BAB 2
Tinjauan Kebijakan
B. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah meliputi:
2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat
pertumbuhan;
4. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitamya;
6. Mengembangkan kota dan kawasan perkotaan baru secara holistik dan terintegrasi,
inklusif, serta berkelanjutan.
C. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:
4. Meningkatkan infrastruktur minyak dan gas bumi nasional yang optimal; dan
D. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
meliputi:
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dinyatakan bahwa tujuan nasional
pemanfaatan ruang adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan
keamanan. Selain itu, RTRWN juga menyatakan kebijakan pengembangan wilayah
Kalimantan, yaitu :
c. Perkebunan;
d. Pariwisata;
f. Industri pengolahan yang hemat ruang dan air serta ramah lingkungan;
Beberapa kebijakan terkait Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan Peraturan Presiden No.
13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diantaranya:
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sekayu (II/B), yang ditetapkan dengan kriteria:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
d. kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi mendukung
ekonomi kelautan nasional.
2. Jalan bebas hambatan pada ruas Betung (Simpang Sekayu)-Tempino-Jambi (II/6) dan
ruas Betung- Palembang - Kayu Agung (III/6).
2.1.2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Pulau Sumatera
Peran dan fungsi Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera adalah sebagai berikut:
A. Peran
1. Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berperan sebagai perangkat operasional dari
RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau
Sumatera.
2. Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera tidak dapat digunakan sebagai dasar pemberian
izin pemanfaatan ruang.
B. Fungsi
1. penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera;
2. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
provinsi dan kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Pulau Sumatera;
3. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera;
4. penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sumatera; dan
5. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sumatera.
Rencana sistem perkotaan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2016-2036, terdiri dari:
Proyek Strategis Nasional adalah proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau badan usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan
dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pembangunan daerah.
Proyek Strategis Nasional yang terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin diantaranya adalah:
2.2.2 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.
39 K/20/MEM/2019 Tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2019 - 2028
Dalam pelaksanaan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero) Tahun 2018 s.d. 2027 terdapat dinamika pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dan
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap
lingkup dan kapasitas pembangkit, pergeseran commercial operation date, dan penambahan
proyek baru.
RUPTL PT PLN (Persero) Tahun 2019 s.d. Tahun 2028 sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU memuat pokok-pokok sebagai berikut:
a. proyeksi rata-rata pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik sebesar 6,42% (enam koma
empat dua persen);
b. total rencana pembangunan pembangkit sebesar 56.395 MW (lima puluh enam ribu tiga
ratus sembilan puluh lima megawatt);
c. target bauran energi pembangkitan mulai akhir tahun 2025, dengan rincian:
2. energi bam dan energi terbamkan sebesar 23% (dua puluh tiga persen);
d. total rencana pembangunan jaringan transmisi sepanjang 57.293 kms (lima puluh tujuh
ribu dua ratus sembilan puluh tiga kilometer sirkuit);
f. total rencana pembangunan jaringan distribusi sepanjang 472.795 kms (empat ratus tujuh
puluh dua ribu tujuh ratus sembilan puluh lima kilometer sirkuit); dan
g. total rencana pembangunan gardu distribusi sebesar 33.730 MVA (tiga puluh tiga ribu
tujuh ratus tiga puluh mega volt ampere).
Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi sumber energi primer yang terdiri dari potensi
sumber tenaga air, minyak bumi, diperkirakan 1.091,9 MMSTB, gas bumi sekitar 13,58
TSCF, dan batubara diperkirakan sekitar 50.226 juta ton serta panas bumi sekitar 1.905 Mwe,
potensi CBM sekitar 18,3 TCF.
Terdapat juga potensi pembangkit listrik tenaga Gas Wellhead dengan kapasitas sekitar 275
MW, namun sampai tahun 2028 sistem belum membutuhkan. Potensi ini dapat
dikembangkan apabila telah menyelesaikan studi kelayakan dan studi penyambungan sistem
setelah diverivikasi oleh PLN, mempunyai kemampuan pendanaan, dan harga listrik sesuai
ketentuan yang berlaku.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai tahun 2028 diperlukan pembangunan pusat
pembangkit di Provinsi Sumatera Selatan dengan rekapitulasi dan rincian pada tabel berikut
ini.
Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat potensi pembangkit yang dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan sistem yaitu sebagai berikut:
Rencana pembangkit IPP yang belum memasuki tahap PPA dinyatakan dalam rencana
pembangkit sebagai kuota kapasitas tersebut dapat diisi oleh potensi baik yang sudah
tercantum dalam daftar potensi maupun yang belum. Apabila telah menyelesaikan studi
kelayakan dan studi penyambungan yang diverifikasi oleh PLN, mempunyai kemampuan
pendanaan untuk pembangunan, dan harga listrik sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk menjamin kehandalan daya pasok pembangkit, PLN merencanakan pemeliharaan yang
baik dan terjadwal untuk seluruh pembangkit eksisting, dalam tahap konstruksi serta yang
masih dalam tahap rencana.
Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan dirinci menurut fungsi dengan luas sebagai
berikut:
1. Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), seluas ± 790.625
hektar.
Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Sumatera Selatan yang telah terbentuk
yakni:
2.2.4 Keputusan Menteri Perhubungan RI No. KP 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana
Induk Perkeretaapian Nasional
Sasaran pengembangan jaringan jalur kereta api di Pulau Sumatera adalah mewujudkan
Trans Sumatera Railways dan menghubungkan jalur kereta api eksisting yang sudah ada
yaitu di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan
Lampung menjadi jaringan jalur kereta api yang saling terhubung.
Sampai dengan tahun 2030 direncanakan akan dibangun secara bertahap prasarana
perkeretaapian meliputi jalur dan fasilitas operasi kereta api, diantaranya meliputi:
a. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antarkota pada lintas utama Banda Aceh-
Sigli-Bireun-Lhokseumawe, LangsaBesitang, Binjai-Besitang, Rantauprapat-Duri-Dumai,
DuriPekanbaru, Pekanbaru-Muaro, Pekanbaru-Rengat, Rengat-Jambi, Jambi-Betung,
Betung-Simpang, Tarahan-Bakauheni, Sei Mangke-Bandar Tinggi-Kuala Tanjung,
shortcut TeginenengTarahan, Muaro Kalaban-Muaro, jalur ganda KertapatiPrabumulih,
Spesifikasi teknis dasar untuk jaringan kereta api eksisting di koridor Sumatera secara umum
menggunakan lebar jalan rel 1067 mm. Pengembangan jalur kereta api dengan menggunakan
lebar gauge yang berbeda seperti yang telah terbangun di wilayah Aceh (1435 mm) tetap
dimungkinkan berdasarkan kajian maupun kebijakan. Rencana jaringan jalur kereta api di
Pulau Sumatera.
Provinsi Sumatera Selatan dengan ibukotanya Palembang memiliki kekayaan alam (flora dan
fauna) dan budaya yang sangat besar dan beragam. Kekayaan tersebut tersebar di beberapa
kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sumatera Selatan, dimana keberadaannya berpotensi
menjadi obyek dan daya tarik wisata. Rencana Induk Pembangunan kepariwisataan Daerah
akan menjadi pondasi dan dasar yang sangat penting bagi pengembangan dan pengelolaan
sumber daya Pariwisata budaya dan alam yang tersebar di seluruh Provinsi Sumatera Selatan
berbasis alam, budaya, dan ekonomi kreatif.
7. Menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri antara yang
berbasis sumber daya alam.
Sasaran pembangunan sektor industri yang dicapai pada tahun 2015 sampai dengan tahun
2035 seperti terlihat pada tabel berikut :
Untuk gambar peta perwilayahan industri pada WPI Sumatera Bagian Selatan dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.