Anda di halaman 1dari 37

PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW

KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036

BAB 2
Tinjauan Kebijakan

2.1 Kebijakan Tata Ruang


2.1.1 Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional

A. Kebijakan pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:

1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah


yang merata dan berhierarki; dan

2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,


telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah nasional.

B. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah meliputi:

1. Menjaga dan mewujudkan keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan


perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di
sekitarnya;

2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat
pertumbuhan;

3. Mengembangkan pusat pertumbuhan kota maritim yang berkelanjutan;

4. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitamya;

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-1


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
5. Mengembangkan pelayanan kawasan perkotaan yang mendukung sektor unggulan
sebagai kota industri, wisata, dan maritim secara berkelanjutan; dan

6. Mengembangkan kota dan kawasan perkotaan baru secara holistik dan terintegrasi,
inklusif, serta berkelanjutan.

C. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:

1. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan


transportasi darat, laut, dan udara;

2. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;

3. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak


terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga
listrik;

4. Meningkatkan infrastruktur minyak dan gas bumi nasional yang optimal; dan

5. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem


jaringan sumber daya air.

6. Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup


meliputi mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam wilayah Pulau Kalimantan
dengan luas paling sedikit 45% (empat puluh lima persen) dari luas pulau tersebut
sesuai dengan kondisi, karakter, dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara
proporsional.

D. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
meliputi:

1. kebijakan dan strategi pengembangan, pemanfaatan, dan pengelolaan kawasan


lindung;

2. kebljakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan

3. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategi nasional.

E. Kebijakan pengembangan, pemanfaatan, dan pengelolaan kawasan lindung sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi:

1. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-2


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
2. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dinyatakan bahwa tujuan nasional
pemanfaatan ruang adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan
keamanan. Selain itu, RTRWN juga menyatakan kebijakan pengembangan wilayah
Kalimantan, yaitu :

a. Wilayah pengembangan pangan nasional,

b. Sumberdaya alam yang hemat ruang terutama perikanan tangkap;

c. Perkebunan;

d. Pariwisata;

e. Pertambangan migas dan non migas;

f. Industri pengolahan yang hemat ruang dan air serta ramah lingkungan;

g. permukiman yang terkendali;

Beberapa kebijakan terkait Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan Peraturan Presiden No.
13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diantaranya:

1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sekayu (II/B), yang ditetapkan dengan kriteria:

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN;

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

d. kawasan perkotaan yang berada di pesisir yang berfungsi atau berpotensi mendukung
ekonomi kelautan nasional.

2. Jalan bebas hambatan pada ruas Betung (Simpang Sekayu)-Tempino-Jambi (II/6) dan
ruas Betung- Palembang - Kayu Agung (III/6).

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-3


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
3. Wilayah Sungai (WS) Lintas Provinsi Musi-Sugihan-Banyuasin-Lemau (II-IV/A).

2.1.2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Pulau Sumatera

Peran dan fungsi Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera adalah sebagai berikut:

A. Peran
1. Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berperan sebagai perangkat operasional dari
RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau
Sumatera.
2. Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera tidak dapat digunakan sebagai dasar pemberian
izin pemanfaatan ruang.
B. Fungsi
1. penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera;
2. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
provinsi dan kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Pulau Sumatera;
3. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera;
4. penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sumatera; dan
5. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sumatera.

Tujuan penataan ruang Pulau Sumatera adalah sebagai berikut:

1. pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan, serta pertambangan yang


berkelanjutan;
2. swasembada pangan dan lumbung pangan nasional;
3. kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan;
4. pusat industri yang berdaya saing;
5. pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya dan
ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE);
6. kelestarian kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat
puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
7. kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah;
8. kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-4
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
9. pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau
Sumatera;
10. jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah,
efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan
11. kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang
berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura,
dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan
dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.

Beberapa kebijakan penataan ruang Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan Peraturan


Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Sumatera adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan imbuhan air tanah serta pengendalian


pendayagunaan sumber air tanah di kawasan pelepasan air tanah pada CAT:
a. CAT Jambi-Dumai yang berada di Kabupaten Rokan Hilir, Kota Dumai, Kabupaten
Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Indragiri Hulu,
Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Kabupaten Muaro Jambi, Kota Jambi, Kabupaten Musi Banyuasin,
dan Kabupaten Banyuasin;
b. CAT Karang Agung yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten
Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kota Palembang, Kabupaten Muara
Jambi, dan Kabupaten Batanghari; dan
c. CAT Muara Lakitan yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi
Rawas, dan Kabupaten Sorolangun.
2. Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pengendalian perubahan peruntukan
dan/atau fungsi kawasan hutan lindung yang bervegetasi hutan tetap serta rehabilitasi
kawasan hutan lindung yang terdegradasi dilakukan pada kawasan hutan lindung di
Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Jaya,
Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh
Tengah, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya,
Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Tamiang,
Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Dairi,
Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-5


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang
Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten
Simalungun, Kabupaten Asahan, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Labuhan Batu
Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pasaman,
Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten
Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan,
Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan
Hulu, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten Kampar, Kabupaten Kuantan
Singingi, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Indragiri Hulu, Pulau
Batam, Kabupaten Bintan, Pulau Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Kerinci, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Merangin,
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muara Jambi, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Musi Banyuasin,
Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musirawas, Kabupaten Lubuklinggau, Kabupaten
Lahat, Kota Pagar Alam, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering
Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Pulau Bangka, Pulau Belitung, Kabupaten
Lebong, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Seluma,
Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur, Kabupaten Lampung Barat, dan
Kabupaten Lampung Timur.
3. Pelestarian kawasan bergambut untuk menjaga sistem tata air alami dan ekosistem
kawasan dilakukan pada kawasan bergambut di Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh
Barat, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil,
Kabupaten Phakpak Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan,
Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu
Selatan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten
Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Siak,
Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti,
Kabupaten Indragiri Hulu, Kota Dumai, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kepulauan
Karimun, Kabupaten Muara Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten
Belitung Timur, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi
Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering
Ilir, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu
Selatan, Kabupaten Tulang Bawang, dan Kabupaten Lampung Timur.
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-6
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
4. Pelestarian kawasan hutan lindung dan kawasan bergambut yang bernilai konservasi
tinggi dilakukan di Hutan Meranti (Kabupaten Meranti), Hutan Raya Bukit Barisan
(Kabupaten Karo), Hutan Siberut Utara (Kabupaten Kepulauan Mentawai), Bukit Bahar-
Tajau Pecah (Kabupaten Sarolangun), Bukit Baling (Kabupaten Singingi), Hutan Rawa
Gambut Barumun Rokan (Kabupaten Rokan Hilir), Hutan Rawa Gambut Siak Kampar
(Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar), Rawa Lunang (Kabupaten Pesisir Selatan),
Rawa Tapus (Kabupaten Lebong), Rawa Tripa (Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten
Aceh Barat Daya), Rawa Tulang Bawang (Kabupaten Tulang Bawang), Angkola
(Kabupaten Angkola Sipirok), Baleq, Batang Toru (Kabupaten Tapanuli Selatan),
Baturidjal (Kabupaten Indragiri Hulu Rengat), Bikang (Kabupaten Bangka Selatan),
Bintan Utara (Kabupaten Bintan), Dataran Banjir Ogan Komering Lebaks (Kabupaten
Ogan Komering Ilir), Geureudong (Kabupaten Aceh Utara), Gunung Dempo (Kota Pagar
Alam), Gunung Sago (Kota Payakumbuh dan Kabupaten Tanah Datar), Gunung
Singgalang (Kabupaten Agam), Gunung Talakmau (Kabupaten Pasaman),
Jambo/Seulawah (Kabupaten Aceh Utara), Lubuk Selasih (Kabupaten Solok), Malampah
Alahan Panjang (Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Limapuluh Koto), Marawang
(Kabupaten Meranti), Mareno (Kabupaten Tapanuli Selatan), Merang (Kabupaten Musi
Banyuasin), Pagai Utara (Kabupaten Kepulauan Mentawai), Pagar Alam (Kota Pagar
Alam), Pesisir Pantai Jambi (Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung
Timur), Pesisir Riau Tenggara, Pesisir Timur Pantai Sumatera Utara, Pulau Enggano
(Kabupaten Bengkulu Utara), Pulau Natuna (Kabupaten Natuna), Pulau Simeuleu
(Kabupaten Simeuleu), Pulau Sipora (Kabupaten Kepulauan Mentawai), Siak Kecil
(Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak), Siberut (Kabupaten Kepulauan Mentawai),
Sidiangkat (Kabupaten Dairi, Kabupaten Phakpak Barat), Sipurak (Kabupaten Merangin),
Soraya (Kabupaten Karo), Sungai Sembilang (Kabupaten Banyuasin), Tanjung Koyan-
Selokan (Kabupaten Banyuasin), Toboali (Kabupaten Bangka Barat), Trumon-Singkil
(Kabupaten Aceh Singkil dan Aceh Selatan), Ulu Masin (Kabupaten Aceh Besar dan
Aceh Jaya), Way Kambas (Kabupaten Lampung Timur), Bukit Kaba (Kabupaten Rejang
Rebong), Bukit PanjangBukit Siguntang (Kota Palembang), Japura (Kabupaten Indragiri
Hulu), Kemumu (Kabupaten Bengkulu Utara), Kepahiang (Kabupaten Kepahiang),
Kepulauan Lingga (Kabupaten Lingga), Pasir Ganting (Kabupaten Pesisir Selatan), Pulau
Belitung (Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur), Pulau Nias (Kabupaten
Nias, Nias Selatan, Nias Barat, Nias Utara, dan Kota Gunung Sitoli), Pulau Weh (Kota

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-7


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Sabang), Sicike-cike (Kabupaten Dairi), Sungai Batang Hari (Kabupaten Batanghari),
Tana Massa (Kabupaten Nias Selatan), dan Tuntungan (Kabupaten Deli Serdang).
5. Rehabilitasi kawasan resapan air yang terdegradasi, serta pemertahanan fungsi lahan dan
pengendalian alih fungsi lahan kawasan resapan air sebaga dilakukan pada kawasan
resapan air di daerah imbuhan air tanah pada CAT Langsa (Kota Langsa, Kabupaten
Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Timur, dan Kabupaten Langkat), CAT Kutacane
(Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Karo), CAT Sibulus Salam (Aceh Selatan,
Aceh Tenggara, dan Aceh Singkil), CAT Pekanbaru (Kabupaten Labuhan Batu Selatan,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten
Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten
Kampar, dan Kota Pekanbaru), CAT Natal-Ujunggading (Kabupaten Mandailing Natal
dan Kabupaten Pasaman Barat), CAT Jambi-Dumai (Kabupaten Rokan Hilir, Kota
Dumai, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten Siak, Kabupaten
Pelalawan, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Muaro Jambi, Kota Jambi,
Kabupaten Musi Banyuasin, dan Kabupaten Banyuasin), CAT Muara Bungo
(Kabupaten Dharmas Raya, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Bungo, Kabupaten
Tebo, Kabupaten Merangin, dan Kabupaten Batanghari), CAT Painan-Lubukpinang
(Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang,
Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten
Mukomuko), CAT Kayuaro-Padangaro (Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan,
Kabupaten Dharmas Raya, Kabupaten Kerinci, Kabupten Bungo), CAT
BangkoSarolangun (Kabupaten Sorolangun, Kabupaten Merangin, Kabupaten Kerinci,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Musi Rawas), CAT Karang
Agung (Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan
Komering Ilir, Kota Palembang, Kabupaten Muara Jambi, dan Kabupaten Batanghari),
CAT Muara Lakitan (Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, dan
Kabupaten Sorolangun), CAT Lubuklinggau-Muaraenim (Kabupaten Sorolangun,
Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten
Lahat, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kota Lubuk
Linggau, dan Kabupaten Way Kanan), CAT Gedongmeneng (Kabupaten Lampung
Barang, dan Kabupaten Kaur), CAT Baturaja (Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, dan Kabupaten Ogan Komering
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-8
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Ulu Selatan), CAT Muaraduo-Curup (Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Rejang
Lebong, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, dan Kota Pagar Alam), CAT Ranau (Kabupaten
Lampung Barat dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan), dan CAT Metro-Kotabumi
(Kabupaten Lampung Utara-Kabupaten Lampung Barat-Kabupaten Lampung Selatan-
Kabupaten Lampung Tengah-Kabupaten Way Kanan-Kabupaten Tulang Bawang-
Kabupaten Lampung TimurKabupaten Tanggamus-Kota Metro-Kota Bandar
LampungKabupaten Ogan Komering Ulu Selatan).
6. Taman nasional di Taman Nasional Gunung Leuser (Kabupaten Aceh Tenggara,
Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Timur, dan Kabupaten Langkat), Taman
Nasional Batang Gadis (Kabupaten Mandailing Natal), Taman Nasional Siberut
(Kabupaten Padang Pariaman), Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu),
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten
Indragiri Hulu, dan Kabupaten Indragiri Hilir), Taman Nasional Bukit Dua Belas
(Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Batanghari), Taman Nasional Berbak (Kabupaten
Tanjung Jabung), Taman Nasional Kerinci Seblat (Kabupaten Kerinci, Kabupaten Bungo,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Merangin, Kabupaten Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten
Solok, Kabupaten Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Utara, Kabupaten
Rejang Lebong, dan Kabupaten Musi Rawas), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
(Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Lampung Utara), Taman Nasional Way
Kambas (Kabupaten Lampung Tengah), dan Taman Nasional Sembilang (Kabupaten
Musi Banyuasin);
7. suaka margasatwa di Suaka Margasatwa Rawa Singkil (Kabupaten Aceh Singkil), Suaka
Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Langkat), Suaka Margasatwa Barumun (Kabupaten Tapanuli Selatan), Suaka
Margasatwa Siranggas (Kabupaten Dairi), Suaka Margasatwa Dolok Surungan
(Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Asahan), Suaka Margasatwa Pagai Selatan
(Kabupaten Kepulauan Mentawai), Suaka Margasatwa Kerumutan (Kabupaten
Pelalawan), Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar/Danau Pulau Bawah (Kabupaten
Siak), Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling (Kabupaten Kuantan Singingi),
Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil (Kabupaten Siak), Suaka Margasatwa Balai Raja
(Kabupaten Bengkalis), Suaka Margasatwa Tasik Besar/Tasik Metas (Kabupaten
Pelalawan), Suaka Margasatwa Tasik Serkap/Tasik Sarang Burung (Kabupaten
Pelalawan), Suaka Margasatwa Pusat Pelatihan Gajah (Kabupaten Bengkalis), Suaka
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-9
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Margasatwa Tasik Tanjung Padang (Kabupaten Kepulauan Meranti), Suaka Margasatwa
Tasik Belat (Kabupaten Siak), Suaka Margasatwa Bukit Batu (Kabupaten Bengkalis),
Suaka Margasatwa Gumai Pasemah (Kabupaten Lahat), Suaka Margasatwa Gunung Raya
(Kabupaten Ogan Komering Ulu), Suaka Margasatwa Isau-Isau Pasemah (Kabupaten
Lahat dan Kabupaten Muara Enim), Suaka Margasatwa Bentayan (Kabupaten Musi
Banyuasin), Suaka Margasatwa Dangku (Kabupaten Musi Banyuasin), dan Suaka
Margasatwa Padang Sugihan (Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komering Ilir);
8. Rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan pantai berhutan bakau untuk perlindungan
pantai dari abrasi dan pelestarian biota laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dilakukan pada kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen,
Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Langkat, Kota Medan,
Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara, Kabupaten
Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Bengkalis,
Kabupaten Meranti, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Indragiri Hilir,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Musi
Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Bangka,
Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, dan Kabupaten Tulang Bawang.
9. kawasan rawan banjir di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten
Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen, Kota Banda Aceh, Kota
Langsa, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Nagan Raya, Kota Medan, Kabupaten Deli
Serdang, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu
Selatan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, Kabupaten Mandailing Natal,
Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah,
Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru,
Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Siak, Kabupaten Kuantan
Singingi, Kabupaten Batanghari, Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kota Palembang, Kabupaten
Prabumulih, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas,
Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Lampung Tengah, dan Kabupaten Tulang Bawang.
10. ) Pemertahanan dan pelestarian sistem tata air dan ekosistem alamiah pada kawasan
ramsar dilakukan di Kawasan Ramsar Berbak (Kabupaten Tanjung Jabung) dan Kawasan
Ramsar Sembilang (Kabupaten Musi Banyuasin).

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-10


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
11. Pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan sebagai upaya untuk
mewujudkan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40%
(empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan ekosistemnya dilakukan
pada kawasan hutan di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie,
Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener
Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Nagan Raya, Kota
Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Langkat,
Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten
Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Phakpak Barat, Kabupaten Humbang
Hasundutan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Tengah,
Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu
Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas Selatan, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten
Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten Kampar, Kabupaten
Siak, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hilir,
Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten
Pasaman, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kota Sawahlunto,
Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Kerinci, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten
Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Merangin,
Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Musi Banyuasin,
Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara
Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering
Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan,
Kabupaten Mukomuko. Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah,
Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Seluma, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten
Kaur, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang
Barat, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung
Selatan, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten Tanggamus.
12. Pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan prinsip berkelanjutan
dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh
Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh
Utara, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Timur,
Kabupaten Nagan Raya, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-11
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Singkil, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo, Kabupaten
Serdang Bedagai, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Phakpak Barat,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Labuhan Batu Utara,
Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang
Lawas Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten
Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti,
Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kuantan
Singingi, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Pasaman
Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten
Tanah Datar, Kota Sawahlunto, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan,
Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Merangin, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas,
Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten
Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu
Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Seluma,
Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Kaur, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang
Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Lampung Barat, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten
Tanggamus.
13. Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian pangan beririgasi, rawa pasang surut
dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan
berkelanjutan serta pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai
kesesuaian lahan serta pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai
kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b dilakukan di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten
Aceh Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten
Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Nagan
Raya, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten
Aceh Barat, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Tenggara, Kota Medan, Kota
Binjai, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-12
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Phakpak Barat, Kabupaten Humbang
Hasundutan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Labuhan Batu Utara,
Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang
Lawas Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten
Serdang Bedagai, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat,
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten
Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten
Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri
Hulu, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten
Limapuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto,
Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan,
Kabupaten Kerinci, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Bintan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten
Batang Hari, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Muaro Jambi,
Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas,
Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten
Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Prabumulih, Kabupaten Mukomuko,
Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Selatan,
Kabupaten Seluma, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Kaur, Kabupaten Mesuji,
Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Way Kanan,
Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Lampung
Barat, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Pringsewu, dan
Kabupaten Tanggamus.
14. Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah beririgasi menjadi non
sawah dilakukan di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie,
Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh
Tengah, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Nagan Raya, Kota Langsa, Kabupaten Aceh
Tamiang, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Selatan,
Kabupaten Aceh Tenggara, Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang,
Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi,
Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Asahan,
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-13
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Kabupaten Batubara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten
Tapanuli Utara, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan,
Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas Selatan, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Nias,
Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Rokan
Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten
Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singingi,
Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Pasaman, Kabupaten
Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Limapuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar,
Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan,
Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten kepulauan Anambas, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung
Timur, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten
Muaro Jambi, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi
Rawas, Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Prabumulih, Kabupaten
Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten
Bengkulu Selatan, Kabupaten Seluma, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Kaur,
Kabupaten Mesuji, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Way Kanan, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten
Lampung Barat, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten
Pringsewu, dan Kabupaten Tanggamus.
15. Pengendalian pengembangan kegiatan budi daya di kawasan peruntukan pertanian pangan
berkelanjutan dilakukan di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie
Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh
Utara, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh
Barat Daya, Kabupaten Aceh Selatan, Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang,
Kabupaten Karo, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Langkat, Kota Pematang Siantar,
Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Labuhan Batu Utara,
Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Agam,
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-14
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten
Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten
Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka,
Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Belitung, Kabupaten
Belitung Timur, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten
Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten
Banyuasin, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Lahat,
Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering
Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten
Bengkulu Tengah, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur,
Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten
Pesawaran, dan Kabupaten Lampung Timur.
16. Pengembangan kawasan agropolitan sebagai pusat pelayanan dan pusat koleksi-distribusi
produksi pertanian dilakukan di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Barat Daya,
Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun,
Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu
Selatan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Bengkalis,
Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Agam, Kabupaten Padang
Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Solok,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Merangin,
Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Bengkulu Utara,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Seluma, Kabupaten
Kepahiang, Kabupaten Kaur, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Timur,
dan Kabupaten Lampung Selatan.
17. Pengembangan kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan kelapa sawit,
karet, kopi, dan tembakau yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa
hasil perkebunan yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g dilakukan di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh
Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Bener
Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Nagan Raya, Kota
Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Barat,
Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Deli Serdang,
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-15
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi,
Kabupaten Phakpak Barat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Asahan,
Kabupaten Batubara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten
Tapanuli Utara, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan,
Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas Selatan, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Nias,
Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Rokan
Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten
Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singingi,
Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Pasaman, Kabupaten
Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Limapuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar,
Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan,
Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten kepulauan Anambas, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung
Timur, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten
Muaro Jambi, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten
Musirawas, Kabupaten Lahat, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Prabumulih, Kabupaten
Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten
Bengkulu Selatan, Kabupaten Seluma, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Kaur,
Kabupaten Mesuji, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Way Kanan, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten
Lampung Barat, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten
Pringsewu, dan Kabupaten Tanggamus.
18. Pengembangan kegiatan perikanan budi daya dengan memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup dilakukan di Kota Sabang, Kabupaten Aceh Selatan,
Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Tenggara,
Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Serdang Begadai,
Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten
Tapanuli Tengah, Kabupaten Langkat, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten
Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Agam, Kota Padang, Kabupaten
Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hilir, Kota Dumai, Kabupaten Kampar,
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-16
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Meranti, Kabupaten Bintan,
Kota Batam, Kota Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun, Kabupaten Kepulauan
Anambas, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kota Jambi, Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Kaur, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten
Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Seluma, Kota Bengkulu,
Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan, Kabupaten Banyuasin, Kota Palembang, Kabupaten Musi Rawas,
Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Belitung Timur, Kabupaten Belitung, Kabupaten
Bangka Tengah, Kabupaten Bangka, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung
Selatan, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pesawaran,
Kabupaten Lampung Timur, dan Kota Bandar Lampung.
19. Kawasan Perkotaan PKW Sekayu dengan fungsi Pelayanan sebagai berikut:
a. Industri;
b. Perkebunan; dan
c. Pertanian.
20. Pemantapan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Timur Pulau Sumatera
yang menghubungkan Banda Aceh-Sigli-Bireuen-Lhokseumawe-Peureulak-Langsa-
Simpang Pangkalan Susu-Tanjungpura-Binjai-Medan-Lubuk PakamTebingtinggi-
Indrapura-Kisaran-Rantau Prapat-Simpang Kota Pinang-Baganbatu-Dumai-Duri-Kandis-
Pekanbaru- Simpang Lago-Sorek I-Simpang Japura-Sei Akar-Merlung-JambiTempino-
Bayunglencir-Sungai Lilin-Betung- PalembangSimpang Indralaya-Kayu Agung-
Pematang Panggang-MesujiSimpang Unit VII-Simpang Bujung Tenuk;
21. Jaringan jalur kereta api Lintas Tengah Pulau Sumatera Bagian Selatan Betung-
Palembang;
22. Jaringan jalur kereta api Lintas Tengah Pulau Sumatera Bagian Selatan Jambi-Betung;
23. Jaringan jalur kereta api Lintas Tengah Pulau Sumatera Bagian Selatan Muara Enim-
Blimbing- Sekayu-Betung;
24. Jaringan transmisi minyak dan gas bumi Grissik-Prabumulih-Pagardewa-Labuhan
Maringgai ke Pulau Jawa dengan jaringan distribusi Jambi dan Bandarlampung untuk
melayani PKN Jambi, PKW Sekayu, PKW Prabumulih, dan PKN Bandar Lampung

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-17


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
2.1.3 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016-2036

Rencana sistem perkotaan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2016-2036, terdiri dari:

1. PKN adalah Kawasan Perkotaan Palembang.


2. PKW meliputi Prabumulih, Lubuk Linggau, Muara Enim, Baturaja, Lahat, Sekayu dan
Kayu Agung.
3. PKWp meliputi Indralaya, Sungsang, Pagar Alam dan Martapura.
4. PKL meliputi Sungai Lilin, Tebing Tinggi, Muara Beliti, Muara Dua, Pangkalan Balai,
Gumawang, Tugumulyo, Talang Ubi, Peninjauan, Muara Rupit, Bayung Lencir, Tanjung
Raja, Muara Lakitan, Pengandonan.
5. sistim jaringan Kolektor 1 yaitu ruas penghubung Betung – PKW Sekayu – PKL Muara
Beliti dengan ruas-ruas yang meliputi :
a. ruas Betung – Batas Kota Sekayu
b. ruas Batas Kota Sekayu – Mangunjaya
c. ruas Jalan Lingkar Sekayu (Sekayu)
d. ruas Mangunjaya – Batas Kabupaten Musi Banyuasin
e. ruas Batas Kabupaten Musi Banyuasin – Muara Beliti
6. sistim jaringan kolektor 2:
a. ruas Sekayu – Batas Kabupaten PALI
b. ruas Batas Kabupaten Musi Banyuasin – Simpang Air Itam
c. ruas Karangdapo – Bingin Teluk – Batas Musi Banyuasin – Simpang Mangunjaya
d. ruas Simpang Nibung – Karya Makmur – Batas Musi Banyuasin – Simpang
Mangunjaya
7. pelabuhan Khusus/Terminal Khusus, untuk angkutan batubara, minyak, gas bumi dan
sumberdaya alam lainnya yang dimiliki dan dikelola oleh swasta. Pelabuhan Khusus
dikembangkan di Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi Banyuasin,
Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Kabupaten Musi Rawas Utara dan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.
8. pembangunan dan pengembangan kilang minyak diarahkan terutama di Kota Palembang
dan Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin.
9. PLTU Sumsel 1 di Kabupaten Banyuasin atau Kabupaten Musi Banyuasin.
10. PLTU Mulut Tambang Sumsel-5 di Kabupaten Musi Banyuasin.

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-18


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
11. PLTU Mulut Tambang Sumsel-7 di Kabupaten Musi Banyuasin.
12. Pengembangan dan/atau pembangunan irigasi yang mencakup irigasi teknis, irigasi
rawa/pasang surut dan irigasi non teknis untuk sistem jaringan sumber daya diarahkan
pada wilayah yang memiliki potensi pertanian pangan, diantaranya Kabupaten Musi
Banyuasin.
13. Kawasan hutan lindung, dikembangkan di Kabupaten Musi Banyuasin.
14. Kawasan Suaka Margasatwa (SM) meliputi SM Bentayan di Kabupaten Banyuasin dan
Musi Banyuasin, SM Dangku di Kabupaten Musi Banyuasin, SM Gunung Raya di
Kabupaten OKU Selatan, SM Gumai Pasemah di Kabupaten Lahat dan Empat Lawang,
SM Isau-Isau Pasemah di Kabupaten Lahat dan SM Padang Sugihan di Kabupaten
Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
15. Taman Nasional (TN) yang meliputi TN Kerinci Seblat meliputi Kabupaten Musi Rawas,
Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas dan TN Sembilang Kabupaten
Banyuasin dan Kabupaten Musi Banyuasin serta TN Bukit Barisan.
16. Kawasan hutan produksi terbatas dikembangkan di:
a. Kabupaten Empat Lawang;
b. Kabupaten Lahat;
c. Kabupaten Muara Enim;
d. Kabupaten Musi Banyuasin;
e. Kabupaten Musi Rawas;
f. Kabupaten Musi Rawas Utara;
g. Kabupaten Ogan Komering Ilir;
h. Kabupaten Ogan Komering Ulu;
i. Kabupaten OKU Selatan; dan
j. Kota Prabumulih.
17. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dikembangkan di:
a. Kabupaten Banyuasin;
b. Kabupaten Muara Enim;
c. Kabupaten Musi Banyuasin;
d. Kabupaten Musi Rawas;
e. Kabupaten Ogan Komering Ilir; dan
f. Kabupaten Musi Rawas Utara.
18. Pengembangan kawasan pertanian pangan dikembangkan di seluruh kabupaten/kota
dengan jenis komoditas unggulan diantaranya:
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-19
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
a. padi (terutama di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten
Musi Banyuasin, Kabupaten OKU Timur, Kabupaten Musi Rawas, Kota Pagar
Alam, Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Ogan Ilir);
b. jagung (terutama di Kabupaten OKU Timur);
c. kedelai (terutama di Kabupaten Banyuasin)
19. Kawasan peruntukan perkebunan kelapa sawit (terutama di Kabupaten Musi Banyuasin,
Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Muara Enim, Lahat dan Kabupaten Musi Rawas,
Kabupaten Musi Rawas Utara, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kota Palembang dan
Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir).
20. Pengembangan peternakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf d
dikembangkan di seluruh wilayah Provinsi terutama di Kabupaten Banyuasin, Kabupaten
Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara, Kabupaten
Musi Banyuasin dan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.
21. Pengembangan perikanan tangkap meliputi:
a. perikanan Tangkap Laut, terutama dikembangkan di sepanjang Pantai Timur
Sumatera (wilayah pesisir Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Banyuasin); dan
b. perikanan Tangkap Perairan Umum, diarahkan di seluruh kabupaten/kota terutama
di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, Muara Enim, Ogan
Komering Ulu, Musi Rawas dan Ogan Ilir.
22. Pengembangan kawasan pertambangan minyak dan gas bumi diarahkan di
Kabupaten/Kota:
a. Lahat;
b. Muara Enim;
c. Musi Banyuasin;
d. Banyuasin;
e. Musi Rawas;
f. Ogan Komering Ulu;
g. Ogan Komering Ilir;
h. Ogan Ilir;
i. Prabumulih; dan
j. Penukal Abab Lematang Ilir.
23. Kawasan pertambangan gas metan diarahkan di Kabupaten/Kota :
a. Ogan Komering Ulu;
b. OKU Timur;
Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-20
PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
c. Muara Enim;
d. Lahat;
e. Musi Rawas;
f. Musi Banyuasin;
g. Banyuasin; dan
h. Prabumulih.
24. Pengembangan pariwisata diarahkan di setiap kabupaten/kota, dengan prioritas
pengembangan pada:
a. Benteng Kuto Besak dan sekitarnya, Bukit Siguntang, Kota Pusaka Palembang, Pulau
Kemaro, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Pulo Kerto dan Jakabaring Sport City
(Palembang);
b. Megalith dan Air Terjun (Lahat dan Pagar Alam);
c. Danau Ranau dan sekitarnya (OKU Selatan);
d. Gunung Dempo dan sekitarnya (Pagar Alam);
e. Gua Putri dan Sekitarnya (OKU)
f. Danau Teluk Gelam dan Pulau Maspari (OKI)
g. Taman Nasional Sembilang (Banyuasin);
h. Air Terjun dan Bukit Sulap(Lubuk Linggau)
i. Air Terjun (Muara Enim)
j. Danau Ulak Lia (Musi Banyuasin)
k. Danau Raya dan sekitarnya (Musi Rawas Utara)
l. Candi Bumi Ayu (Penukal Abab Lematang Ilir)

2.2 Kebijakan Sektoral


2.2.1 Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional

Proyek Strategis Nasional adalah proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau badan usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan
dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
pembangunan daerah.

Proyek Strategis Nasional yang terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin diantaranya adalah:

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-21


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
1. Jalan Tol Kayu Agung - Palembang - Betung (112km)
2. Jalan Tol Betung (Sp. Sekayu) - Tempino - Jambi (191km) - bagian dari Trans
Sumatera

2.2.2 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.
39 K/20/MEM/2019 Tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2019 - 2028

Percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan termasuk pembangunan pembangkit


35.000 MW (tiga puluh lima ribu megawatt) dan jaringan transmisi sepanjang 46.000 kms
(empat puluh enam ribu kilometer sirkuit) dilaksanakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero) sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.

Dalam pelaksanaan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero) Tahun 2018 s.d. 2027 terdapat dinamika pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dan
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap
lingkup dan kapasitas pembangkit, pergeseran commercial operation date, dan penambahan
proyek baru.

RUPTL PT PLN (Persero) Tahun 2019 s.d. Tahun 2028 sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU memuat pokok-pokok sebagai berikut:

a. proyeksi rata-rata pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik sebesar 6,42% (enam koma
empat dua persen);

b. total rencana pembangunan pembangkit sebesar 56.395 MW (lima puluh enam ribu tiga
ratus sembilan puluh lima megawatt);

c. target bauran energi pembangkitan mulai akhir tahun 2025, dengan rincian:

1. batubara sebesar 54,5% (lima puluh empat koma enam persen);

2. energi bam dan energi terbamkan sebesar 23% (dua puluh tiga persen);

3. gas bumi sebesar 22% (dua puluh dua persen); dan

4. bahan bakar minyak sebesar 0,4% (nol koma empat persen).

d. total rencana pembangunan jaringan transmisi sepanjang 57.293 kms (lima puluh tujuh
ribu dua ratus sembilan puluh tiga kilometer sirkuit);

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-22


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
e. total rencana pembangunan gardu induk sebesar 124.341 MVA (seratus dua puluh empat
ribu tiga ratus empat puluh satu mega volt ampere);

f. total rencana pembangunan jaringan distribusi sepanjang 472.795 kms (empat ratus tujuh
puluh dua ribu tujuh ratus sembilan puluh lima kilometer sirkuit); dan

g. total rencana pembangunan gardu distribusi sebesar 33.730 MVA (tiga puluh tiga ribu
tujuh ratus tiga puluh mega volt ampere).

Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi sumber energi primer yang terdiri dari potensi
sumber tenaga air, minyak bumi, diperkirakan 1.091,9 MMSTB, gas bumi sekitar 13,58
TSCF, dan batubara diperkirakan sekitar 50.226 juta ton serta panas bumi sekitar 1.905 Mwe,
potensi CBM sekitar 18,3 TCF.

Terdapat juga potensi pembangkit listrik tenaga Gas Wellhead dengan kapasitas sekitar 275
MW, namun sampai tahun 2028 sistem belum membutuhkan. Potensi ini dapat
dikembangkan apabila telah menyelesaikan studi kelayakan dan studi penyambungan sistem
setelah diverivikasi oleh PLN, mempunyai kemampuan pendanaan, dan harga listrik sesuai
ketentuan yang berlaku.

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-23


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Gambar 2.1. Peta Pengembangan Sistem Tenaga Listrik Provinsi Sumatera Selatan

Tabel 2.1. Pembangkit Tenaga Listrik Eksisting


Total DMP Tertinggi
Jumlah Daya Mampu
Pembangkit Sistem Kapasitas 1 Tahun
Unit Netto (MW)
(MW) Terakhir (MW)
PLN
PLTU Sumbagselten 6,0 285,0 171,2 171,2
g
PLTGU Sumbagselten 4,0 160,0 149,5 149,5
g
PLTG Sumbagselten 8,0 139,9 108,1 108,1
g
PLTD Sumbagselten 46,0 32,5 19,0 19,0
g
Jumlah PLN 64,0 617,3 447,7 447,7
IPP
PLTU Sumbagselten 8,0 1.037,0 1.037,0 1.037,0
g
PLTGU Sumbagselten 6,0 279,8 279,8 279,8
g
PLTG Sumbagselten 3,0 32,0 32,0 32,0
g
PLTMG Sumbagselten 1,0 14,0 14,0 14,0
g
PLTA Sumbagselten 2,0 11,6 11,6 11,6
g
PLTS Sumbagselten 1,0 2,0 2,0 2,0
g
Jumlah IPP 21,0 1.376,4 1.376,4 1.376,4
SEWA
PLTG Sumbagselten 6,0 184,8 168,8 168,8
g
PLTMG Sumbagselten 1,0 15,0 15,0 15,0
g
Jumlah Sewa 7,0 199,8 183,8 183,8
Sumber: Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2019 Sampai Dengan
Tahun 2028

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai tahun 2028 diperlukan pembangunan pusat
pembangkit di Provinsi Sumatera Selatan dengan rekapitulasi dan rincian pada tabel berikut
ini.

Tabel 2.2. Rekapitulasi Rencana Pembangunan Pembangkit


Tahun 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 Jumlah
PLN
PLTP - - - - - - - 40 - - 40
PLTGU - 22 - - - - - - - - 22
Jumlah - 22 - - - - - 40 - - 62

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-24


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Tahun 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 Jumlah
IPP
PLTU MT - - 840 600 1.250 - - - 300 - 2.990
PLTP 55 86 55 - 55 195 369 - 55 - 870
PLTGU - - - - 300 - - - - - 300
PLTM 1 16 14 - - 130 - 20 20 10 211
PLTA - 10 - - - - 720 129 62 - 921
PLT Lain 1 - 4 123 - 83 - 5 - - 215
Jumlah 57 112 913 723 1.605 407 1.0899 154 437 10 5.506
Unallocated
Total - - - - - - - - - - -
PLTU MT - - 840 600 1.250 - - 40 300 - 2.990
PLTP 55 86 55 - 55 195 369 - 55 - 910
PLTGU - 22 - - 300 - - - - - 322
PLTM 1 16 14 - - 130 - 20 20 10 211
PLTA - 10 - - - - 720 129 62 - 921
PLT Lain 1 - 4 123 - 83 - 5 - - 215
Jumlah 57 134 913 723 1.605 407 1.0899 194 437 10 5.506
Sumber: Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2019 Sampai Dengan Tahun 2028

Tabel 2.3. Rincian Rencana Pembangunan Pembangkit


Kapasitas
No Sistem Jenis Proyek COD Status Pengembang
(MW)
1. Sumatera PLTP Lumut Balai FTP2 (FTP2) #1 55 2019 Konstruksi IPP
2. Sumatera PLTSa Sukawinatan (EBTKE) 0,5 2019 Konstruksi IPP
3. Sumatera PLTM Komering 1,4 2019 Konstruksi IPP
4. Sumatera PLTGU Borang (ST) 22 2020 Perencanaan PLN
5. Sumatera PLTM Endikat 8,01 2020 Konstruksi IPP
6. Sumatera PLTM Karyanyata 4 2020 PPA IPP
7. Sumatera PLTM Kenali 3,6 2020 Konstruksi IPP
8. Sumatera PLTP Rantau Dedap (FTP2) 86 2020 Konstruksi IPP
9. Sumatera PLTA Hidro Sumatera (kuota) tersebar* 10,0 2020 Perencanaan IPP
10. Sumatera PLTP Lumut Balai (FTP2) #2 55 2021 Konstruksi IPP
11. Sumatera PLTM Babatan 4,92 2021 PPA IPP
12. Sumatera PLTM Semendo 9 2021 PPA IPP
13. Sumatera PLTU MT Banyuasin 120 2021 Konstruksi IPP
14. Sumatera PLTU MT Banyuasin 120 2021 Konstruksi IPP
15. Sumatera PLTU MT Sumsel - 1 300 2021 Konstruksi IPP
16. Sumatera PLTU MT Sumsel - 1 300 2021 Konstruksi IPP
17. Sumatera PLTS Surya Sumatera (kuota) tersebar* 3,7 2021 Perencanaan IPP
18. Sumatera PLTSa Sumsel tersebar 25 2022 Perencanaan IPP
19. Sumatera PLTU MT Sumsel - 8 600 2022 Konstruksi IPP
20. Sumatera PLTS Surya Sumatera (kuota) tersebar* 48,0 2022 Perencanaan IPP
21. Sumatera PLT Bio PLT Bio Sumatera (kuota) tersebar* 50,0 2022 Perencanaan IPP
22. Sumatera PLTP Lumut Balai (FTP2) #3 55 2023 PPA IPP
23. Sumatera PLTU MT Sumsel - 8 600 2023 Konstruksi IPP
24. Sumatera PLTU MT Sumbagsel - 1 150 2023 Konstruksi IPP
25. Sumatera PLTU MT Sumbagsel - 1 150 2023 Konstruksi IPP
26. Sumatera PLTU MT Sumsel MT (ekspansi) 350 2023 Perencanaan IPP
27. Sumatera PLTGU Sumbagselteng Wellhead (kuota)** 300 2023 Perencanaan IPP
28. Sumatera PLTM Minihidro Sumatera (kuota) tersebar* 129,6 2024 Perencanaan IPP
29. Sumatera PLTP Panas Bumi Sumatera (kuota) tersebar* 195,0 2024 Perencanaan IPP
30. Sumatera PLT Bio PLT Bio Sumatera (kuota) tersebar* 87,6 2024 Perencanaan IPP

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-25


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Kapasitas
No Sistem Jenis Proyek COD Status Pengembang
(MW)
31. Sumatera PLTA Hidro Sumatera (kuota) tersebar* 20,0 2026 Perencanaan IPP
32. Sumatera PLTP Rantau Dedap (FTP2) 134 2025 Konstruksi IPP
33. Sumatera PLTP Panas Bumi Sumatera (kuota) tersebar* 235,0 2025 Perencanaan IPP
34. Sumatera PLTM Minihidro Sumatera (kuota) tersebar* 20,0 2026 Perencanaan IPP
35. Sumatera PLT Bio PLT Bio Sumatera (kuota) tersebar* 5,0 2026 Perencanaan IPP
36. Sumatera PLTP Danau Rantau (FTP2) 40 2026 Commited PLN
37. Sumatera PLTA Hidro Sumatera (kuota) tersebar* 129,0 2026 Perencanaan IPP
38. Sumatera PLTP Lumut Balai (FTP2) #4 55 2027 PPA IPP
39. Sumatera PLTU MT Sumsel - 6 300 2027 PPA IPP
40. Sumatera PLTA Hidro Sumatera (kuota) tersebar* 62,0 2027 Perencanaan IPP
41. Sumatera PLTM Minihidro Sumatera (kuota) tersebar* 20,0 2027 Perencanaan IPP
42. Sumatera PLTM Minihidro Sumatera (kuota) tersebar* 10,00 2028 Perencanaan IPP
Jumlah 5.573,3
*Kuota Sistem Sumatera
**Kuota dapat dikembangkan di Subsistem Sumbagselteng (Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan atau Lampung)
Sumber: Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2019 Sampai Dengan Tahun 2028

Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat potensi pembangkit yang dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan sistem yaitu sebagai berikut:

- PLTA Endikat 36,0 MW


- PLTM Belimbing 8,0 MW
- PLTM Bindu 1 10,0 MW
- PLTM Bindu 2 10,0 MW
- PLTM Bindu II 10,0 MW
- PLTM Gilas 2,2 MW
- PLTM Kambas 1,2 MW
- PLTM Lawang Agung 2,5 MW
- PLTM Lematang 2 8,6 MW
- PLTM Palak Tengah 6,0 MW
- PLTM Pulau Kidak 2,0 MW
- PLTM Pulau Panggung 6,0 MW
- PLTM Selabung 4,5 MW
- PLTM Saka 10,0 MW
- PLTM Lawang Agung 2,5 MW
- PLTM Tanjung Agung 6,0 MW
- PLTM Telanai Banding Agung 6,0 MW
- PLTM Telema 6,7 MW

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-26


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
- PLTP Lumut Balai Small Scale5,0 MW
- PLTP Margabayur #1 30,0 MW
- PLTP Margabayur #2 30,0 MW
- PLTP Tanjung Sakti 50,0 MW
- PLTP Cipta Sari 5,0 MW
- PLTBm Cipta Sari 5,0 MW
- PLTBm Ngulak 5,0 MW
- PLTBm Kayu Labu 5,0 MW
- PLTBm Kirana Rindu 5,0 MW
- PLTBm Muara Bahar 5,0 MW
- PLTBg Gelumbang 2,0 MW
- PLTBg Simpang Sender 3,0 MW
- PLTBm Indralaya 9,9 MW
- PLTSa Palembang 25,0 MW
- PLTSa Sukawinatan 0,5 MW
- PLTG/GU Wellhead (tersebar) 300,0 MW

Rencana pembangkit IPP yang belum memasuki tahap PPA dinyatakan dalam rencana
pembangkit sebagai kuota kapasitas tersebut dapat diisi oleh potensi baik yang sudah
tercantum dalam daftar potensi maupun yang belum. Apabila telah menyelesaikan studi
kelayakan dan studi penyambungan yang diverifikasi oleh PLN, mempunyai kemampuan
pendanaan untuk pembangunan, dan harga listrik sesuai ketentuan yang berlaku.

Untuk menjamin kehandalan daya pasok pembangkit, PLN merencanakan pemeliharaan yang
baik dan terjadwal untuk seluruh pembangkit eksisting, dalam tahap konstruksi serta yang
masih dalam tahap rencana.

2.2.3 Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK.866/Menhut-II/2014 tentang


Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK.866/Menhut-II/2014 tanggal 29


September 2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan, menetapkan luas

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-27


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
kawasan hutan Provinsi Sumatera Selatan seluas ± 3.466.901 (tiga juta empat ratus enam
puluh enam ribu sembilan ratus satu) hektar.

Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan dirinci menurut fungsi dengan luas sebagai
berikut:

1. Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), seluas ± 790.625
hektar.

2. Kawasan Hutan Lindung (HL) seluas ± 577.327 hektar.

3. Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), seluas ± 208.724 hektar.

4. Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP), seluas ± 1.713.531 hektar.

5. Kawasan Hutan yang dapat Dikonversi (HPK), seluas ± 176.694 hektar.

Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Sumatera Selatan yang telah terbentuk
yakni:

1. KPHL Banyuasin, seluas ± 74.807 ha.

2. KPHP Meranti, seluas ± 252.267 ha.

3. KPHP Rawas, seluas ± 121.585 ha.

4. KPHP Benakat Unit XIV Wilayah XII, seluas ± 256.594 ha.

5. KPHP Lakitan Unit VI, seluas ± 76.776 ha.

6. KPHP Lalan, seluas ± 265.953 ha.

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-28


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036

Gambar 2.2. Peta Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan

2.2.4 Keputusan Menteri Perhubungan RI No. KP 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana
Induk Perkeretaapian Nasional

Sasaran pengembangan jaringan jalur kereta api di Pulau Sumatera adalah mewujudkan
Trans Sumatera Railways dan menghubungkan jalur kereta api eksisting yang sudah ada
yaitu di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan
Lampung menjadi jaringan jalur kereta api yang saling terhubung.

Sampai dengan tahun 2030 direncanakan akan dibangun secara bertahap prasarana
perkeretaapian meliputi jalur dan fasilitas operasi kereta api, diantaranya meliputi:

a. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antarkota pada lintas utama Banda Aceh-
Sigli-Bireun-Lhokseumawe, LangsaBesitang, Binjai-Besitang, Rantauprapat-Duri-Dumai,
DuriPekanbaru, Pekanbaru-Muaro, Pekanbaru-Rengat, Rengat-Jambi, Jambi-Betung,
Betung-Simpang, Tarahan-Bakauheni, Sei Mangke-Bandar Tinggi-Kuala Tanjung,
shortcut TeginenengTarahan, Muaro Kalaban-Muaro, jalur ganda KertapatiPrabumulih,

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-29


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Pematang Siantar-Danau Toba, reaktivasi Belawan Gabion, reaktivasi Padang- Pulo Aer,
reaktivasi Naras-Sungai Limau serta reaktivasi Muaro Kalaban-Logas.
b. Pengembangan dan layanan kereta api perkotaan yaitu meliputi kota: Banda Aceh,
Medan, Pekanbaru, Padang, Palembang, Bandar Lampung dan Batam.
c. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan pusat kota dengan
bandara yaitu: Kualanamu (Medan), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin
II (Palembang) dan Hang Nadim (Batam).
d. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan wilayah sumber
daya alam atau kawasan produksi dengan pelabuhan meliputi: Lhokseumawe, Belawan,
Kuala Tanjung (Sumatera Utara), Tanjung Api-api (Sumatera Selatan), Dumai (Riau),
Teluk Bayur (Sumatera Barat), Pelabuhan Panjang (Lampung), Tarahan (Lampung),
Bakauheni (Lampung).
e. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera (interkoneksi).
f. Pengembangan sistem persinyalan, telekomunikasi dan kelistrikan serta sistem teknologi
penunjang keselamatan.
g. Pengembangan sistem penyimpanan material (termasuk pergudangan) serta peralatan
penunjang prasarana perkeretaapian (konstruksi, pengujian dan perawatan).
h. Pengembangan peralatan/fasilitas penanganan kecelakaan kereta api, penanganan
perlintasan sebidang.
i. Pengembangan stasiun kereta api termasuk fasilitas park and ride pada pusat-pusat
kegiatan strategis nasional, provinsi dan kabupaten / kota.

Spesifikasi teknis dasar untuk jaringan kereta api eksisting di koridor Sumatera secara umum
menggunakan lebar jalan rel 1067 mm. Pengembangan jalur kereta api dengan menggunakan
lebar gauge yang berbeda seperti yang telah terbangun di wilayah Aceh (1435 mm) tetap
dimungkinkan berdasarkan kajian maupun kebijakan. Rencana jaringan jalur kereta api di
Pulau Sumatera.

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-30


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Gambar 2.3. Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-31


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
2.2.5 Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025

Provinsi Sumatera Selatan dengan ibukotanya Palembang memiliki kekayaan alam (flora dan
fauna) dan budaya yang sangat besar dan beragam. Kekayaan tersebut tersebar di beberapa
kabupaten/kota di wilayah Provinsi Sumatera Selatan, dimana keberadaannya berpotensi
menjadi obyek dan daya tarik wisata. Rencana Induk Pembangunan kepariwisataan Daerah
akan menjadi pondasi dan dasar yang sangat penting bagi pengembangan dan pengelolaan
sumber daya Pariwisata budaya dan alam yang tersebar di seluruh Provinsi Sumatera Selatan
berbasis alam, budaya, dan ekonomi kreatif.

Perwilayahan Pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari DPN PALEMBANG–


BABEL dan sekitarnya meliputi:

1. KPPN Pangkal Pinang–Sungai Liat dan sekitarnya

2. KPPN Belinyu dan sekitarnya

3. KPPN Tanjung Kelayang–Belitung dan sekitarnya

4. KPPN Punai–Belitung dan sekitarnya

5. KPPN Palembang Kota dan sekitarnya (Sungai Musi)

6. KPPN Pagaralam dan sekitarnya

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-32


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Gambar 2.4. Peta Perwilayahan Destinasi Pariwisata Nasional Palembang-Bangka
Belitung

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-33


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
2.2.6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 2015 Tentang Rencana
Induk Pengembangan Industri Nasional Tahun 2015-2035

Sasaran Pembangunan Industri Nasional adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat mencapai pertumbuhan 2


(dua) digit pada tahun 2035 sehingga kontribusiindustri dalamProduk Domestik Bruto
(PDB) mencapai 30% (tiga puluh persen);

2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangi


ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal, serta
meningkatkan ekspor produk industri;

3. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah


Indonesia;

4. Meningkatnya kontribusi industri kecil terhadap pertumbuhan industri nasional;

5. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi;

6. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri; dan

7. Menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri antara yang
berbasis sumber daya alam.

Sasaran pembangunan sektor industri yang dicapai pada tahun 2015 sampai dengan tahun
2035 seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4. Sasaran Pembangunan Industri Tahun 2015-2035 (Persen)


Indikator
No. Pembangunan Satuan 2015 2020 2025 2035
Industri
1. Pertumbuhan % 6,8 8,5 9,1 10,5
sector industri
nonmigas
2. Kontribusi % 21,2 24,9 27,4 30,0
industri
nonmigas
terhadap PDB
3. Kontribusi % 67,3 69,8 73,5 78,4
ekspor produk
industri terhadap
total ekspor

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-34


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Indikator
No. Pembangunan Satuan 2015 2020 2025 2035
Industri
4. Jumlah tenaga Juta 15,5 18,5 21,7 29,2
kerja di sektor orang
industri
5. Persentase % 14,1 15,7 17,6 22,0
tenaga kerja di
sector industri
terhadap total
pekerja
6. Rasio impor % 43,1 26,9 23,0 20,0
bahan baku
sector industri
terhadap PDB
sector industri
nonmigas
7. Nilai investasi Rp 270 618 1.000 4.150
sector industri triliun
8. Persentase nilai % 27,7 29,9 33,9 40,0
tambah sector
industri yang
diciptakan di luar
Pulau Jawa
Sumber: RIPIN Tahun 2015-2035

Dalam rangka percepatan penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh


wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dalam rangka memudahkan sinergi dan
koordinasi dalam pembangunan industri di daerah, maka secara administratif wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi ke dalam 10 (sepuluh) Wilayah Pengembangan Industri
(WPI). WPI ditentukan berdasarkan keterkaitan ke belakang (backward) dan keterkaitan ke
depan (forward) sumberdaya dan fasilitas pendukungnya, serta memperhatikan jangkauan
pengaruh kegiatan pembangunan industri.

Tabel 2.5. Pembagian Wilayah Indonesia dalam 10 Wilayah Pengembangan


Industri (WPI)
Wilayah Pengembangan
No. Provinsi
Industri
1. Papua Papua
2. Papua Barat Papua Barat
3. Sulawesi Bagian Utara dan  Sulawesi Utara
Maluku  Gorontalo
 Sulawesi Tengah

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-35


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Wilayah Pengembangan
No. Provinsi
Industri
 Sulawesi Tenggara
 Maluku
 Maluku Utara
4. Sulawesi Bagian Selatan  Sulawesi Barat
 Sulawesi Selatan
5. Kalimantan Bagian Timur  Kalimantan Utara
 Kalimantan Timur
6. Kalimantan Bagian Barat  Kalimantan Barat
 Kalimantan Tengah
 Kalimantan Selatan
7. Bali dan Nusa Tenggara  Bali
 Nusa Tenggara Barat
 Nusa Tenggara Timur
8. Sumatera Bagian Utara  Nanggroe Aceh Darussalam
 Sumatera Utara
 Sumatera Barat
 Riau
 Kep. Riau
9. Sumatera Bagian Selatan  Jambi
 Bengkulu
 Bangka Belitung
 Sumatera Selatan (Banyuasin-Muara
Enim)
 Lampung
10. Jawa  Banten
 Jawa Barat
 DKI Jakarta
 DI Jogjakarta
 Jawa Tengah
 Jawa Timur
Sumber: RIPIN Tahun 2015-2035

Untuk gambar peta perwilayahan industri pada WPI Sumatera Bagian Selatan dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-36


PENINJAUAN KEMBALI (PK) RTRW
KAB. MUSI BANYUASIN 2016-2036
Gambar 2.5. Peta Perwilayahan Industri pada WPI Sumatera Bagian Selatan

Laporan Antara 2 ‫ﺍ‬-37

Anda mungkin juga menyukai