Anda di halaman 1dari 50

MATERI INTI 4

TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA


DI LAYANAN RAWAT JALAN
42 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
MATERI INTI 4
TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA DI LAYANAN RAWAT JALAN

I. DESKRIPSI SINGKAT
Balita gizi buruk usia 6 - 59 bulan, dengan nafsu makan baik dan tanpa komplikasi
dapat menjalani rawat jalan, dengan kontrol rutin ke fasilitas kesehatan untuk
memantau/ menilai kemajuan intervensi yang diberikan. Rawat jalan juga diperlukan
bagi balita gizi buruk dalam fase rehabilitasi pasca rawat inap. Tata laksana pada
rawat jalan sangat menentukan keberhasilan penanganan gizi buruk pada balita agar
tidak kambuh. Materi ini membahas tentang pelayanan rawat jalan pada balita gizi
buruk, konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi, pemantauan
dan evaluasi perawatan gizi buruk pada balita di rawat jalan.

MI 4
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tata laksana gizi buruk
pada balita di layanan rawat jalan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu:
1. Melakukan pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk
2. Melakukan konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi
3. Melakukan pemantauan dan evaluasi perawatan gizi buruk pada balita di
layanan rawat jalan

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


Modul ini menguraikan pokok bahasan dan sub pokok bahasan di bawah ini:
1. Pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk
a. Konfirmasi status gizi
b. Prosedur rawat jalan pada balita gizi buruk
2. Konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi
3. Pemantauan dan evaluasi perawatan gizi buruk pada balita di layanan rawat jalan

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
2. Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita, Kemenkes 2019
3. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I, Kemenkes 2013)
4. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II, Kemenkes 2013)
5. Tabel Standar Antropometri WHO 2005
6. Kuesioner Kunjungan Rumah
7. Formulir Pemantauan dan Evaluasi Pasien Rawat Jalan
8. RUTF dan F100
9. Food model
10. Daftar Bahan Makanan Penukar
11. Brosur Diet untuk Anak dengan Berat Badan Kurang

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 165
V. LANGKAH PEMBELAJARAN
Dalam materi ini peserta akan mempelajari 3 (tiga) pokok bahasan. Langkah
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Langkah 1:
Pengkondisian (5 menit)
Langkah Pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat serta memperkenalkan diri
(apabila belum diperkenalkan). Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta
waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang
akan disampaikan dengan menggunakan bahan tayang.
3. Fasilitator melakukan apersepsi kepada peserta sebelum pembelajaran dimulai.

Langkah 2:
MI 4

Penyampaian Pokok Bahasan 1: Pelayanan Rawat Jalan pada Balita Gizi Buruk
(80 menit)
Langkah Pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan tentang pelayanan rawat jalan pada balita
gizi buruk
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan melibatkan partisipasi aktif peserta.
3. Fasilitator melakukan ceramah tanya jawab dan role play tes nafsu makan.
4. Fasilitator melakukan evaluasi pembelajaran dengan review dan menyimpulkan
materi ini.

Langkah 3:
Penyampaian Pokok Bahasan 2: Konseling Pemberian RUTF atau F100 dan
Makanan Padat Gizi (90 menit)
Langkah Pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan tentang konseling pemberian RUTF atau
F100 dan makanan padat gizi.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan melibatkan partisipasi aktif peserta.
3. Fasilitator melakukan ceramah tanya jawab dan role play konseling pemberian
RUTF atau F100 dan Makanan Padat Gizi.
4. Fasilitator melakukan evaluasi pembelajaran dengan review dan menyimpulkan
materi ini.

Langkah 4:
Penyampaian Pokok Bahasan 3: Pemantauan dan Evaluasi Perawatan Gizi Buruk
pada Balita di Rawat Jalan (40 menit)
Langkah Pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan tentang pemantauan dan evaluasi
perawatan gizi buruk pada balita di rawat jalan.
2. Fasilitator menyampaikan materi ini dengan melibatkan partisipasi aktif peserta.
3. Fasilitator melakukan ceramah tanya jawab dan latihan pengisian formulir
pemantauan dan evaluasi pasien rawat jalan serta kuesioner kunjungan rumah.
4. Fasilitator melakukan review dan menyimpulkan materi ini.

166 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Langkah 5:
Rangkuman (10 menit)
Langkah Pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan. Fasilitator
membuat simpulan dan dilanjutkan dengan memberikan apresiasi atas partisipasi
aktif peserta.

VI. URAIAN MATERI


1. Pokok Bahasan 1: Pelayanan Rawat Jalan pada Balita Gizi Buruk
Rawat jalan merupakan bentuk layanan bagi balita gizi buruk usia 6 - 59 bulan
tanpa komplikasi dengan nafsu makan yang baik disertai kontrol rutin ke fasilitas
kesehatan primer/ Puskesmas untuk memantau/ menilai kemajuan terapi gizi yang

MI 4
diberikan, yaitu:
• Seminggu sekali selama BB/TB < -3 SD (gizi buruk)
• Seminggu atau 2 minggu sekali untuk BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD (gizi
kurang)
Pada saat Balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD) maka
pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan.

Balita gizi buruk yang dirawat di layanan rawat jalan dapat merupakan:
• Kasus baru balita gizi buruk 6 – 59 bulan, termasuk kasus relaps (kambuh).
• Rujukan dari layanan rawat inap. Balita gizi buruk yang memenuhi syarat untuk
pindah rawat dari rawat inap ke rawat jalan untuk melanjutkan perawatan gizi
hingga sembuh.
• Kasus lama: yaitu pasien yang masuk kembali setelah drop-out dan pindahan
dari layanan rawat jalan lain.

Layanan rawat jalan dapat dilakukan di Puskesmas/ Puskesmas Pembantu. Kriteria


Puskesmas/ Puskesmas Pembantu yang dapat memberikan layanan balita gizi
buruk diantaranya:
• Tenaga kesehatan sudah mendapat pelatihan pencegahan dan tata laksana
balita gizi buruk.
• Fasilitas kesehatan memiliki logistik yang dibutuhkan, termasuk:
- Alat antropometri (alat ukur panjang/ tinggi badan, alat timbang dan pita LiLA)
sesuai standar
- RUTF atau bahan F100
- Home economic set
- Obat-obat rutin (seperti antibiotika, obat cacing) sesuai protokol

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 167
Adapun langkah-langkah dalam layanan rawat jalan pada balita gizi buruk adalah
sebagai berikut:

a. Konfirmasi Status Gizi


Hal-hal yang perlu dilakukan dalam konfirmasi status gizi yaitu:
1) Menyampaikan penjelasan kepada keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan.
2) Melakukan pengukuran antropometri dan pitting edema bilateral. Pengukuran
antropometri meliputi BB, PB atau TB dan LiLA untuk memastikan status gizi
berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB, dan LiLA. Semua hasil pengukuran
dicatat di buku KIA. Selanjutnya lakukan pemeriksaan apakah ada edema
bilateral dan tentukan derajatnya (+1, +2 atau +3).

Tabel 4.1 Rujukan LiLA, BB/PB-TB dan Edema Bilateral


MI 4

Sumber: WHO 2005

Balita gizi buruk yang langsung dirawat jalan, adalah balita dengan tanda berikut:
• BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 SD, dan atau
• LiLA kurang dari 11,5 cm, dan atau,
• Edema bilateral (+1 atau +2), dan
• Nafsu makan baik, dan
• Tanpa komplikasi medis.

Balita gizi buruk usia < 6 bulan yang di rawat inap dapat dirujuk ke rawat jalan
dengan kriteria (sesuai MI.5) sebagai berikut:
• Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada komplikasi medis,
• Tidak ada edema,
• Kenaikan berat badan minimal 20 g/hari atau > 5 g/kgBB/hari selama 5 hari
berturut-turut,
• Ibu dan bayi mendapatkan akses ke pelayanan rawat jalan,
• Ibu sudah mendapat konseling menyusui dan gizi seimbang untuk ibu menyusui
(untuk bayi yang mendapat asi ekskusif),
• Ibu sudah mendapat konseling cara penyiapan dan pemberian formula serta
pemberian makan sesuai umur.

168 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
b. Prosedur layanan rawat jalan pada balita gizi buruk
Setiap balita sakit yang berobat ke tenaga kesehatan atau di unit rawat jalan
fasilitas pelayanan kesehatan primer diperiksa dengan pendekatan Manajamen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), agar balita terlayani secara menyeluruh.
Prosedur yang dilakukan yaitu (jelaskan kepada keluarga, juga tentang kondisi
balita):
1) Melakukan anamnesis riwayat kesehatan balita meliputi riwayat kelahiran,
imunisasi, menyusui dan makan (termasuk nafsu makan), penyakit dan riwayat
keluarga.
2) Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan khusus
- Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh, pernafasan, dan
nadi.
- Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir MTBS.
3) Melakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.

MI 4
4) Melakukan pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan:
- Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali balita masuk rawat
jalan, walaupun tidak ada gejala klinis infeksi:
Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama 5 hari.
- Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C.
Bila demam >39°C rujuk balita ke rawat inap. Memberikan penjelasan cara
menurunkan suhu tubuh anak di rumah kepada pengasuh.
5) Menghitung kebutuhan gizi balita
Jumlah zat gizi yang diperlukan sebagai terapi gizi untuk memenuhi kebutuhan
balita gizi buruk yaitu:
Energi: 150 - 220 kkal/kgBB/hari.
Protein: 4 - 6 g/kgBB/hari.
Cairan: 150 - 200 ml/kgBB/hari.
Pemenuhan kebutuhan gizi tersebut dapat diperoleh dari Ready to Use
Therapeutic Food (RUTF) atau F100 serta makanan padat gizi.

Pada saat penerimaan balita gizi buruk, selain dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan medis seperti yang disebutkan di atas, dilakukan juga tes nafsu
makan. Tes nafsu makan dilakukan sebelum pasien menjalani terapi gizi
dengan menggunakan RUTF atau F100 sesuai dengan rencana terapi, dan tes
dilakukan paling cepat 2 jam setelah makan. Cari tempat yang tenang ketika
akan melakukan tes nafsu makan. Jelaskan pada ibu/ pengasuh tentang tujuan
tes nafsu makan dan bagaimana tes akan dilakukan. Selanjutnya ibu/ pengasuh
didorong untuk tidak terburu-buru dalam tes nafsu makan dan terus membujuk
balita dengan lembut.

Bila balita gizi buruk mempunyai nafsu makan yang baik sesuai dengan hasil
tes nafsu makan, maka balita tersebut dapat dirawat di layanan rawat jalan, bila
tidak maka dirawat di layanan rawat inap.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 169
a) Bila menggunakan RUTF
RUTF merupakan pangan khusus siap konsumsi yang padat gizi dan setara
dengan F100 serta diperkaya dengan vitamin dan mineral. RUTF diperuntukan
bagi balita gizi buruk usia ≥ 6 bulan sesuai rekomendasi WHO.

Tes Nafsu Makan dengan RUTF


Sebelum memulai tes nafsu makan, minta pengasuh untuk mencuci tangannya,
memotong kuku tangan anak serta mencuci tangan dan wajah anak dengan air
dan sabun serta mencuci kemasan RUTF sebelum memulai tes nafsu makan.

Langkah tes nafsu makan adalah sebagai berikut:


• Pastikan kemasan RUTF bersih sebelum melakukan tes nafsu makan.
• Biarkan anak bermain dengan kemasan RUTF dan menjadi terbiasa/
nyaman dengan lingkungan sekitar.
• Sediakan air minum yang bersih dan sudah direbus bagi anak selama tes
MI 4

nafsu makan.
• Remas kemasan sebelum digunakan lalu di buka. Tekan dan makan.
• Minta pengasuh untuk duduk nyaman dengan anak di pangkuan mereka dan
berikan RUTF langsung dari kemasan atau ambil RUTF di jari dan gunakan
jari untuk memberikan RUTF kepada anak.
• Jika anak menolak, maka pengasuh sebaiknya mencoba terus untuk
membujuk anak secara perlahan dan tidak buru-buru.
• Tes biasanya berlangsung sebentar, tapi jika anak tertekan, mungkin akan
butuh waktu lebih lama. Anak seharusnya tidak dipaksa untuk makan RUTF.
• Amati (tes sebaiknya diamati oleh tenaga kesehatan) dan catat hasil tes.
• RUTF yang digunakan untuk tes nafsu makan sebaiknya dikurangi dari jatah
yang dibawa pulang.
• Tes nafsu makan dilakukan pada setiap kunjungan.

Tabel 4.2 Hasil tes nafsu makan dengan RUTF

Baik Anak dapat menghabiskan jumlah


RUTF yang ditentukan untuk lulus tes,
anak makan RUTF dengan lahap dan
terlihat ingin makan terus.

Buruk Anak mengonsumsi RUTF dengan


bujukan terus menerus dari pengasuh
atau menolak makan RUTF

*Jika tes nafsu makan dengan RUTF hasilnya buruk atau tidak ada nafsu makan, dapat dilakukan
tes nafsu makan dengan F100. Jika hasil tes nafsu makan dengan F100 juga hasilnya buruk,
maka balita harus dirujuk.

170 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Dalam menentukan nafsu makan anak baik selama tes nafsu makan (30 menit -
1 jam), anak harus menghabiskan RUTF sesuai jumlah yang ditentukan
sebagaimana tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Jumlah RUTF yang harus dikonsumsi anak ketika tes nafsu makan

Jumlah RUTF yang harus dikonsumsi selama


tes nafsu makan (bungkus)
Berat anak
Minimal Maksimal
< 4 kg 1/8 ¼
4 – 6,9 kg ¼ 1/3
7 – 9,9 kg 1/3 ½
10 – 14,9 kg ½ ¾

MI 4
Pemberian RUTF:
• Jumlah RUTF yang diberikan sesuai dengan berat badan balita dan
diberikan untuk 7 hari.
• Contoh RUTF dapat dilihat pada Lampiran 4.2, mengandung 545 kkal/100 g
atau 500 kkal/bungkus (92 g) (lihat Tabel 4.4 dan 4.5).
• Informasikan kepada orangtua atau pengasuh cara pemberian dan
penyimpanan RUTF di rumah, baik yang belum dibuka maupun yang telah
dibuka kemasannya. Balita yang hasil tes nafsu makannya buruk dirujuk ke
rawat inap.
Tabel 4.4 Kandungan RUTF
Kandungan gizi per 100 gram
Energi: 545 kkal
Protein: 13,6 g = 10% kalori protein
Lemak: 35,7g = 59% kalori lemak
Karbohidrat: 42,2 g = 31% kalori karbohidrat
Vitamin Mineral
Vitamin A: 910 mikrogram Kalsium: 320 miligram
Vitamin D: 16 mikrogram Fosfor: 394 miligram
Vitamin E: 20 miligram Potassium: 1111 miligram
Vitamin C: 53 miligram Magnesium 92 miligram
Vitamin B1: 0,6 miligram Zink: 14 miligram
Vitamin B2: 1,8 miligram Tembaga 1,78 miligram
Vitamin B6: 0,6 miligram Zat besi: 11,53 miligram
Vitamin B12: 1,8 mikrogram Yodium: 110 mikrogram
Vitamin K: 21 mikrogram Sodium: < 290 miligram
Biotin: 65 mikrogram Selenium: 30 mikrogram
Asam Folat: 210 mikrogram
Asam 3,1 milgram
Patotenat
Niasin 5,3 miligram

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 171
Tabel 4.5 Jumlah RUTF dengan kandungan 500 kkal/bungkus (92 g) yang
diberikan sesuai dengan berat badan pada balita gizi buruk
Berat badan balita (kg) Paket per Paket per Kkal per
hari minggu hari
3,5 – 3,9 1½ 11 750
4,0 – 5,4 2 14 1.000
5,5 – 6,9 2½ 18 1.250
7,0 – 8,4 3 21 1.500
8,5 – 9,4 3½ 25 1.750
9,5 – 10,4 4 28 2.000
10,5 – 11,9 4½ 32 2.250
≥ 12 5 35 2.500
Berdasarkan rata-rata kebutuhan kalori 200 kkal/kg/hari.
MI 4

Penting
 Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa RUTF hanya
digunakan untuk pengobatan balita gizi buruk (6 – 59 bulan).
 RUTF tidak boleh dibagi dengan anggota keluarga lain.
 Informasikan kepada ibu/ pengasuh kebutuhan RUTF anak per hari.
 Informasikan kepada ibu/ pengasuh untuk memastikan kemasan
RUTF bersih sebelum memberikan RUTF kepada anak.
 Informasikan kepada ibu/ pengasuh untuk mencuci tangan dan muka
anak dengan sabun sebelum anak makan RUTF.
 Jika anak masih minum ASI, selalu susui anak sebelum memberikan
RUTF.
 Bujuk anak untuk makan RUTF dalam jumlah sedikit dan sering
(sampai 8 kali perhari). Bujuk anak untuk menghabiskan jumlah
RUTF yang dibutuhkan per hari sebelum diberi makan lain.
 Gunakan RUTF dalam waktu 24 jam setelah membuka kemasan.
 Simpan RUTF di wadah yang bersih dan tertutup, hindari sinar
matahari langsung.
 Kembalikan kemasan RUTF kosong pada setiap kunjungan.
 Jika anak diare jangan hentikan pemberian makanan: teruskan
pemberian RUTF, ASI (jika masih menyusui) dan air minum bersih
yang telah direbus.

172 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
b) Bila menggunakan F100
F100 merupakan formula khusus yang terdiri dari susu, gula, minyak dan
larutan elektrolit yang digunakan untuk terapi gizi buruk.

Tes Nafsu Makan dengan F100


Apabila tidak tersedia RUTF dan terapi gizi akan menggunakan F100, maka tes
nafsu makan dilakukan dengan menggunakan F100. Adapun langkah
melakukan tes nafsu makan dengan menggunakan F100 adalah sebagai
berikut:
• Berikan penjelasan kepada ibu tentang prosedur tes nafsu makan.
• Hitung dan siapkan dosis F100 untuk keperluan sehari disesuaikan dengan
berat badan balita.
• Siapkan satu dosis F100 untuk satu kali pemberian (1/6 dari dosis harian)
yang akan digunakan saat tes nafsu makan di layanan rawat jalan.

MI 4
• Berikan dosis F100 pertama pada balita secara perlahan, balita dapat
meminum sendiri F100 nya atau minta ibu/ pengasuh memberikan F100
kepada balita.
• Bila balita menolak, minta ibu/pengasuh untuk membujuk balita secara
perlahan dan tidak terburu-buru. Hindari memaksa balita untuk minum F100.
Buat balita merasa nyaman dan tidak tertekan.
• Amati proses dan catat hasilnya.
• Sisa dosis (5 bungkus) F100 diberikan kepada ibu/ pengasuh untuk
diberikan di rumah. Ajarkan ibu/ pengasuh cara pemberian sisa dosis F100
di rumah. Minta ibu/ pengasuh untuk selalu memberikan F100 sebelum
memberikan makanan lain, termasuk makanan selingan (snack).
• Minta ibu/ pengasuh mencatat jumlah F100 yang tersisa/tidak dihabiskan.
• Minta ibu/ pengasuh untuk kembali membawa balita ke layanan rawat jalan
esok harinya dengan membawa kemasan kosong F100 dan catatan sisa
F100.
• Tanya ibu/ pengasuh jumlah F100 yang dihabiskan oleh balita selama di
rumah dalam sehari tersebut.
• Nafsu makan balita dikatakan baik jika balita dapat menghabiskan 80% dari
target F100 dalam sehari sesuai berat badan.

Pemberian F100:
• F100 dalam bentuk kering (susu, gula, minyak) diberikan untuk keperluan 2
hari, karena formula pada suhu ruang hanya dapat bertahan 2 x 24 jam.
Mineral mix diberikan terpisah.
• Pada tahap awal, balita dengan BB < 7 kg hanya diberi F100. Bila BB ≥ 7 kg,
maka dapat diberikan 2/3 dari total kebutuhan kalori berupa F100, sisanya
diberikan berupa makanan yang mengandung tinggi protein hewani dan
tinggi energi/minyak.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 173
Penting
 Informasikan ibu/ pengasuh untuk selalu mencuci tangan sebelum mencampur
dan memberikan F100 ke balita. Cuci juga tangan dan muka balita. Selalu
gunakan air minum yang aman untuk mencampur bahan F100. Gunakan alat
minum/ makan yang bersih.
 Informasikan kepada orangtua/ pengasuh cara mencampur bahan F100 di
rumah, cara penyimpanan dan cara pemberian kepada balita.
 Simpan bahan F100 ditempat yang sulit dijangkau balita, tidak terkena matahari
langsung, dan aman dari hewan. Bila memungkinkan simpan bahan dalam
wadah bersih dan tertutup.
 Minta orangtua/ pengasuh dan balita datang ke faskes setiap 2 hari (sebelum
jatah F100 habis). Jika orangtua/ pengasuh tidak datang, tenaga kesehatan
mengunjungi rumah balita untuk memberikan F100 berikutnya, sekaligus
MI 4

melakukan pemantauan konsumsi F100.


 Catat hasil pemantauan di Buku KIA. Periksa kemasan kosong F100 pada setiap
kunjungan.
 Balita gizi buruk yang tidak bisa menghabiskan 80% dari dosis F100 untuk anak
dengan BB < 7 kg dan 100% dari dosis F100 untuk anak dengan BB ≥ 7 kg untuk
sehari, harus dirujuk.

Tabel 4.6 Formula F100 dan Nilai Gizinya (per 1000 ml)

F100 dengan F100 dengan


F100 dengan
Bahan makanan Satuan susu skim susu full
susu UHT*
bubuk cream
Susu skim bubuk g 85 - -
Susu full cream bubuk g - 110 -
Susu cair UHT plain ml - - 900
Gula pasir g 50 50 40
Minyak sayur ml 60 30 30
Larutan elektrolit ml 20 20 20
Air ditambahkan ml 1000 1000 1000
hingga menjadi
Nilai Gizi
Energi kkal 1000 998.8
Protein g 29 29.2
Laktosa g 42
Kalium mmol 59
Natrium mmol 19
Magnesium mmol 7.3
Seng mg 23
Tembaga (Cu) mg 2.5
% energi protein - 12
% energi lemak - 53
Osmolaritas mOsm/l 419
*Susu cair UHT plain (full cream) dengan kandungan protein 7 - 8 gram/250 ml

174 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
• Jika tenaga kesehatan menggunakan F100 yang dibuat sendiri, maka
suplementasi zat gizi mikro harus diberikan sebagai berikut:
Vitamin A
- Bila tidak ditemukan tanda defisiensi vitamin A atau tidak ada riwayat
campak dalam 3 bulan terakhir, maka vitamin A dosis tinggi diberikan
di hari ke-1 sesuai umur.
- Bila ditemukan tanda defisiensi vitamin A, seperti rabun senja atau ada
riwayat campak dalam 3 bulan terakhir, maka vitamin A diberikan
dalam dosis tinggi sesuai umur, pada hari ke-1, hari ke-2 dan hari ke-
15.
- Jika tidak tersedia kapsul Vitamin A dosis tinggi dapat diberikan
Vitamin A dosis 5000 SI per hari selama proses pemulihan.

Suplemen zat gizi mikro diberikan setiap hari paling sedikit selama 2

MI 4
minggu:
- Asam folat (5 mg pada hari pertama, dan selanjutnya 1 mg/hari).
- Multivitamin (vitamin C dan vitamin B kompleks).
- Zat besi (3 mg/kgBB/hari) setelah berat badan mengalami kenaikan
(Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Suplementasi zat besi menurut berat badan


Suplementasi zat Berat Badan Dosis Catatan
besi
Tablet besi/ folat: 10 - <15 kg ½ tab • Satu kali sehari sampai
Ferro sulfat 200 mg + 15 - <20 kg ½ tab kadar Hb normal selama 2
250 μg asam folat = 20 - 29 kg 1 tab bulan berturut-turut.
60 mg besi elemental • Lakukan pemeriksaan
kadar Hb jika balita diduga
Sirup besi:
menderita anemia (telapak
Ferro fumarat, 100 3 - < 6 kg 1,25
tangan pucat)
mg per 5 ml = 20 ml
• Bila balita menderita
mg/ml besi elemental 6 - <10 kg 2,5 ml
anemia dan mendapatkan
10 - <15 kg 2 ml
15 - <20 kg 2,5 ml terapi, maka harus diulang
20-29 kg 4 ml pemeriksaan Hb satu bulan
kemudian.
• Bila Hb tidak naik, pikirkan
penyebab lain.

6) Melakukan konseling kepada pengasuh tentang cara pemberian RUTF atau F100
dan makanan padat gizi.
7) Mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan formulir rawat jalan (lihat
Lampiran 4.5, 4.6 dan 4.9).

Prosedur yang dilakukan saat kunjungan ulang (seminggu sekali)


1) Pada setiap kunjungan dilakukan penilaian kemajuan yaitu kenaikan berat badan
cukup, edema berkurang atau hilang dan kondisi klinis lainnya membaik. Untuk
mengukur kemajuan, digunakan target kenaikan berat badan 50 g/kgBB/minggu
atau minimal 5 g/kgBB/hari. Lakukan penilaian apakah kondisi balita membaik
atau memburuk.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 175
2) Hitung ulang kebutuhan RUTF atau F100 sesuai dengan berat badan terakhir.
Balita gizi buruk dengan edema mengalami penurunan BB saat edema berkurang,
maka untuk perhitungan kebutuhan RUTF atau F100 menggunakan BB awal.

Contoh cara menghitung kenaikan rata-rata berat badan per hari

Perhitungan kenaikan rata-rata berat badan per hari


(untuk periode 3 hari)
• Berat badan saat ini = 6300 g
• Berat badan awal (3 hari lalu) = 6000 g
Langkah 1. Hitung kenaikan BB dalam gram = 6300 – 6000 = 300 g
Langkah 2. Hitung kenaikan rata-rata BB per hari = 300 g ÷ 3 hari = 100 g/hari
Langkah 3. Hitung BB rata-rata dalam periode 3 hari dalam kg =
(6000 + 6300) ÷ 2 = 6150 g  6,15 kg
Langkah 4. Bagi kenaikan rata-rata BB per hari dengan BB rata-rata dalam kg =
MI 4

100 g/hari ÷ 6,15 kg = 16,3 g/kg per hari.


Perhitungan kenaikan rata-rata berat badan per hari
(untuk periode 7 hari /1 minggu)
• Berat badan saat ini = 9,0 kg = 9000 g
• Berat badan awal (7 hari lalu) = 8,5 kg = 8500 g

Langkah 1. Hitung kenaikan BB dalam gram = 9000 – 8500 = 500 g


Langkah 2. Hitung kenaikan rata-rata BB per hari = 500 g ÷ 7 hari =71,4 g/hari
Langkah 3. Hitung BB rata-rata dalam periode 7 hari dalam kg =
(9000 + 8500) ÷ 2 = 8750 g  8,75 kg
Langkah 4. Bagi kenaikan rata-rata BB per hari dengan BB rata-rata dalam kg =
71,4 g/hari ÷ 8,75 kg = 8,2 g/kg per hari.

Contoh cara menghitung kenaikan rata-rata berat badan per minggu


• Berat badan saat ini = 9,0 kg = 9000 g
• Berat badan awal (7 hari lalu) = 8,5 kg = 8500 g

Langkah 1. Hitung kenaikan BB dalam gram = 9000 – 8500 = 500 g


Langkah 2. Hitung BB rata-rata dalam periode 7 hari (1 minggu) dalam kg =
(9000 + 8500) ÷ 2 = 8750 g  8,75 kg
Langkah 3. Bagi kenaikan rata-rata BB per hari dengan BB rata-rata dalam kg =
500 g/minggu ÷ 8,75 kg = 57,1 g/kg per minggu.

Penilaian
• Kurang yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari 5 g/kgBB/hari, balita
membutuhkan penilaian ulang lengkap;
• Cukup yaitu bila kenaikan berat badan 5-10 g/kgBB/hari), perlu diperiksa apakah
target asupan terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi;
• Baik yaitu bila kenaikan berat badan lebih dari 10 g/kgBB/hari.
ATAU
• Kurang yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari 50 g/kgBB/per minggu, maka
balita membutuhkan penilaian ulang lengkap;
• Baik yaitu bila kenaikan berat badan ≥ 50 g/kgBB/per minggu

176 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Bila balita sudah mencapai status gizi kurang, maka kunjungan ulang dapat
dilakukan seminggu atau 2 minggu sekali dengan prosedur yang sama dengan di
atas.

Prosedur yang dilakukan sebulan sekali pada balita yang menjalani rawat jalan:
1) Lakukan seperti pada kunjungan mingguan. Lakukan penilaian dan bila kemajuan
balita lambat, maka dicari penyebabnya.
2) Ukur juga PB (atau TB) dan lingkar kepala untuk melihat perkembangannya dan
isikan pada grafik yang ada di Buku KIA.
3) Lakukan penilaian terhadap hasil layanan rawat jalan dan catat riwayat
kesehatannya, termasuk hasil pemeriksaan fisik; kemudian tentukan:
a) Balita siap untuk keluar dari layanan rawat jalan;
b) Balita perlu dirujuk ke faskes lain untuk pemeriksaan/ perawatan lanjutan;
c) Balita dengan edema +3 atau dengan komplikasi harus dipindahkan ke rawat

MI 4
inap.
4) Berikan obat-obatan rutin dan layanan kesehatan lainnya (misalnya imunisasi).
a) Obat cacing (diberikan pada kunjungan/minggu kedua, bila balita tidak
menerima obat cacing dalam 6 bulan terakhir). Lihat Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Jenis obat dan dosis antihelmintik


Obat Usia Dosis Resep
Pengobatan infestasi parasite (jika hasil pemeriksaan tinja positif)
Pirantel Pamoat 4-9 bulan (BB 6 - <8 kg) ½ tab
125 mg 9-12 bulan (BB 8 - <10 kg) ¾ tab Dosis tunggal di
1-3 tahun (BB 10 - <14 kg) 1 tab hari ke-7
3-5 tahun (BB 14 - <19 kg) 1 ½ tab
Albendazole 200 mg 12-23 bulan 200 mg Dosis tunggal di
hari ke-7
≥ 24 bulan 400 mg Dosis tunggal di
hari ke-7
Mebendazole 100 mg > 12 bulan (BB ≥10kg) 10 mg, 2 kali Selama 3 hari;
sehari mulai hari ke-7
Preventif untuk daerah endemis dan balita belum/tidak pernah diberi antihelmintik 6 bulan terakhir.
Mebendazole (100 mg/ > 12 bulan (BB ≥10kg) 100 mg, 2 Selama 3 hari;
tab atau 100 mg/5mL) kali sehari dimulai di hari ke-7
500 mg Dosis tunggal di
(5 tab) hari ke-7

b) Pemberian zat gizi mikro: balita gizi buruk yang mendapatkan RUTF tidak perlu
diberikan lagi tambahan suplementasi zat gizi mikro (seperti vitamin A, asam
folat, zat besi, seng dan tembaga) karena telah terkandung dalam RUTF.
Pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan pada hari ke-1, ke-2 dan ke-15,
hanya bila ditemukan tanda-tanda defisiensi vitamin A atau ada riwayat campak
dalam tiga bulan terakhir dengan dosis:
• bayi kurang dari 6 bulan: 50.000 SI;
• bayi 6 - 12 bulan: 100.000 SI; dan
• balita > 12 bulan: 200.000 SI.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 177
5) Catat jumlah RUTF atau F100 yang diberikan saat kunjungan dan jumlah sisa jika
balita belum habis jatah RUTF atau F100 dari kunjungan sebelumnya.
6) Keluarga mendapat konseling pemberian makanan balita sesuai umur/kebutuhan
kalori dan pentingnya melakukan stimulasi tumbuh kembang. Lakukan penilaian
(Lampiran 4.7 dan 4.8).

Keluar Rawat Jalan


Tidak ada durasi minimum bagi balita gizi buruk untuk menjalani rawat jalan, karena
setiap anak mempunyai kondisi dan waktu pemulihan yang berbeda. Balita dinyatakan
pulih bila indikator antropometri untuk status gizi baik, tidak ada edema dan anak
secara klinis membaik selama 2 minggu berturut-turut (2 kali kunjungan). Indikator
antropometri dan/atau edema yang digunakan pada kunjungan pertama harus sama
dengan pada saat keluar rawat jalan. Tabel 4.9 berikut menjelaskan kriteria untuk
keluar dari layanan rawat jalan.
MI 4

Tabel 4.9 Kategori keluar layanan rawat jalan


No Kategori Penjelasan dari hasil
1 Sembuh Telah mencapai kriteria untuk keluar
2 Drop out Absen pada 2 kunjungan berturut-
turut (2 minggu)
3 Tidak sembuh Tidak mencapai kriteria sembuh
setelah 4 bulan perawatan
4 Meninggal Meninggal dalam menjalani rawat
jalan
5 Pindah dari layanan Pindah ke rawat inap
rawat jalan ke rawat
inap
6 Pindah ke faskes lain Pindah ke faskes lain

Balita gizi buruk dinyatakan sembuh selama 2 minggu berturut-turut mempunyai


kondisi seperti di bawah ini:
- LiLA ≥ 12,5cm (hijau), dan/atau
- Z-Score BB/PB (atau BB/TB) ≥ -2 SD,
- Tidak ada edema,
- Klinis baik.

Catatan: balita gizi buruk dinyatakan sembuh rawat jalan harus menggunakan indikator
antropometri yang sama saat balita didiagnosis gizi buruk, kecuali bila balita masuk
dengan pitting edema bilateral, maka balita dinyatakan sembuh dengan menggunakan
indikator BB/PB atau BB/TB dan LiLA.

Tindakan berikut ini dilakukan sebelum balita keluar dari rawat jalan
1) Informasikan kepada ibu/ pengasuh tentang hasil layanan rawat jalan.
2) Berikan konseling ASI, MPASI (6 sampai < 24 bulan) dan makanan keluarga untuk
balita ≥ 24 bulan, cara penyiapan dan pengolahan makanan.
3) Bila balita mendapatkan RUTF, maka berikan 7 bungkus RUTF sebagai jatah
terakhir. Semua balita yang keluar dari layanan rawat jalan menerima 7 bungkus
RUTF, tanpa tergantung berat badannya. Balita harus mengonsumsi 1

178 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
bungkus/hari selama satu minggu ke depan, selain makanan padat gizi, ASI, serta
snack lainnya. Tujuan pemberian dosis terakhir setelah balita sembuh ini adalah
untuk memastikan berat badan balita tidak jatuh lagi ke gizi buruk dan sebagai
proses penghentian RUTF. Bila balita mendapatkan F100, maka diberikan jatah
F100 untuk 2 hari sesuai berat badan terakhir. Beri tahu pengasuh untuk kembali
ke layanan rawat jalan bila kondisi balita kembali memburuk.
4) Pastikan pengasuh memahami cara meneruskan pemberian RUTF atau F100
untuk balita.
5) Minta ibu untuk menganjurkan orangtua, teman-teman dan keluarga balita yang
menderita gizi buruk atau edema, mengenai adanya pelayanan balita gizi buruk.
6) Lengkapi kartu Penerimaan Layanan Rawat Jalan dan anjurkan untuk melengkapi
imunisasi.

Evaluasi Pembelajaran:

MI 4
Peserta melaksanakan penugasan berupa bermain peran (role play) tes nafsu makan.
Panduan role play dapat dilihat pada Lampiran 4.1.

2. Pokok Bahasan 2: Konseling Pemberian RUTF atau F100 dan Makanan Padat Gizi
Setiap ibu/ pengasuh harus mendapatkan konseling pemberian RUTF atau F100 dan
makanan padat gizi agar dapat meneruskan pemberiannya kepada balita di rumah
dengan cara yang tepat. Konseling adalah upaya membantu orang lain untuk dapat
mengenali dirinya, memahami masalahnya, menetapkan alternatif pemecahan
masalahnya dan mengambil keputusan untuk mengatasi masalahnya sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan dirinya yang disadari dan bukan karena terpaksa atau terbujuk.

Konseling gizi merupakan rangkaian kegiatan pelayanan gizi di fasilitas pelayanan


kesehatan (Puskesmas dan rujukannya). Konseling gizi dapat diberikan kepada orang
tua/ pengasuh selama anak dalam perawatan, dan pada saat anak akan pulang.
Konseling gizi bertujuan untuk mengubah kebiasaan makan anak dan mempercepat
proses penyembuhan/ peningkatan status gizi anak. Dalam melaksanakan konseling gizi
diperlukan kemampuan dan keterampilan petugas dalam menggali dan menyampaikan
informasi yang tepat sehingga pesan tersebut mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh
ibu/ pengasuh. Konseling gizi dilakukan oleh tenaga yang kompeten (nutrisionis/
dietisien).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan konseling diantaranya:


1) Gunakan komunikasi non verbal:
• kepala anda sejajar dengan kepala ibu atau pengasuh
• berikan perhatian atau kontak mata
• singkirkan penghalang
• sediakan waktu
• sentuhan yang wajar
2) Ajukan pertanyaan terbuka.
3) Gunakan respon dan isyarat yang menunjukkan ketertarikan terhadap hal-hal yang
disampaikan.
4) Mendengarkan keluhan ibu/ pengasuh.
5) Ulangi kembali apa yang dikatakan ibu/ pengasuh.
6) Hindari penggunaan kata-kata yang menghakimi.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 179
Ada 6 langkah dalam melakukan konseling, yang biasa disingkat sebagai ”SATU TUJU”
yaitu:
1) SALAM (S)
• Berdiri, sambut klien dengan hangat, ramah dan sopan, tawarkan bantuan anda.
• Persilahkan duduk dalam posisi sejajar/ berdampingan/ berhadapan dengan
konselor.
• Singkirkan segala sesuatu yang menghambat konseling misalnya vas bunga
tinggi, meja.
• Gunakan bahasa tubuh yang sesuai norma setempat.
• Perkenalkan diri anda dan tugas anda.
• Tumbuhkan keberanian untuk menceritakan permasalahannya.
• Beritahu anda menjaga kerahasiaan pembicaraan.

2) TANYAKAN (T)
MI 4

• Selama pembicaraan, usahakan terjadi kontak pandangan/ mata.


• Dengarkan dengan penuh perhatian sambil membuat catatan penting.
• Yakinkan klien semua keterangan yang diberikan sangat membantu menemukan
akar masalah.
• Tanyakan peluang yang dimiliki dan hambatan yang dihadapi.
• Mintalah klarifikasi bila belum jelas tanpa menyalahkan atau mendikte.

3) URAIKAN (U)
• Sampaikan informasi gizi yang berkaitan dengan masalah klien.
• Upayakan klien untuk memahami permasalahan yang dihadapinya.
• Gunakan media atau alat peraga untuk mempermudah pemahaman klien.

4) BANTU (TU)
• Bantu klien untuk menyesuaikan permasalahan yang dihadapi dengan
kemungkinan pilihan untuk memperbaiki keadaannya.
• Bantu klien untuk memahami berbagai cara pemecahan masalah yang dapat
dilakukan.
• Bantu klien untuk memahami kemudahan maupun kemungkinan kesulitan dari
berbagai cara permasalahan yang sudah dibicarakan.
• Bantu klien untuk memutuskan pilihan cara pemecahan masalah yang akan
dilaksanakan.

5) JELASKAN (J)
• Jelaskan kepada klien segala informasi baik sumber daya yang tersedia untuk
memudahkan pemecahan masalah.
• Diskusikan cara mengatasi kesulitan/ hambatan yang akan dihadapi.
• Gunakan media KIE dan alat peraga saat memberikan penjelasan.

6) ULANGI (U)
• Ulangi secara ringkas dan lambat segala informasi yang telah anda sampaikan,
keputusan yang telah diambil.
• Buat janji untuk pertemuan berikutnya dan ucapkan terima kasih dan penghargaan
kepada klien untuk pertemuan tersebut.

180 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Agar konseling gizi dapat diterapkan di tempat kerja masing-masing maka perlu
melakukan praktik konseling melalui permainan peran oleh peserta dengan mengacu
pada kerangka acuan konseling gizi.

Materi yang disampaikan pada konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan
padat gizi, yaitu:
1) Sampaikan tujuan pemberian RUTF atau F100 dan makanan pada gizi (untuk
kunjungan pertama).
RUTF atau F100 dan makanan padat gizi diberikan sebagai obat atau terapi
pemulihan gizi bagi anak gizi buruk untuk memperbaiki status gizi dan mencapai
berat badan optimal, sehingga tidak boleh dibagi dengan anggota keluarga lain.
Pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi harus diberikan sesuai dosis
yang tepat sesuai dengan kebutuhan gizi anak.
2) Sebelum menyiapkan RUTF atau F100 dan makanan padat gizi pastikan ibu/
pengasuh mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan peralatan makan (gelas,

MI 4
sendok) yang kering dan bersih.
Jika diberikan RUTF, pastikan kemasan RUTF bersih sebelum diberikan kepada
balita.
Sebelum mengkonsumsi RUTF atau F100 dan makanan padat gizi, cuci tangan dan
wajah balita dengan sabun.
3) Sampaikan dan tunjukkan cara membuat F100 dan minta ibu untuk
mempraktikkannya.
Cara membuat F100:
- Campurkan gula dan minyak sayur, aduk rata dan tambahkan susu skim sedikit
demi sedikit, aduk sampai rata.
- Tambahkan larutan mineral mix, aduk sampai rata dan encerkan dengan air
matang suhu 700C sedikit demi sedikit, aduk sampai homogen hingga volume
yang sesuai kebutuhan.
4) Sampaikan petunjuk pemberian F100 (lampiran 4.4) per 4 jam dan batas volume
pemberian F100 dalam sehari. Jika balita mendapatkan RUTF sampaikan petunjuk
pemberian RUTF sesuai tabel 6. Jika anak mendapatkan ASI, ASI dapat diberikan
diantara waktu pemberian RUTF atau F100.
Cara mengonsumsi RUTF:
- Remas kemasan sebelum digunakan. Buka kemasan, tekan atau pencet, dan
makan.
- Berikan RUTF langsung dari kemasan, jangan campur dengan makanan apapun
atau air (jangan diencerkan).
- Gunakan dalam waktu 24 jam setelah kemasan dibuka. Bila anak tidak
menghabiskan dalam sekali makan, gulung kemasan sehingga tertutup rapat.
5) Sampaikan petunjuk penyimpanan RUTF atau F100.
F100 dan RUTF (baik yang belum dan sudah dibuka) disimpan dalam wadah tertutup
yang bersih, kering, dan tidak lembab serta hindari sinar matahari langsung.
6) Sampaikan anjuran untuk membujuk anak mengonsumsi RUTF atau F100 dalam
jumlah sedikit dan sering sehingga porsi untuk satu hari habis.
7) Sampaikan bahwa ibu/ pengasuh harus melakukan kunjungan ke faskes secara rutin
untuk memantau perkembangan status gizi anak (evaluasi kenaikan BB dan
bagaimana tindak lanjutnya dengan alat bantu grafik pertumbuhan anak) dan
mengevaluasi terapi gizi yang dilakukan di rumah dengan membawa bungkus atau
kemasan RUTF atau F100 kosong pada setiap kunjungan.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 181
8) Sampaikan jika anak kehilangan nafsu makan atau menderita penyakit lain, segera
bawa anak ke fasilitas kesehatan.
9) Sampaikan bahwa jika anak diare, jangan hentikan pemberian RUTF atau F100, ASI
(jika masih menyusu), dan air minum bersih yang telah direbus.
10) Sampaikan bahwa anak gizi buruk harus selalu dalam keadaan hangat (pastikan
anak memakai pakaian yang tebal/ baju hangat).
11) Sampaikan bahwa pada kunjungan berikutnya, setelah anak membaik dan nafsu
makan meningkat, ibu/ pengasuh dapat memberikan makanan padat gizi yang
tersedia secara lokal sebagai tambahan (setelah pemberian ASI, RUTF atau F100).
12) Sampaikan cara pemberian makanan padat gizi.
- Bila balita mendapatkan RUTF maka makanan padat gizi bisa diberikan saat
balita masih merasa lapar setelah dosis RUTF untuk 1 hari telah dihabiskan.
- Bila balita mendapatkan F100, maka makanan padat gizi dapat diberikan pada
saat BB balita > 7 kg. Makanan padat gizi diberikan 1/3 dari total kebutuhan
MI 4

sehari dan 2/3 nya diberikan dari F100.


- Syarat makanan padat gizi: konsentrasi energi dan protein tinggi, dianjurkan
diberikan dalam bentuk makanan bersantan/ dimasak menggunakan minyak/
margarin dan lauknya berasal dari hewani
- Contoh anak dengan BB 7 kg, kebutuhan energi sehari 1400 kalori. Energi yang
berasal dari F100 adalah 2/3 dari 1400 kalori (kurang lebih 900 kalori) dipenuhi
dari F100 yang dikonsumsi sebanyak 6 x 150 ml. Sisanya 500 kalori berasl dari
makanan padat gizi, atau 2 kali ½ porsi (lihat lampiran 4.11)

Evaluasi Pembelajaran:
Peserta melaksanakan penugasan berupa bermain peran (role play) konseling gizi.
Panduan role play konseling gizi dapat dilihat pada Lampiran 4.1.

3. Pokok Bahasan 3: Pemantauan dan Evaluasi Perawatan Gizi Buruk pada Balita di
Layanan Rawat Jalan
Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian penting dalam pelayanan balita gizi buruk
rawat jalan. Dengan adanya informasi yang akurat, maka masalah spesifik yang timbul
akan lebih mudah diatasi secara efektif. Pemantauan efektivitas penanganan kasus
(menjadi normal atau gagal) dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki
pelaksanaan dan perencanaan pelayanan rawat jalan.

Pemantauan dan penilaian kemajuan terapi dilakukan:


• Seminggu sekali selama BB/TB < -3 SD (gizi buruk).
• Seminggu atau 2 minggu sekali untuk BB/TB -3 SD sampai dengan
< -2 SD (gizi kurang).

Pada saat Balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD) maka pemantauan
pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan.

Pemantauan dan evaluasi balita gizi buruk yang mendapatkan layanan rawat jalan
dilakukan:
• Melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan/ kader.
• Pada saat kunjungan ibu/ pengasuh ke fasilitas pelayanan kesehatan.

182 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Hal-hal yang dievaluasi diantaranya:
1) Perkembangan kenaikan BB dan LiLA anak.
2) Jika ada edema perhatikan perkembangan pemulihan edema.
3) Perubahan nafsu makan.
4) Kepatuhan dalam menjalani terapi diet:
- Jika menggunakan RUTF atau F100, pantau berapa banyak jumlah yang telah
dikonsumsi anak melalui bungkus kosong yang diperlihatkan ibu maupun melalui
wawancara kepada ibu.
- Jika mendapatkan makanan padat gizi, pantau jenis makanan yang diberikan
kepada anak. Berikan konseling kepada ibu cara menyiapkan makanan padat gizi
yang tepat.
*Diskusikan perkembangan anak bersama tim asuhan gizi lainnya.
5) Kepatuhan untuk pengobatan lain yang diberikan.

MI 4
Penilaian hasil layanan rawat jalan
Pada saat pemantauan dan penilaian kemajuan perlu diperhatikan hal-hal berikut ini dan
tindak lanjutnya. Tabel 4.10 menunjukkan kondisi penting yang perlu diperhatikan saat
pemantauan serta tindak lanjutnya, sedangkan Tabel 4.11 menunjukkan kemungkinan
penyebab kemajuan yang lambat pada layanan rawat jalan balita gizi buruk.

Tabel 4.10 Kondisi-kondisi penting yang perlu diperhatikan saat pemantauan

Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan


Berat badan Berat badan turun tetapi nafsu Berat badan turun dan nafsu makan
makan baik buruk/ tidak ada nafsu makan
Berat badan tetap atau naik tapi Berat badan tetap atau naik tapi
tidak sesuai yang diharapkan tidak sesuai yang diharapkan
(kurang dari 50g/kgBB per minggu (kurang dari 50g/kgBB per minggu)
selama 2 minggu berturut-turut) dan setelah 3 minggu mendapatkan
nafsu makan baik terapi gizi dan telah dilakukan
kunjungan rumah
Edema bilateral Edema bilateral tidak berkurang • Timbulnya edema bilateral baru
pada kunjungan minggu ke-2 • Peningkatan derajat edema.
bilateral menjadi derajat +3.
• Tidak ada perbaikan pada edema
bilateral pada kunjungan minggu
ke-2.
Nafsu makan Makan <75% RUTF dalam Tidak ada nafsu makan atau tidak
seminggu bisa makan.
Minum <80% F100 dalam seminggu

Tidak ada Jika setelah 3 bulan mendapat


respons (tidak terapi gizi di layanan rawat jalan
sembuh) namun tidak mencapai kriteria
sembuh, maka rujuk untuk
pemeriksaan lengkap.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 183
Tabel 4.11 Kemungkinan penyebab kemajuan yang lambat pada rawat jalan balita gizi buruk

Penyebab terkait dengan balita dan Tindak Lanjut


lingkungan rumah
Balita melewatkan satu kunjungan atau drop out Lakukan kunjungan rumah untuk
(absen pada dua kunjungan berturut-turut). mengindentifikasi penyebab ibu/pengasuh
tidak membawa balita untuk kunjungan
Ada penolakan dari keluarga untuk membawa ulang dan bersama-sama mencari solusi.
anak ke layanan rawat inap, atau balita keluar
dari layanan rawat inap.
Ada kesulitan makan (misalnya karena kelainan Identifikasi penyebab dan lakukan
bawaan) konseling sesuai dengan penyebab
kesulitan makan. Bila perlu lakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi.
MI 4

Nafsu makan buruk/ tidak ada, karena ada Lakukan rujukan untuk pemeriksaan
masalah kesehatan (misalnya diare, HIV, TB, lengkap sesuai indikasi. Berikan
dll). pengobatan sesuai dengan standar untuk
masalah kesehatan yang teridentifikasi.

Lakukan konseling, termasuk konseling


cara pemberian obat dan kebersihan diri
serta sanitasi lingkungan.

Balita tidak diberi RUTF dan F100 sesuai Lakukan konseling untuk ibu/ pengasuh
dengan frekuensi dan dosis, pengasuh tidak dan anggota keluarga lain tentang
mempraktikkan pemberian makan sesuai pentingnya pemberian RUTF atau F100
anjuran. untuk pemulihan balita gizi buruk.

Pengasuh memberi makanan lain pada anak RUTF atau F100 hanya boleh diberikan
sebelum anak menghabiskan semua RUTF pada balita gizi buruk sesuai dengan dosis
atau F100. dan petunjuk tenaga kesehatan.

RUTF atau F100 dimakan bersama anggota


keluarga lain.
Penyebab lain, seperti: Lakukan supervisi fasilitatif dan
- Konseling gizi yang masih kurang pembinaan untuk tenaga kesehatan
- Jumlah RUTF atau F100 yang diberikan tidak sehingga pelayanan diberikan sesuai
tepat dengan pedoman.
- Tes nafsu makan tidak dilaksanakan dengan
benar Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
dalam mengidentifikasi penyakit penyerta
Penyakit penyerta dan komplikasi medis tidak dan komplikasi medis dengan
teridentifikasi. menggunakan pendekatan MTBS.

*Penyebab terkait dengan balita dan lingkungan rumah diperoleh pada saat petugas gizi melakukan
kunjungan rumah dengan menggunakan Kuesioner Kunjungan Rumah (Lampiran 4.10). Lakukan tindak
lanjut sesuai dengan hasil identifikasi masalah.

184 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Pada saat ditemukan kondisi-kondisi seperti yang disebutkan pada Tabel 4.10 maka
lakukan kunjungan rumah atau rujukan ke fasilitas kesehatan untuk dapat
mengidentifkasi penyebab-penyebab kemajuan terapi yang lambat (Tabel 4.11).
Penyebab terkait dengan balita dan lingkungan rumah diperoleh pada saat petugas gizi
melakukan kunjungan rumah dengan menggunakan kuesioner (terlampir). Lakukan
tindak lanjut sesuai dengan penyebab yang teridentifikasi.

Diskusikan perkembangan balita gizi buruk bersama tim asuhan gizi dan tenaga
kesehatan lainnya setiap bulan saat lokakarya mini di Puskesmas. Bila ditemukan
kasus-kasus dengan kemajuan lambat, lakukan identifikasi masalah dan tindak lanjut.
Bila diperlukan, tenaga kesehatan dapat melibatkan kepala desa dan/atau tokoh
masyarakat untuk kasus-kasus tertentu, seperti balita gizi buruk yang tidak hadir saat
kunjungan ulang atau drop-out dan diskusikan saat lokakarya mini triwulan di tingkat
kecamatan.

MI 4
Pencatatan dan pelaporan layanan rawat jalan
Setiap bulan, layanan rawat jalan melakukan pencatatan dan pelaporan:
1) Kasus balita gizi buruk baru
2) Kasus balita gizi buruk lama
3) Kasus yang keluar dari layanan rawat jalan:
- Sembuh
- Meninggal
- Drop-out
- Tidak respon
- Dirujuk ke layanan rawat inap
- Pindah ke layanan rawat jalan lain

Selain itu, layanan rawat jalan perlu juga melakukan pencatatan kegiatan kunjungan
rumah dan tindak lanjut yang dilakukan.
Evaluasi Pembelajaran:
Peserta melaksanakan penugasan berupa latihan pengisian formulir pemantauan dan
evaluasi pasien rawat jalan serta kuesioner kunjungan rumah. Panduan latihan
pengisian formulir dan kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 4.1.

VII. RANGKUMAN
• Balita gizi buruk usia 6 - 59 bulan, dengan nafsu makan yang baik dan tanpa
komplikasi dapat menjalani rawat jalan, dilakukan dengan konfirmasi status gizi dan
pelayanan rawat jalan.
• Kebutuhan gizi untuk balita gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan dengan
pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi.
• Tenaga kesehatan harus mampu memberikan konseling kepada ibu/ pengasuh
tentang cara pemberian RUTF atau F100 dan Makanan Padat Gizi.
• Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian penting dalam pelayanan balita gizi
buruk rawat jalan.

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 185
VIII. REFERENSI
1. Kementerian Kesehatan RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun
2020 tentang Standar Antropometri Anak.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi
Buruk pada Balita.
3. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS)
4. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I).
5. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk
(Buku II).
6. Kementerian Kesehatan RI dan WHO. 2015. Modul B dan C, Pelatihan Penilaian
Pertumbuhan Anak.
MI 4

186 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
IX. LAMPIRAN
Lampiran 4.1 Lembar Penugasan

Penugasan 1 : Pokok Bahasan 1 (Pelayanan Rawat Jalan pada Balita


Gizi Buruk)
Tujuan : Peserta mampu menentukan nafsu makan balita gizi buruk
Metode : Bermain Peran (Role Play)
Waktu : 40 menit

Langkah Penugasan:
1. Fasilitator menyiapkan media dan alat bantu yang diperlukan (meja, kursi, alat tulis,
gelas, sendok, air matang, RUTF atau F100, Food Model) dan lembar pengamatan
konseling. (5 menit)
2. Fasilitator meminta kesediaan peserta atau menunjuk peserta yang akan bermain
peran, yaitu 1 orang sebagai tenaga kesehatan, 1 orang sebagai ibu/ pengasuh,

MI 4
dan peserta lain sebagai pengamat. Role play dilakukan oleh setiap perwakilan
kelompok. (5 menit)
3. Fasilitator memberikan instruksi pada masing-masing pemain peran sesuai dengan
skenario yang akan diperankan. (5 menit)
4. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mempelajari peran masing-
masing. (5 menit)
5. Kegiatan role play dilakukan dengan memperhatikan teknik food recall,
menggunakan alat bantu yang telah disediakan dan memperhatikan alokasi waktu.
Fasilitator dan peserta lain (pengamat) mengamati proses permainan peran dan
mencatat (menggunakan lembar pengamatan) untuk mengetahui pesan utama yang
sudah disampaikan oleh pemeran tenaga kesehatan kepada ibu/pengasuh. (10
menit)
6. Fasilitator menggali dan mencatat pendapat para pengamat tentang hal-hal yang
sudah dilakukan dengan baik oleh pemeran tenaga kesehatan, dan hal-hal penting
yang belum dilakukan atau perlu diperbaiki oleh pemeran tenaga kesehatan. (5
menit)
7. Fasilitator memberikan umpan balik dan membuat simpulan. (5 menit)

Alat Bantu:
1. Meja
2. Kursi minimal 2 buah (untuk pemeran ibu/pengasuh dan tenaga kesehatan)
3. Gelas, sendok, air matang
4. RUTF atau F100
5. Food model
6. Alat tulis

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 187
Skenario Menentukan Nafsu Makan Balita Gizi Buruk

Nama : Fuadi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 15 bulan
BB : 6,7 kg
TB : 71,1 cm

Pemberian makanan sekarang


Ibu pasien mengeluhkan anak tidak mau makan makanan keluarga dalam usia yang 15
bulan, ibu memberikan makanan lumat tanpa variasi, hanya nasi dan satu jenis lauk pada
setiap penyajian. Makanan selingan biskuit (regal, krakers) yang dominan gurih dan
berpenyedap. Ibu mengaku makanan yang diberikan dalam bentuk saring dengan cara
diblender. Makan 3x makan dengan porsi 1 mangkok sedang (nasi 50 gram, telur ½ butir /
ikan 25 gram / tempe atau tahu ½ p digoreng dan selalu habis.
MI 4

Riwayat persalinan: bersalin di RS dengan Sectio Secaria, letak lintang, dengan Berat Badan
Lahir 3000 gram, tidak ASI eksklusif, dan sejak lahir sudah menggunakan susu formula.

Kesehatan Anak
Pada umur 4 bulan mulai sering sakit batuk, pilek sampai sesak bahkan sempat di opname.
Riwayat penyakit batuk, pilek dan sesaknya sering kumat bahkan setiap bulan.
Riwayat ANC dan Imunisasi : lupa, pasien tidak bawa Buku KIA
 Bapak perokok berat
 Kondisi rumah tidak sehat

Kondisi keluarga
Nama Ibu Ny. Nurhasanah. Pendidikan: tamat SMP
Nama Ayah Suparman. Pendidikan: tamat SMP dan bekerja sebagai buruh
Anak ini adalah anak ke-2. Anak berstatus gizi buruk karena kurangnya pengetahuan ibu
dan pemberian makan yang tidak tepat.

Lakukan Latihan Tes Nafsu Makan.

188 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Penugasan 2 : Pokok Bahasan 2 (Konseling Pemberian RUTF atau F100 dan
Makanan Padat Gizi)
Tujuan : Peserta mendapatkan pengalaman melakukan konseling pemberian
RUTF atau F100 dan Makanan Padat Gizi dengan pelaku sesama
peserta
Metode : Bermain Peran (Role Play)
Waktu : 65 menit

Langkah Penugasan:
1. Fasilitator menyiapkan media dan alat bantu yang diperlukan (meja, kursi, alat tulis, gelas,
sendok, air matang, RUTF atau F100, Food Model) dan lembar pengamatan konseling.(5
menit)
2. Fasilitator meminta kesediaan peserta atau menunjuk peserta yang akan bermain peran,
yaitu 1 orang sebagai tenaga kesehatan, 1 orang sebagai ibu/pengasuh, dan peserta lain
sebagai pengamat. Role play dilakukan oleh setiap perwakilan kelompok. (5 menit)

MI 4
3. Fasilitator memberikan instruksi pada masing-masing pemain peran sesuai dengan
skenario yang akan diperankan. (5 menit)
4. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mempelajari peran masing-
masing. (5 menit)
5. Kegiatan role play dilakukan dengan memperhatikan teknik konseling, menggunakan alat
bantu yang telah disediakan dan memperhatikan alokasi waktu. Fasilitator dan peserta
lain (pengamat) mengamati proses permainan peran dan mencatat (menggunakan lembar
pengamatan) untuk mengetahui pesan utama yang sudah disampaikan oleh pemeran
tenaga kesehatan kepada ibu/pengasuh. (20 menit)
6. Fasilitator menggali dan mencatat pendapat para pengamat tentang hal-hal yang sudah
dilakukan dengan baik oleh pemeran tenaga kesehatan, dan hal-hal penting yang belum
dilakukan atau perlu diperbaiki oleh pemeran tenaga kesehatan. (15 menit)
7. Fasilitator memberikan umpan balik dan membuat simpulan. (10 menit)

Alat Bantu:
1. Meja
2. Kursi minimal 2 buah (untuk pemeran ibu/pengasuh dan tenaga kesehatan)
3. Gelas, sendok, air matang
4. RUTF atau F100
5. Food model
6. Daftar Bahan Makanan Penukar
7. Brosur Diet untuk Anak dengan Berat Badan Kurang
8. Alat tulis

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 189
Skenario Role play Konseling Gizi (Pasien Rawat Jalan Kontrol Rujukan Pasca Rawat
Inap)

Anak laki-laki, nama Abdul datang ke Puskesmas paska rawat 1 minggu yang lalu, BB saat
pulang 7,5 kg.
Umur : 2 tahun
BB saat kontrol : 7,8 kg
TB saat kontrol : 75 cm

Pemberian makanan sekarang/ di Rumah sakit


Abdul pulang dari Rumah Sakit dengan anjuran makan (diet) F100 sebanyak 5 x 180 ml dan
makanan lunak 400 Kalori. Ibu Abdul diberikan konseling diet F100, 5 x 180 ml ditambah
makanan lunak 1 kali dan selingan 1 x.

Riwayat makan
MI 4

Abdul mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan, kemudian diberikan bubur instan 2-3 sendok
dengan frekuensi 3-4x sehari selama 2 bulan (umur 6-8 bulan), selanjutnya diberikan bubur
tepung beras tanpa ada tambahan sampai umur 10 bulan dengan frekuensi 3-4x sehari,
jumlah 2-3 sendok. Mulai umur 11 bulan, Abdul diberikan nasi lembek dengan lauk/sayur
dengan frekuensi semau anak, jumlah paling banyak ½ mangkok kecil. Makanan keluarga
diberikan saat Abdul berumur 18 bulan, jumlah tidak tentu, diberikan jika anak minta makan.

Selama di rumah (pulang dari rumah sakit, F100 bisa dihabiskan hanya pada pemberian
pukul 21.00 malam sisa 100 ml, makanan lunak bisa dihabiskan makanan selingan kurang
suka.

Kesehatan dan perilaku anak


Anak menangis tidak sesering waktu masuk ke Rumah Sakit. Sudah tidak ada lagi tanda
klinis gizi buruk. Saat makan masih disuapi ibu dan memerlukan waktu makan yang lama
(belum bisa makan sendiri).

Kondisi keluarga
Nama ibu Ny. Titi, usia 19 th, pendidikan SMP, ibu tersebut tidak bekerja (ibu rumah tangga).
Pengetahuan ibu tentang gizi kurang, ibu tidak bekerja, Ayah pasien pendidikan SMA,
bekerja sebagai supir dan sering tidak di rumah. Anak berstatus gizi buruk karena
pengetahuan ibu rendah dan pemberian makan yang tidak benar. Abdul adalah anak ke-1.

Berikan konseling untuk pasien tersebut.

190 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Penugasan 3 : Pokok Bahasan 3 (Pemantauan dan Evaluasi Perawatan Gizi
Buruk pada Balita di Layanan Rawat Jalan)
Tujuan : Peserta mendapatkan pengalaman belajar cara mengisi Formulir
Pemantauan dan Evaluasi Pasien Rawat Jalan serta Kuesioner
Kunjungan Rumah dalam rangka pemantauan dan evaluasi
perawatan gizi buruk pada balita di layanan rawat jalan
Metode : Latihan Pengisian Formulir Pemantauan dan Evaluasi Pasien
Rawat Jalan dan Kuesioner Kunjungan Rumah
Waktu : 30 menit

Langkah Penugasan:
1. Fasilitator menyiapkan bahan untuk latihan dan membagi peserta menjadi 5 atau 6
kelompok serta memberikan instruksi pengisian formulir pemantauan dan evaluasi
pasien rawat jalan serta kuesioner kunjungan rumah (5 menit)
2. Masing-masing kelompok melakukan pengisian formulir pemantauan dan evaluasi pasien

MI 4
rawat jalan serta kuesioner kunjungan rumah sesuai soal latihan. (10 menit)
3. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pengisian formulir pemantauan dan
evaluasi pasien rawat jalan serta kuesioner kunjungan rumah. (10 menit)
4. Fasilitator memberikan umpan balik dan membuat simpulan. (5 menit)

Alat Bantu:
1. Formulir Pemantauan dan Evaluasi Pasien Rawat Jalan
2. Kuesioner Kunjungan Rumah
3. Alat Tulis

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 191
Soal Latihan Pengisian Formulir Pemantauan dan Evaluasi Pasien Rawat Jalan serta
Kuesioner Kunjungan Rumah

Nama pasien : Arina


Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 17 bulan
BB : 7,5 kg
TB : 72 cm

Nama Orang Tua : Aldo dan Reni


Alamat : Desa Melati, Kecamatan Kembang Baru
Puskesmas : Kembang Baru

Arina telah diberikan layanan rawat jalan dengan pemberian RUTF, namun setelah
diintervensi selama 1 bulan, tidak terjadi kenaikan berat badan yang signifikan serta ibu tidak
MI 4

melakukan kunjungan ke Puskesmas pada waktu yang sudah dijadwalkan.

Setelah dilakukan kunjungan rumah untuk melihat penyebab, diketahui bahwa RUTF masih
ada sisa 5 bungkus utuh. Pada 1 minggu awal intervensi anak bisa menghabiskan 3 paket
RUTF perhari, namun minggu selanjutnya anak tidak mau menghabiskan 3 paket/hari
meskipun sudah dibujuk. Sehingga ibu memberikan tambahan makanan utama lain dan
RUTF berfungsi sebagai selingan. Makanan utama yang umum diberikan adalah, pagi bubur
ayam ½ porsi (bubur dengan kecap dan abon saja), nasi+telur dadar (1/2 porsi), nasi+orak
arik telur (1/2 porsi), anak tidak suka makan sayur, sesekali mau makan buah seperti pisang
dan jeruk. Anak sudah tidak mendapatkan ASI sejak bulan lalu. Karena ibu harus bekerja
membantu suami yang hanya sebagai buruh pabrik. Sehari-hari anak diasuh oleh neneknya.
Arina sering mengalami batuk pilek dan panas. Pada saat kunjungan Arina sedang batuk
pilek sudah 1 minggu.

Orang tua Arina tinggal di rumah kontrakan tidak jauh dari tempat tinggal nenek arina.
Sebelum berangkat bekerja, Arina dititipkan di rumah nenek. Kondisi rumah nenek bersih
namun makanan tidak selalu tertutup, dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun belum
menjadi kebiasaan. Kakek arina merupakan perokok aktif.

Lakukan latihan pengisian formulir pemantauan dan evaluasi pasien rawat jalan serta
kuesioner kunjungan rumah.

192 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Lampiran 4.2 Contoh RUTF

MI 4

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 193
Lampiran 4.3 Gambar Mineral Mix
MI 4

194 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Lampiran 4.4 Tabel Petunjuk pemberian F100 untuk anak gizi buruk
BB anak (kg) Batas volume pemberian makan Batas volume pemberian F100 dalam
F100 per 4 jam sehari
(6 kali sehari) *)
Minimum Maksimum (ml) Minimum Maksimum
(ml) 150 ml/kg/hari 220 ml/kg/hari
2.0 50 75 300 440
2.2 55 80 330 485
2.4 60 90 360 530
2.6 65 95 390 570
2.8 70 105 420 615
3.0 75 110 450 660
3.2 80 115 480 705
3.4 85 125 510 750
3.6 90 130 540 790
3.8 95 140 570 835

MI 4
4.0 100 145 600 880
4.2 105 155 630 925
4.4 110 160 660 970
4.6 115 170 690 1015
4.8 120 175 720 1055
5.0 125 185 750 1100
5.2 130 190 780 1145
5.4 135 200 810 1200
5.6 140 205 840 1230
5.8 145 215 870 1275
6.0 150 220 900 1320
6.2 155 230 930 1365
6.4 160 235 960 1410
6.6 165 240 990 1450
6.8 170 250 1020 1500
7.0 175 255 1050 1540
7.2 180 265 1080 1585
7.4 185 270 1100 1630
7.6 190 280 1140 1670
7.8 195 285 1170 1715
8.0 200 295 1200 1760
8.2 205 300 1230 1805
8.4 210 310 1260 1850
8.6 215 315 1290 1895
8.8 220 325 1320 1935
9.0 225 330 1350 1980
9.2 230 335 1380 2025
9.4 235 345 1410 2070
9.6 240 350 1440 2110
9.8 245 360 1470 2155
10.0 250 365 1500 2200
*) Volume untuk setiap kali makan dibulatkan dengan kelipatan 5 ml yang terdekat

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 195
MI 4

Lampiran 4.5 Tabel Register Layanan Rawat Jalan

196 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
MI 4
Lampiran 4.6 Laporan Bulanan Layanan Rawat Jalan

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 197
Lampiran 4.7 Formulir Pencatatan Bayi Muda Kurang dari 2 Bulan
MI 4

198 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
MI 4

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 199
Lampiran 4.8 Formulir Pencatatan Balita Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun
MI 4

200 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
MI 4

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 201
Lampiran 4.9 Formulir Pemantauan dan Evaluasi Pasien Rawat Jalan
MI 4

202 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
MI 4

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 203
Lampiran 4.10 Kuesioner Kunjungan Rumah
MI 4

204 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
MI 4

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 205
Lampiran 4.11 Standar Makanan Padat Gizi (Kombinasi Formula)

STANDAR MAKANAN PADAT GIZI (KOMBINASI FORMULA)


300 400 500 600 700 800 900 1000
NO BAHAN
MAKANAN Kal Kal Kal Kal Kal Kal Kal Kal
1 Nasi 50 75 100 125 150 200 200 250
2 Telur 25 25 55 55 55 55 55 55
3 Daging sapi 25 25 25 25 25 25 25 25
4 Bayam 25 25 50 50 50 50 75 75
5 Minyak 5 5 10 10 10 15 15 15
6 Tempe 25 25 25 25
MI 4

7 Buah 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1p 1p 1p 1p


8 Biskuit PMT 20 30 30 40 40 40 50 60
9 Ikan 25 25
Energi (Kal) 325 404 546 625 726,9 835 915,2 1026,7
Protein (g) 12,5 13,9 20,2 21,7 27,3 28,5 34,8 36.9
% 15 13,8 14,8 13,9 15 13,7 14,7 14,2
Lemak (g) 15 16,7 25,7 27,4 29,5 37,3 36,9 38,6
% 41,5 37,2 42,1 39,5 36,5 37 36,3 35
KH (g) 35,3 49,5 58,8 72,9 89,2 103,5 112,3 133,6
% 43,5 49 43,1 47,6 49 49,7 49 52
Fe (mg) 2,9 3,6 4,9 5,6 6,2 6,3 7,9 8,7
Vit C (mg) 39,3 39,3 47,5 47,5 78,5 78,9 86,8 86,8

206 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Lampiran 4.12 Lembar Penilaian Konseling Gizi
Lembar Penilaian Untuk Melihat Keterampilan Konseling Gizi
Berikan tanda CENTANG pada kolom menurut penilaian Saudara
HASIL
NO ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI
Ya Tidak
A SALAM (S)
1. Berdiri, Sambut klien dengan hangat, tawarkan bantuan Anda
2. Persilahkan duduk dalam posisi sejajar/berdampingan/berhadap-
hadapan dengan konselor
3. Singkirkan segala sesuatu yang menghambat konseling misalnya
vas bunga yang tinggi
4. Gunakan bahasa tubuh yang sopan
5. Perkenalkan diri anda dan tugas anda

MI 4
6. Tumbuhkan keberanian untuk menceritakan permasalahannya dan
beritahu Anda menjaga kerahasiaan pembicaraan
B TANYAKAN (T)
1. Tanyakan peluang yang dimiliki dan hambatan yang dihadapi
2. Selama pembicaraan usahakan terjadi kontak mata
3. Dengarkan dengan penuh perhatian sambil membuat catatan
penting
4. Yakinkan klien semua keterangan yang diberikan sangat membantu
menemukan akar masalah
5. Mintalah klarifikasi bila belum jelas tanpa menyalahkan atau
mendikte
C URAIKAN (U)
1. Sampaikan informasi gizi yang berkaitan dengan masalah klien
2. Upayakan klien untuk memahami permasalahan yang dihadapinya
3. Gunakan media atau alat peraga untuk mempermudah
pemahaman klien
D BANTU (TU)
1. Bantu klien untuk menyesuaikan permasalahan yang dihadapi
dengan kemungkinan pilihan untuk memperbaiki keadaannya
2. Bantu klien untuk memahami berbagai cara pemecahan masalah
yang dapat dilakukan
3. Bantu klien utnuk memahami kemudahan maupun kemungkinan
kesulitan dari berbagai cara permasalahan yang sudah dibicarakan
4. Bantu klien untuk memutuskan pilihan cara pemecahan masalah
yang akan dilaksanakan
E JELASKAN (J)
1. Jelaskan pada klien segala informasi baik sumber daya yang
tersedia untuk memudahkan pemecahan masalah
2. Diskusikan cara mengatasi kesulitan/hambatan yang akan dihadapi
3. Gunakan media KIE dan alat peraga saat memberikan penjelasan
F ULANGI (U)
1. Ulangi secara ringkas dan lambat segala informasi yang telah anda
sampaikan, keputusan yang telah diambil
2. Buat janji untuk pertemuan berikutnya
3. Ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada klien untuk
pertemuan tersebut

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 207
MI 4
MI 4

Lampiran 4.13 Daftar Bahan Makanan Penukar

208 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
MI 4

MI 4

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 209
MI 4

Lampiran 4.14 Brosur Diet untuk Anak dengan Berat Badan Kurang

210 Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
MI 4

Materi Inti Pelatihan Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 211

Anda mungkin juga menyukai