Anda di halaman 1dari 15

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

MELALUI MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Muhamad Khoirul Umam


STAI Badrus Sholeh Purwoasri Kediri
khoirul_umam2426@yahoo.co.id

Abstract
The purpose of writing this article discusses about improving the quality of
education through students is one of the important components in the
education system, in the world of education students are the main raw
material in the process of scientific change of knowledge. Learning can be
interpreted as components that are interconnected with each other. These
components include goals, materials, methods, and evaluations. The four
components of learning must be carefully considered by the teacher in
selecting or determining the approach and learning model. Doing activities
in implementing them, recognizing many terms to describe the way the
teacher will do teaching. Now there are so many kinds of learning strategies
or methods that aim to improve the quality of learning so that it becomes
better.
Keywords: Mutu, Komponen dan Manajeman Pendidikan.

Pendahuluan lembaga pendidikan tersebut ataupun


Dalam suatu pendidikan ada dua hal banyaknya peserta didik yang naik kelas.
yang penting yaitu mengenai kualitas dan Peserta didik dapat dipahami sebagai
kuantitas.Banyak lembaga pendidikan yang anggota masyarakat yang berusaha
mengharapkan keberhasilan baik dari segi mengembangkan potensi diri melalui
kualitas maupun dalam segi kuantitas. proses pembelajaran1, orang yang
Dapat dikatakan bahwa kualitas dan mengharapkan mendapat pelayanan
kuantitas merupakan dua hal yang menjadi pendidikan sesuai dengan bakat minat dan
titik acuan untuk merefleksikan kemampuannya agar tumbuh dan
keberhasilan dari suatu lembaga berkembang dengan baik serta mempunyai
pendidikan.Kualitas menjadi tolak ukur kekuasaan dalam menerima pelajaran.
yang memiliki hubungan dengan Peserta didik mempunyai sebutan yang
kemampuan atau kecerdasan peserta berbeda-beda dalam berbagai jenjang, pada
didik.Sedangkan kuantitas menyangkut taman kanak-kanak disebut anak didik,
tolak ukur yang memiliki kaitan dengan pada jenjang pendidikan dasar dan
angka atau jumlah.Namun dalam menengah disebut dengan peserta didik,
kenyataannya, ada banyak lembaga dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut
pendidikan yang lebih mementingkan mahapeserta didik. Selain itu sebutan lain
kuantitas saja tanpa mempertimbangkan
segi kualitasnya.Misalnya, orientasi mutu
1Indonesia, P. R. (2003). Undang-undang
lembaga pendidikan hanya dilihat dari
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
banyaknya peserta didik yang meminati
sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.
62 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 2 Oktober 2018 62~76
bagi peserta didik yaitu murid, pembelajar, layanan yang sebaik mungkin kepada
santri, trainee dan sebagainya.2 peserta didik.6
Peserta didik merupakan salah satu Pengaturan peserta didik adalah
komponen dalam sistem pendidikan yang layanan yang memusatkan perhatian pada
penting, dalam dunia pendidikan peserta pengaturan, pengawasan, dan layanan
didik merupakan bahan mentah di dalam peserta didik di kelas dan di luar kelas
proses transformasi ilmu seperti pengenalan, pendaftaran, layanan
pengetahuan.3Peserta didik secara formal individu seperti pengembangan
yakni orang yang sedang berada pada fase keseluruhan kemampuan minat kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan baik sampai dia matang di lembaga
semetode fisik maupun psikis, pendidikan.Pengaturan peserta didik bisa
pertumbuhan dan perkembangan pula diartikan sebagai proses pengurusan
merupakan ciri dari seorang peserta didik segala hal yang berkaitan dengan peserta
yang perlu bimbingan dari seorang didik di suatu lembaga pendidikan mulai
pendidik.4Sehingga itu perlu pengaturan dari perencanaan, penerimaan peserta
yang baik agar peserta didik mempunyai didik, pembinaan yang dilakukan selama
kemampuan yang mumpuni ketika telah peserta didik berada dilembaga pendidikan,
keluar dari sebuah lembaga pendidikan. sampai dengan peserta didik
menyelesaikan pendidikannya di lembaga
Pengaturan Peserta Didik pendidikan.
Pengaturan peserta didik bertujuan Dengan kata lainpengaturan peserta
untuk mengatur dalam bidang kepeserta didik merupakan keseluruhan proses
didikan agar kegiatan pembelajaran di penyelenggaraan usaha kerjasama dalam
lembaga pendidikan itu berjalan lancar bidang kepeserta didikan dalam rangka
tertib dan teratur serta mencapai tujuan pencapaian tujuan pembelajaran di
pendidikan lembaga pendidikan.Untuk lembaga pendidikan. Dengan demikian
mewujudkan tujuan tersebut bidang pengaturan peserta didik itu bukanlah
pengaturan peserta didik sedikitnya dalam bentuk kegiatan-kegiatan pencatatan
memiliki tiga tugas utama yang harus peserta didik saja, melainkan meliputi
diperhatikan yaitu penerimaan murid baru, aspek yang lebih luas, yang semetode
kegiatan kemajuan belajar serta bimbingan operasional dipergunakan untuk
dan pembinaan disiplin.5Pengaturan membantu kelanmetoden pertumbuhan
peserta didik dapat diartikan sebagai usaha dan perkembangan peserta didikmelalui
pengaturan terhadap peserta didik mulai proses pendidikan.7
dari peserta didik tersebut masuk lembaga
pendidikan sampai dengan mereka Perencanaan Peserta Didik
lulus.Yang diatur semetode langsung adalah Perencanaan peserta didik adalah
segi-segi yang berkenaan dengan peserta suatu aktivitas memikirkan dimuka tentang
didik. Terhadap segi-segi lain selain peserta hal-hal yang harus dilakukan berkenaan
didik, dimaksudkan untuk memberikan dengan peserta didik di lembaga
pendidikan, baik sejak peserta didik akan
memasuki lembaga pendidikan maupun
mereka akan lulus dari lembaga
2Sumardi, K. (2012). Potret Pendidikan pendidikan. Yang direncanakan adalah hal-
Karakter di Pondok Pesantren Salafiah. Jurnal hal yang dikerjakan berkenaan dengan
Pendidikan Karakter, (3). penerimaan peserta didik sampai dengan
3Ramli, M. (2015). Hakikat Pendidik Dan

Peserta Didik. Tarbiyah islamiyah, 5(1), 61-85.


4Fatimah, E. (2006). Perkembangan Peserta 6Priansa, D. J. (2015).Pengaturan Peserta

Didik. Pustaka Setia: Bandung, 149-159. Didik dan Model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
5Prihatin, E. (2011). Pengaturan peserta 7Imron, A. (2011). Pengaturan peserta didik

didik. berbasis lembaga pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 63
perumusan peserta didik.Langkah- langkah peserta didik ini dapat dibuat berdasarkan
perencanaan peserta didik dimulai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh
perkiraan, rumusan tujuan, penyusunan Dinas Pendidikan Kota atau Kota.Petunjuk
program, penjadwalan, dan pembiayaan.8 ini harus dipedomani karena memang
Perencanaan terhadap peserta didik dibuat dalam rangka mendapatkan calon
menyangkut penerimaan peserta didik peserta didik sebagaimanayang diinginkan
baru, kelulusan, jumlah putus lembaga atau didiamkan.10
pendidikan dan kepindahan. Khusus Sistem seleksi dengan tes masuk
mengenai perencanaan peserta didik akan adalah mereka yang mendaftar di suatu
langsung berhubungan dengan kegiatan lembaga pendidikan terlebih dahulu
penerimaan dan proses pencatatan atau diwajibkan menyelesaikan serangkaian
dokumentasi semetode pribadi peserta tugas yang berupa soal-soal tes. Jika yang
didik, yang kemudian tidak dapat bersangkutan dapat menyelesaikan suatu
dilepaskan kaitannya dengan pencatatan tugas berdasarkan kriteria tertentu yang
atau dokumentasi data hasil belajar dan telah ditentukan, maka ia akan diterima.
aspek-aspek lain yang diperlukan dalam Sebaliknya jika mereka tidak dapat
kegiatan kurikuler dan kokurikuler. menyelesaikan tugas berdasarkan kriteria
Langkah yang pertama yaitu perencanaan atau aturan yang telah ditentukan tidak
terhadap peserta didik yang meliputi diterima sebagai peserta didik.11
kegiatan, analisis kebutuhan peserta didik, Hasil penelitian yang dilakukan oleh
rekrutmen peserta didik, seleksi peserta Imron, dalam rekrutmen peserta didik
didik, orientasi, penempatan peserta didik baru, masalahnya adalah tidak dapat
dan pencatatan serta pelaporan.9 ditampungnya semua anak usialembaga
Berkaitan dengan hal di atas pendidikan di daerah seputar lembaga
diperlukan langkah perencenaan yang baik pendidikan. Faktor penyebabnya adalah
dimulai dari penerimaan peserta didik terbatasnya piranti lembaga pendidikan
sampai dengan pengelolaan kelas, untuk yang tersedia. Alternatif pemecahannya,
memberikan layanan yang optimal kepada menyalurkan anak usialembaga pendidikan
peserta didik. yang tidak dapat ditampung tersebut ke
Lembaga pendidikan Dasar lainnya.
Penerimaan Peserta Didik Permasalahan lain dalam rekrutmen
Penerimaan peserta didik baru peserta didik adalah adanya anak yang
sebenarnya adalah salah satu kegiatan usianya kurang dan 6 tahun tetapi orang
pengaturan peserta didik yang sangat tuanya tetap bersikukuh agar dapat
penting. Kebijakan operasional penerimaan diterima di SD. Faktor penyebahnya, orang
peserta didik juga memuat sistem tua tidak sabar dengan pendidikan
pendaftaran dan seleksi atau penyaringan anaknya. Alternatif pemecahannya, Kepala
yang akan diberlakukan untuk peserta SD beserta guru memberikan pengertian
didik. Selain itu kebijakan penerimaan kepada orang tua mengenai aturan
peserta didik juga berisi mengenai waktu rekrutmen peserta didik baru.12
pendaftaran, kapan dimulai dan kapan
diakhiri. Selanjutnya kebijakan penerimaan 10Ardhi, M. I. (2015). Evaluasi Pengaturan
peserta didik harus juga memuat tentang
Penerimaan Peserta Didik Baru Sistem Real Time
personalia-personalia yang akan terlihat Online Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Jurnal
dalam pendaftaran seleksi dan penerimaan penelitian Ilmu Pendidikan, 8(1).
peserta didik. Kebijakan penerimaan 11Perdana, N. G., & Widodo, T. (2013).Sistem

Pendukung Keputusan Pemberian Beapeserta didik


Kepada Peserta Didik Baru Menggunakan Metode
8Sanjaya, W. (2015). Perencanaan dan TOPSIS. Semantik 2013, 3(1), 265-272.
desain sistem pembelajaran.Kencana. 12Imron, A. (2011). Pengaturan peserta
9Wajdi, M. B. N. (2017). Desain Teknologi
didik berbasis lembaga pendidikan. Jakarta: Bumi
Pembelajaran. Aksara.
64 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 2 Oktober 2018 62~76
Hal yang mempengaruhi strategi penting lembaga pendidikan, semetode
penerimaan peserta didik adalah garis besar dibagi menjadi lingkungan fisik
keunggulan dan keragaman dari lembaga dengan non fisik.Lingkungan fisik terdiri
pendidikan tersebut. Panitia penerimaan dari sarana lembaga pendidikan, prasarana
peserta didik baru, perlu menjukkan lembaga pendidikan baik itu perpustakaan,
keunggulan dan keberagaman lembaga ruang kelas, gedung serta kelengkapan
pendidikan, agar masyarakat tertarik untuk lembaga pendidikan. Lingkungan lembaga
menyekolahkan anaknya karena memang pendidikan yang non fisik meliputi
mutu dan kualitas lembaga pendidikan interaksi antara guru dengan peserta didik,
setingkat lebih tinggi dibanding lembaga peserta didik dengan peserta didik yang
pendidikan lain.13 lain.15

Orientasi Peserta Didik Pengelompokan Peserta Didik


Orientasi peserta didik adalah Kepala lembaga pendidikan dan staf
kegiatan penerimaan peserta didik baru guru perlu menyadari pentingnya
dengan mengenalkan situasi dan kondisi identifikasi peserta didik dalam proses
lembaga pendidikan, tempat peserta didik pembelajaran. Tindakan nyata yang harus
itu menempuh pendidikan. Tujuan dilakukan oleh lembaga untuk hal ini
diadakan kegiatan orientasi bagi peserta adalah bahwa dalam pengaturan program
didik antara lain peserta didik dapat tahunan lembaga pendidikan, kegiatan
mengerti dan mentaati segala peraturan identifikasi peserta didik dapat
yang berlaku di lembaga pendidikan, agar terakomodir dalam perencanaan dan
peserta didik dapat berpartisipasi pelaksanaannya, bukan hanya sampai disitu
semetode aktif dalam kegiatan yang namun oleh karena proses ini sustainable
diselenggarakan lembaga pendidikan, agar dan terus menerus, aka evaluasi dalam
peserta didik siap menghadapi konteks improvement dan upgrading perlu
lingkungannya yang baru baik semetode dilakukan. Tujuan dari identifikasi ini
fisik, mental dan emosional sehingga sesungguhnya adalah untuk mengenali
iamerasa betah dalam mengikuti proses potensi peserta didik.Berdasarkan potensi
pembelajaran di lembaga pendidikan serta inilah kemudian peserta didik
dapat menyesuaikan dengan kehidupan dikelompokkan sesuai dengan
lembaga pendidikan.14 keberbakatan masing-masing peserta
Lingkungan lembaga pendidikan didik.16
tempat belajar turut mempengaruhi tingkat Fungsi integrasi dalam
keberhasilan belajar.Kualitas guru, metode pengelompokan peserta didik dilakukan
mengajar, kesesuaian kurikulum dengan berdasarkan umur jenis kelamin dan
kemampuan anak, keadaan fasilitas sebagainya.Fungsi perbedaan dalam
perlengkapan lembaga pendidikan, pengelompokan peserta didik dilakukan
keadaan ruangan, jumlah murid tiap kelas, berdasarkan perbedaan individu misalnya
pelaksanaan tata tertib dapat bakat kemampuan minat dan sebagainya.
mempengaruhi minat belajar dan hasil Selain kedua pertimbangan tersebut
belajar peserta didik.Lingkungan lembaga beberapa pertimbangan antara lain yang
pendidikan terdiri dari sejumlah komponen perlu diperhatikan adalah pengelompokan
berdasarkan pertemanan, berdasarkan
13Andayati, D. (2010). Sistem Pendukung
Keputusan Pra-Seleksi Penerimaan Peserta didik 15Mulyana, R. (2009). Penanaman etika

Baru (PSB) On-Line Yogyakarta. Jurnal lingkungan melalui lembaga pendidikan perduli dan
Teknologi, 3(2), 145-153. berbudaya lingkungan. Jurnal Tabularasa, 6(2), 175-
14Pramudia, J. R. (2006). Orientasi baru 180.
pendidikan: Perlunya reorientasi posisi pendidik 16Imron, A. (2016). Pengaturan Peserta

dan peserta didik. Jurnal Pendidikan Luar Lembaga Didik di SD: Masalah, Penyebab, dan Alternatif
pendidikan, 3(1), 29-28. Pemecahannya. Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(1).
M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 65
prestasi, berdasarkan kemampuan dan heterogen. Kedua-duanya memiliki
bakat, berdasarkan perhatian dan minat, kelebihan dan kelemahan masing-masing.19
yang terakhir berdasarkan kecerdasan.17
Lawes menyatakan bahwa Pengelolaan Kelas
pengelompokan peserta didik bisa Pengelolaan peserta didik merupakan
dilakukandengan perbandingan kondisi layanan yang memusatkan perhatian pada
fisik, karakter intelektual, kualitas sosial. pengaturan pengawasan dan layanan
….where children of the same age are peserta didik di kelas maupun luar kelas.
compared for a mber of factors such as Tahapan pengelolaan peserta didik antara
physical features (height, weight, lain analisis kebutuhan peserta didik,
eyesight, etc.); intellectual rekrutmen peserta didik, seleksi peserta
characteristics (intelligence, ability to didik, orientasi peserta didik, penempatan
learn, skill at languages, etc.); social peserta didik, pembinaan dan
qualities (friendliness, ability to lead, pengembangan peserta didik, pencatatan
helpful behaviour, etc.).18 dan pelaporan kelulusan dan alumni.20
Perbedaan tingkat kemampuan di Pengelolaan peserta didik yang
kalangan peserta didik dalam pembelajaran dimaksud peneliti disini adalah
seringkali ditemukan antara lain pengelolaan di dalam kelas, sehingga sering
kemampuan ekonomi, kemampuan sosial, disebut sebagai pengaturan kelas. Proses
kemampuan kultural, dan terutama pengajaran di dalam kelas menjadi bagian
kemampuan intelektual. Merut tingkat dari pengelolaan kelas. Pembelajaran
kemampuan intelektual misalnya, paling didalam kelas dapat dianggap memiliki
tidak terdapat tiga tingkatan yaitu peserta empat komponen: Persiapan, Presentasi,
didik pandai, peserta didik sedang dan Praktik, Kinerja.21
peserta didik yang lemah, sehingga selalu Pengaturan kelas yang efektif perlu
tertinggal dari kawan- pendekatan komprehensif yang mencakup,
kawannya.Menghadapi realitas tingkat penataan lingkungan lembaga pendidikan
kemampuan yang berbeda-beda ini, dan kelas, aktif mengawasi keterlibatan
seorang manajer kiranya dapat melakukan peserta didik, melaksanakan peraturan
kegiatan tes penempatan dengan kelas dan rutinitas, menerapkan prosedur
mengelompokkan mereka dalam kategori yang mendorong perilaku yang tepat,
tertentu.Kelas A menampung peserta didik menggunakan strategi pengurangan
yang pandai, kelas B peserta didik yang perilaku, mengumpulkan dan
kemampuannya menengah, kelas C menggunakan data untuk memantau
menampung peserta didik yang perilaku peserta didik, dan memodifikasi
lemah.Kebijakan ini membawa konsekuensi prosedur pengelolaan kelas sesuai
pengalokasian peserta didik semetode kebutuhan.22
homogen. Manajer dan pendidik seringkali
dihadapkan pilihan yang sulit antara Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
pengaturan kelas semetode umum gen atau
19Rofiq, A. (2009). Pengelolaan
kelas. Malang: Direktorat Jendral PMPTK.
20Arikunto, S. (1988). Pengelolaan kelas dan

peserta didik: sebuah pendekatan evaluatif. CV.


17Alwi, B. M., Ramadani, S., & Herma, T. Rajawali.
(2018). PENGATURAN PESERTA DIDIK PADA 21Wiyani, N. A. (2013). Pengaturan Kelas:

TAMAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DO'A Teori dan aplikasi untuk menciptakan kelas yang
IBU. NANAEKE: Indonesian Journal of Early kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Childhood Education, 1(1), 53-62. 22Karwati, E., & Priansa, D. J.
18J.S.Lawes,andCTEddy,UnderstandingChildr (2014).Pengaturan Kelas (Classroom Management)
en,AnIntroductionToPsychology Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif,
ForAfricanTeachers,London:Taylor&Francis,1966 Menyenangkan, dan Berprestasi. Bandung: Alfabeta.
66 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 2 Oktober 2018 62~76
Evaluasi hasil belajar terhadap bekerja sama guna memberikan para murid
peserta didik perlu dilakukan agar sumber daya yang dibutuhkan untuk
diketahui perkembangan mereka dari memehi tantangan masyarakat, bisnis dan
waktu ke waktu.Evaluasi hasil peserta didik akademik mereka baik sekarang dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh dimasa depan. Bila mutu pendidikan
mana peserta didik telah dapat hendak diperbaiki, maka perlu ada
menampilkan performa sesuai yang pemimpin dari para profesional
diinginkan.Tanggung jawab untuk pendidikan.25
mengevaluasi belajar ada ditangan Bagi setiap institusi mutu adalah
pendidik.Agar evaluasi dapat mencapai agenda utama dan tugas yang paling
sasarannya, para pendidik perlu penting.Meskipun demikian, ada sebagian
berpedoman pada prinsip teknik- orang yang menganggap mutu sebagai
tekniknya.Semetode garis besar teknik sebuah konsep yang peh dengan teka-
evaluasi dapat dibedakan menjadi dua itu teki.Mutu dianggap sebagai suatu hal yang
tes dan non tes.23 membingungkan dan sulit untuk diukur.
Seorang guru dalam melakukan Mutu dalam pandangan seseorang
evaluasi, tergantung pada penguasaan terkadang pertentangan dengan mutu
peserta didik dalam kompetensi tertentu dalam pandangan orang lain. Sehingga
setelah mengikuti proses pembelajaran. tidak aneh ketika ada dua pakar yang tidak
Evaluasi tersebut juga dapat bertujuan memiliki kesimpulan yang sama tentang
untuk mengetahui kesulitan belajar peserta metode menciptakan institusi yang baik.26
didik.Tujuan evaluasi tersebut harus jelas Juran mendefinisaikan mutu sebagai
sehingga memberikan arah dan lingkup berikut :
pengembangan evaluasi selanjutnya.23 “Quality” means those features of products
Penilaian peserta didik pada jenjang which meet customer needs and thereby
provide customer satisfaction. In this sense, the
pendidikan dasar dan menengah meaning of quality is oriented to income. The
didasarkan pada prinsip objektif, terpadu, purpose of such higher quality is to provide
ekonomis, transparan.Standar penilaian greater customer satisfaction and, one hopes,
pendidikan ditetapkan melalui to increase income. However, providing more
Permendiknas nomor 20 tahun 2007, and/or better quality features usually requires
an investment and hence usually involves
tentang standar penilaian pendidikan yang increases in costs. Higher quality in this sense
didalamnya mencakup mekanisme usually “costs more.”27
prosedur dan instrument penilaian hasil
belajar peserta didik.24 Menurut pendapat Juran diatas, mutu
diartikan sebagai karakteristik khusus yang
Peningkatan Mutu Pendidikan dimiliki oleh suatu produk, yang memehi
Mutu merupakan proses terstruktur kebutuhan pelanggan dan dengan demikian
untuk memperbaiki keluaran yang memberikan kepuasan pelanggan.Mutu
dihasilkan. Mutu bukanlah benda magis merut pengertian ini berorientasi pada
atau sesuatu yang rumit.Mutu didasarkan pendapatan.Tujuan dari mutu yang lebih
pada akal sehat. Mutu menciptakan tinggi adalah untuk memberikan kepuasan
lingkungan bagi pendidik, orang tua, pelanggan dan memehi harapan seseorang,
pejabat pemerintah, wakil-wakil
masyarakat dan pemuka bisnis untuk 25Rohman, M., & Amri, S. (2012).Pengaturan
Pendidikan Analisis dan solusi terhadap kinerja
23Ratumanan, T. G., & Laurens, T. pengaturan kelas dan strategi pengajaran yang
(2003).Evaluasi hasil belajar yang relevan dengan efektif. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
kurikulum berbasis kompetensi. Surabaya: YP3IT 26H Abuddin Nata, M. A. (2012). Pengaturan

Kerjasama dengan Unipress. Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam


24Pendidikan, P. M., & Nomor, K. R. I. di Indonesia. Kencana.
(66).Tahun 2013 tentang standar penilaian 27Juran, J., & Godfrey, A. B. (1999).Quality

pendidikan. Jakarta: Kemendikbud. handbook. Republished McGraw-Hill, 173-178.


M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 67
untuk meningkatkan penghasilan.Akan Lembaga pendidikan yang efektif dan
tetapi penyediaan jenis mutu yang berorientasi pada mutu pendidikan
bermacam- macam dan lebih baik, memerlukan komitmen yang peh
memerlukan investasi dan karenanya kesungguhan dalam peningkatan mutu,
biasanya melibatkanpeningkatan berjangka panjang dan membutuhkan
pembiayaan.Kualitas yang lebih tinggi penggunaan peralatan dan teknik-teknik
dalam pengertian ini biasanya memerlukan tertentu. Komitmen tersebut harus
pembiayaan yang lebih mahal. didukung oleh dedikasi yang tinggi
Gerakan mutu terpadu dalam terhadap mutu melalui penyempurnaan
pendidikan masih tergolong baru.Ada proses yang berkelanjutan oleh semua
sedikit literatur yang memuat referensi pihak. Aspek dan indikator pengelolaan
tentang hal ini sebelum tahun 1980-an. lembaga pendidikan dapat dijalankan dan
Beberapa upaya reorganisasi terhadap diarahkan ke sebuah mutu yang tinggi,
praktek kerja dengan konsep Total Quality sehingga keberhasilan dari pencapaian
Management (TQM) telah dilaksanakan mutu tersebut harus merupakan integrasi
oleh beberapa universitas di Amerika. Baru dari semua keinginan dan partisipasi
pada awal tahun 1990-an, metode TQM stakeholder dalam pencapaian hasil
menjadi semacam kebutuhan dan akhirnya.30
dilaksanakan dibeberapa perguruan tinggi Beberapa langkah yang ditempuh
lain. Adanya banyak gagasan yang untuk meningkatkan mutu pendidikan
dihubungkan dengan mutu juga diantaranya adalah:
dikembangkan dengan baik oleh institusi Peningkatan Mutu Input pendidikan
institusi pendidikan tinggi.Gagasan terus- merupakan sesuatu yang harus tersedia
menerus diteliti dan diimplementasikan untuk berlangsungnya proses pendidikan.
lembaga pendidikan- lembaga Sesuatu yang harus tersedia itu berupa
pendidikan.28 sumber daya manusia dan sumber daya
Pengaturan mutu merupakan sarana bukan manusia (human resources andnon
yang memungkinkan para profesional human resources), perangkat lunak, dan
pendidikan untuk dapat beradaptasi harapan-harapan sebagai pemandu bagi
dengan kekuatan perubahan yang memukul berlangsungnya proses pendidikan. Input
sistem pendidikan.Pengetahuan yang sumber daya manusia meliputi kepala
diperlukan untuk memperbaiki sistem lembaga pendidikan, guru, konselor,
pendidikan sebenarnya sudah ada dalam peserta didik, dan karyawan. Sedangkan
komunitas pendidikan kita sendiri. input sumber daya bukan manusia meliputi
Kesulitan utama yang dihadapi para antara lain peralatan, perlengkapan, dana,
profesional pendidikan saat ini adalah bahan, dan lain-lain.31
ketidakmampuan dalam menghadapi Pengembangan kualitas sumber daya
sistem yang gagal, sehingga menjadi tabir manusia (SDM) bukan persoalan yang
bagi para profesional pendidikan itu untuk gampang dan sederhana, karena
mengembangkan atau menerapkan proses membutuhkan pemahaman yang
baru pendidikan yang akan memperbaiki mendalam dan luas pada tingkat
mutu pendidikan.29 pembentukan konsep dasar tentang
manusia serta perhitungan yang matang
dalam penyiapan institusi dan
28Umam, pembiayaan.32Upaya pengembangan dan
M. K. (2018, April). Reconstruction
of Integrative Islamic Education in The
Transformative Profetical Education Framework.
In PROCEEDINGS: Annual Conference for Muslim 30Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran.

Scholars (No. Series 1, pp. 511-520). 31Hariandja, M. T. E. (2002). Pengaturan


29Mangkuprawira, S., & Hubeis, A. V. sumber daya manusia.Grasindo.
(2007).Pengaturan mutu sumber daya 32Sahertian, P. A. (2000). Konsep dasar &

manusia. Ghalia Indonesia, Bogor. teknik supervisi pendidikan: dalam rangka


68 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 2 Oktober 2018 62~76
peningkatan kualitas sumber daya manusia potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
dapat dilakukan melalui berbagai jalur, emosional, dan kewajiban peserta didik.35
diantaranya melalui pendidikan.Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan ini
ini merupakan jalur peningkatan kualitas juga diatur oleh Peraturan Pemerintah yang
sumber daya manusia yang lebih menyatakan bahwa setiap satuan
menekankan pada pembentukan kualitas pendidikan wajib memiliki sarana yang
dasar, misalnya keimanan dan ketakwaan, meliputi : perabot, peralatan pendidikan,
kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
kreativitas dan sebagainya.33 habis pakai serta perlengkapan yang
SDM dalam dunia pendidikan terbagi diperlukan untuk menjang proses
atas pendidik dan tenaga kependidikan, pembelajaran yang teratur dan
yang terpenting adalah pendidik. Tugas berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan
pendidik dalam usaha membimbing dan hendaknya meliputi: lahan, ruang kelas,
mendidik peserta didik agar memiliki ruang pimpinan, ruang guru, ruang
kepribadian muslim membawa perpustakaan, ruang laboratorium, kantin,
konsekuensi-konsekuensi khusus bagi tempat berolah raga dan tempat beribadah,
pendidik, antara lain pendidik harus tempat bermain, tempat rekreasi, dan
memberikan teladan bagi peserta didik ruang tempat lain yang diperlukan untuk
antara lain, memiliki wawasan keilmuan menjang proses pemmbelajaran yang
yang mendalam, bersedia menambah teratur dan berkelanjutan.36
pendidikan guna memenuhi persyaratan Pengaturan sarana dan prasarana
standar minimal kelayakan sebagai pendidikan bertugas mengatur serta
pendidik, dan bersedia mengikuti berbagai menjaga sarana dan prasarana pendidikan
kegiatan ilmiah.34 agar dapat memberikan kontribusi pada
Ahmad Sasi mengemukakan jika abad proses pendidikan semetode optimal dan
silam disebut kualitas produk, maka masa berarti. Kegiatan pengelolaan ini meliputi
yang akan datang merupakan abad kualitas kegiatan perencanaan, pengadaan,
SDM. SDM yang berkualitas dan pengawasan, penyimpanan, inventarisasi,
pengembangan kualitas SDM bukan lagi penghapusan serta penataan.37 Hasil
merupakan isu atau tema-tema retorik, penelitian yang dilakukan menjukkan
melainkan merupakan taruhan atau bahwa proses perencanaan kebutuhan
andalan serta ujian setiap individu, sarana dan prasarana pendidikan yang
kelompok, golongan masyarakat dan mencakup:
bahkan setiap bangsa. Pengadaan, merupakan proses
Undang-Undang Republik Indonesia perancangan upaya pembelian, penyewaan,
No 20 tahun 2003 pasal 45 memuat tentang peminjaman, pekaran, daur ulang,
pentingnya sarana dan prasarana rekondisi/rehabilitasi, distribusi atau
pendidikan.Pasal 45 menyebutkan bahwa pembuatan peralatan dan perlengkapan
setiap satuan pendidikan formal dan non yang sesuai dengan kebutuhan lembaga
formal menyediakan sarana dan prasarana pendidikan;
yang memehi keperluan pendidikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan
35Indonesia, P. R. (2003). Undang-undang
pengembangan sumber daya manusia. Penerbit Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Rineka Cipta. sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah
33Samsuni, S. (2017).Pengaturan sumber Republik Indonesia.
daya manusia. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan 36Indonesia, P. R. (2005). Peraturan
Kemasyarakatan, 17(1), 113-124. Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005
34Efendi, H. (2002). Pengaturan Sumber tentang standar nasional pendidikan.Departemen
Daya Manusia: pengadaan, pengembangan, Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
pengkompensasian, dan peningkatan produktivitas 37Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran

pegawai. Jakarta: Grasindo. berorientasi standar proses pendidikan.


M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 69
Pemerataan, dilakukan semetode untuk menggambarkan metode mengajar
terbuka dan transparan terhadap pengguna yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini
melibatkan beberapa karyawan untuk begitu banyak macam strategi atau metode
mengatasi persoalan dan kesesuaian pembelajaran yang bertujuan untuk
penerima sarana dengan agenda meningkatkan kualitas pembelajaran
pemerataan; menjadi lebih baik.Istilah model
Pemanfaatan sarana dan prasarana pendekatan strategi metode teknik dan
sudah mengarah pada proses pencapaian taktik sangat familiar dalam dunia
tujuan, meskipun dalam pelaksanaannya, pembelajaran kita, namun terkadang
pemanfaatan sarana dan prasarana istilah-istilah tersebut membuat bingung
pendidikan sering mengalami tumpang- para pendidik.38
tindih antara petunjuk dan teknis Strategi merupakan kebijakan-
penggunaan. Penggunaan alat untuk semua kebijakan penting dari lembaga
kelas dapat dilakukan dengan membawa ke pendidikan/ madrasah yang penting untuk
kelas yang membutuhkan semetode diambil agar dapat digunakan sebagai
bergantian atau peserta didik yang akan patokan dalam pembuatan program.39
menggunakan mendatangi ruangan Untuk menghasilkan out put yangbagus,
tertentu. Seperti mendatangkan alat ke maka perlu diperhatikan standar mutu dari
kelas atau mendatangkan peserta didik ke proses yang dilakukan dalam lembaga. Bagi
ruang alat ada kebaikan dan keburukannya. setiap institusi, mutu adalah agenda utama
Alat didatangkan ke kelas terjadi kelas dan meningkatkan mutu merupakan tugas
tetap dan peserta didik mendatangi yang paling penting.40
ruangan-ruangan terjadi kelas berjalan Strategi pembelajaran adalah suatu
(kelas adalah sekelompok anak yang dalam kegiatan pembelajaran yang harus
waktu yang sama, dibawah bimbingan dikerjakan guru dan peserta didik agar
seorang guru). tujuan pembelajaran dapat dicapai
Suatu proses pendidikan dikatakan semetode efektif dan efisien. Strategi41

bermutu tinggi apabila terjadi proses pembelajaran mengandung makna


pengoordinasian, penyerasian, dan perencanaan. Maksudnya pada dasarnya
pemaduan berbagai input lembaga strategi masih bersifat konseptual,
pendidikan, baik yang tergabung dalam mengenai keputusan yang akan diambil
human resources maupun non human dalam pelaksanaan pembelajaran. Strategi
resources, yang dilakukan semetode dapat diartikan sebagai suatu garis-garis
harmonis sehingga mampu menciptakan besar untuk bertindak dalam usaha
situasi pembelajaran dan pendidikan yang mencapai sasaran yang telah
kondusif, mampu mendorong timbulnya ditentukan.Strategi didalam dunia
motivasi dan minat belajar, serta benar-
benar mampu memberdayakan segenap 38Sudrajat, A. (2008). Pengertian
unsur pendidikan di lembaga pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan
pendidikan.40 model pembelajaran. Online)(http://smacepiring.
Pembelajaran merupakan suatu dari wordpress. com).
39Umam, M. K. (2017, May). Strategi
berbagai komponen yang saling
Alternatif Memajukan Lembaga Pendidikan Islam di
berhubungan satu dengan yang
Pedesaan Berbasis Lembaga pendidikan Excellent
lainnya.Komponen tersebut meliputi Perspektif Kompetitif Kotemporer.
tujuan, materi, metode dan evaluasi.Empat In PROCEEDINGS: Annual Conference for Muslim
komponen pembelajaran tersebut harus Scholars (No. Seri 2, pp. 769-776).
40Umam, M. K. (2017). Analisis Lingkungan
diperhatikan oleh guru dalam memilih atau
Strategik Dalam Corak Penyelenggaraan Pendidikan
menentukan pendekatan dan model Islam. Jurnal al Hikmah, 5(1), 1-8.
pembelajaran. Kegiatan pembejaran dalam 41Umam, M. K. (2018). Strategi
implementasinya mengenal banyak istilah Intelektualisasi Progesifitas Manhajul Al Fikr Kader
An-Nahdliyah.
70 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 2 Oktober 2018 62~76
pendidikan dapat diartikan sebagai untuk melacak kemajuan mereka. Keempat,
perencanaan yang berisi mengenai setiap orang tua dan pengasuh tahu
rangkaian kegiatan yang didesain untuk bagaimana keadaan anak mereka, apa yang
mencapai tujuan pendidikan tertentu.42 mereka perlukan untuk menjadi lebih baik,
Cohen dalam bukunya menyinggung dan bagaimana orang tua dapat
penilaian terhadap strategi pembelajaran, mendukung anak dan guru mereka.
yang dirinci sebagai berikut:43 Strategi belajar mengajar pada
every child knows how they are doing, and lembaga pendidikan efektif, harus
understands what they need to do to improve dipusatkan pada aktifitas peserta didik,
and how to get there. every teacher is equipped
to make well-founded judgements about pupils’
karena tanggung jawab ada pada peserta
attainment, understands the concepts and didik.Lembaga pendidikan
principles of progression, and knows how to bertanggungjawab mengakomodasi
use their assessment judgements to forward kegiatan peserta didik agar peserta didik
plan, particularly for pupils who are not mau belajar.Hal ini berpatokan pada
fulfilling their potential every school has in
place structured and systematic assessment
pengertian belajar sebagai kegiatan aktif
systems for making regular, useful, peserta didik dalam membangun makna
manageable and accurate assessments of atau pemahaman. Guru perlu memberikan
pupils, and for tracking their progress every dorongan kepada peserta didik untuk
parent and carer knows how their child is menggunakan otoritasnya dalam
doing, what they need to do to improve, and
how they can support the child and their
membangun ide dan menciptakan situasi
teachers. yang mendorong prakarsa, motivasi, dan
tanggungjawab peserta didik untuk belajar
Cohen memberi gambaran bahwa sepanjang hayat.44
antara peserta didik, guru, lembaga Pembelajaran merupakan upaya yang
pendidikan dan orang tua memiliki dilakukan semetode sadar dan
hubungan yang erat dan kontribusi sistematis.Perencanaan dan pelaksanaan
terhadap strategi pembelajaran. Pertama, pembelajaran diharapkan memiliki tujuan
bahwa setiap anak tahu metode bagaimana tertentu yang ditetapkan. Dengan demikian
mereka belajar, dan memahami apa yang proses pembelajaran yang terwujud dalam
mereka perlukan untuk meningkatkan interaksi peserta didik dengan guru dan
pembelajaran dan bagaimana meju ke sana. juga sumber pengetahuan harus diarahkan
Kedua, setiap pendidik disiapkan untuk agar pembelajar dapat memperoleh
membuat penilaian yang baik tentang pengalaman yang bermakna.45
pencapaian peserta didik, memahami Lembaga pendidikan sebagai tempat
konsep dan prinsip perkembangan, dan belajar yang memberikan layanan yang
tahu bagaimana menggunakan penilaian bermutu melalui strategi pembelajaran
mereka untuk rencana ke depan, terutama yang bervariasi, penilaian semetode terus
bagi murid yang tidak bisa memaksimalkan menerus, dan follow up yang cepat dan
kemampuan mereka. tepat, mendorong partisipasi peserta didik
Ketiga, setiap lembaga pendidikan dalam pembelajaran, serta memperhatikan
memiliki sistem penilaian terstruktur dan kehadirian peserta didik, pelaksanaan
sistematis untuk membuat penilaian tugas-tugas peserta didik dan
terhadap peserta didik semetode teratur, keberlanjutan tugas-tugasnya.46
berguna, dapat dikelola dan akurat, dan

42Wena, M. (2009).Strategi pembelajaran 44Djamarah, S. B., & Zain, A. (2006).Strategi

inovatif kontemporer. belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.


43Soenarto, S. (2011).Pengaruh Strategi 45Sani, R. A. (2014). Pembelajaran saintifik

Pembelajaran dan Gaya Berpikir terhadap Hasil untuk implementasi kurikulum 2013.
Belajar Fisika. Prosiding Seminar Nasional 46Mulyasa, E. (2008). Implementasi
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di kurikulum tingkat satuan pendidikan: kemandirian
Yogyakarta. guru dan kepala lembaga pendidikan. Bumi Aksara.
M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 71
Pembelajaran merupakan inti dari peserta didik agar menjadi manusia yang
pendidikan. Selanjutnya, apabila proses beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
pembelajarannya kondusif, mampu Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu,
membuhkan inspirasi, motivasi, semangat cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
dan kreasi-kreasi belajar, maka akan negara yang demokratis serta bertanggung
mengantarkan pada keberhasilan jawab. Fungsi ini kemudian diperkuat
pendidikan. Gedung boleh sederhana, ruang dengan tujuan pendidikan pendidikan
kantor boleh sempit, dan posisi lembaga nasional yakni untuk berkembangnya
pendidikan Islam boleh berada di potensi peserta didik agar menjadi manusia
daerahpinggiran, asalkan sistem yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
pembelajarannya benar-benar kondusif Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
masih mampu menjamin keberlangsungan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
proses pendidikan dengan baik. Untuk apa menjadi warga negara yang demokratis
bangunan gedung yang megah, kantor yang serta bertanggungjawab.49
mewah dan berada di tengah Kota besar Pernyataan di atas memiliki nilai dan
jika sistem pembelajarannya siluman, pasti makna filosofis yang dalam,artinya bahwa
tidak mampu mengantarkan keberhasilan dalam pendidikan bukan semata-mata
pendidikan. Sebab, pendidikan itu mengejar keterampilan intelektual tetapi
membutuhkan proses yang intensif dan juga soft skill.Pengembangan soft skill
tidak ada pendidikan yang instan.47 peserta didik tidak hanya dilakukan di
Proses pembelajaran merupakan dalam kelas yang telah terstruktur dengan
kegiatan utama lembaga pendidikan. jelas melalui kurikulum tetapi juga
Lembaga pendidikan diberi kebebasan dilakukan di luar struktur.Oleh karena itu,
memilih strategi, metode, dan teknik lembaga pendidikan tidak hanya
pembelajaran dan pengajaran yang paling memberikan stimuli dalam aktivitas
efektif, sesuai dengan karakteristik mata kurikuler yang sudah digariskan dalam
pelajaran, peserta didik, guru dan kondisi kurikulum saja, tetapi juga menyediakan di
nyata sumber daya yang tersedia dilembaga luar kurikulerdalam bentuk aktivitas
pendidikan. Semetode umum proses ekstrakurikuler.50
pembelajaran yang berpusat pada peserta Ekstrakurikuler adalah kegiatan
didik lebih mampu memperdayakan pendidikan di luar mata pelajaran dan
peserta didik, dengan metode menekankan pelayanan konseling untuk membantu
keaktifan padabelajar peserta didik, bukan pengembangan peserta didik sesuai dengan
keaktifan mengajar guru.48 kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun mereka melalui kegiatan yang semetode
2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan atau tenaga kependidikan yang
nasional berfungsi mengembangkan berkemampuan dan berkewenangan di
kemampuan dan membentuk watak serta madrasah.51
peradaban bangsa yang bermartabat dalam Menurut Permendikbud No 62 tahun
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, 2014 Kegiatan Ekstrakurikuler adalah
bertujuan untuk berkembangnya potensi
49Departemen Agama, R. I. (2005). Panduan
47Umam, M. K. (2018, February). Paradigma Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Pendidikan Profetik dalam Pendekatan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtida'iyah. Agama Islam.
In PROCEEDING: The 3rd Annual International 50Ghufron, A. (2010). Integrasi nilai-nilai

Conference on Islamic Education (Vol. 3, No. 1, pp. karakter bangsa pada kegiatan
120-132). pembelajaran. Cakrawala Pendidikan, (3).
48Qomar, M. (2002). Pesantren: dari 51Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi

transformasi metodologi menuju demokratisasi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual


institusi. Erlangga. Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
72 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 2 Oktober 2018 62~76
kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh
peserta didik di luar jam belajar kegiatan Pertama, bahwa partisipasi dalam
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di kegiatan ekstra kurikuler memiliki efek
bawah bimbingan dan pengawasan satuan negatif pada kemampuan akademik peserta
pendidikan, mulai dari tingkat dasar didik, karena mereka menghabiskan lebih
sampai menengah (SD s/d SMA). Kegiatan banyak waktu untuk kegiatan ekstra
ekstrakurikuler ini diselenggarakan dengan kurikuler, dengan mengorbankan studi
tujuan untuk mengembangkan potensi, akademis mereka.Kedua, partisipasi dalam
bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kegiatan ekstra kurikuler memiliki efek
kerjasama, dan kemandirian peserta didik positif pada kemampuan akademik peserta
semetode optimal dalam rangka didik semetode tidak langsung, sebagai
mendukung pencapaian tujuan pendidikan hasil dari manfaat non-akademik dan sosial
nasional. yang terkait dengan kegiatan ekstra
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kurikuler.Terakhir, bahwa partisipasi
proses yang sistematis dan sadar dalam dalam kegiatan ekstra kurikuler memiliki
membudayakan peserta didik agar efek positif pada kemampuan akademik
memiliki kedewasaan sebagai bekal hingga melebihi titik tertentu, sehingga
kehidupannya. Kegiatan ekstrakurikuler keterlibatan peserta didik tersebut
memberikan ruang yang tepat kepada mengarah ke hasil akademis yang negatif.
peserta didik untuk mempraktikkan Berdasarkan paparan di atas maka
semetode langsung (learning by doing) sudah selayaknya jika disusun dan
berbagai aktivitas yang dapat diarahkan dikembangkan panduan teknis kegiatan
pada upaya pembentukan karakter ekstrakurikuler di lembaga pendidikan
tertentu. dasar, sehingga memberikan kemudahan
Menrrut hasil penelitian yang bagi pemangku kepentingan pendidikan
dilakukan, menjukkan bahwa kegiatan dalam melaksanakan kegiatan
ektrakurikuler memiliki tiga dampak ekstrakurikuler khususnya di lembaga
terhadap kemampuan akademik peserta pendidikan dasar. Upaya ini perlu
didik. dilakukan semetode terus menerus karena
First, Extracurricular Activity (ECA) kegiatan ekstrakurikuler bukan menjadi
participation has a negative effect on pelengkap semata dalam proses pendidikan
academic performance because semetode menyeluruh di lembaga
students were devoting more time for pendidikan. Lembaga pendidikan perlu
their ECA activities at the expense of menyusun rencana, pelaksanaan, evaluasi,
their academic studies. Second, the ECA pengembangan, dan tindak lanjut agar
participation has a positive effect on ekstrakurikuler tidak hanya sekedar
academic performance indirectly as a pengisi waktu luang peserta didikakan
result of the non-academic and social tetapi merupakan sarana yang penting
benefits associated with ECA dalam mengembangan potensi peserta
participation. Last, that ECA didik.
participation has a positive effect on Peningkatan Mutu Out putlembaga
academic performance up till a pendidikan dalam bidang akademik
certain point beyond which misalnya meningkatnya nilai ujian nasional,
participation leads to negative bertambahnya jumlah lulusan yang
academic outcomes.52 diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
52PohSunSEOW,andGaryShanShiPAN.ALiterat
unggulan, menjadi pemenang dalam
ureReviewoftheImpactof
ExtracurricularActivitiesParticipationonStudents'Acade
berbagai olimpiade akademik. Sedangkan
micPerformance.(2014).Journalof Education for out put lembaga pendidikan dalam bidang
Business.89, (7), 361-366. Research Collection School non akademik misalnya kejujuran,
OfAccountancy,
M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 73
kedisplinan, kerja sama yang baik, Putus Lembaga pendidikan (APS) tidak
solidaritas yang tinggi, dan toleransi serta melebihi 1 persen dari jumlah peserta didik
meningkatnya prestasi olahraga, seni, dan yang berlembaga pendidikan. 90 persen
kegiatan sosial yang berhubungan langsung lembaga pendidikan memiliki sarana dan
dengan kegiatan pembinaan masyarakat.53 prasarana minimal sesuai dengan standar
Mutu out put dalam hal ini didasarkan teknis yang ditetapkan semetode
pada Standar Kompetensi Lulusan yang nasional.90 persen dari jumlah guru SD
tercantum dalam PP No 19 tahun 2005. yang diperlukan terpehi.90 persen guru
Standar kompetensilulusan digunakan SD/MI memiliki kualifikasi sesuai dengan
sebagai pedoman penilaian dalam kompetensi yang ditetapkan semetode
penentuan kelulusan peserta didik dari nasional.95 persen peserta didik memiliki
satuan pendidikan.54Kompetensi lulusan buku pelajaran yang lengkap setiap mata
untuk mata pelajaran bahasa menekankan pelajaran.Jumlah peserta didik SD/MI per
pada kemampuan membaca dan melis yang kelas antara 30 - 40 peserta didik. 90
sesuai dengan jenjang persen dari peserta didik yang mengikuti
pendidikan.Kompetensi lulusan mencakup uji sampel mutu pendidikan standar
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. nasional mencapai nilai “memuaskan”
Standar kompetensi lulusan pada dalam mata pelajaran membaca, melis dan
jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk berhitung untuk kelas III dan mata
meletakkan dasar kecerdasan, pelajaran bahasa, matematika, IPA dan IPS
pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, untuk kelas V. 95 persen dari lulusan SD
serta, keterampilan untuk hidup mandiri melanjutkan ke Lembaga pendidikan
dan mengikuti pendidikan lebih Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
lanjut.Standar kompetensi lulusan Tsanawiyah (MTs).
pendidikan dasar dan menengah dan
pendidikan nonformal dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.55

Kesimpulan
Agar mutu out put menjadi terjamin,
maka dalam pelaksanaan dan prosesnya
diatur oleh Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Pendidikan Lembaga pendidikan
Dasar (SD)/Madrasah Ibtida’iyah (MI).SPM
untuk SD/MI ini diatur oleh Keputusan
Mendiknas. SPM SD/MI merut
Kepmendiknas ini antara lain: 95 persen
anak dalam kelompok usia 7-12 tahun
berlembaga pendidikan di SD/MI. Angka

53Umam, M. K. (2018). IMAM PARA NABI:


MENELUSUR JEJAK KEPEMIMPINAN DAN
MANAJERIAL NABI MUHAMMAD SAW. Jurnal al
Hikmah, 6(1), 59-74.
54Isi, S., Proses, S., Lulusan, S. K., dan

Prasarana, S. S., Pembiayaan, S., & Pengelolaan, S.


Standar Nasional Pendidikan.
55Indonesia, P. R. (2005). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan.Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
74 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 2 Oktober 2018 62~76
Bibliography

Alwi, B. M., Ramadani, S., & Herma, T. (2018). MANAJEMEN PESERTA DIDIK PADA TAMAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DO'A IBU. NANAEKE: Indonesian Journal of Early
Childhood Education, 1(1), 53-62.
Andayati, D. (2010). Sistem Pendukung Keputusan Pra-Seleksi Penerimaan Siswa Baru
(PSB) On-Line Yogyakarta. Jurnal Teknologi, 3(2), 145-153.
Ardhi, M. I. (2015). Evaluasi Manajemen Penerimaan Peserta Didik Baru Sistem Real Time
Online Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Jurnal penelitian Ilmu Pendidikan, 8(1).
Arikunto, S. (1988). Pengelolaan kelas dan siswa: sebuah pendekatan evaluatif. CV. Rajawali.
Departemen Agama, R. I. (2005). Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2006).Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, H. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia: pengadaan, pengembangan,
pengkompensasian, dan peningkatan produktivitas pegawai. Jakarta: Grasindo.
Fatimah, E. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Pustaka Setia: Bandung, 149-159.
Ghufron, A. (2010). Integrasi nilai-nilai karakter bangsa pada kegiatan
pembelajaran. Cakrawala Pendidikan, (3).
H Abuddin Nata, M. A. (2012). Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Kencana.
Imron, A. (2011). Manajemen peserta didik berbasis sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Imron, A. (2016). Manajemen Peserta Didik di SD: Masalah, Penyebab, dan Alternatif
Pemecahannya. Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(1).
sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Indonesia, P. R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Indonesia, P. R. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan.Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.
Isi, S., Proses, S., Lulusan, S. K., dan Prasarana, S. S., Pembiayaan, S., & Pengelolaan, S.
Standar Nasional Pendidikan.
J.S.Lawes,andCTEddy,UnderstandingChildren,AnIntroductionToPsychology
ForAfricanTeachers,London:Taylor&Francis,1966
Juran, J., & Godfrey, A. B. (1999).Quality handbook. Republished McGraw-Hill, 173-178.
Karwati, E., & Priansa, D. J. (2014).Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru
Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi. Bandung:
Alfabeta.
Mangkuprawira, S., & Hubeis, A. V. (2007).Manajemen mutu sumber daya manusia. Ghalia
Indonesia, Bogor.
Mulyana, R. (2009). Penanaman etika lingkungan melalui sekolah perduli dan berbudaya
lingkungan. Jurnal Tabularasa, 6(2), 175-180.
Mulyasa, E. (2008). Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan: kemandirian guru
dan kepala sekolah. Bumi Aksara.
Pendidikan, P. M., & Nomor, K. R. I. (66).Tahun 2013 tentang standar penilaian
pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
Perdana, N. G., & Widodo, T. (2013). Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Beasiswa
Kepada Peserta Didik Baru Menggunakan Metode TOPSIS. Semantik 2013, 3(1), 265-
272.
Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 75
PohSunSEOW,andGaryShanShiPAN.ALiteratureReviewoftheImpactof
ExtracurricularActivitiesParticipationonStudents'AcademicPerformance.(2014).Journalof
Education for Business.89, (7), 361-366. Research Collection School OfAccountancy,
Pramudia, J. R. (2006). Orientasi baru pendidikan: Perlunya reorientasi posisi pendidik dan
peserta didik. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 3(1), 29-28.
Priansa, D. J. (2015).Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Prihatin, E. (2011). Manajemen peserta didik.
Qomar, M. (2002). Pesantren: dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi.
Erlangga.
Ramli, M. (2015). Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik. Tarbiyah islamiyah, 5(1), 61-85.
Ratumanan, T. G., & Laurens, T. (2003).Evaluasi hasil belajar yang relevan dengan
kurikulum berbasis kompetensi. Surabaya: YP3IT Kerjasama dengan Unipress.
Rofiq, A. (2009). Pengelolaan kelas. Malang: Direktorat Jendral PMPTK.
Rohman, M., & Amri, S. (2012).Manajemen Pendidikan Analisis dan solusi terhadap kinerja
manajemen kelas dan strategi pengajaran yang efektif. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Sahertian, P. A. (2000). Konsep dasar & teknik supervisi pendidikan: dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia. Penerbit Rineka Cipta.
Samsuni, S. (2017).Manajemen sumber daya manusia. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman
dan Kemasyarakatan, 17(1), 113-124.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013.
Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Sanjaya, W. (2015). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran.Kencana.
Soenarto, S. (2011).Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Berpikir terhadap Hasil
Belajar Fisika. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA di Yogyakarta.
Sudrajat, A. (2008). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model
pembelajaran. Online)(http://smacepiring. wordpress. com).
Sumardi, K. (2012). Potret Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Salafiah. Jurnal
Pendidikan Karakter, (3).
Umam, M. K. (2017). Analisis Lingkungan Strategik Dalam Corak Penyelenggaraan
Pendidikan Islam. Jurnal al Hikmah, 5(1), 1-8.
Umam, M. K. (2017, May). Strategi Alternatif Memajukan Lembaga Pendidikan Islam di
Pedesaan Berbasis Sekolah Excellent Perspektif Kompetitif Kotemporer.
In PROCEEDINGS: Annual Conference for Muslim Scholars (No. Seri 2, pp. 769-776).
Umam, M. K. (2018). IMAM PARA NABI: MENELUSUR JEJAK KEPEMIMPINAN DAN
MANAJERIAL NABI MUHAMMAD SAW. Jurnal al Hikmah, 6(1), 59-74.
Umam, M. K. (2018). Strategi Intelektualisasi Progesifitas Manhajul Al Fikr Kader An-
Nahdliyah.
Umam, M. K. (2018, April). Reconstruction of Integrative Islamic Education in The
Transformative Profetical Education Framework. In PROCEEDINGS: Annual
Conference for Muslim Scholars (No. Series 1, pp. 511-520).
Umam, M. K. (2018, February). Paradigma Pendidikan Profetik dalam Pendekatan
Pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtida'iyah. In PROCEEDING: The 3rd Annual
International Conference on Islamic Education (Vol. 3, No. 1, pp. 120-132).
Wajdi, M. B. N. (2017). Desain Teknologi Pembelajaran.
Wena, M. (2009).Strategi pembelajaran inovatif kontemporer.
Wiyani, N. A. (2013). Manajemen Kelas: Teori dan aplikasi untuk menciptakan kelas yang
kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
*****

76 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 2 Oktober 2018 62~76

Anda mungkin juga menyukai