Bila VeR belum dapat menjernihkan persoalan di sidang pengadilan, hakim dapat meminta
keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang memberi kemungkinan dilakukannya pemeriksaan atau
penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau
penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Visum et repertum dibuat berdasarkan
undang-undang yaitu pasal 120, 179, dan 133 ayat 1 KUHAP, maka dokter tidak dapat dituntut
karena membuka rahasia pekerjaan sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP, meskipun dokter
membuatnya tanpa seizin pasien. Pasal 50 KUHP mengatakan bahwa barang siapa
melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana,
sepanjang visum et repertum tersebut hanya diberikan kepada instansi penyidik yang
memintanya, untuk selanjutnya dipergunakan dalam proses pengadilan.
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut
sesuai dengan pasal 11
KUHAP. Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1), yang berwenang melakukan
pemeriksaan forensik yang menyangkut tubuh manusia dan membuat
Keterangan Ahli adalah dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter
dan ahli lainnya.
Secara garis besar, semua dokter yang telah mempunyai surat penugasan
atau surat izin dokter dapat membuat keterangan ahli. Namun untuk tertib
administrasinya, maka sebaiknya permintaan keterangan ahli ini hanya
diajukan kepada dokter yang bekerja pada suatu instansi kesehatan (Puskesma
hingga rumah sakit) atau instansi khusus untuk itu, terutama yang milik
pemerintah.
Penggunaan keterangan ahli, atau dalam hal ini visum et repertum adalah
hanya untuk keperluan peradilan. Dengan demikian berkas Keterangan Ahli ini
hanya boleh diserahkan kepada penyidik (instansi) yang memintanya. Keluarga
korban atau pengacaranya dan pembela tersangka pelaku pidana tidak dapat
meminta keterangan ahli langsung kepada dokter pemeriksa, melainkan harus
melalui aparat peradilan (penyidik, jaksa atau hakim).
Tidak ada aturan baku tentang pembuatan surat keterangan ahli maupun
Visum et Repertum.
Dalam pembuatan surat keterangan ahli atau VeR tercantum :
1. Intitusi dokter atau dokter gigi pemeriksa
2. Tanggal, nomor, perihal, lampiran pembuatan surat
3. Identitas dokter atau dokter gigi pemeriksa
4. Pihak yang meminta diterbitkan visum
5. Identitas dan keterangan lengkap korban
6. Hasil pemeriksaan lengkap atau dentofasial
7. Kesimpulan pemeriksaan
8. Paraf penerima VeR
9. Paraf dokter/dokter gigi pemeriksa.
PROSEDUR SKA: