Anda di halaman 1dari 16

PERADABAN ISLAM DAULAH ABBASIYAH 750 – 1258 M

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Nadya Kamilia, M.Pd.I

Disusun Oleh:
1. Dinda Rahmah Wahyu Maulidinah (2120063)
2. Naila Rosyada (2120081)
3. Sabina Putri Lestari (2120094)
4. Bintang Ghayati Pramesthy Adi (2120100)

Kelas D

JURUSAN PENIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

Jl. Kusuma Bangsa No.9 Pekalongan 51141

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis. Serta berkat taufiq dan hidayah-Nya pula kami
mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PERADABAN ISLAM DAULAH
ABBASIYAH 750 – 1258 M” ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa kami
panjatkan kepada junjungan Nabi besar, Nabi Muhammad SAW. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya semoga kita semua tergolong umat beliau dan mendapatkan
syafaatnya di Yaumil akhir kelak.
Terimakasih kami ucapkan kepada Nadya Kamilia, M.Pd.I. selaku dosen pengampu
mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang telah memberikan arahan-arahan serta dukungan
sehingga dalam pembuatan makalah ini. Dengan terselesaikannya makalah ini semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca maupun penulisnya.

Tegal , 1 April 20021

Penulis,
Kelompok 4 Sejarah Pendidikan Islam
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah………………………………………………….
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Masa Dinasti Abbasiyah…………….
C. Faktor Kemunduran Dinasti Abbasiyah………………………………………………...

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………………...
B. Saran…………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW. dan disebarkan dijazirah Arab
yang diawali dengan sembunyi-sembunyi. Setelah pengikut agama Islam telah banyak dari
keluarga terdekat Nabi dan sahabat maka turun perintah Allah untuk menyebarkan Islam
secara terang-terangan. Namun dalam penyebarannya tidak berjalan mulus, Rasulullah dalam
menyebarkan Islam mendapatkan tantangan dari suku Quraisy . Islam disebarkan dan
dipertahankan dengan harta dan jiwa oleh para penganutnya yang setia membela Islam meski
harus dengan pertumpahan darah dalam peperangan.
Setelah Rasullah wafat, kepemimpinan Islam dipegang oleh khulafaur Rasyidin. Pada
perkembangannya Islam mengalami banyak kemajuan maju. Islam telah disebarkan secara
meluas keseluruh wilayah Arab. Pada masa khulafaur Rasyidin Al-Quran telah dibukukan
dalam bentuk mushaf yang dikenal dengan mushaf utsmani.
Meskipun Islam telah berkembang’ namun juga banyak mendapat tantangan dari luar
dan dalam Islam sendiri. Seperti pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib banyak terjadi
pemberontakan didaerah hingga peperangan. Salahsatu perang dimasa Ali bin Abi Thalib
ialah peperangan Muawiyah dengan khalifah Ali bin Abi Thalib yang menghasilkan abitrase,
sehingga Muawiyah menggantikan posisi Ali bin Abi Thalib. Dampak yang ditimbulkan dari
abitrase ini adalah pengikut dari Ali bin Abi Thalib ingin membunuh Ali bin Abi Thalib dan
Muawiyah karena dianggap telah kafir dan halal dibunuh. Dalam rencana pembunuhan ini,
hanya Ali bin Abi Thalib yang berhasil dibunuh.
Setelah kematian Ali bin Abi Thalib, maka berakhirlah masa Khulafaur Rasyidin dan
berganti dengan pemerintahan Dinasti Umayyah dibawah pimpinan Muawiyah bin Abi
Sofwan. Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Islam semakin berkembang dalam
segala aspek hingga perluasan daerah kekuasaan.
Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah, digantikan oleh pemerintahan dinasti
Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan umat
Islam. Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW, Berdirinya
dinasti ini sebagai bentuk dukungan terhadap pandangan yang diserukan oleh Bani Hasyim
setelh wafatnya Rasulullah SAW. yaitu menyandarrkan khilafah kepada keluarga Rasul dan
kerabatnya.
Berdasar dari keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk membahas sejarah terbentuknya
pemerintahan Dinati Abbasiyah hingga mundurnya pemerintahan ini dalam bentuk makalah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman proses proses terbentuknya Dinasti Abbasiyah?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu Pengetahuan Islam Masa Dinasti Abbasiyah ?
3. Apa sebab-sebab kemunduran Dinasti Abbasiyah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahaui sejarah terbentuknya Dinasti Abbasiyah
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu Pengetahuan Islam Masa Dinasti
Abbasiyah
3. Untuk mengetahui faktor dari penyebab kemunduran Dinasti Abbasiyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Sebagaimana diketahui bahwa kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah
Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah
karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi
Muhammad SAW. dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang,dari tahun 132 H (750 M) s. d 656 H (1258). Selama
dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial, dan budaya.
Ketika dinasti Umayyah berkuasa Bani Abbas telah melakukan usaha
perebutan kekuasaan. Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan
sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal
liberal dan memberikan toleransi kepada kegiatan keluarga Syi’ah. Gerakan itu
didahului oleh saudara-saudara dari Bani abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas,
Muhammad serta Ibrahim al-Imam, yang semuanya mengalami kegagalan, meskipun
belum melakukan gerakan yang bersifat politik. Sementara itu Ibrahim meninggal
dalam penjara karena tertangkap, setelah menjalani hukuman kurungan karena
melakukan gerakan makar. Barulah usaha perlawanan itu berhasil ditangan Abu
abbas, setelah melakukan pembantaian terhadap seluruh Bani Umayyah, termasuk
khalifah Marwan II yang sedang berkuasa.
Orang Abbasiyah, sebut Abbasiyah merasa lebih berhak daripada Bani
Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang Bani Hasyim
yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang
Umayah secara paksa menguasai khalifah melalui tragedi perang siffin. Oleh karena
itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa
melakukan pemberontakan terhadap Umayah.
Pergantian kekuasaan dinasti Umayyah oleh Dinasti Bani Abbasiyah diwarnai
dengan pertumpahan darah. Meskipun kedua dinasti ini berlatar belakang beragama
Islam, akan tetapi dalam pergantian posisi pemerintahan melalui perlawanan yang
panjang dalam sejarah Islam.
Dalam sejarah berdirinya daulah Abbasiyah, menjelang akhir Daulah
Amawiyah I, terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain disebabkan:
1. Penindasan yang terus menerus terhadap pengikut Ali dan Bani Hasyim pada
umumnya.
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak
diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara
terang-terangan.
Oleh karena itu, logis kalau Bani Hasyim mencari jalan keluar dengan
mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Amawiyah. Gerakan ini
menghimpun :
1. Keturunan Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah;
2. Keturunan Abbas (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Iman;
3. Keurunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-khurasany. positivisme,
empirisme, idealisme, pragmatisme, fenomenologi, dan eksistensialisme.1

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Masa Dinasti Abbasiyah

1
Deri Wanto,S.PdI,MA,
Selepas Bani Umayyah lengser, kekuasaan kekhalifahan Islam berpindah ke
Dinasti Abbasiyah yang berlangsung pada 750-1258 Hijriah atau 1261-1517 Masehi.
Selama masa Kekhalifahan Abbasiyah ini, sejarah ilmu pengetahuan berkembang pesat.
Kekhalifahan Abbasiyah dipelopori oleh Abu Al-Abbas As-Saffah yang meruntuhkan
Dinasti Umayyah pada 1261 Masehi. Abu Al-Abbas As-Saffah juga didaulat sebagai
khalifah pertama Dinasti Abbasiyah.
Perkembangan sistem politik dan ilmu pengetahuan maju pesat di masa
Dinasti Abbasiyah yang melanggengkan kekuasaannya sampai lima abad di kawasan
Timur Tengah. Penamaan Abbasiyah dinisbatkan kepada Abbas bin Abdul Muththallib
yang berasal dari Bani Hasyim. Keturunan Bani Hasyim mengklaim paling berhak
memegang tampuk kekuasaan karena nenek moyang mereka adalah paman Nabi
Muhammad SAW.
Alasan lainnya, dikutip dari "Perkembangan Politik dan Ilmu Pengetahuan pada Dinasti
Abbasiyah" yang ditulis Abdullah Manshur, adalah bahwa warisan tidak diturunkan
kepada sepupu jika masih ada paman, begitu pula dengan keturunan perempuan.
Di era Dinasti Abbasiyah, ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat. Masa
puncaknya ketika pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 H) dan Khalifah Al-
Ma'mun Ar-Rasyid (813-833 H). Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa
Daulah Abbasiyah (2012), Khairul Umam merangkumnya sebagai berikut:
1. Ilmu Tafsir
Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran tafsir yang terus
digunakan hingga sekarang. Dua aliran tafsir itu adalah tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi
ar-ra’yi. Aliran pertama lebih menekankan kepada penafsiran ayat-ayat Alquran dengan
hadis dan pendapat-pendapat para sahabat. Sementara itu, aliran yang kedua lebih banyak
berpijak pada logika daripada nas syariat.
Ahli tafsir Alquran yang terkenal di masa itu adalah Ibn Jarir al-Thabari
dengan karangannya yang bertajuk Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Alquran. Ada pula dikenal
Al-Baidhawi dengan Mu’allim Al-Tanzil, Al-Zamakhsyari dengan karangannya yang
berjudul Al-Kasyaf, Al-Razi dengan Tafsir Al-Kabir, dan lain sebagainya.
2. Ilmu Kalam atau Teologi Islam
Berkat singgungan Islam dengan filsafat Yunani, berkembang juga ilmu kalam
atau teologi Islam di masa Dinasti Abbasiyah. Alquran dan hadis ditelaah kembali
menggunakan akal dan rasio.
Salah satu mazhab ilmu kalam, aliran Mu'tazilah, mencapai masa
keemasannya di Dinasti Abbasiyah. Tokoh-tokoh seperti Washil bin Atha', Abu Huzail,
dan An-Nadzham tercatat sebagai orang-orang berpengaruh di aliran ini. Di masa
kepemimpinan Khalifah Al-Ma'mun, aliran Mu'tazilah bahkan dijadikan mazhab resmi
dinasti ini. Terdapat pula ulama Abu Hasan Al-Asyari yang berusaha menjembatani
pemikiran Mu'tazilah dan hadis-hadis nabi. Pemikirannya hingga sekarang terus dipelajari
umat Islam.
3. Ilmu Tasawuf
Di masa Dinasti Abbasiyah, muncul beberapa tokoh tasawuf besar seperti
Imam Ghazali, Al-Hallaj, Syahabuddin, Al-Qushairi, dan lain sebagainya. Ilmu tasawuf
mengalami perkembangan pesat dan dikaji ulang untuk menjawab tantangan zamannya.
Kitab yang dikarang Imam Ghazali Ihya Ulumuddin terus dipelajari hingga sekarang.
Demikian juga karangan Al-Hallaj, At-Thawashin, hingga Awarifu Al-Ma'arif yang
ditulis Syahabuddin.

4. Ilmu Geografi
Pada masa Dinasti Abbasiyah, peta dunia atau globe pertama dibuat. Globe ini
dikenal dengan sebutan Tabule Regoriana.Penyusunan globe ini dipelopori oleh Al-Idrisi
atau Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Abdullah Al-Idrisi. Peta berbahasa
Arab tersebut menampilkan daratan Eurasia, benua Afrika, dan Asia Tenggara. Peta
Tabule Regoriana inilah yang dijadikan rujukan Christopher Columbus untuk
mengelilingi dunia hingga menemukan benua Amerika.
5. Ilmu Kimia
Salah satu tokoh terbesar di bidang kimia yang lahir di masa Dinasti
Abbasiyah adalah Jabir bin Hayyan. Hingga sekarang, ia diakui sebagai Bapak Kimia
Bangsa Arab. Jabir mengembangkan secara ilmiah dua operasi utama kimia, yaitu
kalnikasi dan reduksi kimia. Ia juga memperbaiki metode penguapan, sublimasi,
peleburan, dan kristalisasi.
Beberapa buku hasil karangannya masih menjadi rujukan hingga sekarang
mencakup Kitab At-Tajmi' (tentang Konsentrasi), Az-Zi’baq As-Syarqi (Air Raksa
Timur), Kitab Ar-Rahmah, dan lain sebagainya.
6. Ilmu Kedokteran dan Farmasi
Di masa Dinasti Abbasiyah, penyakit cacar dan measles pertama kali
dibedakan. Prinsip seton dalam operasi juga ditemukan. Tokoh pelopornya yang terkenal
adalah Ar-Razi atau Abu Bakar Muhammad Bin Zakariya Ar-Razi.
Pada saat itu, Ar-Razi adalah dokter anak masyhur dengan karya kedokteran
Al-Hawi, buku ensiklopedia kedokteran. Selain itu, ada juga Ibnu Sina atau Abu Ali
Husain bin Hasan Ali bin Sina yang mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan
Arab di bukunya Al-Qanun fi At-Thib.
Karyanya juga berupa ensiklopedia kedokteran, serta menjadi referensi
penting kedokteran di masa itu, bahkan sempat menjadi rujukan primer kedokteran di
Eropa selama lima abad (dari abad ke-12 hingga 17 M).
7. Ilmu Matematika
Ilmu matematika mencapai kemajuan pesat di masa Dinasti Abbasiyah. Tokoh
terkenalnya adalah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi yang menemukan angka 0
(nol). Di masa itu, dikenal juga bilangan positif dan negatif, pengetahuan tentang akar,
aljabar, dan aritmatika.

Buku fenomenal yang dihasilkan Al-Khawarizmi adalah Hisab Al-Jabr. Ia


juga menjelaskan mengenai logaritma dan dikenal sebagai penemu pertama kalkulasi
tersebut. Di masa Dinasti Abbasiyah, ilmu matematika klasik di Yunani dan India
dipelajari untuk menghasilkan integrasi matematika modern. Buku-buku Yunani
diterjemahkan ke Bahasa Arab untuk dipelajari dan dikembangkan.
8. Sejarah
Di bidang sejarah, muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun. Awalnya, ia belajar
di Al-Azhar, Mesir. Usai menuntut ilmu di sana, Ibnu Khaldun mendirikan lembaga
pendidikannya sendiri untuk mengkaji dan mempelajari sejarah. Murid-murid yang belajar
langsung pada Ibnu Khaldun adalah Al-Aqrizi, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Jalaluddin As-
Suyuti, dan lain sebagainya.

C. Faktor Kemunduran Dinasti Abbasiyah


Apapun yang ada di dunia ini terbukti tidak ada yang langgeng atau abadi. Semua
akan berjalan dari bawah sampai puncak dan akhirnya turun kembali. Seberapapun besarnya,
seberapapun jayanya suatu negara pastilah akan mengalami kemunduran Begitu pula dengan
Dinasti Abbasiyah yang mengalami berbagai kemajuan di berbagai bidang
kehidupan. Pendirian Bani Abbas tahun 750-857 Masehi akhirnya mengalami kemunduran
pula.
Segala sesuatu di dunia ini berjalan menurut hukum sebab akibat, apa yang terjadi
pastilah ada sebabnya. Dinasti Abbasiyah yang begitu maju dan besar akhirnya mengalami
kemunduran yang drastis. Namun, kemunduran Abbasiyah tidak terjadi begitu saja,
melainkan ada faktor penyebab kemundurannya. Faktor tersebut terdiri dari faktor intern dan
ekstern.
Secara ringkas faktor intern kemunduran dinasti ini adalah kemewahan hidup di
kalangan penguasa, perebutan kekuasaan antar keluarga Bani Abbasiyah sendiri, dan konflik
keagamaan. Sedangkan faktor eksternalnya adalah : banyaknya pemberontakan, dominasi
bangsa Turki, dan dominasi bangsa Persia. Berikut penjelasan lengkapnya:

 Faktor Intern
Faktor dari dalam (intern) penyebab mundurnya dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut:
1. Kemewahan hidup di kalangan penguasa
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang diraih Dinasti
Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup serba mewah,
bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah daripada
pendahulunya. Kondisi ini berpeluang kepada tentara profesional asal Turki untuk
mengambil alih kendali pemerintahan.
2. Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abasiyah
Perebutan kekuasaan keluarga Bani Abasiyah dimulai sejak masa Al-Ma’mun dengan
Al-Amin. Ditambah dengan masuknya unsur Turki dan Persia. Setelah Al-Mutawakkil wafat,
pergantian khalifah terjadi secara tidak wajar. Dari kedua belas khalifah pada periode kedua
Dinasti Abbasiyah, hanya empat orang khalifah yang wafat dengan wajar. Selebihnya, para
khalifah wafat karena dibunuh atau diracun dan diturunkan secara paksa.
3. Konflik keagamaan
Sejak terjadinya konflik antara Muawiyah dan Khalifah Ali yang berakhir dengan
lahirnya tiga kelompok umat, yaitu : pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan Khawarij. Ketiga
kelompok tersebut senantiasa berebut pengaruh.
Yang paling berpengaruh pada masa kekhalifahan Muawiyah maupun Abbasiyah
adalah kelompok Sunni dan kelompok Syi’ah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara
kedua kelompok tersebut saling mendukung. Misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi,
antara kelompok yang tak pernah ada satu kesepakatan.
 Faktor Ekstern
Seperti disebutkan di atas, bahwa kemunduran Abbasiyah juga karena ada faktor ekstern,
antara lain: banyaknya pemberontakan, dominsai bangsa Turki, dan dominasi bangsa Persia.
Berikut penjelasannya:
1. Banyaknya pemberontakan
Banyaknya daerah yang dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih
menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan islam, secara real, daerah-daerah itu
berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur yang bersangkutan. Akibatnya, provinsi-
provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari genggaman penguasa Bani Abbas.

Adapun cara mereka melepaskan diri dari kekuasan Baghdad dengan dua cara, yaitu:
Pertama: seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil
memperoleh kemerdekaan penuh, seperti Daulah Umayah di Spanyol dan Indrisiyah di
Maroko.
Kedua: seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya
semakin bertambah kuat. Kemudian melepaskan diri, seperti daulat Aglabiyah di Tunisia dan
Thahiriyah di Kurasan.
2. Dominsai bangsa Turki
Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran.
Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah memperkerjakan orang-orang profesional di
bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki. Kemudian mengangkatnya menjadi panglima-
panglima.
Pengangkatan anggota militer inilah dalam perkembangan selanjutnya merebut
kekuasaan tersebut. Walaupun khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tengah mereka,
khalifah bagaikan bonek yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah yang memilih
dan menjatuhkan khalifah yang sesuai dengan politik mereka.
Khalifah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada masa kekuasaan Bangsa Turki I,
mulai khalifah ke-10 yaitu Khalifah Al-Mutawwakil tahun 232 H. hingga Khalifah ke-22
yaitu Al-Mustaqfi Billah (Abdullah Suni Qasim) pada tahun 334 H. Pada masa kekuasaan
bangsa Turki II (Banu Saljuk), mulai dari khalifah ke-27, Muqtadie bin Muhammad tahun
467 H, hingga khalifah ke-37 Musta’shim bin Mustanshir tahun 656 H.
3. Dominasi bangsa Persia
Masa kekuasan bangsa Parsi (Banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa
ini, kekuasaan pusat di Baghdad dilucuti dan di berbagai daerah muncul negara-negara baru
yang berkuasa dan membuat kemajuan dan perkembangan baru.
Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerja sama dalam
mengelola pemerintahan dan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang cukup pesat
dalam berbagai bidang.
Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang mengadakan
pergantian khalifah, yaitu dari Khalifah Muttaqi (khalifah ke-22) kepada Khalifah Muthie’
(khalifah ke-23) tahun 334 H., Banu Buyah (Parsi) berhasil merebut kekuasaan.

Pada mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari para khalifah,


sehingga banyak dari mereka yang menjadi panglima tentara, di antaranya menjadi panglima
besar. Namun, setelah mereka memiliki kedudukan yang kuat, para khalifah Abbasiyah
berada di bawah telunjuk mereka dan seluruh pemerintahan berada di tangan mereka.
Khalifah Abbasiyah hanya tinggal namanya saja, hanya disebut dalam do’a-do’a di atas
mimbar, bertanda tangan di dalam peraturan dan pengumuman resmi dan nama mereka
ditulis atas mata uang dinar dan dirham. Namun sejarah Bani Abbas tidak hanya sampai di
sini, akhirnya dinasti ini pun hancur.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Awal Berdirinya bani abbasiyah adalah dikarenakan pada masa pemerintahan


Bani Umaiyyah pada masa pemerintahan khalifah Hisyam ibn abdi al-Malik muncul
kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan bani umayyah. Kekuatan
itu berasal dari kalangan bani hasyim yang dipelopori keturunan al-Abbas ibn abd al-
muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari golongan syiah dan kaum mawali
yang merasa di kelas duakan oleh pemerintahan bani umayyah. Pada waktu itu ada
beberapa factor yang menyebabkan dinasti umayyah lemah dan membawanya kepada
kehancuran, akhirnya pada tahun 132 H (750 M) tumbanglah daulah umayyah dengan
terbunuhnya khalifah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad dan pada tahun itu
berdirilah kekuasaan dinasti bani abbas atau khalifah abbasiyah karena para pendiri dan
penguasa dinasti ini keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw., dinasti abbasiyah
didirikan oleh Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu
yang panjang dari tahun 132 H sampai dengan 656 H. selama berkuasa pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya.
Dinasti Abbasiyah di samping bercorak Arab murni, juga terpengaruh dengan corak
pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir, dan sebagainya. Juga dinasti
Abbasiyah ini sistem politiknya lebih bersifat demokratis dari pada dinasti Umayyah
yang Orientalis.
Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi (158 – 169 H / 775 – 785 M),
dinasti Abbasiyah memperluas kekuasaan dan pengaruh Islam ke wilayah Timur Asia
Tengah, dari perbatasan India hingga ke China. Saat itu umat Islam berhasil memasuki
selat Bosporus, sehingga membuat Ratu Irene menyerah dan berjanji membayar upeti.
Pada masa dinasti ini pula wilayah kekuasaan Islam sangat luas yang meliputi wilayah
yang telah dikuasai Bani Umayyah, antara lain Hijjaz, Yaman Utara dan Selatan, Oman,
Kuwait, Iran (Persia), Irak, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Tunisia, Al-Jazair,
Maroko, Spanyol, Afghanistan, dan Pakistan. Juga mengalami perluasan ke daerah Turki,
wilayah-wilayah Armenia dan daerah sekitar Laut Kaspia, yang sekarang termasuk
wilayah Rusia. Wilayah bagian Barat India dan Asia Tengah, serta wilayah perbatasan
China sebelah Barat.

Perkembangan kebudayaan serta ilmu pengetahuan dan Ilmuwan yang berpengaruh pada
masa Dinasti Bani Abbasiyah
Secara garis besar ada 2 faktor penyebab tumbuh dan berkembangnya
peradaban Islam, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari
dalam ajaran Islam bahwa ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits,
memiliki kekuatan yang luar biasa yang mampu memberikan motifasi bagi para
pemeluknya untuk mengembangkan peradabannya.
Sedangkan faktor eksternalnya, yaitu ajaran yang merupakan proses sejarah
umat Islam di dalam kehidupannya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam. Faktor
penyebab tersebut adalah semangat Islam, perkembangan organisasi ketatanegaraan,
perkembangan ilmu pengetahuan, dan perluasan Islam.

B. Saran-saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
https://punyalembak.blogspot.com/2016/04/sejarah-peradaban-islam-dinasti.html?m=1
https://www.sejarah-negara.com/en/1777/faktor-kemunduran-dinasti-abbasiyah/?amp
https://tirto.id/sejarah-perkembangan-ilmu-pengetahuan-islam-masa-dinasti-abbasiyah-gaso

Anda mungkin juga menyukai