PAPER
Dosen Pengampu
Oleh
Ahmad Mirza Haqiqi
NIM 190210302092
Kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika selama 4
abad (sejak akhir abad ke-15 hingga permulaan abad ke-16) membawa pengaruh
bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut. Bersamaan dengan itu mulai
terkumpul tulisan buah tangan para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani,
penerjemah Kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan dalam bentuk kisah
perjalanan, laporan dan sebagainya. Dalam buku-buku tersebut terdapat berbagai
pengetahuan berupa deskripsi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, dan ciri-
ciri fisik dari beragam suku bangsa baik di Afrika, Asia, Oseania (yaitu kepulauan
di lautan teduh) maupun suku bangsa Indian, penduduk pribumi Amerika. Bahan
deskripsi itu (disebut “etnografi” dari kata ethos atau bangsa) sangat menarik karena
berbeda bagi bangsa Eropa Barat kala itu. Akan tetapi, deskripsi tersebut sering kali
tidak jelas/kabur, tidak teliti, dan hanya memperhatikan hal-hal yang tampak aneh
bagi mereka. Selain itu, ada pula tulisan yang baik dan teliti. Kemudian dalam
pandangan kalangan terpelajar di Eropa Barat timbul tiga macam sikap yang
bertentangan terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang
Indian di Amerika tadi, yaitu:
Pada permulaan abad ke-20, sebagian negara penjajah di Eropa berhasil untuk
mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar Eropa. Untuk
keperluan pemerintah jajahannya tadi, yang waktu itu mulai berhadapan langsung
dengan bangsa-bangsa terjajah di luar Eropa, maka ilmu antropologi sebagai suatu
ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di daerah-daerah di luar Eropa itu,
menjadi sangat penting. Berkaitan erat dengan itu dikembangkan pemahamar
bahwa mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting karena bangsa-bangsa
itu pada umumnya masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks seperti
masyarakat bangsa-bangsa Eropa. Suatu pengertian tentang masyarakat yang tidak
kompleks akan menambah juga pengertian orang tentang masyarakat yang
kompleks. Suatu ilmu antropologi dengan sifat-sifat seperti yang terurai tadi,
terutama berkembang di Inggris sebagai negara penjajah yang utama, dan juga di
hampir semua negara kolonial lainnya. Amerika Serikat pun yang bukan negara
kolonial, tetapi telah mengalami berbaga , masalah yang berhubungan dengan suku-
suku bangsa Indian penduduk, pribumi Benua Amerika, kemudian terpengaruh oleh
ilmu antropologi yang baru tadi. Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi
suatu ilmu yang praktis.
Pokok atau sasaran dari penelitian para ahli antropologi sudah sejak tahun 1930,
memang tidak lagi hanya suku-suku bangsa primitif yang tinggal di benua-benua di
luar Eropa saja, tetapi sudah beralih kepada manusia di daerah pedesaan pada
umumnya, ditinjau dari sudut keragaman fisiknya, masyarakatnya, serta
kebudayaannya. Dalam hal itu, perhatian tidak hanya tertuju kepada penduduk
daerah pedesaan di luar benua Eropa, tetapi juga kepada suku-suku bangsa di daerah
pedesaan di Eropa (seperti suku-suku bangsa Soami, Flam, Lapp, Albania, Irlandia,
penduduk Pegunungan Sierra dan lain-lain), dan kepada penduduk beberapa kota
kecil di Amerika Serikat (Middletown, Jonesville dan lain-lain).