kehamilan yang ditandai dengan jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit. Jika tidak
segera ditangani, kondisi ini dapat meningkatkan risiko gangguan kehamilan,
misalnya persalinan prematur.
Cairan ketuban adalah cairan yang terdapat di dalam rahim selama kehamilan berlangsung.
Cairan ini berwarna bening kekuningan dan tidak berbau, serta terdiri atas beragam nutrisi,
hormon, dan sel yang berfungsi untuk mendukung perkembangan janin.X
Selain berperan penting dalam tumbuh kembang janin, cairan ketuban juga memiliki banyak
fungsi lain, di antaranya:
Akan tetapi, fungsi tersebut dapat diperoleh jika jumlah cairan ketuban di dalam rahim ibu
hamil tidak terlalu banyak atau sedikit. Apabila volume cairan ketuban kurang dari jumlah
normal, ibu hamil dapat dikatakan menderita oligohidramnios. Kondisi ini berisiko
menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan janin.X
Kantung ketuban terbentuk 12 hari setelah terjadi pembuahan, yang disertai cairan
ketuban di dalamnya. Pada trimester kedua kehamilan, bayi mulai dapat bernapas,
menelan cairan ketuban, dan mengeluarkannya sebagai urine. Hal ini bertujuan agar
jumlah cairan ketuban tetap terjaga dan stabil.
Ketersediaan cairan ketuban dalam kadar normal, penting untuk menjaga kondisi
janin tetap sehat serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.
Di usia kehamilan 34–36 minggu, seorang ibu hamil rata-rata akan memiliki sekitar 1
liter cairan ketuban di dalam kandungannya. Setelah itu, cairan ini perlahan akan
berkurang seiring waktu persalinan yang semakin dekat.
Untuk memantau jumlah cairan ketuban dan kondisi janin, ibu hamil bisa melakukan
pemeriksaan kandungan secara rutin ke dokter.
Oligohidramnios adalah kondisi saat volume atau kadar air ketuban terlalu sedkit.
Kondisi ini sering kali tidak bergejala, sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang
berupa USG oleh dokter untuk mengetahui kadar cairan ketuban.
Sebaliknya, jika cairan ketuban di dalam tubuh ibu hamil jumlahnya berlebihan,
kondisi ini disebut polihidramnion. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko
komplikasi pada kehamilan.
Gangguan plasenta
Kelainan pada janin, misalnya kelainan genetik dan IUGR
Kebocoran kantung ketuban, misalnya karena ketuban pecah dini
Persalinan yang lewat dari tanggal perkiraan
Penyakit tertentu, seperti diabetes dan hipertensi
Dehidrasi
Oligohidramnios dapat terjadi kapan saja, tetapi kondisi ini lebih sering terjadi di
trimester ketiga kehamilan. Selain itu, ibu hamil yang mengandung bayi kembar juga
lebih berisiko mengalami oligohidramnios.
Penanganan oligohidramnios tergantung pada kondisi bayi, usia kehamilan, dan ada
atau tidaknya komplikasi selama kehamilan. Untuk menangani oligohidramnios,
dokter dapat melakukan beberapa penanganan berikut ini:
1. Pemantauan berkala
Agar dapat terpantau lebih ketat, dokter biasanya akan menyarankan ibu hamil yang
menderita oligohidramnios untuk menjalani pemeriksaan kandungan dan USG lebih
sering dari jadwal pada umumnya.
Ibu hamil dengan oligohidramnios biasanya akan dianjurkan untuk minum air putih
lebih banyak agar jumlah cairan ketuban bisa bertambah. Jika ibu hamil sulit makan
dan minum atau berisiko mengalami dehidrasi, dokter mungkin akan memberikan
terapi cairan melalui infus.
3. Induksi persalinan
Terkadang, dokter juga akan melakukan induksi persalinan pada ibu hamil dengan
oligohidramnios yang memiliki kondisi tertentu, seperti preeklampsia, atau jika
pertumbuhan janin di dalam kandungan terhambat.
4. Induksi ketuban
Metode ini dilakukan dengan cara mengalirkan cairan ketuban buatan melalui
kateter atau selang khusus yang dimasukkan ke dalam rahim. Langkah penanganan
ini bisa dilakukan jika cairan ketuban tak kunjung bertambah atau janin berisiko
mengalami lilitan tali pusat.
5. Operasi caesar
Jika persalinan secara normal tidak memungkinkan atau terjadi kondisi gawat janin,
dokter kandungan mungkin akan melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan
janin.
Pada sebagian kasus, ibu hamil yang menderita oligohidramnios bisa melahirkan
bayi yang sehat. Namun, risiko janin mengalami gangguan kesehatan akan tetap
tinggi apabila kondisi ini tidak ditangani sejak dini.