BRSbrsInd 20150813092107
BRSbrsInd 20150813092107
X, 1 Juli 2010
Trend dua tahunan yaitu periode 2009-2010, menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin
juga mengalami penurunan sebesar 27,23 ribu jiwa yaitu dari 527,49 ribu jiwa pada tahun 2009
menjadi 500,26 ribu jiwa pada tahun 2010. Pada periode yang sama persentase penduduk miskin
mengalami penurunan dari 9,48 persen menjadi 8,65 persen.
Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Riau
menurut Daerah, 2002-2010
Jumlah penduduk miskin di Riau yang tinggal di daerah perdesaan Maret 2010 mencapai
291,34 ribu penduduk, turun sebesar 10,56 ribu penduduk atau sekitar 0,78 persen jika
dibandingkan dengan Maret 2009 yaitu 301,9 ribu penduduk. Sedangkan jumlah penduduk miskin
di Riau yang tinggal di daerah perkotaan Maret 2010 mencapai 208,92 ribu jiwa, turun sebesar
16,68 ribu jiwa atau sebesar 0,87 persen jika dibandingkan dengan Maret 2009 yaitu 225,6 ribu
jiwa.
2 Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No. 28/07/14/Th. IX, 1 Juli 2010
Tabel 2
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Riau
menurut Daerah, Maret 2009 – Maret 2010
Perkotaan
Maret 2009 183.706 82.002 265.707 225.6 8.04
Maret 2010 192.206 84.421 276.627 208,92 7,17
Perdesaan
Maret 2009 174.711 52.234 226.945 301,9 10,93
Maret 2010 180.658 54.609 235.267 291,34 10,15
Kota+Desa
Maret 2009 179.244 67.236 246.481 527,5 9,48
Maret 2010 186.478 69.634 256.112 500,26 8,65
Sumber: BPS, diolah dari data Susenas Panel Maret 2009 dan Maret 2010
Selama Maret 2009-Maret 2010, GK naik sebesar 3,91 persen, yaitu dari Rp 246.481,- per
kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp 256.112,- per kapita per bulan pada Maret 2010.
Dengan memperhatikan komponen GK, yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan
Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditas makanan jauh lebih
besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan). Peranan GKM terhadap GK pada Maret 2010 mencapai 72,81 persen sedangkan
peranan GKNM terhadap GK adalah 27,19.
Beberapa harga barang kebutuhan pokok yang mempunyai share yang cukup besar, yaitu
beras, gula pasir, telur, minyak goreng, mie instans, tahu, dan tempe, sedang komoditas bukan
makanan yang berpengaruh cukup besar pada GK adalah perumahan,listrik, minyak tanah, dan
angkutan.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin.
Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Tabel 3
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di Provinsi Riau Menurut Daerah, Maret 2009- Maret 2010
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2008 dan Maret 2009
4 Berita Resmi Statistik Provinsi Riau No. 28/07/14/Th. IX, 1 Juli 2010
5. PENJELASAN TEKNIS DAN SUMBER DATA
a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head
Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan.
b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua
komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan
(GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan
dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
c. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung kemiskinan adalah data SUSENAS
(Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret 2008 dan Maret 2009. Sebagai informasi tambahan,
juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai
untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan
makanan.