Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN IBU NIFAS

Disusun Oleh:

Chresensia Yuresi Aprigia

NPM: 201711086

PROGRAM STUDI DIPLOMATIGA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2019
A. Pengertian
Periode masa pascapartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali kekeadaan semula sebelum hamil [ CITATION Bob121 \l
1057 ].

B. Perubahan fisik pada ibu post partum


1. Proses involusi uterus
Involusi uterus merupakan proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil pada saat setelah melahirkan. Involusi uterus dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Setelah terjadinya proses
involusi uterus akan kembali ke ukuran normal, walaupun ukurannya tidak akan
sekecil ukuran selama masa kehamilan. Setelah melahirkan berat uterus kira-kira
1 kg; pada akhir minggu pertama sekitar 500 gram; pada akhir minggu kedua
sekitar 300 gram dan pada saat involusi komplet ukuran uterus sekitar 40-60
gram. Setelah melahirkan plasenta uterus masuk ke dalam rongga panggu dan
fundus uterus teraba di pertengahan tengah antara umbilikus dan simfisis. Setelah
2 sampai 4 jam pasca melahirkan uterus terletak setinggi umbilikus (12-14 cm
diatas simpisis pubis)dan 12 jam kemudian uterus dapat agak lebih tinggi,
kemudian tinggu fundus menurun sekitar 1 cm atau turun satu jari per hari. Pada
hari ke 10 uterus tidak dapat lagi dipalpasi di abdomen (Bobak, 2012 &Reeder,
2014).
2. Lokia
Lokia disebut juga dengan rabaas uterus yang keluar setelah bayi lahir. Mula-mula
warna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Lokia
mengandung bekuan darah kecil. Lokia pada normalnya memiliki bau yang khas
namun seharusnya tidak berbau busuk. Jenis-jenis lokia:
a. Lokia rubra
Lokia rubra berwarna merah terang yang mengandung darah dan debris
desidua serta debris trofoblastik. Berlangsung selama tiga hari.
b. Lokia serosa
Lokia serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan debris
jaringan. Warna lokia serosa merah muda atau coklat, lokia ini berlangsung
sampai 10 hari setelah melahirkan.
c. Lokia alba
Lokia alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan
bakteri. Lokia alba berwarna kuning sampai putih atau coklat keputih-putihan
yang lebih encer dan lebih transparan ini terjadi setelah hari ke-10. Lokia laba
dapat bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayi lahir (Bobak,
2012 & Reeder, 2014).

3. Laktasi/ pengeluaran ASI


Laktasi dimulai dengan adanya peran dari prolaktin, kerja prolaktin dihambat
selama kehamilan karena tingginya kadar esterogen dan progesteron. Pada bulan
terakhir kehamilan sel-sel parenkim yang terdapat pada alveoli payudara
mengalami hipertropi dan menghasilkan kolostrum, suatu cairan encer berwarna
kuning. Laktasi dimulai dengan terjadinya penurunan kadar esterogen dan
progesteron pada saat melahirkan dan pengeluaran plasenta. Sekresi air susu
dimulai dari dasar sel-sel alveolar, tempat tetesan kecil dibentuk dan kemudian
bermigrasi ke membran sel, tetesan kecil ini dikeluarkan ke dalam saluran alveolar
untuk disimpan. Pengeluaran air susu atau let down merupakan suatu proses
kontraksi sel miopitel payudara mendorong air susu melewati saluran lalu masuk
ke dalam sunis laktiferus. Sinus laktiferus terletak di bawah areola dan menjadi
jalan keluar air susu dengan isapan bayi. Laktasi terjadi pada hari ketiga dan
keempat pascapartum, ASI biasanya keluar. Warna ASI yang normal adalah putih
kebiruan. Pada masa laktasi ibu akan merasakan rasa nyeri yang berdenyut-denyut
yang diakibatkan oleh payudara yang lebih peka saat sekresi lakteal terjadi. ASI
mengandung protein mineral, vitamin, lemak, dan gula yang dibutuhkan untuk
gizi bayi baru lahir. Pasokan ASI ibu tergantung pada beberapafaktor seperti diet
ibu, jumlah istirahat dan latihan yang dilakukan dan tingkat kepuasan terhasap
laktasi (Reeder, 2014).

4. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Masa pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran
plasenta akan menyebabkan penurunan pada hormon-hormon yang diproduksi
oleh organ tersebut. Penurunan hormon human placental lactogen (hPL),
esterogen, dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan sehingga kadar gula darah akan mengalami penurunan
pada masa pasca partus.
b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Pada wanita yang tidak menyusui ovulasi terjadi lebih dini yaitu dalam 27 hari
setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata 70-75 hari. Pada wanita menyusui,
waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari. Cairan menstruasi pertama
setelah melahirkan biasanya akan lebih banyak daripada normal dan akan
kembali normal dalam 3 sampai 4 siklus (Bobak, 2012).

5. Abdomen
Abdomen akan terlihat besar seperti masih hamil pada hari pertama setelah
melahirkan terutama jika ibu berdiri. Dalam dua minggu setelah melahirkan
dinding abdomen wanita akan rileks, diperlukan 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hamil. Striae akan menetap dan elastisitas kulit akan
kembali, pengembangan tonus otot bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil,
latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak (Bobak, 2012).

6. Kandung kemih
Proses melahirkan menyebabkan terjadinya trauma pada uretra dan kandung
kemih, mukosa kandung kemih setelah pelahiran menunjukkan berbagai derajat
edema dan hiperemia dengan penurunan tonus kandung kemih. Kondisi ini
mneyebabkan penurunan terhadap sensasi tekanan dan kapasitas kandung kemih
yang lebih besar. Edema jaringan dan hiperemia dikombinasikan dengan efek
analgesik menekan keinginan untuk berkemih (Reeder, 2014).

C. Perubahan psikologis pada ibu post partum


Secara normal ibu post partum mengalami perubahan psikologi berupa adanya
tanggung jawab sebagai ibu, adanya anggota keluarga baru, dan peran baru sebagai
ibu bagi bayinya. Ibu post partum memerlukan mekanisme koping untuk mengatasi
perubahan fisik karena proses kehamilan, persalinan dan nifas, bagaimana
mengembalikan postur tubuh seperti sebelum hamil serta perubahan yang terjadi
didalam keluarga. Dukungan keluarga yang baik kepada ibu serta ketersediaan
informasi dapat menjadi mekanisme koping yang baik bagi ibu. Fase-fase adaptasi
psikologi:
1. Taking in (perilaku dependen)
Periode ketergantungan, ibu mengharapkan kebutuhan dirinya dapat terpenuhi
oleh orang lain (suami). Berlangsung 1-2 hari post partum dan ibu lebih fokus
pada pada dirinya sendiri.

2. Taking hold (perilaku dependen-independen)


Pada fase ini terdapat kebutuhan secara bergantian untuk mendapat perhatian
dalam bentuk perawatan serta penerimaan dari orang lain dan melakukan segala
sesy=uatu secara mandiri. Berlangsung 3-10 hari. Ibu mulai menunjukan kepuasan
yang terfokus kepada bayinya, mulai tertarik merawat bayinya. Fase ini menjadi
saat yang tepay memberikan pendidikan kesehatanbagi ibu untuk merawat
bayinya.

3. Letting go (perilaku interdependen)


Dapat menerima tanggung jawab sebagai ibu, biasanya pada hari ke 10 post
partum. Ibu dapat menyesuaikan terhadap ketergantungan bayinya, adanya
keinginan merawat bayinya[ CITATION Dja18 \l 1057 ].

D. Asuhan keperawatan pada ibu post partum


1. Pengkajian
a. Tanda-tanda vital: meliputi tekanan darah. Nadi, dan pernapasan biasanya
dilakukan setiap 15 menit sekali selama 1 jam pertama setelah bayi lahir.
b. Uji laboratorium rutin: nilai hemoglobin dan hematokrit sering dibutuhkan
pada hari pertama pasca partum untuk mengkaji kehilangan darah pada saat
melahirkan
c. Pengkajian fisik berkelanjutan: pemeriksaan payudara, tinggi fundus, lokia,
perineum, fungsi kemih dan defekasi, tanda-tanda vital dan tungkai.
d. Status emosi ibu, tingkat energi, derajat kelelahan fisik, rasa lapar dan rasa
haus, pengetahuan ibu tentang perawatan diri dan perawatan bayi (Bobak,
2012).
2. Diagnosis keperawatan
a. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan trauma jalan lahir
b. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ketidaknyamanan pada masa
post partum
c. Nyeri yang berhubungan dengan involusi rahim
d. Risiko tinggi cederayang berhubungan dengan perdarahan pasca partum
e. Defisit pengetahuan berhunbungan dengan pentingnya buang air kecil
f. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan, perdarahan, diuresi,keringat berlebihan.
g. Perubahan pola eliminasi disuria berhubungan dengan perinium dan saluran
kemih.
h. Perubahan pola konstipasi berhubungan dengan kurangnya mobilasi, diet yang
tidak seimbang, trauma persalinan.
i. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peregangan perinium, luka
epsitomi, involusi uteri, hemoroid, pembengkakan payudara.
j. Risiko gangguan parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi
k. Risiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral.
l. Risiko terhadap perubahan peran orang tua berhubungan dengan transisi pada
masa menjadi orang tua dan perubahan peran.
m. Situasi harga diri rendah dalam respons terhadap perasaan ketidakadekuatan
berkenaan dengan tanggungjawab peran orang tua yang berhubungan dengan
pengalaman melahirkan.

3. Rencana keperawatan
a. Risiko tinggi infeksi
1) Pertahankan lingkungan yang bersih
2) Penutup tempat tidur harus diganti setiap hari, tampon atau pelapis sekali
pakai perlu diganti lebih sering
3) Cuci tangan untuk mencegah terjadinya infeksi silang
4) Berikan perawatan epiostomi dan laserasi perineum dengan baik
5) Ajari ibu membersihkan perineum dari arah depan kebelakang.

b. Gangguan pola tidur


1) Berikan tindakan yang dapat memberikan kenikmatan pada ibu seperti
menggosok-gosok punggung.
2) Batasi pengunjung dan berikan kursi yang nyaman
3) Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman

c. Nyeri
1) Kaji lokasi dan penyebaran nyeri
2) Kaji adanya kemerahan, bengkak, panas dan pengeluaran cairan
3) Kaji tanda-tanda vital
4) Ajarkan teknik non farmakologi pada ibu
5) Dorong ibu untuk berbaring pada salah satu sisinya dan menggunakan
bantal saat duduk.

d. Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan perdarahan pasca partum


1) Pertahankan tonus rahim
2) Cegah distensi kandung kemih

e. Defisit pengetahoan berhunbungan dengan pentingnya buang air kecil


1) Kaji tingkat pengetahuan klien
2) Berikan edukasi terkait pentingnya buang air kecil untuk mencegah
distensi kandung kemih(Bobak, 2012).

f. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang


berlebihan, perdarahan, diuresi, keringat berlebihan.
1) Warna urine
2) Berat badan
3) Haluaran urine< 30 ml / jam, haus, takikardi, gelisah, TD di bawah
rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
4) Pantau cairan masuk dan cairan keluaran setiap 8 jam.
g. Perubahan pola eliminasi BAK (disuria) berhubungan dengan perinium dan
saluran kemih.
1) Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemh.
2) Anjurkan pasien untuk membasahiperiniumdengan air hangat sebelum
berkemih.
3) Anjurkan pasien untuk berkemh secara teratur.
4) Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml / 24 jam.

h. Perubahan pola BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya mobilasi,


diet yang tidak seimbang, trauma persalinan.
1) Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna bau,konstipasi dan jumlah.
2) Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml / 24 jam.
3) Kaji bising usus setiap 8 jam

i. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peregangan perinium, luka


epsitomi, involusi uteri, hemoroid, pembengkakan payudara.
1) Kaji tingkat nyeri pasien.
2) Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.
3) Anjurkan pasien untuk membasuhiperinium dengan air hangat sebelum
berkemih.
4) Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.

j. Risiko gangguan parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


tentang cara merawat bayi
1) Berikan kesempatan ibu untuk melakukan perawatan bayi secara mandiri.
2) Libatkan suami dalam perawatan bayi.
3) Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.
4) Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan.

k. Risiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan


kehilangan darah dan intake ke oral.
1) Kaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital.
2) Observasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok.
3) Berikan cairan intravaskuler.
l. Risiko terhadap perubahan peran orang tua berhubungan dengan transisi pada
masa menjadi orang tua dan perubahan peran.
1) Tutupi ibu dan bayi pada tempat tidur yang sama di bawah selimut
penghangat.
2) Bantu dalam menggendong dan menginspirasi bayi sesegera mungkin.
3) Izinkan ibu untuk dekat bayi di tepi tempat tidur.
4) Penuhi kebutuhan ibu selamat melewati fase.

m. Situasi harga diri rendah dalam respons terhadap perasaan ketidakadekuatan


berkenaan dengan tanggungjawab peran orang tua yang berhubungan dengan
pengalaman melahirkan.
1) Anjurkan diskusi masalah nyata dan yang di rahasiakan.
2) Bantu ibu memastikan kenyataan persalinannya dan pengalaman
melahorkan.
3) Berikan keyakinan mengenai kemampuannya sebagai ibu.
4) Bantu pasien menerima lupaan dan penurunan emosi dari periode
pascapartum dan jelaskan bahwa perasaan ini dan perubahan umum
selama waktu ini.
5) Anjurkan periode istirahat selama sehari.
6) Berikan kesemoatan pada orang tua dan atau orang tua terdejat dalam
interaksi dan merawat bayi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/1970236/LAPORAN_PENDAHULIAN_NIFAS

https://www.academia.edu/33291978/LAPORAN_POST_PARTUM

Anda mungkin juga menyukai