Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN DALAM ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

Pitauli Aprilia Siringoringo (pitauli2001@gmail.com)

Latar Belakang

Para praktisi keperawatan tentu telah paham cara merumuskan diagnosa keperawatan
sebagai langkah kedua dari proses keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan pada saat ini
masih lebih banyak terfokus pada upaya penyembuhan penyakit atau respons klien terhadap
penyakit. Hal ini berdampak pada diagnosa yang ditetapkan oleh perawat umumnya berkaitan
dengan masalah klien yang bersifat aktual dan risiko saja atau diagnosa keperawatan aktual
dan risiko saja. Bila orientasi perawat diberikan pula kepada upaya promosi kesehatan maka
masih ada lagi katagori lain dari diagnosa keperawatan yang dapat dikembangkan perawat
yaitu diagnosa keperawatan sejahtera.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan dasar
klien secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu pemenuhan kebutuhan
oksigen klien yang tidak adekuat. Dalam tindakannya, seorang perawat sebelum memberikan
asuhan keperawatan harus melakukan metode keperawatan berupa pengkajian, diagnosis
keperawatan, intervensi, dan evaluasi.

Pada prakteknya kegiatan proses keperawatan di atas tidaklah selalu berurutan tetapi
bisa dikerjakan pada waktu bersamaan/tumpang tindih (overlapping). Salah satu kegiatan
yang penting dalam proses keperawatan adalah pengkajian keperawatan. Pengkajian
keperawatan ini sangat penting karena dari pengkajian keperawatan maka perawat akan
mampu menentukan apa masalah keperawatan/diganosa keperawatan dan masalah
kolaboratif/diagnosis potensial komplikasi yang dialami oleh pasien dan membuat
perencanaan dalam merawat pasien.

Pengalaman menunjukkan bahwa sering sekali perawat kesulitan dalam menentukan


diagnosis keperawatan spesifik yang dialami oleh pasien. Hal ini mungkin karena pengkajian
keperawatan yang tidak terstruktur dengan baik. Pengalaman menunjukkan bahwa pengkajian
yang dilakukan oleh perawat tidak mempunyai urutan yang runut dan terkait dengan
diagnosis keperawatan. Sering terjadi perawat mempunyai data tertentu tetapi kebingungan
untuk menentukan data tersebut mendukung diagnosis keperawatan yang mana. Atau
sebaliknya perawat mempunyai prediksi pasien mempunyai diagnosis tertentu tetapi tidak
tahu data apa yang perlu dikaji untuk mendukung diagnosis tersebut muncul (Nurjannah,
2010).

Dalam merumuskan diagnosis keperawatan menurut Wilkinson (2007) terdapat


beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mendiagnosis keperawatan adalah interpretasi dari
data yang ada, kemudian melakukan verifikasi dengan pasien, menentukan label diagnosis
keperawatan dan menuliskan diagnosis keperawatan. Proses mengkaji dan mendiagnosis
merupakan kegiatan yang sangat penting karena menentukan keberhasilan keperawatan.

Metode

Dalam penyusunan bahan kajian tulisan ini, penulis menggunakan data sekunder, yaitu data
yang bukan didapatkan tidak secara langsung dari objek atau subjek penelitian. Dalam
metode pengumpulan data, penulis menggunakan teknik studi dokumen, dimana merupakan
jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan
analisis. Penulis memilih sumber kajian melalui buku cetak maupun buku elektronik, jurnal
fisik maupun e-journal, tesis, skripsi, disertasi, maupun berbagai sumber tidak resmi lainnya.
Penulis mengutip berbagai sumber kajian berdasarkan pendekatan objektif, yaitu kesesuaian
isi dengan yang dicari. Kemudian penulis menyesuaikan sumber kajian sesuai dengan etik
penyusunan referensi, yaitu APA Style.

Hasil

Profesi perawat menggunakan proses keperawatan (nursing process) sebagai kerangka pikir
dan kerangka kerja dalam merawat pasien. Keperawatan sebagai proses, diperkenalkan sejak
tahun 1955 oleh Hall dan pada tahun 2004 proses keperawatan (nursing process) ditetapkan
sebagai series of steps oleh ANA (American Nursing Association) (Wilkinson, 2007), yang
terdiri dari assesment (pengkajian), diagnosis (penetapan diagnosis), planning outcomes
(perencanaan hasil), planning intervention (perencanaan intervensi), implementation
(implementasi) dan evaluation (evaluasi).
Diagnosa asuhan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah
kesehatan aktual atau potensial serta penyebabnya. Tahap diagnosa adalah tahap pengambilan
keputusan pada proses keperawatan yang meliputi identifikasi apakah maslah klien dapt
dihilangkan , dikurangi atau diubah melalui tindakan keperawatan.
Tujuan diagnosa keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk mengidentifikasi
masalah adanya respon klien terhadap status kesehatan, faktor yang menunjang atau
menyebabkan suatu masalah, kemampuan pasien untuk mencegah atau menyelesaikan
masalah, mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan, mendokumentasikan
tanggung jawab dalam identifikasi masalah, mengidentifikasi masalah utama perkembangan
keperawatan.
Rawat Inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga
kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di
rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Pelayanan rawat inap
adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan
untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik
lainnya.
 Menurut American Hospital Association di tahun 1978 Rawat Inap adalah suatu
institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien untuk diagnostik
dan terapeutik serta berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah
maupun non bedah.  Rawat inap adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kedokteran
intensif (hospitalization) yang diselenggarakan oleh rumah sakit, baik rumah sakit umum
maupun rumah sakit bersalin”.
 Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi,
diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medis dengan menginap di ruang rawat inap
pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah atau swasta, serta puskesmas perawatan dan
rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. 

Pembahasan

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup pasien dan aspek-
aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan prefentif perawatan kesehatannya. Menurut Shore,
untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifkasi proses pemecahan
masalah yang “menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan
elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah”. Proses
keperawatan ini diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang terdiri atas tiga
tahap : Pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang didasarkan pada metode ilmiah
pengamatan, pengukuran, pengumpulan data dan penganalisaan temuan. Kajian selama
bertahun-tahun, penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan perawat pada pengembangan
proses keperawatan menjadi lima langkah yang konkret (pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, implementasi dan evaluasi) yang memberikan metode efisien tentang
pengorganisasian proses berfikir untuk pembuatan keputusan klinis. [ CITATION Ast16 \l
1057 ]

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status
kesehatan atau resiko  perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (a Carpenito, 2000).

Gordon (1976) mendefinisikan bahwa diagnosa keperawatan adalah “masalah kesehatan


actual dan potensial dimana perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu
dan mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan”. Kewanangan
tersebut didasarkan pada standar praktek keperawatan dan etik keperawatan yang berlaku di
Indonesia

NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah ”keputusan klinik tentang respon


individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawat”.

Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan
sebagai ”defenisi karakteristik”. Definisi karakteristik tersebut dinamakan ”Tanda dan
gejala”, Tanda adalah sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang
dirasakan oleh klien.

Diagnosa keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai
hasil bagi anda, sebagai perawat, yang dapat diandalakan(NANDA Internasional, 2007).
Diagnosa keperawatan berfokus pada, respon aktual atau potensial klien terhadap masalah
kesehatan dibandingkan dengan kejadian fisiologis, komplikasi, atau penyakit. [ CITATION
Ano15 \l 1057 ]

 Komponen Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan memiliki 2 kompinen utama, yaitu Masalah (Problem) atau Label
Diagnosis dan Indikator Diagnostik. [ CITATION PPN19 \l 1057 ]

1. Masalah (Problem)

Problem dapat diidentifikasikan sebagai respons manusia terhadap masalah-masalah


kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian
yang dilakukan oleh perawat [ CITATION fer121 \l 1057 ]. Masalah merupakan label diagnosis
keperawatan yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya. Label diagnosis ini terdiri dari Deskriptor atau penjelas dan Fokus
Diagnostik.
Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi.
Beberapa deskriptor yang digunakan dalam diagnosis keperawatan diuraikan melalui gambar
dibawah ini.

2. Indikator Diagnostik

Indikator diagnostik terdiri dari penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko dengan uraian
sebagai berikut.

a. Penyebab (Etiology)

Etiologi atau faktor penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status
kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi merupakan pedoman untuk
merumuskan intervensi.  Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual
dan factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai
penyebab ataupun factor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi factor yang mendukung
terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari
intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan
keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Unsur – unsur dalam identifikasi etiologi
meliputi unsur PSMM :
(1) Patofisiologi penyakit : semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan
atau mendukung masalah.

(2) Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial).


(3) Medikasi (berhubungan dengan program perawatan atau pengobatan) : keterbatasan
institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.

(4) Maturasional : adolensent (ketergantungan dalam kelompok), young adult (menikah,


hamil, menjadi orang tua), dewasa (tekanan karier). [ CITATION Sar15 \l 1057 ]

b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)

Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan prosedur diagnostik. Sedangkan gejala merupakan data subjektif yang
diperoleh dari hasil anamnesis atau pengkajian.

Tanda/gejala ini dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu:

 Tanda/Gejala Mayor: Ditemukan sekitar 80% – 100% untuk validasi diagnosis.

 Tanda/Gejala Minor: Tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat


mendukung penegakan diagnosis.

c. Faktor Resiko (Risk Factor)

Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien dalam mengalami
masalah kesehatan atau proses kehidupannya. Indikator diagnosis ini akan berbeda-beda pada
masing-masing macam jenis diagnosis.

 Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri dari penyebab dan tanda/gejala.

 Pada diagnosis resiko, tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala, melainkan hanya
faktor resiko saja.

 Pada diagnosis promosi kesehatan, hanya memiliki tanda/gejala yang menunjukan


kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih optimal.

Langkah – langkah menentukan diagnosa keperawatan menurut Setiadi (2012) sebagai


berikut:
a. Klasifikasi dan analisis data
Klasifikasi atau memfokuskan data adalah mengelompokan data-data pasien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan
berdasarkan kriteria permasalahannya.
Analisis data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
Cara analisis data adalah:
1. Validasi data, meneliti kembali data yang terkumpul.

2. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan spiritual.

3. Membandingkan dengan standar.

4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.

b. Interpretasi data

1. Menentukan kelebihan pasien.


Jika pasien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat akan menyimpulkan bahwa
pasien memiliki kelebihan dalam hal tertentu dan kelebihan ini dapat digunakan untuk
membantu menyelesaikan permasalahan pasien.
2. Menentukan masalah pasien/ menyimpulkan.
Jika pasien tidak memenuhi standar kriteria kesehatan maka pasien tersebut
mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
3. Menentukan masalah pasien yang pernah dialami, tahap ini perawat menentukan
masalah potensial pasien.
4. Penentuan keputusan.
 Tidak ada masalah tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan) :
tidak ada indikasi respon perawat, meningkatnya status kesehatan, adanya
inisiatif promosi kesehatan.
 Masalah kemungkinan.
Pola mengumpulkan data untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang
diduga.
 Masalah aktual atau risiko.
Pasien tidak mampu merawat karena pasien menolak masalah dan pengobatan.
 Masalah kolaboratif.
Konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang kompeten dan bekerja
secara kolaboratif pada masalah tersebut.
c. Validasi data
Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secara akurat yang dilakukan bersama
pasien dan keluarga atau masyarakat. Validasi ini dilaksanakan dengan mengajukan
pertanyaan yang reflekif kepada pasien atau keluarga tentang kejelasan interpretasi data.
d. Merumuskan diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada identifikasi masalah dan
kemungkinan penyebab. Selain itu perumusan diagnosa juga sesuai dengan kebutuhan
pasien. (Setiadi, 2012)

 Berfikir kirtis dalam diagnosa


Pada tahun 1953, istilah diagnosis keperawatan diperkenalkan oleh V. Fry dengan
menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Carpenito,
1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual
atau risiko. Perawat juga sebagai seorang praktisi yang berpendidikan diharapkan mempunyai
kemampuan intelektual untuk menggunakan pemikiran rasional dan refektif saat perawat
mempertimbangkan pengamatan dan informasi tentang kondisi masing-masing pasien.
Sepanjang komponen dari proses keperawatan, perawat menggunakan sikap dan kemampuan
berfikir kritis untuk menentukan relevansi, makna dan iterrelasi data pasien serta untuk
memilih dan menetapkan asuhan keperawatan yang sesuai (Cristensen & Kenney, 2009).

Berfikir kritis penting dilakukan sebelum mengambil keputusan dalam asuhan


keperawatan karena merupakan salah satu metode ilmiah dalam menyelesaikan masalah
klien. Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi
yang tepat tidak lepas dari kemampuan perawat berfikir kritis untuk mengali berbagai alasan
berdasarkan evidence base dari setiap problem dan solusi yang teridentifikasi. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang
menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa keperawatan adalah
perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi atau keadaan yang
dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatan, dapat
dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan klien. Berfikir kritis
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
Berfikir kritis penting dilakukan sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan
karena berfikir kritis dalam keperawatan merupakan keterampilan berfikir perawat untuk
menguji berbagai alasan secara rasional sebelum mengambil keputusan dalam asuhan
keperawatan (Ignatavicius, & Workman, 2006) dalam [ CITATION Den18 \l 1057 ].

 Klasifikasi Diagnosa keperawatan (SDKI NANDA)


- Diagnosa keperawatan aktual (PES)
Diagnosa Keperawatan aktual menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai
dengan data klinik yang ditemukan. Syarat menegakkan diagnosa keperawatan
aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor dan
sebagian kriteria minor dari pedoman diagnosa NANDA. Misalnya: Hasil
pengkajian diperoleh data klien mual, muntah, diare dan turgor jelek selama 3
hari. Diagnosa: Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
kehilangan cairan secara abnormal. [ CITATION Nur \l 1057 ]
- Diagnosa Keperawatan Resiko (PE)
Diagnosa Keperawatan Risiko menjelaskan masalah kesehatan yang nyata
akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat menegakkan risiko
diagnosa keperawatan adanya unsur PE (problem dan etiologi). Penggunaan
istilah "risiko dan risiko tinggi" tergantung dari tingkat keparahan/kerentanan
terhadap masalah. CDiagnosa: "Risiko gangguan integritas kulit berhubungan
dengan diare yang terus menerus".
- Diagnosa keperawatan promosi kesehatan/wellness (PS)
Diagnosa keperawatan wellness (sejahtera) adalah keputusan klinik tentang
keadaan
individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera
tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Ada 2 kunci yang harus ada:
1) Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
2) Adanya status dan fungsi yang efektif. [ CITATION Olf161 \l 1057 ]
- Diagnosa keperawatan sindrom (PES)
Sedangkan diagnosa sindrom mengidentifikasi gangguan kesehatan yang
tejadi secara bersamaan dan melalui perencanaan yang sama. Contoh dianosa
sindrom : sindrom stres relokasi.
- Diagnosa Keperawatan kemungkinan
Diagnosa Keperawatan Kemungkinan menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada
keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor
yang dapat menimbulkan masalah.Syarat menegakkan kemungkinan diagnosa
keperawatan adanya unsur respons (Problem) dan faktor yang mungkin dapat
menimbulkan masalah tetapi belum ada. Contoh Diagnosa: Kemungkinan
gangguan konsep diri: rendah diri/ terisolasi berhubungan dengan diare.
Perawat dituntut untuk berfikir lebih kritis dan mengumpulkan data tambahan
yang berhubungan dengan konsep diri.

Dalam menegakkan diagnosa, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah


menerbitkan secara resmi Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Buku SDKI saat ini telah didistribusian ke berbagai daerah di Indonesia yang nantinya
dapat digunakan oleh perawat di rumah sakit atau praktik mandiri keperawatan dalam
menjalankan tugasnya yakni memberikan asuhan keperawatan. Daftar diagnosa tersebut
meliputi:
 Fisiologis: respirasi, sirkulasi, nutrisi dan cairan, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
neurosensori, reproduksi dan seksualitas
 Psikologis: nyeri dan kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan dan perkembangan
 Perilaku: kebersihan diri, penyuluhan dan pembelajaran
 Relasional: interaksi sosial
 Lingkungan: keamanan dan proteksi (Tim Pokja PPNI, 2017)

• Jenis diagnosa:
– Diagnosa positif: klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat
atau optimal. Yang termasuk dalam diagnosa positif adalah Promosi kesehatan.
– Diagnosa negatif: klien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit, diagnosa ini
mengarahkan intervensi berupa pemulihan, penyembuhan, pencegahan yang termasuk
dalam diagnosa negatif adalah diagnosa Aktual dan resiko.
Penutup

Tidak lengkapnya pengkajian keperawatan akan berdampak pada perumusan diagnosa


keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat tersusun dengan baik ketika data mayor dan data
minor dalam sebuah diagnosa ditemukan

dalam hasil pengkajian. Perawat yang berperan sebagai pemberi pelayanan (care giver)
kepada pasien harus menerapkan proses keperawatan yang baik dan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan. Manajemen Rumah Sakit diharapkan selalu untuk meningkatkan
kemampuan skill perawat dalam merumuskan diagnosa keperawatan dan juga memonitoring
dan mengevaluasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif penyusunan diagnosa
keperawatan, serta menetapkan standar diagnosa keperawatan yang terkini. Perawat
pengelola pasien diharapkan dapat menggunakan diagnosa keperawatan dan perencanaan
terkini sesuai dengan penggunaan NANDA.

Referensi

CITATION Ast16 \l 1057 : , (Astar, Tamsah, & Kadir, 2016),

CITATION Ano15 \l 1057 : , (Anonymous, 2015),

CITATION PPN19 \l 1057 : , (PPNI, 2019),

CITATION fer121 \l 1057 : , (ferrynurse, 2012),

CITATION Sar15 \l 1057 : , (Sari, Agianto, & Wahid, 2015),

CITATION Den18 \l 1057 : , (Deniati, Anugrahwati, & Suminarti, 2018),

CITATION Nur \l 1057 : , (Nurhesti, 2020),

CITATION Olf161 \l 1057 : , (Olfah, 2016),

Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan; Teori dan Praktik.
Yogyakarta : Graha Ilmu

Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. (2017). Penguatan kinerja perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan melalui pelatihan ronde keperawatan di
rumah sakit royal prima medan. Jurnal pengabdian kepada masyarakat, 23(2),
300-304.
Simamora, R. H. (2019). Socialization of Information Technology Utilization and Knowledge
of Information System Effectiveness at Hospital Nurses in Medan, North
Sumatra. Editorial Preface From the Desk of Managing Editor…, 10(9).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI. hlm. 1. ISBN 978-602-18445-6-4.

Anda mungkin juga menyukai