Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BATU ALAM
Disusun Oleh:
Nursyafril, Ir, Sp1
NIP. 19591128 1985 03 1002
Mahasiswa dapat memiliki pengetahuan tentang penggunaan batuan alam untuk bahan
bangunan.
1.1 PENDAHULUAN
Penggunaan batu alam sebagai bahan bangunan oleh manusia, adalah yang tertua, karena
batu alam memiliki karakteristik yang tiada bandingnya, sehingga batu adalah bahan terpilih
untuk bangunan-bangunan permanen. Malah sebelum abad ke-20, batu alam merupakan bahan
bangunan yang paling banyak dipakai sebagai bahan bangunan, baik itu mengambil langsung
dari alam lalu digunakan sebagai bahan bangunan, maupun setelah melalui proses pengerjaan
tambahan terlebih dahulu.
Sebagai bahan bangunan, batu alam yang relatif mahal, karena untuk mendapatkan batu
alam diperlukan biaya yang besar, sehingga hanya untuk bangunan mewah dan monumental saja
batu alam digunakan sebagai bahan bangunan. Hal ini terlihat bahwa batu alam hanya
digunakan pada bangunan-bangunan kuno bersejarah yang hingga kini masih terlihat, misalnya
piramida di Mesir dan bangunan candi-candi di Asia.
Beberapa istilah dalam penggunaan batu alam sebagai bahan bangunan
1. Batu Pondasi
Batu alam dalam bentuk asli atau dibelah menjadi ukuran butiran yang cukup besar
untuk digunakan dalam pembuatan pondasi suatu bangunan.
2. Batu Pecah
Hasil pecahan batu alam dengan ukuran butir tertentu menurut tujuan pemakainnya,
pada umumnya besar butirnya tidak lebih dari 7 cm. Batu ini digunakan sebagai lapisan
perkerasan jalan atau bahan pembuatan beton
3. Batu Tepi dan tonggak jalan
Batu alam yang dibelah tipis dan berbentuk segiempat. Batu ini digunakan untuk
membuat jalur tepi jalan raya, sebagai pembatas pengerasan jalan tersebut. Jika batu
tersebut berbentuk balok, maka dapat dipakai sebagai tonggak batas ukuran panjang
jalan (tonggak kilometer jalan)
4. Batu penutup lantai
Batu alam yang pipih dengan ketebalan tertentu dengan bentuk permukaan yang
teratur, seperti segiempat, persegi maupun segibanyak. Salah satu bidang permukaan
batu penutup lantai ada yang dibuat licin dan tidak licin, sesuai dengan permintaan.
Penggunaan batu alam ini untuk penutup lantai, atau lapis pengeras lantai atau jalan
5. Batu tempel (hias)
Batu alam yang digunakan sebagai lapis penutup dinding dekoratif maupun sebagai
pelindung lapisan luar dari tembok bangunan. Pada konstruksi dinding penahan tanah
dan saluran air batu ini disebut batu muka.
Penggunaan batu alam sebagai bahan bangunan sangatlah beragam sesuai dengan
tujuannya. Pada pembahasan tentang batu alam di modul ini hanya pengertian batu alam secara
terbatas yang tidak mencakup batu alam yang digunakan sebagai bahan pembentuk mortar
maupun beton. Karena materi tersebut akan dibahas detail pada modul lain.
Semua batuan pada mulanya dari magma. Magma keluar di permukaan bumi antara lain
melalui puncak gunung berapi. Baik gunung berapi ada di daratan maupun yang di lautan.
Magma yang sudah mencapai permukaan bumi akan membeku, kemudian menjadi batuan
beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur terurai terkena
panas, hujan, serta aktifitas tumbuhan dan hewan. Selanjutnya hancuran batuan tersebut
terangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang
diendapkan disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku
dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya temperatur dan tekanan
yang tinggi. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan atau batuan metamorf.
Proses ini berlangsung secara terus menerus yang dikenal dengan nama proses daur ulang
batuan, seperti terlihat pada gambar 1.1
Batuan yang terbentuk sebagai hasil dari kumpulan mineral-mineral silikat hasil
penghabluran magma yang mendingin dan mengeras dengan atau tanpa kristalisasi .
a. Batuan beku Intrusif (Plutonik), yaitu batuan yang membeku dibawah permukaan
bumi. Karena pembekuan magmanya lebih lambat maka mineral penyusunnya
relatif besar dan terdapat kristal-kristal. Contoh batuan beku plutonik antara lain :
gabro, Diorit dan granit
b. Batuan Beku Ekstrusif (Vulkanik), yaitu batuan yang terbentuk dari pembekuan
magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api), sehingga mineral
penyusunnya lebih kecil, seperti basal, andesit dan dasit, tetapi ada pula yang
berbentuk batuan berongga, seperti batu apung atau yang memiliki permukaan
kaca akibat tidak terbentuknya kristalisasi mineral, seperti batu obsidian
Batuan ini terbentuk dari proses degradasi akibat adanya proses pelapukan mekanis
maupun kimia dari batuan beku, batuan malihan dan batuan sedimen sendiri. Batuan
ini kemudian mengalami proses tansportasi ke daerah yang lebih rendah dan terjadilah
pengedapan secara berlapis yang makin lama makin tebal dan padat, bentuk butiran
endapan bermacam-macam dari halus sampai ukuran besar. Pengendapan bahan-
bahan tersebut menyebabkan terikatnya butiran secara bersama-sama karena adanya
proses penyemenan (sementasi). Jenis-jenis semen antara lain kalsium karbonat dan
silikat. Silikat dapat mengikat butiran secara bersama-sama menjadi sebuah partikel
yang keras ditambah dengan adanya tekanan atau beban yang terlalu berat, sehingga
terbentuklah batuan baru yang disebut batuan sedimen. Lihat gambar 1.2
Pada batuan endapan tidak terjadi proses kristalisasi batuan. Jumlah batuan sedimen
meliputi ± 75 % permukaaan bumi.
Berdasarkan cara pengendapannya, ada 3 jenis, yaitu :
a. Batuan Sedimen Mekanis,
yaitu batuan yang diendapkan secara mekanik tanpa mengubah susunan batuan
kerikil atau pasir merupakan potongan sederhana dari batuan dan mineral.
Penamaan batuan sedimen mekanis biasanya berdasarkan besar butir penyusun
batuan tersebut:
• Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butiran yang membundar.
• Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butitan yang bersudut.
• Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai
1/16 mm.
• Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari
1/256 mm.
• Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm.
b. Batuan Sedimen Kimiawi,
yaitu batuan sedimen yang diendapkan secara kimia. Pada proses pembentukan
batuan ini terjadi proses pelarutan, contohnya batu kapur. Batuan sedimen kimia
terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit dan
batu garam (salt).
c. Batuan Sedimen Organik,
yaitu batuan sedimen yang diendapkan melalui kegiatan organik, terbentuk dari
gabungan sisa-sisa makhluk hidup sisa sisa hewan dan tumbuhan laut. Batuan ini
biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan penyimpan (reservoir).
Contohnya batu gamping, terumbu karang.
Batuan ini adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan
tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika
tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur. Akibat bertambahnya temperatur
dan tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga
membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula, yang disebut
sebagai proses metamorfosis, yang berarti mengalami perubahan bentuk akibat
perubahan fisika dan atau kimia yang besar
Contoh : Batuan lempung menjadi batu sabak
Batu gamping menjadi marmer
Batu pasir menjadi batu kuarsit
batuan beku. Sedangkan batuan sedimen dan batuan malihan lebih banyak digunakan sebagai
ornamen bangunan, seperti batu penutup dinding.
Ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalan menggunakan batu alam
sebagai bahan bangunan, antara lain :
Pada umumnya sifat susut muai ini tidak banyak berpengaruh dalam konstruksi, tetapi
bila terjadi perbedaan susut muai batuan dan bahan perekat yang besar akan dapat
menyebabkan batuan terlepas.
5. Pemuaian thermal
Sifat pemuaian thermal batuan cukup kecil. Meskipun demikian bila suhu lingkungan
batuan itu dipasang, misalnya dekat tungku, maka akan dapat berakibat kerusakan
pada batu alam, seperti retak-retak kecil. Oleh karena itu konstruksi yang
menggunakan batu alam tidak dianjurkan digunakan di tempat api atau tungku.
6. Daya Sekat panas
Batu alam bukan bahan penyekat panas yang baik , melainkan bersifat menyimpan
panas. Karena sifat berat dan kepadatan batu alam yang menyimpan panas pada musim
panas, akan tetapi lambat melepaskan panasnya. Sebaliknya bila batu alam telah
dingin maka untuk menaikkan suhunyapun akan lebih lambat pula. Disamping itu
warna batu alam yang retaif lebih gelap, maka panas matahari akan lebih banyak
diserap.
7. Pengaruh api
Batu alam yang berasal dari batuan beku, seperti granit, rhiolit, andesit dan basal,
biasanya akan mudah mengalami retak pecah (spelling) terkelupas bila terkena suhu
tinggi yang mendadak, seperti kebakaran. Hal ini antara lain disebabkan oleh
pelepasan air yang terkandung secara mendadak, baik itu air pori maupun air yang
terikat pada hablurnya.
Batu kapur dan marmer akan dapat retak bila terkena api langsung dan bagian
permukaan batuan akan menjadi rapuh karena kemungkinan terajdinya pelepasan CO2
sedikit, sehingga permukaan batuan (tipis) terkalsinasi. Pada suhu kebakaran antara
250-300o C maka batu pasir, batu kapur dan marmer akan berubah warna.
8. Pengaruh cuaca
Pada umumnya batu alam yang padat dengan penyerapan yang rendah akan lebih
tahan lama terhadap pengaruh cuaca . Kerusakan yang nampak dari batu alam yang
digunakan, antara lain disebabkan beberapa faktor :
karat inilah yang membuat batu tempel terlepas, atau rusak setempat atau
berubahnya warna batuan karena mengandung oksida besi yang tinggi.
e) Pengaruh dari sifat alami batuan
Pada batuan beku yang pada proses pembentukannya berlapis-lapis.Secara kasat
mata, lapisan ini tidak terlihat. Tetapi akibat adanya pengaruh basah dan kering
berganti-ganti akan menyebabkan lapisan tersebut melebar dan semakin nyata,
terlebih bila paada lapisan tersebut terdapat senyawa garam, maka dapat membuat
batu itu terbelah dengan sendirinya.
Khusus pada batu endapan yang terdapat lapisan lempung pirit atau humus, seperti
pada batu kapur. Semula lapisan ini memberikan gurat-gurat yang menarik, tetapi
karena pengaruh basah dan kering akan membuat lapisan tersebut membesar dan
memecah batuan.
Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut, maka sebelum digunakan maka
batuan harus diuji terlebih dahulu sifat kekalnya menggunakan larutan garam sulfat.
Aspek lain yang perlu diketahui pada pekerjaan konstruksi yang menggunakan batu
alam, yaitu :
1. Aspek Ekonomi
Penggunaan batu alam sebagai bahan konstruksi bangunan, terutama bahan dekorasi ,
maka keindahan yang menjadi bahan pertimbangan sehingga aspek ekonomi
merupakan masalah kedua. Akibatnya biayanya akan mahal. Oleh karena itu dalam
memilih batuan yang digunakan harus yang memiliki keawetan yang tinggi, sehingga
dapat tahan lama.
2. Aspek Perawatan
Untuk menjaga keindahan permukaan maka pasangan batu alam perlu dilakukan
perawatan atau dibersihkan dari kotoran yang melekat.
Metoda perawatan batu alam dilakukan dengan memberi lapisan pelindung dan
mencuci bersih kotoran yang melekat.
1.3.2 Fungsi Batu Alam Dalam Konstruksi
Sebagai bahan bangunan, ada beberapa jenis konstruksi yang menggunakan batuan alam,
antara lain:
3. Batu Muka
Penggunaan batu muka, merupakan batu batu penutup yang dipasang pada bagian luar
bangunan. Biasanya dipakai pada konstruksi bangunan air, seperti saluran air, dinding
penahan tanah dan bendungan kecil. Tujuannya disamping memperindah pasangan
sekaligus meningkatkan kekuatan konstruksi. Batu muka adalah batu yang memiliki
bentuk segi enam dengan ukuran sisi 10-20 cm , tebal 4-8 cm dan permukaannya
dibuat kasar.
4. Batu Jalan
Penggunaan batu alam untuk bahan jalan, umumnya dilakukan untuk jalan yang ada di
pedesaan atau jalan yang tidak menerima beban lalu lintas yang berat. Karena batu
alam berhubungan langsung dengan roda kendaraan, maka batu alam yang digunakan
haruslah memiliki ketahanan aus dan kekuatan tekan yang tinggi. Tujuannya agar
jalan batu alam tersebut lebih tahan lama dan tidak mudah patah. Bentuk batuan yang
digunakan sebagai bahan jalan adalah persegi panjang dengan ukuran 15X15x25 cm
(gambar 1.6).
Selain itu juga penggunaan batu alam untuk jalan adalah sebagai bahan pembentuk
lapisan perkerasan pondasi bawah atau batu kosong (aan-stamping)
c. Persyaratan mutu batu marmer menurut SNI 013-0089-1987, terlihat pada tabel 1.2.
Pemakaian
Lantai dengan beban hidup Untuk batu tempel/ hias pada
Sifat konstruksi
Lebih dari Kurang dari 250 Terlindung Tidak
250kg/m2 kg/m2 terlindung
3. Ketahanan aus
Baushinger maks
mm/menit 0,13 0,16 - -
Berdasarkan proses terbentuknya batuan , maka batuan alam yang sering digunakan
sebagai bahan bangunan adalah sebagai berikut :
maka bila dipoles terlihat mengkilap seperti kaca dan memberikan pandangan yang
menarik (gambar 1.8)
Batu granit sangat tahan terhadap gas-gas asam yang terkandung di udara, juga
terhadap terhadap getaran dan suhu yang tinggi, tetapi bila suhunya diturunkan
dengan cepat atau disiram air (dalam kondisi panas), maka akan membuat granit itu
retak atau bahkan pecah.
Karena kuat tekannya tinggi, maka batu ini digunakan untuk pembuatan beton
mutu tinggi, Tetapi karena tampaknya juga menarik maka granit lebih sering
digunakan sebagai bahan untuk pembuatan lantai dan dinding penutup bangunan
yang bersifat monumental.
b. Diorit
Mineral yang terkandung kebanyakan plagioklas, augit, hornblende dan
sedikit sekali kuart. Warnanya kebanyakan hijau tua agak gelap(gambar 1.9).
Batuan ini digunakan sebagai lantai rumah karena bagus untuk dipoles. Kekuatan
tekannya 150-140 Mpa dengan berat jenis 2,7-3,0.
c. Gabro
Mineral penyusun batuannya hampir sama dengan diorit, hanya tidak ada
kuart.Warnanya hijau tua gelap atau wijau tua kehitaman (gambar 1.10) Batu ini
sukar dibentuk tetapi memiliki ketahanan yang baik terhadap pengaruh cuaca.
Kebanyakan penggunaan gabro sebagai lantai, penutup dinding dan batu pecah.
Berat jenisnya 2,7-3,1 dengan kekuatan tekannya antara 180-280 Mpa.
c. Basal
Karena mengandung bijih magnit, sehingga warnanya abu-abu kebiruan.
Mineral yang terkandung adalah olivin, augit dan felspar (gambar 1.11).
Keawetan basal terhadap cuaca dan air sangat baik, tetapi bila terbakar dengan
suhu tinggi akan mudah hancur.. Berat jenis 2,96 dan kuat tekan mencapai 320
Mpa.
Jenis batuan basal ini sering dipakai sebagai batu pondasi rumah dan
bangunan air , dinding pasangan, dinding penahan tanah, serta batu muka saluran
air atau lantai jalan setapak.
d. Andesit
Mineral yang terkandung di dalam batu ini antara lain : glimer, hornblende
leusit dan kadangkala tidak mengandung kuart. Warnanya agak keabu-abuan,
tetapi adanya osidasi terdapat warna kuning, hijau dan merah . (gambar 1.12)
a. Batu Sabak
Batu ini banyak mengandung mineral silika alumunnium basa, tanah kaolin,
pasir halus dan glimer. Struktur batuan ini berlapis dan mudah dibelah-belah
menjadi lempengan yang tipis hingga 3 mm tebalnya. Warna batuan bermacam-
macam, seperti merah tua, ungu kebiruan, ungu kemerahan, karena mengandung
sedikit kapur, tetapi ada juga yang berwarna biru muda, biru tua, biru keabu-
abuan, hitam dan coklat ( gambar 1.13).
Ketahanan terhadap pengaruh cuaca baik dan juga cukup keras dengan berat
jenis ada yang mencapai 3. Penggunaan dalam konstruksi adalah sebagai batuan
untuk penutup dinding.
b. Batu Pasir
Batu ini terbentuk dari endapan butir-butir silika yang diikat menjadi satu.
Bahan perekatnya berupa silika, oksida besi atau lempung. Kekerasan dan
keawetan dari batu pasir sangatlah tergantung dari jenis bahan perkat yang
menyatukan butiran pasir menjadi batu pasir.
Unsur pembentuk utamanya adalah silikat, tetapi tercampur dengan butiran
kapur lempung dan sebagainya, seperti mika dan felspar, sehingga menghasilkan
bermacam-macam warna serta susunan butir yang berbeda pula Warna batu pasir
bermacam-macam, antara lain abu-abu, kuning tua, coklat dan merah
( gambar 1.14).
Karena batu pasir lebih berpori dibanding batu endapan lain, dengan kadar
porinya mencapai 30%. Maka dalam penggunaannya tidak diperuntukkan sebagai
lantai karena mudah aus, melainkan sebagai penutup dinding. Kekuatan tekan
batu ini mencapai 28-98 Mpa.
c. Batu Kapur
Tercampurnya bahan lain ke dalam batu kapur dalam proses
pengendapannya, seperti : tanah liat, kaolin, pasir dan oksida besi dan bahan
lainnya, sangat menentukan kemurnian batu kapur. Semakin banyak kandungan
kalsim karbonat (CaCO3), menunjukan semakin gemuknya batu kapur Batu kapur
memiliki daya serap yang besar hingga 3 % dengan kekuatan tekan antara 17,5-
196 Mpa.Warna batuan dijumpai dalam corak kuning tua,kelabu, krem, merah
muda dan putih (gambar 2.15).
Batu kapur tidak tahan api dan pada suhu lebih dari 800oC, batu ini akan
mudah terurai menjadi CaO dan CO2. Penggunaannya sebagai unsur bangunan
adalah untuk penutup dinding dan lantai, batu panil, pasangan batu, ambang
jendela dan batu penutup dinding, tetapi harus dihindari yang terdapat sisipan
lempung karena mudah pecah.
Indikator yang paling sederhana untuk mengidentifikasi batuan kapur ialah
dengan meneteskan asam keras (HCl), bila pada permukaan batu yang ditetesi
asam keras mengeluarkan gas CO2 dan terlihat berbusa, maka batu tersebut
mengandung kalsium karbonat.
Gambar 2.16Marmer
Warna marmer bermacam-macam, ada yang putih, ungu, merah, kuning hingga
hijau tergantung mineral yang terkandung di batu kapur. Kekuatan tekan marmer
antara 84-147 Mpa, dengan daya serap 0,001-0,06%. Karena keras, maka marmer
digunakan sebagai bahan penutup lantai atau dinding bangunan,tetapi ada beberapa
jenis marmer yang cepat berkurang mutunya, bila terkena cuaca,sehingga harus
dipasang di ruang tertutup .
b. Kuarsit
Batu ini adalah perubahan dari batu pasir yang banyak mengandung silika dan
telah mengalami perubahan bentuk yang dapat dikenali dengan memperhatikan
rupanya yang terdiri dari kristal-kristal kasar.
Kuarsit dijumpai dalam warna gading, kehitam-hitaman, merah, abu-abu, coklat
dan kuning tua. Menurut karakteristiknya setiap batu mempunyai beberapa warna
berbentuk alur-salur (gambar 2.17)
Penggunaan batu ini adalah sebagai batu untuk pasangan di daerah pedesaan
dengan ketebalan 5 – 10 cm.
Mutu batu alam yang berhubungan dengan penggunaannya, akan lebih baik ditinjau dari
sifat-sifat fisik dan mekanisnya daripada sifat kimia maupun struktur batuannya. Karena
meskipun sifat kimia atau strukturnya baik, bila batuan tersebut melapuk maka sifat fisik dan
mekanisnya akan turun atau berubah.
Ada beberapa jenis pengujian yang sering dilakukan untuk mengidentifikasi batuan alam,
antara lain :
1.3.1 Berat Jenis dan Porositas
a. Berat Jenis
Pengertian berat jenis yang digunakan dalam uji batu alam, dibagi 2, yaitu:
• Berat jenis semu (bulk Density) adalah berat jenis dimana volume hanya diukur
atau ditinjau dari yang terlihat dari luar. Sehingga bila benda berongga di
dalamnya, maka volume rongga akan tetap dinyatakan sebagai volume benda. Jadi
Berat jenis semu benda tidaklah dalam kondisi masip mutlak.
Cara pengujian berat jenis semu:
a) Keringkan batu yang cukup besar atau dibentuk kubus 5 x 5 x 5 cm pada suhu
(100 ±5)0C dan timbang beratnya = A gr
b) Rendam batu selama 24 jam dan lap permukaannya hingga kering (kondisi
jenuh kering permukaan tercapai) dan timbang beratnya = B gr.
c) Timbang batu jenuh kering permukaan di dalam air = C gr
d) Berat jenis semu = , gr/cm3
b. Porositas
Porositas adalah persentase kandungan rongga di dalam batuan dibandingkan dengan
berat jenis sesungguhnya batuan. Pada porositas seluruh rongga di dalam batuan
diperhitungkan, baik rongga yang dapat menyerap air dan tidak.
Besarnya porositas batuan dapat dihitung dengan rumus :
Porositas =
x 100%
b) Keringkan batuan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu (110±5)0C. Diamkan
hingga suhu ruang, kemudian timbang beratnya = B gr.
c) Hitung penyerapan air =
x100%
• Berupa Kubus, ukuran kubus ini minimum dengan rusuk 40 mm Umumnya dipakai
dengan ukuran rusuk 50 mm. Untuk satu jenis batu dibuat 3 atau 6 buah kubus.
• Berupa Silinder, dengan diameter 50 mm dan tinggi 50 atau 100 mm. Silinder ini
dibuat dengan mengebor batu batu alam, dengan garis tengah dalam mata bor 50 - 52
mm
Cara pengujian kuat tekan :
Tentukan bidang tekan dan ukur dimensi batuan ( panjang, lebar dan tinggi).
Letakan batu yang diuji pada mesin tekan, kemudian beri beban hingga beban
maksimum tercapai.
Hitung kuat tekan batuan = , MPa
Dalam pengujian kuat tekan batu alam, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
antara lain :
Bidang tekan benda uji harus rata dan sejajar, sehingga untuk meratakan bidang tekan
maka digunakan lapisan penutup yang terbuat dari campuran belerang dan pasir silika
dengan tebal 6 mm
Pembebanan pada saat pengujian harus teratur, dengan kecepatan tekanan mesin tekan
sebesar 1- 6 kg/cm2/detik. Contoh: bila luas bidang tekan kubus contoh 5 x 5 cm, maka
kecepatan pembebanan antara 25-150 kg/cm2/detik.
e) Hitung ketahanan aus = , mm/menit
cm yang terbuat dari plat baja mangaan (baja keras) dan dilengkapi dengan bola baja
diameter ± 50 mm.
Cara pengujiannya :
a) Timbang benda uji dalam kondisi kering oven seberat 5000 gr
b) Masukkan benda uji ke dalam teromol dan putar sebanyak 500 atau 1000 kali
Putaran (tergantung ukuran butir) dengan kecepatan 30-33 putaran/menit.
c) Keluarkan benda uji dari teromol dan saring menggunakan ayakan 1,70 mm dan
sisa diatas ayakan dicuci dan ditimbang.
! ! ,#
d) Hitung keausan = x 100%.
$
f) Setelah pemasangan, sikat permukaan batu alam dengan air dan keringkan. Lalu
lapisi dengan cairan pelapis (coating), agar batu tidak mudah berlumut dan
berjamur jika sering terkena air
g) Untuk menjaga kerataan permukaan dinding dan kerataan pasangan batu, maka
digunakan benang yang sudah di waterpas.
h) Untuk menghindari tumbuhnya lumut dan janur akibat pori-pori batu alam
menyerap air dan berakibat tampilan batu alam tak indah lagi. Untuk itu bat alam
harus diberi lapisan pengawet (coating)
Pilihan jenis cairan coating pun harus disesuaikan dengan karakteristik batu. Tidak
semuanya cocok diaplikasikan ke semua batu alam. Batuan keras macam batu kali
dan andesit, lebih tepat menggunakan coating yang mengkilap. Sebaliknya, batuan
dengan porositas tinggi cocok dengan coating dof.
Langkah-langkah meng-coating batu alam:
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Seperti amplas, kuas, cairan coating
(ukuran disesuaikan dengan kebutuhan), kain bersih, sikat gigi bekas.
- Lakukan pembersihan pada batu alam. Pastikan kotoran seperti debu, tanah,
bahkan lumut tak lagi hinggap. Pembersihan dapat menggunakan amplas.
- Apabila pada bagian tertentu pembersihan sulit dilakukan, gunakan sikat kecil.
Bisa menggunakan sikat gigi bekas.
- Setelah semua telah bersih, dinding batu alam di lap dengan kain bersih.
Pastikan seluruh bagian kering.
- Siapkan cairan coating. Jangan lupa tambahkan cairan thinner pada wadah. Kira-
kira perbandingannya sembilan bagian cairan coating dan satu bagian thinner.
- Kemudian lakukan pelapisan (coating) pada dinding batu alam. Jenis coating
disesuaikan dengan jenis batuan.
- Setelah coating selesai, diamkan beberapa saat hingga mengering.
- Untuk eksterior, sebaiknya peng-coating-an dilakukan dua tahap agar lebih
tahan lama.
h. Perawatan terhadap batu alam harus dilakukan minimal 2 bulan sekali, dengan cara
menyiram permukaan batu alam menggunakan air bersih yang disemprotkan atau
sikat dengan air sabun. Lalu bilas dengan air bersih. Hindarkan penggunaan zat
kimia, karena sisa zat kimia akan membekas dan merusak batu alam
1.5 RANGKUMAN
Pada Bab ini membahas tentang proses terbentuknya batuan alam. Selanjutnya
diuraikan pula aplikasi batu alam untuk industri konstruksi, baik itu mengenai sifat-sifat batuan,
persyaratan mutu dan jenis batuan yang sering digunakan. Untuk pengujian batu alam uraian
lebih ditekankan pada beberapa pengujian saja, yang antara lain sifat fisik dan mekanis batuan
saja. Mengingat pentingnya pelaksanaan pada pekerjaan yang menggunakan batu alam, maka di
bab ini diuraikan beberapa petunjuk praktis yang harus diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi
yang menggunakan batu alam. Sekaligus menghindari terjadinya tumpang-tindih materi
pelajaran dengan materi Lab. Konstruksi.
Untuk mengetahui keberhasilan pelajaran, maka dilengkapi dengan bab ini dengan
lembar latihan
BAB 2
KERAMIK
Mahasiswa dapat memahami sifat dan karakteristik keramik yang digunakan sebagai
bahan konstruksi
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan jenis dari keramik untuk bahan
konstruksi
2. Mahasiswa dapat menerangkan bahan-bahan pembentuk keramik
3. Mahasiswa dapat menjelaskan proses pembuatan keramik
4. Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan spesifikasi dari keramik yang digunakan
sebagai bahan konstruksi.
2.1 PENDAHULUAN
Penggunaan bahan keramik diperkirakan sejak 50 abad yang lalu. Hal ini diketahui dari
dari hasil penggalian barang-barang kuno di Mesir, banyak ditemukan barang-barang keramik.
Penggunaan bata merah sebagai bahan konstruksi juga sudah dikenal Bangsa Mesir 30 abad
sebelum Masehi.
Perkembangan keramik di Asia, terutama yang berasal dari Cina, diperkirakan sejak 26
abad sebelum Masehi. Terkenalnya keramik cina, karena kualitas keramik yang dihasilkan
sangat bermutu dan lebih halus. Tingginya mutu dari keramik cina, disebabkan bahan baku yang
digunakan adalah tanah lempung yang berwarna agak keputih-putihan yang sekarang dikenal
dengan sebutan tanah kaolin atau China Clay. Tanah ini dapat dibakar dengan suhu yang relatif
lebih tinggi dari lempung biasa dan produk yang dihasilkan disebut porselen. .
Seiring dengan semakin majunya teknologi dewasa ini, pemakaian keramik keramik tidak
dibatasi untuk barang rumah tangga dan bahan konstruksi, tetapi sudah meningkat kepada
keramik yang digunakan untuk bidang teknik, antara lain keramik untuk listrik, dan teknik suhu
tinggi, seperti : isolator listrik, busi kendaraan bermotor, transistor, kapasitor, bata tahan api,
serat optik, silikon dan lain-lain.
Industri keramik yang dominan di Indonesia baru pada industri bata, genteng, ubin dan
pipa tanah. Sedangkan di bidang keramik halus, sebagian besar baru sampai tingkat gerabah alat
rumah tangga, vas bunga, kendi, isolator listrik tegangan rendah dan untuk bata tahan api, baru
sampai bata samot.
Kata Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani , yaitu Keramikos yang artinya
suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Sedangkan menurut
istilah keramik adalah semua barang atau benda yang dibuat dari bahan-bahan tanah
liat/lempung/batuan silikat yang mengalami suatu proses pengerasan dengan pembakaran suhu
tinggi.
Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada keramik adalah rapuh sehingga
mudah pecah. Hal ini dapat kita lihat pada keramik tradisional seperti barang pecah belah, gelas,
kendi, gerabah dan sebagainya. Akan tetapi untuk jenis keramik hasil sintering, dan campuran
sintering antara keramik dengan logam, maka keramik yang dihasilkan memiliki kekuatan yang
tinggi dan tahan terhadap suhu sampai 2000oC. Sifat inilah merupakan salah satu faktor
pendorong semakin berkembangnya penelitian tentang keramikyang membuat penelitian tentang
keramik terus berkembang.
1. Keramik Kasar
Keramik jenis ini adalah produk keramik yang dibuat dari tanah liat plastis, mudah
dibentuk, kemudian dibakar pada suhu maksimum 1180°C. Dengan susunan butir dari
tanah liat agak kasar, sehingga struktur dan tekstur dari keramik jenis ini agak kasar
dan masih berpori. Untuk meningkatkan kekedapan air dan keawetannya, maka
biasanya diberi lapisan glasir dengan warna yang menarik dari campuran felspar,
kuarsa, koalin, kapur spar,dan dolomit. Karena berkualitas rendah maka nilai
ekonomis dari keramik ini jauh di bawah keramik halus dan keramik industri.
Produk keramik jenis ini antara lain : bata, genteng, pot, gentong dan sebagainya.
Keramik ini dibuat dari bahan lempung plastis yang dicampur dengan bahan tahan api
dan dibakar pada suhu antara 1200°-1300°C. Keramik jenis ini mempunyai struktur
dan tekstur halus dan kokoh, kuat dan berat seperti batu. Keramik jenis termasuk
kualitas golongan menengah. Produk dari keramik batu, antara lain : alat makan
minum dan ubin dan bata tahan asam.
3. Keramik Halus
Jenis ini adalah keramik yang dihasilkan dari bakaran suhu tinggi yang dibuat dari
bahan lempung murni yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan silika. Karena badan
keramik jenis ini berwarna putih bahkan bisa tembus cahaya, maka sering disebut
keramik putih. Pada umumnya keramik jenis ini dibakar antara suhu 1350°C-1500°C.
dibuat tidak terlalu tebal. Walaupun tampak rapuh, sebenarnya keramik halus
memiliki kepadatan yang tinggi karena struktur dan teksturnya rapat serta keras
seperti gelas. Dengan suhu pembakaran yang tinggi, maka bodi keramik halus terjadi
proses penggelasan atau vitrifikasi. Secara teknis keramik jenis ini mempunyai
kualitas tinggi dan bagus, juga mempunyai daya tarik tersendiri karena keindahan
warna-warna glasir penutup keramik.
Keramik jenis ini antara lain porselin dan perlengkapan saniter.
Jenis keramik baru adalah keramik yang secara teknis dibuat untuk keperluan
teknologi tinggi, seperti : peralatan mobil, listrik, konstruksi, komputer, cerobong
pesawat, kristal optik, keramik metal, keramik multi lapis, keramik multi fungsi,
komposit keramik, silikon, bioceramik, dan keramik magnit. Sifat khas dari material
keramik jenis ini disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis seperti tahan
benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan karat, tahan suhu kejut seperti isolator,
bahan pelapis dan komponen teknis lainnya.
Bahan mentah keramik ialah oksida-oksida mineral yang terdapat di alam, baik itu berupa
batuan atau hasil pelapukan darinya. Jenis oksida yang sering digunakan dalam industri keramik
antara lain : SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O dan Na2O. Tetapi kadangkala untuk
pembuatan keramik tertentu ditambahkan oksida lainnya. Di alam bahan yang ada, merupakan
campuran oksida-oksida tersebut diatas, tetapi yang paling banyak dipakai sebagai bahan mentah
ialah lempung atau tanah liat. Sedangkan bahan dalam bentuk batuan antara lain felspar, kuarsa
dan batu kapur.
Secara umum bahan pembentuk keramik adalah sebagai berikut :
2.2.1 Lempung
Lempung atau tanah liat (clay) adalah sejenis tanah yang diperoleh dari hasil pelapukan
batu alam, terutama batuan feldspar yang memiliki susunan kimia (Na2OK2O)Al2O36SiO2 dan
mengandung alumina silikat hidarat. Jenis tanah ini akan bersifat plastis bila basah dan akan
mengeras seperti batu bila dipanaskan pada suhu tinggi.
Karena jenis tanah lempung ini berasal dari batuan, maka kandungan oksidanya sama
dengan batuan induknya, tetapi dicampuri bahan lain selama proses pembentukannya. Hampir
kebanyakan lempung mengandung butiran yang halus dan sebagian lagi bersifat koloidal.
Butiran-butiran halus itu terdiri dari macam-macam mineral, karena pada umumnya lempung
tidak memiliki susunan kimia tertentu.
Tetapi karena kandungan mineral tersebut ada yang dominan maka penamaan jenis
lempung sangatlah tergantung dari :
a. Susunan mineral yang dominan yang terkandung
b. Cara terbentuknya
c. Bentuk dan kemurnian
d. Cara penggunaan.
Lempung merupakan bahan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan. Maka
berdasarkan cara pembentukannya, lempung dapat dibagi menjadi :
a) Lempung Primer
Yang disebut lempung primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari
pelapukan batuan feldspastik yang tidak berpindah dari batuan induk Karena tidak
terbawa arus air, angin maupun gletser, maka tanah liat tidak berpindah tempat
sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder. Tanah liat
primer cenderung berbutir kasar, tidak plastis, daya leburnya tinggi dan daya
susutnya kecil. Karena tidak tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting
atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat cenderung berwarna putih atau
putih kusam. Pada umumnya tanah liat primer bersifat tahan api. Suhu matang
berkisar antara 13000C s/d 17500C.
Yang termasuk tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite, felspar, kuarsa dan
dolomit. Tanah ini biasanya terdapat di tempat-tempat yang lebih tinggi daripada
letak tanah sekunder. Mineral kuarsa dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis
tanah liat primer karena merupakan hasil pelapukan batuan felspastik yang
menghasilkan tanah liat kaolinit. Dalam keadaan kering tanah liat primer sangat
rapuh sehingga mudah ditumbuk menjadi tepung.
b) Lempung Sekunder
Lempung sekunder adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspastik yang
berpindah jauh dari batuan induknya dan tercampur dengan bahan-bahan organik
maupun anorganik sehingga merubah sifat-sifat kimia maupun fisika .
Tanah liat yang dipindahkan biasanya terbentuk dari beberapa macam jenis tanah liat
dan dari beberapa sumber. Kehadiran berbagai oksida logam seperti besi, nikel, titan,
mangan dan sebagainya, dari sudut ilmu keramik dianggap sebagai bahan pengotor.
Bahan organik seperti humus dan daun busuk juga merupakan bahan pengotor tanah
liat. Karena pembentukannya melalui proses panjang dan bercampur dengan bahan
pengotor, maka tanah liat mempunyai sifat: berbutir halus, berwarna krem/abu-
abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu matang antara 9000C s/d 14000C. Umumnya
tanah liat sekunder lebih plastis dan mempunyai daya susut yang lebih besar daripada
tanah liat primer.
Dibanding dengan lempung primer, lempung sekunder mempunyai ciri tidak murni,
warna lebih gelap, berbutir halus dan mempunyai titik lebur yang relatif rendah.
Setelah dibakar biasanya warna krem, abu-abu muda sampai coklat muda ke tua.
Menurut titik leburnya, tanah liat sekunder dibagi dalam 5 jenis, yaitu:
Tanah ini berwarna terang putih ke abu-abuan dan ditemukan di alam berbentuk
bongkahan padat dengan kadar alumina tinggi dan kadar alkalinya rendah,
misalnya kaolin dan mineral tahan api.
Titik leleh tanah liat ini mencapai suhu ± 15000C, sehingga tergolong tanah liat
tahan api. Bahan ini sering digunakan untuk bahan campuran pembuatan masa
badan siap pakai dari produk stoneware dan porselin, karena tanah ini berwarna
putih dan mempunyai kekenyalan yang baik.
Tanah liat stoneware adalah tanah liat yang dalam proses pembakarannya tanpa
disertai perubahan bentuk. Titik lebur tanah liat stoneware bisa mencapai suhu
14400C. Warnanya abu-abu dan mempunyai sifat tahan api dan plastis tetapi
ukuran butirnya tidak terlalu halus. Tanah ini dapat digunakan sebagai bahan
utama pembuatan benda keramik alat rumah tangga tanpa atau menggunakan
campuran bahan lain. Suhu pembakaran tanah stoneware mencapai ± 12500C.
Pada suhu tersebut sifat fisiknya berubah menjadi keras seperti batu, padat, kedap
air dan bila diketuk bersuara nyaring.
Ball Clay
Tanah liat ini terdiri dari butiran yang halus dengan tingkat plastisitas sangat
tinggi dan daya susutnya besar. Biasanya berwarna abu-abu. Titik lelehnya antara
12500C s/d 13500C. Karena sangat plastis, ball clay tidak dapat dibentuk,
sehingga hanya dapat dipakai sebagai bahan campuran pembuatan massa tanah
liat siap pakai.
Bahan ini sangat banyak terdapat di alam. Tingkat keplastisannya cukup baik,
sehingga mudah dibentuk, warna bakarnya merah coklat dengan titik lelehnya
sekitar 11000C s/d 12000C. Tanah ini banyak digunakan untuk industri bata,
genteng dan gerabah.
Warna alaminya tidak merah terang tetapi merah karat, karena kandungan besinya
mencapai 8%. Bila diglasir warnanya akan lebih kaya, khususnya dengan
menggunakan glasir timbal.
Yang termasuk kelompok ini adalah jenis tanah liat monmorilinit. Contohnya
bentonit yang sangat halus dan rekat sekali. Tanah liat ini hanya digunakan
sebagai bahan campuran massa badan kaolinit dalam jumlah yang relatif kecil.
Dalam pembentukan benda keramik dibutuhkan tanah liat yang memenuhi persyaratan.
Karena keberhasilan atau kegagalan dalam pembuatan benda keramik sangat dipengaruhi sifat
dari tanah liat pembentuk keramik, yang antara lain :
a. Sifat Plastis
Sifat plastis atau plastisitas tanah liat merupakan kualitas hubungan antara partikel
tanah liat yang ditentukan oleh kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat.
Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda yang
dibentuk tidak akan mengalami keretakan/pecah atau berubah bentuk. Sifat ini
merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh bahan pembentuk benda
keramik. Karena juga akan berpengaruh terhadap tingginya kekuatan, suhu titik leleh
serta besarnya penyerapan air dari produk keramik.
Bila bahan mentahnya sama, tapi susunan butirnya berbeda, maka pemakaian dalam
produksinya juga harus berbeda. Diagram Winkler membagi susunan butir lempung
menurut penggunaannya (gambar 2.1)sebagai berikut :
Daerah I : Lempung untuk pembuatan bata biasa.
Daerah II : Lempung untuk pembuatan bata berlobang.
Daerah III : Lempung untuk pembuatan genting dan bata berongga.
Daerah IV : Lempung untuk pembuatan bata berongga berdinding tipis
Tanah liat harus mempunyai kemampuan menjaga kestabilan bentuk selama proses
pembentukan hingga pembakaran tanpa mengalami perubahan bentuk yang terlalu
besar. Sifat ini ditentukan oleh plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik dari tanah
liat, sehingga tanah liat tersebut memiliki daya kerja.
Tanah liat dalam keadaan plastis masih mengandung air sehingga mudah dibentuk
menjadi benda keramik dan setelah kering akan terjadi penyusutan pada benda
keramik tersebut. Hal ini terjadi karena menguapnya air pada badan dan permukaan
benda keramik sehingga menyebabkan butiran-butiran tanah liat menjadi rapat.
Tanah liat akan mengalami dua kali penyusutan, yaitu penyusutan yang terjadi dari
keadaan basah menjadi kering yang disebut susut kering dan penyusutan yang terjadi
pada waktu proses pembakaran yang disebut susut bakar. Jumlah presentase
penyusutan (susut kering dan susut bakar) yang dipersyaratkan sebaiknya antara 5 % -
15 %. Tanah liat yang terlalu plastis biasanya memiliki persentase penyusutan > 15
%, sehingga apabila tanah liat tersebut dibentuk akan memiliki resiko retak atau pecah
yang tinggi.
Suhu bakar keramik berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu keadaan
benda keramik yang telah mencapai kematangan secara tepat tanpa mengalami
perubahan bentuk. Agar tanah liat menjadi keramik, maka tanah liat yang telah
dibentuk harus melalui proses pembakaran dengan suhu melebihi 6000C. Setelah
melalui suhu tersebut tanah liat akan mengalami perubahan menjadi suatu mineral
yang padat, keras dan permanen. Tingginya suhu kematangan sangat tergantung dari
jenis tanah liat pembentuk keramik.
e. Porositas
Porositas tanah sangat mempengaruhi besarnya sifat penyerapan air dari keramik yang
menunjukan tingkat kepadatan dari produk keramik setelah dibakar. Sifat porositas ini
juga sangat penting karena dengan adanya sifat ini akan memungkinkan penguapan air
pembentuk maupun air selaput tersebut keluar pada waktu proses pengeringan dan
pembakaran. Dalam proses pengglasiran sifat ini juga berpengaruh terdapat
penyerapan bahan glasir pada benda keramik sehingga akan memiliki daya rekat
sebelum proses pembakaran dilaksanakan.
Dalam penggunaan tanah liat sebagai bahan pembentuk keramik ada beberapa kiat yang
perlu diperhatikan, agar di dapat keramik yang baik , seperti terlihat pada tabel 2.1.
No Permasalahan Solusi
1 Terlalu lengket Kurangi ballclay atau tambahkan fireclay
Disaring atau gunakan sedikit tanah liat
2 Terlalu berpasir
berpasir atau grog(samot)
3 Kurang plastis Tambahkan ballclay atau bentonit
Kurangi ballclay atau earthenware dan
4 Penyusutan tinggi
tambahkan fireclay
Bakarlah pada temperatur yang lebih rendah,
5 Hasil bakarnya rapuh
tambahkan kaolin dan silika/kuarsa
Pada temperatur rendah
6 Tambahkan kaolin atau silika/kuarsa
sudah mengkaca
Kurangi bahan-bahan pewarnya, ganti
7 Warna terlalu gelap dengan fireclay, atau tambahkan dengan
bahan tanah liat yang muda warnanya
Warna terlalu terang Tambahkan dengan bahan-bahan pewarna
8
atau muda
2.2.2 Felspar
Dihasilkan dari pelapukan batuan granit dan lava (Igneous Rock). Felspar di alam terdiri
dari berbagai jenis, yang dikelompokkan menjadi 2 jenis , yaitu feldspar kalium yang
mengandung K2O (Orthoclase Feldspar) dan feldspar natrium yang mengandung Na2O
(Plagioclase Feldspar). Titik leleh dari felspar adalah 11700C - 12900C .
Felspard merupakan bahan yang tidak plastis yang dapat mengurangi susut pada saat
pengeringan dan pembakaran sekaligus memberikan sampai 25% flux (pelebur) kepada badan
keramik. Bila badan keramik dibakar, feldspar akan meleleh (melebur) dan membentuk leburan
gelas yang menyebabkan partikel tanah dan bahan lainnya melekat satu dengan lainnya. Bila
bahan semacam gelas ini membeku, bahan ini memberikan kekuatan dan kekukuhan pada
keramik.
2.2.3 Kuarsa
Kuarsa merupakan bahan yang tidak plastis sehingga apabila digunakan akan
mengurangi tingkat plastisitas bahan keramik, begitu pula dengan penyusutannya. Sekaligus
dapat menambah kestabilan bentuk. Pada proses pengglasiran, kuarsa berfungsi sebagai
penggelas dengan titik leleh yang tinggi yaitu 16000 C.
Kuarsa merupakan bentuk dari mineral silika yang terdapat pada batuan keras atau pasir.
Pemakaian kuarsa dalam industri keramik cukup penting dan besar, antara lain :
a) Campuran pembuatan keramik putih dan halus
b) Campuran pembutan glasir dan email (enamel)
c) Bahan dasar pembuatan gelas atau kaca
d) Bahan dasar bata tahan api jenis silika
Digunakan pada campuran tanah liat bakaran suhu rendah dan menengah dan berfungsi
sebagai flux yaitu untuk menurunkan suhu bakar, terutama untuk jenis keramik halus. Batu kapur
termasuk bahan non plastis, khusus untuk kapur dolomit, jenis ini dapat juga dipakai sebagai
bahan pembuat bata tahan api dolomit (bata dolomit)
Batu magnesium silikat dikenal dengan nama talk, Merupakan campuran Magnesium
Silicate Hidrosid yang mempunyai susunan kimia 3MgO 4SiO2 H2O. Talk berfungsi sebagi flux
pada bakaran rendah dan menambah daya rekat glasir pada badan keramik, sekaligus untuk
mencegah timbulnya keretakan pada glasir.
Bahan ini banyak dipakai untuk pembuatan keramik putih, sebagai bahan campuran
felspar dan kaolin untuk pembuatan ubin keramik untuk dinding dan barang porselen.
2.2.6 Bentonit
Bentonit adalh tanah liat yang sangat plastis dan berbutir halus. Tanah ini digunakan
untuk menambah keplastisan dari badan keramik sekaligus sebagai bahan pengikat glasir. Titik
lebur dari bentonit mencapai 12000 C.
Grog adalah bahan tanah liat yang telah dibakar hingga terbentuk biskuit dan kemudian
digiling halus. Fungsi grog dalam pembuatan produk keramik ialah untuk mengurangi plastisitas
dan penyusutan dalam badan benda keramik.
Tanah liat adalah bahan baku utama dalam membuat keramik. Kualitas keramik sangat
tergantung dari kualitas dan sifat tanah liat yang digunakan. Oleh karena itu pemilihan tanah liat
yang memenuhi persyaratan sebagai bahan keramik merupakan hal yang sangat penting.
Untuk mendapatkan bahan mentah yang memenuhi syarat harus memperhatikan beberapa
faktor yang antara lain :
a. Ketersediaan cadangan bahan mentah (lempung) dalam jumlah yang cukup untuk
jangka waktu tertentu, agar usaha menguntungkan
b. Kualitas lempung harus sesuai dengan produk keramik yang akan dibuat.
c. Kedekatan lokasi bahan mentah dengan lokasi pabrik
d. Metoda penggalian dan pembuatan keramik
Penggalian bahan mentah keramik, umumnya dengan cara tambang terbuka, karena
sebagian besar bahan merupakan bentuk endapan yang terdapat di permukaan bumi. Cara
penggaliannya dapat menggunakan alat berat, seperti bulldozer atau soil scrapper
(gambar 2.2) atau cangkul dan linggis, tergantung dari kemampuan produsen. Khusus
lempung api, biasanya diperoleh dengan cara penambangan dibawah tanah.
Penggalian bahan sebaiknya dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu
secara merata untuk seluruh luas permukaan lahan, dengan menyingkirkan lapisan teratas
yang mengandung kotoran dan humus terlebih dahulu.
Bahan mentah hasil galian sebaiknya ditimbun dahulu dengan diberi air atau
direndam air bila perlu. Tujuan pemberian air tersebut adalah
a. Agar seluruh partikel bahan mentah menjadi lapuk dan lebih menyerap air
b. Melarutkan garam yang merugikan, terutama garam sulfat, yang terkandung di dalam
bahan mentah
Pada tahap penimbunan, sering juga dilakukan pencampuran bahan, misalnya
lempung dengan sejumlah pasir dan lainnya. Untuk bahan yang berbentuk batuan maka
sebelum ditimbun, dilakukan penggilingan hingga berbentuk bubuk, lalu ditimbun dan
diberi air.
Pada industri bata dan genteng, yang menggunakan lempung basah dan proses
pembentukannya dengan masa lembek (soft mud process), seringkali tanah dari
penggalian langsung diaduk dan dibiarkan selama 1-2 hari.
kering hingga berbentuk tepung lalu ditambah air, sehingga ketika keluar dari mesin telah
berupa lempung basah.
Proses pembuatan keramik, dapat dibedakan pula dari cara pembentukannya. Karena
sifat fisik dari produk keramik sangat tergantung dari cara pembentukannya, tujuan pemakaian,
dan bahan dasar pembentuknya.
Ada 4 cara proses pembentukan keramik , yaitu :
Cara ini dipakai untuk membentuk produk keramik yang bahan mentahnya dalam
kondisi lembek , sehingga mudah dibentuk menggunakan tangan. Meskipun masa
yang dibentuk bersifat lembek dengan kandungan air antara 20-30%, tetapi benda
yang terbentuk masih cukup kuat untuk menahan berat sendiri tanpa terjadi
perubahan bentuk.
Proses lembek ini biasa digunakan pada pembuatan benda-benda berbentuk khusus
yang sukar dicetak dengan alat lain, seperti guci dan vas bunga. Untuk pembentukan
badan keramik digunakan alat pemutar.
Masa yang dipakai adalah lempung kaku yang cukup berat bila dicetak atau dibentuk
dengan tangan. Kadar air dari lempung kaku ini antara 12-15 %, sehingga untuk
pembentukannya memerlukan alat pembentuk dengan tenaga yang cukup besar,
misalnya mesin ekstruder. Hasilnya adalah berupa kolom tanah yang kaku,
kemudian kolom ini dipotong dengan ukuran tertentu kemudian dibentuk sesuai
bentuk produk keramik yang diinginkan (lihat gambar 2.4).
Cara ini banyak dipakai dalam pembuatan produk keramik bahan bangunan seperti
batubata, genteng, bata berlubang, bata berongga, pipa tanah dan bentuk produk
keramik kasar lainnya.
Cara ini dipakai untuk masa yang akan dicetak dan disiapkan dalam bentuk bubur
yang halus dan cair dengan kandungan air mencapai 50%. Agar mendapatkan bubur
yang halus maka lempung yang digunakan harus disaring terlebih dahulu
menggunakan saringan yang halus.
Pembentukan keramik dengan masa slip, dikerjakan dengan menggunakan cetakan
yang terbuat dari gips yang dibentuk sesuai dengan bentuk keramik yang diinginkan.
Kemudian bubur dituangkan kedalam gips dan air bubur akan terhisap gips sehingga
terbentuklah badan keramik. Metoda ini dilakukan untuk pembuatan keramik yang
sulit dibentuk menggunakan tangan dan mesin. Misalnya pembuatan produk sanitair,
seperti kloset, washtafel, benda keramik halus dengan bentuk yang tidak teratur
(gambar 2.5).
Setelah selesai pembentukan, benda keramik masih mengandung air antara 7-30%,
tergantung cara pembentukannya. Keramik hasil pembentukan disebut dianggap masih basah
dan mentah sehingga sebelum dibakar perlu dikeringkan terlebih dahulu.
Tujuan pengeringan ialah untuk menguapkan air yang masih terkandung di dalam produk
mentah sampai kadar airnya yang rendah, tetapi tanpa menimbulkan perubahan bentuk dan sifat
yang berakibat rusaknya keramik ketika dibakar. Ketika proses pengeringan berlangsung, air di
dalam keramik akan menguap dan badan keramik akan mengalami penyusutan. Penyusutan
akibat pengeringan akan terhenti, bila air menguap sebanyak 0,33-0,5 dari kadar air. Bila
penyusutan selesai, produk yang kering ini tidak akan mengalami perubahan bentuk dan retak.
Cara pengeringan produk mentah, terbagi dalam 2 cara, yaitu
2.3.4 Pembakaran
Pembakaran produk keramik bertujuan untuk mendapatkan produk yang keras, kuat ,
penyerapannya rendah dan memiliki daya tahan terhadap cuaca. Untuk mendapatkan
kesempurnaan hasil pembakaran, digunakanlah tungku pembakar. Jenis tungku pembakar
keramik, sangatlah tergantung dari jenis produk yang dibuat.
dimana 1 kamar menghasilkan ± 3500 bata dan lebih hemat bahan bakar. Umumnya
dipakai untu produksi keramik bangunan skala besar (bata & genteng).
b) Tungku terowongan. Berbentuk terowongan yang beratap. Pembakaran dilakukan
dari samping, masa yang dibakar berjalan melalui lorong ini dengan kereta/lori.
Jenis tungku ini termasuk modern untuk saat ini (gambar 2.7). Umumnya dipakai
untuk produksi keramik halus yang mutu dan tinggi harganya,. Contoh produk
sanitair.
Agar tanah liat menjadi keramik, harus melalui proses pembakaran dengan suhu melebihi
600°C. Karena pada suhu tersebut tanah liat akan mengalami perubahan menjadi mineral yang
padat, keras dan permanen, perubahan ini disebut Ceramic Change atau perubahan keramik.
Oleh karena itu tanah liat yang dibakar kurang dari 6000C dianggap belum memiliki kematangan
walaupun sudah mengalami perubahan bentuk.
Pada pembakaran di bawah suhu 8000C, mineral silika bebas (seperti mineral carbonat)
akan berubah pula. Hal ini merupakan akibat dari terbakarnya semua unsur karbon (proses
kalsinasi). Perubahan fisika terjadi di atas suhu 8000C yaitu pada saat bahan-bahan alkali
bertindak sebagai flux atas silika dan alumina yang membentuk sebuah jaringan kristal (mulia)
dan gelas yang dapat mengikat bahan-bahan yang tidak larut menjadi suatu masa yang kuat
(biskuit).
Saat tanah liat dibakar pada suhu ± 13000C beberapa perubahan akan terjadi, misalnya
badan menjadi lebih keras dan kedap air. Tanah liat tersebut dinyatakantelah mengalami proses
Vitrifikasi artinya sebagian besar material, khususnya silika akan menggelas dan mengisi pori-
pori serta mengikat semua partikel tanah liat yang dikenal sebagai ikatan ‘Alumina Silika
Hidroksida’.
Proses vitrifikasi ini biasanya disertai dengan penyusutan volume, yang mengakibatkan
badan keramik semakin padat dan kedap air. Tanah liat yang tidak mengalami vitrifikasi pada
suhu tinggi (± 13000C) dapat digolongkan ke dalam jenis tanah liat tahan api (refractory clay).
Pembakaran keramik dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Satu kali Pembakaran (Single Firing)
Proses pembentukan dan pemberian glasir dilakukan hanya satu kali pembakaran.
Produksinya lebih cepat dengan biaya lebih ringan. Keramik yang dihasilkan lebih
kuat dan tahan lama. Dipakai untuk pembauatan keramik lantai
b. Pembakaran Ganda (Double Firing)
Pembakaran pertama untuk pengerasan badan keramik dan kedua adalah setelah
penambahan lapis glasur . Badan keramik lebih lembek dan kekuatannya lebih kecil
dari monocottura. Proses ini dipakai untuk pembuatan keramik dinding.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembakaran:
- Jangan membakar tanah liat terlalu cepat karena tanah liat tersebut akan meledak
berkeping-keping atau retak-retak. Hal ini disebabkan tidak cukup waktu bagi
plastisitas air untuk menguap.
- Proses pendinginan jangan dilakukan secara cepat, karena badan keramik akan
mengalami perubahan volume yang mendadak. Pendinginan mendadak dapat
menyebabkan satu permukaan akan lebih panas daripada permukaan lain, dan
membuat keramik pecah. Oleh karena itu sebaiknya proses pendinginan dilakukan
secara bertahap untuk mencegah pecahnya keramik. Pecahnya keramik akan jarang
terjadi bila tungku tidak dibuka sebelum suhu di dalam tungku turun sampai suhu
100°C.
Bentuk perubahan fisika dan kimia dari produk keramik selama proses pembakaran dapat
dilihat pada tabel 2.2. dan tabel 2.3.
Tabel 2.2 Perubahan kimia dan fisika produk keramik selama pembakaran
2.4 PENGGLASIRAN
Glasir merupakan material yang terdiri dari beberapa bahan tanah atau batuan silikat, yang
akan melebur dan membentuk lapisan tipis seperti gelas yang melekat pada permukaan badan keramik
selama proses pembakaran. Tujuan pengglasiran adalah memberi keawetan dan keindahan pada
permukaan badan keramik. Lapisan gelas tersebut dapat berwarna cerah/bening sehingga badan
keramik aslinya terlihat nyata, dengan permukaan keramik dibuat kasar atau berbintik sesuai
keinginan konsumen.
Untuk memperindah keramik kadangkala permukaan badan keramik diberi lapisan engobe,
yaitu suatu lapisan antara sebelum keramik diglasir. Bila badan keramik diberi lapisan engelob, maka
glasir yang dipakai adalah berwarna bening. Selain lapisan engelob, dapat badan keramik juga diberi
lapisan pewarna dari jenis oksida logam berwarna dicampur oksida tahan api, sehingga dihasilkan
glasir yang berwarna.
Glasir dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu
• Glasir Garam
Glasir ini terbuat dari garam dapur (NaCl), yang ditaburkan ke dalam tungku pembakar.
Akibat tingginya suhu dan dan uap air, akan terbentuk senyawa NaOH yang dapat
bereaksi dengan silikat atau alumina pada badan keramik dan membentuk lapisan gelas
tipis yang mengkilap serta tahan air. Warna keramik yang diglasir garam dapur, umumnya
coklat tua atau muda tergantung warna badan keramik.
Pengglasiran ini dipakai untuk pembuatan pipa saluran air kotor, ubin tahan asam, dan bata
klinker.
• Glasir Kasar
Jenis glasir ini terbuat dari bahan yang tidak larut air, yang dilekatkan pada badan keramik,
kemudian dibakar sampai lebur. Bahan asalnya digiling halus dan dibuat suspensi
kemudian dilaburkan pada badan keramik lalu dibakar. Glasir kasar ini merupakan glasir
dengan titik leleh yang tinggi dan sebagai pelebur dipakai feldspar, oksida timbal atau
kapur.
• Glasir Frit
Bahan glasir ini dilebur dahulu kemudian digiling halus, setelah dicampur air dilapiskan ke
badan keramik. Jenis glasir ini digunakan untuk keramik dengan bakaran suhu rendah
sekaligus mengikat oksida timah hitam terdapat pada bahan glasir
Bahan utama untuk membuat glasir, umumnya adalah bahan yang dipakai untuk membuat
gelas, yaitu:
a) Silika, berfungsi sebagai unsur penggelas (pembentuk kaca)
Silika (SiO2) juga disebut flint atau kuarsa yang akan membentuk lapisan gelas bila
mencair dan kemudian membeku.Silika murni berbentuk menyerupai kristal, yang
memiliki titik leburnya sangat tinggi antara 16100C-17100C.
b. Alumina, berfungsi sebagai unsur pengeras
Al2O3 yang digunakan untuk menambah kekentalan lapisan glasir, membentuk lapisan
glasir yang kuat dan keras serta memberikan kestabilan pada benda keramik. Untuk glasir
suhu rendah digunakan feldspar, tetapi untuk suhu tinggi digunakan kaolin. .
c. Flux, berfungsi sebagai unsur pelebur (peleleh)
Digunakan untuk menurunkan suhu lebur bahan-bahan glasir. Flux dalam bentuk oksida
atau karbonat yang sering dipakai adalah
Timbal, adalah oksida yang paling banyak dipakai karena dapat bereaksi dengan silika,
tetapi karena berbahaya untuk kesehatan dan dapat larut dalam asam lemah, sehingga
digunakan melalui proses frit.
Boraks, membentuk gelas dengan silika, tetapi penggunaan terlalu banyak
mengurangi ketahanan glasir terhadap asam dan air.
Kapur atau magnesia, dipakai untuk glasir suhu tinggi dan tidak baik untuk suhu
rendah. Pemakaiannya dibatasi maksimal 30%.
sodium/natrium, yang terdapat dalam feldspar dan digunakan untuk glasir suhu
rendah. Digunakan untuk glasir frit.
Oksida Sn, Zircon atau antimony (Sb), dapat memudarkan warna transparan glasir
menjadi memudar susu.
Produk keramik yang digunakan sebagai bahan bangunan untuk konstruksi banyak
jenisnya, antara lain :
Bata merah adalah bahan bangunan yang banyak dipakai untuk bahan konstruksi
pasangan, baik yang memikul dan tidak memikul beban struktural.
Bata dikenal dengan sebutan batu bata. Berdasarkan bentuknya batubata dapat dibedakan
kedalam 3 jenis, yaitu :
Yaitu bata yang terbuat dari tanah liat, dengan atau tanpa campuran lain yang dibakar
dengan suhu yang tinggi hingga tidak hancur bila direndam dalam air dan memiliki luas
penampang < 15 % dari luas penampang bata. (Gambar 2.8)
Pada umumnya bata pejal di Indonesia sebagian besar hasil produksi industri kecil
dengan mutu, ukuran atau bentuk belum seragam dan belum memenuhi standar yang
berlaku. Kekuatan bata hasil produk industri kecil rata-rata sampai 50 Kg/cm2, sedang
produk industri menengah atau besar rata-rata mencapai 150 atau 200 Kg/cm2.
Penyerapan air untuk jenis bata pejal , tidak disyaratkan dalam standar nasional
Indonesia, tetapi bata yang dihasilkan dari industri kecil dapat mencapai 40% dengan
derajat penyerapan lebih dari 70 g/dm2/menit. Produk industri menengah dan besar yang
dikerjakan dengan mesin, penyerapan airnya rata-rata antara 20-24% dengan derajat
penyerapan ± 20 g/dm2/menit. Bata yang baik adalah bila derajat penyerapannya antara
10 - 20 g/dm2/menit.
Sifat penting lain yang harus dimiliki oleh bata adalah kadar garam yang dapat larut,
terutama adalah garam sulfat. Garam ini bila terkandung dalam bata, akan dapat merusak
bata itu sendiri. Karena bila ia menyerap air dan mengering, maka garam sulfat akan
berubah menjadi kristal yang dapat membesar volumenya dan akan menyebabkan bata
hancur secara perlahan-lahan.
Pemakaian bata pejal di Indonesia umumnya untuk kontruksi dinding sehingga
dianjurkan agar batu bata dengan kuat tekan kurang dari 50 Kg/cm2, tidak dipakai untuk
kontruksi dinding yang memikul beban.
Ukuran bata pejal menggunakan sistem modul, seperti terlihat pada tabel 2.4 Sistem
modul ini merupakan kelipatan 5 untuk bata M-5a dan M-5b. Sedangkan kelipatan 6
untuk bata M-6. Tetapi ukuran lebar dan panjang bata akan mengikuti ukuran modul bila
ditambahkan tebal siar pasangan 10 mm.
Syarat mutu batu bata :
b) Bentuk standar bata merah adalah prisma persegi panjang, bersudut siku-siku
dan tajam, permukaannya rata dan tidak terdapat retak-retak yang merugikan.
c) Klasifikasi bata pejal dibagi dalam 6 kelas, yaitu 25, 50, 100, 150, 200 dan 250
kg/cm2.
d) Garam yang larut dan membahayakan tidak lebih 50% luas permukaan
batubata.
e) Ukuran standar bata merah dan penyimpangannya terlihat pada tabel 2.4 dan
tabel 2.5
Ukuran, mm
Modul
Tebal Lebar Panjang
M – 5a 65 90 190
M – 5b 65 140 190
M – 5a M – 5b
Kelas
Tebal Lebar Panjang Tebal Lebar Panjang
25 2 3 5 2 3 5
50 2 3 5 2 3 5
100 2 3 4 2 3 4
150 2 2 4 2 2 4
200 2 2 4 2 2 4
250 2 2 4 2 2 4
Yang dimaksud dengan bata berlubang ialah bata yang pada permukaannya terdapat
lubang-lubang, dan jumlah luas lubang itu antara 15-35% luas penampang batanya.
(Gambar 2.9).
Bata jenis ini dibuat dengan mesin ekstruder, yang dilengkapi alat pembentuk lubang
bata. Bata jenis ini umumnya dibuat oleh industri skala menengah dan besar.
Manfaat utama dari penggunaan bata berlubang,ialah :
a) Bahan pembuat bata lebih sedikit dan pengeringan lebih cepat
b) Dinding bata memiliki daya sekat panas dan peredam suara yang baik
c) Dapat digunakan sebagai bata ekspos, karena permukaan yang rata dan licin.
DIMENSI
Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang (mm)
115+5 175±7 300±12
115±5 240±10
71+5 115±5 300±12
105±4 240±10
220±9
52+3 115±5 240±10
105±4 200±10
100 100 10 22 20
150 150 15 15 20
200 200 20 15 20
250 250 25 15 20
Bata yang memiliki lubang-lubang pada salah satu penampang sisi bata, dengan luas
penampang lubang 35 atau 75% luas penampangnya. Bata jenis ini, sering di sebut
dengan nama Bata Kerawang (gambar 2.10).
Syarat kuat tekan sejajar lubang, biasanya 30 sampai 50% lebih tinggi dari pada kuat
tekan tegak lurus berlubang. Penentuan kuat tekan dari dua arah ini perlu diketahui dan
disyaratkan karena kegunaan bata berongga. Di dalam pemakaiannya kemungkinan bata
berongga akan memikul beban dari 2 arah tersebut. Karena selain digunakan sebagai
dinding ventilasi, bata berongga juga dapat dipakai sebagai elemen pembentuk balok
atau tiang yang menanggung beban dengan cara memasang tulangan dan dicor beton.
Bata ini adalah bata yang berukuran tipis yang digunakan untuk melapis dinding,
untuk bahan dekorasi dan tidak dapat hancur bila direndam air. Ukuran bata pelapis
biasanya dibuat sama dengan ukuran panjang dan lebar bata biasa, dengan ketebalan
kurang lebih 10 mm (gambar 2.11).
Tujuan penggunaan bata pelapis agar permukaan dinding terlihat seperti terbuat
dari bata sesungguhnya, dengan siar sambungan yang rapih ( biasanya tidak lebih tebal
dari 5 mm ).
Proses pembuatan bata pelapis, sama seperti pembuatan bata berlubang, yaitu
menggunakan pakai ekstruder. Bata pelapis ini disebut sebagai split tile, karena pada
waktu bata masih dari pabriknya, masih berbentuk gabungan ( rangkap ) dan ketika akan
dipakai rangkapan bata ini dibelah menjadi 2 buah.
Syarat mutu bata pelapis :
- Sudut bata pelapis harus tajam dan siku, serta permukaannya tidak mengalami
- perubahan bentuk seperti melengkung, cacat dan retak yang mempengaruhi
mutunya.
- Penyimpangan kelengkungan arah panjang dan diagonal serta kesikuan arah lebar
tidak melebihi 2 mm.
- Penyimpangan ukuran arah panjang dan lebar dibatasi 2%
- Penyerapan air dari 10 buah benda uji tidak lebih dari 15%
- Tidak boleh terjadi cacat warna atau perubahan warna permukaan bata akibat
adanya garam-garam yang terlarut.
2.5.1.3 Genteng.
Bahan ini adalah unsur bangunan yang digunakan sebagai penutup atap yang dibuat dari
tanah liat dengan atau tanpa dicampur bahan lain melalui proses pembakaran dan tidak dapat
larut dalam air. Sebagai bahan penutup atap, genteng harus memiliki kekedapan air yang baik
dan ketahanan terhadap beban lentur yang terjadi pada saat pemasangan genteng di atap.
Genteng ini ada yang diglasir dan tidak diberi lapisan glasir.
Berbeda dengan pembuatan batu bata, kehalusan dari bahan pembentuk genteng, metoda
pembuatan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas dari genteng yang dihasilkan.
Genteng yang dicetak secara manual, seperti genteng tradisional,akan lebih rendah mutunya
disbanding genteng pres yang menggunakan alat ekstruder .
Kehalusan bahan ini dapat mengurangi porositas genteng pada saat pembakaran. Oleh
karena itu terhadap tanah liatnya dilakukan sebanyak satu kali sampai dua kali penggilingan.
Penggilingan dua kali bertujuan untuk mendapatkan bahan yang lebih padat dan butir-butir tanah
liat menjadi lebih halus atau pori-pori tanah semakin rapat. Kerapatan pori-pori tanah akan
mengurangi terjadinya susut kering dalam proses pengeringan dan pembakaran genteng
sehingga akan memperkecil pula porositas dalam proses pembakaran dan susut bakar yang
terjadi semakin kecil.
Dalam penggunaannya sebagai bahan bangunan, genteng memiliki keterbatasan, yaitu
pada kemiringan atap yang harus dibuat. Karena ukuran genteng yang kecil, maka kemiringan
atap, harus dibuat > 350 tetapi < dari 600. Jika dibuat tegak atapnya, maka genteng harus
diperkuat menggunakan paku . Tetapi bila sudut atap < 350, maka atap akan mudah bocor,
terutama bila angin bertiup kencang.
Berdasarkan jumlah genteng persatuan luas bidang atap, maka ukuran genteng dibagi 3
jenis (tabel 2.8), yaitu :
- Genteng harus memiliki kekedapan yang cukup dengan tidak meneteskan air yang
digenangi pada permukaan genteng selama 2 jam
- Ukuran panjang dan lebar berguna genteng, kaitan dan jarak penutup tercantum
pada tabel 2.10.
Jenis genteng
Nama ukuran
Kecil sedang besar
Panjang berguna (jarak reng), min 200 250 300
Lebar berguna, min. 200 200 200
Jarak penutup me-manjang, min. 40 50 67
Jarak penutup melintang, min. 40 40 40
Kaitan minimum
- Panjang 30 30 30
- Lebar 10 10 10
- Tinggi 10 10 10
- Genteng keramik berglasir memiliki 3 jenis mutu, seperti pada Tabel 2.12
2.5.1.4Pipa Keramik
Jenis pipa ini dibuat dari bahan dasar yang sama dengan bahan bata dan genteng.
Setelah bahan itu digiling agar memiliki kepadatan yang baik, maka dicetak melalui
ekstrude vacuum ) kemudian dibentuk pipa
Pipa penyalur air ini, ada yang dibuat berlubang pada dinding pipanya, ada yang
tidak. Penggunaan pipa berlubang memudahkan air yang ada disekitar pipa tersalur ke
dalam pipa. Ukuran pipa biasanya berdiameter 15 inchi.
Penyerapan pipa pengeringan ini umumnya masih relatif besar sekitar 20 atau
22%. Di Amerika disyaratkan pipa semacam ini memiliki penyerapan air, tidak lebih
dari 14%.
Di Indonesia, pipa semacam ini dapat dibuat, terutama oleh perusahaan tingkat
menengah atau besar. Tetapi pada umumnya yang ada dipasaran sekarang buatan
industri kecil dengan panjang kurang lebih 80 cm kadang-kadang hanya 60 cm.
Kebanyakan dari hasil industri kecil ini, belum memenuhi syarat kuat tekan mercu
atau penyerapan airnya, sehingga bila dipakai untuk saluran air kotor dari rumah
penduduk, sulit memenuhi persyaratan kesehatan, karena pipa ini kurang rapat air
karena air yang disalurkan merembes kebagian luar pipa .
b. Pipa Saluran Air Kotor ( Sewer Pipe )
Pipa saluran air kotor digunakan untuk menyalurkan air kotor, seperti dari air
kamar mandi, air cucian dan lain-lain. Oleh karena itu penyerapan air pipa maksimum
± 8% (gambar 2.13.)
Pipa semacam ini dibuat dari bahan tanah liat tahan api dicampur lempung atau
serpih dengan pembakarannya mendekati pembakaran bata klinker, atau ubin-ubin
tahan asam. Untuk mendapat kepadatan atau kerapatan yang tinggi, maka pada waktu
pembakaran diberi garam dapur, yang nantinya akan melekat pada dinding pipa,
seperti glasir. Pipa semacam ini disebut pula Pipa Gress, yang memiliki penyerapan
airnya ± 2 % dan memiliki kuat tekan mercu yang tinggi serta tahan asam.
Istilah terracota ini semula dipakai untuk produk-produk bakaran tanah liat lempung
yang dipakai untuk tujuan dekorasi ( hiasan ) pada bangunan, dengan bentuk tanpa diberi
lapisan glasir (gambar2.14).
flux untuk memperendah suhu bakarnya, seperti felspar sebanyak 10%, akan
mempertinggi kuat lentur.
Untuk produk yang diglasir pembakaran dilakukan 2 kali. Suhu pembakaran pertama
antara 1000 -11500 C, Sedangkan pembakaran glasir, suhunya lebih rendah sedikit
tergantung pada titik leleh glasirnya.
Sekarang produk keramik semacam terra cotta ini dapat dijumpai dalam bentuk ubin-
ubin keramik, dengan warna badan ( bukan glasir ) yang merah atau kekuningan, yang
dipakai baik untuk dinding lantai atau dinding tembok.
Sifat-sifat produk terra cotta antara lain :
- Bentuk ukurannya seragam dan tepat,
- Warna biasanya merah atau kekuningan, dan merata.
- Kuat lenturnya biasanya sekitar 1000 kg/cm2.
- Biasanya pada produk ini tahan lama, tahan terhadap pengaruh cuaca.
Produk ini disebut gerabah keras. Bahan keramik dibuat dari campuran bahan
lempung yang kaya akan silika dan sebagai bahan peleburnya digunakan kapur magnesia
atau alkali tetapi mengandung unsure besi. Warnanya agak alami dari abu-abu sampai
merah. Stoneware memiliki kekuatan yang bagus dan tidak menggelas, karena
kematangan pembakarannya diantara keramik biasa dan porselin(semi vitrous).
Pembentukan badan keramik menggunakan masa slip dengan cara dituang ke
cetakan gips atau menggunakan proses kering dengan cara dipres. Sebagai bahan
glasirnya dipakai glasir garam atau glasir biasa yang cocok untuk bahan produknya.
Glasir dan badan stoneware dibakar dengan suhu yang sama sehingga membentuk
ketepatan glasir yang sempurna.
Kelebihan produk Stoneware, antara lain :
- Kuat tapi tidak menggelas
- Memiliki spot-spot besi
- Tahan terhadap asam
- Penyusutannya rendah
Bata dan ubin pejal tahan kimia yang dihasilkan dari pembakaran lempung, lempung
bekah atau campuran keduanya dalam tungku pembakaran. Jenis keramik ini digunakan
untuk menahan pengaruh zat kimia dan ketahanannya terhadap kejut panas.
Bata dan ubin pejal tahan kimia biasanya digunakan pada konstruksi pasangan memakai
mortar (aduk) yang tahan kimia dan digunakan sebagai komponen konstruksi pasangan
untuk bagian dalam dan luar bangunan yang akan terkena pengaruh zat kimia dan
lingkungannya.
Berdasarkan ketepatan penggunaannya pada konstruksi pasangan, bata dan ubin pejal
tahan kimia dibagi dalam 3 (tiga) tipe, yaitu :
b. Tipe II, yaitu digunakan pada konstruksi pasangan dengan persyaratan penyerapan
air yang lebih rendah dan ketahanan asam yang lebih tinggi dari Tipe I
(kehilangan berat maksimum 12%).
c. Tipe III, yaitu digunakan pada konstruksi pasangan yang menuntut persyaratan
penyerapan air yang minimal (1%) dan ketahanan asam yang maksimal
(kehilangan berat maksimum 8%).
Persyaratan mutu bata dan ubin tahan kimia:
- Ukuran panjang, lebar dan tebal dari bata atau ubin pejal tahan kimia harus dalam
toleransi ± 3% terhadap dimensi yang disyaratkan, bila diuji sesuai ASTM C 67-
93 a.
- Kekuatan dan penyerapan air dari bata dan ubin tahan kimia dapat dilihat pada
tabel 2.13
- Permukaan bata atau ubin pejal tahan kimia harus diberi tekstur untuk menambah
kekuatan lekatnya. Pemberian tekstur dapat dilakukan dengan cara takikan atau
goresan berbentuk anyaman kedalaman tekstur harus tidak lebih dari 3 (tiga) mm.
Bata klinker disebut juga bata pelapis jalan ( paving block ). Bata ini adalah jenis
bata keramik bakaran keras ( vitreous brick ) yang dibuat dari tanah liat tahan api
dicampur dengan atau tanpa serpih, yang bermutu baik dengan suhu pembakaran hampir
mencapai titik lelehnya, yaitu ± 12000C, , sehingga seluruh partikel bahan mentahnya
menyatu karena terjadi proses pelelehan.
Bata ini memiliki kepadatanyang tinggi, karena dalam proses pembuatannya
menggunakan proses lempung kaku ( stiff mud ) atau proses setengah kering, dengan
press tekanan tinggi sehingga memiliki bentuk dan ukuran yang merata.
Penggunaan bata klinker terutama untuk melapis permukaan jalan raya, yang
dipasang dengan celah antar bata sebesar 3-6 mm untuk diisi aspal atau mortar. Sesuai
dengan fungsinya, maka bata klinker harus bersifat tahan air, tahan cuaca, tahan geseran
lalu lintas berat, dan kuat tekanan tinggi.
Di Indonesia jenis bata ini belum dibuat, meskipun perusahaan keramik yang skala
besar sudah mampu membuatnya.
Persyaratan bata klinker, antara lain seperti disyaratkan oleh ASTMC 7-42T sebagai
berikut :
- Ketahan ausan dengan Ratler test ( semacam Los Angeles Test ) :
Untuk Ukuran 8 ½ x 4 x 2 ½ in., maksimum 26%
Untuk Ukuran 8 ½ x 4 x 3 in., maksimum 24%
Untuk Ukuran 8 ½ x 3 1/2 x 4 in. maksimum 22%
- Penyerapan air, rata-rata tidak lebih dari 2%
- Kepadatan ( Berat Volume ) lebih dari 2,30.
- Kekerasan dibanding Skala Moh’s tidak kurang dari 6, tetapi biasanya kekerasan
6,5 masih dianggap baik.
- Kuat tekan rata-rata minimun 280 kg/cm2 dan umumnya berada di atas syarat ini,
mencapai lebih dari 500 kg/cm2.
- Kuat lentur, berkisar antara 105 sampai 175 kg/ cm2 dan umumnya ± 200 kg/cm2.
Jenis produk tergolong keramik halus, dapat dilihat berdasarkan cara penyiapan bahan
mentahnya. Bila bahan mentah disiapkan dalam bentuk lumpur halus (slip), maka produk yang
dihasilkan termasuk kelompok keramik halus.
Produk keramik halus terbagi dalam 2 kelompok besar,yaitu produk bakaran keras
(vitrous) dan semi vitrous. Perbedaan produk vitrous dengan semi vitrous adalah suhu
0
pembakaran mencapai 1400 C, sehingga massa keramik dapat meleleh dan menghasilkan
produk dengan penyerapan air yang rendah antara 0,3-3,9%. Sedangkan yang semi vitrous
dengan suhu pembakaran hanya mencapai < 12000C, menyebabkan kelelehannya hanya pada
sebagian masa saja, sehingga penyerapan air dari nya lebih besar, yaitu antara 4-15%.
Pada keramik halus, pembakaran dilakukan 2 kali, yaitu pembakaran pertama sebagai
pembakaran biskuit dan pembakaran kedua adalah untuk pembakaran glasir, sehingga membuat
permukaan produk vitrous itu indah, rata dan licin serta memiliki ketahanan rembes air yang
lebih baik disbanding produk semi vitrous.
Jenis keramik halus, antara lain:
Barang-barang saniter, umumnya dibuat dari bahan porselen, sehingga disebut pula
barang saniter porselen. Yang termasuk barang-barang saniter adalah closet, bak air,
wastafel (gambar 2.15) dan sejenisnya.
Bahan-bahan pembentuk barang-barang saniter antara lain: flint, felspar, ball clay
dan kaolin dengan kadar besi yang rendah, sehingga warnanya putih. Bahan-bahan ini
ditambah air dan digiling menjadi bubur slip yang halus dan cair. Kemudian dituang ke
dalam cetakan gips. Setelah produk cukup kering, dilakukan penghalusan dan dilanjutkan
dengan proses pembakaran.
Pada pembakaran pertama, produk dihindarkan terkena api langsung, karena dapat
akan membuat hasil pembakaran yang belang-belang. Setelah dingin lalu diberi lapisan
glasir dengan cara disemprot atau dicelup pada permukaan yang selalu terlihat, kemudian
dibakar lagi sampai titik lelehnya tercapai.
2.5.3.2Ubin Keramik
Ubin adalah bahan unsur bangunan yang digunakan untuk menutup konstruksi
pasangan. baik itu konstruksi dinding maupun lantai. Penamaan ubin keramik dapat
dibedakan berdasarkan :
a. Ketebalan dan luas
- Ubin dinding yang memliki ketebalan 4-9 mm
- Ubin lantai, bila ketebalan 7-20 mm
- Mozaik, bila luas ubin < 55 cm2
b. Suhu pembakaran
- Ubin porselin, bila suhu pembakaran 1350 – 15000C
- Ubin stone ware, bila suhu pembakaran 1200 – 13000
- Ubin gerabah, bila suhu pembakaran maksimum 11800C
c. Penamaan di pasaran
Ubin Glazed.
Ubin jenis ini tersedia beberapa jenis permukaan yakni glossy, matte, dan kasar
anti-slip. Ubin glazed yang glossy tidak cocok digunakan untuk kamar mandi
dan dapur karena akan menjadi licin ketika ada air. Bila anda ingin
menggunakanny untuk kamar mandi maka carilah ubin glazed yang kasar anti-
slip merupakan pilihan yang cocok.
Ubin Mozaik.
Mozaik adalah ubin yang memiliki luas < 55 cm2. Tersedia dalam berbagai
jenis material dan finishing, dimulai dari kaca hingga keramik, dan juga
tersedia dalam beraneka pola dan gambar dengan warna yang hidup(gambar
2.16).
Ubin Quarry.
Adalah ubin yang terbuat dari campuran tanah liat dan warnanya biasanya
natural, seperti abu abu, merah, coklat. Warna tersebut berasal dari warna tanah
liat dan tergantung pada suhu pembakaran. Ubin ini mempunyai daya serap
yang tinggi sehingga tidak cocok untuk dapur karena akan menimbulkan
noktah atau noda bila terkena tumpahan sesuatu.
Ubin porselin.
Ubin ini mempunyai daya tahan lebih kuat bila dibandingkan dengan ubin
keramik yang lain karena proses pembakaran menggunakan suhu yang tinggi.
Bentuk permukaannya halus dan daya serapnyapun rendah.
Ubin jeis ini sangat cocok bila digunakan pada tempat-tempat yang sering
dilalui (keramaian), seperti mal dan gedung pertemuan.
Bahan dasar dari ubin keramik, antara lain talk, ball clay, kaolin dan flint.
Pembentukannya dilakukan dengan dipres untuk membuat badan ubin dan dibakar
hingga semi vitrous dalam tungku menerus. Setelah didapat hasil bakaran biskuit,
kemudian biskuit tersebut dilabur permukaannya dengan bubur glasir. Setelah kering
biskuit yang telah diglasir dibakar lagi. Fungsi glasir pada ubin adalah mempertinggi
kerapatan air dan ketahanan gesek permukaan keramik, karena kedua sifat ini kurang
dimiliki produk semi vitrous.
Perbedaan suhu pembakaran ini, ditujukan untuk meningkatkan kualitas dari ubin
yang dibuat, semakin tinggi suhunya maka semakin baik kualitas bahan yang
dihasilkan. Akan tetapi kesulitan yang muncul adalah saat pemasangan, karena akan
sulit menempel kedinding bila menggunakan mortar, sehingga diperlukan semen
khusus. Sebaliknya bila pembakaran ubin keramik tidak sempurna, maka didapat
keramik yang agar memiliki penyerapan air yang cukup, sehingga mudah dilekatkan
menggunakan adukan mortar.
Persyaratan Mutu Ubin Keramik, antara lain:
- Permukaan ubin keramik tidak boleh cacat (retak-retak, bergelombang,
terdapat lubang jarum dan noda)
- Perbedaan ukuran panjang dan lebar terbesar dan terkecil harus < 2 mm
- Sisi ubin harus siku dengan toleransi kesikuan < 0,5 mm setiap 100 mm
- Kehilangan berat akibat gesekan < 0,1 gr per berat ubin
- Ketahanan basa dan asam untuk bagian yang terglasir dan tidak, harus sama
- Kekerasan ubin yang diglasir > 6 skala Mohs
2.5.4 Refraktori
Istilah refraktori adalah keramik yang tahan leleh dan deformasi pada suhu yang tinggi,
yaitu ± 15150C atau disebut bahan tahan api. Keramik jenis ini banyak digunakan untuk industri
yang berhubungan dengan suhu panas, misalnya pembuatan tungku pembakaran (gambar 2.16)
Berdasarkan sifat kimianya, refraktori dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :
2.5.4.1Refraktori Asam
Keramik jenis ini bersifat tahan terhadap pengaruh pengrusakan oleh terak yang
bersifat asam atau udara yang mengandung gas asam di dalam tungku pembakaran, yang
kebanyakan dibuat dalam bentuk bata.
Kelompok refraktori ini dibagi dalam 3 jenis :
a. Bata tahan api Samot
Bata jenis ini adalah bata yang paling banyak digunakan untuk industri keramik
atau industri yang menggunakan suhu tinggi. Bahan pembuatnya adalah tanah liat
tahan api yang dibakar terlebih dahulu lalu digiling dan dicampur tanah plastis
(ball clay) atau perekat kimia. Kemudian dicetak dan dibakar menjadi produk
jadi.
Menurut Ketahanan terhadap suhu ada 5 jenis bata samot, yaitu bata samot klas
super duty, bata samot klas high duty, bata samot klas intermediate duty, bata
samot low duty dan bata samot alumina-diaspore.
b. Refraktori Basa
Jenis refraktori ini dipakai untuk atap tungku peleburan gelas yang suhunya dapat
mencapai 16000C. Bata ini dibuat dari campuran kuarsa 98% dan CaO 2%
sebagai bahan perekat. Cara pembuatannya dengan mencampur kedua bahan
dalam bentuk bubur dan dengan tekanan tinggi dibentuklah bata sesuai ukuran
yang dikehendaki. Hasil pencetakan dikeringkan dan dibakar pada suhu 16000C
selama 3 minggu, sehingga hasil bakaran bersifat stabil.
Kekurangan bata silika ialah agak berpori sehingga mudah menyerap terak cair.
c. Bata Alumina Tinggi
Bata jenis ini mengandung kadar alumina > 50%, karena kadar aluminanya maka
bata tersebut dibagi dalam 5 kelas : kelas I, II, III, IV dan V. Bahan dibuat dari
diaspore dan mullit. Titik lelehnya dapat mencapai 18000C dan tahan terhadap
pengaruh terak. Di dalam kelompok refraktori asam, bata alumina ini paling baik
sehingga dipakai untuk tungku peleburan gelas.
Persyaratan mutu bata alumina tinggi terlihat pada tabel 2.15.
KELAS
No jenis Satuan
I II III IV V
%
1 Kadar Alumina min 80 min 70 min 60 min 50 min 45
2 Ketahanan Api
gr/ml
3 Berat jenis min 37 min 36 min 35 min 34
min min min min min
4 Kuat Tekan kg/cm2 2,4 2,3 2,2 2,1 2,0
min min min min min
%
5 Keporian Semu 300 300 300 250 200
Susut pada suhu
6 1500C selama % 0,3 0,3 0,2 0,2
5jam 0,3
Jenis refraktori ini dipakai untuk peleburan yang teraknya bersifat basa, seperti
tungku semen, kapur atau peleburan baja. Jenis refraktori basa adalah bata dolomit dan
bata magnesit. Sebagai bahan baku pembuatan refraktori basa adalah dolomit atau krom
magnesit (kadar magnesit tinggi). Untuk pembuatan bata dolomit dilakukan dengan
membakar dolomit terlebih dahulu hingga mati, kemudian digiling lalu ditambah bahan
perekat organik. Masa campuran dipres dengan tekanan tinggi lalu dibakar.
Sedangkan pembuatan bata krom magnesit tidak perlu dibakar, cukup dipres saja dan
karena sebagai perekat bata digunakan bahan kimia MgCl2 yang dapat bereaksi dengan
krom magnesit dan mampu mengeras. Sifat bata dolomit kurang baik dibanding bata
magnesit, karena cenderung membubuk akibat pengaruh udara dan lembab.
Persyaratan mutu bata magnesit krom :
- Klasifikasi bata krommagnesit (Tabel 2.16)
2.5.4.3Refraktori Netral
Jenis refraktori ini tahan terhadap asam atau basa. Tetapi mahal pembuatannya
karena sukar dibuat. Sebagai bahan dasar dipakai grafit, silicon karbit, chromit dan zircon
atau alumina murni. Bahan dasar ini digiling halus dan ditambah perekat kaolin atau ball
clay dan air. Setelah dicetak lalu dibakar dengan suhu 800-10000C
Dalam tungku yang tidak mengandung oksigen. Refraktori ini dipakai untuk pembuatan
mangkok peleburan logam dengan suhu leleh rendah (gambar 2.17)
b. Ada baiknya saat membeli keramik jumlahnya dilebihkan sekitar 10% untuk
pemasangan biasa dan 15-25% dengan pertimbangan adanya bagian yang dipotong,
karena pemasangan keramik secara diagonal. Sementara sisanya bisa digunakan
sebagai cadangan untuk perbaikan di kemudian hari agar didapat warna dan motif
keramik yang sama.
c. Tentukan jenis dan penempatan keramik,untuk lantai eksterior atau lantai interior.
Sesuaikan jenis keramik yang dipilih dengan kondisi tempat pemasangannya.
d. Tentukan luas permukaan yang akan dilapisi keramik serta bahan pemasangannya.
e. Tentukan warna, ukuran, dan motifnya.
f. Pilih pola pemasangan keramik pararel atau diagonal dengan metode pemasangan
yang menggunakan nat lebar (open joint) atau pemasangan yang menggunakan nat
kecil (closed joint).
Keuntungan menggunakan nat lebar :
• Fleksibilitas lebih besar pada permukaan lantai sehingga keramik tidak
mudah terangkat(pumping)
• Ukuran keramik yang berbeda akan terlihat sama.
• Proses pengisian nat akan lebih mudah dan merata.
• Hemat pemakaian flexible joint yang berfungsi sebagai sarana untuk
menetralisir tegangan jika terjadi pemuaian pada keramik. Flixible joint
tersebut dipasang di antara keramik.
• Terlihat bagus jika dipasang di garasi, carport atau daerah basah lainnya agar
tidak terlalu licin.
Keuntungan menggunakan nat kecil sebagai berikut:
• Permukaan lantai terlihat rapi dan berkelas, karena pasti mutu pekerjaan
keramiknya baik.
• Proses pengisian nat lebih cepat dan efisien.
• Kesan sambungan pada keramik hilang.
2.6.3 Pemasangan Produk Saniter Wastafel
Hal yang harus diperhatikan dalam memasang wastafel :
a. Memilih ukuran wastafel sangat tergantung dari tujuan pemakaian. Untuk ruang
yang sempit dianjurkan memakai ukuran yang kecil, sehingga dapat ditempatkan
di sudut ruangan untuk menghemat tempat. Bagi ruangan yang cukup lebar,
dianjurkan memakai ukuran yang sedang sekitar 50-55 cm.
b. Untuk memilih wastafel perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Untuk wastafel keramik berglasur, pilihlah wastafel yang permukaan glasurnya
rata, mengkilap dan bebas dari pinhole (lubang jarum), retak glasur, dan retak
body. Banyaknya pinhole dan retak glasur akan membuat wastafel kelihatan
dekil dan kumal serta tidak sehat.
• Pilihlah bentuk wastafel yang bentuk dan ukurannya memenuhi syarat
pemasangan dan syarat pemakaian. Wastafel yang sisi pertemuan dengan
dinding tidak rata, akan menyebabkan wastafel terpasang miring ke depan.
Selain tidak bagus terlihat, juga berbahaya karena wastafel mudah jatuh.
Permukaan wastafel harus rata dan tidak bergelombang agar menghindari
menumpuknya air dan kotoran mengendap di glasur.
• Setiap wastafel harus diberikan lubang overflow. Lubang overflow harus lebih
rendah dari sisi bowl wastafel untuk menghindari air keluar dari wastafel bila
penuh.
• Wastafel yang dipilih harus mempunyai kedalaman minimum 12-13 cm. Agar
air tidak muncrat keluar waktu pemakaian. Ukuran panjang dan lebar bagian
dalam wastafel yang paling praktis adalah 40x30cm.
2.7 RANGKUMAN
Bab ini membahas tentang pengertian keramik dan proses pembuatan keramik. Untuk
lebih mendapat pemahaman tentang keramik, maka dibahas pula uraian tentang jenis dan produk
keramik, berikut petunjuk praktis beberapa pekerjaan konstruksi yang menggunakan keramik
sebagai bahan konstruksinya
BAB III
PENGUJIAN GENTENG
Mahasiswa dapat menentukan mutu genteng yang akan digunakan sebagai bahan
konstruksi.
3.1 PENDAHULUAN
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui klasifikasi dan mutu dari genteng yang
digunakan untuk bahan konstruksi, berdasarkan Standar Nasional Indonesia yang
berlaku, yaitu SNI 03 – 2095 – 1998. Di dalam SNI telah ditentukan metoda
pengujian dan persyaratan mutu dari genteng keramik.
Populasi dibagi menjadi beberapa lapisan, dari setiap lapisan diambil contoh
secara acak sederhana.
c. Sistimatika
Contoh diambil pada interval tertentu (untuk produk kontinu) dengan jumlah
minimal 50 buah. Jika dari hasil produksi maka setiap 100.000 buah harus
diambil 5 buah
2. Pengiriman contoh
Untuk pengiriman contoh ketempat pengujian, contoh harus dikemas/diikat dan
diberi label contoh uji, sehingga tidak pecah atau cacat dalam pengangkutan.
pada setiap pengiriman contoh harus disertai keterangan yang memuat :
- Alamat, nama perusahaan, merek dan tanggal pengambilan contoh
- Berita acara dan label contoh uji ditandatangani oleh pengambil contoh dan
permilik/ pengusaha.
- Banyak contoh yang diuji.
- Risalah pengambilan contoh yang mencantumkan keterangan jelas mengenai
cara-cara pengambilan contoh dan keterangan lain yang dianggap perlu.
Secara umum, jumlah benda uji harus diusahakan sedemikian rupa sehingga
hasilnya mencerminkan populasi genteng yang akan diuji dan jumlah
produksinya. Dalam semua keadaan jumlah contoh yang diambil minimal
sebanyak 50 buah genteng. Untuk setiap produksi sampai dengan 500.000 buah
genteng diambil masing - masing l0 buah dari tiap kelompok yang berjumlah
50.000 buah genteng. Setiap kenaikan 100.000 buah genteng diambil paling
sedikit 5 buah genteng. Jadi jumlah genteng dalam keadaan kering sebanyak
minimal 30 buah.
Panjang 10 genteng
Tujuan Pengujian :
Menentukan mutu genteng berdasarkan besar penyerapan airnya.
Prosedur Pengujian :
- Keringkan genteng dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC selama 24 jam,
kemudian timbang beratnya (A).
- Rendam genteng tersebut dalam air selama 24 jam dan seka permukaan
genteng dengan lap lembab. Timbang beratnya (B).
- Hitung besar penyerapan =
x 100%
Karena keterbatasan waktu pengajaran untuk uji genteng yang hanya 4 jam, maka
pelaksanaan praktikum uji genteng, dilakukan sebagai berikut :
1. Benda uji
a. Uji Genteng dilakukan menggunakan 3 jenis genteng, yaitu genteng
lengkung cekung, lengkung rata dan genteng rata.
b. Mahasiswa dibagi dalam 3 kelompok, dan masing-masing kelompok
menguji jenis genteng yang berbeda.
Perinciannya sebagai berikut :
• Uji Ukuran dan Tampak Luar = 5 genteng
Kecuali untuk panjang dan lebar berguna = 11 genteng, khusus genteng
rata = 20 buah
• Uji Kelengkungan = 5 buah
• Uji Beban Lentur = 1 buah
• Uji Penyerapan Air = 5 buah
• Uji Ketahanan Rembes = 1 buah
2. Prosedur Pengujian
a. Uji Ukuran dan Tampak Luar
Ukuran panjang dan lebar, kaitan dan berat genteng ditentukan berdasarkan
hasil uji rata-rata dari 5 buah genteng. Untuk menentukan mutu berdasarkan
tampak luar, dihitung berdasarkan % jumlah genteng yang cacat dibagi
jumlah genteng yang diuji, bila > 80 % , dianggap baik.
Hitung jumlah dan berat genteng per m2
b. Uji Kelengkungan
Kelengkungan yang dicatat adalah kelengkungan yang terbesar dan nilai
kelengkungan genteng ditentukan dari nilai rata-rata kelengkungan masing-
masing genteng. Bandingkan hasil uji dengan spesifikasi genteng yang
berlaku.
3. Pembuatan Laporan
a. Setiap Kelompok Praktikan harus mencatat seluruh data pengujian dari
masing-masing kelompok.
b. Terhadap data hasil pengujian harus dilakukan analisa terlebih dahulu,
kemudian dibuat kesimpulan terhadap masing-masing pengujian dan
keseluruhan pengujian. Semua ini disajikan dalam bentuk laporan yang di
buat oleh masing-masing kelompok menggunakan data hasil pengujian yang
dilakukan oleh seluruh kelas.
3.4 RANGKUMAN
Pada bab ini berisikan tatacara pelaksaanaan pengujian genteng keramik, mulai
dari uji ukuran da tampak luar, kelengkungan, beban lentur, penyerapan air dan ketahanan
rembes. Juga kegiatan yang harus dilakukan praktikan
BAB IV
Mahasiswa dapat menentukan mutu batu bata yang akan digunakan sebagai bahan
konstruksi.
4.1 PENDAHULUAN
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui klasifikasi dan mutu dari batu bata yang
digunakan untuk bahan konstruksi, berdasarkan Standar Nasional Indonesia yang berlaku,
yaitu NI-1984 untuk bata pejal, SII 0604-1981 untuk Mutu dan cara uji bata merah
berlubang dan SNI 0686-1989 A untuk bata berongga. Di dalam standar ini telah
ditentukan metoda pengujian dan persyaratan mutu dari batu bata
1. Pengambilan contoh
Secara umum, genteng yang diuji harus mewakili jumlah genteng hasil produksi
atau genteng di pasaran. Pengambilan contoh harus dilakukan dengan salah satu
diantara ketiga cara berikut :
b. Acak sederhana
Setiap satuan contoh diambil dengan peluang yang digunakan angka teracak.
d. Acak berlapis
Populasi dibagi menjadi beberapa lapisan, dari setiap lapisan diambil contoh
secara acak sederhana.
e. Sistimatika
Contoh diambil pada interval tertentu (untuk produk kontinu) dengan jumlah
minimal 50 buah. Jika dari hasil produksi maka setiap 100.000 buah harus
diambil 5 buah
2. Pengiriman contoh
Untuk pengiriman contoh ketempat pengujian, contoh harus dikemas/diikat dan
diberi label contoh uji, sehingga tidak pecah atau cacat dalam pengangkutan.
pada setiap pengiriman contoh harus disertai keterangan yang memuat :
- Alamat, nama perusahaan, merek dan tanggal pengambilan contoh
- Berita acara dan label contoh uji ditandatangani oleh pengambil contoh dan
permilik/ pengusaha.
- Banyak contoh yang diuji.
- Risalah pengambilan contoh yang mencantumkan keterangan jelas mengenai
cara-cara pengambilan contoh dan keterangan lain yang dianggap perlu.
Secara umum, jumlah benda uji harus diusahakan sedemikian rupa sehingga
hasilnya mencerminkan populasi batu bata yang akan diuji dan jumlah
produksinya. Dalam semua keadaan jumlah contoh yang diambil minimal
sebanyak 50 buah batu bata. Untuk setiap produksi sampai dengan 500.000
buah batu bata diambil masing - masing l0 buah dari tiap kelompok yang
berjumlah 50.000 buah batu bata. Setiap kenaikan 100.000 buah batu bata
diambil paling sedikit 5 buah batu bata. Jadi jumlah batu bata dalam keadaan
kering sebanyak minimal 50 buah.
4. Cara Pengujian
a. Uji Ukuran dan Tampak Luar
Tujuan Pengujian :
- Mengklasifikasi batu bata berdasarkan ukuran panjang, lebar dan tingginya.
- Menentukan mutu berdasarkan uji tampak luar
- Menentukan berat batu bata
Prosedur Pengujian :
1) Penentuan Panjang dan Lebar, Tinggi dan Berat
- Ukur panjang dan lebar genteng pada 3 tempat pengukuran yang berbeda
dan hasilnya dirata-ratakan. Khusus batu bata berlubang dan kerawang
ketebalan kembang bagian tepi dan dalam juga harus diukur.
- Timbang berat genteng
2) Tampak Luar
- Periksa keadaan permukaan batu bata : kerataan, kesikuan, kekuatan
rusuk dan keretakan.
- Hitung % batu bata yang tidak sempurna.
- Lihat keseragaman warna batu bata
b. Uji Kadar Garam
Tujuan Pengujian :
Menentukan mutu genteng berdasarkan besarnya kadar garam yang terkandung
di dalam batu bata pejal
Prosedur Pengujian :
- Keringkan batu bata di dalam oven selama 24 jam dalam suhu (110±5)0C
- Isi cawan yang permukaan bawahnya rata dengan air suling setinggi 1 cm.
- Masukkan batu bata ke dalam cawan yang berisi air dalam posisi berdiri
(gambar 4.1).
- Lap air yang berlebih, lalu timbang berat batu bata (B).
- Hitung daya hisap batu bata = / menit
-.
4.5 RANGKUMAN
Pada bab ini berisikan tatacara pelaksaanaan pengujian batu bata, mulai dari uji
ukuran dan tampak luar, kadar garam, kuat tekan, penyerapan air dan daya hisap batu bata.
Juga dijelaskan kegiatan yang harus dilakukan oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kartomidjoyo,Sumardi, Polban, ”Bahan Bangunan I”, Agustus 1990, Bandung
6. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia , NI 10-84, ’Mutu dan cara uji bata pejal’.
7. Departemen Pekerjaan Umum ,RSNI S-04-2002, ‘Spesifikasi bata dan ubin
tahan kimia’.
8. Departemen Pekerjaan Umum, SNI 03-0394-1989, Mutu dan Cara uji Batu
Alam Untuk Bahan Bangunan’.
9. Departemen Pekerjaan Umum, SNI 03 – 2095 – 1998, Mutu dan Cara uji
Genteng Keramik’.
11. Budiyanto, Wahyu Gatot dkk, Dikdasmen Depdiknas , 2008,’ Kriya Keramik
Untuk SMK’.
12. A.G, Tamrin, Dikdasmen Depdiknas, 2008 , ’ Teknik Konstruksi Bangunan Jilid
2’.