Anda di halaman 1dari 7

GUBERNUR JAWA BARAT

Bandung, 21 Maret 2021

Kepada:
Yth. 1. Bupati/Wali Kota se-Jawa Barat;
2. Panglima Kodam III/Siliwangi;
3. Panglima Kodam Jaya/Jayakarta;
4. Kapolda Jawa Barat;
5. Kapolda Metropolitan Jakarta Raya;
6. Pelaku Usaha, Pengelola,
Penyelenggara atau Penanggung
Jawab Tempat/Kegiatan dan
Fasilitas Umum di seluruh Jawa
Barat;
7. Pelaku Perjalanan Dalam Negeri;
dan
8. Masyarakat Jawa Barat
di
Tempat

SURAT EDARAN
NOMOR : 52/KS.02.02/HUKHAM
TENTANG
PERPANJANGAN KEEMPAT PELAKSANAAN PEMBATASAN KEGIATAN
MASYARAKAT DALAM PENANGANAN CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
DI PROVINSI JAWA BARAT

Berdasarkan:
1. Arahan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengenai kebijakan
Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro;
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 06 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko
Penanganan Coronavirus Disease 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk
Pengendalian Penyebaran Coronavirus Disease 2019; dan
3. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443/Kep.151-Hukham/2021 tentang
Perpanjangan Keempat Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar secara
Proporsional di Provinsi Jawa Barat dalam rangka Penanganan Coronavirus Disease
2019 (Covid-19).

Jalan Diponegoro No. 22 Telepon: (022) 4232448 – 4233347 – 4230963


Faksimili: (022) 4203450 Website: www.jabarprov.go.id E-mail: info@jabarprov.go.id
Bandung - 40115
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan
oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara
2

Memperhatikan:
Laju peningkatan kasus Covid-19 di wilayah Jawa Barat belum dapat dikendalikan
secara optimal berdasarkan 4 (empat) kriteria, yang meliputi:
a. tingkat kematian;
b. tingkat kesembuhan;
c. tingkat kasus aktif; dan
d. tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (Bed Occupation Room/BOR) untuk
Intensive Care Unit (ICU) dan ruang isolasi.

Perpanjangan Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dalam Penanganan


Covid-19 di Provinsi Jawa Barat, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Semua pihak harus lebih sungguh-sungguh, tertib, disiplin dan penuh tanggung
jawab menaati ketentuan:
a. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan
Masyarakat;
b. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanggulangan Covid-19
di Daerah Kabupaten Bogor, Daerah Kota Bogor, Daerah Kota Depok,
Daerah Kabupaten Bekasi, dan Daerah Kota Bekasi sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 73
Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Gubernur Jawa Barat
Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar
dalam Penanggulangan Covid-19 di Daerah Kabupaten Bogor, Daerah Kota
Bogor, Daerah Kota Depok, Daerah Kabupaten Bekasi, dan Daerah Kota
Bekasi;
c. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanggulangan Covid-19 di
Wilayah Provinsi Jawa Barat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 38 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Gubernur Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan
Sosial Berskala Besar dalam Penanggulangan Covid-19 di Wilayah Provinsi
Jawa Barat;
d. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dalam Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Kabupaten/Kota;
e. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 60 Tahun 2020 tentang Pengenaan
Sanksi terhadap Pelanggaran Tertib Kesehatan dalam Pelaksanaan
Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam
Penanggulangan Covid-19 (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020
Nomor 60);
f. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 63 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penilaian Risiko Kesehatan Masyarakat dan Adaptasi Kebiasaan Baru untuk
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19;
g. Instruksi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penggunaan Dana Desa Tahun 2021 dalam
Pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Skala Mikro di
Desa;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang
diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara
3

h. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 06 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan


Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko
Penanganan Coronavirus Disease 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk
Pengendalian Penyebaran Coronavirus Disease 2019;
i. Surat Edaran Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 7 Tahun
2021 tentang Perpanjangan Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri pada
Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19); dan
j. Surat Edaran Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 9 Tahun
2021 tentang Ketentuan Pembentukan Pos Komando (Posko) Penanganan
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dalam rangka Pembatasan Kegiatan
Masyarakat di Tingkat Desa dan Kelurahan.

2. Bupati/Wali Kota menetapkan level kewaspadaan di wilayah Kecamatan, Desa dan


Kelurahan sesuai kaidah epidemiologi dan tingkat risiko penularan Covid-19.

3. Bupati/Wali Kota mengatur Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) sampai


dengan tingkat Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW) dengan kriteria zonasi
pengendalian wilayah sebagai berikut:
a. Zona Hijau, dengan kriteria tidak ada kasus Covid-19 di satu RT, maka skenario
pengendalian dilakukan dengan surveilans aktif, seluruh suspek dites dan
pemantauan kasus tetap dilakukan secara rutin dan berkala;
b. Zona Kuning, dengan kriteria jika terdapat 1 (satu) sampai dengan 5 (lima)
rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7 (tujuh) hari
terakhir, maka skenario pengendalian adalah menemukan kasus suspek dan
pelacakan kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif dan
kontak erat dengan pengawasan ketat;
c. Zona Oranye, dengan kriteria jika terdapat 6 (enam) sampai dengan 10
(sepuluh) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam 1 (satu) RT selama 7
(hari) terakhir, maka skenario pengendalian adalah menemukan kasus suspek
dan pelacakan kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif
dan kontak erat dengan pengawasan ketat, serta menutup rumah ibadah,
tempat bermain anak, dan tempat umum lainnya, kecuali sektor esensial; dan
d. Zona Merah, dengan kriteria jika terdapat lebih dari 10 (sepuluh) rumah dengan
kasus konfirmasi positif dalam 1 (satu) RT selama 7 (hari) terakhir, maka
skenario pengendalian adalah pengendalian PSBM tingkat RT yang mencakup:
1) menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat;
2) melakukan isolasi mandiri/terpusat dengan pengawasan ketat;
3) menutup rumah ibadah, tempat bermain anak, dan tempat umum lainnya,
kecuali sektor esensial;
4) melarang kerumunan lebih dari 3 (tiga) orang;
5) membatasi keluar-masuk wilayah RT maksimal hingga pukul 20.00 WIB;
dan
6) meniadakan kegiatan sosial masyarakat di lingkungan RT yang
menimbulkan kerumunan dan berpotensi menimbulkan penularan Covid-19.

4. PSBM dilakukan melalui koordinasi antara seluruh unsur yang terlibat, mulai dari
Ketua RT/RW, Kepala Desa/Lurah, Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas),
Bintara Pembina Desa (Babinsa), Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Bhabinkamtibmas), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Tim
Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pos Pelayanan
Keluarga Berencana Kesehatan Terpadu (Posyandu), Dasa Wisma, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, Penyuluh, Pendamping,
Tenaga Kesehatan, dan Karang Taruna serta Relawan lainnya, dengan cara
membentuk dan/atau mengaktifkan kembali Pos Komando (Posko) Tingkat Desa
dan Kelurahan.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang
diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara
4

Posko Tingkat Desa dan Kelurahan adalah lokasi atau tempat yang menjadi Posko
penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan yang memiliki 4 (empat)
fungsi, yaitu:
a. pencegahan;
b. penanganan;
c. pembinaan; dan
d. pendukung pelaksanaan penanganan Covid-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan.

5. Posko Tingkat Desa diketuai oleh Kepala Desa yang dalam pelaksanaannya
dibantu oleh Aparat Desa dan Mitra Desa lainnya dan Posko Tingkat Kelurahan
diketuai oleh Lurah yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Aparat Kelurahan.
Masing-masing Posko, dibantu oleh Satlinmas, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan
Tokoh Masyarakat.

6. Untuk supervisi dan pelaporan Posko Tingkat Desa dan Kelurahan, dibentuk Posko
Kecamatan.

7. Pelaksanaan 4 (empat) fungsi Posko Tingkat Desa dan Kelurahan berkoordinasi


dengan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota,
Provinsi, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri).

8. Kebutuhan pembiayaan dalam pelaksanaan Posko Tingkat Desa dan Kelurahan


dibebankan pada anggaran masing-masing unsur Pemerintah/Pemerintah
Daerah/Pemerintah Desa, sesuai dengan pokok kebutuhan sebagai berikut:
a. kebutuhan di Tingkat Desa, dibebankan pada Dana Desa dan dapat didukung
dari sumber pendapatan Desa lainnya melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes);
b. kebutuhan di Tingkat Kelurahan, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota;
c. kebutuhan terkait Babinsa/Bhabinkamtibmas, dibebankan pada Anggaran
TNI/Polri;
d. kebutuhan terkait penguatan pemeriksaan dini (testing), sistem dan manajemen
pelacakan kontak (tracing) dan perbaikan perawatan (treatment), dibebankan
pada Anggaran Kementerian Kesehatan/Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), APBD Provinsi/Kabupaten/Kota; dan
e. kebutuhan terkait dengan bantuan kebutuhan hidup dasar dibebankan pada
Anggaran Badan Urusan Logistik (Bulog)/Kementerian Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Kementerian Sosial, Kementerian Perindustrian dan
Kementerian Keuangan serta APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.

9. PSBM dilakukan bersamaan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di


27 (dua puluh tujuh) Kabupaten/Kota, sebagai berikut:
a. membatasi kegiatan di tempat/kerja perkantoran dengan menerapkan Work
From Home (WFH) sebesar 50% (lima puluh persen) dan Work From Office
(WFO) sebesar 50% (lima puluh persen) dengan memberlakukan protokol
kesehatan secara lebih ketat;
b. melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring (online);
c. untuk sektor esensial seperti kesehatan, bahan pangan, makanan, minuman,
energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, perbankan, sistem
pembayaran, pasar modal, logistik, perhotelan, konstruksi, industri strategis,
pelayanan dasar, utilitas publik dan industri yang ditetapkan sebagai objek vital
nasional dan objek tertentu, kebutuhan sehari-hari yang berkaitan dengan
kebutuhan pokok masyarakat, tetap dapat beroperasi 100% (seratus persen)
dengan pengaturan jam operasional, kapasitas, dan penerapan protokol
kesehatan secara lebih ketat;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang
diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara
5

d. membatasi kegiatan restoran (makan/minum di tempat) sebesar 50% (lima


puluh persen) dan untuk layanan makanan melalui pesan antar/dibawa pulang
tetap diizinkan sesuai jam operasional restoran dengan penerapan protokol
kesehatan secara lebih ketat;
e. membatasi jam operasional pusat perbelanjaan/mall sampai dengan pukul
21.00 WIB dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat;
f. mengizinkan kegiatan konstruksi beroperasi 100% (seratus persen) dengan
penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat;
g. mengizinkan kegiatan ibadah untuk dilaksanakan dengan pembatasan
kapasitas sebesar 50% (lima puluh persen) dengan penerapan protokol
kesehatan secara lebih ketat;
h. mengizinkan kegiatan sosial budaya untuk dilaksanakan dengan pembatasan
kapasitas sebesar 25% (dua puluh lima persen) dengan penerapan protokol
kesehatan secara lebih ketat;
i. menghentikan sementara kegiatan fasilitas umum yang dapat menimbulkan
kerumunan; dan
j. membatasi kapasitas dan jam operasional transportasi umum.

10. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa/Kelurahan


mengintensifkan penerapan protokol kesehatan berikut sosialisasinya (membagikan
masker dan menggunakan masker yang baik dan benar, mencuci tangan dengan
menggunakan sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak dan menghindari
kerumunan yang berpotensi menimbulkan penularan Covid-19), serta memperkuat
kemampuan pemeriksaan dini (testing), sistem dan manajemen pelacakan kontak
(tracing) dan perbaikan perawatan (treatment), termasuk meningkatkan fasilitas
pelayanan kesehatan (tempat tidur, ruang Intensive Care Unit (ICU), maupun
tempat isolasi/karantina), koordinasi antar daerah yang berdekatan melalui Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) untuk redistribusi pasien dan
tenaga kesehatan sesuai dengan kewenangan masing-masing.

11. Setiap orang, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara dan/atau penanggung jawab
tempat/kegiatan dan fasilitas umum yang melaksanakan kegiatan wajib
melaksanakan protokol kesehatan, meliputi:
a. menggunakan masker yang baik dan benar;
b. mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau hand sanitizer;
c. membatasi interaksi fisik serta menjaga jarak;
d. menghindari dan/atau tidak menimbulkan kerumunan yang berpotensi
menularkan Covid-19; dan
e. membatasi aktivitas di tempat umum.

12. Setiap orang, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara dan/atau penanggung jawab
tempat/kegiatan dan fasilitas umum yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 11 dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat
dan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 60 Tahun 2020 tentang Pengenaan
Sanksi terhadap Pelanggaran Tertib Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembatasan
Sosial Berskala Besar dan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Penanggulangan
Covid-19 atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Daerah
Kabupaten/ Kota.

13. Pelaku perjalanan dalam negeri yang akan memasuki wilayah Jawa Barat harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab atas kesehatan masing-masing, serta tunduk dan patuh
terhadap syarat dan ketentuan yang berlaku;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang
diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara
6

b. Bagi yang melakukan perjalanan dengan transportasi udara, wajib


menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR yang sampelnya
diambil dalam kurun waktu paling lama 3 x 24 jam atau hasil negatif rapid test
antigen yang sampelnya diambil dalam kurun waktu paling lama 2 x 24 jam
sebelum keberangkatan;
c. Bagi yang melakukan perjalanan dengan transportasi laut, wajib menunjukkan
surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR atau hasil negatif rapid test antigen
yang sampelnya diambil dalam kurun waktu paling lama 3 x 24 jam sebelum
keberangkatan;
d. Bagi yang melakukan perjalanan dengan transportasi darat, wajib menunjukkan
surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR atau hasil negatif rapid test
antigen/GeNose test yang sampelnya diambil dalam kurun waktu paling lama
3 x 24 jam sebelum keberangkatan;
e. Anak-anak di bawah usia 5 (lima) tahun tidak diwajibkan untuk tes RT-PCR/
rapid test antigen/GeNose test;
f. Surat keterangan hasil negatif uji swab berbasis PCR atau surat keterangan
hasil negatif uji Rapid Test Antigen sebagaimana dimaksud pada huruf b dan
huruf c berlaku selama 7 (tujuh) hari sejak diterbitkan;
g. Selama berada di Provinsi Jawa Barat wajib memiliki surat keterangan hasil
negatif RT-PCR/Rapid Test Antigen/GeNose test yang masih berlaku; dan
h. Bagi pelaku perjalanan dalam negeri yang berangkat dari Provinsi Jawa Barat,
surat keterangan hasil negatif RT-PCR/Rapid Test Antigen/GeNose test yang
masih berlaku dapat digunakan untuk perjalanan kembali ke Provinsi Jawa
Barat.

14. Bupati/Wali Kota dapat mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan PSBB secara
Proporsional dalam skala mikro di Daerah Kabupaten/Kota melalui perubahan
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Tahun
Anggaran 2021 dan dilaporkan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, untuk selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Tahun
Anggaran 2021 atau ditampung dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang tidak melakukan perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2021.

15. Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan pelaksanaan PSBB secara Proporsional


dalam skala mikro di Daerah Kabupaten/Kota setiap minggu kepada Sekretariat
Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN), paling
lambat disampaikan pada hari Kamis, untuk dapat dibahas pada Rapat Koordinasi
Mingguan antara Komite PC-PEN bersama dengan Gubernur, dalam bentuk:
a. Laporan pemetaan risiko tingkat RT, berupa rekapitulasi per Daerah
Kabupaten/Kota; dan
b. Laporan perkembangan 4 (empat) parameter PSBB secara Proporsional dalam
skala mikro, berupa rekapitulasi per Daerah Kabupaten/Kota.

16. Bupati/Wali Kota memastikan perkembangan PSBB secara Proporsional dalam


skala mikro telah dilaporkan dalam Sistem Pelaporan yang disiapkan oleh Satgas
Penanganan Covid-19, di dalam Aplikasi dan Dashboard terintegrasi BLC Posko
Covid-19 Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Kepala
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 9 Tahun 2021 tentang Ketentuan
Pembentukan Pos Komando (Posko) Penanganan Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) dalam rangka Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Tingkat Desa dan
Kelurahan.

17. Bupati/Wali Kota menugaskan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota untuk


memudahkan koordinasi dengan Komite PC-Pen (Sesmenko Perekonomian selaku
Sekretaris Eksekutif Komite PC-PEN) dan Kementerian Dalam Negeri (Sekretaris
Jenderal).

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang
diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara
7

18. Bupati/Wali Kota agar mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, dan


mensosialisasikan Surat Edaran ini kepada Camat, Kepala Desa/Kelurahan, dan
para pihak terkait untuk dilaksanakan dengan tertib, disiplin, dan penuh tanggung
jawab.

19. Panglima Kodam III/Siliwangi dan Panglima Kodam Jaya/Jayakarta serta Kepala
Kepolisian Daerah Jawa Barat dan Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta
Raya, agar melaksanakan operasi penegakan disiplin guna memastikan
terlaksananya Surat Edaran ini secara efektif.
20. Surat Edaran ini mulai berlaku sejak tanggal 23 Maret 2021 sampai dengan
5 April 2021.

Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dilaksanakan dengan disiplin dan
penuh tanggung jawab.

GUBERNUR JAWA BARAT,

Tembusan kepada Yth:


1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta;
2. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi di Jakarta;
3. Menteri Dalam Negeri di Jakarta;
4. Menteri Kesehatan di Jakarta;
5. Menteri Perhubungan di Jakarta;
6. Menteri BUMN di Jakarta;
7. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Jakarta; dan
8. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 di Jakarta.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang
diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara

Anda mungkin juga menyukai