingga jawaban yang tepat adalah D.
Disentri amoeba oleh Entamoeba
histolytica
• Entamoeba coli adalah flora normal usus yang
tidak memiliki patogenisitas.
Amoebiasis ec E. Histolitica
AMOEBIASIS AMOEBIASIS
INTESTINAL EKSTRAINTESTINAL
• Masa inkubasi: 8 hari hingga • Abses liver
beberapa bulan
• Kolitis amuba: nyeri perut • Penyakit pleuropulmonal
kuadran bawah, distensi
• Peritonitis
• Tahap Akut • Perikarditis
– Diare dengan epitelium (tanpa
darah, nyeri perut, << BB, flatulens • Abses otak
dan konstipasi
• Penyakit genitourinaria
• Infeksi Berat
– 10-20 hari
– Diare dengan epitelium dan darah,
nyeri perut (mulas), dehidrasi dan
demam
Amoebiasis
ALUR INFEKSI
Division of
Excystatiton in
Ingestion of quadrinucleate cyst
small
cysts into 4 and then 8
intestine
trophozoites
Trophozoites
Excretion of
Encystation move to
cysts
colonize colon
Ingestion of
cysts by the
patient
Amoebiasis: Diagnosis
• Laboratorium
– Leukositosis tanpa eosinofilia (80%)
– Peningkatan alkaline phosphatase (80%)
– Peningkatan kadar transaminase dan bilirubin
– Penurunan albumin dan anemia
• Mikroskopik terlampir
• USG
– Abses hati amoeba: lesi bulat hipoekoik homogen soliter di
aspek posterior lobus kanan hati (70-80%)
http://emedicine.medscape.com/article/212029-workup#c7
Amoebiasis: Gambaran Mikroskopik
Kista Imatur Trofozoit dari
Entamoeba Entamoeba histolytica
histolytica (kista
matur memiliki 4
nuklei)
PEMERIKSAAN…
DIAGNOSIS VES
JAWABAN:
C. EKOKARDIOGRAFI
• Dari gambaran EKG pasien mengalami
irama berupa ventricular ekstrasistol (VES).
• VES dapat disebabkan oleh gangguan
structural pada jantung etiologi nya
adalah dengan melihat apakah ada
kelainan struktur jantung pemeriksaan
ekokardiografi.
• Holter Monitor merupakan monitoring EKG
24 jam yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosis VES. Pada pasien diatas diagnosis VES
sudah tegak.
• Enzim jantung dapat diperiksa jika ada
kecurigaan ke arah infark miokard.
• BNP untuk membantu diagnosis gagal
jantung kongestif
• CT scan tidak perlu jika tidak ada indikasi
PVC/VES
• PVCs are ectopic impulses originating from an area distal to the His
Purkinje system.
• Most common ventricular arrhythmia.
• Significance of PVCs is interpreted in the context of the underlying
cardiac condition.
• Ventricular ectopy leading to ventricular tachycardia (VT), which, in
turn, can degenerate into ventricular fibrillation, is one of the
common mechanisms for sudden cardiac death.
• The treatment paradigm in the 1970s and 1980s was to eliminate
PVCs in patients after myocardial infarction (MI).
PVC
Pathophysiology
• Three common mechanisms exist for PVCs:
• Automaticity : The development of a new site of
depolarization in non-nodal ventricular tissue.
• Reentry circuit : Reentry typically occurs when
slow conducting tissue (post-infarction
myocardium) is present adjacent to normal
tissue.
• Triggered activity : After depolarization can occur
either during (early) or after (late) completion of
repolarization.
.
Etiologi
Cardiac Causes Non-cardiac Causes
• Acute myocardial infarction • Electrolyte disturbances
• Valvular heart disease, (hypokalemia, hypomagnesemia, or
especially mitral valve hypercalcemia)
• prolapse • Medications (eg, digoxin, tricyclic
• Cardiomyopathy (ischemic, antidepressants, aminophylline,
dilated, hypertrophic, amitriptyline, pseudoephedrine,
• infiltrative) fluoxetine)
• Myocardial stretch • Other drugs (eg, cocaine,
• Cardiac contusion amphetamines, caffeine, alcohol)
• Bradycardia • Anesthetics
• Tachycardia (high- • Surgery
catecholamine state)
• Infection
• Stress
PVC
Clinical Presentation Physical Examination
• Variable or decreased intensity of heart
• Palpitations sounds.
• Lightheadedness • The augmented beat following a
• Fatigue dropped beat (pause) heard frequently.
• The follow-up beat after a VPC is
• Sustained stronger due to the post-extra systolic
tachycardia is not compensatory pause, allowing greater
uncommon left ventricular (LV) filling, causing
• True syncope is greater intensity of that beat.
infrequently seen • Conversely, the VPC itself may be
underperfused and consequently not
perceived by radial pulse, resulting in a
spurious documentation of bradycardia
PVC
Classification
• PVCs may be uniform (same form) or multiform (different forms).
• Classification according to frequency:
Frequent - 10 or more PVCs per hour (by Holter monitoring) or 6 or
more per minute
Occasional - Fewer than 10 PVCs per hour or fewer than 6 per
minute
• Classification according to relationship to normal beats:
Bigeminy - Paired complexes, VPC alternating with a normal beat
Trigeminy - VPC occurring every third beat (2 sinus beats followed
by VPC)
Quadrigeminy - VPC occurring every fourth beat (VPC following 3
normal beats)
Couplet - 2 consecutive PVCs
Evaluasi
• focus on documenting their presence or
absence with an electrocardiogram (ECG) or
some form of ambulatory cardiac monitoring.
• Once VPBs have been identified, an additional
evaluation should be performed focusing on
the presence or absence of underlying
structural heart disease.
Evaluasi
For patients in whom otherwise unexplained VPBs have been
identified, the following evaluation should be performed:
• 24-hour ambulatory (Holter) monitor to quantify the
frequency of VPBs and determine if they are monomorphic
or multimorphic.
• Echocardiography to assess cardiac structure and function.
• Exercise treadmill stress test to evaluate the response of
the VPBs to exercise, determine the VPB morphology,
determine if sustained or nonsustained ventricular
tachycardia (VT) can be induced with exercise, as well as to
screen for underlying ischemia.
Tatalaksana
Absence of structural heart disease
Asymptomatic = require no therapy.
Symptomatic PVCs = patient education and reassurance, avoidance
of aggravating factors , and anxiolytic drugs if needed
Beta-blockers and non-dihydropyridine calcium channel blockers
Anti-arrhythmic therapy is only used to prevent symptoms.
PENYEBAB KELUHAN…
DIAGNOSIS GASTROPATI NSAIDS
JAWABAN:
E. EFEK SAMPING
• Pasien kemungkinan mengalami gastropati
NSAIDS akibat konsumsi asam mefenamat.
• Asam mefenamat merupakan COX 1 inhibitor
yang dapat menghambat produksi
prostaglandin sehingga dapat mengurangi
nyeri.
• Akan tetapi obat ini juga memiliki efek
samping ke gaster karena menghalangi
produksi prostaglandin yang berguna untuk
melapisi gaster.
• Toleransi konsep farmakologis yang
menggambarkan reaksi yang berkurang dari subyek
terhadap obat setelah penggunaannya yang
berulang
• Toksisitas kemampuan bahan obat untuk
menyebabkan kerusakan/injuri jika dosisnya
berlebihan
• Interaksi perubahan efek obat ketika dikonsumsi
bersamaan dengan obat lain atau dengan makanan
dan minuman tertentu.
• Resistensi ketika mikrorganisme tidak bisa
dieradikasi dengan antibiotik tertentu
Gastropati NSAID
• Patogenesis gastropati NSAID
inhibisi enzim COX-1 dan prostaglandin yang
merupakan gastroprotektif menghambat produksi
mukus pada gaster
permeabilisasi membran disrupsi pertahanan
epitelial
produksi mediator proinflamatorik
MONITORING…
DIAGNOSIS TB PARU
JAWABAN:
C. PADA AKHIR FASE INTENSIF, AKHIR BULAN KE 5,
AKHIR PENGOBATAN TB
• Pasien mengalami Tuberkulosis atas dasar
batuk-batuk lama, BB turun dan keringat
malam.
• Pada pengobatan TB dengan OAT, evaluasi
dapat dilakukan pada akhir fase intensif,
akhir bulan ke 5, akhir pengobatan TB
• Pilihan jawaban lain tidak tepat
Alur Diagnosis TB Dan TB Resistan Obat Di Indonesia
Terduga TB
Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat
Tuberculosis
dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status HIV nya kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)
Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)
MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Neg
(- -) (+ +) Sensitive Indeterminate Resistance
(+ -)
Tidak bisa
dirujuk
Ulangi Foto Toraks
TB RR
TB Terkonfirmasi pemeriksaan (Mengikuti alur
Bakteriologis TCM yang sama
Foto Terapi
dengan alur
Toraks Antibiotika
pada hasil
Non OAT
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan
Pengobatan
mikrokopis BTA
pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan
TB Lini 1 negatif (- -) )
OAT Lini 1 dan Lini 2
Gambaran Tidak Mendukung TB;
Mendukung
TB
Bukan TB; Cari
kemungkinan penyebab
penyakit lain
Ada
Perbaikan
Tidak Ada
Perbaikan TB RR; TB Pre TB XDR
Algoritma TB
Klinis Klinis, ada
Nasional 2016
TB MDR XDR
faktor risiko
TB TB, dan atas
Terkonfirmasi Bukan TB; Cari pertimbangan
Klinis Lanjutkan Pengobatan
kemungkinan dokter Pengobatan TB RO
TB RO
penyebab dengan Paduan Baru
penyakit lain
Pemeriksaan tambahan pada semua pasien TB
TB
Terkonfirmasi yang terkonfirmasi baik secara bakteriologis
Klinis
maupun klinis adalah pemeriksaan HIV dan
gula darah. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai
Pengobatan indikasi misalnya fungsi hati, fungsi ginjal, dll)
TB Lini 1
27
• Tn. Chaugnar Herald of the Void, 30 tahun, datang dengan keluhan
demam sejak ± 5 hari yang lalu. Keluhan demam muncul mendadak
pasien juga mengeluhan BAK sedikit dan berwarna kecoklatan. Tanda
vital 110/80 mmHg, HR 90x/mnt, RR 30x/mnt, suhu 39C, sklera ikterik
(+), injeksi konjungtiva (+), nyeri pada M. gastrocneminus dextra (+).
Pada pemeriksaan lab didapatkan leukositosis, hyperbilirubinemia dan
peningkatan cratinin kinase.
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS WEIL DISEASE
JAWABAN:
B. L.INTERORGANS
• Pasien kemungkinan mengalami
leptospirosis yang ditandai dengan adanya
demam, ikterik dan nyeri gastrocnemius.
• Ikterik leptospirosis atau disebut juga
dengan Weil Disease merupakan bentuk
berat dari infeksi kuman Leptospira
Interogans.
• M. Leprae menyebabkan kusta
• E.coli penyebab ISK dan diare
• N. Meningiditis dapat menyebabkan
meningitis
• L. Pneumophila menyebabkan pneumonia
atipikal
Leptospirosis
Infection through the
mucosa or wounded skin
Proliferate in the
bloodstream or
extracellularly within organ
Disseminate
hematogenously to all
organs
PEMERIKSAAN…
DIAGNOSIS MALABSORBSI
JAWABAN:
E. ANALISA FESES DENGAN PEWARNAAN SUDAN III
• Pasien kemungkinan malabsorbsi berat badan turun walaupun
asupan makanan cukup.
• Malabsorbsi gangguan sekresi pancreas (pankreatitis kronis,
gangguan mukosa usus (celiac disease, IBD) atau infeksi parasite
(Giardiasis).
• Lemak makronutrient yang proses pencernaannya kompleks
sehingga jika terjadi malabsorbsi maka penyerapan lemak akan
terpengaruh lebih dulu.
• Adanya gangguan absorbsi lemak akan mengakibatkan steatorea
dideteksi pada feses dengan pewarnaan sudan III.
• Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang cepat dan mudah
untuk menkonfirmasi adanya gangguan penyerapan lemak sehingga
diagnosis malabsorbsi dapat ditegakkan.
• USG abdomen untuk melihat tanda-tanda ke
arah pankreatitis kronik
• Kolonoskopi untuk melihat IBD
• Biopsi jejunum untuk menegakkan diagnosis
celiac disease
• Analisa feses untuk melihat telur dan parasite
jika curiga ke arah infeksi giardia atau
Cryptosporidium
Sindrom Malabsorbsi
LOSS OF INGESTED MATERIALS IN STOOL
http://emedicine.medscape.com/article/216650-overview
30
• Tn. Mganga the Unspeakable, 20 tahun, mengalami penurunan kesadaran. Wajah dan
badan pasien penuh dengan cairan muntahan. Sekitar 4 jam sebelumnya masih normal
• TD 120/80 mmHg, RR 26x/mnt, HR 102x/mnt dan suhu 36,8C.
• Pasien sulit untuk dibangunkan dan tidak menjawab pertanyaan. Pemeriksaan kardio
dan paru, abdomen tidak didapatkan kelainan. Tidak ada deficit neurologis fokal
• Na 136 mEq/L, Cl 91 mEq/L, bikarbonat 6 mEq/L, ureum 92 mg/dL, creatinine 1,9
mg/dL, GDS 80 mg/dL, asam laktat normal, osmolaritas serum 380 mOsm/kg, pada
analisis gas darah didapatkan pH 7.19, PO2 110 mmHg, PCO2 20 mmHg.
• Terdapat riwayat penggunaan alcohol berat.
• Pasien dicurigai mengalami intoksikasi dan diberikan antidotum yang sesuai.
Pengobatan
• Salah satu pengobatan terbaik balanitis adalah
menjaga kebersihan di kepala penis dan antibiotik.
• Saat fase akut tidak dilakukan tindakan operasi
• Jika sudah terlanjur kulup menutup maka harus
dilakukan penyunatan.
Balanoposthitis
• Balanitis (inflammation of
the glans)
• Posthitis (inflammation of
the foreskin)
• More likely to affect boys
under four years of age
• Approximately 1 in every 25
boys and 1 in 30
uncircumcised males (at
some time in their life
• Complication:
– Often causes later adhesions
or phimosis
Phimosis
Phimosis Paraphimosis
• Prepusium tidak dapat • Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal ditarik kembali dan
• Fisiologis pada neonatus terjepit di sulkus
koronarius
• Komplikasiinfeksi
• Gawat darurat bila
– Balanitis
– Obstruksi vena
– Postitis superfisial edema dan
– Balanopostitis nyeri Nekrosis glans
• Treatment penis
– Dexamethasone 0.1% (6 • Treatment
weeks) for spontaneous – Manual reposition
retraction – Dorsum incision
– Dorsum incisionbila
telah ada komplikasi
Fimosis
• Prepusium penis yang tidak
dapat diretraksi ke proksimal
sampai korona glandis.
Glans
becomes raw
with bleeding
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TUMOR BULI TIPE IV
JAWABAN:
D. TUMOR BULI TIPE IV
• Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah
Tumor Buli tipe IV, atas dasar adanya:
– Laki-laki, 54 tahun, keluhan nyeri perut bawah disertai
kencing bercampur darah post KLL
– TD 100/90 mmHg, FN 100x/menitTanda-tanda syok
– PF: hematom area suprapubik dan nyeri tekan
– CT sistografi: gambaran laserasi sepanjang 3 cm yang
menyebabkan ekstravasasi kontras antara lumen usus
dan fasia pararenal anterior
• Tipe I
– HematomKontusio, hematom intramural
– LaserasiPartial thickness
• Tipe II Laserasi
– Ekstraperitoneal laserasi dinding vesika < 2cm
• Tipe III Laserasi
– Ekstraperitoneal (> 2cm)
– Intraperitoneal dinding vesika (<2cm)
• Tipe V
– Intraperitoneal atau ekstraperitoneal dinding vesika
yang meluas sampai ke bladder neck atau ureteral
orifice (trigone)
Sistogram
Ruptur intraperitoneal Ruptur Ekstraperitoneal
33
• Wanita, 33 tahun, dengan benjolan di payudara kiri
sejak 1 tahun kadang terasa nyeri.
• Benjolan nyeri terutama saat menjelang haid
• PF: massa, konsistensi lunak, berbatas tegas, dapat
digerakkan, nyeri tekan (+), tidak terdapat ulserasi
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS FIBROCYSTIC DISEASE
JAWABAN:
C. FIBROCYSTIC DISEASE
• Pasien mengeluh adanya Massa payudara
dengan konsistensi lunak, berbatas tegas
dan dapat digerakan menunjukkan tumor
bersifat jinak.
• Tumor jinak payudara dengan ciri khas nyeri
terutama saat haid ialah fibrocyctic
disease.
• Pilihan DTerdapat nipple discharge
• Pilihan E Pertumbuhan tumor yang sangat
cepat membesar, dan asimetris
Fibrocystic Disease
• Dikenal juga sebagai mammary displasia
• benjolan payudara yang sering dialami oleh
sebagian besar wanita.
• Benjolan ini harus dibedakan dengan
keganasan.
• Umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50
tahun (>50%).
• Ditandai penambahan jaringan fibrous dan
glandular.
Gejala dan Tanda
• benjolan fibrokistik biasanya multipel dan keras
• adanya kista, fibrosis,
• benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan
• Nyeri payudara siklikperubahan hormon
estrogen dan progesteron.
• Biasanya payudara teraba lebih keras dan membesar
sesaat sebelum menstruasi
• Menghilang seminggu setelah menstruasi selesai.
• Benjolan biasanya menghilang setelah wanita
memasuki fase menopause.
Diagnosis
• Evaluasi harus dilakukan dengan seksama untuk
membedakannya dengan keganasan.
• Apabila didapatkan benjolan difus (tidak memiliki
batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar
payudara tanpa ada benjolan yang dominan,
• Diperlukan pemeriksaan USG, mammogram dan
pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi
berikutnya.
• Apabila keluar cairan dari puting, baik bening,
cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan
tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan.
• USG:
– Multiple cysts
– Well circumscribed
thins walls
– Increased fibrous
stroma
• Mammogram
– Gambaran
kista dengan
penambahan
jaringan
fibrosa.
The Breast Lump
34
• Wanita, 26 tahun, dengan nyeri perut memberat sejak 1 jam yang lalu
• disertai demam terutama sore dan malam hari sejak 2 minggu yang lalu
• disertai diare sejak satu minggu terakhir ini
• TTV: TD 110/70 mmHg, nadi 80x/ menit, RR 24x/ menit, dan suhu 38OC.
• PF: pekak hati yang menghilang
• Hasil foto polos abdomen: udara bebas antara hati dan diafragma
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PERFORASI USUS
JAWABAN:
C. PERFORASI USUS
• Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah
Perforasi Usus, atas dasar adanya:
– Nyeri perut memberat sejak 1 jam yang lalu
– demam terutama sore dan malam hari sejak 2 minggu
yang lalu
– disertai diare sejak satu minggu terakhir ini
– suhu 38OC.
– PF: pekak hati yang menghilang
– Hasil foto polos abdomen: udara bebas antara hati dan
diafragmaPneumoperitoneum
• Pelvic inflammatory disease
• Appendisitis
• Abses Hepar
• Penyakit Chrons
Cupula sign
netterimages.com
36
• Perempuan, 37 tahun, dengan keluhan nyeri seluruh perut sejak 3 hari
yang lalu
• Nyeri dimulai di ulu hati kemudian menyebar ke seluruh perut
• Pasien tampak berkeringat dan letargi
• Dia selalu mengonsumsi aspirin untuk sakit kepalanya.
• TTV: TD 110/80 mmHg, nadi 100 kali/ menit, dan suhu 38,4OC.
• PF: nyeri tekan, nyeri lepas dan kram otot abdomen. Perut kembung
dan bising usus menurun. Batas paru – hepar menghilang
PENYEBAB…
DIAGNOSIS PERITONITIS
JAWABAN:
B. SECONDARY PERITONITIS
• Perempuan, usia 37 tahun, dengan keluhan
nyeri seluruh lapang abdomen sejak 3 hari
yang lalu. PF: nyeri tekan dan nyeri lepas,
kram otot perut (mungkin maksudnya defans
muskular). Batas paru hepar menghilang.
• Dengan adanya gejala dan tanda diatas
diagnosis peritonitis sekunder akibat
perforasi gaster dengan etiologi gastritis erosif
yang disebabkan pemakaian aspirin jangka
panjang.
• Primary peritonitis/ spontan peritonitis
peritonitis dengan absen-nya tanda-tanda infeksi
bakteri intra-abdomen.
• Faecal peritonitis peritonitis yang disebabkan
masuknya feses ke dalam rongga peritoneum dari
lumen usus.
• Chemical peritonitis peritonitis yang disebabkan
oleh non-infectious agent, mis: antibiotik, larutan
dialisis, massa tumor/ kista yang lisis saat
pembedahan.
• Foreign body peritonitis peritonitis yang
disebabkan oleh benda asing yang masuk kedalam
rongga peritoneum. Mis: serpihan peluru, alat
bedah yang tertinggal di rongga peritoneum, dsb.
Peritonitis
Gambaran radiologis pada peritonitis:
a) adanya kekaburan pada cavum abdomen
b) preperitonial fat dan psoas line menghilang
c) adanya udara bebas subdiafragma atau
d) adanya udara bebas intra peritoneal
37
• Bayi laki-laki berusia 4 minggu, muntah menyemprot sejak 1 minggu
yang lalu
• Setiap habis menyusui, bayi bersendawa dengan keras dan disertai
sedikit cairan susu
• Bayi tampak selalu haus
• Bayi kurang bulan, berat badan cukupnamun menurut ibu berat
badan bayi dirasakan menurun.
• PF abdomen: massa pada epigastrium dan olive sign.
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS STENOSIS PILORUS HIPERTROFI
JAWABAN:
D. BARIUM MEAL
• Diagnosis pada kasus ini adalah stenosis pilorus hipertrofi
karena
– Bayi laki-laki berusia 4 minggu, muntah menyemprot sejak 1 minggu
yang lalu
– Setiap habis menyusui, bayi bersendawa dengan keras dan disertai
sedikit cairan susu
– Bayi tampak selalu hausBB dirasakan menurun.
– PF abdomen: massa pada epigastrium dan olive sign.
• Pilihan pemeriksaan penunjang yang utama USG
– sensitifitas dan spesifisitas di atas 95% stadium awal penyakit
– Hasil USG penebalan pylorus ≥3mm dan panjang >13mm, dapat
juga ditemukan “donut sign”
• Pilihan pemeriksaan penunjang keduaFluoroscopic upper
gastrointestinal series/ Barium meal
– apabila diagnosis tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik
atau USG karena penggunaan radiasi yang cukup besar
– Hasil: “string sign”
• Oleh karena pada pilihan jawaban tidak ada pilhan USG maka
dipilih jawaban D. Barium Meal.
• Foto polos abdomen pada beberapa literatur
tidak menjadi standard pemeriksaan oleh
karena sensitifitas dan spesifisitas X-Ray
Abdomen pada kasus stenosis hipertrofi pilorus
sangat rendah
– Gambaran single bubble hany dapat ditemukan
pada kasus obstruksi berat.
• Pemeriksaan lain pada pilihan jawaban tidak
memiliki peranan dalam diagnosis Hipertrofi
pilorus stenosis
https://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/peds/abd_webpages/abdominal15b.html
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ANKLE SPRAIN
JAWABAN:
A. ANKLE SPRAIN
• Diagnosis pada kasus ini adalah stenosis
pilorus hipertrofi karena
– Laki-laki, usia 19 tahun, dengan keluhan nyeri pada
pergelangan kaki kiri
– Cedera saat bermain futsal satu jam yang lalu
– Bengkak dan kaku pada pergelangan kaki kiri
– Pasien pernah mengalami hal serupa 6 bulan yang lalu.
– Inspeksi didapatkan edema dan palpasi perabaan
hangat
• Calcaneus spur osteofit pada Ps. Calcaneus, salah satu faktor yang
memperberat plantar fascitis.
• Tarsal tunnel syndrome mempengaruhi saraf di antara tabung
metatarsal
– menyebabkan sensasi terbakar pada pergelangan kaki dan kaki bagian
bawah
– mirip dengan carpal tunnel syndrome.
• Plantar fascitis kondisi di mana kaki mengalami inflamasi (bengkak)
yang menyebabkan nyeri tumit
– Fasia telapak kaki merupakan sekumpulan jaringan seperti karet
gelang di bawah tulang kaki.
– Fasia ini menempel dengan ujung tulang dekat tumit dan jari kaki.
– Saat fasia telapak kaki meradang, pasien akan merasakan nyeri tajam
dekat tumit, khususnya saat berjalan di pagi hari.
• Ganglion cyst benjolan atau tumor jinak yang tumbuh di area
sendi.
– Benjolan ini juga dapat tumbuh pada jaringan yang menghubungkan otot
dengan tulang (tendon).
– Benjolan yang berisi cairan sendi ini paling sering tumbuh di tangan atau
pergelangan tangan
Sprain Ankle
Strain vs Sprain
39
• Pasien laki-laki, 20 tahun, nyeri lutut sebelah kiri sejak 1
jam yang lalu
• Pasien terjatuh pada pertandingan bola basket.
• Pemeriksaan status lokalis: lutut kiri nyeri, bengkak,
ngilu, dan terdengar bunyi klik saat dilakukan tes Apley
Grind.
PEMERIKSAAN PENUNJANG PALING BAIK…
DIAGNOSIS CEDERA MENISKUS
JAWABAN:
B. MRI
• Diagnosis pada kasus ini adalah Cedera Meniskus
karena
– Pasien laki-laki, 20 tahun, nyeri lutut sebelah kiri sejak 1 jam
yang lalu
– Pasien terjatuh pada pertandingan bola basket.
– Pemeriksaan status lokalis: lutut kiri nyeri, bengkak, ngilu,
dan terdengar bunyi klik saat dilakukan tes Apley Grind.
• Pada olahraga basket banyak terjadi gerakan pivoting/
memutar sendi lutut salah satu patomekanisme
cedera meniskus.
• Pada soal tidak ditemukan adanya gangguan
pergerakan ataupun instabilitas sendi yang signifikan
pada sendi lutut kemungkinan cedera ligamen
lebih kecil
• Tindakan radiologi yang tepat untuk mendiagnosis
kasus tersebut di atas adalah MRI.
• EMG deteksi neuropati perifer
• CT Scan dibandingkan MRI akurasi kurang
• USG sangat bergantung dari pemeriksa,
akurasi tidak sebaik MRI
• Foto polos genue AP/Lat dapat digunakan
sebagai penunjang tambahan untuk
menyingkirkan kemunginan adanya fraktur
atauun arthritis
Cedera Meniskus
• Sering terjadi pada
olahraga yang melibatkan
gerakan berputar dan
squat seperti pada bola
basket, sepak bola atau
bulu tangkis.
• Mekanisme cedera
meniskus
– akibat gerakan berputar
dari sendi lutut
– akibat gerakan squat atau
fleksi (menekuknya) sendi
lutut yang berlebihan.
Pemeriksaan Penunjang
• X Ray:
– tidak dapat digunakan untuk melihat struktur meniscus
– pada beberapa kasus dapat ditemukan tanda sekunder dari rupture
meniscus berupa soft tissue swelling, namun sangat jarang.
• USG:
– memiliki keterbatasan dalam diagnosis rupture meniscus, karena
struktur meniscus terletak sangat dalam.
– Namun pada beberapa studi dalam diagnosis rupture meniscus, USG
memiliki sensitifitas 83-100% dan spesifisitas 71-89%.
– Hasil pemeriksaan USG masih perlu dibandingkan dengan MRI.
• MRI:
– merupakan gold standard dalam menegakkan diagnosis rupture
meniscus.
– MRI dapat menentukan derajat berat rupture dan tipe rupture dari
meniscus.
– MRI juga merupakan pemeriksaan yang paling sensitive dalam
mendeteksi rupture meniscus yang sangat kecil.
https://www.uptodate.com/contents/meniscal-injury-of-the-
knee?search=meniscus%20tear&source=search_result&selectedTitle=1~55&usage_type=default&display_rank=1
USG
USG
40
• Perempuan, 36 tahun, dengan keluhan tidak dapat berjalan sejak 6 bulan yang
lalu
• Diawali dengan kesemutan dan rasa berat di kedua tungkai bawah
• Disertai adanya nanah yang keluar dari pinggang kanan-nya
• Riwayat didiagnosis infeksi paru-paru tiga tahun yang lalu
• Minum obat rutin setiap hari selama dua bulan namun kemudian berhenti
karena merasa sembuh
• PF: motorik ektremitas bawah 3/3, hipesthesi di dermatom Thorakal 12 ke
bawah
TANDA KHAS…
DIAGNOSIS SPONDILITIS TB
JAWABAN:
A. GIBBUS DI VERTEBRA
• Diagnosis pada kasus ini adalah Spondilitis TB
karena
– Perempuan, 36 tahun, dengan paraparesis sejak 6
bulan yang lalu tidak dapat berjalan, kesemutan dan
rasa berat di kedua tungkai bawah
– disertai keluarnya nanah dari pinggang kanan
– Infeksi Paru dgn pengobatan tidak teratur TB, riwayat
minum OAT namun tidak tuntas
– PF: motorik ektremitas bawah 3/3, hipesthesi di
dermatom Thorakal 12 ke bawah.
• Tanda khas yang ditemukan pada spondilitis TB
adalah A. Gibbus di vertebrae.
• Colaps corpus vertebrae dapat pula ditemukan
pada kasus spondilitis TB, begitu pula dengan
abses psoas (dalam bentuk cold abscess).
• Namun kedua tanda tersebut banyak
ditemukan pada kasus selain spondilitis TB
(tidak khas).
• Pembesaran KGB Leher dan axilla Tanda
pada limfadenopati
• Deviasi trakea ke arah lateralpneumothoraks
Spondilitis TB
41
• Wanita, 24 tahun, dengan nyeri punggung bawah sejak 1
minggu yang lalu
• Nyeri menjalar dari punggung hingga paha kiri belakang
• BAB dan BAK normal
• PF: Tanda Lasegue (+)
• Pemeriksaan X-Ray: tampak garis fraktur pada “neck of
scotty dog” dengan pergeseran vertebra
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS EPISPADIA
JAWABAN:
A. EPISPADIA
• Diagnosis pada kasus ini adalah Epispadia
karena
– Bayi laki-laki berusia 2 bulan berkemih kencing
keluar dari punggung penis
– PF: orifisium urethtra eksternum berada di
dorsal penis dn tidak ditemukan adanya tanda
peradangan
• Hipospadia OUE terdapat pada ventral penis.
• Mikropenis ukuran penis lebih kecil dari
ukuran normal.
• Chordae jaringan ikat abnormal pada bagian
ventral penis yang mengakibatkan
melengkungnya penis ke arah ventral
• Fistulasaluran abnormal yang
menghubungkan dua rongga yang dilapisi epitel
EpispadiaOUE berada di dorsum penis
• Penis lebar, pendek dan melengkung
keatas (dorsal chordee)
• Penis menempel pada tulang pelvis
• Tulang pelvis terpisah lebar
• Classification:
• the glans (glanular)
• along the shaft of the penis (penile)
• near the pubic bone (penopubic)
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surgery
_detail.php?Epispadias-4
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
Hipospadia
Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and curvature
44
• Laki-laki, 27 tahun, dengan keluhan nyeri pada tungkai kiri.
• Nyeri sudah dirasakan sejak lama, kurang lebih sudah 1 tahun
• Pasien pernah menjalani operasi pasang pen pada cruris sinistra.
• Sejak 1 tahun yang lalu, sering keluar nanah dari luka bekas
operasi tersebut, namun karena keterbatasan dana pasien tidak
rutin berobat
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS OSTEOMYELITIS
JAWABAN:
D. OSTEOMYELITIS
• Diagnosis pada kasus ini adalah Osteomyelitis
karena
– Laki-laki, 27 tahun, dengan keluhan nyeri pada tungkai
kiri sejak kurang lebih sudah 1 tahun
– Pasien pernah menjalani operasi pasang pen pada
cruris sinistra.
– Sejak 1 tahun yang lalu, sering keluar nanah dari luka
bekas operasi tersebut
• Erisipelasditandai dengan adanya kemerahan
pada kulit yang berbatas tegas
• Selulitisditandai dengan adanya udem difus
dengan batas tidak jelas, dan tidak terdapat pus
– Pada erysipelas dan selulitis, tidak didapatkan Riwayat
fraktur dan pasang pen
– Faktor risiko pada erysipelas dan selulitis adalah adanya
luka pada kulit yang tidak ditangani dgn baik
• Tumor tulangtidak menyebabkan keluarnya
nanah
• Arhtritis kronikditandai dengan nyeri pada sendi
yang kronik
Osteomyelitis
• Osteomyelitis is an inflammation of bone caused by an
infecting organism.
• It may remain localized, or it may spread through the
bone to involve the marrow, cortex, periosteum, and
soft tissue surrounding the bone.
• Based on the duration and type of symptoms:
Chronic osteomyelitis
• If any of sequestrum, abscess cavity, sinus tract
or cloaca is present. (Dead bone is present)
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS APPENDISITIS ABSES
JAWABAN:
C. APPENDISITIS ABSES
• Laki-laki berusia 15 tahun, keluhan nyeri di
perut kanan bawah sejak 6 hari , disertai mual
dan muntah, demam dengan suhu 39,7°C.
• PF: abdomen distensi tidak ada, defans
muscular positif di bagian kanan bawah, nyeri
tekan positif di regio iliaka dekstra, teraba
massa di regio iliaka dekstra, fluktuasi positif.
• RT: nyeri tekan arah jam 9-11.
• Laboratorium Hb 13 g/dl, leukosit 17.300/μL,
trombosit 240.000 mm3.
• Gejala dan tanda tersebut sesuai dengan
diagnosis appendisitis abses.
• Pielonefritis akut nyeri umum pada area
flank
• Liver Absces nyeri pada bagian kanan atas.
• Appendisitis Akut disingkirkan karena
pada soal ditemukan massa saat palpasi
abdomen.
• Kolitis infeksi gejala diare disertai darah dan/
atau nanah.
Appendisitis Abses
• Apendisitis abses terjadi
bila massa lokal yang
terbentuk berisi nanah
(pus), biasanya di fossa
iliaka kanan, lateral dari
sekum, retrosekal,
subsekal dan pelvikal.
• Merupakan komplikasi
dari appendisitis yang
mengalami ruptur dan
membentuk abses di
sekitarnya.
47
• Laki-laki, usia 38 tahun, datang nyeri dada sebelah kanan, setelah
jatuh dari ketinggian kurang lebih 3 meter dan merasa dada
kanannya terkena benda yang keras
• PF: TD 130/80 mmHg , FN 96x/menit, FP 28x/ menit
• Status lokalis: jejas pada hemithorax kanan dan pada perabaan
terdapat krepitasi serta suara napas paru kanan menurun.
Pernapasan paradoksal (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS FLAIL CHEST
JAWABAN:
B. RONTGEN FOTO THORAKS
• Diagnosis pada kasus ini adalah Flail Chest
karena
– Laki-laki, usia 38 tahun, datang nyeri dada sebelah
kanan, setelah jatuh dari ketinggian kurang lebih 3
meter
– PF: TD 130/80 mmHg , FN 96x/menit, FP 28x/ menit
– Status lokalis: jejas pada hemithorax kanan dan pada
perabaan terdapat krepitasi serta suara napas paru
kanan menurun. Pernapasan paradoksal (+).
• Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan ialah rontgen thorax untuk
menunjukan adanya fraktur segmental
pada beberapa os. Costae.
• Darah perifer lengkap
• Ct scan thorax
• Bronkoskopi
• Pemeriksaan Gas darah
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS EPIDIDIMO-ORKITIS
JAWABAN:
B. EPIDIDIMO-ORKITIS
• Diagnosis pada kasus ini adalah Epididimo-
orkitis karena
– Laki-laki, berusia 20 tahun dengan keluhan
nyeri dan bengkak pada buah zakar sejak 3 hari
yang lalu
– Riwayat penyakit gondongan
– suhu 37,8OC
– PF: skrotum tampak membengkak, hiperemis,
dan terasa nyeri. Nyeri dirasakan berkurang
saat skrotum diangkatPhren test (+)
• Torsio testis nyeri muncul tiba-tiba, tinggi
testis asimetris, dan phren sign (-).
• Tumor testis berupa massa padat pada
skrotum, jarang memberikan rasa nyeri.
• Hidrocele massa kistik dengan hasil tes
transluminasi (+), tidak menyebabkan rasa
nyeri.
• Varicocele jarang menyebabkan nyeri, massa
seperti cacing di aspek superior skrotum. Dapat
menyebabkan infertilitas.
Epididymo-Orchitis
• Epididimo orkitis adalah inflamasi akut yang
terjadi pada testis dan epididimis yang
memiliki ciri yaitu nyeri hebat dan terdapatnya
pembengkakan di daerah belakang testis yang
juga disertai skrotum yang bengkak dan
merah.
• Cara membedakan orchitis dengan torsio
testis yaitu melalui Prehn Sign yaitu membaik
jika scrotum yang sakit dinaikkan.
Etiologi
• Dapat disebabkan Bakteri dan virus
• Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah virus gondong (mumps)
• Sekitar 15-25% pria yang mengalami gondongan (parotitis) orkitis ketika masa setelah
pubernya
• Orkitis juga ditemukan pada 2-3% pria yang menderita bruselosis.
• Orkitis sering dikaitkan dengan infeksi prostat atau epidedemis, serta
merupakan manifestasi dari penyakit menular seksual (gonore atau klamidia).
• Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular
seksual adalah:
a. Imunisasi gondongan yang tidak adekuat
b. Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
c. Infeksi saluran kemih berulang
d. Kelainan saluran kemih
• Sedang untuk faktor resiko orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular
seksual antara lain :
a. Berganti-ganti pasangan
b. Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
c. Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya
49
• Laki-laki, 42 tahun, dengan luka tusuk di dada kanan,
sesak
• TD; 80/60, nadi 160x/mnt, RR: 33x/menit
• PF: JVP meningkat, hemithorax kanan tertinggal
fremitus kanan lemah, hipersonor, terdengar suara
seperti menghisap
TINDAKAN YANG SEGERA DILAKUKAN…
DIAGNOSIS OPEN PNEUMOTHORAKS DGN TENSION
PNEUMOTHORAKS
JAWABAN:
D. NEEDLE THORAKOSINTESIS
• Luka tusuk di dada kanan, sesak, hemithorax
kanan tertinggal fremitus kanan lemah,
hipersonor, terdengar suara seperti
menghisapOpen Pneumothoraks
• TD; 80/60 (hipotensi), nadi 160x/mnt, JVP
meningkattanda-tanda tension
• Tindakan yang harus dilakukan segera adalah
needle thoracocentesis
• Kemudian pasang isolasi dengan perekat 3
sisi, dengan maksud mengubah mekansime
menjadi simple pneumothorax.
• Pasang WSD kananDilakukan pada efusi pleura
atau hematothoraks
• Isolasi dengan perekat 3 sisidilakukan setelah
needle decompression, pada pasien dengan tanda-
tanda tension
• Pasang ETTbila setelah needle decompression,
masih terjadi hipoksia, maka dapat
dipertimbangkan pemasangan ETT
• Foto rontgenTension pneumothoraks adalah
diagnosis klinis, foto RO dapat dilakukan setelah
needle decompression, sebagai konfirmasi
diagnosis
Trauma Dada
Diagnosis Etiologi Tanda dan Gejala
Hemotoraks Laserasi • Ansietas/ gelisah, takipneu, tanda-tanda syok,
pembuluh darah takikardia, Frothy/ bloody sputum.
di kavum toraks • Suara napas menghilang pada tempat yang
terkena, vena leher mendatar, perkusi dada
pekak.
MID AXILLARY
LINE sela iga
IV-V
50
• Laki-laki 40 tun dengan keluhan nyeri di kedua
tungkai.
• Tampak deformitas di kedua tungkai pasien.
• Dari pemeriksaan radiologi ditemukan adanya
penebalan tulang dengan serabut ireguler.
DIAGNOSIS?
DIAGNOSIS PAGET’S DISEASE
JAWABAN:
E. PAGET’S DISEASE
• Radiologi khas dari paget’s disease adalah
penebalan tulang dengan serabut
irregular.
• Biasanya tidak ada gejala.
• Gejala yang dapat ditemukan antara lain
nyeri tulang atau adanya deformitas.
• Pada pasien ini terdapat nyeri dan
deformitas pada tulang disertai pada RO
terdapat penebalan tulang dengan serabut
ireguler
• Osteonekrosis Avascular necrosis merupakan
suatu kondisi ketika terdapat jaringan tulang mati
karena kurangnya pasokan darah, sehingga
menyebabkan kerusakan tulang, bahkan
kehancuran tulang.
• Osteomielitis infeksi jaringan tulang.
• Osteomalasia kondisi di mana tulang tidak dapat
mengeras, sehingga rentan untuk bengkok atau
bahkan patah.
– Kondisi ini terjadi akibat kekurangan vitamin D, kalsium,
atau fosfor, yang dibutuhkan untuk proses pengerasan
tulang.
• Osteoporosis ondisi berkurangnya kepadatan
tulang. Hal ini menyebabkan tulang menjadi
keropos dan mudah patah.
Paget’s Disease
• Kelainan tulang, non metabolik kronik
• Karakteristikresorpsi, formasi, dan remodeling tulang
yang agresifmenyebabkan ketidakseimbangan proses
pembentukan tulang.
• Menyebabkan: deformitas tulang, kelemahan
struktural, mengganggu biomekanika sendi.
• Patofisiologi:
– Abnormalitas osteoklas, baik kuantitas, ukuran, aktivitas,
jumlah nuclei.
– Resorpsi tulang agresifpembentukan kavitas tulang yang
besarrekrutmen dan peningkatan aktifitas
osteoblasformasi tulang yang cepat dan tidak teratur.
Patophysiology
Manifestasi Klinik
• Biasanya asimtomatik
• Nyeri tulang
• Deformitas tulang/
ekstrimitas
• Fraktur
• Arthropaty
• Peningkatan suhu
• Gejala neurologis
• Transformasi maligna
• hiperkalsemia
Clinical Presentation
• Pathologic fractures
– because of the increased vascularity of
the involved bone
– bleeding is a potential danger
Irregular
• Alkaline phosphatase levels bone
– markedly elevated as the result of osteoblast activity.
• Serum calcium are normal except with generalized
disease or immobilization
• Gout and hyperurecemia
– as a result of increased bone activity, which causes an
increase in nucleic acid catabolism.
• Radiograph
– Radiolucent areas in the bone, typical of increased bone resorption
– Deformities & fractures may also be present
Treatment
• Goals
– to relieve pain & prevent fracture & deformities.
• Pharmacologic agentsused to suppress osteoclastic
activity
– Bisphosphonates & calcitonin are effective agents to decrease
bone pain & bone warmth & also relieve neural decompression,
joint pain & lytic lesions
– analgesics & NSAIDs
• Assistive devices, including cane, walker.
51
• Laki-laki, 60 tahun, dengan keluhan BAK berdarah sejak
1 bulan yang lalu
• tidak disertai nyeri
• KU: lemas dan pucat
• Rectal Toucher: prostat membesar, keras, berbenjol-
benjol, dan nyeri tekan (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS KARSINOMA PROSTAT
JAWABAN:
A. PSA
• Diagnosis pada kasus ini adalah Karsinoma
Prostat karena
– Laki-laki, 60 tahun, dengan hematuria
– tidak disertai nyeri
– KU: lemas dan pucat
– Rectal Toucher: prostat membesar, keras, berbenjol-
benjol, dan nyeri tekan (-).
PSA Test
• Tes yang mengukur kadar prostate specific
antigen (PSA) dalam darah
• PSA protein yang dihasilkan oleh prostat
• Laki-laki secara normal memiliki kadar PSA
rendah, dan kadarnya akan meningkat seiring
dengan usia
52
• Laki-laki, 42 tahun, dengan keluhan nyeri hebat pada
kemaluannya
• penisnya tegak sudah hampir 6 jam
• Riwayat anemia sel sabit
• PF: rigiditas pada seluruh bagian penis, kulit tampat
merah gelap, terdapat nyeri dengan atau tanpa
penekanan.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PRIAPISMUS
JAWABAN:
B. PRIAPISMUS LOW-FLOW
• Diagnosis pada kasus ini adalah Priapismus Low-
Flow karena
– Laki-laki, 42 tahun, dengan keluhan nyeri hebat
pada kemaluannya
– penisnya tegak sudah hampir 6 jam
– Riwayat anemia sel sabit
– PF: rigiditas pada seluruh bagian penis, kulit
tampat merah gelap, terdapat nyeri dengan atau
tanpa penekanan.
• Low-Flow Darah terperangkap di dalam
erection chamber
– Nyeri dengan ereksi rigid
– Terjadi iskemia pada korpus
– Tidak ada riwayat trauma
– Faktor risiko: Penyakit sel sabit, leukemia, malaria
• High-Flow Ruptur arteri sekitar penis atau perineum
– Tidak nyeri
– Timbul episodik
– Aliran arteri adekuat kopus teroksigenasi baik
– Riwayat trauma
• Penyakit Peyronie terbentuknya jaringan fibrosa pada
penis akibat injuri berulang, terutama akibat aktivitas
seksual atau aktivitas fisik lain penis melengkung dan
nyeri saat ereksi.
• Balanitis peradangan pada glans penis, seringkali
beruhubungan dengan infeksi dengan faktor risiko
terbanyak pada pria yang tidak disunat.
• Parafimosis prepusium yang tidak dapat kembali ke
posisi semula setelah ditarik.
Priapism - definition/background
• Ereksi penis/klitoris yang persisten dan nyeri
tanpa keinginan seksual (purposeless
erection)
• Seringkali idiopatik
• Dapat berkaitan dengan beberapa penyakit
sistemik
• Terkadang terlihat setelah penyuntikan intra-
cavernosal
Priapism
• Ischemic priapism (low-flow)
– a persistent erection marked by pain and rigidity of
the corpora cavernosa, with little or no cavernous
arterial inflow.
– Etiology: sickle cell disease, malignancy, drugs, etc.
– Stuttering priapism/ recurrent priapism: the term has
traditionally described recurrent prolonged and
painful erections in men with SCD (sequential
compression device).
• Nonischemic priapism (arterial, high-flow)
– a persistent erection caused by unregulated
cavernous arterial inflow.
– The corpora are tumescent but not rigid, and the
erection is not painful.
– Etiology: penile trauma.
Priapism - causes
• Psychotropic drugs • calcium-channel
– phenothiazines blockers
– butyrophenones • anti-coagulants
• hydralazine • tamoxifen
• prazosin, labetolol, • omeprazole
phentolamine and • hydroxyzine
other -blockers
• cocaine, marijuana, and
• testosterone ethanol
• metoclopramide
Kelainan Tanda & Gejala
Fimosis Ketidakmampuan untuk meretraksi kulit distal yang
melapisi glans penis
Parafimosis Kulit yang ter-retraksi tersangkut/ terjebak di belakang
sulcus coronarius
Peyronie’s disease Inflamasi kronik tunica albuginea, suatu kelainan jaringan
ikat yang berkaitan dengan pertumbuhan plak fibrosa,
menyebabkan nyeri, kurvatura abnormal, disfungsi ereksi,
indentasi, loss of girth and shortening
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PENYAKIT RAYNAUD
JAWABAN:
B. PENYAKIT RAYNAUD
• Diagnosis Penyakit Raynaud, ditegakkan
atas dasar:
– Perempuan 20 thn dengan keluhan ujung-
ujung jari tangan kanan dan kiri menjadi
kebiruan sejak 1 jam lalu. Keluhan hilang
timbul, dan terutama jika cuaca dingin.
– Tidak ada riwayat penyakit jantung ataupun
penyakit autoimun, dan pasien tidak merokok.
– PF: terdapat sianosis pada ujung jari kedua
tangan kanan dan kiri, tidak terasa nyeri pada
penekanan, dan tidak terdapat Iuka.
• Buerger’s disease terjadi peradangan pada arteri-arteri distal,
sehingga mengakibat terbentuknya gangrene dan ulkus pada
ujung-ujung jari kaki dan tangan, secara eksklusif terjadi pada
perokok. Raynaud phenomenon dapat terjadi pada penderita
Buerger’s Disease.
• Radang dingin (Frostbite) kondisi dimana jaringan tubuh
membeku dan rusak akibat paparan suhu rendah.
• Aterosklerosis Timbunan plak kolesterol di dinding arteri yang
menyebabkan terhalangnya aliran darah. Jika pecah, gumpalan
plak menyebabkan oklusi akut arteri.
• Aterosklerosis sering tidak memiliki gejala sampai plak pecah atau
penumpukannya cukup parah sehingga menghalangi aliran darah.
• Arteritis Takayasu merupakan penyakit sistemik yang cukup
langka, di mana kondisi ini menyebabkan peradangan yang
merusak pembuluh darah. Gangguan ini biasanya menyasar
cabang pembuluh darah besar aorta.
Raynaud’s Disease
• Raynaud’s disease (Primary): Intermittent arteriolar
vasoconstriction that results in coldness, pain, and
pallor of finger tips or toes.
• Raynauds’ phenomenon (Secondary): localized
intermittent episodes of vasoconstriction of small
arteries os the feets and hands that cause color and
temperature changes; Generally unilateral; Progressive.
• Karaktersitik tiga fase perubahan warna :
1. Memucat karena aliran darah terhambat.
2. Sianosis akibat akumulasi lokal hemoglobin terdesaturasi
3. Memerah akibat kembalinya aliran darah
1. Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2011. p. 350
2. Kumar, Abbas, Fausto. Robbins and Cotran’s pathologic basis of disease. 7 th ed.
https://www.orthobullets.com/hand/6098/raynauds-syndrome
https://www.researchgate.net/figure/Treatment-algorithm-for-Raynauds-phenomenon_fig2_43227518
Tatalaksana
• Hindari lingkungan dingin , gunakan pakaian
hangat
• Antivasospasme : calcium channel brocker, α-
adrenergik bloker (kondisi berat)
1. Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2011. p. 350
2. Kumar, Abbas, Fausto. Robbins and Cotran’s pathologic basis of disease. 7 th ed.
54
• Laki-laki 15 thn, mengalami traum dada saat mengendarai
motor
• Pasien setengah sadar, mengeluh sesak
• Tanda vital: TD 70/40 mmHg, RR: 30x/menit
• PF: terlihat distensi vena jugular, jejas di dada sebelah kiri,
perkusi sonor, suara nafas vesikuler, bunyi jantung menjauh
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS TAMPONADE JANTUNG
JAWABAN:
D. PERICARDIOCENTESIS
• Diagnosis Tamponade Jantung ditegakkan,
atas dasar:
– Adanya riwayat trauma di area dada
– Pasien setengah sadar, mengeluh sesak
– Ditemukan adanya Beck’s Triad: hipotensi (TD
70/40 mmHg), distensi vena jugular, dan bunyi
jantung menjauh
• Tatalaksana yang tepat untuk tamponade
jantung adalah Pericardiocentesis.
• Needle thoracocentesis tatalaksana tension
pneumothorax
• Torakotomi dilakukan setelah
pericardiocentesis
• WSD tatalaksana untuk pneumothorax/
hematothorax
• Foto rontgen tidak diperlukan pada kondisi
mengancam nyawa
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
Cardiac Tamponade
Gejala Pemeriksaan Fisik
• Takipnea dan DOE, rest • Takikardi
air hunger • Hypotension shock
• Weakness • Elevated JVP with blunted
• Presyncope y descent
• Dysphagia • Muffled heart sounds
• Batu • Pulsus paradoxus
• Anorexia – Bunyi jantung masih
terdengar namun nadi
• (Chest pain) radialis tidak teraba saat
inspirasi
• (Pericardial friction rub)
http://www.learningradiology.com/archives2007/COW%20274-Pericardial%20effusion/perieffusioncorrect.html
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
55
• Tn Mandalika, berusia 30 tahun dengan keluhan sangat nyeri di area
perut kuadran kiri bawah bawah yang semakin memberat dari
sebelumnya sejak 1 bulan
• Terkadang benjolan muncul hingga skrotum kiri yang timbul saat pasien
mengangkat barbel dan galon air untuk dipasang ke dispenser
• Saat ini benjolan tersebut terasa sangat nyeri dan pasien mengaku sulit
BAB sejak 1 minggu terakhir.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HERNIA INGUINALIS LATERAL
STRANGULATA
JAWABAN:
A. HERNIA INGUINALIS LATERAL STRANGULATA
• Diagnosis Hernia inguinalis Lateral strangulate
ditegakkan, atas dasar:
– Riwayat benjolan muncul hingga skrotum kiri yang
timbul saat pasien mengangkat barbel dan galon
air untuk dipasang ke dispenserhernia inguinalis
lateralis
– Keluhan sangat nyeri di area perut kuadran kiri bawah
bawah yang semakin memberat dan sulit BAB sejak 1
minggu terakhirObstruksi pasase usus dan obstruksi
vascularstrangulate
• Maka, pilihan jawaban yang tepat adalah
Hernia Ingunalis Lateralis strangulata
• Hernia inguinalis lateral inkarseratasudah
terdapat tanda-tanda gangguan
pasaseterdapat gejala ileus obstruktif
• Divertikulitis radang pada divertikel, tidak
disertai dengan benjolan hilang-timbul
• Epididimitis tidak menyebabkan obstruksi
• Peritonitis nyeri seluruh abdomen dan ada
defans muskular
HERNIA
/VENTRAL HERNIA
INGUINAL HERNIA
• Most common
• Most difficult to understand
• Congenital ~ indirect
• Acquired ~ direct or indirect
• Direk • Indirek
• usually no peritoneal sac • has peritoneal sac
• medial to epigastric vessels • lateral to epigastric vessels
• Timbul karena adanya defek atau kelemahan • mengikuti kanalis inguinalis
pada fasia transversalis dari trigonum Hesselbach • Karena adanya prosesus vaginalis persistent
• segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh • The processus vaginalis outpouching of
• Inferior : ligamentum inguinale, peritoneum attached to the testicle that trails
• Lateral: pembuluh darah epigastrika behind as it descends retroperitoneally into the
inferior scrotum.
• Medial : tepi otot rectus
Tipe Hernia Definisi
Kantong hernia dapat dimasukan kembali ke dalam rongga peritoneum
Reponible
secara manual atau spontan
Gambaran klinik
jenis Reponibel nyeri obstruksi sakit toksik
Reponibel/ + - - - -
bebas
Ireponibel/ - - - - -
akreta
Inkarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++
56
• Wanita, berusia 35 tahun dalam keadaan tidak sadar
• TTV: TD 90/70 mmHg, nadi 130 kali/ menit, frekuensi
napas 24 kali/ menit, dan suhu 36OC
• PF: luka terbuka di dahi dan paha kanan, masih keluar
darah, jejas di perut atas, retraksi suprasternal dan
epigastrium
• Pasien diberikan cairan infus RL.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS SYOK HEMORAGIK
JAWABAN:
E. PASIEN SADAR
• Berdasarkan gejala dan tanda pasien
berupa adanya takikardi dan hipotensi,
disertai dengan adanya multiple injury,
maka diagnosis pasien ini adalah Syok
hemoragik
• Pasien diberikan cairan infus RLEvaluasi
resusitasi cairan yang tepat pada kasus ini
adalah jawaban E. Pasien sadar.
• Jawaban A, B, dan C sirkulasi pasien memang
sudah ada, dengan nadi 130x/ menit.
• Jawaban D pasien bernapas spontan 24x/
menit.
Klasifikasi Syok
Penyebab syok dapat diklasifikasikan • Syok obstruktif (gangguan kontraksi
sebagai berikut: jantung akibat di luar jantung):
• Syok kardiogenik (kegagalan kerja • (a) Tamponade jantung;
jantungnya sendiri)
• (b) Pneumotorak;
• (a) Penyakit jantung iskemik, seperti
infark • (c) Emboli paru.
• (b) Obat-obat yang mendepresi jantung; • Syok distributif (berkurangnya tahanan
• (c) Gangguan irama jantung. pembuluh darah perifer)
• Syok hipovolemik (berkurangnya • (a) Syok neurogenik;
volume sirkulasi darah):
• (b) Cedera medula spinalis atau batang
• (a) Kehilangan darah, misalnya
perdarahan; otak;
• (b) Kehilangan plasma, misalnya luka • (c) Syok anafilaksis;
bakar; • (d) Obat-obatan;
• (c) Dehidrasi: cairan yang masuk kurang • (e) Syok septik;
(misalnya puasa lama), cairan keluar
yang banyak (misalnya diare, muntah- • (f) Kombinasi, misalnya pada sepsis bisa
muntah, fistula, obstruksi usus dengan gagal jantung, hipovolemia, dan rendahnya
penumpukan cairan di lumen usus). tahanan pembuluh darah perifer.
Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah
Evaluasi Resusitasi Cairan
• Kembalinya nilai normal tekanan darah,
kekuatan nado, dan laju nadi.
• Perbaikan dari status neurologis (pasien
sadar), dan sirkulasi kulit.
• Urin output: 0,5 – 1,0 ml/ jam (dewasa).
• Evaluasi CVP
• Acid base balance.
ILMU PENYAKIT
MATA
57
• Mata kanan merah, nyeri dan mata silau
• Riwayat mata kemasukan tanaman 1 minggu yang lalu
saat berkebun
• Penurunan visus dan konjungtiva hiperemi
• Pemeriksaan slit lamp didapatkan gambaran lesi satelit
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Keratitis/ ulkus Fungal
• Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
– Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan “button appearance”
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
• Pd kondisi demikian sebaiknya diberikan terapi antibiotik
sampai keratitis fungal ditegakkan (mis. dgn kultur, corneal
tissue biopsy).
Stromal infiltrate
Ulkus kornea Jamur
Keratitis fungi bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi).
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PTERYGIUM DERAJAT 4
JAWABAN:
C. PTERYGIUM DERAJAT 4
• Massa yang berbentuk segitiga menutupi
mata pterygium
• Pterigium yang menyebabkan gangguan
penglihatan pterygium grade 4
• Pterygium grade 4 pertumbuhan
pterigium sudah melewati pupil ganggu
penglihatan pada pasien
• Pterygium 3A dan 3B tidak terbagi derajat
A/B, pterygium derajat 3 sudah lewati tepi
limnus namun tidak melewati pinggiran pupil
• Pterygium derajat 5 tidak ada
• Pterygium derajat 2 melewati tepi limbus,
namun tidak lebih dari 2 mm
Deskripsi Grading Pterygium
• Grade I : Pterigium terbatas pada limbus kornea
• Grade II : Pterigium sudah melewati tepi limbus
kornea, tapi tidak lebih dari 2 mm
• Grade III : Pterigium sudah melewati tepi limbus
lebih dari 2 mm, tapi tidak melewati
pinggiran pupil dalam keadaan cahaya normal (Ø
pupil 3-4 mm)
• Grade IV : Pertumbuhan pterigium sudah
melewati pupil sehingga sudah ada
gangguan penglihatan
Penanganan Pterygium
• UV radiation merupakan factor resiko utama,
maka pasien harus memakai pelindung mata
dari sinar UV.
• Pengobatan : konservatif; Pada pterigium
derajat 1-2 yang mengalami inflamasi,
pasien dapat diberikan obat tetes mata
kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari
selama 5-7 hari. Pada pterigium derajat 3-4
dilakukan tindakan bedah
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS GLAUKOMA CONGENITAL
JAWABAN:
C. GLAUKOMA CONGENITAL
• Anak usia 6 bulan + mata berair (epifora) +
megalokornea + faktor resiko memelihara
kucing curiga glaukoma kongenital pada
anak
• Glaukoma kongenital abnormalitas anatomi
trabeluar meshwork penumpukan cairan
aqueous humor peninggian tekanan
intraokuler karena jaringan mata anak
masih lembek, seluruh mata membesar
bisa ada megalokornea (kornea menipis
sehingga kurvatura kornea berkurang)
• Ambliopia penurunan tajam penglihatan
umumnya unilateral, dimana setelah dikoreksi
pun dibawah 20/20
• Peters anomaly suatu penyakit dimana terjadi
opasitas kornea akibat disgenesis segmen
anterior ketika perkembangan, bisa sebabkan
amblyopia berat pada anak
• Retinoblastoma tumor ganas intraocular, ada
leukocoria
• Katarak kongenital perubahan kebeningan
struktur lensa muncul pada bayi atau segera
setelah lahir, akan tampak lensa keruh
GLAUKOMA KONGENITAL
• 0,01% diantara 250.000 • Klasifikasi lainnya:
penderita glaukoma – Glaukoma kongenital primer
• 2/3 kasus pada Laki-laki dan anomali perkembangan yang
mempengaruhi trabecular
2/3 kasus terjadi bilateral meshwork.
• 50% manifestasi sejak lahir; – Glaukoma kongenital
70% terdiagnosis dlm 6 bln sekunder: kelainan kongenital
pertama; 80% terdiagnosis mata dan sistemik lainnya,
dalam 1 tahun pertama kelainan sekunder akibat
trauma, inflamasi, dan tumor.
• Klasifikasi menurut Schele:
– Glaukoma infantum: tampak
waktu lahir/ pd usia 1-3 thn
– Glaukoma juvenilis: terjadi
pada anak yang lebih besar
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Etiologi
• Barkan suggested incomplete • Primary congenital glaucoma appears
resorption of mesodermal tissue led to result from developmental
to formation of a membrane across
the anterior chamber angle anomaly of the anterior segment
Barkan's membrane. structures derived from the
– The existence of such a membrane embryonic neural crest cells causing
has not been proved by light or outflow obstruction to aqueous by
electron microscopy.
• Maumenee & Anderson several mechanisms.
demonstrated abnormal anterior • Developmental arrest may result in
insertion (high insertion) of ciliary anterior insertion of iris, direct
muscle over the scleral spur in eyes
with infantile glaucoma. insertion of the ciliary body onto the
– Longitudinal and circular fibers of the trabecular meshwork and poor
ciliary muscles inserted directly onto structural development of the scleral
the trabecular meshwork rather than spur.
the scleral spur and root of the iris
inserts directly to trabecular
meshwork.
– due to a development arrest in the
normal migration of anterior uvea
across the meshwork in the third
trimester of gestation.
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Gejala & Diagnosis
• Tanda dini: fotofobia, • Diagnosis glaukoma
epifora, dan blefarospasme
kongenital tahap lanjut
• Terjadi pengeruhan kornea
dengan mendapati:
• Penambahan diameter
kornea (megalokornea; – Megalokornea
diameter ≥ 13 mm) – Robekan membran
• Penambahan diameter bola descement
mata (buphtalmos/ ox eye) – Pengeruhan difus kornea
• Peningkatan tekanan
intraokuler
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Glaukoma kongenital, perhatikan
Megalocornea adanya pengeruhan kornea dan
buftalmos
http://www.pediatricsconsultant360.com/content/buphthalmos
http://emedicine.medscape.com/article/1196299-overview
60
• Anak 1 bulan, kedua mata berair sejak lahir
• Keluhan kotoran pada mata dan mata merah
disangkal
• VODS blink (+), sekret (-), refluks (+) pada
palpebra inferior
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DAKRIOSTENOSIS
JAWABAN:
B. DAKRIOSTENOSIS
• Kedua mata berair sejak lahir epiphora
• Keluhan kotoran pada mata dan mata
merah disangkal menyingkirkan
konjungtivitis neonatorum
• VODS blink (+), sekret (-), refluks (+) pada
palpebra inferior Dakriostenosis karena
adanya obstruksi pada ductus lakrimal yang
bersifat kongenital
• Dakriosistitis ada tanda inflamasi karena infeksi
akibat obstruksi total/parsial ductus nasolacrimal,
biasanya ada eirtema, bengkak, dan nyeri regio
inframedial
• Keratitis bisa ada penurunan visus, nyeri, fotofobia,
serta temuan defek pada permukaan kornea atau ada
infiltrat
• Atresia punctum lakrimal biasanya ada obstruksi
akibat sumbatan pada katup Hasner distal, sering
sebabkan infeksi berulang sistem lakrimalis
• Glaukoma kongenital epifora, namun bisa
ditemukan hal lain seperti megalokornea, pengeruhan
kornea, blefarospasme, dan lainnya
ANATOMI DUKTUS LAKRIMALIS
Congenital Nasolacrimal Duct
Obstruction (CNDO)
• Embriology
– This condition affects nearly 20 % of all newborns
– The development of the lacrimal drainage system begins at
approximately 6 weeks of gestation
– Communication between the lacrimal drainage system and
the nose occurs at the end of the sixth month.
– Tears are normally produced a few weeks after birth;
hence nasolacrimal duct (NLD) obstruction may not be
recognised until several weeks after birth.
• Etiology :
– Most commonly, this is due to the presence of a
membrane at the level of the valve of Hasner, which is
present at the nasal opening of the nasolacrimal duct
Murthy R. Congenital Nasolacrimal Duct Obstruction (CNLDO). Kerala Journal of Ophthalmology. 2007.9:2
Blink test
• Prinsip: kelopak mata menggerakkan air mata
pada matamata terlubrikasi
• Drainase air mata terletak pada ductus
nasolacrimal menuju hidung
• Saat berkedip kantong lakrimal
tertekanmemaksa air mata keluar ke duktus
nasolacrimal
• Jika terdapat obstruksi pada ductus nasolacrimal
air mata akan refluks dan mata tampak sangat
berair epiphora blink test (+)
Congenital nasolacrimal duct obstruction
https://westjem.com/articles/grade-iii-or-grade-iv-hypertensive-retinopathy-with-
severely-elevated-blood-pressure.html
Retinopati Hipertensi Grade IV
62
• Keluhan mata merah, bengkak, nyeri, berair
dengan sekret disertai penurunan visus sejak 5
hari yang lalu
• Sering memakai kontak lens, namun malas
melepaskannya
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS KERATITIS AKIBAT LENSA KONTAK
JAWABAN:
D. STAPHYLOCOCCUS AUREUS
• Adanya mata merah, nyeri berair, secret, disertai
dengan penurunan visus + riwayat menggunakan
lensa kontak curiga infeksi mata, paling sering
keratitis
• Etiologi tersering penyebab keratitis pada pasien
dengan menggunakan lensa kontak bakteri
Staphylococcus aureus
• Acantamoeba disingkirkan karena tidak ada
spesifik dijelaskan penggunaan lensa kontak saat
berenang yang jadi faktor resiko
• Acanthamoeba faktor risiko Infeksi mikroorganisme
ini adalah memakai kontak lens pada saat berenang
atau mandi, dan membersihkan kontak lens tidak
memakai cairan steril pembersih kontak lens
• Fusarium bisa sebabkan keratitis fungal akibat lensa
kontak, sering di wilayah subtropic atau tropis
• Giardia lamblia tidak sebabkan keratitis, biasanya
parasite sebabkan infeksi saluran cerna
• Listeria monocytogenes sebabkan listeriosis
biasanya infeksi melalui makanan terkontaminasi, tidak
sebabkan keratitis
Contact Lens Related Eye Infection
• Keratitis is the most • Risk Factor :
serious complication of – Extended wear lenses
contact lens wear – Sleeping in your contact
• Approximately 90% of lenses
MK in CL wearers is – Reduced tear exchange
associated with bacterial under the lens
infection – Enviromental factor poor
hygiene
• Symptomps
– Blurry vision, unusual
redness of the eye, pain in
the eye, tearing or
discharge from eye,
fotofobia, foreign body
sensation
Microbacterial keratitis related contact
lens wear
• Etiology :
– The most common bacterial
pathogens associated with MK :
Staphylococcus and Pseudomonas
species more frequent in
temperate climate regions.
– Fungal keratitis is more
frequent in tropical or sub-tropical
climates. Fusaria are the most
common fungal pathogen
associated with CL related fungal
keratitis.
– Acanthamoeba keratitis seems to
be a growing clinical problem in CL
wearers,
– viral keratitis is poor understood
Dyavaiah M, et.al Microbial Keratitis in Contact Lens Wearers. JSM Ophthalmol 3(3): 1036 (2015)
Bacterial keratitis Fungal keratitis Acanthamoba
Risk factor - Sleeping with CLs among Possible risk factors of CL storage cases and poor
CL wearers fungal keratitis are ocular hygiene practices such as usage
- Patients with diabetes injury, long-term therapy of homemade saline rinsing
mellitus, dementia or with topical or systemic solutions and rinsing of lenses
chronic alcoholism steroids, with tap water Other risk
appeared to be at higher immunosuppressive agents, factors include CL solution
risk and underlying diseases reuse/topping off, rub to clean
- Trauma was rarely a such as pre-existing corneal lenses, shower wearing lenses,
factor surface abnormality and lens replaced (quarterly), age of
wearing CLs case at replacement (<3
months), extended wear and
lens material type
Clinical The predominant clinical CL associated Fusarium Itching, redness, pain, burning
manifestation features reported in keratitis include central sensation, ring infiltrate in
bacterial keratitis were lesions, paraxial lesions, and corneal, multiple
eye pain and redness the peripheral lesions in the pseudodendritic lesions, loss of
with a decrease in visual eye [31]. Patients with vision. Painless acantamoeba
acuity and stromal Candida infections were keratitis fotofobia but no
infiltration reported to have a severe ocular pain
visual outcome
Lainya:
• HLA-B27 untuk mengeksklusi arthritis lainnya yang terutama
mempengaruhi tulang belakang (ankylosing spondylitis)
• Analisis cairan sendi untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi pada
sendi
• Kultur darah untuk mengeksklusi infeksi.
PATOMEKANISME KONDISI…
DIAGNOSIS HIPERMETROPIA
JAWABAN:
A. KURVATURA KORNEA LANDAI DARI NORMAL
• Berdasarkan pemaparan soal pasien visus
menurun terkoreksi dengan lensa sferis positif
kasus hypermetropia
• Patofisiologi terjadinya hipermetropia yaitu:
– Ukuran sumbu aksial bola mata lebih
pendek dibandingkan ukuran normal
– Kurvatura kornea lebih landai
• Patofisiologi miopia:
– Kurvatura kornea lebih cembung dari normal (opsi B)
– Sumbu aksial bola mata lebih panjang dibandingkan
ukuran normal
– Indeks bias atau refraksi lebih besar dari normal (opsi
D)
• Kurvatura irregular penyebab astigmatisme (opsi C)
HIPERMETROPIA
• Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga
titik fokusnya terletak di belakang retina (di
belakang makula lutea)
• Etiologi :
– sumbu mata pendek (hipermetropia aksial),
– indeks bias kurang pada sistem optik mata
(hipermetropia refraktif) misal akibatlengkung kornea
yang terlalu landai
• Gejala : penglihatan jauh dan dekat kabur, sakit
kepala, silau, rasa juling atau diplopia
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas ; dasar – teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata, sidarta Ilyas
HIPERMETROPIA
• Pengobatan : Pemberian lensa sferis
positif akan meningkatkan kekuatan
refraksi mata sehingga bayangan
akan jatuh di retina
• koreksi dimana tanpa siklopegia
didapatkan ukuran lensa positif
maksimal yang memberikan tajam
penglihatan normal (6/6), hal ini
untuk memberikan istirahat pada
mata.
• Jika diberikan dioptri yg lebih kecil,
berkas cahaya berkonvergen namun
tidak cukup kuat sehingga bayangan
msh jatuh dibelakang retina,
akibatnya lensa mata harus
berakomodasi agar bayangan jatuh
tepat di retina.
• Contoh bila pasien dengan +3.0 atau
dengan +3.25 memberikan tajam
penglihatan 6/6, maka diberikan
kacamata +3.25
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
66
• Wanita 40 tahun mata buram saat melihat jarak
dekat, namun tidak ada keluhan saat melihat jauh
• Visus mata OD 6/20 dengan lensa S+1.00 menjadi
6/6, OS 6/20 dengan lensa S+1.25 menjadi 6/6
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HIPERMETROPIA
JAWABAN:
B. HIPERMETROP ODS
• Mata buram saat melihat jarak dekat,
namun tidak ada keluhan saat melihat jauh
gejala klinis hypermetropia
• Visus mata OD 6/20 dengan lensa S+1.00
menjadi 6/6, OS 6/20 dengan lensa S+1.25
menjadi 6/6 membaik dengan lensa
sferis positif hipermetropia
• Miopia keluhan umumnya sulit melihat
jauh, terkoreksi dengan lensa sferis negatif
• Presbiopi daya akomodasi berkurang
dipengaruhi usia
• Emetrop mata normal
• Ametropia sekelompok gangguan
penglihatan karena kelainan kekuatan refraksi
mata
HIPERMETROPIA
• Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar
sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak di belakang retina (di belakang
makula lutea)
• Etiologi :
– sumbu mata pendek (hipermetropiaaksial),
– kelengkungan kornea atau lensa kurang (hipermetropia
kurvatur),
– indeks bias kurang pada sistem optik mata (hipermetropia
refraktif)
• Gejala : penglihatan jauh dan dekat kabur, sakit kepala,
silau, rasa juling atau diplopia
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas ; dasar– teknik Pemeriksaandalam Ilmu Penyakit Mata, sidarta Ilyas
HIPERMETROPIA
• Pengobatan : Pemberian lensasferis
positif akan meningkatkan kekuatan
refraksi mata sehingga bayangan
akan jatuhdi retina
• koreksi dimana tanpa siklopegia
didapatkan ukuran lensa positif
maksimal yangmemberikan tajam
penglihatan normal (6/6), hal ini
untuk memberikan istirahat pada
mata.
• Jika diberikan dioptri yg lebih kecil,
berkas cahaya berkonvergen namun
tidak cukup kuat sehingga bayangan
msh jatuh dibelakangretina,
akibatnya lensa mata harus
berakomodasi agar bayangan jatuh
tepat di retina.
• Contoh bila pasien dengan +3.0 atau
dengan +3.25 memberikan tajam
penglihatan 6/6, maka diberikan
kacamata +3.25
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
67
• Pasien 43 tahun penyandang sindroma metabolic, konsumsi obat anti
kolesterol, asam urat, anti hipertensi dan obat gula darah
• Keluhan selain buram tidak ada
• Tidak didapatkan injeksi konjungtiva, kornea intak, COA dalam dan
jernih
• Gambaran pembuluh darah yang menipis dan berwarna pucat
kecoklatan dan AV nicking
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS RETINOPATI HIPERTENSI
JAWABAN:
E. RETINOPATI HIPERTENSI
• Pasien keluhan mata buram + riwayat
sindrom metabolic dengan pengobatan
bisa merupakan komplikasi sindrom
metabolic dialami
• Temuan Copper Wiring dan AV Nicking
menandakan retinopati hipertensi stadium
awal
• Tidak dipilih Retinopati DM karena
gambarannya harusnya venous beading
• Tidak ada istilah retinopati dyslipidemia
• Pada retinitis pigmentosa akan terdapat
deposit bercak kehitaman (pigmentasi) di
retina bagian perifer
Retinopati Hipertensi
https://westjem.com/articles/grade-iii-or-grade-iv-hypertensive-retinopathy-with-
severely-elevated-blood-pressure.html
Retinopati Hipertensi
TERAPI SUPORTIF…
DIAGNOSIS KONJUNGTIVITIS VIRUS
JAWABAN:
D. ARTIFICIAL TEARS
• Mata merah dengan tidak adanya penurunan
penglihatan mata merah visus normal
• Mata berair, rasa menganjal kemungkinan
konjungtivitis
• Riwayat kontak dengan kakak yang mengalami
gejala yang sama transmisi antar manusia,
paling sering karena virus
• Pemeriksaan fisik edema palpebra, folikel
cairan serous, injeksi konjungtiva
konjungtivitis virus
• Terapi pada konjungtivitis virus bersifat
suportif artificial tears
• Gentamisin dan tobramisin bila infeksi bakteri
• Pilokarpin miotik
• Betametason steroid, tidak perlu untuk
kondisi infeksi virus
Viral Conjunctivitis
• Etiology : Adenovirus (65-90% of • Viral conjunctivitis secondary to
cases) adenoviruses highly contagious,
– produce 2 of the common clinical and the risk of transmission 10% -
entities associated with viral 50%
conjunctivitis : • The virus spreads through direct
1. pharyngoconjunctival fever contact via contaminated fingers,
• Abrupt onset of high fever, medical instruments, swimming pool
pharyngitis, bilateral water,or personal items
conjunctivitis and • Incubation and communicability are
periauricular lymphnode estimated to be 5 to 12 days and 10
enlargement to 14 days, respectively
2. epidemic keratoconjunctivitis • Treatment
• More severe and presents – artificial tears, topical
with watery discharge, antihistamines, or cold
hyperemia, chemosis, and compresses alleviating some
ipsilateral lymphadenopathy of the symptoms
– Available antiviral medications
are not useful and topical
antibiotics are not indicated
70
• Keluhan berdebar-debar, suka berkeringat, dan
gemetaran
• Benjolan di leher sejak 6 bulan
• Penonjolan mata keluar dari orbita, dan massa difus
berukuran 5x6x4 cm yang ikut bergerak ketika
menelan dan tidak terasa nyeri
PEMERIKSAAN UKUR KEPARAHAN KOMPLIKASI…
DIAGNOSIS GRAVES OPTHALMOPATHY
JAWABAN:
B. HERTEL EKSOFTALMOMETER
• Gejala hipertiroidisme
berdebar-debar, mudah
berkeringat akibat
pembesaran difus pada
kelenjar tiroid mungkin
graves disease
• Komplikasi graves disease
graves opthalmopathy
diukur menggunakan hertel
eksoftalmometer
• Gonioskopi adalah pemeriksaan untuk melihat
kedalaman anterior chamber
• Schiotz Tonometri untuk mengukur tenakan
intraokuler
• Ocular Coherence Tomography adalah pemeriksaan
untuk memfoto retina secara cross section, memiliki
fungsi yang lebih baik daripada funduskopi
• Amsler Grid untuk melihat defek scotoma pada kasus
age related macular degeneration
Gejala pada Graves Opthalmopathy
• Gejala merupakan kombinasi dari retraksi dan
spasme kelopak mata, proptosis, myopati
ekstraokuler dan neuropati optik
Eksoftalmometer
Eksoftalmometer adalah instrument untuk
mengukur derajat dysplasia eksoftalmos
Alat ini mengukur jarak pergeseran dari orbital
rim lateral ke depan kornea
Ada beberapa tipe:
• Hertel
• Naugle
• Luedde
Naugle dan Luedde Exopthalmometer
Naugle Luedde
NEUROLOGI
71
• Laki-laki dengan keluhan tidak dapat menggerakkan
kedua tungkai setelah kecelakaan sepeda motor
• Tidak ada gangguan BAB BAK pada pasien
• Tidak ada gangguan lain selain motorik pada kedua
ekstremitas bawah pasien
SKOR ASIA…
DIAGNOSIS TRAUMA MEDULA SPINALIS
JAWABAN:
C. ASIA GRADE C
• Diagnosis pada kasus adalah Trauma medula
spinalis, karena terdapat keluhan paraplegi
(kedua kaki tidak dapat digerakkan)
• Dari data yang diberikan, kemungkinan Skor
Asia pada pasien adalah ASIA Grade C, atas
dasar:
– tidak dapat menggerakkan kedua tungkai
Paraplegi inferior, kekuatan motoric 0
– Tidak ada gangguan BAB BAK pada pasien dan
tidak ada gangguan lain Kemungkinan tidak
ada gangguan pada sensorik dan tidak ada
gangguan BAK dan BAB (Segmen S4-5)
• Tidak dipilih opsi B karena pada opsi B, fungsi
sensorik masih baik dan motorik terganggu di
bawah level neurologis hingga segmen S4-5,
sehingga akan didapatkan temuan gangguan
motoric dan sensorik pada anus (gangguan BAB
dan BAK)
• Sementara itu pada Grade D, fungsi motoric utama
terganggu minimal dengan skala kekuatan >3
• Grade Etidak ada kelainan pada fungsi motoric
dan sensorik
• Grade ATIDAK ADA fungsi motoric dan sensorik
Klasifikasi Trauma Medula Spinalis
• Berdasarkan Impairment Scale menggunakan “American
Spinal Injury Association/International Medical Society of
Paraplegia (ASIA/IMSOP)”
Grade Impairment Deskripsi
PEMERIKSAAN PENUNJANG?
DIAGNOSIS MENINGOENSEFALITIS
JAWABAN:
C. LUMBAL PUNGSI
• Diagnosis pada kasus adalah Meningoensefalitis,
karena terdapat :
– Penurunan kesadaran perlahan sejak 3 hari
– Nyeri kepala berdenyut serta demam kurang lebih 1
minggu, suhu 380C
– Defisit Neurologis:
• kesadaran somnolen, GCS E3M4V5
• tanda rangsang meningeal (+)
• hemiparese dextra
• Pemeriksaan penunjang yang tepat dilakukan
adalah C. Lumbal Fungsi
– untk menegakkan diagnosis etiologi sehingga pilihan
terapi yang digunakan lebih tepat guna sehingga
mendapatan outcome terapi yang baik.
• CT scan dengan kontras tidak dapat memberi
informasi ttg etiologi kuman meningoensefalitis
pd psn
• Foto kepala dan PET Scantidak digunakan
kasus meningoensefalitis
• Kultur darah dilakukan pada kasus sespsis
Meningitis Bakterialis
73
• Wanita, 35 tahun dengan kejang berulang sejak 1 jam yang lalu.
• Kejang dialami sudah sekitar 10 kali, per periode durasi kejang 2
menit.
• Kejang seluruh tubuh tampak kaku dan kemudian menghentak.
• Pada saat kejang pasien tidak sadar dan diantara kejang pasien juga
tidak sadar.
• Pasien memiliki riwayat epilepsi dan tidak rutin meminum obat anti
epilepsi.
• Demam disangkal. Saat anda periksa pasien kembali kejang.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS STATUS EPILEPTIKUS
JAWABAN:
B. DIAZEPAM
• Diagnosis pada kasus adalah Status epileptikus,
karena terdapat :
– Wanita, 35 tahun dengan kejang berulang sejak 1 jam
yang lalu.
– Kejang dialami sudah sekitar 10 kali, per periode
durasi kejang 2 menit.
– Kejang seluruh tubuh tampak kaku dan kemudian
menghentak.
– Pada saat kejang pasien tidak sadar dan diantara
kejang pasien juga tidak sadar.
• Saat diperiksa pasien kembali kejang, maka
tatalaksana awal pada psn adalah B.Diazepam
– 10 mg IV bolus lambat selama 5 menit atau stop bila
kejang berhenti.
• Fenitoin dan atau fenobarbital (2nd line)
– bisa diberikan pada stadium 3 kejang (0-60 menit) atau
untuk maintenance cegah kejang berulang kemudian.
• Bila pasien masuk stadium 4 (30-90 menit) masih
kejang, pertimbangkan knock down pasien dengan
anestesi umum misalnya midazolam (opsi 4)
– midazolam bisa diberikan pada kejang awal andaikan
tidak stop dengan diazepam atau tidak ada akses IV
(namun midazolam berikan secara IM yang tidak
diperjelas opsi diatas)
• Magnesium sulfattidak dipakai pd tatalaksana
status epileptikus
Status Epileptikus
• Definisi konseptual: bangkitan berlangsung le bih dari
30 menit, atau ada dua bangkitan/lebih dimana
diantara bangkitan tersebut tidak ada pemulihan
kesadaran
• Definisi operasional & kriteria diagnosis status
epilepticus (SE) konvulsif
– Ada bangkitan durasi >5 menit, atau bangkitan berulang 2
kali atau lebih tanpa pemulihan kesadaran diantara
bangkitan
• Etiologi SE: putus obat antiepilepsi, CVD, konsumsi
ethyl alcohol, anoksia, metabolic, perdarahan, trauma,
tumor, infeksi
Sumber: .
PPK Neurologi 2017
Konsensus Epilepsi. Perdossi. 2014
Tatalaksana status epileptikus
• Stadium 1 (di RS, 0-10 menit)
– Umum: primary survey dan stabilisasi ABC (pertahankan patensi jalan napas dan
resusitasi), O2, pasang infus
– Hentikan kejang: Diazepam IV 10 mg bolus lambat selama 5 menit, stop bila kejang
berhenti, atau Lorazepam IV 0.1 mg/kgBB (max 4 mg). Bila masih kejang bisa ulang
Diazepam 1x lagi atau beri Midazolam 0.2 mg/kgBB IM
• Stadium 2 (0-30 menit)
– Monitor pasien, pertimbangkan kemungkinan kondisi non-epileptic, pemeriksaan
laboratorium
– Beri D5% 50 ml dan atau thiamine 250 mg IV bila ada curiga penggunaan alcohol
hingga defisiensi nutrisi
– Terapi asidosis bila ada asidosis berat
• Stadium 3 (0-60 menit)
– Pastikan etiologic, siapkan rujuk ke ICU
– Phenytoin IV 15-18 mg/kgBB dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit dan atau
bolus Phenobarbital 10-15 mg/kgBB IV dengan kecepatan pemberian 100 mg/menit
• Stadium 4 (30-90 menit)
– Pindah ICU
– Pertimbangkan anestesi umum bila masih kejang dengan propofol 1-2 mg/kgBB bolus
lanjut maintenance 2-10 mg/kg/jam atau Midazolam 0.1-0.2 mg/kgBB bolus lanjut
maintenance 0.05-0.5 mg/kgBB/jam
74
• Laki-laki, 28 tahun, dgn tangan kiri nyeri sejak 1 bulan
• Memberat 1 minggu ini
• Bekerja sebagai petugas administrasi, mengetik sehari
dapat selama 6 jam.
• PF: Nyeri pada pergelangan tangan kiri dan parestesia sisi
lateral tangan kiri.
TATALAKSANA AWAL…
DIAGNOSIS CARPAL TUNNEL SYNDROME
JAWABAN:
B. SPLINTING PERGELANGAN
• Diagnosis pada kasus adalah Carpal tunnel
syndrome, karena terdapat :
– Laki-laki, 28 tahun, dgn tangan kiri nyeri sejak 1
bulan
– Bekerja sebagai petugas administrasi, mengetik
sehari dapat selama 6 jam.
– PF: Nyeri pada pergelangan tangan kiri dan
parestesia sisi lateral tangan kiri.
• Tatalaksana awal pada psn adalah B. Splint
pergelangan
• Operasi eksplorasiistilah tidak tepat, operasi
yang dilakukan pada CTS adalah operasi
dekompresi untuk mengurangi tekanan pada
terowongan karpal
• Hidrocodonetidak ada di indonesia
• Back sling dan Back brace untu menyangga
punggung
Carpal Tunnel Syndrome
CTS merupakan kelainan neuropati perifer lokal yang sering terjadi akibat
tertekannya nervus medianus.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS AFASIA TRANSKORTIKAL SENSORIK
JAWABAN:
A. AFASIA TRANSKORTIKAL SENSORIK
• Diagnosis pada kasus adalah Afasia
transkortikal sensorik, karena terdapat gejala :
– lancar dalam mengucapkan kata-kata
– namun tidak mengerti pembicaraan orang lain,
dan tidak mampu mengikuti perintah yang
diberikan
– Pasien mampu menirukan kata/ kalimat lawan
bicara
• Ciri khas pada afasia transkortikal sensorik
adalah kemampuan pasien dalam
mengulang/ menirukan kata/ kalimat lawan
bicara.
• Afasia sensorik/ Wernickelancar mengeluarkan
isi pikirannya, namun tidak mengerti pembicaraan
orang lain atau mengikuti perintah
• Afasia transkortikal campuran tidak dapat bicara,
tidak dapat mengerti perintah dapat mengulang
kata-kata
• Afasia motorictidak dapat bicara, tapi dapat
mengerti perintah, tidak dapat mengulang kata-
kata lawan bicara
• Afasia globaltidak dapat bicara, tidak mengerti
dan tidak dapat mengulang kata-kata.
• Afasia transkortikal, disebabkan lesi di sekitar
pinggiran area pengaturan bahasa.
Transcortical
Nonfluent - Good Good Poor
motor
Wernicke’s
Fluent + Poor Poor Poor
Aphasia
Transcortical
Fluent + Poor Good Poor
sensory
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TRAUMA KAPITIS E.C SUSP. EDH
JAWABAN:
A. CT SCAN KEPAL KEPALA NON KONTRAS
• Adanya Riwayat nyeri kepala kronik yang makin
berat (sejak 2 tahun), disertai dgn adanya deficit
neurologis (hemiparese kanan) dan tanda
peningkatan TIK (muntah dan pupil anisokor),
mengarahkan ke Lesi desak ruang (SOL)
Migrain: sakit kepala dengan intentistas berdenyut/ tertusuk-
tusuk. Sakit kepala berlangsung 4-72 jam tidak menimbulkan
defisti neurologis
Lesi vascular tanda dan gejala lesi vascular terjadi secara
mendadak. Defisit neurologis tergantung letak lesi.
Regangan otot misal tension headache, sifat nyeri kepala
berat atau tertarik. Nyeri berlangsung 30 menit – 7 hari.
Intensitas naik turun dantidak disertai deficit neurologis.
Reaksi inflamasi bermacam-macam penyakit inflamasi yang
menimbulkan sakit kepala dapat berupa infeksi, autoimun, dsb.
Keadaan tersebut pasati terdapat gejala lain yang menyertai.
Seperti demam, kejang, akku kuduk, dsb.
Lesi Desak Ruang
Definisi
• Suatu proses penambahan massa intrakranial
• Peningkatan TIK
Etiologi
• Hematoma (Subdural & epidural hematom)
• Neoplasma (tumor intrakranial)
• Abses serebri
• Tuberkuloma
Gejala Klinis
• Tanda umum peningkatan TIK :
– Sakit kepala
– Mual & muntah
– Kejang
– Penurunan kesadaran
• Gejala fokal :
– Hemianopsia homonim, tidak bisa
melokalisir
– Perubahan status mental & sensasi
– Perubahan fungsi hormonal
• Tumor intra kranial dapat
menyebabkan herniasi:
– Herniasi falk
– Herniasi trans tentorial
– Herniasi tonsilar
– Herniasi uncal
Tumor Intrakranial
Tumor otak primer adalah penyakit yang jarang ditemui, insidensnya hanya sekitar 2% dari
populasi di USA
Tumor lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, dengan umur yang paling sering
terkena adalah 69 – 75 tahun
Chandhana S, Singh T. Primary Brain Tumors in Adult. (Am Fam Physician. 2008;77(10):1423-1430.
Diagnosis of Primary
Brain Tumors
https://www.aafp.org/afp/2016/0201/p21
1.html#afp20160201p211-f1
Tanda dan gejala tumor otak primer
Chandhana S, Singh T. Primary Brain Tumors in Adult. (Am Fam Physician. 2008;77(10):1423-1430.
Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SINDROM KAUDA EKUINA
JAWABAN:
B. SINDROM KAUDA EKUINA
• Adanya keluhan nyeri pinggang sejak 2 minggu
yang lalu, riwayat terjatuh dalam posisi terduduk,
PF: saddle anestesi dan paraparese asimetris
(kekuatan motoric tungkai bawah 3333/ 4444)
dan tidak ditemukan gangguan BAB dan BAK
sesuai dengan sindrom cauda equine.
• Pada sindrom cauda equine gejala yang khas
adalah adanya saddle anestesi, paresis tipe LMN
kedua tungkai yang asimetris kiri dan kanan, serta
gangguan sensorik setinggi lesi.
• HNP Lumbal diagnosis pasti ditegakkan dengan MRI
yang menunjukkan adanya penyempitan medulla spinalis
akibat penonjolan diskus
– Gejala berupa defisit neurologis simetris setinggi lesi.
• Radikulopati lumbal disfungsi akar saraf di area
lumbal menimbulkan nyeri radikular sesuai dermatom
dari letak lesi tersebut.
• Syringomyelia tumbuhnya kista berisi cairan (syrinx) di
dalam sumsum tulang belakang
– Gejala yang ditimbulkan antara lain kelemahaan otot, atrofi
otot, hilangnya reflex, dan sensitivitas sesuai dengan letak
lesi.
• Mielopati istilah u/ menggambarkan setiap defisit
neurologis yang berhubungan dengan sumsum tulang
belakang, baik karena kelainan bawaan, trauma, ataupun
HNP.
Cauda Equina Syndrome
Etiologies
– Disc herniation
• Cauda equina is the collection – Disc fragment migration
of nerve containing nerve – Iatrogenic epidural hematoma
roots from L1-L5 and S1-S5. • Post LP or spinal anesthesia
•
• Most centrally located nerve Postoperatively
– Infection
roots are from most caudal
segments. – Tumor
– Trauma
• Lesions give rise to lower
motor neurons symptoms. Symptoms
• Radicular pain is prominent • Back pain
and symptoms are usually • Radicular pain
unilateral. • Bilateral
• Bladder dysfunction with a • Unilateral
• Motor loss
decrease in perianal sensation • Sensory loss
• Urinary dysfunction
• Overflow incontinence
• Inability to void
• Inability to evacuate the bladder completely
• Decrease in perianal sensation
Sindrom kauda
equina
• Diagnosis
– Klinis dan dikonfirmasi
dengan MRI atau CT
scan
• Terapi tergantung
penyebabnya
– Herniasi diskus, trauma,
tumor, atau abses
dekompresi surgical
– Abses penggunaan
antibiotic
– Degeneratif
pengobatan
antiinflamatorik dan
kortikosteroid
Conus Medullaris Syndrome Cauda Equina Syndrome
Sumber: .
PPK neurologi 2017
80
• Wanita berusia 54 tahun dengan keluhan sering muncul gerakan
berulang ulang pada jari dan tangan kiri, seperti bermain piano.
• Keluhan sudah dialami sejak 6 bulan yang lalu
• Pasien tampak cemas dan iritabel
• Riwayat depresi yang telah berlangsung selama beberapa tahun
• Di keluarga, ayahnya terdapat riwayat penyakit dengan gejala serupa
• Pemeriksaan tanda vital: TD 130/80 mmHg, nadi 80x/ menit, laju napas
16x/ menit, dan suhu afebris.
LETAK KELAINAN…
DIAGNOSIS HUNTINGTON DISEASE
JAWABAN:
A. PUTAMEN
• Wanita 54 tahun, sejak 6 bulan mengalami chorea
(gerakan berulang ulang pada jari dan tangan kiri
seperti bermain piano). Pasien tampak cemas dan
iritabel, dari anamnesis lebih lanjut, pasien
memiliki riwayat depresi yang telah berlangsung
selama beberapa tahun. Di keluarga, ayahnya
terdapat riwayat penyakit dengan gejala serupa
• Dari gejala dan tanda yang ada diagnosis pada
kasus ini mengarah pada Huntington disease
• Struktur otak yang dominan mengalami kerusakan
adalah putamen
• Ventrolateral hipothalamus berperan dalam
rasa lapar, takut, termoregulasi, dan aktfitas
seksual.
• Cortex cerrebri bagian yang berevolusi secara
lanjut pada manusia, memiliki banyak fungsi sesuai
lobus.
• Globus pallidus bersamaan nucleus caudatus
dan putamen membentuk bangsal ganglia.
Beberapa literatur menyebutkan pada Huntington
disease juga dapat mengalami atrofi, namun
memang yang dominan adalah putamen dan
nucleus caudatus.
• Cerebellum berperan sebagai pusat
keseimbangan.
Huntington’s Disease symptoms:
An autosomal dominant, heritable disease causing
uncontrolled movement of the arms, legs, head,
face, and upper trunk.
from alz.org
Chorea: irregular, jerky movements; uncontrolled, dance-like
motion of twisting or writhing (from the Greek word “dance”)
HD patient
Jerky, uncontrollable movements of limbs, trunk, and face
Attempt to conceal involuntary movements by adding voluntary
movements
Lesions mainly involves the central nervous system, with atrophy
of the caudate and putamen (the neostriatum) being most
prominent.
HD: excessive DA signaling in the basal ganglia
Normal movement is dependent on balance between
direct/indirect motor pathways
81
• Tn Popon, 25 tahun, dirujuk dari Puskesmas dengan keluhan
paraplegia
• Pasien terjatuh dari gedung lantai 2
• Pasien mati rasa pada kedua tungkai bawah.
• Rangsang nyeri dan suhu terganggu, rangsang proprioseptif dan
vibrasi masih (+).
• Dari pemeriksaan kekuatan motorik 0 dan Refleks Babinski (+).
LETAK KELAINAN PENYEBAB KELAINAN MOTORIK…
DIAGNOSIS ANTERIOR CORD SYNDROME
JAWABAN:
C. TRAKTUS KORTIKOSPINAL
• Pasien mengalami paraplegia akibat terjatuh dari
lantai 2 sebuah gedung disertai adanya parestesia dan
mati rasa pada kedua tungkai. Pada pemeriksaan
kekuatan motoric 0 dan reflex Babinski (+)
• Pasien mengalami paraplegia tipe UMN disertai
adanya gangguan sensorik pada rasa nyeri dan suhu
diagnosis pada kasus ini adalah Anterior Cord
Syndrome
• Jaras yang menyebabkan gangguan motorik adalah
kerusakan pada traktus kortikospinalis
– berperan pada gerakan motoric halus dan traktus
spinotalamikus anterior yang berperan dalam rangsang raba
dan tekanan.
Traktus spinotalamikus lateral jaras sensorik berupa
nyeri dan suhu.
Fasiculus gracillis dan cuneatus jaras proprioseptif,
discriminative touch dan getaran.
Radiks spinal kelumpuhan bersifat LMN tidak
ditemukan reflex patologis pada lesi radiks spinal.
Column posterior terdiri dari Fasiculus gracillis dan
cuneatus gejala gangguan proprioseptif
discriminative touch dan getaran.
Main Somatosensory Pathway
(Ascending Tract)
• Pain and
tempereature
pathway (Lateral
Spinothalamic Tract)
• Touch & pressure
pathways (Anterior
Spinothalamic Tract)
• Pathway for:
– Conscious
proproception.
– Discriminative touch
– Vibratory sense.
• Etiologi
– Tension (keteganggan) dan stress.
– Tiredness (Kelelahan).
– Ansietas (kecemasan).
– Lama membaca, mengetik atau konsentrasi (eye strain)
– Posture yang buruk.
– Jejas pada leher dan spine.
– Tekanan darah yang tinggi.
– Physical dan stress emotional
Diagnosis TTH
• Diagnosis nyeri kepala sebahagian besar didasarkan atas keluhan, maka
anamnesis memegang peranan penting.
• Dari anamnesis, biasanya gejala terjadinya TTH terjadi setiap hari dan
terjadi dalam 10 kali serangan dalam satu hari.
• Durasi atau lamanya TTH tersebut dapat terjadi selama antara 30 menit
sampai dengan 7 hari.
• Nyerinya dapat bersifat unilateral atau bilateral, dan pada TTH tidak
adanya pulsating pain serta intensitas TTH biasanya bersifat ringan.
• Pada TTH pun terdapat adanya mual, muntah dan kelaian visual seperti
adanya fonofobia dan fotofobia
• Pemeriksaan tambahan pada TTH adalah pemeriksaan umum seperti
tekanan darah, fungsi cirkulasi, fungsi ginjal, dan pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan neurologi (pemeriksaan saraf cranial, dan intracranial
particular), serta pemeriksaan lainnya, seperti pemeriksaan mental status.
• Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologi (foto rontgen, CT Scan), Elektrofisiologik (EEG, EMG)
83
• Perempuan, dengan keluhan pusing dan mual setelah
naik kereta api
• Pasien baru datang dari kampung dan merasa sehat saat
berangkat dari kampung
• Demam dan riwayat penggunaan obat ototoksik tidak
ada
TERAPI…
DIAGNOSIS MOTION SICKNESS
JAWABAN:
B. DIMENHYDRINATE
• Pasien mengalami motion sickness (pusing dan
mual saat naik kereta api)
• Oleh karena itu tatalaksana yang tepat adalah
dimenhydrinate.
• Dymenhidrinate merupakan senyawa
klorteofilinat dari difenhidramin
– digunakan khusus untuk mabuk perjalanan oleh karena
efek anti-emetik & anti-vertigo yang lebih kuat
dibandingkan difenhidramin
Difenhidramin antihistamin H-1 blocker generasi
pertama yang memiliki sifat sedative (akibat pengaruhnya
terhadap SSP), antikolinergik, spasmolitik, anti-emetik, &
anti-vertigo
Omeprazole obat golongan PPI
menurunkan produksi asma lambung.
Metoclopramide & domperidonememiliki anti-emesis
oleh karena efek prokinetik terhadap gastrointestinal
Dalam kasus motion sickness, mual muntah yang terjadi
diakibatkan gangguan keseimbangan
oleh karena itu, jawaban lebih dipilih dimenhidrinate yang
memiliki karakteristi difenhidramin (spasmolitik, anti-emetik, &
anti vertigo) yang memiliki efek anti-emetik dan anti-vertigo yang
lebih kuat.
Motion Sickness
• Motion sickness atau kinetosis,
juga dikenal sebagai Penyakit
ini merupakan gangguan yang
terjadi pada telinga bagian
dalam (labirin) yang mengatur
keseimbangan, dan disebabkan
karena gerakan yang berulang,
seperti gerak ombak di laut,
pergerakan mobil, perubahan
turbulensi udara di pesawat,
dll.
• Otak kita secara terus menerus mengumpulkan dan
menganalisis data dalam hal orientasi (arah) tubuh
saat ini, gerakan, keseimbangan, dan penglihatan.
• Data-data ini dikumpulkan oleh otak melalui 3 jalur
pada sistem saraf, yaitu: telinga bagian
dalam/Inner Ear Keseimbangan bergantung pada
empat sistem berbeda(Sistem vestibular),
Rangsang proprioseptif, Penglihatan, Batang otak
dan serebelum
Motion Sickness ada 3 macam berdasarkan ketidak
seimbangan inputnya, yaitu:
• Gerakan yang terasa tetapi tidak terlihat
• Gerakan yang terlihat tetapi tidak terasa
• Gerakan yang terlihat dan terasa tetapi tidak
cocok/sejalan satu sama lain
84
• Wanita usia 40 tahun keluhan tidak sadarkan diri setelah jatuh dari motor dan
kepalanya terbentur aspal 15 menit SMRS
• Pasien tidak membuka mata meskipun dicubit, tangan ekstensi pada
perangsangan nyeri, pasien mengerang
• PF: TD140/100 mmHg, nadi 100x/mnt, nafas 30x/mnt.
• Pupil anisokor, pupil kanan 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung
(+), pupil kiri 5 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+)
• Setelah dirawat selama 24 jam TD menjadi 180/100 mmHg, nadi 120x/mnt,
respirasi 28x/mnt.
Nightmare
Night terror
F51.4 Teror tidur (night terrors)
• Night terror adalah suatu kondisi terbangun dari sepertiga awal tidur malam,
biasanya diikuti dengan teriakan dan tampakan gejala cemas yang berlebihan,
berlangsung selama 1 – 10 menit.
• Gejala
Dalam episode yang khas, penderita akan terduduk di tempat tidur dengan
kecemasan yang sangat dan tampakan agitasi serta gerakan motorik perseverativ
(seperti menarik selimut), ekspresi ketakutan, pupil dilatasi, keringat yang
berlebihan, merinding, nafas dan detak jantung yang cepat.
• Kriteria DSM-IV untuk Night Terror :
– Episode berulang dari bangun secara tiba-tiba dari tidur, biasanya berlangsung pada
sepertiga awal tidur dan dimulai dengan teriakan yang panik.
– Ketakutan yang sangat dan tanda-tanda sistem autonomik yang meningkat seperti
takikardi, bernafas dengan cepat, dan keringat dalam setiap episode.
– Tidak responsif secara relatif terhadap dukungan orang sekitar untuk menenangkan
disaat episode.
– Tidak dijumpainya mimpi yang dapat diingat dan timbulnya amnesia terhadap episode.
– Episode-episode serangan dapat menyebabkan distress tang tampak secara klinis dan
ketidak seimbangan dalam lingkungan, pekerjaan dan dalam aspek lain.
– Gangguan tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat secara langsung (seperti
penyalahgunaan zat atau untuk medikasi) ataupun dalam suatu kondisi medis umum.
F51.5 Mimpi buruk (nightmare)
• Gangguan ini terdiri dari terjaga dari tidur yang
berulang dengan ingatan terperinci yang hidup akan
mimpi menakutkan.
• Gambaran klinis berikut adalah esensial untuk
diagnosis secara pasti terhadap mimpi buruk, yaitu:
– Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan
dengan mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali
secara terperinci dan jelas (vivid),
– Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu
segera sadar dan mampu mengenali lingkungannya.
– Pengalaman mimpi itu dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat bagi individu.
• Psikoterapi dan pengobatan perilaku merupakan
metode pengobatan paling efektif.
86
• Seorang laki-laki, 24 tahun, dibawa oleh keluarga
dengan kejang sejak 30 menit yang lalu. Pasien
merupakan pengguna narkoba jenis suntik.
• Tekanan darah pasien rendah, nadi rendah,
frekuensi napas rendah, dan pupil pin point.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS INTOKSIKASI OPIOID
JAWABAN:
D. INTOKSIKASI OPIOID
• Kejang pada pasien merupakan pengguna nar
Koba jenis suntik kemungkinan intoksikasi
Obat psikoaktif
• Tekanan darah pasien rendah, nadi rendah,
frekuensi napas rendah, dan pupil pin point
aktivasi tonus parasimpatis intoksikasi dep
resan atau withdrawal stimulant
• Pada soal tidak disebutkan bahwa pasien sem
pat putus obat bukan withdrawal, melaink
an intoksikasi
• Yang tergolong depressant: opioid (morphine)
• Sindroma Putus Opiod Menimbulkan gejala
withdrawal berupa gelisah, agitasi
• Sindroma Putus Amfetamin Menimbulkan g
ejala withdrawal berupa depresi, lemah, lesu
• Intoksikasi Alkohol Dapat berupa gejala agit
asi atau somnolen, dengan gangguan keseimb
angan, slurred speech dan nistagmus
• Intoksikasi Amfetamin Menimbulkan agitasi
/euphoria, dengan peningkatan simpatis (HR,
RR, diaphoresis)
Intoksikasi golongan depresan
• Zat yang mensupresi, menghambat dan menurunkan aktivitas CNS.
• Yang termasuk dalam golongan ini adalah sedatives/hypnotics,
opioids, and neuroleptics.
• Medical uses sedation, sleep induction, hypnosis, and general
anaesthesia.
• Contoh:
– Alcohol dalam dosis rendah, anaesthetics, sleeping pills, and opioid
drugs such as heroin, morphine, and methadone.
– Hipnotik (obat tidur), sedatif (penenang) benzodiazepin
• Effects:
– Relief of tension, mental stress and anxiety
– Warmth, contentment, relaxed detachment from emotional as well
as physical distress
– Positive feelings of calmness, relaxation and well being in anxious
individual
87
• Pasien Ny. Olanzapine, usia 30 tahun, datang dengan
keluhan tidak dapat orgasme selama 5 bulan ke belakang.
• Pasien telah 2 tahun menikah dengan suaminya dan
sebelum timbul keluhan ini mampu orgasme.
• Pasien mengaku memiliki dorongan seksual yang cukup
tinggi.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS GANGGUAN ORGASME
JAWABAN:
A. GANGGUAN ORGASME SEKUNDER
• Adanya dorongan seksual yang tinggi
namun tidak dapat orgasme setelah 2
tahun menikah mengarahkan pada
gangguan orgasme.
• Pasien pada soal tidak dapat mengalami
orgasme terutama bila memikirkan
pekerjaannya sehingga yang lebih tepat
adalah gangguan orgasme sekunder.
• Gangguan Vaginismus Nyeri akibat tegang
otot vagina
• Gangguan bangkitan seksual disebut juga
gangguan hipoaktif seksual atau tidak nafsu
berhubungan
• Gangguan dismorfik tubuh Preokupasi
cacat minor
• Gangguan orgasme primer bila wanita tidak
pernah merasakan orgasme sama sekali dalam
kondisi apapun.
Sexual Dysfunction
• Sexual desire disorders
– Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD);
• Persistently or recurrently deficient (or absent) sexual
fantasies and desire for sexual activity
– Sexual Aversion Disorder (SAD)
• Persistent or recurrent extreme aversion to, and avoidance of,
all (or almost all) genital sexual contact with a sexual partner.
• Sexual arousal disorders
– Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate lubrication-
swelling response of sexual excitement.
– Male Erectile Disorder
• Persistent or recurrent inability to attain, or to maintain until
completion of the sexual activity, an adequate erection.
Sexual Dysfunction
• Orgasmic disorders
– Female Orgasmic Disorder (Inhibited Female Orgasm)
– Male Orgasmic Disorder (Inhibited Male Orgasm): sometimes called
inhibited orgasm or retarded ejaculation, a man achieves ejaculation
during coitus with great difficulty
– Premature Ejaculation
• Sexual pain disorders
– Dyspareunia: recurrent or persistent genital pain associated with sexual
intercourse.
– Vaginismus: involuntary muscle constriction of the outer third of the
vagina that interferes with penile insertion and intercourse.
• Sexual dysfunction due to general medical condition
• Substance-Induced Sexual Dysfunction
– With impaired desire/With impaired arousal/With impaired orgasm/With
sexual pain/With onset during intoxication
88
• Pasien laki-laki berumur 60 tahun, datang dibawa oleh
keluarganya ke praktik dokter umum dengan keluhan
gangguan konsentrasi dan suka lupa terutama informasi baru
yang diberikan.
• Namun pasien masih dapat mengurus dirinya sendiri.
• Riwayat HT selama 10 tahun tetapi tidak berobat secara
teratur. Riwayat DM, dyslipidemia tidak ada. PF dan neurologis
semua dalam batas normal.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS MILD COGNITIVE IMPAIRMENT
JAWABAN:
A. MILD COGNITIVE IMPAIRMENT
• Pasien ini usia tua datang dengan keluhan
gangguan konsentrasi dan suka lupa
terutama informasi baru yang diberikan,
namun masih dapat mengurus dirinya
sendiri.
• Diagnosis lebih dipikirkan ke arah mild
cognitive impairment (MCI) dibandingkan
dengan demensia karena gangguan
memori yang terjadi pada pasien belum
bersifat mengganggu activity daily living
(masih dapat mengurus dirinya sendiri.
• Demensia Alzheimer
• Demensia vaskuler
• Demensia Frontotemporal
Pada demensia, gangguan memorinya sudah
mengganggu activity daily living sehingga butuh
bantuan orang lain untuk perawatan sehari-hari,
misalnya lupa cara mengancing baju, lupa letak
tempat tinggalnya, dsb.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS
JAWABAN:
C. KLEPTOMANIA
• Pasien ini kemungkinan mengalami
Kleptomania karena terdapat keluhan ingin
mencuri barang-barang yang tidak dia
butuhkan
• Kleptomania merupakan salah satu gangguan
pengendalian impuls yang ditandai dengan sulit
menahan impuls untuk mencuri barang-barang
yang tidak diperlukan untuk pemakaian pribadi
atau yang memiliki arti ekonomi, benda-benda
yang diambil sering kali dibuang, dikembalikan
secara rahasia, atau disembunyikan.
• Piromania merupakan keinginan untuk
membakar
• Wanderlust merupakan keinginan yang tidak bisa
ditahan untuk bepergian.
• Histeria bukan merupakan suatu diagnosis
GANGGUAN PENGENDALIAN
IMPULS (DSM-IV)
Penyakit Karakteristik
Intermittent explosive Ditandai dengan episode perilaku impulsif yang mengakibatkan
disorder kerusakan serius baik kepada orang atau properti, dimana tingkat
agresivitas tidak proporsional dengan keadaan atau provokasi.
Judi patologis Adanya kebutuhan untuk mempertaruhkan uang dalam jumlah yang
semakin banyak dari waktu ke waktu dan timbul gejala gelisah ketika
berusaha berhenti (withdrawal).
Trikotilomania Adanya dorongan untuk mencabuti rambut sendiri dari bagian tubuh
yang manapun, termasuk rambut di kulit kepala, alis dan bulu bulu
tangan.
90
• Seorang laki – laki, 26 tahun, datang ke klinik untuk
konsultasi agar berhenti merokok. Pasien sudah
merokok selama 4 tahun. Dokter menawarkan untuk
memberikan obat yang bisa membantu
menghentikan kebiasaan merokok. Terapi yang
digunakan untuk pasien adalah….
TULIS PERTANYAANYA…
DIAGNOSIS
JAWABAN:
A. BUPROPION
• Penatalaksanaan pada kasus nicotine
addiction adalah pemberian nicotine
replacement therapy atau medikamentosa
non-nicotine seperti buproprion.
• Buproprion bekerja dengan mengurangi
gejala nicotine withdrawal, termasuk
depresi.
• Paroxetine Anti Depresan
• Diazepam Benzodiazepine untuk kejang,
tidak terlalu dipakai di psikiatri
• Risperidon Anti psikotik
• Amitriptilin Anti depresan
Smoking cessation medication
• Nicotine replacement medicine
– Nicotine chewing gum
– Nicotine patch
– Nicotine spray (dengan resep dokter)
• Non-nicotine medicine
– Buproprion (Zyban®, Wellbutrin®, Wellbutrin SR®
and Wellbutrin XL®)
– Varenicline (Chantix®)
http://www.heart.org/HEARTORG/HealthyLiving/QuitSmoking/QuittingSmoking/Medicines-That-Can-Help-You-Quit-
Smoking_UCM_307921_Article.jsp#.Wf1HbrBx3IU
Buproprion (Zyban®, Wellbutrin®,
Wellbutrin SR® and Wellbutrin XL®)
• The first non-nicotine based drug for smoking
cessation was licensed in the United States of
America (US) in 1997 and in the United
Kingdom (UK) in 2000 for smoking cessation in
people aged 18 years and over.
• Bupropion is a potent inhibitor of cytochrome
p450 and reduces the clearance of drugs
metabolised by this enzyme.
• Buproprion anti depressan drug
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2528204/
91
• Pasien laki-laki, 45 tahun, datang ke puskesmas dengan
keluhan sering mengantuk di siang hari bahkan saat membawa
kendaraan, padahal setiap hari tidur 8-10 jam.
• Keluhan dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan
membuat pasien kurang berenergi, lambat dalam berpikir dan
kurang selera makan.
• Riwayat gangguan jiwa lain disangkal. Pf dan neurologis tidak
ada kelainan.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS HIPERSOMNIA
JAWABAN:
C. HIPERSOMNIA
• Sering mengantuk di siang hari bahkan saat
membawa kendaraan bisa karena
insomnia atau hypersomnia
• Setiap hari tidur 8-10 jam tidur cukup,
sehingga tidak mungkin suatu insomnia.
– Pasien masih merasakan ngantuk dan tidak ada
episode tertitur tiba-tiba bukan narkolepsi
– Sleep apnea periode apnea saat tidur, bisa terjadi
pada pasien dengan OSA
– Gangguan siklus tidur Terjadi perubahan siklus
tidur jaga dibandingkan orang di lingkungannya
– Sleep walking Somnabulisme
Gangguan tidur
• Gangguan tidur non organik mencakup :
– Disomnia: kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan pada jumlah,
kualitas atau waktu tidur
• insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal
tidur
– Parasomnia: peristiwa episodik abnormal selama tidur. Pada masa kanak
ada hubungan dengan perkembagan anak, pada orang dewasa
berupa
• somnabulisme, night terror, nightmare
F51.1 Hipersomnia non organik
• Hipersomnia adalah bertambahnya waktu tidur sampai 25% dari pola tidur
yang biasa.
• Gejala :
a) Rasa kantuk siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur dan
atau transisi yang memanjak dari saat mulai bangun hingga sadar penuh.
b) Terjadi setiap hari, lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu
lebih pendek.
c) Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukan gejala rasa
kantuk pada siang hari.
92
• Seorang perempuan dibawa suaminya ke dokter karena
tidak mau menyentuh bayi yang baru dilahirkannya.
• Suami mengatakan pasien suka berdiam diri dan
mengurung diri di kamar. Pasien juga sering kehilangan
kesadaran.
• Riwayat persalinan 3 minggu yang lalu.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS POST PARTUM DEPRESSION
JAWABAN:
E. POST PARTUM DEPRESSION
• Ibu post partum berdiam diri dan
mengurung diri di kamar gejala depresi
• Gangguan psikiatri post partum:
Masih mau mengurus anak dan kembali
normal <2 minggubaby blues syndrome
Tidak mau mengurus anak dan bisa
berlangsung lamapost partum
depression
Pasien tidak mau menyentuh Riwayat persalinan 3 minggu
bayi yang baru dilahirkannya yang lalu
A. Depresi Pada post partum dinamakan post
partum depression
B. Gangguan psikotik Tidak ada waham atau
halusinasi
C. Skizofrenia Sama seperti gangguan psikotik
D.Baby blues syndrome Pada kasus ini pasien
masih merawat anaknya
GANGGUAN PSIKIATRI POST PARTUM
• Post partum blues
– Sering dikenal sebagai baby blues
– Mempengaruhi 50-75% ibu setelah proses melahirkan
– Sering menangis secara terus-menerus tanpa sebab yang
pasti dan mengalami kecemasan
– Berlangsung pada minggu pertama setelah
melahirkanbiasanya kembali normal setalah 2 minggu
tanpa penanganan khusus
– Tindakan yang diperlukanmenentramkan dan
membantu ibu
GANGGUAN PSIKIATRI POST PARTUM
• Post partum Depression
– Kondisi yang lebih serius dari baby blues
– Mempengaruhi 1 dari 10 ibu baru
– Mengalami perasaan sedih, emosi yang meningkat,
tertekan, lebih sensitif, lelah, merasa bersalah, cemas dan
tidak mampu merawat diri dan bayi
– Timbul beberapa hari setelah melahirkan sampai setahun
sejak melahirkan
– Tatalaksanapsikoterapi dan antidepresan
93
• Seorang wanita bernama Ny. Zelmiera Cinta Akbar, 45 tahun,
datang ke praktek dokter umum untuk berkonsultasi karena
keluhan susah tidur. Pasien merupakan seorang guru.
• Pasien mengatakan tengah malam suka terbangun dan sulit
memulai tidur kembali. Tiga minggu yang lalu, pasien
mengalami stroke.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS HIPOKONDRIASIS
JAWABAN:
A. GANGGUAN HIPOKONDRIASIS
• Laki-laki 45 tahun merasa nyeri ulu hati
sejak 6 bulan yang lalu. lab darah dan
endoskopi dalam keadaan normal
menyingkirkan kelainan organik.
• Pasien tidak mau mendengar dan yakin
bahwa dirinya menderita kanker lambung
keyakinan terhadap suatu diagnosis =
hipokondriasis
Hipokondriasis
“Excessive preoccupation or worry about illness that persists even after
evaluation by a physician is negative. Fears that minor symptoms are indicative
of a serious condition”
A. Gangguan nyeri somatoform menetap
Gangguan nyeri pada satu atau lebih bagian
tubuh yang persisten
B. Gangguan dismorfik tubuh Preokupasi
cacat minor
C. Gangguan somatisasi memiliki gangguan
nyeri berbagai tempat dan gangguan GI serta
seksual
D.Gangguan waham menetap Predominan
waham selama 3 bulan atau lebih
Illness anxiety disorder
previously known as hypochondriasis
The DSM-5 criteria for illness anxiety disorder are as follows:
• The individual is preoccupied with having or acquiring a serious
illness.
• Somatic symptoms are not present or, if present, are only mild in
intensity. If another medical condition is present or there is a high
risk for developing a medical condition (eg, strong family history is
present), the preoccupation is clearly excessive or
disproportionate.
• The individual has a high level of anxiety about health, and is easily
alarmed about personal health status.
• The individual performs excessive health-related behaviors or
exhibits maladaptive avoidance.
• The individual has been preoccupied with illness for at least 6
months.
• The individual's preoccupation is not better explained by another
mental disorder.
95
• Seorang laki-laki usia 30 tahun datang diantar keluarganya
dengan keluhan sering mematung sejak kurang lebih 2
bulan terakhir.
• Jika berdiri atau duduk, pasien akan mempertahankan
posisi atau tidak bergerak, bisa sampai 2 jam.
• Status psikiatri afek tidak serasi, bicara terbatas dan arus
pikir irelevan.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS SKIZOFRENIA KATATONIK
JAWABAN:
B. SKIZOFRENIA KATATONIK
• Seorang laki-laki sering mematung sejak
kurang lebih 2 bulan terakhir katalepsi
• Jika berdiri atau duduk, pasien akan
mempertahankan posisi atau tidak
bergerak, bisa sampai 2 jam katalepsi
• Status psikiatri afek tidak serasi, bicara
terbatas dan arus pikir irelevan
gangguan arus piker
• Kombinasis gejala katalepsi dan gangguan
arus piker ini disebut skizofrenia katatonik
A. Skizofrenia paranoid Ada waham +
halusinasi dengan afek yang sesuai
B. Skizoafektif Ada waham + halusinasi
dengan peningkatan atau penurunan mood
C. Skizofrenia hebefrenik Ada waham +
halusinasi dengan afek yang tidak sesuai atau
gangguan arus piker (disorganized)
D. Skizofrenia tak terinci skizofren yang tidak
dapat digolongkan ke golongan skizofrenia
lainnya
Skizofrenia katatonik (DSM V)
A. Criteria for catatonia are the same throughout the
manual, independent from the initial diagnosis:
psychotic, bipolar, depressive, medical disorders or an
unidentified medical condition. In order to facilitate
the recognition, catatonia is defined by the presence
of at least 3 symptoms from a list of 12.
B. The catatonic subtype of schizophrenia is deleted
(along with all other schizophrenia subtypes) and
catatonia becomes a specifier for schizophrenia as for
major mood disorders.
C. Catatonia becomes a specifier for four additional
psychotic disorders: 1. Brief psychotic disorder; 2.
Schizo phreniform disorder; 3. Schizoaffective
disorder; 4. Substance-induced psychotic disorder.
D. A new residual diagnostic category: “Catatonia not
otherwise specified-NOS” is added, to facilitate the
diagnosis in patients with psychiatric conditions other
than schizophrenia and mood disorders or when the
underlying general medical condition is not
immediately recognized.
96
• Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun datang diantar ibunya ke
poliklinik dengan keluhan sering melakukan kegiatan yg diulang-ulang,
dengan gerakan yang cepat dan tidak memiliki tujuan.
• Pasien sering tersandung dan berteriak, pasien sering mengeluarkan
kata yang tidak memiliki arti. Keluhan dirasakan muncul ketika anak
sedang istirahat.
• Keluhan muncul kira-kira 4 bulan yang lalu, pada pemeriksaan
neurologis tidak di dapatkan kelainan.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS TIC DISORDER
JAWABAN:
B. TRANSIENT TIC DISORDER
• Pada pasien ini mengalami tic vocal
(mengeluarkan kata yang tidak memiliki arti)
dan tic motor (gerakan cepat dan tidak
memiliki tujuan)
• Gejala ini baru berlangsung 4 bulan (kurang
dari 1 tahun), sehingga pasien dikategorikan
sebagai transient tic disorder.
• Tourette syndrome merupakan diagnosis
banding pada pasien ini, namun pasien belum
memenuhi kriteria diagnosis yaitu paling tidak
telah berlangsung selama 1 tahun atau lebih.
A. Chorea syndenham Gerakan seperti
menari yang ditemukan pada demam rematik
C. Gangguan obsesif kompulsif Terdapat
obsesi dan kompulsi yang menyertainya
E. Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) gangguan pemusatan perhatian
pada anak-anak
Kriteria Diagnosis
Tourette syndrome
A. Both multiple motor and one or more vocal tics
have been present at some time during the illness,
although not necessarily concurrently.
B. The tics may wax and wane in frequency but have
persisted for more than 1 year since first tic onset.
C. Onset is before age 18 years.
D. The disturbance is not attributable to the
physiological effects of a substance (e.g., cocaine)
or another medical condition (e.g., Huntington’s
disease, postviral encephalitis).
https://tourette.ca/wp-content/uploads/2016/10/DSM-5_Tic_Disorders.pdf
Kriteria Diagnosis
Persistent (Chronic) Motor or Vocal Tic Disorder
A. Single or multiple motor or vocal tics have been
present during the illness, but not both motor and
vocal.
B. The tics may wax and wane in frequency but have
persisted for more than 1 year since first tic onset
C. Onset is before age 18 years.
D. The disturbance is not attributable to the
physiological effects of a substance (e.g., cocaine) or
another medical condition (e.g., Huntington’s disease,
postviral encephalitis).
E. Criteria have never been met for Tourette’s disorder.
https://tourette.ca/wp-content/uploads/2016/10/DSM-5_Tic_Disorders.pdf
Kriteria Diagnosis
Provisional/ Transient Tic Disorder
A. Single or multiple motor and/or vocal tics.
B. The tics have been present for less than 1 year since
first tic onset.
C. Onset is before age 18 years.
D. The disturbance is not attributable to the
physiological effects of a substance (e.g., cocaine) or
another medical condition (e.g., Huntington’s disease,
postviral encephalitis)
E. Criteria have never been met for Tourette’s disorder
or persistent (chronic) motor or vocal tic disorde
https://tourette.ca/wp-content/uploads/2016/10/DSM-5_Tic_Disorders.pdf
97
• Wanita, 30 tahun, datang dibawa keluarganya ke RS dengan keluhan
merasa sulit untuk diam tenang karena tangan dan kaki terasa harus
bergerak.
• Pasien juga dikeluhkan sering duduk sambil menggoyangkan kaki dan
berdiri dan sering berjalan bolak-balik tidak tentu arah.
• Pasien merupakan penderita skizofrenia tipe paranoid dan mendapat
terapi neuroleptik.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS AKATISIA
JAWABAN:
A. AKATISIA AKUT
• Gejala ekstrapiramidal dapat berupa:
– Akatisia ditandai dengan pasien yang gelisah dan
merasa perlu bergerak terus. Pasien sering
menggerakkan kaki mengetuk lantai (foot tapping atau
toe tapping).
– Distonia ditandai dengan kontraksi otot yang terus-
menurus sehingga mengakibatkan gerakan repetitif
dan twisting atau postur yang abnormal.
– Gejala parkinsonism antara lain adalah kesulitan berdiri
dari posisi duduk, postur tidak seimbang, muka topeng.
– Tardive dyskinesia sering ditandai dengan adanya
gerakan mulut mencucu, gerakan mengunyah, dan
lidah menjulur.
• Oleh karena itu gejala pasien di atas lebih tepat ke
arah akatisia akut.
• Sindrom neuroleptik maligna ditandai dengan
adanya demam, rigiditas otot, penurunan
kesadaran, dan gangguan syaraf otonom
– Distonia akut
– Parkinsonism
– Tardive dyskinesia
GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Gejala Ekstrapiramidal
Karakteristik
Akathisia Gelisah dan merasa perlu bergerak terus. Menggerakkan kaki mengetuk lantai (foot
tapping atau toe tapping). Gejala ini berkurang saat tidur atau pada posisi berbaring.
Pasien merasa tertekan bila tidak dapat bergerak.
Dystonia Kelainan neurologis dimana terdapat kontraksi otot yang terus-menurus sehingga
mengakibatkan gerakan repetitif dan twisting atau postur yang abnormal. Dapat
melibatkan punggung, leher, ekstremitas atas dan bawah, rahang, dan laring. Bisa
terjadi kesulitan menelan, bernapas, bicara, dan menggerakkan leher.
Oculogyric crisisDeviasi keatas bola mata yang ekstrim disertai dengan konvergen,
menyebabkan diplopia. Berkaitan dengan fleksi posterolateral dari leher dan dengan
mulut terbuka atau rahang terkunci.
Parkinsonism Tremor, rigiditas, dan kelambatan bergerak, yang melibatkan batang tubuh dan
ekstremitas. Kesulitan berdiri dari posisi duduk, postur tidak seimbang, muka
topeng.
Tardive dyskinesia Gerakan koreatetoid abnormal yang melibatkan regio orofasial dan lidah. Lebih
jarang mengenai ekstremitas dan batang tubuh. Ada gerakan mulut mencucu,
gerakan mengunyah, dan lidah menjulur. Gejala tidak menimbulkan nyeri, namun
menyebabkan penderitanya malu di depan umum.
http://www.uspharmacist.com/content/c/10205/?t=women%27s_health,neurology
98
• Seorang laki-laki 19 tahun di antar orang tua ke puskesmas
karna sikap congkak, tidak empati, menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan keinginan, ambisius, haus pujian,
memperlakukan teman seperti budak, merasa berteman
dengannya eksklusif.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS NARSISISTIK
JAWABAN:
D. GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISISTIK
• Adanya sikap congkak, tidak empati,
menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keinginan, haus pujian
mengarahkan pada kondisi gangguan
kepribadian narsistik.
• Gangguan kepribadian skizoid gejalanya:
suka menyendiri, introvert
• Gangguan kepribadian anankastik gejala:
perfeksionis dan sangat taat aturan
• Gangguan kepribadian histrionik gejala:
berlebihan menanggapi banyak hal
• Disosiatif bukan gangguan kepribadian
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Ciri Khas Masing-masing Gangguan Kepribadian
PENYEBAB KEPUTIHAN…
DIAGNOSIS ENTEROBIASIS
JAWABAN:
C. MIGRASI CACING BETINA KE VAGINA MENIMBULKAN
VAGINITIS
• Anak sering terbangun tidur malam karena
anus gatal + benda putih kecil spt kelapa parut
di perianal + telur cacing berbentuk asimetris
berisi larva infeksi cacing Enterobius
(Oxyuris) vermikularis/ cacing kremi
• Keputihan pada anak perempuan ini terjadi
karena cacing betina gravid bisa mengembara
dan dapat bersarang di vagina dan tuba fallopii
sehingga menyebabkan radang di saluran telur
dan vulvovaginitis pada anak perempuan
prapubertas.
Oksiuriasis (Cacing Kremi)
• Nama lain: Enterobius
vermicularis
• Gejala
– Gatal di sekitar dubur
(terutama pada malam hari
pada saat cacing betina
meletakkan telurnya), gelisah
dan sukar tidur
– Pemeriksaan: perianal swab
dengan Scotch adhesive tape
– Telur lonjong dan datar pada
satu sisi, bening
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SKROFULODERMA
JAWABAN:
B. SKROFULODERMA
• Keluhan awal berupa benjolan di lipat paha
yang mnelunak kemudian pecah, sesuai
dengan pathogenesis scrofuloderma yaitu
infeksi tuberculosis pada kelenjar getah
bening ynag kemudian menjalar ke kulit,
didukung oleh penampakan lesi berupa
ulkus menggaung, purulen dan tidak nyeri
• Tuberkulosis kutis tidak dipilih karena
mencakup manifestasi selain scrofuloderma,
misalnya TB chancre dan eritema induratum
• subcutaneous lupus erythematosus bukan
terminologi yang tepat (seharusnya subacute
cutaneous lupus)
Tuberkulosis kutis
• Penyebaran infeksi tuberkulosis ke kulit
• Etiologi utama Mycobacterium tuberculosis (91,5%)
• TB kutis diklasifikasikan berdasarkan 2 kriteria:
- Rute infeksi: eksogen, endogen, limfogen, dan heamtogen
- Banyaknya BTA: multibasiler dan pausibasiler
Sumber: Andriani PI. Pendekatan klinis infeksi tuberculosis pada kulit. CDK, 2014; 41(8): 584-8
Skrofuloderma
• Penjalaran perkontinuitatum dari organ dibawah kulit yang diserang
penyakit TB (KGB, sendi, tulang)
• Lokasi
– Leher: dari tonsil atau paru
– Ketiak: dari apeks pleura
– Lipat paha: dari ekstrimitas bawa KGB inguinal lateral
• Perjalanan Penyakit
– Awal: Limfadenitis TB (KGB membesar tanpa tanda radang akut)
– Periadenitis: Perlekatan kelenjar dengan jaringan sekitar
– Perlunakan tidak serentak cold abses pecah
– Fistel memanjang, tidak teartur, sekitarnya livide, menggaung tertutup pus
seropurulen sikatrik skin bridge
• Diagnosis Banding
– Limfosarkoma, limfoma malignum, hidradenitis supurativa, LGV
Periadenitis
Limfadenitis TB
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Cold Abses
Fistel Sikatrik → skin bridge
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Skrofuloderma
Histopatologi
Skrofuloderma
Perjalanan Penyakit
Jenis TB kutis Gambaran Klinis
Sumber: Andriani PI. Pendekatan klinis infeksi tuberculosis pada kulit. CDK, 2014; 41(8): 584-8
Jenis TB kutis Gambaran Klinis
Tuberkulosis - Lesi: makula eritema dan papul eritema multipel, ukuran kecil <5 mm
miliaris akut - Penyebaran hematogen, dapat mencapai meninges
- Pemeriksaan diaskopi: apple jelly colour
- Sering pada AIDS
TB Gumosa - Lesi: infiltrat subkutan, lunak, berbatas tegas, kronis, dan bersifat destruktif.
- Predileksi: ekstremitas dan badan karena penyebaran hematogen
Sumber: Andriani PI. Pendekatan klinis infeksi tuberculosis pada kulit. CDK, 2014; 41(8): 584-8
Tuberculous Chancre
PENYEBAB…
DIAGNOSIS MALARIA VIVAX
JAWABAN:
B. P. VIVAX
• Pada kasus ini terdapat keluhan berupa demam yang naik turun
dan riwayat bepergian ke daerah endemis malaria. Pada
pemeriksaan apusan darah tepi yang menunjukkan adanya
schuffner dots mengarahkan ke malaria vivax atau ovale.
• Pada infeksi P. vivax dan P. ovale, eritrosit memang mebesar
pada keduanya, perbedaannya hanyalah pada infeksi P.vivax
eritrosit membesar 11/2 kali, sedangkan pada infeksi P. ovale
eritrosit membesar hanya sampai 11/4.
• Perbedaan lainnya adalah eritrosit pada infeksi P.vivax biasanya
mengalami distorsi, sedangkan pada infeksi P. ovale
gambarannya berupa multiinfeksi dalam satu sel.
• Adanya bentuk amuboid dari trofozoit dalam eritrosit lebih
mengarahkan diagnosis kasus ini pada P. vivax. Terlebih lagi, dari
epidemiologinya, infeksi P. vivax lebih banyak dari P.ovale.
P. Vivax or P. Ovale?
• Eritrosit yang diinfeksi oleh P. vivax
dapat membesar hingga 11/2 kali
ukuran normal dan bentuknya
mengalami distorsi
• Eritrosit yang diinfeksi ovale hanya Eritrosit normal
dapat membesar hingga 11/4 kali
ukuran normal
• Akan tetapi gambaran multi infeksi
dalam satu eritrosit hanya ditemukan
di infeksi P. ovale, pada infeksi P.
vivax tidak pernah ada
• Selain itu, dari epidemiologinya
infeksi P. vivax lebih banyak daripada
P. ovale
102
• Seorang pria berusia 50 tahun datang ke RS dengan
keluhan tidak sadar dan demam tinggi secara kontinu.
• Pada urin bag terlihat urin berwarna agak kehitaman.
• Hb = 5,5 gr/dL dan pada pemeriksaan SADT
didapatkan multiple ring form pada eritrosit yang tidak
membesar.
PENYEBAB URIN KEHITAMAN…
DIAGNOSIS BLACK WATER FEVER
JAWABAN:
D. HEMOLISIS INTRAVASCULAR YANG MASIF
• Demam tinggi dan urine kehitaman, pada
pemeriksaan darah tepi tampak multiple
ring, mengarahkan diagnosis pada malaria
falciparum bentuk khusus yakni black water
fever
• Patofisiologi terjadinya kehitaman pada
urine adalah hemolysis intravascular yang
massif sehingga pigmen eritrosit keluar
lewat urine
Acute Hemoglobinuria
• Definition:
– The presence of free hemoglobin in the urine,
which make the urine look darker.
– One of the manifestations of severe malaria
• Acute hemoglobinuria indicates massive
intravascular hemolysis
• It can be caused by a variety of factors in
patients with P. falciparum infestation,
including classic blackwater fever (BWF)
https://malariajournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/1475-2875-11-336
Blackwater fever (BWF)
• Definition:
– Severe, acute intravascular hemolysis with hemoglobinuria and
a dramatic fall in hemoglobin value, but scant or absent
parasitemia, that occurred in a patient (a European expatriate)
who had lived in an area of malarial endemicity for several
years, during which amino-alcohol drugs (quinine, halofantrine,
mefloquine) were taken in an irregular fashion for prophylaxis
and treatment. (WHO,1990)
– A severe clinical syndrome, characterized by intravascular
hemolysis, hemoglobinuria, and acute renal failure that is
classically seen in long-term residents in Plasmodium falciparum
endemic areas and irregularly taking quinine
– This syndrome became less frequent when chloroquine was the
drug of choice for malaria from 1950 until the 1990s
http://cid.oxfordjournals.org/content/32/8/1133.full
Clinical Feature
• Characterized by severe intravascular hemolysis and
anemia producing dark urine in patients with severe
malaria
– Massive hemolysis parasitised and non parasitised
RBCsdifficult to find parasitised (scant or absent
parasitemia)
• Fever, chills
• Abdominal pain
• jaundice
• Hepatosplenomegaly
• Vomiting
• Renal failure
http://wwwnc.cdc.gov/eid/article/11/7/pdfs/04-1237.pdf
103
• Wanita berusia 42 tahun datang dengan keluhan di kulit terdapat
nodul gelap, ireguler, warna tidak homogen dan sedikit meninggi
dengan ukuran 1,2 cm pada pinggang kiri bawah.
• Dokter melakukan pemeriksaan biopsi kulit. Hasil biopsi
menunjukkan adanya sel atipikal berisi pigmen cokelat yang
menginvasi hingga dermis.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS MELANOMA MALIGNA
JAWABAN:
A. MELANOMA MALIGNA
• Pada kasus ini didapatkan seorang perempuan yang mengeluh adanya
nodul gelap, ireguler, dan sedikit meninggi pada pinggang kiri bawah.
Dari gambaran ini dapat diduga kemungkinan ini adalah suatu nevus
pigmentosus atau bisa juga suatu melanoma maligna. Hasil biopsi
menunjukkan adanya sel-sel tumor dengan pigmen coklat yang invasif
mengarahkan kasus ini sebagai suatu melanoma maligna.
• Tanda utama yang perlu dicurigai sebagai suatu melanoma maligna
adalah lesi hiperpigmentasi yang berubah ukuran, bentuk, atau
warna. Hal ini dikarenakan tahi lalat yang normal tidak akan menjadi
bertambah besar, sedangkan melanoma maligna justru bertambah
besar dengan pigmentasi yang bervariasi pada satu lesi. Gejala dan
tanda spesifiknya dirangkum sebagai ABCDE (Asymmetry, Border
irregularity, Color variation, Diameter, Evolution)
• Tanda lannya dapat berupa pigmen yang meluas dari batas lesi,
perubahan sensasi menjadi gatal atau nyeri, atau permukaan tahi lalat
berubah menjadi bersisik, berdarah, atau tampak sebagai sebuah
benjolan. Pilihan lain:
• Nevus pigmentosus: memiliki gambaran klinis serupa namun hasil
histopatologi menunjukkan gambaran sel yang tidak bersifat invasif
• Karsinoma sel basal (KSB): berupa papul/nodus, mengkilap spt lilin,
berpigmen, biasanya ada telangiectasia dan secara histopatologis
menunjukkan massa tumor berupa sel basaloid dgn tepi tersusun palisade
yang secara makroskopik terlihat seperti berkilat (pearly border)
• Karsinoma sel skuamosa (KSS): berasal dari keratinosit, klinis berupa
plak/tumor padat, dapat berbentuk verukosa atau berbenjol, berulkus, dan
secara histopatologis menunjukkan massa sel tumor yang tumbuh ke dermis
yang terdiri atas sel skuamosa normal dan atipik
• Actinic keratosis: lesi prakanker berkrusta dan berskuama, biasanya multipel
berukuran kecil-kecil
Melanoma Maligna
Definisi
Keganasan kulit yg berasal dari melanosit.
Epidemiologi
Umum terjadi pada kulit putih
17.2/100.000
Faktor risiko
Kulit putih, red hair, light eyes, dan
riwayat keluarga.
Weller R, Hunter H, Mann M. Clinical Dermatology. 5th edition. Wiley. 2015. Oxford
Melanoma Maligna
Pemeriksaan
• Dermoskopi
• Biopsi Kulit
Tatalaksana
• Eksisi
• Eksisi KGB
• Adjuvant terapi
interferon alfa
Brown RG, Harman K, Johnston G. Dermatology Lecture Notes. 11th edition. Willey Blackwell. 2017. Oxford
Malignant melanoma
• Predominance of single cell
melanocytes over nests of
• melanocytes along the
dermoepidermal junction
• Pagetoid (upward)
migration of single cell
melanocytes
• Confluent spread of
melanocytes
• Cellular dyscohesion
• Lack of uniform melanin
distribution
DD/: Actinic Keratosis
Pre-cancer lesions of SCC
• Irritated skin
• Itching or burning
• Rough, dry, scaly patch of
skin
• Flat to slightly raised
patch or bump on the top
layer of skin
• Hard, wart-like patch
• Color ranging from pink
to red to brown or even
flesh colored
104
• Keluhan BAB cair disertai berlendir dan tampak
berlemak, mual dan kembung perut
• Mengonsumsi air di pegunungan tanpa dimasak
• Tinja pemeriksaan makroskopis
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS GIARDIASIS
JAWABAN:
C. METRONIDAZOLE
• Keluhan BAB cair + disertai berlendir dan
tampak berlemak + mual dan kembung
perut + konsumsi air tidak dimasak
(tercemar?) curiga infeksi parasite
• Pemeriksaan tinja makroskopis
trofozoit pear shaped dengan sepasang
nucleus Giardia lamblia
Giardiasis
• Etiologi: protozoa Giardia lamblia
• Gejala klinis
– Dapat asimtomatik
– Diare dengan gambaran ekskresi lemak meningkat (steatorrhea)
• Akut berbau, mual, distensi abdomen, demam, tidak ada darah
dalam tinja
• Kronis nyeri dan distensi abdomen, tinja berlendir, penurunan
berat badan
• Diagnosis:
– Pemeriksaan feses untuk memeriksa stadium kista atau trofozoit
apabila sampel segar
– Bila sulit dilakukan, dapat menggunakan pemeriksaan imuno-
enzim feses untuk mendeteksi Antigen Giardia
• Terapi:
– DOC: Metronidazole 3x250 mg atau 2x500 selama 5-7 hari (anak
3x15 mg/kgBB selama 5 hari)
– Alternatif: Tinidazole 2 g PO SD (anak 50 mg/kgBB PO SD)
Giardiasis
Anerior membulat
Trofozoit
Kista
Trofozoit:
- Pear shaped
Flagel Inti - Sepasang
nukleusseperti mata
- Pada bagian ventral
Posterior tajam terdapat alat
isapuntuk menempel
di mukosa usus
105
• Ibu membawa anaknya, 10 tahun, dengan
keluhan gatal pada rambut sejak 1 bulan yang
lalu.
• Terdapat rambut juga mudah rontok.
• Pada PF ditemukan telur pada batang rambut.
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS PEDIKULOSIS KAPITIS
JAWABAN:
A. PEDIKULOSIS HUMANUS VER KAPITIS
• Pada soal didaptkan keluhan gatal dan telur
pada rambut sehingga dipikirkan infestasi
parasit
• Parasit yang sering ada di rambut adalah
pilihan jawaban A
• Jawaban B, C dan E adalah jamur sehingga tidak
meninggalkan telur
• Jawaban D scabies adalah infestasi parasite
pada kulit dan bukan pada scalp
Pedikulosis
• Infeksi kulit/rambut pada manusia yang
disebabkan Pediculus
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pedikulosis kapitis
• Infeksi kulit dan rambut kepala
• Banyak menyerang anak-anak dan higiene buruk
• Gejala
• Mula-mula gatal di oksiput dan temporal, karena
garukan terjadi erosi, ekskoriasi, infeksi sekunder
• Diagnosis
• Menemukan kutu/telur, telur berwarna abu-
abu/mengkilat
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Prinsip pemberian terapi pedikulosis kapitis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pengobatan Pedikulosis Korporis
• Improved hygiene and access to regular changes of clean clothes is the
only treatment needed for body lice infestations.
• A body lice infestation is treated by improving the personal hygiene of the
infested person, including assuring a regular (at least weekly) change of
clean clothes.
• Clothing, bedding, and towels used by the infested person should be
laundered using hot water (at least 54°C) and machine dried using the hot
cycle.
• Sometimes the infested person also is treated with a pediculicide;
however, a pediculicide generally is not necessary if hygiene is maintained
and items are laundered appropriately at least once a week.
• If you choose to treat, guidelines for the choice of the pediculicide are the
same as for head lice.
Pedikulosis pubis
• Infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya
• Terutama menyerang dewasa dan dapat menyerang
jenggot/kumis
• Dapat menyerang anak-anak, seperti di alis/bulu mata
dan pada tepi batas rambut kepala
• Termasuk infeksi menular seksual
• Gejala
• Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas ke
abdomen/dada, makula serulae (sky blue spot), black dot
pada celana dalam
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS FURUNKEL
JAWABAN:
B. FURUNKEL
• Diagnosis pasien ini adalah Furunkel karena
terdapat keluhan adanya benjolan kulit di
atas vagina dan tampak adanya massa
berpus di mons pubis, hiperemis, teraba
hangat, nyeri (+)
• Maka jawaban yang tepat adalah B.
Furunkel
• Pilihan Adisingkirkan karena massa berpus
hanya 1 buah, tidak berkonfluens
• Pilihan C, D, Edisingkirkan karena massa yang
ditemukan pada pasien berada di mons pubis,
bukan pada vagina
Pioderma
Pioderma adalah infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan
oleh bakteri piogenik, yang tersering adalah S. aureus dan
Streptokokus β-hemolitik grup A antara lain S. Pyogenes.
Nifurtimox-eflornithine
combination therapy (NECT):
Pentamidine isethionate 4 Nifurtimox 5 mg/kg PO q8h for
West African mg/kg/day IM for 10 days 10 days and eflornithine 200
trypanosomiasis (caused by or mg/kg IV q12h for 7 days
Trypanosoma brucei Suramin 100-200 mg IV test or
gambiense) dose, then 1 g IV on days 1, Eflornithine 400 mg/kg/day IV in
3, 7, 14, 21 2 divided doses for 14 days
or
Melarsoprol IV for 10 days
108
• Keluhan nyeri pada kaki ketika lama berdiri
• Terasa gatal
• Riwayat varises pada kedua kaki
• Bercak hiperpigmentasi pada kulit tungkai bawah
sisi medial, dengan skuama dan beberapa plak
eksematosa
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DERMATITIS STASIS
JAWABAN:
D. EKSEMA VENOSUS
• Nyeri saat berdiri + eksem kemerahan pada
kaki, yang kemudian berubah warna
menjadi gelap dan gatal + riwayat varises
pada kedua kaki etiologi kemungkinan
besar berasal dari masalah varises
• Kondisi insufisiensi vena backflow aliran
darah dan pooling darah dalam vena
superfisial eksema venosus atau disebut
juga dermatitis stasis
• Liken simplek kronik (neurodermatitis
sirkumskripta) = sama dengan liken Vidal
– Berupa lesi tunggal, menebal berskuama,
likenifikasi, ekskoriasi, dan hiperpigmentasi
predileksi di scalp, tengkuk, leher, ekstensor lengan,
pubis, vulva, skrotum, perianal, lutut, tungkai, dan
punggung kaki merasa semakin gatal ketika
stress sehingga menggaruk daerah lesi, lesi menjadi
semakin tebal
• Liken vaskulosa dan eritema vaskulosa: tidak
ada terminologinya
Dermatitis stasis
• Kondisi inflamasi kulit pada ekstermitas bawah,
biasanya merupakan sekuel dari kondisi Chronic
Venous Insufficiency, berhubungan dengan varicose
veins, dependent chronic edema, hiperpigmentasi,
lipodermatosklerosis, dan ulserasi
• Etiologi: adanya venous hypertension karena aliran
retrograde akibat katup vena yang tidak berfungsi
dengan baik/rusak/ada obstruksi vena backflow
darah dari system vena dalam ke superfisial disertai
venous hypertension ekstravasasi sel darah merah
proses inflamasi dimediasi metalloproteinase
• Predileksi: ekstremitas bawah
• Komplikasi: selulitis, ulkus, lipodermatosklerosis
medscape
Dermatitis stasis
Dermatitis stasis
Tanda dan gejala Pemeriksaan penunjang
• Eritematosa, skuama, plak
eksematosa di ekstremitas bawah • Pemeriksaan hematologic
(sering di medial ankle) kondisi
• Pruritus bisa jadi likenifikasi hiperkoagulabilitas
karena garukan berulang • Pemeriksaan doppler
• Discoloration sebabkan merah evaluasi DVT
kecoklatan pada kulit akibat deposit
hemosiderin akibat ekstravasasi
eritrosit bercak hiperpigmentasi
• Dapat timbul ulkus
• Edema
• Tanda CVI:
– Varises, lymphedema sekunder,
atrophie blanche, selulitis sekunder,
ulserasi
Medscape, uptodate
Ulkus varikosum
• Sinonim: ulkus venosum
• Ulkus pada tungkai bawah akibat gangguan aliran darah vena
• Etiologi: kelainan vaskular pada vena berupa trombosis,
tromboflebitis, kelainan katup vena, dan kelainan lain yang
menyebabkan obstruksi pada vena sehingga terjadi trombosis
(tumor, kehamilan, dsb)
• Predileksi: proksimal dari malleolus medialis, yaitu area sekitar
vena safena magna, atau di malleolus lateral di area sekitar
vena safena parfa
Patogenesis dan patofisiologi
Tromboflebitis kerusakan katup vena edema
Jaringan fibrotik
Eritrosit keluar
Iskemia
Purpura
Nekrotik
PARASIT PENYEBAB…
DIAGNOSIS DISENTRI AMUBA
JAWABAN:
A. ENTAMOEBA HISTOLYTICA
• Pada soal didapatkan keluhan disentri dan
didapatkan kista serta endoplasma yang
terdapat eritrosit di dalamnya
• Parasit yang sesuai adalah E. hystolytica
• Shigella adalah bakteri yang tidak memiliki
bentuk kista
• Entamoeba coli tidak mencerna jaringan tubuh
sehingga tidak memiliki eritrosit dalam vakuol
• Balantidium coli khas memiliki dua inti makro
dan mikro
Amoebiasis: Diagnosis
• Laboratorium
– Leukositosis tanpa eosinofilia (80%)
– Peningkatan alkaline phosphatase (80%)
– Peningkatan kadar transaminase dan bilirubin
– Penurunan albumin dan anemia
• Mikroskopik terlampir
• USG
– Abses hati amoeba: lesi bulat hipoekoik homogen soliter di aspek
posterior lobus kanan hati (70-80%)
http://emedicine.medscape.com/article/212029-workup#c7
Morfologi Entamoeba histolytica memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya
memiliki ciri-ciri morfologi :
– Ukuran 10 – 60 μm
– Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penanda
penting untuk diagnosisnya
– Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat yang
terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
– Bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut
pseudopodia.
Amoebiasis: Stadium Trofozoit
Sel darah
merah
Amoebiasis: Stadium Kista
Quadrinucleated cyst
Amoebiasis vs Infeksi Pencernaan Lain
P E N YA K I T ETIOLOGI GEJALA KLINIS T E L U R / K I S TA
Psedoupodium
Entamoeba
AMOEBIASIS Diare berdarah, nyeri perut, tenesmus dengan sel darah
histolytica
didalamnya
Anemia (hidup di sekum- colon Tempayan dengan
Tricuris
TRICURIASIS asendens) gejala diare-disentri atau penonjolan pada
trichuria
tanpa gejala kedua kutubnya
Berdinding tebal,
Balantidium
BALANTIDIASIS Sindroma disentri bervakuola,
coli
makronukleus
Telur dibungkus
T. Solium/ T. Nyeri ulu hati, mual, muntah,
TAENIASIS embriofor yang
Saginata mencret, obstipasi dan pusing
bergaris radial
Aktif: berflagel, In
Giardia aktif: oval, dinding
GIARDIASIS Diarrhea, Malodorous, greasy stools
intestinalis tipis dan kuat, berinti
2-4
110
• Pasien, laki-laki, 29 tahun, datang dengan keluhan timbul
bercak-bercak di tubuh disertai sedikit rasa gatal. Mula-mula
bercak hanya timbul satu di dada, berwarna merah muda
dengan sisik di bagian tepinya, kemudian meluas ke seluruh
tubuh. PF: eritem disertai gatal, herald patch +, patch eritem,
squama halus mengkilat, collarets mengikuti garis lipatan
tubuh.
PENGOBATAN…
DIAGNOSIS PITIRIASIS ROSEA
JAWABAN:
B. ANTIHISTAMIN
• Pada kasus ini didapatkan bercak-bercak di tubuh yang disertai
dengan asa gatal. Bercak ini awalnya diketahui hanya berada di dada
dan berjumlah satu, namun kemudian meluas ke seluruh tubuh.
Gambaran seperti ini biasanya merupakan gambaran dari ptiriasis
rosea, karena lesi tunggal tersebut biasanya berupa suatu herald
patch dan kemudian berkembang menjadi lebih banyak dengan pola
penyebaran seperti pohon cemara terbalik.
• Pemeriksaan lesi yang menunjukkan herald patch +, patch eritem,
squama halus mengkilat, collarets di lipatan tubuh menunjukkan
bahwa kasus ini memang suatu ptiriasis rosea.
• Ptiriasis rosea merupakan self limiting disease, sehingga dapat
sembuh sendiri dan tidak memerlukan pengobatan. Pengobatan yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa gatal yang dikeluhkan
pasien yaitu antihistamin oral.
Pitiriasis Rosea
• Etiologi: tidak jelas, diduga virus karena self limiting
• Gejala klinis:
1. Gatal ringan
2. Pitiriasis (skuama halus)
3. Lesi khas
Lesi yang pertama muncul:
Herald Patch
• Lokasi di badan
• Soliter
• Oval dan annular
• Diameter ± 3 cm
• Lesi eritema dan skuama halus di pinggirnya
• Gambaran lesi seperti lesi pertama
hanya lebih kecil dan semakin banyak
• Susunan sejajar costae seperti pohon
cemara terbalik
• Timbul serentak atau dalam beberapa
hari 4-10 hari setelah lesi pertama:
• Predileksi: badan, lengan atas
proksimal, dan paha atasseperti
Pohon cemara terbalik
pakaian renang wanita jaman dahulu Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
Ptiriasis Rosea: Pemeriksaan
• Pemeriksaan
– Laju endap darah >>
– KOH untuk membedakan dgn
tinea korporis
– VDRL untuk membedakan dengan
sifilis II
Studberg DL, et al. Pityriasis Rosea. American Family Physician. 2004 Jan 1;69(1):87-91
http://emedicine.medscape.com/article/1107532-treatment#d8
Ptiriasis Rosea: Tatalaksana
• Umumnya dapat sembuh spontan
• Topikal (bila gatal mengganggu):
– Larutan anti pruritus seperti calamine lotion (B1)
– Kortikosteroid topikal (C3)
• Sistemik:
– Apabila gatal mengganggu: antihistamin misalnya setirizin 1x10 mg p.o (B1)
– Kortikosteroid sistemik (C3)
– Eritromisin oral 4x250 mg selama 14 hari (A1) walau grade A1 berdasarkan
1 systematic review dan 1 RCT (subyek sedikit), penelitian lanjutan (clinical
trial tanpa blinding dengan subyek yang lebih banyak) tidak menemukan
adanya perbedaan conflicting findings,
– Asiklovir 3x400 mg p.o selama 7 hari (indikasi bila awal perjalanan penyakit
disertai flu-like symptoms atau keterlibatan kulit yang luas) (B1) tidak rutin
disarankan dan data penelitian terbatas
– Fototerapi: narrowband UV-B dengan dosis tetap sebesar 250 mJ/cm3 (B1)
tidak rutin disarankan dan data penelitian terbatas
Studberg DL, et al. Pityriasis Rosea. American Family Physician. 2004 Jan 1;69(1):87-91
http://emedicine.medscape.com/article/1107532-treatment#d8 | Uptodate 2019
111
• Laki-laki, Tn. Pasya Akbar Susanto, 33 tahun, datang diantar
isinya ke IGD RS dengan keluhan diare berdarah sejak 3 hari
disertai demam.
• Dari pemeriksaan fisik abdomen didapatkan hepatomegali.
• Dari pemeriksaan feses rutin didapatkan telur cacing,
berbentuk bulat, memiliki duri di lateral, berisi mirasidium,
tidak ada operculum.
TERAPI…
DIAGNOSIS SCHISTOSOMIASIS
JAWABAN:
B. PRAZIKUANTEL
• Diagnosis pasien ini adalah schistosomiasis
karena terdapat gejala sindrom disentri
(diare berdarah ), demam, hepatomegaly
didapatkan telur cacing, berbentuk bulat,
memiliki duri di lateral, berisi mirasidium,
tidak ada operculum
• Terapi yang dapat diberikan adalah B.
Prazikuantel
Schistosomiasis
• Etiologi: Schistosoma japonicum (Danau Lindu),
Schistosoma haematobium (Afrika dan timur
tengah)
• Stadium infektif serkaria (melalui kulit)
• Stadium diagnostik telur pada feses/urin
– berbentuk oval
– Transparan atau kuning pucat
– Tanpa operculum
– Terdapat spina
(kecil pada S. japonicum)
Daur Hidup Schistosoma sp.
Schistosomiasis
• Gejala
– Sindrom disentri
– Demam katamaya (fever, an urticarial rash,
enlarged liver and spleen, and bronchospasm)
– Fibrosis periportal, hipertensi portal, hipertensi
portal, granuloma pada otak
• Tatalaksana Prazikuantel
– S. japonicum 3 x 20 mg/kg selama 1 hari
– S. haematobium 2 x 20 mg/kg selama 1 hari
112
• Seorang perempuan, Nn. Ailee Syafa Azarina, usia 16 tahun
datang ke Puskesmas Az-Zahra Medika, dengan keluhan
muncul papul di wajah sejak 1 minggu yang lalu.
• Pasien sudah membeli salep klindamisin dan sulfur di apotek.
Keluhan menghilang.
• Namun, 3 hari ini pasien datang dengan keluhan muncul papul
di wajah.
EDUKASI…
DIAGNOSIS EFEK SAMPING OBAT
JAWABAN:
C. TIDAK MEMBELI SALEP ANTIBIOTIK SEMBARANGAN
• Wanita usia 16 tahun dengan keluhan awal papul pada wajah,
kemungkinan diagnosis acne vulgaris, walaupun tidak dijelaskan
adanya lesi khas (komedo)
• Keluhan awal ini menghilang dengan penggunaan obat topical.
Setelah beberapa lama penggunaan, muncul keluhan papul pada
wajah
• Kemungkinan kelainan papul ini berbeda dengan kelainan awal,
karena baru muncul setelah penggunaan obat, sehingga diperkirakan
akibat dari efek samping obat
• Dari kedua obat topical yang dipakai, kemungkinan besar yang
menyebabkan keluhan adalah clindamycin
• Pemberian sulfur tidak menyebabkan kelainan papul, yang dapat
terjadi adalah kering, kemerahan dan gatal
• Sehingga saran yang tepat adalah C. tidak membeli salep antibiotik
sembarangan
Topical agents adverse effects
• Clindamycin • Sulfur
– Maculopapular – dryness and itching of
Exanthema the skin
– folliculitis, – Rash
– photosensitivity • Salicylic acid
– reaction, – concentrations of 2% or
– pruritus, higher: can cause local
– erythema, skin peeling and
– dry skin, discomfort
– peeling
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29782303
https://www.aad.org/practicecenter/quality/clinical-guidelines/acne/prescribing-
information-for-acne-treatments
• Benzoyl peroxide • Azaleic Acid
– Hypersensitivity reactions, – Pruritus, burning, stinging,
contact sensitization tingling, erythema,
reactions, excessive dryness, rash, peeling,
erythema, peeling irritation, dermatitis,
• Tretinoin contact dermatitis
– Dry skin, peeling, scaling, • Adapalene
flaking, burning sensation, – Erythema, scaling, dry skin,
erythema, pruritus, pain of burning/stinging, skin
skin, sunburn, hyper/hypo- discomfort, pruritus,
pigmentation desquamation, sunburn,
allergic/hypersensitivity
reactions, face/eyelid
edema, lip swelling,
angioedema
ILMU KESEHATAN
ANAK
113
• Anak 10 tahun demam selama 5 hari
• Nyeri pada sendi yang berpindah-pindah
• Demam 38oC, Sendi lutut kiri dan siku kanan teraba
hangat dan edema, tonsil membesar T3/T3 dengan
detritus (+)
• Bising pansistolik 4/6 di apex
KATUP YANG BERMASALAH…
DIAGNOSIS DEMAM REUMATIK
JAWABAN:
A. MITRAL DAN AORTA
• Anak 10 tahun demam + migratory
polyarthritis + temuan murmur + infeksi
pada saluran nafas atas (sering disebabkan
oleh streptococcus, tonsil yang membesar
dengan detritus) kemungkinan demam
rematik
• Kriteria Jones 1 minor (demam) + 2 mayor
(polyarthritis + carditis)
• Katup yang sering bermasalah pada krditis
reumatik mitral dan aorta.
• Katup mitral (76%),
• Katup aorta (13%),
• Katup mitral + aorta (97%) opsi dipilih
• Trikuspid dan pulmonal lebih jarang terdampak
Demam rematik
• Penyakit sistemik yang terjadi setelah faringitis akibat GABHS
(Streptococcus pyogenes)
• Usia rerata penderita: 10 tahun
• Komplikasi: penyakit jantung reumatik
• Demam rematik terjadi pada sedikit kasus faringitis GABHS
setelah 1-5 minggu
• Pengobatan:
– Pencegahan dalam kasus faringitis GABHS: penisilin/
ampisilin/ amoksisilin/ eritromisin/ sefalosporin generasi I
– Dalam kasus demam rematik:
• Antibiotik: penisilin/eritromisin
• Antiinflamasi: aspirin/kortikosteroid
• Untuk kasus korea: Antikonvulsan/neuroleptik (asam
valproat/fenobarbital/haloperidol/klorpromazin)
Chin TK. Pediatric rheumatic fever. http://emedicine.medscape.com/article/1007946-overview Behrman
RE. Nelson’s textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill; 2011.
Ket: ASO=ASTO
Physical Findings
• Migratory Polyarthritis • Characteristic murmurs of acute
– is the most common symptom carditis include
– (polyarticular, fleeting, and – the high-pitched, blowing,
involves the large joints) holosystolic, apical murmur of mitral
– frequently the earliest regurgitation;
manifestation of acute – the low-pitched, apical, mid-
rheumatic fever (70-75%). diastolic, flow murmur (Carey-
• Carditis: Coombs murmur);
– (40% of patients) – and a high-pitched, decrescendo,
diastolic murmur of aortic
– and may include cardiomegaly, regurgitation heard at the aortic
new murmur, congestive heart area.
failure, and pericarditis, with or – Murmurs of mitral and aortic
without a rub and valvular stenosis are observed in chronic
disease. valvular heart disease.
• Valvulitis merupakan tanda utama
karditis reumatik :
– katup mitral (76%),
– katup aorta (13%),
– dan katup mitral+ aorta (97%).
Physical Findings
• Subcutaneous nodules (ie, Aschoff bodies):
– 10% of patients and are edematous, fragmented collagen fibers.
– They are firm, painless nodules on the extensor surfaces of the wrists,
elbows, and knees.
• Erythema marginatum:
– 5% of patients.
– The rash is serpiginous and long lasting.
• Chorea (also known as Sydenham chorea and "St Vitus dance"):
– occurs in 5-10% of cases
– consists of rapid, purposeless movements of the face and upper
extremities.
– Onset may be delayed for several months and may cease when the
patient is asleep.
114
• Anak 10 tahun kejang beberapa jam yang lalu
• Riwayat digigit oleh monyet liar 2 minggu yang
lalu
• Sulit menelan dan muntah
• Tanda vital meningkat dan napas 30x/menit
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS RABIES
JAWABAN:
B. RABIES
• Anak dengan riwayat digigit moyet liar
resiko penularan penyakit dari hewan
(monyet)
• Riwayat gigitan monyet liar + tanpa proses
pembersihan luka gigitan dengan air sabun +
kejang dan sulit menelan (gejala neurologis)
mengarahkan pada diagnosis rabies
• Tetanus: dari luka kotor yang terkontaminasi
Clostridium tetani, gejala mulai dari trismus, disfagia,
opistotonus, hingga gangguan otonom
• Toxoplasmosis: biasanya menjadi simtomatik pada
imunodefisiensi seperti HIV basanya bermanifestasi
sebagai toxoplasma ensefalitis
• Abses otak: organisme bisa masuk akibat perluasan dr
infeksi struktur sekitas seperti OMSK, ataupun trauma
kranial. Biasanya begejala berupa demam, gejala
neurologis fokal, dan nyeri kepala
• Botulisme: riwayat makan makanan kaleng sebelum
mengalami diare yang berlanjut dengan gangguan
neurologis
Rabies
• Rabies adalah penyakit infeksi akut pada Sistem Saraf
Pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus rabies, dan
ditularkan melalui gigitan hewan menular rabies
terutama anjing, kucing, kera, dan kelelawar.
• Penyakit rabies atau penyakit anjing gila, merupakan
penyakit yang bersifat fatal atau selalu diakhiri
dengan kematian bila tidak ditangani dan diobati
dengan baik.
• Telah dilaporkan 98 persen kasus rabies di Indonesia
ditularkan akibat gigitan anjing dan 2 persen akibat
gigitan kucing dan kera.
Gejala Klinis
• Stadium Prodromal
– Gejala tidak spesifik, demam dan di lokasi
– gigitan terasa gatal, nyeri, dan kesemutan. Berlangsung beberapa hari, tidak
lebih dari seminggu.
• Stadium Neurologik Akut
– Ensefalitik (more common, 80% cases): hiperaktif, bingung, halusinasi,
gangguan saraf kranial (III, VII, VIII), stimulasi otonom (hipersalivasi,
hiperlakrimasi, hiperhidrosis, dilatasi pupil, tekanan darah labil,hilang kontrol
suhu),spasme/ kejang akibat rangsang taktil, visual, suara, penciuman
(fotofobia: cahaya, aerofobia: udara, hidrofobia: air).
– Paralitik: bersifat ascending, umumnya lumpuh dari ekstremitas yang digigit
lalu ke seluruh tubuh dan otot pernapasan. Gejala klinis mirip dengan sindrom
Guillain-Barre (GBS) (ascending paralysis)
• Stadium Koma
– Terjadi 1-2 minggu setelah fase neurologis akut. Umumnya kematian terjadi
akibat aritmia atau miokarditis
Tatalaksana
• Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani
dengan cepat dan sesegera mungkin.
• Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka
gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan
air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau deterjen selama 10-15
menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat
merah dan lain-lain).
• Bila memang perlu sekali untuk dijahit (jahitan situasi), maka diberi
Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan
secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya
disuntikan secara intra muskuler.
• Dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/vaksin anti
tetanus, antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberian
analgetik.
Bila ada indikasi pengobatan :
1. Terhadap luka resiko rendah diberi Vaksin Anti Rabies (VAR) saja
• Jilatan pada kulit luka
• garukan atau lecet (erosi, ekskoriasi)
• luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki.
2. Terhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR
• Jilatan/luka pada mukosa
• luka diatas daerah bahu (muka, kepala, leher)
• luka pada jari tangan/kaki, genetalia
• luka yang lebar/dalam
• luka yang banyak (multipel).
3. Untuk kontak (dengan air liur atau saliva hewan tersangka/hewan rabies atau
penderita rabies), tetapi tidak ada luka, kontak tak langsung, tidak ada kontak,
maka tidak perlu diberikan pengobatan VAR maupun SAR.
4. Sedangkan apabila kontak dengan air liur pada kulit luka yang tidak berbahaya,
maka diberikan VAR atau diberikan kombinasi VAR dan SAR apabila kontak
dengan air liur pada luka berbahaya.
115
• Anak 7 tahun kondisi gangguan kesadaran
• Setelah anak menelan pil dalam jumlah banyak
• Kesadaran pasien menurun cepat
• SGOT 850 mg/dL, SGPT 1.050 mg/dL
4 mo- 4 yr Respiratory syncytial virus, other respiratory viruses (parainfluenza viruses, influenza
viruses, adenovirus), S. pneumoniae, H. infl uenzae (type b), Mycoplasma pneumoniae,
group A streptococcus
≥5 yr M. pneumoniae, S. pneumoniae, Chlamydophila pneumoniae, H. influenzae (type b),
infl uenza viruses, adenovirus, other respiratory viruses, Legionella pneumophila
Sumber : Kllegman RM, Staton BF, Schor N,et all. Nelson Texbook of Pediatrics. 19th edition. New York : Saunders; 2011.
Pneumonia
• Tanda utama menurut WHO: fast breathing & lower chest indrawing
• Signs and symptoms :
– Non respiratory: fever, headache, fatigue, anorexia, lethargy, vomiting and
diarrhea, abdominal pain
– Respiratory: cough, chest pain, tachypnea , grunting, nasal flaring,
subcostal retraction (chest indrawing), cyanosis, crackles and rales (ronchi)
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ASMA BRONKIAL
JAWABAN:
D. ASMA BRONKIAL
• Anak dengan keluhan sesak berulang dan
terutama pada malam hari (kronik residif) +
wheezing + riwayat atopi di keluarga klinis
asma bronkial
• Gambaran radiologis hiperlusen gambaran
penyakit asma bronkial
• Diagnosis asma bronkial
• PPOK penyakit obstruktif kronik irreversibel
yang biasanya menyerang dewasa
• Bronkitis peradangan pada bronkus yang
sifatnya nonspesifik
• Bronkiolitis peradangan bronkiolus,
gambaran seperti obstruktif, pada anak< 2
tahun
• Bronkiektasis batuk produktif 3 lapis,
gambaran Rokistik/ honeycomb
Gambaran Radiologis
DISEASE RADIOGRAPHY
TATALAKSANA AWAL…
DIAGNOSIS ASMA EKSASERBASI AKUT
JAWABAN:
B. INHALASI BETA 2 AGONIS
• Batuk dan sesak yang semakin memberat,
serta hilang timbul setiap bulan asma
• Riwayat atopi keluarga kemungkinan
besar anak juga mengalami suatu atopi
asma
• Sesak + takipnea + wheezing pada seluruh
lapang paru asma eksaserbasi akut
• Tatalaksana awal bronkodilator
inhalasi beta 2 agonis
• Antibiotik sistemik spektrum luas biasanya
digunakan pada pasien kondisi infeksi bakteri,
bukan tatalaksana serangan asma di awal
• Teofilin IV sediaan injeksi dalam bentuk
aminofilin IV, bukan tatalaksana awal asma
eksaserbasi akut, kecuali tidak respon dengan
inhalasi beta 2 agonis, dapat diberikan pada
serangan asma berat (bronkodilator)
• Mukolitik dan antitusif suportif, bukan
tatalaksana awal
Tatalaksana serangan asma
pada anak
Based on Pedoman Nasional Anak 2016
Tatalaksana serangan asma pada anak
Based on Pedoman Nasional Anak 2016
• Beberapa pasien memiliki risiko tinggi untuk mengalami serangan asma yang
dapat mengancam nyawa. Resiko tersebut adalah pasien dengan riwayat:
Serangan asma yang mengancam nyawa
Intubasi karena serangan asma
Pneumotoraks dan/atau pneumomediastinum
Serangan asma berlangsung dalam waktu yang lama
Penggunaan steroid sistemik (saat ini atau baru berhenti)
Kunjungan ke UGD atau perawatan rumah sakit (RS) karena asma dalam
setahun terakhir
Tidak teratur berobat sesuai rencana terapi
Berkurangnya persepsi tentang sesak napas
Penyakit psikiatrik atau masalah psikososial.
Alergi makanan
• Untuk pasien dengan risiko tinggi tersebut, steroid sistemik (oral atau
parenteral) perlu diberikan pada awal tata laksana meskipun pada penilaian
awal serangannya masih ringan sedang.
Tatalaksana serangan asma pada anak
Based on Pedoman Nasional Anak 2016
• Steroid sistemik
o Pemberian steroid sistemik per oral sama efektifnya dengan
pemberian secara intravena
o Pemberian secara oral memerlukan waktu sekitar 4 jam untuk
memberikan perbaikan klinis
o Pemberian IVjika pasien tidak bisa menelan obat
o Steroid sistemik berupa prednison atau prednisolon diberikan per
oral dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum
sampai 40 mg/hari, maksimal 1 kali dalam 1 bulan. Lama
pemberian 3-5 hari tanpa tapperingoff
o Pemberian steroid sistemik dapat mempercepat perbaikan
serangan dan mencegah kekambuhan, dan direkomendasikan
untuk diberikan pada semua jenis serangan. Jika memungkinkan,
steroid oral diberikan dalam 1 jam pertama.
Obat-obatan serangan asma pada anak
Based on Pedoman Nasional Anak 2016
• Adrenalin
o Terapi tambahan pada asma yang berhubungan dengan anafilaksis dan
angioedema
o Dosis 10 ug/kgBB (0,01 ml/kgBB adrenalin 1:1.000), dengan dosis maksimal
500 ug (0.5 ml)
• Magnesium sulfat -->tidak rutin dilakukan
• Steroid inhalasi
– Steroid nebulisasi dengan dosis tinggi (1600-2400 ug budesonide) dapat
digunakan untuk serangan asma (dalam dosis tinggi karena steroid nebulisasi
dosis rendah tidak bermanfaat untuk mengatasi serangan asma)
– terbatas pada pasienHpasien yang memiliki kontraindikasi terhadap steroid
sistemik.
• Mukolitik
• Antibiotik hanya jika terbukti disebabkan infeksi bakteri
• Obat sedasi
• Antihistamin
119
• Bayi usia 3 minggu keluhan kaki bengkok sejak
lahir
• Deformitas pedis bengkok ke arah dalam seperti
pada gambar
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TALIPES EQUINOVARUS
JAWABAN:
B. TALIPES EQUINOVARUS
• Bayi 3 minggu kaki bengkok sejak lahir
deformitas kongenital
• Kaki bengkok dengan bentuk kaki
equinus, varus, adduksi, dan supinasi
talipes equinovarus/clubbing foot
Club Foot (TEV)
Definisi Tipe
• Club foot / Talipes Equinovarus • Idiopatik : tidak ada kelainan
(TEV) Deformitas kongenital kongenital yang lain, paling umum
yang rigid fiksasi kaki pada terjadi.
posisi adduksi, supinasi dan varus. • Postural : deformitas dapat
• 1-2 kasus dalam 1000 kelahiran dikoreksi oleh pemeriksa.
hidup. • Sindromik: berkaitan dgn kelainan
• Pria : Wanita 2 : 1 kongenital e.g. Arthrogryposis,
Etiologi Diastrophic dwarfism.
• Tidak diketahui. • Kondisi neuromuskular:
• Muskular, neurogenik, genetik dan myelomeningocele, CP
connective tissue.
Sumber : Abdelgawad A, Naga O. Pediatric Orthopedics A Handbook for Primary Care Physicians. New York: Springer; 2014.
Club Foot (TEV)
T. Calcaneovalgus combination
between t.
T. Calcaneus dorsiflexion calcaneus dan t.
valgus
T. Equinovarus combination
(Club Foot) between t. equinus
T. Equinus plantar flexion and t. varus
T. Cavovarus combination
T. Valgus (flat abducted and between t. cavus
foot) everted and t. varus
T. Calcaneocavus combination
between t.
T. Varus abducted and calcaneus and t.
inverted
cavus
T. Equinovalgus combination
between t. equinus
and t. valgus Dorland's Medical Dictionary for Health Consumers. New York : Saunders ;2007
Berbagai spektrum abnormalitas pada kaki neonatus Newborn Foot Abnormalities
ETIOLOGI GANGGUAN…
DIAGNOSIS BRANCHIAL CYSTS
JAWABAN:
A. KELAINAN KONGENITAL
• Anak 12 tahun dysphagia + massa leher kistik fluktuatif
(transiluminasi positif) di leher lateral kiri tepi anterior ,
mengeluarkan secret bening, tidak nyeri kemungkinan
kista kongenital daerah leher sering branchial cysts
• Kecurigaan penyebab kista branchial berdasarkan lokasi
di leher sisi lateral sinistra tepi depan SCM
• Bisa diawal asimptomatik kemudian sebabkan keluhan
disfagia, dyspnoe, hingga komplikasi abses atau fistula
• Diagnosis banding hygroma hingga kista duktus
tiroglossus
• Tidak ada keluhan demam atau penurunan
berat badan drastis yang mungkin arahkan pada
opsi keganasan dan infeksi
• Tidak pula dinyatakan adanya riwayat trauma
sebelumnya.
Branchial cysts
• Suatu kelainan kongenital akibat involusi inkomplit dari struktur
branchial cleft, salah satu kelainan kongenital berupa massa leher
yang umum ditemukan pada anak atau dewasa muda
• Klinis: umumnya asimptomatik, bisa ada cairan (watery discharge)
keluar bisa lesi berhubungan dengan sinus tract. Bisa bergejala
menimbulkan efek desakan seperti disfagia, dispnea, stridor akibat
kompresi kista ke saluran napas atas. Tampak adanya massa fluktuatif
unilateral atau bilateral. Paling sering di 1/3 bawah batas
anteromedial muskulus sternocleidomastoideus.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499914/
https://www.sciencedirect.com/topics/pharmacology-toxicology-and-
pharmaceutical-science/branchiogenic-cyst
Kista duktus tiroglossus
• Suatu kelainan kongenital akibat obliterasi tidak sempurna dari duktus
tiroglossus. Salah satu kista paling umum ditemukan di regio leher.
• Klinis: tanpa nyeri, lesi kistik, mobile, fluktuatif, massa di leher dekat
tulang hyoid, sering pada anak anak, pada kista cukup besar dapat
ditemukan pemeriksaan transiluminasi positif. Biasanya massa
ditengah. simptomatik: nyeri (bila ada komplikasi infeksi kista),
dyspnoea, dysphagia. Bisa ada watery discharge dari fistula. TDC akan
bergerak ketika menelan atau menjulurkan lidah.
ASO titer
Age group (years) Upper limit of normal
(international units/mL)
1 to 4 170
5 to 14 276
15 to 24 238
25 to 34 177
≥35 127
123
• Sesak nafas sudah sejak 3 hari semakin
memberat
• Foto radiologi terlihat gambaran "Valeculla sign"
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS EPIGLOTITIS
JAWABAN:
C. EPIGLOTITIS
• Anak sesak nafas + radiologi vallecula sign
mengarah pada epiglotitis
• Epiglotitis infeksi bakteri pada saluran
napas di daerah epiglotis disebabkan oleh
H. influenza tipe B (Hib) epiglotis
bengkak dan edema (thrumprint sign) dan
vallecula menjadi datar (valeculla sign)
serta pica aryepiglotic menebal
• Bronkopneumonia sesak, bisa ada batuk dan
keluhan demam, serta radiologis ditemukan
bercak infiltrate
• Bronkiektasis batuk produktif 3 lapis,
gambaran Rokistik/ honeycomb
• Asma sesak, sifat kronik residif, bisa
ditemukan wheezing, radiologis bisa ditemukan
hiperinflasi
• Faringitis batuk, biasanya tidak keluhan
sesak, ditemukan faring hiperemis pada
pemeriksaan
Epiglotitis
• Life-threatening, medical emergency due to infection with edema
of epiglottis and aryepiglottic folds
• Organism: Haemophilus influenzae type B: most common (bacil
gram (-), needs factor X and V for growth)
• Location
– Purely supraglottic lesion
• Associated subglottic edema in 25%
– Associated swelling of aryepiglottic folds causes stridor
• Classical triad is: drooling, dysphagia and distress (respiratory)
• Abrupt onset of respiratory distress with inspiratory stridor, Sore
throat, Severe dysphagia, muffled voice/hot potato voice
• Older child may have neck extended and appear to be sniffing due
to air hunger
Tripod sign
• Pt appears anxious
• Leans forward with
support of both
forearms
• Extends neck in an
attempt to maintain an
open airway
X-ray soft tissue neck
• Lateral view taken in erect
position only (Supine
position may close off
airway)
– Enlargement of epiglottis
(thumb sign)
– Absence of well defined
vallecula (Vallecula sign)
– Thickening of aryepiglottic
folds (cause for stridor)
– Circumferential narrowing of
subglottic portion of trachea
during inspiration (25%
cases)
– Ballooning of hypopharynx Red arrow = enlarged epiglottis
Yellow arrow = thickened ary-epiglottic folds
X-ray diagnosis?
2-year-old boy with
fever, stridor, tripoding
and NO cough.
Epiglottitis P
E V
• Epiglottis (E) –
wide (thumb-
like)
C
• Vallecula -
shallow Epiglottis (E)
• Trachea - Vallecula (V)
normal Vocal cords (C)
• Prevertebral Trachea (T)
T
soft tissue - Prevertebral soft
normal tissue (P)
124
• Anak 4 tahun, pucat dan terdapat bintik-bintik
perdarahan
• Limfadenopati supraklavikular dan servikal serta
splenomegaly
• Hb 7,4 gr%, leukosit 74.200/mm3, trombosit
34.000/mm3
PEMERIKSAAN PENUNJANG TEGAKKAN DIAGNOSIS..
DIAGNOSIS LEUKEMIA AKUT
JAWABAN:
D. PEMERIKSAAN SUMSUM TULANG
• Anak 4 tahun pucat + bintik-bintik perdarahan +
limfadenopati supraklavikular dan servikal +
splenomegaly curiga kondisi berkaitan dengan
keganasan
• Anemia (Hb 7,4) + leukositosis 74200/m3 +
trombositopenia leukemia
• Gejala klinis yang jelas + usia pasien umumnya
leukemia akut
• Pemeriksaan penunjang pada leukemia akut
pemeriksaan sumsum tulang
• Pemeriksaan hapus darah tepi bukan merupakan
pemeriksaan gold standard pada leukemia
125
• Anak 9 tahun benjolan di leher sebelah kanan, timbul sejak
usia 2 tahun, membesar secara perlahan, tidak nyeri
• Berdebar-debar, penurunan berat badan, mata menonjol
disangkal
• Adanya nodul kistik pada regio tiroid dextra dengan ukuran
5x4x3 cm, nyeri tekan dan hiperemis tidak ada, ikut bergerak
saat menelan
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS STRUMA NODOSA NON TOKSIK
JAWABAN:
E. STRUMA NODOSA NON TOKSIK
• Adanya massa nodul kistik pada regio tiroid
yang bergerak pada saat menelan struma
• Membesar secara perlahan kemungkinan
bukan ke arah keganasan tiroid
• Tanpa adanya tanda-tanda hipertiroid
struma nodosa non-toksik
• Struma non-toksik berupa kistik bisa
disebabkan karena adenoma tiroid, kista
duktus tiroglosal, kista hidatid (akibat infeksi
echinococcus)
• Kista brankialis konsistensi memang kistik, tetapi dari
lokasi tidak sesuai (biasanya anterior SCM atau mandibula)
dan tidak terkait dengan menelan
• Tiroiditis tiroiditis biasanya bersifat difus dan tidak
memiliki konsistensi kistik
• Abses submandibular massa biasanya di area
submandibular, bisa ada gejala sistemik seperti demam dan
nyeri pada benjolan
• Karsinoma laring disingkirkan karena pada pasien tidak
ada keluhan mengarah pada keganasan
Klasifikasi Struma
Struma
Difusa Nodosa
Immune injuries
Proliferasi selular
Destruksi membran basal glomerulus
Lumen kapiler menyempit
hematuria
Aliran darah glomerular menurun
oliguria
Retensi air dan natrium
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS MARASMUS-KWARSHIORKOR
JAWABAN:
C. FORMULA 75
• Anak tampak malnutrisi dengan gejala:
• Wajah sembab, kaki edema, rambut merah dan
mudah dicabut klinis kwarshiorkor
• Lemak subkutan yang tidak ada, dan baggy
pants klinis marasmus
• Diagnosis marasmus kwarshiorkor
• Tatalaksana pada kasus malnutrisi berat
inisiasi pemberian F-75
• Pada malnutrisi berat diberikan dahulu F75, lalu
baru berlanjut ke F100 nantinya (diawal jadi
dipilih opsi C dibanding opsi D)
• Makanan TKTP dan diet lunak sebaiknya tidak
diberikan dulu diawal agar tidak timbul
refeeding syndrome
Malnutrisi Energi Protein
• Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan kebutuhan
energi dan nutrien tubuh untuk tumbuh dan mempertahankan fungsinya
(WHO)
• Dibagi menjadi 3:
– Overnutrition (overweight, obesitas)
– Undernutrition (gizi kurang, gizi buruk)
– Defisiensi nutrien spesifik
• Malnutrisi energi protein (MEP):
– MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang)
– MEP derajat berat (gizi buruk)
• Malnutrisi energi protein berdasarkan klinis:
– Marasmus
– Kwashiorkor
– Marasmik-kwashiorkor
edema
rambut kemerahan, mudah
dicabut
kurang aktif, rewel/cengeng
pengurusan otot
Kelainan kulit berupa bercak
merah muda yg meluas &
berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
Marasmik-kwashiorkor
• Terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan
kwashiorkor secara bersamaan
Emergency Signs in Severe
Malnutrition
• Dibutuhkan tindakan resusitasi
• Tanda gangguan airway and breathing :
– Tanda obstruksi
– Sianosis
– Distress pernapasan
• Tanda dehidrasi berat → rehidrasi secara ORAL.
Dehidrasi berat sulit dinilai pada malnutrisi berat.
Terdapat risiko overhidrasi
• Tanda syok : letargis, penurunan kesadaran
– Berikan rehidrasi parenteral (Resusitasi Cairan)
10 Langkah Utama Penatalaksaan Gizi Buruk
No Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Tindaklanjut
H 1-2 H 3-7 H 8-14 mg 3-6 mg 7-26
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
Bila kenaikan berat badan <5g/kgBB/hari, lakukan penilaian ulang apakah target
asupan makanan memenuhi kebutuhan dan cek tanda-tanda infeksi
128
• Sering merasa lemas dan kurang konsentrasi belajar
• Konjungtiva pucat
• Hb 8, MCV 66, MCH 24, serum iron turun, dan TIBC
meningkat
• Ibu memberikan Fe bersamaan dengan susu supaya
anak mau minum obat
INTERAKSI FE DENGAN SUSU…
DIAGNOSIS ANEMIA DEFISIENSI BESI
JAWABAN:
C. ABSORBSI FE MENURUN
• Sering lemas dan kurang konsentrasi belajar +
konjungtiva yang pucat klinis anemia
• Hb yang rendah + MCV dan MCH yang turun
anemia mikrositik hipokrom
• Turunnya SI dan meningkatnya TIBC anemia
defisiensi besi
• Diberikan Fe bersamaan dengan susu
kandungan kalsium dalam susu akan
menghambat penyerapan Fe (opsi C)
Polypohenols present in tea, coffee and wine,
Phosphates and phosphoproteins present in
egg yolk, bovine milk
LUMINAL
IRON ABSORPTION
BASOLATERAL SURFACE
Penggunaan Besi
dalam Tubuh
Penyimpanan Besi
Besi Oral
• Aman, murah, dan efektif
• Beberapa makanan dan obat menghambat
penyerapan
– Jangan bersamaan dengan makanan, beberapa
antibiotik, teh, kopi, suplemen kalsium, susu. (besi
diminum 1 jam sebelum atau 2 jam setelahnya)
– Konsumsi suplemen besi 2 jam sebelum atau 4 jam
setelah antasida (kondisi lambung yang basa akan
menghambat absorbsi besi)
– Tablet besi paling baik diserap di kondisi asam
konsumsi bersama 250 mg tablet vit C atau jus jeruk
meningkatkan penyerapan
Tatalaksana
• Absorbsi besi yang terbaik adalah pada saat
lambung kosong,
• Jika terjadi efek samping GI, pemberian besi
dapat dilakukan pada saat makan atau segera
setelah makan meskipun akan mengurangi
absorbsi obat sekitar 40%-50%
• Efek samping:
– Mual, muntah, konstipasi, nyeri lambung
– Warna feses menjadi hitam, gigi menghitam
(reversibel)
129
• Anak 5 tahun BAB cair sejak 1 minggu, frekuensi sebanyak 3-
5x/ hari, 2-3 sendok makan per BAB., warna kuning berbau
busuk
• Tidak ada darah pada tinja
• Mual ada, muntah tidak ada
• Hasil mikroskop eritrosit 25-30 /lpb, leukosit 15-20 /lpb
• Mikroskopik tinja didapat gambaran (slide berikut)
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS AMOEBIASIS
JAWABAN:
E. ENTAMOEBA HISTOLYTICA
• Anak alami diare berbau busuk + hasil tinja
didapatkan adanya leukosit dan eritrosit +
kista dengan nukleus berinti 4 disentri
amoebic
• Etiologi kista nucleus berinti 4
Entamoeba histolytica
• Diare karena E coli (EIEC dan EHEC) bisa
menyebabkan disentri dengan temuan bakteri
batang gram negatif
• Shigella menyebabkan disentri basiler, bentuk
bakteri batang gram negatif
Amoebiasis ec E. Histolitica
AMOEBIASIS AMOEBIASIS
INTESTINAL EKSTRAINTESTINAL
• Masa inkubasi: 8 hari hingga • Abses liver
beberapa bulan
• Kolitis amuba: nyeri perut • Penyakit pleuropulmonal
kuadran bawah, distensi
• Peritonitis
• Tahap Akut • Perikarditis
– Diare dengan epitelium (tanpa
darah, nyeri perut, << BB, flatulens • Abses otak
dan konstipasi
• Penyakit genitourinaria
• Infeksi Berat
– 10-20 hari
– Diare dengan epitelium dan darah,
nyeri perut (mulas), dehidrasi dan
demam
Amoebiasis
ALUR INFEKSI
Sel darah
merah
130
• Anak 10 tahun sesak 3 hari yang lalu, demam
dan dahak kental berwarna kehijauan
• RR 20x/menit, suhu 37.8 derajat C, ronkhi basah
kasar di paru kiri
Sumber :WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS. Pedoman Bagi RS Rujukan Tk I di
Kabupaten/Kota.
Pneumonia Ringan
• Dx disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.
• Napas cepat:
• pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
• pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
• Tx rawat jalan, beri antibiotik : Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari
selama 3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari.
Pneumonia Berat
• Dx Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
• Kepala terangguk-angguk
• Pernapasan cuping hidung
• Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi)
• Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:
• Napas cepat
• Suara merintih (grunting) pada bayi muda
• Pada auskultasi terdengar : Crackles (ronki), suara pernapasan menurun, suara
pernapasan bronkial
• Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai: Tidak dapat menyusu atau
minum/makan, atau memuntahkan semuanya, Kejang, letargis atau tidak sadar,
sianosis, distres pernapasan berat.
Sumber :WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS. Pedoman Bagi RS Rujukan Tk I di Kabupaten/Kota.
Tatalaksana
Pneumonia Berat
Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat
(tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang,
letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan
kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan
kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. Sebagai alternatif, beri
seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari.
Sumber :WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS. Pedoman Bagi RS Rujukan Tk I di Kabupaten/Kota.
Fluoroquinolone
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS KEJANG AKUT PADA ANAK
JAWABAN:
C. PHENOBARBITAL IV LOADING DOSE DOSIS 300 MG
• Anak usia 4 tahun kejang tidak kunjung
berhenti sudah diberikan diazepam
rectal hingga intravena
• Tatalaksana lanjut atasi kejang
phenobarbital atau phenytoin loading dosis
masing-masing 20 mg/kg BB
• Perkiraan berat badan anak 2n+8
(2x4)+8 = 16 kg (perkiraan berat badan)
• Dosis yang diperoleh paling tidak 320 mg
dipilih fenobarbital loading dose 300 mg IV
• Dosis fenitoin opsi terlalu rendah
Kejang dan Status Epileptikus pada Anak
• Seizure — A seizure represents the clinical expression of
abnormal, excessive, synchronous discharges of neurons residing
primarily in the cerebral cortex.
• Sampai saat ini, belum terdapat keseragaman mengenai definisi
status epileptikus (SE) karena International League Againts
Epilepsy (ILAE) hanya menyatakan bahwa SE adalah kejang yang
berlangsung terus-menerus selama periode waktu tertentu atau
berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.
• Kekurangan defnisi menurut ILAE tersebut adalah batasan lama
kejang tersebut berlangsung.
• Oleh sebab itu, sebagian para ahli membuat kesepakatan
batasan waktunya adalah selama 30 menit atau lebih.
Tatalaksana kejang akut
• Pertahankan fungsi vital (airway, breathing,
circulation)
• Identifikasi dan terapi faktor penyebab dan faktor
presipitasi
• Menghentikan aktivitas kejang
• Evaluasi tanda vital serta penilaian airway,
breathing, circulation (ABC) harus dilakukan
seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan.
• Pemilihan jenis obat serta dosis anti-konvulsan
pada tata laksana SE sangat bervariasi antar
institusi.
Tatalaksana kejang akut
Keterangan
• Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit, kecepatan 2 mg/menit.
Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu dihabiskan.
• Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan kecepatan
yang sama
• Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil sesuai dosis
yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah dibuang jarumnya, dan
teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit. Dosis midazolam buccal berdasarkan
kelompok usia;
– 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan)
– 5 mg (usia 1 – 5 tahun)
– 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun)
– 10 mg (usia ≥ 10 tahun)
• Tapering midazolam infus kontinyu: Bila bebas kejang selama 24 jam setelah pemberian
midazolam, maka pemberian midazolam dapat diturunkan secara bertahap dengan
kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat dihentikan setelah 48 jam bebas kejang.
• Midazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu seharusnya di ICU, namun disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit
• Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam keadaan tidak
kejang, maka dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital 10 mg/kg IV dilanjutkan dengan
pemberian rumatan bila diperlukan.
Fenitoin & Fenobarbital
• In surveys of pediatric emergency providers
and neurologists, phenytoin or fosphenytoin
remain the most-used anti-seizure
medications if status epilepticus persists after
administration of benzodiazepines.
• Phenobarbital's major disadvantages are that
it significantly depresses mental status and
causes respiratory difficulty.
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS ATRESIA ESOFAGUS
JAWABAN:
B. FOTO TORAKS
• Neonatus keluhan muntah setiap kali diberikan
ASI pasang NGT tidak dapat dilanjutkan
hingga lambung curiga abnormalitas pada
struktur esofagus etiologi paling sering
adalah atresia esofagus
• Pemeriksaan penunjang yang pertama kali
dikerjakan foto thorax memastikan
bahwa NGT memang tidak masuk ke lambung
+ melihat apakah terdapat udara lambung atau
tidak tentukan tipe atresia esofagus
Atresia Esofagus
Definisi Etiologi
• Kelainan kongenital dari • Belum diketahui
esofagus yg mengalami
diskontinuitas obstruksi • Terkait dgn abnormalitas lain
esofagus proksimal. VACTERL syndrome
(vertebral anomalies, anal
atresia, cardiac,
Epidemiologi
tracheoesophageal, renal, limb)
• 1 : 4000 neonatus
• >90% terkait dengan
• Slight male predominance
trachoesophageal fistula (TEF)
Faktor risiko
• Advanced maternal age, European ethnicity, obesity, tobacco
smoking, infants weighing < 1.500 g at birth
Sumber : Townsend C, Beauchamp D, Evers M. Sabiston Textbook of Surgery. 20th edition. Philadelphia: Elsevier; 2017
Atresia Esofagus
Presentation
• Prenatal – polyhydramnios, absent Management
stomach bubble, associated • Decompression of the proximal
abnormalities. esophageal pouch
• Birth onwards – frothing of oral • Upright prone position
secretions, drooling, choking or and minimize GER and prevent
sianosis. aspiration
• Thoracotomy repair
Investigations
• Unable to pass wide - bore
orogastric tube; confirmed on chest
• X - ray, shows tube in esophageal
pouch. Air in the stomach indicates
a fistula is present.
Sumber : Townsend C, Beauchamp D, Evers M. Sabiston Textbook of Surgery. 20th edition. Philadelphia: Elsevier; 2017
Radiologi
• Chest radiography (see the
images below) is mandatory
and should be performed as
soon as possible if
esophageal atresia is
suspected.
• Plain chest X-ray with a NGT:
coiled NGT at upper pouch
(the tube has not reached the
stomach)
• Type E can’t be diagnosed
with Chest radiograph
The Gasless
Abdomen
• Absence of gas in the
abdomen suggests
that the patient has
either atresia
without a fistula or
atresia with a
proximal fistula only
134
• Anak usia 3 hari kepala selalu miring ke kiri, bayi
menangis kesakitan saat ibu berusaha
membenarkan posisi
• Tampak leher sebelah kiri lebih pendek
• Teraba benjolan di area sternocleidomastoideus
• Persalinan bahu sulit lahir
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS TORTICOLLIS
JAWABAN:
B. USG LEHER
• Kepala pasien yang selalu miring ke kiri dan
terdapat massa di musculus
sternocleidomastoideus spasme dan
kontraksi dari otot tersebut arah
diagnosis torticollis
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada
torticollis USG leher melihat
ketebalan dan visualisasi potongan
melintang dari otot yang spasme tersebut
Torticollis
• USG cukup jelas untuk
membedakan torticollis
kongenital dan postural
dengan tumor
sternomastoid
• MRI direkomendasikan
ketika gejala tidak membaik
dalam 12 bulan atau ada
presentasi atipik pada USG.
• Penanganan pada torticollis
bersifat fisioterapi suportif
dan pembedahan dilakukan
jika anak berusia >1 tahun
dan tidak ada perbaikan
Tatli B., et al. Congenital muscular torticollis: evaluation and classification. Pediatric Neurology. 2006;34: 41-44
135
• Bayi lahir usia kehamilan 38 minggu secara
spontan dengan lilitan tali pusat 1 kali
• Bayi tidak menangis, tonus otot buruk
Ikterus Mencapai
Onset
Puncak Menghilang
fisiologis Usia 30-72
Usia 4-5 Usia 7-10 hari
bayi aterm jam
hari
Ikterus
fisiologis Onset Usia Mencapai
di atas 24 Puncak Menghilang
bayi jam lebih Usia 5-6 Usia 8-14 hari
preterm dini hari
03
01 02
Kadar bilirubin serum
Ikterus pada 24 jam Ikterus pada bayi yang
meningkat dengan
pertama kehidupan terlihat sakit.
cepat
04 05 06
Prolonged Jaundice - Kadar bilirubin direk Feses berwarna
Ikterik menetap >2 >1 mg/dL (17mol/L)4 dempul dan urin
minggu (bayi aterm) berwarna gelap6
dan >3 minggu (bayi
prematur)6
Atresia Bilier
Definisi
Penyakit kolangiopati fibro-obliteratif yang mengenai
panjang tertentu duktus biliaris intra dan
ekstrahepatika
Secara umum mencapai end-stage pada usia 9-18
bulan
Gejala Atresia Bilier
• Persistent, ikterik patologis 2 minggu
kehidupan harus curiga obstruksi bilier
akibat atresia bilier atau kista koledokus atau
proses kolestatik akibat beberapa kelainan
• Ikterik progresif bilirubin direk
• Feses berwarna pucat / acholic stool
• Tanda penyakit hati tahap akhir: teraba
hepatomegali, splenomegaly, gagal tumbuh
(failure to thrive), malnutrisi
Klasifikasi Atresia Bilier
Klasifikasi
Fenotipik oleh BA splenic malformation syndrome (BASM)
Marc Davenport Cystic biliary atresia
CMV-associated biliary atresia
Isolated BA
• This procedure is not usually curative, but ideally does buy time until the child
can achieve growth and undergo liver transplantation
TULIS PERTANYAANYA…
DIAGNOSIS
JAWABAN:
ISI JAWABAN YANG TEPAT
• Ibu menyusui mengeluhkan bengkak dan
nyeri di payudara kanan. pemeriksaan fisik
ditemukan massa kistik dan keras
disekitarnya, hiperemis, dan fluktuasi (+).
• Diagnosis yang paling tepat pada kasus ini
adalah abses mammae.
• Selulitis infeksi bakteri di kulit dan lapisan yang ada di
bawahnya.
– Kondisi ini dapat menyebabkan kulit terlihat kemerahan,
bengkak, terasa lembut atau lembek, dan sakit saat ditekan.
• Galaktokel berupa benjolan yang menyebabkan
penyumbatan pada muara saluran susu, dapat terasa
lunak, dapat digeser, dan jarang menimbulkan nyeri.
• Tumor mammae benjolan di area payudara bisa
bersifat ganas ataupun jinak.
• Fibroadenoma mammae tumor jinak
pada payudara perempuan yang terbentuk karena
adanya kelainan pertumbuhan jaringan.
– Pembentukan fibroadenoma mammae terjadi oleh jaringan
fibrous stroma dan proliferasi epitel lobulus.
http://emedicine.medscape.com/
Abses Mammae
• Kasus yang jarang terjadi
• komplikasi dari mastitis • Epidemiologi:
• dapat terjadi selama menyusui • 5-11% wanita menyusui
• biasanya pada primipara. dengan mastitis terinfeksi.
• Gejala klinis: • Etiologi
• Rubor, calor, dolor, functio • Dominan Staphylococcus
laesa. aureus
• Pemeriksaan penunjang • Staphylococcus epidermidis
menyerupai Ca • Proteus mirabilis.
• Diagnosis: • Risiko meningkat pada orang-
– Edema payudara, eritema, orang dengan Diabetes
hangat (biasanya unilateral) mellitus
– Riwayat infeksi payudara
sebelumnya
– Dapat disertai demam,
mual/muntah, discharge dari
massa/puting
– Riwayat menyusui
– Massa fluktuatif pada palpasi
Pemeriksaan Radiologi
• USG mammae
• pemeriksaan initial
• dapat juga digunakan untuk evaluasi terapi.
• Karakteristik abses mammae:
– hypoechoic collecition, mostly multiloculated
– no vascularity within the collection
– accoustic enhancement due to fluid content
– an echogenic, vascular rim
• Mammography
• jarang digunakantidak spesifik
• Direkomendasikan bila ada kecurigaan kemungkinan
keganasan pada non-puerpural abscesses.
Patofisiologi
• Stasis ASI
• ↑ Tekanan di dalam duktus
• Tegangan alveoli >>
• Sel epitel datar dan tertekan
• Produksi ASI melambat
• Akumulasi ASI
• Respon inflamasi dan media pertumbuhan bakteri
Tatalaksana Abses Payudara
• Sangga payudara dengan adekuat
• Analgetik: ibuprofen atau parasetamol
• Pengosongan payudara
• Tahap awal abses (indurated mass) antibiotik
• Abses matur/massa fluktuatif antibiotik +
drainase
• Drainase:
– Aspirasi jarum (18-19G)
– Insisi drainase untuk abses diameter > 5 cm
MASTITIS
• Inflamasi atau infeksi payudara
• Klinis:
– Payudara (biasanya unilateral) nyeri, kemerahan
– Dapat disertai demam > 38 C
– Umumnya minggu ke 3-4 postpartum, namun bisa terjadi kapan
saja selama menyusui
• Predisposisi:
– Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
– Puting yang lecet
– Menyusui pada satu posisi drainase payudara tidak sempurna
– Bra terlalu ketat menghambat aliran ASI
– Riwayat mastitis sebelumnya
Tatalaksana Mastitis
Tatalaksana Umum
• Tirah baring & >> asupan cairan
• Sampel ASI: kultur dan diuji sensitivitas
Tatalaksana Khusus
• Berikan antibiotika :
– Kloksasilin 500 mg/6 jam PO , 10-14 hari ATAU
– Eritromisin 250 mg, PO 3x/hari, 10-14 hari
• Tetap menyusui, mulai dari payudara sehat. Bila payudara yang
sakit belum kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk
mengeluarkan isinya.
• Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
• Berikan parasetamol 3x500mg PO
• Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
• Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
140
HINTS
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DIABETES GESTASIONAL
JAWABAN:
C. DIABETES GESTASIONAL
• G1P0A0 hamil 28 minggu (berada di masa
trimester 2-3) + TTGO (usia 24-28 mggu)
GDP antara 92-125 (pada pasien 102
mg/dL) atau GD2jam post TTGO 153-199
(pada pasien 144 mg/dL) memenuhi
kriteria diabetes gestasional.
• Pada penderita DM tipe 2 yang terdiagnosis
saat hamil (berarti termasuk ke DM
pregestasional), GDP >=126 atau 2 jam
TTGO >=200
DM pada Kehamilan
• Hiperglikemia yang terdeteksi pada kehamilan
harus ditentukan klasifikasinya sebagai salah
satu di bawah ini: ( WHO 2013, NICE update
2014)
– DM yang sebelumnya dikenal dan kemudian
menjadi hamil (Pregestational Diabetes
Mellitus) dan
– Diabetes yang baru diidentifikasi selama
kehamilan (Gestational Diabetes
Mellitus/GDM/DMG)
Faktor Risiko Diabetes Melitus
Gestasional
Gestasional
Diagnosis dan
Diabetes Melitus
Penatalaksanaan
DM Pregestasional
Terutama utk mendeteksi
TTGO
REGIMEN YG DIHINDARI…
DIAGNOSIS TB PARU PADA KEHAMILAN
JAWABAN:
E. STREPTOMISIN
• Adanya keluhan batuk 3 minggu, berdahak,
demam, penurunan nafsu makan, dan hasil
BTA (+) pada ibu hamil mengarahkan
diagnosis ada penyakit tuberkulosis.
• Pemberian obat tuberkulosis pada ibu
hamil mengikuti regiman OAT seperti biasa,
kecuali streptomisin karena memiliki efek
ototoksik pada fetus.
TB Pada kehamilan
• Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali streptomisin,
dapat menembus barrier plasenta efek samping streptomisin pada
gangguan pendengaran janin (ototoksik)
• Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat diberikan,
walaupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI, akan tetapi
konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan toksik pada bayi
• Pada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB
dengan rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi
hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang menyebabkan
efektivitas obat kontrasepsi hormonal berkurang.
• Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan
142
HINTS
TERAPI…
DIAGNOSIS HIPEREMESIS GRAVIDARUM
JAWABAN:
E. PROMETAZIN
• Mual dan muntah 5-10 x/hari setiap makan
dan minum, TV dalam batas normal pada
wanita G2P1A0 hamil 12 minggu + BB turun
> 5% dari kunjungan terakhir
hiperemesis gravidarum.
• Obat lini pertama yang dapat digunakan
pada emesis gravidarum adalah
antihistamin 1 promethazine
• Domperidon dan metoclopramide
digunakan sebagai lini kedua dari terapi
hyperemesis gravidarum.
Emesis Gravidarum
• Emesis gravidarum (nausea and vomiting of
pregnancy /NVP)
– NVP should only be diagnosed when onset is in the first
trimester of pregnancy and other causes of nausea and
vomiting have been excluded.
– Nausea and vomiting of varying severity usually
commence between the first and second missed menstrual
period and continue until 14 to 16 weeks’ gestation
• Hiperemesis gravidarum
– protracted NVP with the triad of more than 5%
prepregnancy weight loss, dehydration and electrolyte
imbalance.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• NVP without complication, frequency is usually <5 x/day
• 70% of patients: Began between the 4th and 7th menstrual week
• 60% of patients: resolution by 12 weeks . 99% of patienst by 20 weeks
Grade 1 Low appetite, epigastrial pain, weak, pulse 100 x/min, systolic BP low, signs of
dehydration (+)
Grade 2 Apathy, fast and weak pulses, icteric sclera (+), oliguria, hemoconcentration,
aceton breath
Grade 3 Somnolen – coma, hypovolemic shock, Wernicke encephalopathy.
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
The initial management of NVP and HG
• Women with mild NVP should be managed in the
community with antiemetics.
• Ambulatory daycare management should be used for
suitable patients when community/primary care measures
have failed and where the PUQE score is less than 13.
• Inpatient management should be considered if there is at
least one of the following:
– continued nausea and vomiting and inability to keep down oral
antiemetics
– continued nausea and vomiting associated with ketonuria
and/or weight loss (greater than 5% of body weight), despite
oral antiemetics
– confirmed or suspected comorbidity (such as urinary tract
infection and inability to tolerate oral antibiotics)
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Therapeutic options for NVP and HG
• Antiemetics
– There are safety and efficacy data for first-line antiemetics such as
antihistamines (H1 receptor antagonists) and phenothiazines and they should
be prescribed when required for NVP and HG
– Combinations of different drugs should be used in women who do not
respond to a single antiemetic.
– For women with persistent or severe HG, the parenteral or rectal route may be
necessary and more effective than an oral regimen. Women should be asked
about previous adverse reactions to antiemetic therapies.
– Metoclopramide is safe and effective, but because of the risk of
extrapyramidal effects it should be used as second-line therapy.
– There is evidence that ondansetron is safe and effective, but because data are
limited it should be used as second-line therapy
– Drug-induced extrapyramidal symptoms and oculogyric crises can occur with
the use of phenothiazines and metoclopramide. If this occurs, there should be
prompt cessation of the medications.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Pilihan Terapi
• Pada pasien dengan hyperemesis gravidarum rute pengobatan lebih dipilih secara IV
atau IM karena intake oral sulit
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Tatalaksana Hiperemesis gravidarum
• Sedapat mungkin, pertahankan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplementasi
vitamin dan asam folat di awal kehamilan.
• Anjurkan istirahat yang cukup dan hindari kelelahan
• Bila perlu, berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10 mg vitamin B6
hingga 4 tablet/hari (misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi, dan 1
tablet saat siang).
• Bila masih belum teratasi, tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau
supositoria, 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4 tablet
doksilamin/piridoksin), ATAU prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau
supositoria.
• Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat di
bawah ini:
– Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
– Proklorperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam
– Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
– Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
– Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
Tatalaksana Hiperemesis gravidarum
• Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang
kanula intravena dan berikan cairan sesuai dengan
derajat hidrasi ibu dan kebutuhan cairannya, lalu:
– Berikan suplemen multivitamin IV
• Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20
menit, setiap 4-6 jam sekali. Bila perlu, tambahkan salah satu obat
berikut ini:
– Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
– Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
– Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
– Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
– Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8
jam ATAU ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12
jam atau 1 mg/jam terus-menerus selama 24 jam.
143
HINTS
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS PPROM
JAWABAN:
A. ANTIBIOTIK + OKSITOSIN
• Pasien hamil 36 minggu dengan keluhan keluar air-air dari
kemaluannya, tidak disertai mulas atau nyeri perut
mengarahkan pada diagnosis ketuban pecah dini preterm
(PPROM).
• Untuk ketuban pecah dini pada usia kehamilan >34
minggu tatalaksana yang tepat adalah pemberian
antibiotik (untuk mencega infeksi) dan induksi dengan
oksitosin.
• Kortikosteroid untuk pematangan paru diberikan pada
KPD di usia kehamilan 24 hingga <34 minggu. Di atas usia
34 minggu, kortikosteroid tidak perlu diberikan lagi.
Ketuban Pecah Dini
• Robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan
(sebelum onset persalinan berlangsung)
• PPROM (Preterm Premature Rupture of
Membranes): ketuban pecah saat usia kehamilan
< 37 minggu
• PROM (Premature Rupture of Membranes): usia
kehamilan > 37 minggu
• Kriteria diagnosis :
– Usia kehamilan > 20 minggu
– Keluar cairan ketuban dari vagina
– Inspekulo : terlihat cairan keluar dari OUE
– Kertas nitrazin menjadi biru
– Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa
MASUK RS
• Antibiotik
• Batasi pemeriksaan dalam
• Observasi tanda infeksi & fetal distress
PPROM
• Observasi:
PROM
• Temperatur
• Fetal distress
• Kelainan Obstetri
Kortikosteroid
• Fetal distress
Letak Kepala
• Letak sungsang
• CPD
• Riwayat obstetri buruk Indikasi Induksi
• Grandemultipara • Infeksi
• Elderly primigravida • Waktu
• Riwayat Infertilitas
• Persalinan obstruktif
Berhasil
• Persalinan pervaginam
Gagal
Sectio Caesarea • Reaksi uterus tidak ada
• Kelainan letak kepala
• Fase laten & aktif memanjang
• Fetal distress
• Ruptur uteri imminens
• CPD
Ketuban Pecah Prematur: Tatalaksana
• Tatalaksana Umum: Antibiotik profilaksis
• DOC: Penisilin dan makrolida
• Ampicillin 2 g IV/6 jam dan erythromycin 250 mg IV/6 jam selama 2 hari diikuti amoxicillin 250
mg PO/ 8 jam dan erythromycin 333 mg PO/8 jam selama 5 hari
• Atau eritromisin 250 mg PO/6 jam selama 10 hari
• Kombinasi amoksilin dengan asam klavulanat tidak digunakan karena dapat
memicu terjadinya enterokolitis nekrotikans
• Definisi Lama
– Kehilangan darah > 500 mL setelah persalinan pervaginam
– Kehilangan darah > 1000 mL setelah persalinan sesar (SC)
• Definisi Fungsional
– Setiap kehilangan darah yang memiliki potensial untuk
menyebabkan gangguan hemodinamik
• Insidens
– 5% dari semua persalinan
Hemorrhagia Post Partum:
Diagnosis
G E J A L A D A N TA N D A G E J A L A & TA N D A YA N G DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADANG ADA
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek • Syok Atonia uteri
• Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer)
• Plasenta belum lahir setelah 30 menit • Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
• Perdarahan segera (P3) berlebihan
• Uterus kontraksi baik • Inversio uteri akibat tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput (mengandung • Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya
pembuluh darah) tidak lengkap • fundus tidak berkurang sebagian plasenta
• Perdarahan segera • (kontraksi hilang-timbul)
Hemorrhagia Post Partum:
Diagnosis
GEJALA DAN
G E J A L A D A N TA N D A TA N D A YA N G
DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADANG
ADA
• Uterus tidak teraba • Syok neurogenik Inversio uteri
• Lumen vagina terisi massa • Pucat dan limbung
• Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
• Perdarahan segera
• Nyeri sedikit atau berat
2 komponen utama:
1. Tatalaksana
perdarahan
obstetrik dan
kemungkinan syok
hipovolemik
2. Identifikasi dan
tatalaksana
penyebab utama
Atonia Uteri: Faktor Risiko
• Uterus overdistensi (makrosomia, kehamilan kembar,
hidramnion atau bekuan darah)
• Induksi persalinan
• Penggunaan agen anestetik (agen halogen atau
anastesia dengan hipotensi)
• Persalinan lama
• Korioamnionitis
• Persalinan terlalu cepat
• Riwayat atonia uteri sebelumnya
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Masase uterus segera setelah plasenta lahir (15 detik) ATONIA
UTERI:
TATALAKSANA
kompresi bimanual interna maks 5 menit
Identifikasi sumber
Jika terus berdarah, Kompresi bimanual eksterna + perdarahan lain
Infus oksitosin dalam NS** • Laserasi jalan
Infus untuk restorasi cairan & jalur obat esensial, kemudian
lahir
lanjutkan KBI
• Hematoma
parametrial
Tidak berhasil • Ruptur uteri
• Inversio uteri
• Sisa fragmen
plasenta
Rujuk; Selama perjalanan Kompresi
bimanual eksterna **Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml
Berhasil Kompresi aorta abdominalis larutan NaCl 0,9%/Ringer
Tekan segmen bawah atau aorta Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan
abdominalis; lanjutkan infus infus 20 IU 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20
unitdalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer
oksitosin dalam 500 ml NS/RL/ jam Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti.
• Efek Samping
– Nyeri perut, spotting, infeksi, gangguan
haid
• Kontra Indikasi
• Hamil, kelainan alat kandungan bagian dalam, perdarahan vagina yang tidak diketahui,
sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis), tiga bulan terakhir sedang
mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik, penyakit trofoblas yang
ganas, diketahui menderita TBC pelvik, kanker alat genital, ukuran rongga rahim
kurang dari 5 cm
EPO. (2008). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau Intra Uterine Device (IUD). Diambil pada tanggal 20 Mei 2008 dari
http://pikas.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=2
Mekanisme Kerja
• Ada beberapa mekanisme cara kerja AKDR:
– Timbulnya reaksi radang radang lokal di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang
telah dibuahi terganggu.
– Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.
– Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri serta merusak sperma
• Copper IUDs work by disrupting sperm motility and damaging sperm (Copper
acts as a spermicide within the uterus)
• The presence of copper increases the levels of copper ions, prostaglandins, and
white blood cells within the uterine and tubal fluids.
• Ova from copper IUD users were distinctive for being without vitellus
(abnormal) and surrounded by macrophages
• Copper can also alter the endometrial lining, this alteration can prevent
implantation
Yang tidak bisa memakai AKDR
Sebagian besar ibu tidak bisa memakai AKDR, jika:
• Jika ragu, pakai daftar periksa pada Tambahan 1 atau lakukan tes
Kemungkinan hamil kehamilan.
Baru saja melahirkan • Pemasangan AKDR hanya boleh dilakukan sebelum 48 jam dan
(2 – 28 hari pasca persalinan) setelah 4 minggu pasca persalinan.
Menstruasi yang tak biasa • Menstruasi tak biasa harus diases sebelum memasang AKDR.
Infeksi atau masalah dengan organ
• Setiap infeksi harus diobati sepenuhnya sebelum AKDR dipasang.
kewanitaan:
— IMS atau Penyakit Radang Panggul dalam 3 • Obati penyakit radang panggul ataupun IMS dan tunggu 3 bulan
bulan terakhir? sebelum memasang AKDR. Anjurkan agar pasangan juga diobati.
— HIV atau AIDS? • Jika HIV atau AIDS pakai AKDR hanya jika tidak ada metode lain
yang cocok.
— Infeksi setelah melahirkan atau keguguran
— Kanker pada organ kewanitaan atau TB • Jangan memasang AKDR jika klien memiliki kanker rahim,
panggul endometrium atau kanker indung telur; penyakit tropoblas jinak
atau ganas; tbc panggul.
147
HINTS
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS KISTA ENDOMETRIOSIS
JAWABAN:
D. KISTA ENDOMETRIOSIS
• Adanya nyeri haid yang berat sejak 3 bulan
terakhir, uterus terfiksir ke arah belakang,
massa kistik di adneksa kanan berukurang 7
cm mengarahkan diagnosis pada kista
endometriosis.
• Pilihan A Tidak dipilih jawaban A karena
pada ISK keluhan yang muncul berkaitan
dengan BAK.
• Pilihan B & E Pada vulvovaginitis dan infeksi
serviks akan ditemukan keluhan keputihan,
gatal pada vagina dan akan terdapat kelainan
pada vagina, sedangkan pada soal ini hal
tersebut tidak ditemukan
• Pilihan C tidak dipilih karena pada ovulasi
tidak akan ditemukan nyeri.
Endometriosis
• Endometriosis
– Pertumbuhan jaringan yang mirip dengan
endometrium di luar kavum uteri
• Endometriosis interna / Adenomiosis
– Endometriosis yang terdapat di dalam miometrium
pertumbuhan sel
penempelan dan vaskularisasi dan anti
invasi apoptosis
Yen and Jaffe. Reproductive Endocrinology and Infertility, 2009
KELUHAN ENDOMETRIOSIS
INFERTILITAS NYERI
• Faktor imunologi
Tidak semua wanita dengan menstruasi retrograd
akan menderita endometriosis, mungkin ada
kekurangan imun yang mempengaruhi
1154
Endometriosis: Gejala Klinik
• Dismenore
– Timbul beberapa saat sebelum keluarnya darah haid,
berlangsung selama menstruasi dan progresif
• Subfertilitas/infertilitas
• Dispareunia
• Abortus spontan
– Meningkat 40% dibanding wanita normal 15-25%
• Keluhan lain
– Di kolon & rektum : distensi abdomen, kostipasi
– Di ureter : obstruksi, disuri, hematuri dll
1155
Endometriosis: Pemeriksaan
• Umumnya tidak menunjukkan kelainan
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Pemeriksaan
• Laparoskopi : untuk biopsi lesi
• USG, CT scan, MRI
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
Endometriosis: Terapi
1. Operatif
2. Non-Operatif
– Anti nyeri (NSAID, aspirin, morphine, and codeine)
– Hormonal
• Pil KB
• Levonorgestrel-releasing intrauterine system
(LNG-IUS)
• Gonadotrophin-releasing hormone (GnRH)
analogues
• Progestogens (medroxyprogesterone acetate)
http://www.nhs.uk/Conditions/Endometriosis/Pages/Treatment.aspx
148
HINTS
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
• Syarat pemberian MgSO4: Terdapat refleks patella, tersedia
kalsium glukonas, napas> 16x/menit, dan jumlah urin
minimal 0,5 ml/kgBB/jam
149
HINTS
Fase Aktif
• Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam
• Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9
cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap
(+ 10 cm).
• Pada nulipara kemajuan pembukaan 1 cm/jam, sedangkan pada
multipara bisa lebih cepat yaitu 2 cm/jam
Pada multipara pembukaan serviks per jam bekisar 1,5 cm dan nulipara 1,2 cm
Sehingga untuk penilaian pembukaan serviks pada partograf yang dilakukan tiap 4
jam harus dimodifikasi bila: Pembukaan serviks pada multipara di atas 6 cm
150
HINTS
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS CIN 3
JAWABAN:
C. CIN 3
• Hasil pap smear menunjukkan sel
anaplastik yang menutupi seluruh lapisan
epitel serviks termasuk dalam CIN III.
Kanker Serviks
Tanda dan Gejala Diagnosis
• Perdarahan pervaginam • IVA
• Perdarahan menstruasi • Sitologi servikal (Pap Test)
lebih lama dan lebih banyak • Kolposkopi
dari biasanya • Biopsi serviks
• Perdarahan post
menopause atau keputihan
>>
• Perdarahan post koitus
• Nyeri saat berhubungan
• Keputihan (terutama
berbau busuk + darah)
• Massa pada serviks, mudah
berdarah
Papsmear
Accuracy of the Papanicolaou Test in Screening for and Follow-up of Cervical Cytologic Abnormalities: A
Systematic Review
Kavita Nanda, MD, MHS; Douglas C. McCrory, MD, MHSc; Evan R. Myers, MD, MPH; Lori A. Bastian, MD, MPH; Vic
Hasselblad, PhD; Jason D. Hickey; and David B. Matchar, MD
Pemeriksaan
Lower 1/3 of Epithelium Middle 1/3 of Epithelium > 2/3 of Epithelium
Cervical intraepithelial
CIN1 CIN2 CIN3
neoplasia
TAKSIRAN PERSALINAN…
DIAGNOSIS TAKSIRAN PERSALINAN
JAWABAN:
A. 18 OKTOBER 2020
• HPHT pada pasien ini adalah 11 Januari
2019 sehingga taksiran persalinannya
(11+7) (1-3) (2020+1)
• Karena bulan HPHT januari sehingga sulit
dihitung dengan rumus tersebut, bisa
digunakan rumus modifikasi (untuk bulan
Jan-Maret): (tgl +7) (bulan +9) (tahun + 0)
(11+7) (1+9) (2020+0) 18 Oktober
2020
Rumus Naegle (Hari Perkiraan Lahir)
• Berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi
terjadi pada hari ke 14
• Menghitung umur kehamilan berlangsung selama 288 hari
• Perhitungan kasar: HPHT + 288 hari perkiraan kelahiran
• Perhitungan berdasarkan siklus 28 hari
– HPHT (hari pertama haid terakhir ) Hari +7, Bulan + 9, Tahun
tetap
– HPHT (hari pertama haid terakhir ) Hari +7, Bulan – 3, Tahun + 1
• Bila siklus menstruasi > 28 hari, perhitungan tanggal setelah rumus asli (+7)
perlu ditambahkan dengan selisih (siklus mens ps – 28 hari)
• Mis: Seorang wanita dengan siklus menstruasi 35 hari dari rumus Naegele maka
taksiran tanggal persalinannya yaitui tgl HPHT +7 +7 menjadi tgl HPHT +14 hari
bukan 7
• Bila siklus menstruasi < 28 hari, perhitungan tanggal setelah rumus asli (+7)
perlu dikurangi dengan selisih (28 hari - siklus mens ps)
• wanita dengan siklus menstruasi 21 hari maka taksiran tanggal persalinannya, yaitu
tgl HPHT +7 -7 menjadi tgl HPHT +0 bukan 7
153
HINTS
PENATALAKSANAAN…
DIAGNOSIS SERANGAN ASMA AKUT PADA KEHAMILAN
JAWABAN:
C. SALBUTAMOL INHALASI
• Keluhan sesak nafas disertai mengi, riwayat
keluhan serupa 1 bulan yang lalu serta
ditemukan wheezing di seluruh lapang paru
serangan asma akut.
• Tatalaksana serangan asma akut pada
pasien hamil hampir sama dengan pasien
tidak hamil pemberian salbutamol
inhalasi.
Asma dan Kehamilan
• Bagi Janin
– Kematian perinatal, IUGR, kehamilan preterm,
hipoksia neonatal, BBLR
154
HINTS
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PEDUNCULATED SUBMOCOSAL MYOMA
JAWABAN:
B. MIOMA UTERI
• Pasien 30 tahun dengan keluhan nyeri
perut yang memberat saat menstruasi,
berat badan naik, perut membesar, dan
pada USG tampak massa pada kavum uteri
dengan uk 4x3x3 cm mengarahkan pada
diagnosis mioma uteri.
• Kanker ovarium perut terasa begah dan penuh, massa
pada abdomen, penurunan berat badan, peningkatan ca
125
• Endometriosis nyeri perut terutama saat haid,
pemeriksaan USG: massa kistik dengan intensitas echo
rendah
• Infeksi saluran kemih nyeri perut bawah, tidak lampias
setelah buang air kecil, urin tampak keruh, demam
• Kanker serviks perdarahan per vaginam, tanda
keganasan: penurunan berat badan, sesak napas (bila
sudah terdapat metastasis ke paru)
Mioma Uteri
• Disebut juga: fibroid, leimioma, leimiomata, fibromioma
• Tumor jinak yang tumbuh dari jaringan otot uterus
• Dapat terdiri dari satu mioma atau beberapa mioma kecil
• Epidemiologi: 20-50% wanita usia subur
Pada kehamilan
• Membesar pada trimester pertama karena pengaruh estrogen
• Degenerasi merah pada masa hamil atau nifas
• Torsio dengan tanda akut abdomen
Faktor Predisposisi
• Nulipara, infertilitas, riwayat keluarga
Diagnosis
• Massa yang menonjol/ teraba seperti bagian janin, tes HCG (-)
• USG abdominal/ transvaginal Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
Mioma Uteri: Tatalaksana
• Pemeriksaan Berkala
– Pemeriksaan fisik &USG setiap 6-8 minggu untuk mengawasi
pertumbuhan, ukuran, dan jumlah bila stabil observasi setiap
3-4 bulan
• Terapi Hormonal
– Preparat progestin atau GnH efek hipoestrogen
• Terapi Operasi
– Miomektomi
• Bila pasien masih muda/ingin memiliki anak
– Histerektomi
• Bila tidak ingin memiliki anak lagi atau nyeri hebat yang tidak sembuh
dengan terapi
– Miolisis
• Koagulasi laparoskopik dengan neodymium
– Embolisasi arteri uteri
Mioma Geburt
• Mioma submukosa pedinkulata: jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai
• Hiperemesis gravidarum
– protracted NVP with the triad of more than 5%
prepregnancy weight loss, dehydration and electrolyte
imbalance.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• NVP without complication, frequency is usually <5 x/day
• 70% of patients: Began between the 4th and 7th menstrual week
• 60% of patients: resolution by 12 weeks . 99% of patienst by 20 weeks
Grade 1 Low appetite, epigastrial pain, weak, pulse 100 x/min, systolic BP low, signs of
dehydration (+)
Grade 2 Apathy, fast and weak pulses, icteric sclera (+), oliguria, hemoconcentration,
aceton breath
Grade 3 Somnolen – coma, hypovolemic shock, Wernicke encephalopathy.
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
The initial management of NVP and HG
• Women with mild NVP should be managed in the
community with antiemetics.
• Ambulatory daycare management should be used for
suitable patients when community/primary care measures
have failed and where the PUQE score is less than 13.
• Inpatient management should be considered if there is at
least one of the following:
– continued nausea and vomiting and inability to keep down oral
antiemetics
– continued nausea and vomiting associated with ketonuria
and/or weight loss (greater than 5% of body weight), despite
oral antiemetics
– confirmed or suspected comorbidity (such as urinary tract
infection and inability to tolerate oral antibiotics)
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Therapeutic options for NVP and HG
• Antiemetics
– There are safety and efficacy data for first-line antiemetics such as
antihistamines (H1 receptor antagonists) and phenothiazines and they should
be prescribed when required for NVP and HG
– Combinations of different drugs should be used in women who do not
respond to a single antiemetic.
– For women with persistent or severe HG, the parenteral or rectal route may be
necessary and more effective than an oral regimen. Women should be asked
about previous adverse reactions to antiemetic therapies.
– Metoclopramide is safe and effective, but because of the risk of
extrapyramidal effects it should be used as second-line therapy.
– There is evidence that ondansetron is safe and effective, but because data are
limited it should be used as second-line therapy
– Drug-induced extrapyramidal symptoms and oculogyric crises can occur with
the use of phenothiazines and metoclopramide. If this occurs, there should be
prompt cessation of the medications.
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
159
HINTS
• Β blocker (propanolol)
– Mengurangi gejala akut hipertiroid
– Efek samping pada kehamilan akhir: hipoglikemia pada
neonatus, apnea, dan bradikardia yang biasanya bersifat
transien dan tidak lebih dari 48 jam
– Dibatasi sesingkat mungkin dan dalam dosis rendah (10-15 mg
per hari)
Abalovich M, Amino N, Barbour LA, Cobin RH, Leslie J, Glinoer D, et al. Management of Thyroid Dysfunction during Pregnancy and
Postpartum. J. Endocrinol. Metabolism. 2007; 92(8): S1-S47
Methimazole: Dosis dan Efek Samping
Indikasi Pembedahan
• Dibutuhkannya obat anti tiroid dosis besar
(PTU >450 mg atau methimazole >300 mg)
• Timbul efek samping serius penggunaanobat
anti tiroid
• Struma yang menimbulkan gejala disfagia,
atau obstruksi jalan napas
• Tidak dapatmemenuhi terapi medis (misalnya
pada pasien gangguan jiwa)
161
HINTS
KOMPLIKASI…
DIAGNOSIS BACTERIAL VAGINOSIS
JAWABAN:
D. KELAHIRAN PRETERM
• Pasien pada soal sedang hamil 30 minggu
dan mengeluhkan keluar cairan dari
kemaluan, berwarna keabuan, berbau amis,
dan terdapat clue cell (+) pada pemeriksaan
penunjang sehingga mengarahkan pada
diagnosis bacterial vaginosis.
• Komplikasi tersering dari bacterial vaginosis
pada kehamilan adalah persalinan
prematur karena adanya korioamnionitis.
Bakterial Vaginosis
• Bakterial vaginosis atau nonspesifik vaginitis adalah suatu istilah
yang menjelaskan adanya infeksi bakteri sebagai penyebab
inflamasi pada vagina
• Etiologi
– Bakteri yang sering didapatkan adalah Gardnerella vaginalis,
Mobiluncus, Bacteroides, Peptostreptococcus, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum , Eubacterium, Fusobacterium, Veilonella,
Streptococcus viridans, dan Atopobium vaginae
• Gejala klinis
– Keputihan, vagina berbau, iritasi vulva, disuria, dan dispareuni
• Faktor risiko
– Penggunaan antibiotik, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim,
promiskuitas, douching, penurunan estrogen.
Bakterial Vaginosis: Pemeriksaan
• Didapatkan keputihan yang homogen
• Labia, introitas, serviks dapat normal maupun didapatkan tanda
servisitis.
• Keputihan biasanya terdapat banyak di fornix posterior
• Dapat ditemukan gelembung pada keputihan
• Pemeriksaan mikroskopis cairan keputihan harus memenuhi 3 dari 4
kriteria Amsel untuk menegakkan diagnosis bakterial vaginosis
– Didapatkan clue cell (sel epitel vagina yang dikelilingi oleh kokobasil)
– pH > 4,5
– Keputihan bersifat thin, gray, and homogenous
– Whiff test + (pemeriksaan KOH 10%
didapatkan fishy odor sebagai akibat dari
pelepasan amina yang merupakan produk
metabolisme bakteri)
Bakterial Vaginosis: Tatalaksana
• Pada infeksi asimtomatik tidak perlu diberikan terapi
• Pada infeksi simtomatik: antibiotik merupakan pilihan utama
• Pilihan obat:
• Metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari
• Metronidazole gel 0.75%, one full applicator (5 g) intravaginally, once a day
for 5 days
• Clindamycin cream 2%, one full applicator (5 g) intravaginally at bedtime
for 7 days
• Alternative regiment
– Tinidazole 2 g orally once daily for 2 days
– Tinidazole 1 g orally once daily for 5 days
– Clindamycin 300 mg orally twice daily for 7 days
– Clindamycin ovules 100 mg intravaginally once at bedtime for 3 days
• Perempuan hamil: 2 x 500 mg selama 7 hari atau 3 x 250 mg selama 7
hari atau Klindamisin 2 x 300 mg selama hari
http://emedicine.medscape.com/article/254342 & http://www.cdc.gov/std/tg2015/bv.htm
Bakterial Vaginosis: Komplikasi
• Komplikasi Umum
– Endometritis, penyakit radang panggul, sepsis
paskaaborsi, infeksi paskabedah, infeksi
paskahisterektomi, peningkatan risiko penularan HIV
dan IMS lain
• Komplikasi obstetrik
– Keguguran, lahir mati, perdarahan, kelahiran
prematur, persalinan prematur, ketuban pecah dini,
infeksi cairan ketuban, endometritis paskapersalinan
dan kejadian infeksi daerah operasi (IDO)
162
HINTS
http://php.med.unsw.edu.au/embryology
/index.php?title=File:Congenital_hypothyr
oidism.jpg
• Most affected infants have few or no symptoms,
because their thyroid hormone level is only
slightly low. However, infants with severe
hypothyroidism often have a unique
appearance, including:
– Dull look
– Puffy face
– Thick tongue that sticks out
• This appearance usually develops as the disease
gets worse. The child may also have:
– Choking episodes
– Constipation
– Dry, brittle hair
– Jaundice
– Lack of muscle tone (floppy infant)
– Low hairline
– Poor feeding
– Short height (failure to thrive)
– Sleepiness
– Sluggishness
• Janin • Janin
– Adanya gawat janin – Sama seperti pada ekstraksi
vakum
• Waktu
– Nullipara: 3 jam dengan anelgesi
lokal, 2 jam tanpa anelgesi lokal
– Multipara: 2 jam dengan anelgesi
lokal, 1 jam tanpa anelgesi lokal
Persalinan dengan Forcep
Syarat:
• Presentasi belakang kepala atau
muka dengan dagu di depan
atau kepala menyusul pada
sungsang
• Pembukaan lengkap
• Selaput ketuban sudah pecah
• Penurunan kepala minimal St 0
(= Hodge 3)
– Head is engaged (at least 0/5
cm station).Forceps should
never be used when the head is
not engaged.
• Kontraksi baik dan ibu tidak
gelisah The fetus is at -2 station signifying that the
• Ketuban sudah pecah leading bony edge of the presenting part is 2
centimeters above the ischial spines. The head is
• Dilakukan di rumah sakit rujukan engaged at 0 station.
JUMLAH PUSKESMAS…
DIAGNOSIS PUSKESMAS
JAWABAN:
B. 2 PUSKESMAS
• Berkaitan INPRES kesehatan No 5 Th 1974,
Nomor 7 tahun 1975 dan nomor 4 tahun
1976, sejak pelita III maka konsep wilayah
puskesmas diperkecil yang mencakup suatu
wilayah yang mempunyai jumlah
penduduk 30.000 jiwa di soal jumlah
penduduk sebanyak 53.484 jiwa perlu 2
puskesmas kecamatan
Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja (Kepmenkes RI
No.128/Menkes/SK/II/2004).
https://www.panduanbpjs.com/bayi-dalam-kandungan/
Pendaftaran Kepesertaan
BPJS Bagi Bayi (aturan Baru)
• Persyaratan Mendaftarkan Bayi Baru Lahir :
– KTP suami-istri asli dan foto copy,
– KK asli dan foto copy,
– Kartu JKN KIS,Surat keterangan lahir,
– Buku tabungan rekening salah satunya Bank Mandiri, BNI, BRI
dan BCA
• Bayi akan terdaftar di kelas yang sama dengan orangtua,
sehingga jika orangtua terdaftar di kelas 2 maka bayi juga
akan masuk ke kelas 2 dan memiliki kewajiban yang sama
untuk membayar iuran sebesar Rp51.000 per bulan.
• Sehingga apabila bayi yang baru lahir membutuhkan
perawatan medis maka tetap akan ditanggung BPJS
Kesehatan, dengan syarat pihak keluarga telah mengurus
pendaftaran bayi tersebut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
https://www.panduanbpjs.com/bayi-dalam-kandungan/
167
• Di sebuah desa bernama Desa Dedemit Kendes terdapat peningkatan
kejadian malaria sebanyak 2 kali lipat sejak 2 bulan terakhir.
• Perangkat desa melakukan rapat gabungan dengan pihak puskesmas
untuk melakukan tindakan pencegahan guna menghentikan
penyebaran transmisi malaria lebih lanjut.
• Kepala puskesmas meminta kepada petugas kesehatan untuk
membagikan kelambu insektisida.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4311333/
168
• Tn. Yoyok Basuki Oncom, laki-laki berusia 70 tahun merupakan
seorang pensiunan pegawai departemen keuangan kabupaten
Kendal Jawa Tengah.
• Suatu hari pasien mengalami diare akut berdarah dan
mengalami dehidrasi berat.
• Setelah mendapatkan penanganan awal di FKTP pasien dirujuk
ke RS yang menggunakan fasilitas BPJS.
JENIS BPJS…
DIAGNOSIS BPJS
JAWABAN:
B. NON PBI TIDAK BEKERJA
• Pasien adalah seorang pensiunan, sehingga
status kepesertaan BPJSnya adalah non-
PBI tidak (bukan) bekerja.
• PBI tidak bekerja bagi masyarakat tidak
mampu, biasanya hanya dikategorikan PBI,
tidak pakai kata tidak atau bekerja
• PBI penerima upah tidak ada keanggotaan
ini
• Non-PBI pemerima upah tidak ada
keanggotaan ini, disebut biasanya pegawai
penerima upah
• PBI bagi masyarakat tidak mampu
KEPESERTAAN BPJS KESEHATAN
169
• Laki-laki dibawa ke IGD, di antar dengan atasannya
karena terkena mesin, di diagnosis dokter vulnus
laseratum digiti 2,3,4 kemudian di jahit dokter.
• Atasan meminta kuitansi untuk diganti oleh
perusahaan. Metode pembayaran yang digunakan
adalah…
METODE PEMBAYARAN…
DIAGNOSIS METODE PEMBAYARAN JAMKES
JAWABAN:
E. REIMBURSEMENT
• Pasien membayar sendiri biaya
pengobatannya, lalu akan meminta
penggantian dari kantornya.
• Metode pembayaran yang dilakukan adalah
reimbursement.
• Kapitasi Pembayaran BPJS di faskes primer
• Ina CBG Pembayaran BPJS di faskes sekunder
• Fee for service Pembayaran sesuai tagihan
RS/pkm/klinik oleh pasien
• Non kapitasi Pembayaran BPJS di faskes
sekunder untuk terapi dan pemeriksaan yang
bersifat kontinu, seperti terapi kemo untuk
kanker atau HD
Sistem Pembayaran Kesehatan
Fee for service Pembayaran per item pelayanan (pemeriksaan, terapi, pelayanan
pengobatan/tindakan diidentifikasi satu persatu) kemudian dijumlahkan
dan ditagihkan kepada pasien
Case payment Pembayaran bagi paket pelayanan atau episode pelayanan. Tidak
berdasarkan item
Daily charge Pembayaran langsung dengan jumlah tetap per hari bagi pelayanan rawat
inap
Bonus payment Pembayaran langsung sejumlah yang disepakati (biasanya global) bagi tipe
pelayanan yang diberikan
Capitation Pembayaran berdasarkan jumlah orang yang menjadi tanggung jawab
dokter (tiap tahun)
Salary Pendapatan per tahun tidak berdasarkan beban kerja atau biaya pelayanan
yang diberikan
Reimbursement Pembayaran dilakukan oleh pasien kemudian biaya tersebut digantikan oleh
pihak ketiga (asuransi/perusahaan/dll)
Global budget Seluruh anggaran pelaksanaan ditetapkan di awal yang dirancang untuk
menyediakan pengeluaran tertinggi, tetapi memungkinkan pemanfaatan
dana secara fleksibel dalam batas tertentu
170
• Anak laki-laki, 7 tahun, berobat ke klinik dokter
umum, didiagnosis faringitis, dan diberikan
pengobatan.
• Karena anak itu terdaftar di BPJS dokter tidak
menyuruh bayar.
TINDAKANNYA…
DIAGNOSIS PENANGANAN VAKSIN
JAWABAN:
D. MELAKUKAN UJI KOCOK VAKSIN
• Vaksin disimpan seharusnya pada suhu + 2
ºC s/d + 8 ºC. Pada soal vaksin disimpan
pada suhu -5 derajat sehingga
kemungkinan vaksin beku.
• Untuk memeriksa apakah vaksin benar
beku atau tidak, perlu dialkukan uji kocok
vaksin.
• Mengembalikan vaksin ke dinas kesehatan
kabupaten Pastikan dulu rusak/tidak
• Mengubah suhu lemari es ke kisaran normal
Iya, tapi yang lebih penting memastikan vaksin
di dalamnya dulu
• Menyatakan vaksin sudah rusak harus dites
dulu
• Membuang vaksin harus dites dulu
PENYIMPANAN VAKSIN
• Vaksin hidup
– Polio oral, BCG, campak, MMR, varicella
– Sebaiknya disimpan di suhu 2-8 derajat celcius. Di atas itu,
vaksin akan mati.
• Vaksin mati
– DPT, Hib, PCV, tifoid, IPV
– Sebaiknya disimpan di suhu 2-8 derajat celcius. Di bawah
itu, vaksin akan rusak.
UJI HIPOTESISNYA…
DIAGNOSIS UJI DIAGNOSTIK
JAWABAN:
E. UJI CHI SQUARE
• Pada soal, variable bebas adalah jenis
kepribadian.
• Jenis kepribadian merupakan data katergorikal
dan terbagi menjadi 4 kelompok.
• Penyakit hipertensi juga merupakan data
kategorikal yang dibagi menjadi 2 kelompok.
• Sehingga dipilihlah uji chi square sebagai uji
hipotesis yang paling tepat.
• Uji chi square berguna untuk menguji
hubungan atau pengaruh dua buah variabel
nominal dan mengukur kuatnya hubungan
antarvariabel (C= coefficient of contingency)
• Uji spearman Pengganti uji pearson jika
distribusi data tidak normal
• Uji ANOVA one way untuk uji kategori (>2
grup) dengan numerik
• Uji T untuk uji kategori (2 grup) dengan
numerik
• Uji regresi Lanjutan uji pearson
TABEL UJI HIPOTESIS
VARIABEL
U J I S TAT I S T I K U J I A LT E R N AT I F
INDEPENDEN DEPENDEN
PRINSIP BPJSNYA…
DIAGNOSIS PRINSIP BPJS
JAWABAN:
A. PORTABILITAS
• Menurut prinsip portabilitas BPJS, jaminan
kesehatan tetap berlaku meskipun pasien
berpindah domisili selama masih berada
dalam wilayah NKRI.
• Nirlaba: penggunaan hasil pengembangan dana iuran
BPJS untuk memberi manfaat sebesar-besarnya bagi
seluruh peserta
• Gotong royong: kewajiban setiap peserta untuk
membayar iuran (baik sakit maupun sehat) sehingga
antar peserta menanggung beban biaya jaminan sosial
secara kebersamaan
• Dana amanat: iuran dari peserta merupakan dana
titipan dari peserta dan hanya digunakan untuk
kepentingan peserta
• Akuntabilitas: pengelolaan keuangan yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan
Prinsip BPJS
(UU No. 40 Thn 2004 pasal 4)
Kegotong- • prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban
biaya jaminan sosial kewajiban setiap peserta membayar
royongan iuran sesuai dengan tingkat gaji/tingkat penghasilan.
Kehati-hatian • prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
Prinsip BPJS
(UU No. 40 Thn 2004 pasal 4)
• prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat
Akuntabilitas
dan dapat dipertanggungjawabkan.
SISTEM PEMBAYARAN…
DIAGNOSIS SISTEM PEMBAYARAN BPJS
JAWABAN:
A. CASE BASED GROUP
• Pembiayaan BPJS pada faskes lanjutan
dilakukan berdasarkan diagnosis/kasus
yang diderita oleh pasien.
• Sistem pembiayaan tersebut disebut case
based group.
• Fee for service: sistem pembayaran di mana pasien
membayar sesuai dengan pelayanan yang ia terima.
Misalnya membayar untuk pemeriksaan dokter, lab,
dan obat
• Kapitasi: sistem pembayaran di faskes primer di mana
faskes primer menerima pembayaran dari BPJS untuk
setiap orang dalam wilayah faskes primer tersebut,
baik individu yang bersangkutan berobat ataupun tidak
• Bonus payment: Pembayaran langsung sejumlah yang
disepakati (biasanya global) bagi tipe pelayanan yang
diberikan
• Per die/daily charge: Pembayaran langsung dengan
jumlah tetap per hari bagi pelayanan rawat inap
Sistem Pembayaran Kesehatan (WHO)
Fee for service Pembayaran per item pelayanan (pemeriksaan, terapi, pelayanan
pengobatan/tindakan diidentifikasi satu persatu) kemudian
dijumlahkan dan ditagihkan kepada pasien
Case payment Pembayaran bagi paket pelayanan atau episode pelayanan. Tidak
berdasarkan item
Daily charge Pembayaran langsung dengan jumlah tetap per hari bagi pelayanan
rawat inap
Bonus payment Pembayaran langsung sejumlah yang disepakati (biasanya global)
bagi tipe pelayanan yang diberikan
Capitation Pembayaran berdasarkan jumlah orang yang menjadi tanggung
jawab dokter (tiap tahun)
Salary Pendapatan per tahun tidak berdasarkan beban kerja atau biaya
pelayanan yang diberikan
Global budget Seluruh anggaran pelaksanaan ditetapkan di awal yang dirancang
untuk menyediakan pengeluaran tertinggi, tetapi memungkinkan
pemanfaatan dana secara fleksibel dalam batas tertentu
PEMBAYARAN BPJS DI FASKES PRIMER
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN
KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Tarif Kapitasi
• Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a diberlakukan pada FKTP yang melakukan
pelayanan:
a. administrasi pelayanan;
b. promotif dan preventif;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif;
e. obat dan bahan medis habis pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium
tingkat pratama.
Tarif Non Kapitasi
• Tarif Non Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan kesehatan di
luar lingkup pembayaran kapitasi, yang meliputi:
a. pelayanan ambulans
b. pelayanan obat program rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik;
d. pelayanan penapisan (screening) kesehatan tertentu termasuk
pelayanan terapi krio untuk kanker leher rahim;
e. rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi medis;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh
bidan atau dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya; dan
g. pelayanan Keluarga Berencana di FKTP
Penyakit yang Termasuk dalam
Program Rujuk Balik
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/4238e7d5f66ccef4ccd89883c46fcebc.pdf
Pembayaran BPJS di Faskes
Sekunder & Tersier (Rumah Sakit)
• Indonesian-Case Based Groups (INA-CBGs): besaran
pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan
yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis
penyakit dan prosedur.
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/11
Peserta BPJS (2)
• Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan
• Bukan pekerja dan anggota keluarganya
a. Investor
b. Pemberi kerja
c. Penerima Pensiun, terdiri dari
• Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pension
• Anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak pension
• Pejabat negara yang berhenti dengan hak pension
• Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pension yang mendapat hak
pension
• Penerima pension lain
• Janda, duda atau anak yatim piatu dari penerima pension lain yang mendapat hak
pensiun
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/11
177
• Pada sebuah penelitian terhadap suatu penyakit didapatkan 40 responden.
Sebanyak 22 pasien dirujuk untuk dilakukan pembedahan sebagai terapi
utama. 18 pasien dilakukan terapi farmakologis sebagai terapi utama.
• Ternyata hasil terapi kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa
pembedahan sedikit lebih baik daripada farmakologis.
• Selain itu, yang mendapatkan terapi pembedahan usia pasiennya lebih muda
daripada yang mendapat terapi farmakologis.
• Membership bias
– Bila pada kelompok studi terdapat satu atau lebih hal yang berhubungan
dengan efek, sedangkan pada kelompok kontrol tidak.
– Contoh: studi tentang efek rokok terhadap kanker tidak mungkin dibuat uji
klinis, maka beberapa ahli menduga mungkin bukan hanya rokoknya yang
berbahaya, namun juga faktor lain yang terdapat pada perokok yang tidak bisa
disingkirkan.
ANALISIS STATISTIKNYA…
DIAGNOSIS ANALISA STATISTIK
JAWABAN:
B. INDEPENDENT T TEST
• Peneliti melakukan penelitian yang
menghubungkan data kategorik (diberi
probiotik dan diberi placebo) terhadap data
numerik (kadar Th2), maka uji statistic yang
digunakan adalah uji T.
• Kelompok yang diteliti merupakan
kelompok yang berbeda dan tidak
disebutkan perlakuan matching subjek
penelitian, sehingga uji T yang digunakan
adalah uji T tidak
berpasangan/independent.
– Paired t test kategorik (2 subjek
berpasangan) x numerik
– ANOVA Jika terdapat > 2 kategori
– Pearson correlation uji numerik x numerik
– Chi square Uji kategorik x kategorik
Langkah Menentukan Uji Statistik
• Tentukan sifat variabel yang diuji (numerik atau kategorik)
PEMBAYARANNYA…
DIAGNOSIS PEMBAYARAN BPJS
JAWABAN:
C. COORDINATION OF BENEFIT
• Berdasarkan keterangan pada soal,
pembiayaan pasien dengan melibatkan 2
atau lebih perusahaan asuransi (BPJS dan
Asuransi Jasa Jaminan Kecelakaan) demi
manfaat asuransi kesehatan yang sama
disebut sebagai Coordination of benefit.
• Cost sharing Ketentuan polis yang membutuhkan pemegang
asuransi untuk membayar, melalui deductible dan co-insurance
sebagian pengeluaran asuransi kesehatan mereka.
– Deductible Jumlah pengeluaran yang tercakup yang harus diajukan &
dibayarkan oleh pemegang asuransi sebelum manfaat bisa diperoleh.
– Co-insurance Perjanjian antara perusahaan asuransi dg pemegang
asuransi untuk menanggung persentase tertentu, kerugian yang
ditanggung setelah deductible dibayar (biasanya berupa persentase)
• Capitation besaran pembayaran perbulan yang dibayar di muka
oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan
jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
• Istilah Uncoverage service tidak lazim dipakai dalam istilah
pembiayaan asuransi.
Pembiayaan Asuransi
• Contoh pembiayaan cost sharing yang lazim pada
asuransi:
– Deductible Jumlah pengeluaran yang tercakup yang harus
diajukan & dibayarkan oleh pemegang asuransi sebelum
manfaat bisa diperoleh.
• Contoh: Klaim pelayanan kesehatan 1 juta, pasien harus membayar
biaya deductible sebesar 50.000 dahulu kepada pihak asuransi
sebelum ditanggung biayanya.
– Co-insurance Perjanjian antara perusahaan asuransi dg
pemegang asuransi untuk menanggung persentase tertentu,
kerugian yang ditanggung setelah deductible dibayar
(biasanya berupa persentase)
• Contoh: Klaim pelayanan kesehatan 1 juta, biaya deductible 50.000,
dan perjanjian dengan pihak asuransi hanya dapat menanggung 70%
(700.000) dari biaya deductible yang dikeluarkan pasien.
Thabrany, Hasbullah. Asuransi kesehatan di Indonesia. Pusat kajian ekonomiKesehatan. FKMUI. 2001.
180
• Seorang wanita muda berusia 20 tahunan, tidak dikenal
ditemukan meninggal tergantung di kamarnya.
• Dari keterangan sementara para penghuni kosan, korban
dikenal sebagai orang yang tertutup, tidak pernah bergaul
ataupun memperkenalkan diri ketika datang 2 minggu lalu.
• Polisi menduga kasus ini disebabkan oleh pembunuhan.
Menurut pemeriksaan, korban digantung setelah meninggal.
Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
2 terputus (non-continuous) dan letaknya pada (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher bagian atas leher tidak begitu tinggi
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
3
sisi leher kuat dan diletakkan pada bagian depan leher
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Kaidah Dasar Moral dan Turunannya
Core biomedical moral principles Core behavioral norms
Autonomy: the norms of respecting and Veracity: to provide accurate, timely, objective, and
supporting individual autonomous comprehensive transmission of information, ensure
decisions patient’s understanding
Privacy: to respect the right that individuals and
families have to keep personal information,
decisions, spaces, activities, and relationships under
their own control
Confidentiality: to prevent the re-disclosure of
private information to anyone else without patient’s
authorization
Beneficence: prioritize relieving, Fidelity: obligation of a professional to faithfully
lessening, or preventing harm, actions carry out an activity that benefits the patient, abstain
that provide benefits to others from an activity that would/could cause harm
Non maleficence: avoiding actions that
would cause harm to others
Justice: fair distribution of benefits, -
risks, and costs among patients
183
• Ny. Mulan Kwok Kong, seorang perempuan, 30 tahun,
datang ke dokter dengan keluhan sakit perut. Pasien minta
dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam /bedah.
• Tapi dokter merujuk pasien ke psikiatri, karena dari hasil
pemeriksaan tidak didapatkan kelainan. Dokter menduga
kelainan tersebut diakibatkan psikologis.
KAIDAH BIOETIKNYA…
DIAGNOSIS KAIDAH BIOETIK
JAWABAN:
A. BENEFICIENCE
• Dokter merujuk pasien ke psikiatri sesuai
dengan pertimbangan hal yang terbaik
untuk pasien. Hal ini sesuai dengan prinsip
beneficence yang mementingkan kebaikan
untuk orang lain, dalam hal ini ialah
pasien.
• Jika dokter menerapkan prinsip autonomy,
dokter akan mengikuti keinginan pasien
untuk dirujuk ke spesialis penyakit dalam
atau bedah.
• Non- maleficence Tidak membahayakan
pasien dan tidak membiarkan pasien meninggal
• Justice Semua pasien statusnya sama di
pandangan dokter
• Autonomy mengutamakan kepentingan
pasien
• Profesional Bukan kaidah dasar moral
KAIDAH DASAR MORAL
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Kaidah Dasar Moral dan Turunannya
Core biomedical moral principles Core behavioral norms
Autonomy: the norms of respecting and Veracity: to provide accurate, timely, objective, and
supporting individual autonomous comprehensive transmission of information, ensure
decisions patient’s understanding
Privacy: to respect the right that individuals and
families have to keep personal information,
decisions, spaces, activities, and relationships under
their own control
Confidentiality: to prevent the re-disclosure of
private information to anyone else without patient’s
authorization
Beneficence: prioritize relieving, Fidelity: obligation of a professional to faithfully
lessening, or preventing harm, actions carry out an activity that benefits the patient, abstain
that provide benefits to others from an activity that would/could cause harm
Non maleficence: avoiding actions that
would cause harm to others
Justice: fair distribution of benefits, -
risks, and costs among patients
184
• Tn. Lampard, 35 tahun, dibawa ke IGD karena mengalami
KLL dan kehilangan banyak darah sehingga harus dilakukan
transfusi darah.
• Tetapi keluarga pasien menolak karena alasan
bertentangan dengan aliran kepercayaan agama.
• Dokter tetap ingin melakukan tindakan transfusi agar
pasien selamat.
DILEMA BIOETIKNYA…
DIAGNOSIS PRIMA FACIE
JAWABAN:
B. NON MALEFICENCE - AUTONOMY
• Pada kasus, terdapat dilemma etik karena
dokter ingin melakukan tindakan
penyelamatan nyawa pasien, sementara
pasien menggunakan haknya untuk menolak
tindakan tersebut.
• Penyelamatan nyawa pasien termasuk dalam
kaidah non-maleficence, sementara
menghormati hak pasien merupakan prinsip
autonomy.
dilemma yang terjadi yaitu antara prinsip non
maleficence dan autonomy
• Beneficience mengutamakan yang terbaik
bagi pasien
• Justice Semua pasien statusnya sama di
pandangan dokter
• Profesional Bukan kaidah dasar moral
KAIDAH DASAR MORAL
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
185
• Seorang pasien yang merupakan supir truk perusahaan Fedex dibawa oleh
atasannya ke dokter perusahaan karena nyeri kepala kronis.
• Setelah di CT Scan dokter mendiagnosis pasien dengan Astrocytoma.
• Pasien meminta dokter merahasiakan ini karena pasien masih ingin bekerja.
• Kemudian dokter memberitahukan pada atasan jika pasien saat ini tidak fit
untuk melakukan pekerjaan dan membutuhkan penatalaksanaan lebih lanjut
sehingga ia diberhentikan, akibatnya pasien marah.
KODEKI 2012
• Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat
digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan
berdasarkan KUHP Pasal 351 (trespass, battery, bodily
assault ). Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes /
PER / III / 2008, persetujuan tindakan kedokteran dapat
dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi
persetujuan, sebelum dimulainya tindakan ( Ayat 1 ).
Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus
dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan (
Ayat 2 ).
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
3
letaknya pada bagian samping leher depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada
7
untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat kasus pembunuhan
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
10
kasus gantung diri sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.
188
• Seorang dokter yang baru saja mengetahui dari
pengumuman online jika dirinya lulus UKMPPD ketika ia
sedang berada di daerah asalnya di kampung.
• Selama beberapa minggu ke belakang ketika berada di
kampung, dokter tersebut tersebut mulai mendapatkan
kunjungan warga setempat yang ingin berobat.
LANGKAH DOKTER…
DIAGNOSIS STR SIP SERKOM
JAWABAN:
B. MENGURUS SERTIFIKAT KOMPETENSI
• Pada soal disebutkan dokter tersebut baru
saja menerima pengumuman lulus
UKMPPD, maka langkah selanjutnya ialah
mengurus sertifikat kompetensi untuk
kemudian menjadi salah satu syarat
mengitkuti internship
• Mengurus Surat Ijin Praktek (SIP) Setelah
memiliki STR
• Mengurus Surat Penugasan (SP) Untuk
program penugasan khusus seperti PTT
• Mengurus Surat Tanda Registrasi (STR)
Setelah selesai internship
• Mengurus Surat Ijin Gangguan Usaha (HO)
Biasa bagi perusahaan untuk meminta dana
bantuan pada kondisi krisis ekonomi
Serkom, SIP, STR
• Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktek
kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi,
dikeluarkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia
(KDDKI).
• Surat Tanda Registrasi adalah surat yang dikeluarkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) sebagai tanda bahwa seorang dokter
tercatat secara resmi telah memiliki sertifikat kompetensi dan
diakui secara hukum untuk melakukan tindakan profesinya.
• Surat Izin Praktek: surat ziin untuk praktek di tempat tertentu
yang dikeluarkan oleh pemda setempat. Sesuai UU Praktik
Kedokteran tahun 2004, setiap dokter hanya diperbolehkan
praktik di 3 tempat.
• Untuk praktik di suatu tempat, seorang dokter
harus memiliki SIP.
• Untuk bisa memproses SIP, setiap tenaga
kesehatan wajib memiliki STR.
• Untuk memperoleh STR, tenaga kesehatan
harus memiliki ijazah dan sertifikat
kompetensi.
Urutan Pengurusan
Ijazah Serkom
189
• Seorang perempuan datang untuk melakukan
aborsi.
• Dia depresi karena hamil hasil dari pemerkosaan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan PASAL 76.
Abortus Provokatus Menurut
UU No.36 Tahun 2009
PASAL 76
• Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan :
a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
e) penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri
Tim Kelayakan Aborsi
Tim
Kelayakan
Aborsi
PENYEBAB TRISMUS…
DIAGNOSIS ABSES PERITONSIL
JAWABAN:
E. IRITASI M. PTERIGOID INTERNA
• Gejala pada pasien ini (nyeri
tenggorokan,demam, suara sangau, uvula
terdorong, trismus) mengarahkan pada
adanya abses peritonsil.
• Tonsil yang tidak ditangani dengan baik,
maka akan menyebabkan penyebaran
infeksi pada jaringan sekitar. Hal ini dapat
berakhir pada iritasi pada muskulus
ptrygoid dan menyebabkan trismus.
• Jawaban: E. Iritasi m. Pterigoid interna
• Pembesaran KGB, uvula, tonsil dan iritasi nervus
kranialis tidak menyebabkan trismus
Tonsillitis
• Acute tonsillitis:
– Viral: similar with acute rhinitis +
sore throat
– Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
• Detritus → follicular tonsillitits
• Detritus coalesce → lacunar tonsillitis.
• Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
• Th: penicillin or erythromicin
• Chronic tonsillitis
– Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
– Lymphoid tissue is replaced by scar widened
crypt, filled by detritus.
– Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Tonsillitis
• Komplikasi tonsillitis akut:
Pada anak sering menimbulkan otitis media
akut, sinusitis, abses peritonsil (Quincy throat),
abses parafaring, bonkitis, glomerulonefritis
akut, miokarditis, artritis serta septikemia.
Hipertrofi tonsil menyebabkan pasien bernapas
lewat mulut, tidur mendengkur, gangguan tidur
karena obstructive sleep apnea.
• Komplikasi tonsilitis kronik:
Komplikasi ke daerah sekitar, berupa rhinitis
kronik, sinusitis atau otitis media secara
perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara
hematogen & limfogen: endokiarditis, artritis,
miositis, nefritis, uveitis, dermatitis, urtikaria.
Abses peritonsillar, parafaring, retrofaring
Terapi
Aspirasi jarum bila pus (-) selulitis antibiotik.
Bila pus (+) abses
Bila pus ada pada aspirasi jarum disedot sebanyak mungkin
Infiltrat Peritonsil Abses Peritonsil
Waktu (setelah tonsilitis akut) 1-3 hari 4-5 hari
Trismus Biasanya kurang/tidak ada Ada
MEKANISME PENYAKIT…
DIAGNOSIS OTITIS EKSTERNA DIFUS
JAWABAN:
C. MASERASI AKIBAT BERENANG
• Pasien ini mengalami otitis eksterna difusa
karena terdapat nyeri pada telinga saat
mengunyah, liang telinga merah dan MT dalam
batas normal
• Pada otitis eksterna difusa, dapat keluar
secret.
• Mekaniseme yang terjadi adalah Air yang
masuk ke telinga saat berenang menyebabkan
lembab dan maserasi sehingga mudah
terinfeksi. Terkait faktor risiko tersebut, otitis
eksterna difus disebut juga dengan swimmer’s
ear.
• Jawaban: C. maserasi akibat berenang
• Pilihan jawaban lain tidak tepat
Otitis Externa
Tanda OE:
Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang atau tragus ditekan.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
193
• Seorang laki-laki usia 12 tahun datang ke UGD RS dengan
keluhan mimisan yang banyak dari lubang hidung kiri.
Keluhan disertai hidung kiri sumbat sejak 3 bulan yang
lalu. Tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
rhinoskopi posterior didapatkan benjolan berwarna
kebiru-biruan dengan permukaan rata.
PEMERIKSAAN…
DIAGNOSIS ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENILE
JAWABAN:
C. CT SCAN UNTUK MELIHAT BENJOLANNYA
• Pada pasien didapatkan adanya mimisan yang
banyak dari lubang hidung kiri disertai dengan
hidung tersumbat. Pada rhinoskopi posterior
ditemukan adanya benjolan berwarna kebiru-
biruan dengan permukaan rata. Dari
anamnesis dan PF pasien kemungkinan
mengalami angiofibroma nasofaring juvenile.
• Pada angiofibroma nasofaring juvenile,
pemeriksaan awal yang dilakukan adalah
pemeriksaan CT scan untuk mengetahui luas
benjolan.
• Tidak dipilih angiografi karena pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan yang dilakukan
sebelum dilakukan operasi untuk melihat
feeding vessel dan dilakukan tindakan
embolisisasi.
Angiofibroma nasofaring tipe
juvenile
• Angiofibroma juvenile:
– Tumor jinak pembuluh darah di nasofaring
– Etiologi: masih belum diketahui, namun diduga berasal dari dinding
posterolateral atap rongga hidung
– Ciri-ciri: laki-laki, usia 7-19 tahun, jarang >25 tahun
– Gejala klinis: hidung tersumbat yang progresif & epistaksis berulang yang
masif
– Obstruksi sekret tertimbun rinorea kronik gangguan menghidu
– Bila menutup tuba tuli, otalgia, bila ke intrakranial sefalgia hebat
• Rinoskopi posterior:
– Massa tumor kenyal, warna abu-abu, merah muda, kebiruan
– Mukosa tumor hipervaskularisasi, dapat ulserasi
• Sifat: secara histologi jinak, secara klinis ganas karena dapat mendestruksi tulang
Diffuse swelling (arrow) is seen in the
molar region on the right side of the face.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS OE MALIGNA
JAWABAN:
C. OE MALIGNA
• Pada pasien ini didapatkan keluhan mulut
mencong, nyeri pada telinga, disertai dengan
keluar cairan dari telinga. Pasien diketahui
memiliki riwayat DM.
• Pada pemeriksaan didapatkan pinna lunak,
terdapat peradangan dan edema pada saluran
telinga luar atau CAE/canalis auricularis
externum, serta membrane timpani tampak
buram dan kaku.
• Pada pasien ini kemungkinan mengalami suatu
OE maligna dimana sering terjadi pada pasien
dengan DM atau imunokompromais dengan
infeksi meluas dan terdapat neuropati.
• OMK ditandai dgn adanya sekret pd telinga >
3 bulan
• OMA ditandai dgn demam, nyeri pada
telinga
• Bells palsy ditandai dengan sudut bibir jatuh
dan dahi tidak dapat dikerutkan
• Kolesteatoma ditandai dgn adanya
penumpukkan epitel pada telinga bagian
tengah yang bersifat destruktif
Otitis Externa
• Malignant otitis externa (necrotizing OE)
– Pada pasien diabetik lansia atau imunokompromais.
http://www.aafp.org/afp/2012/1201/p1055.html
195
• Anak, 7 tahun, mengeluh ada benjolan di belakang
telinga kanan. Awalnya pasien terkena infeksi saluran
napas bagian atas dan nyeri tenggorokan yang membaik
dengan obat paracetamol. Pada pemeriksaan otoskopi di
temukan kanalis externa dalam batas normal, membran
timpani perforasi. Benjolan di belakang telinga dan nyeri.
2. INCS + INAH or an INCS INCS + INAH vs INCS 2. INCS + INAH or an INCS alone
alone
3. INCS + INAH rather than an INCS + INAH vs INAH -
INAH alone
4. LTRA or OAH LTRA vs OAH 4. OAH rather than a LTRA
5. INCS rather than INAH INAH vs INCS 5. INCS rather than INAH
6. either an INAH or OAH INAH vs OAH 6. Either INAH or OAH
Intranasal corticosteroid (INCS)
Oral H1-antihistamine (OAH)
Intranasal H1-antihistamine (INAH)
Leukotriene receptor antagonist (LTRA)
197
• Seorang wanita, 24 tahun, mengeluh nyeri pada
pangkal hidung. Keluhan diawali keluar ingus
berbau. Pemeriksaan fisik nyeri tekan kantus.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SINUSITIS
JAWABAN:
D. SINUSITIS ETHMOIDALIS AKUT
• Pasien dengan keluhan nyeri pada pangkal
hidung dengan diawali ingus yang berbau,
diperkirakan infeksi pada sinus paranasal
• Secara anatomis yang paling dekat dengan
pangkal hidung adalah sinus ethmoid
• Rhinitis akut ditandai dengan hidung berair,
bersin-bersin, hidung tersumbat
• Sinusitis frontalis akut nyeri pada dahi
• Sinusitis maxillaris akut nyeri pada kedua pipi
• Sinusitis sphenoidalis akut nyeri kepala
Anatomi sinus
Ethmoid Sinuses
• Within lateral masses of Symptoms:
ethmoid bone • pain between the eyes
• eyelid swelling
• Three groups: • loss of smell, and
– Anterior, middle & posterior • pain when touching the sides of the nose
• Posterior
– 2-6 cells
– Drain into superior nasal
meatus
• Within maxilla
– Above upper teeth
• Normally:
– Between tables of vertical
plate in frontal bone
– Can extend beyond frontal
bone inot the orbital
plates
• Rarely symmetrical
• 2 key passageways
– Infundibulum
– Middle nasal meatus
198
• Tn. Delta, 60 tahun, datang ke klinik dengan keluhan pusing
berputar tiba-tiba setelah bangun tidur 3 jam yang lalu.
Pusing terutama dirasakan terutama jika menoleh ke kiri.
Tidak ada gangguan pendengaran, nyeri telinga, ataupun
telinga berdenging. Riwayat trauma dan penggunaan obat
disangkal. Pada pemeriksaan, nistagmus (+) horizontal.
TERAPI DEFINITIF…
DIAGNOSIS BPPV
JAWABAN:
D. CANALITH REPOSITIONING PROCEDURE (CRP)
• Pada pasien ini didapatkan keluhan pusing berputar yang
tiba-tiba setelah bangun tidur. Pusing dirasakan jika
menoleh.
• Tidak didapatkan gangguan pendengaran, nyeri telinga
maupun telinga berdenging sehingga mengeksklusi
penyakit Meniere ataupun penyakit yang berasal dari
telinga luar atau telinga tengah. Pada pemeriksaan
didapatkan nystagmus.
• Sehingga kemungkinan pasien ini mengalami BPPV.
Nistagmus yang dialami oleh pasien ini bergerak kearah
horizontal sehingga masih ada kemungkinan BPPV pada
kanal horizontal. Pada kanal posterior, nystagmus yang
dialami upbeating dan torsional.
• Sehingga tatalaksana yang tepat adalah canalith reposition
procedure atau CRP (istilah terapi berupa manuver untuk
mengembalikan kanalith ke posis yang normal)
• Manuver epley dilakukan pada pasien dengan
BPPV posterior sedangkan pada pasien ini
belum dapat disingkirkan kemungkinan BPPV
horizontal sehingga paling tepat adalah CRP
yang merupakan istilah terapi BPPV secara
umum, baik posterior maupun horizontal
Vertigo of Central Origin
CONDITION D E TA I L S
Cerebellopontine
Benign tumours in the interal auditory meatus
tumours
Vertigo of Peripheral Origin
CONDITION D E TA I L S
Brief, position-provoked vertigo episodes caused by
BPPV
abnormal presence of particles in semisircular canal
BPPV Horizontal:
– The Gufoni method
– Vannuchi-Asprella method
– barbecue roll/ log roll method
Tatalaksana:
Epley
maneuver
Maneuvers for posterior canal
BPPV
• The most common type of BPPV
• The canalith repositioning procedure (CRP)/Epley
Manuver or the modified liberatory maneuver is the most
common and empirically proven treatment for posterior
canal BPPV.
– involves sequential movement of the head into four positions,
with positional shifts spaced roughly 30 seconds apart (Figure
2a and 2b).
• The Semont maneuver involves a procedure whereby the
patient is rapidly moved from lying on one side to lying on
the other.
– Although many physicians have reported success treating
patients with the Semont maneuver and support its use
12
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS MENIERE DISEASE
JAWABAN:
C. MENIERE DISEASE
• Pasien datang dengan keluhan penurunan
pendengaran disertai dengan pusing
berputar atau vertigo serta tinnitus.
• Berdasarkan keluhan tersebut kemungkinan
pasien ini mengalami penyakit Meniere
dimana gejala pada pasien sesuai dengan
trias Meniere.
• Labirinitis karena infeksi virus/bakteri, sering
merupakan komplikasi dari otitis media
• Neuritis vestibular peradangan pada
ganglion n. VIII bagian bestibular vertigo
perifer mendadak tanpa gangguan
pendengaran
Meniere Disease
• Gejala & tanda: Vertigo episodik (beberapa jam), Tuli sensorineural yang
berfluktuasi, tinnitus telinga terasa penuh
Meniere Disease
• Pemeriksaan penunjang:
– MRI dengan kontras gadolinium untuk eksklusi
kelainan retrokoklear (neuroma vestibular), &
dipertimbangkan pada pasien tuli asimetrik
• EEG tidak ada kelainan gelombang otak
• EMG tidak ada kelainan otot
• Audiometri tuli sensorineural
Rekomendasi Terapi
• Diet rendah garam < 1500 gr/hari
• Diuretik
– Menurunkan tekanan hidrostatik di telinga dalam
– Membantu mencegah terjadinya gejala namun tidak memiliki efek setelah gejalanya muncul
– Contoh: HCT, asetazolamide
• Histamin agonis
– Contoh: Betahistin
– Menurut penelitian, penggunaan betahistin lebih unggul daripada flunarizine
• Vestibulocochlear supresant agent
– AntihistaminMeclizine
– Obat penenanglorazepam, alprazolam
– Calsium channel blockerFlunarizine
– Hanya dipakai bila dibutuhkan, karena pemakaian jangka lama dapat mengurangi kemampuan
kompensasi vestibular sehingga akan menyebabkan gangguan keseimbangan
• Steroid untuk penyebab autoimun atau alergi
• VasodilatorNiasin
– Memperbaiki alian darah dan pertukaran cairan
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS RHINITIS MEDIKAMENTOSA
JAWABAN:
C. RINITIS MEDIKAMENTOSA
• Pasien dengan keluhan hidung tersumbat
dan sering menggunakan sendiri obat
semprot hidung
• Penggunaan obat dekongestan dapat
memicu terjadinya rhinitis, disebut rhinitis
medikamentosa
• Rinitis alergika ditandai dgn adanya allergic
crease, allergic salute, allergic shinner
• Rinitis vasomotor ditandai dengan hidung
tersumbat berpindah-pindah
• Sinusitis nyeri pada kepala, pipi atau mata
• Asma alergika sesak napas
Rinitis medikamentosa
• Kelainan hidung berupa gangguan respons normal vasomotor
akibat pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung atau
semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga
menyebabkan sumbatan menetap terjadi rebound
dilatation dan rebound congestion
• Anjuran: pemakaian obat topikal sebaiknya tidak lebih dari 1
minggu
• PF: edema/hipertrofi konka dengan sekret berlebihan. Apabila
diberi tampon, edema tidak berkurang
• Tatalaksana: hentikan obat topikal hidung, steroid oral dosis
tinggi jangka pendek dan tappering off, dekongestan oral
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
Rhinitis Medikamentosa
• Patofisiologi rhinitis medikamentosa tidak diketahui sepenuhnya.
• Diduga karena penurunan produksi norepinefrin endogen oleh mekanisme
feedback. Pada pemakaian dekongestan jangka panjang/penghentian pemakaian,
saraf simpatis tidak bisa menjaga vasokonstriksi karena produksi norepinefrin
tersupresi.
Rinitis Medikamentosa
Tatalaksana
Pada minggu pertama: pemberian kortikosteroid
intranasal sambil pasien diedukasi untuk
menghentikan penggunaan vasokonstriktor secara
perlahan.
Solusio garam buffer dpt diberikan untuk irigasi untuk
melembabkan.
Dekongestan sistemik.
Kortikosteroid oral tidak selalu diberikan.
Operasi jika terdapat polip atau deviasi septum.
“We Build Doctors”