Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SELAMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN

(DARING) DALAM MASA PANDEMI COVID-19 DI SDN CIPAKU PERUMDA KOTA BOGOR

Dunia saat ini tengah memasuki era modern. Telah terjadi banyak kemajuan dalam berbagai
hal yang tentunya membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah. Salah satunya adalah kemajuan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dibidang pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat
(UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003). Kemajuan dalam hal TIK diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pendidikan dan tenaga kependidikan di Indonesia. Menurut Minanti (2020: 62) mengatakan
bahwa pendidikan pada abad ke 21 ditandai dengan adanya revolusi industri 4.0 yang dikenal dengan
abad keterbukaan dan globalisasi. Pendidikan di Indonesia saat ini baik tingkat dasar, menengah,
maupun tingkat tinggi telah memanfaatkan kemajuan TIK.
Pada tanggal 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Kesehatan kala itu
Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia, yakni dua orang warga
Depok yang terkonfirmasi positif virus corona SARS-CoV2. Sejak saat itu, kasus terinfeksi Covid-19
di Tanah Air terus menyebar dan meluas hingga hari ini. Setidaknya tercatat sudah sekitar 1.341.341
kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Berbagai upaya untuk membatasi dan memutus rantai
persebaran virus telah dilakukan pemerintah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Nadiem Anwar Makarim telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Covid-19. Dengan adanya SE tersebut mengharuskan
pendidikan di Indonesia dilaksanakan secara daring (dalam jaringan).
Pembelajaran daring di Indonesia sebetulnya bukanlah hal yang baru, model pembelajaran ini
telah dikembangkan sejak tahun 2013 jauh sebelum adanya wabah virus Covid-19 sebagai alternatif
pembelajaran. Namun tidak semua tingkat pendidikan yang menerapan model pembelajaran daring,
terutama sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah, terlebih yang berada di wilayah terpencil.
Dengan adanya wabah Covid-19 ini, memaksa semua tingkat pendidikan di Indonesia baik dari tingat
dasar dan menengah sampai ke perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya harus menggunakan
model pembelajaran daring. Kondisi ini tentu berdampak pada kualitas pembelajaran, siswa dan guru
yang sebelumnya berinteraksi secara langsung tatap muka dalam kelas sekarang harus dibatasi hanya
melalui ruang virtual dengan berbagai jenis aplikasi. Guru dituntut untuk memberikan pengajaran
yang baik, menciptakan suasana belajar yang kondusif, pembelajaran kreatif dan inovatif
menggunakan media belajar yang menarik agar peserta didik dapat memahami materi pelajaran dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Namun dalam proses pembelajaran daring ini memberikan
dampak positif dan juga negatif. Terutama ditingkat Sekolah Dasar, khususnya di SDN CIPAKU
PERUMDA Kelurahan Bogor Selatan, Kota Bogor, pelaksanaan pembelajaran daring ini tidaklah
mudah karena tidak hanya melibatkan guru dan siswa saja, melainkan orang tua juga dituntut untuk
terlibat dalam proses pembelajaran. Orang tua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi dan
ekonomi yang mapan mungkin tidak terlalu terkendala dengan metode pembelajaran daring ini,
namun sebaliknya orang tua dengan latar belakan pendidikan dan ekonomi yang terbatas mungkin
jauh lebih sulit untuk membimbing anaknya selama proses pembelajaran daring. Hal ini bisa jadi
disebabkan oleh keterbatasan orang tua akan pengetahuan teknologi dan juga keterbatasan media
belajar daring, misalnya akses internet dan gawai.
A. PENYEBAB BERKURANGNYA KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
Selain siswa dan orang tua, guru juga mengalamai kendala dalam menyampaikan materi
pembelajaran, dikarenakan tidak semua siswa dapat mengakses internet terlebih tidak memiliki gawai
ataupun komputer sebagai media dalam pembelajaran daring. Hal ini ini pula yang menyebabkan
siswa kurang antusias dan kurang aktif selama proses pembelajaran. Secara garis besar, penyebab-
penyebab kurangnya antusias dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran daring di SDN
CIPAKU PERUMDA Kota Bogor diantaranya:
1. Akses internet
Akses internet merupakan satu kendala yang banya dialami oleh siswa dalam pembelajaran
daring. Salah satu faktornya adalah ketersediaan jaringan/sinyal yang kurang bagus. Meskipun
pemerintah sudah berusaha maksimal dengan adanya pemberian kuota internet gratis untuk siswa,
namun hal tersebut belum menjadi solusi terbaik dalam pembelajaran daring.
2. Siswa sulit memahami materi pelajaran
Dengan adanya kendala pada akses internet, maka proses pembelajaran pun menjadi
terganggu, akibatnya pemahaman siswa terhadap materi pun mengalami kesulitan. Ketika
pembelajaran tatap muka saja masih ada siswa yang kesulitan memahami materi, terlebih lagi dengan
pembelajaran daring.
3. Kurang maksimalnya peran orang tua
Dalam pembelajaran daring, peran orang tua sangatlah penting karena orang tua lah yang
langsung berhadapan dengan anak, dapat langsung membimbing dan mengarahkan anak selama
proses pembelajaran daring. Tidak sedikit siswa yang kedua orang tuanya bekerja sehingga tidak
dapat mendampingi anaknya selama proses pembelajaran daring. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
antusias dan keaktifan belajar serta hasil pembelajaran.
4. Dampak negatif gawai
Selama proses pembelajaran daring, tentunya siswa lebih sering berinteraksi dengan gawai.
Berdasarkan pendapat Andari (2013) tentang dampak gawai terhadap perkembangan anak yaitu malas
menulis dan membaca, penurunan dalam kemampuan berkomunikasi, adanya kecenderungan bermain
game online dan menjadi malas belajar. Kurangnya kontrol dari orang tua membuat siswa terlalu
bebas menggunakan gawai, bermain berbagai permainan dan aplikasi yang ada. Hal ini menjadikan
siswa sulit berkonsentrasi terhadap pelajaran.
5. Pemahaman pendidik terhadap IPTEK
Dalam pembelajaran daring, siswa dituntut untuk lebih mandiri dalam mempelajari materi pelajaran.
Bagi siswa tingkat sekolah dasar, hal ini belum bisa berjalan maksimal karena siswa sekolah dasar
masih sangatlah perlu bimbingan dari tenaga pendidik dan orang tua. Peran guru dan orang tua
sangatlah penting, terlebih guru dan orang tua harus melek IPTEK untuk meningkatkan minat siswa
akan belajar. Kurangnya pemahaman tenaga pendidik terhadap IPTEK akan membuat siswa jenuh dan
merasa bosan dengan model belajar yang biasa diberikan, sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam
proses pembelajaran daring.
B. DAMPAK BERKURANGNYA KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
Apabila hal-hal yang menjadi penyebab diatas terus dibiarkan berlarut tanpa segera diambil
tindakan, dikhawatirkan minat dan keaktifan belajar siswa akan semakin menurun. Hal ini sangat
mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia, karena sehebat dan sebagus apapun metode
pembelajaran tidak akan berguna apabila minat dan keaktifan siswa terhadap belajar semakin
menurun. Tidak menutup kemungkinan hal ini bisa menjadi ‘pembodohan’ secara halus dan perlahan
apabila tidak segera diselesaikan. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, tidak hanya pemerintah
dan guru selaku pendidik, orang tua dan lingkungan masyarakat pun harus turut berperan aktif dalam
mengatasi permasalahan ini.
C. ALTERNATIF REKOMENDASI PENYELESAIAN
Sebagai salah satu alternatif rekomendasi penyelesaian yang bisa diambil adalah memaksimalkan
segala potensi yang ada. Pemerintah sudah berusaha maksimal dalam sektor pendidikan, diantaranya
dengan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS). Sebagian dari dana BOS bisa dianggarkan untuk
pelatihan guru dan tenaga kependidikan. Pelatihan ini dimaksudkan agar guru lebih kreatif dan
inovatif dalam menyampaikan materi pembelajaran dan memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki.
Hal tersebut bisa dilaksanakan secara bergiliran untuk meminimalisir kekurangan guru dan tenaga
kependidikan ketika mengikuti pelatihan. Dengan adanya guru dan tenaga kependidikan yang kreatif
dan inovatif dalam pembelajaran, diharapkan siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang
hanya penugasan saja.
Selain itu, koordinasi antara guru dan orang tua siswa pun harus lebih dioptimalkan. Hal ini bisa
memanfaatkan Komite Sekolah yang menjembatani anatara pihak sekolah dengan orang tua siswa.
Jalin komunikasi dengan orang tua siswa semaksimal mungkin agar guru dapat mengontrol
perkembangan siswa terhadap pelajaran. Untuk siswa yang kedua orang tuanya bekerja, sebaiknya
meminta bantuan keluarga terdekat untuk mendampingi siswa selama pembelajaran. Apabila hal ini
belum dapat dilakukan maka alternatif selanjutnya adalah dengan metode luring (guru berkunjung 2
kali dalam satu pekan) dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain guru dan orang tua,
peran pemerintah tentu lebih diutamakan. Pemerintah bisa berkoordinasi dengan jajaran
kepemerintahan lainnya semisal jajaran KEMKOMINFO dalam penyediaan layanan wifi gratis yang
penggunaanya dapat dikontrol dengan ketat. Selain itu alangkah lebih baiknya dana yang sudah di
alokasikan di pindahkan ke hibah pengadaan gawai untuk siswa dengan latar belakang keluarga
kurang mampu agar tidak ada lagi kendala dalam pembelajaran daring terkait media pembelajaran
berupa gawai.
Demikian analisis dan deskripsi mengenai keaktifan belajar siswa selama pembelajaran daring dalam
masa pandemi Covid-19 di SDN Cipaku Perumda Kota Bogor.

Anda mungkin juga menyukai