Abstract
The purpose of writing this article discusses about improving the quality of
education through students is one of the important components in the
education system, in the world of education students are the main raw
material in the process of scientific change of knowledge. Learning can be
interpreted as components that are interconnected with each other. These
components include goals, materials, methods, and evaluations. The four
components of learning must be carefully considered by the teacher in
selecting or determining the approach and learning model. Doing activities
in implementing them, recognizing many terms to describe the way the
teacher will do teaching. Now there are so many kinds of learning strategies
or methods that aim to improve the quality of learning so that it becomes
better.
Keywords: Mutu, Komponen dan Manajeman Pendidikan.
Didik. Pustaka Setia: Bandung, 149-159. Didik dan Model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
5Prihatin, E. (2011). Pengaturan peserta 7Imron, A. (2011). Pengaturan peserta didik
Baru (PSB) On-Line Yogyakarta. Jurnal lingkungan melalui lembaga pendidikan perduli dan
Teknologi, 3(2), 145-153. berbudaya lingkungan. Jurnal Tabularasa, 6(2), 175-
14Pramudia, J. R. (2006). Orientasi baru 180.
pendidikan: Perlunya reorientasi posisi pendidik 16Imron, A. (2016). Pengaturan Peserta
dan peserta didik. Jurnal Pendidikan Luar Lembaga Didik di SD: Masalah, Penyebab, dan Alternatif
pendidikan, 3(1), 29-28. Pemecahannya. Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(1).
M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 65
prestasi, berdasarkan kemampuan dan heterogen. Kedua-duanya memiliki
bakat, berdasarkan perhatian dan minat, kelebihan dan kelemahan masing-masing.19
yang terakhir berdasarkan kecerdasan.17
Lawes menyatakan bahwa Pengelolaan Kelas
pengelompokan peserta didik bisa Pengelolaan peserta didik merupakan
dilakukandengan perbandingan kondisi layanan yang memusatkan perhatian pada
fisik, karakter intelektual, kualitas sosial. pengaturan pengawasan dan layanan
….where children of the same age are peserta didik di kelas maupun luar kelas.
compared for a mber of factors such as Tahapan pengelolaan peserta didik antara
physical features (height, weight, lain analisis kebutuhan peserta didik,
eyesight, etc.); intellectual rekrutmen peserta didik, seleksi peserta
characteristics (intelligence, ability to didik, orientasi peserta didik, penempatan
learn, skill at languages, etc.); social peserta didik, pembinaan dan
qualities (friendliness, ability to lead, pengembangan peserta didik, pencatatan
helpful behaviour, etc.).18 dan pelaporan kelulusan dan alumni.20
Perbedaan tingkat kemampuan di Pengelolaan peserta didik yang
kalangan peserta didik dalam pembelajaran dimaksud peneliti disini adalah
seringkali ditemukan antara lain pengelolaan di dalam kelas, sehingga sering
kemampuan ekonomi, kemampuan sosial, disebut sebagai pengaturan kelas. Proses
kemampuan kultural, dan terutama pengajaran di dalam kelas menjadi bagian
kemampuan intelektual. Merut tingkat dari pengelolaan kelas. Pembelajaran
kemampuan intelektual misalnya, paling didalam kelas dapat dianggap memiliki
tidak terdapat tiga tingkatan yaitu peserta empat komponen: Persiapan, Presentasi,
didik pandai, peserta didik sedang dan Praktik, Kinerja.21
peserta didik yang lemah, sehingga selalu Pengaturan kelas yang efektif perlu
tertinggal dari kawan- pendekatan komprehensif yang mencakup,
kawannya.Menghadapi realitas tingkat penataan lingkungan lembaga pendidikan
kemampuan yang berbeda-beda ini, dan kelas, aktif mengawasi keterlibatan
seorang manajer kiranya dapat melakukan peserta didik, melaksanakan peraturan
kegiatan tes penempatan dengan kelas dan rutinitas, menerapkan prosedur
mengelompokkan mereka dalam kategori yang mendorong perilaku yang tepat,
tertentu.Kelas A menampung peserta didik menggunakan strategi pengurangan
yang pandai, kelas B peserta didik yang perilaku, mengumpulkan dan
kemampuannya menengah, kelas C menggunakan data untuk memantau
menampung peserta didik yang perilaku peserta didik, dan memodifikasi
lemah.Kebijakan ini membawa konsekuensi prosedur pengelolaan kelas sesuai
pengalokasian peserta didik semetode kebutuhan.22
homogen. Manajer dan pendidik seringkali
dihadapkan pilihan yang sulit antara Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
pengaturan kelas semetode umum gen atau
19Rofiq, A. (2009). Pengelolaan
kelas. Malang: Direktorat Jendral PMPTK.
20Arikunto, S. (1988). Pengelolaan kelas dan
TAMAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DO'A Teori dan aplikasi untuk menciptakan kelas yang
IBU. NANAEKE: Indonesian Journal of Early kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Childhood Education, 1(1), 53-62. 22Karwati, E., & Priansa, D. J.
18J.S.Lawes,andCTEddy,UnderstandingChildr (2014).Pengaturan Kelas (Classroom Management)
en,AnIntroductionToPsychology Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif,
ForAfricanTeachers,London:Taylor&Francis,1966 Menyenangkan, dan Berprestasi. Bandung: Alfabeta.
66 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 2 Oktober 2018 62~76
Evaluasi hasil belajar terhadap bekerja sama guna memberikan para murid
peserta didik perlu dilakukan agar sumber daya yang dibutuhkan untuk
diketahui perkembangan mereka dari memehi tantangan masyarakat, bisnis dan
waktu ke waktu.Evaluasi hasil peserta didik akademik mereka baik sekarang dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh dimasa depan. Bila mutu pendidikan
mana peserta didik telah dapat hendak diperbaiki, maka perlu ada
menampilkan performa sesuai yang pemimpin dari para profesional
diinginkan.Tanggung jawab untuk pendidikan.25
mengevaluasi belajar ada ditangan Bagi setiap institusi mutu adalah
pendidik.Agar evaluasi dapat mencapai agenda utama dan tugas yang paling
sasarannya, para pendidik perlu penting.Meskipun demikian, ada sebagian
berpedoman pada prinsip teknik- orang yang menganggap mutu sebagai
tekniknya.Semetode garis besar teknik sebuah konsep yang peh dengan teka-
evaluasi dapat dibedakan menjadi dua itu teki.Mutu dianggap sebagai suatu hal yang
tes dan non tes.23 membingungkan dan sulit untuk diukur.
Seorang guru dalam melakukan Mutu dalam pandangan seseorang
evaluasi, tergantung pada penguasaan terkadang pertentangan dengan mutu
peserta didik dalam kompetensi tertentu dalam pandangan orang lain. Sehingga
setelah mengikuti proses pembelajaran. tidak aneh ketika ada dua pakar yang tidak
Evaluasi tersebut juga dapat bertujuan memiliki kesimpulan yang sama tentang
untuk mengetahui kesulitan belajar peserta metode menciptakan institusi yang baik.26
didik.Tujuan evaluasi tersebut harus jelas Juran mendefinisaikan mutu sebagai
sehingga memberikan arah dan lingkup berikut :
pengembangan evaluasi selanjutnya.23 “Quality” means those features of products
Penilaian peserta didik pada jenjang which meet customer needs and thereby
provide customer satisfaction. In this sense, the
pendidikan dasar dan menengah meaning of quality is oriented to income. The
didasarkan pada prinsip objektif, terpadu, purpose of such higher quality is to provide
ekonomis, transparan.Standar penilaian greater customer satisfaction and, one hopes,
pendidikan ditetapkan melalui to increase income. However, providing more
Permendiknas nomor 20 tahun 2007, and/or better quality features usually requires
an investment and hence usually involves
tentang standar penilaian pendidikan yang increases in costs. Higher quality in this sense
didalamnya mencakup mekanisme usually “costs more.”27
prosedur dan instrument penilaian hasil
belajar peserta didik.24 Menurut pendapat Juran diatas, mutu
diartikan sebagai karakteristik khusus yang
Peningkatan Mutu Pendidikan dimiliki oleh suatu produk, yang memehi
Mutu merupakan proses terstruktur kebutuhan pelanggan dan dengan demikian
untuk memperbaiki keluaran yang memberikan kepuasan pelanggan.Mutu
dihasilkan. Mutu bukanlah benda magis merut pengertian ini berorientasi pada
atau sesuatu yang rumit.Mutu didasarkan pendapatan.Tujuan dari mutu yang lebih
pada akal sehat. Mutu menciptakan tinggi adalah untuk memberikan kepuasan
lingkungan bagi pendidik, orang tua, pelanggan dan memehi harapan seseorang,
pejabat pemerintah, wakil-wakil
masyarakat dan pemuka bisnis untuk 25Rohman, M., & Amri, S. (2012).Pengaturan
Pendidikan Analisis dan solusi terhadap kinerja
23Ratumanan, T. G., & Laurens, T. pengaturan kelas dan strategi pengajaran yang
(2003).Evaluasi hasil belajar yang relevan dengan efektif. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
kurikulum berbasis kompetensi. Surabaya: YP3IT 26H Abuddin Nata, M. A. (2012). Pengaturan
Pembelajaran dan Gaya Berpikir terhadap Hasil untuk implementasi kurikulum 2013.
Belajar Fisika. Prosiding Seminar Nasional 46Mulyasa, E. (2008). Implementasi
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di kurikulum tingkat satuan pendidikan: kemandirian
Yogyakarta. guru dan kepala lembaga pendidikan. Bumi Aksara.
M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 71
Pembelajaran merupakan inti dari peserta didik agar menjadi manusia yang
pendidikan. Selanjutnya, apabila proses beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
pembelajarannya kondusif, mampu Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu,
membuhkan inspirasi, motivasi, semangat cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
dan kreasi-kreasi belajar, maka akan negara yang demokratis serta bertanggung
mengantarkan pada keberhasilan jawab. Fungsi ini kemudian diperkuat
pendidikan. Gedung boleh sederhana, ruang dengan tujuan pendidikan pendidikan
kantor boleh sempit, dan posisi lembaga nasional yakni untuk berkembangnya
pendidikan Islam boleh berada di potensi peserta didik agar menjadi manusia
daerahpinggiran, asalkan sistem yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
pembelajarannya benar-benar kondusif Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
masih mampu menjamin keberlangsungan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
proses pendidikan dengan baik. Untuk apa menjadi warga negara yang demokratis
bangunan gedung yang megah, kantor yang serta bertanggungjawab.49
mewah dan berada di tengah Kota besar Pernyataan di atas memiliki nilai dan
jika sistem pembelajarannya siluman, pasti makna filosofis yang dalam,artinya bahwa
tidak mampu mengantarkan keberhasilan dalam pendidikan bukan semata-mata
pendidikan. Sebab, pendidikan itu mengejar keterampilan intelektual tetapi
membutuhkan proses yang intensif dan juga soft skill.Pengembangan soft skill
tidak ada pendidikan yang instan.47 peserta didik tidak hanya dilakukan di
Proses pembelajaran merupakan dalam kelas yang telah terstruktur dengan
kegiatan utama lembaga pendidikan. jelas melalui kurikulum tetapi juga
Lembaga pendidikan diberi kebebasan dilakukan di luar struktur.Oleh karena itu,
memilih strategi, metode, dan teknik lembaga pendidikan tidak hanya
pembelajaran dan pengajaran yang paling memberikan stimuli dalam aktivitas
efektif, sesuai dengan karakteristik mata kurikuler yang sudah digariskan dalam
pelajaran, peserta didik, guru dan kondisi kurikulum saja, tetapi juga menyediakan di
nyata sumber daya yang tersedia dilembaga luar kurikulerdalam bentuk aktivitas
pendidikan. Semetode umum proses ekstrakurikuler.50
pembelajaran yang berpusat pada peserta Ekstrakurikuler adalah kegiatan
didik lebih mampu memperdayakan pendidikan di luar mata pelajaran dan
peserta didik, dengan metode menekankan pelayanan konseling untuk membantu
keaktifan padabelajar peserta didik, bukan pengembangan peserta didik sesuai dengan
keaktifan mengajar guru.48 kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun mereka melalui kegiatan yang semetode
2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan atau tenaga kependidikan yang
nasional berfungsi mengembangkan berkemampuan dan berkewenangan di
kemampuan dan membentuk watak serta madrasah.51
peradaban bangsa yang bermartabat dalam Menurut Permendikbud No 62 tahun
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, 2014 Kegiatan Ekstrakurikuler adalah
bertujuan untuk berkembangnya potensi
49Departemen Agama, R. I. (2005). Panduan
47Umam, M. K. (2018, February). Paradigma Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Pendidikan Profetik dalam Pendekatan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtida'iyah. Agama Islam.
In PROCEEDING: The 3rd Annual International 50Ghufron, A. (2010). Integrasi nilai-nilai
Conference on Islamic Education (Vol. 3, No. 1, pp. karakter bangsa pada kegiatan
120-132). pembelajaran. Cakrawala Pendidikan, (3).
48Qomar, M. (2002). Pesantren: dari 51Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi
Kesimpulan
Agar mutu out put menjadi terjamin,
maka dalam pelaksanaan dan prosesnya
diatur oleh Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Pendidikan Lembaga pendidikan
Dasar (SD)/Madrasah Ibtida’iyah (MI).SPM
untuk SD/MI ini diatur oleh Keputusan
Mendiknas. SPM SD/MI merut
Kepmendiknas ini antara lain: 95 persen
anak dalam kelompok usia 7-12 tahun
berlembaga pendidikan di SD/MI. Angka
Alwi, B. M., Ramadani, S., & Herma, T. (2018). MANAJEMEN PESERTA DIDIK PADA TAMAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DO'A IBU. NANAEKE: Indonesian Journal of Early
Childhood Education, 1(1), 53-62.
Andayati, D. (2010). Sistem Pendukung Keputusan Pra-Seleksi Penerimaan Siswa Baru
(PSB) On-Line Yogyakarta. Jurnal Teknologi, 3(2), 145-153.
Ardhi, M. I. (2015). Evaluasi Manajemen Penerimaan Peserta Didik Baru Sistem Real Time
Online Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Jurnal penelitian Ilmu Pendidikan, 8(1).
Arikunto, S. (1988). Pengelolaan kelas dan siswa: sebuah pendekatan evaluatif. CV. Rajawali.
Departemen Agama, R. I. (2005). Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2006).Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, H. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia: pengadaan, pengembangan,
pengkompensasian, dan peningkatan produktivitas pegawai. Jakarta: Grasindo.
Fatimah, E. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Pustaka Setia: Bandung, 149-159.
Ghufron, A. (2010). Integrasi nilai-nilai karakter bangsa pada kegiatan
pembelajaran. Cakrawala Pendidikan, (3).
H Abuddin Nata, M. A. (2012). Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Kencana.
Imron, A. (2011). Manajemen peserta didik berbasis sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Imron, A. (2016). Manajemen Peserta Didik di SD: Masalah, Penyebab, dan Alternatif
Pemecahannya. Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(1).
sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Indonesia, P. R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Indonesia, P. R. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan.Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.
Isi, S., Proses, S., Lulusan, S. K., dan Prasarana, S. S., Pembiayaan, S., & Pengelolaan, S.
Standar Nasional Pendidikan.
J.S.Lawes,andCTEddy,UnderstandingChildren,AnIntroductionToPsychology
ForAfricanTeachers,London:Taylor&Francis,1966
Juran, J., & Godfrey, A. B. (1999).Quality handbook. Republished McGraw-Hill, 173-178.
Karwati, E., & Priansa, D. J. (2014).Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru
Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi. Bandung:
Alfabeta.
Mangkuprawira, S., & Hubeis, A. V. (2007).Manajemen mutu sumber daya manusia. Ghalia
Indonesia, Bogor.
Mulyana, R. (2009). Penanaman etika lingkungan melalui sekolah perduli dan berbudaya
lingkungan. Jurnal Tabularasa, 6(2), 175-180.
Mulyasa, E. (2008). Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan: kemandirian guru
dan kepala sekolah. Bumi Aksara.
Pendidikan, P. M., & Nomor, K. R. I. (66).Tahun 2013 tentang standar penilaian
pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.
Perdana, N. G., & Widodo, T. (2013). Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Beasiswa
Kepada Peserta Didik Baru Menggunakan Metode TOPSIS. Semantik 2013, 3(1), 265-
272.
Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
M. Khoirul Umam, Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta Didik 75
PohSunSEOW,andGaryShanShiPAN.ALiteratureReviewoftheImpactof
ExtracurricularActivitiesParticipationonStudents'AcademicPerformance.(2014).Journalof
Education for Business.89, (7), 361-366. Research Collection School OfAccountancy,
Pramudia, J. R. (2006). Orientasi baru pendidikan: Perlunya reorientasi posisi pendidik dan
peserta didik. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 3(1), 29-28.
Priansa, D. J. (2015).Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Prihatin, E. (2011). Manajemen peserta didik.
Qomar, M. (2002). Pesantren: dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi.
Erlangga.
Ramli, M. (2015). Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik. Tarbiyah islamiyah, 5(1), 61-85.
Ratumanan, T. G., & Laurens, T. (2003).Evaluasi hasil belajar yang relevan dengan
kurikulum berbasis kompetensi. Surabaya: YP3IT Kerjasama dengan Unipress.
Rofiq, A. (2009). Pengelolaan kelas. Malang: Direktorat Jendral PMPTK.
Rohman, M., & Amri, S. (2012).Manajemen Pendidikan Analisis dan solusi terhadap kinerja
manajemen kelas dan strategi pengajaran yang efektif. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Sahertian, P. A. (2000). Konsep dasar & teknik supervisi pendidikan: dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia. Penerbit Rineka Cipta.
Samsuni, S. (2017).Manajemen sumber daya manusia. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman
dan Kemasyarakatan, 17(1), 113-124.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013.
Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Sanjaya, W. (2015). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran.Kencana.
Soenarto, S. (2011).Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Berpikir terhadap Hasil
Belajar Fisika. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA di Yogyakarta.
Sudrajat, A. (2008). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model
pembelajaran. Online)(http://smacepiring. wordpress. com).
Sumardi, K. (2012). Potret Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Salafiah. Jurnal
Pendidikan Karakter, (3).
Umam, M. K. (2017). Analisis Lingkungan Strategik Dalam Corak Penyelenggaraan
Pendidikan Islam. Jurnal al Hikmah, 5(1), 1-8.
Umam, M. K. (2017, May). Strategi Alternatif Memajukan Lembaga Pendidikan Islam di
Pedesaan Berbasis Sekolah Excellent Perspektif Kompetitif Kotemporer.
In PROCEEDINGS: Annual Conference for Muslim Scholars (No. Seri 2, pp. 769-776).
Umam, M. K. (2018). IMAM PARA NABI: MENELUSUR JEJAK KEPEMIMPINAN DAN
MANAJERIAL NABI MUHAMMAD SAW. Jurnal al Hikmah, 6(1), 59-74.
Umam, M. K. (2018). Strategi Intelektualisasi Progesifitas Manhajul Al Fikr Kader An-
Nahdliyah.
Umam, M. K. (2018, April). Reconstruction of Integrative Islamic Education in The
Transformative Profetical Education Framework. In PROCEEDINGS: Annual
Conference for Muslim Scholars (No. Series 1, pp. 511-520).
Umam, M. K. (2018, February). Paradigma Pendidikan Profetik dalam Pendekatan
Pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtida'iyah. In PROCEEDING: The 3rd Annual
International Conference on Islamic Education (Vol. 3, No. 1, pp. 120-132).
Wajdi, M. B. N. (2017). Desain Teknologi Pembelajaran.
Wena, M. (2009).Strategi pembelajaran inovatif kontemporer.
Wiyani, N. A. (2013). Manajemen Kelas: Teori dan aplikasi untuk menciptakan kelas yang
kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
*****