Anda di halaman 1dari 4

TANATOLOGI

1. PERKENALAN
Asssalamualaikum wr.wb selamat siang dokter perkenalkan nama saya Briliana
Ikrima Zahra NIM J2A017044 disini saya akan menjelaskan tentang tanatologi

2. TANATOLOGI

Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan tersebut. Kematian atau mati mempunyai terminologi berhentinya fungsi
sirkulasi, respirasi, persarafan dan batang otak secara permanen (mati klinis). Ada
beberapa definisi mati, diantaranya:
1. Mati somatis (mati klinis): gangguan sistem KV, R, dan N secara permanen
2. Mati suri (apparent death): ggn sementara sistem KV, R, N
3. Mati seluler (mati molekuler): kematian jar atau organ bbrp saat stlh mati
somatis.
4. Mati serebral: kerusakan kedua hemisfer otak irreversibel kec batang otak &
serebelum
5. Mati otak (batang otak): kematian seluruh neural intrakranial termasuk batang
otak dan serebelum.
Selain itu untuk mendeteksi kematian, kita lakukan pemeriksaan pada beberapa fungsi
sistem tubuh yaitu:
1. Pada fungsi sistem KV: tidak ada denyut nadi palpasi; denyut jantung berhenti selama
5-10 menit pada auskultasi; elektrokardiografi (EKG) mendatar/
flat; t.a tanda sianotik pada ujung jari tangan setelah jari tangan
korban kita ikat; daerah sekitar tempat penyuntikan icard subkutan
tidak berwarna kuning kehijauan (tes icard); tidak keluarnya darah
denganpulsasi pada insisi arteri radialis.
2. Pada fungsi sistem Respirasi: tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi; t.a bising
napas pada auskultasi; t.a gerakan permukaan air dalam
gelas yang kita taruh diatas perut korban pada tes; t.a uap
air pada cermin yang kita letakkan didepan lubang hidung
atau mulut korban; t.a gerakan bulu ayam yang kita
letakkan didepan lubang hidung atau mulut korban.
3. Pada fungsi sistem Neural: areflex; relaksasi; tidak ada pergerakan; t.a tonus, dan
(EEG) mendatar.
Setelah beberapa saat (menit, jam, hari) seseorang dikatakan mati maka ada tanda-
tanda pasti yang terdapat pada tubuh yaitu: lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor
mortis), penurunan suhu (algor mortis), dekompososisi (pembusukan), adiposera,
mumifikasi. Berikut adalah
1. Livor mortis (lebam mayat)
-Lebam mayat adl bercak atau noda besar warna ungu kemerahan (livide) atau merah
kebiruan akibat akumulasi darah di bagian tubuh paling rendah akibat gaya gravitasi
kecualipada bagian yang tertekan alas keras.

-Livor Mortis dapat berwarna ungu kebiruan ataupun merah kebiruan.

- Livor mortis mulai tampak 20-30 menit pasca kematian klinis, meluas dan menetap 8-12
jam pasca kematian klinis. Setelah 12 jam terfiksasi sempurna dan tidak hilang dg
penekanan jari selama 30 detik. 6-10 jam belum terfiksasi sempurna dapat hilang dengan
penekanan.

-Livor mortis menetap terjadi perembesan darah pada jaringan sekitar akibat rusaknya
pembuluh darah, tertimbunnya sel2 darah dalam jumlah banyak, proses hemolisa, kekakuan
otot dinding vaskuler. Livor mortis terbentuk pada bagian penyokong tubuh pd saat
kematian klinis. Apabila korban terlentang maka livor mortis pada punggung, paha, betis,
belakang kepala, daun telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai. Apabil korban tengkurap
livor mortis pd dada, perut, paha bag atas, dahi, pipi, dan ekstensor tungkai. Apabila korban
miring ke samping pada lengan, paha samping dan kaki. Apabila korban posisi tergantung
ujung ekstremitas dan genitalia eksterna.
2. Rigor mortis (kaku mayat)
Pada orang meninggal terjadi perubahan dari ATP menjadi ADP, selama dalam
tubuh ada glikogen,maka masih dapat terjadi resintesa ADP menjadi ATP sehingga
otot-otot masih dalam keadaan lemas. Apabila persediaan glikogen habis, maka
resintesa ADP menjadi ATP tidak ada akibatnya semua ATP dirobah menjadi ADP
dan terjadilah kekakuan. Serabut otot yang mengandung aktin dan miosin berada dalam
keadaan lentur dan kontraktil pada lingkungan yang mengandung ATP. Bila ATP telah habis
maka aktin dan miosin akan menggumpal dan otot menjadi kaku Kemudian saat terjadi mati
somatis, proses enzimatik masih berlangsung untuk beberapa waktu masih terjadi
glycogenolisis yang menghasilkan phosphat berenergi tinggi ATP yang mengalami degradasi
menjadi adp akan diresintesa menjadi ATP kembali selama kurang lebih 2 jam pasca
kematian.
Kaku mayat mulai tampak 2-4 jam postmortem dimulai dari otot yang kecil sampai
otot yang besar. Otot yang kecil mempunyai serabut yang kecil dengan cadangan glycogen
yang sedikit dibandingkan otot yang besar. Kaku mayat seolah-olah menjalar kranio-kaudal.
Kaku mayat mulai tampak 2-4 jam dan akan lengkap meliputi seluruh otot dalam waktu 8-12
jam dan hilang perlahan mulai 15-36 jam. Perubahan kaku mayat yang progresif dapat
digunakan untuk perkiraan saat kematian.

Time After Event Appearance Circumstances


Death
2 – 6 hours Rigor begins Body becomes stiff Stiffness begins with
and stiffness moves the eyelids and jaw
down body muscles after about 2
hours, then center of
the body stiffens, then
arms and legs
12 hours Rigor complete Peak rigor is Entire body is rigid
exhibited
15 – 36 hours Slow loss of rigor Loss of rigor in Rigor lost first in head
small muscles first, and neck, and last in
followed by larger bigger leg muscles
muscles
3
36 – 48 hours Rigor totally Muscles become Many variables can
disappears relaxed extend rigor beyond
the normal 36 hours
3. Dekomposisi
Mekanisme dekomposisi: autolisis (pelepasan enzim) dan pembusukan (aksi
mikroorganisme). Tanda awal secara eksterna dari pembusukan adalah
warna kehijauan pada sisi kanan perut atas yaitu pada caecum yg
berisi cairan dan bakteri terutama clostridium welchii. Eritrosit lisis
melepas Hb dan Clostridium welchii menghasilkan gas H2S.
H2S+Hb HbS (sulphemethehemoglobin)
-Musim panas/kondisi kering 12-18 jam pasca kematian gas HbS dan
warna kehijauan mulai muncul.

-Musim dingin 18-24 jam. Bau gas HbS menarik serangga dan bertelur pd
18-24 jam kemudian larva mulai menetas pd 30-48 jam.

-Suhu optimal 21ºC- 43ºC mempercepat pembusukan. Suhu 0ºC dan >50º
memperlambat pembusukan. Faktor-faktor ygmempengaruhi pembusukan:
1. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan.
2. Suhu optimal mempercepat pembusukan.
3. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.
4. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan.
5. Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh
kurus.
6. Sifat media. Udara : air : tanah (1:2:8).
7. Keadaan saat mati. Oedem mempercepat pembusukan. Dehidrasi
memperlambatpembusukan.
8. Penyebab kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat
pembusukan. Arsen, stibiumdan asam karbonat memperlambat
pembusukan.
9. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami
pembusukan.

E. Menentukan Waktu Kematian (Postmortem Interval atau Time of Death)


Setelah mengetahui dan memahami tentang tanda-tanda kematian, jelaskan secara
lengkap waktukematian korban berdasarkan kasus yang diberikan oleh masing-
masing trainer.

Anda mungkin juga menyukai