Anda di halaman 1dari 52

PENDAHULUAN

batu alam merupakan bahan bangunan yang paling banyak dipakai


sebagai bahan bangunan, baik itu mengambil langsung dari alam lalu
digunakan sebagai bahan bangunan, maupun setelah melalui proses
pengerjaan tambahan terlebih dahulu.

Penggunaan batu alam sebagai bahan bangunan :


a. Batu Pondasi
b. Batu Pecah (Split)
c. Batu Tepi
d. Tonggak jalan
e. Batu penutup lantai
f. Batu tempel (hias)
g. Batu Muka
h. Batu Kosong
i. Batu Alami
LAPISAN INTERNAL BUMI
1.3 PROSES TERBENTUKNYA BATUAN
Berdasarkan proses terbentuknya, batuan terbagi 3 :
a. Batuan beku (igneous rocks)
b. Batuan sediment (sedimentary rocks), dan
c. Batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks).

DAUR ULANG BATUAN


BATUAN BEKU
Batuan beku ( igneous rocks )adalah batuan yang terbentuk dari
satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari
magma.
Berdasarkan teksturnya material penyusun , batu ini dibagi 2 :
1. Batuan beku plutonik/dalam (Intrusive Igneous Rocks),
terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat
sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar.
Contoh : gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan
rumah).

2. Batuan beku vulkanik/luar (Extrusive Igneous Rocks),


terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya
akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih
kecil. Batu ini terbentuk akibat keluarnya magma dengan cara :
a. Lelehan, Contohnya adalah basal, andesit (yang sering
dijadikan pondasi rumah), dan dasit
b. Letusan (explosive), batuannya berupa fragmental.
Contoh : bomb, block, lapili, pasir dan abu, batu apung
Tabel 1. kelompok batuan beku

Hablur kasar Hablur halus dan mengandung Berbutir terpisah


gelas, atau berbentuk gelas
Granit

meningkat
Diorit
warna dan

meningkat

berwarna
mineral
Gabro Rhyolit Abu dan pumice ( batu apung )
mineral

Kadar

gelap
Kadar

cerah,

Andesit
Basalt
TUFA (abu yang memadat)
Catatan : nama batuan
berdasarkan pada kadar Terutama gelas yang membeku AGLOMERAT (batuan
mineral yang terkandung. cepat, mengandung sedikit terbentuk dari butir halus atau
Warna dipakai sebagai atau tanpa hablur kasar dari gunung api).
identifikasi Obsidian
Pitchstone dll.
GRANIT DIORIT GABRO

BATUAN BEKU DALAM

DACIT ANDESIT BASAL RIOLIT

BATUAN BEKU LUAR (LELEHAN)


OBSIDIAN

BATU APUNG
(PUMICE)

BATUAN BEKU LUAR (LETUSAN)


Klasifikasi batuanberdasarkan kandungan SiO2
(C.L.Hugnes,1962) :
 Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih
dari 66%. Contohnya adalah riolit.

 Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2


antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit.

 Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara


45% - 52%. Contohnya adalah andesit.

 Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2


kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
Batuan sedimen (sedimentary rocks) adalah batuan yang terbentuk
akibat proses pembatuan atau litifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi
yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan.

Batuan sedimen terbagi 3 :


1. Batuan sediment Mekanis (klastik )terbentuk melalui proses
pengendapan dari material-material yang mengalami proses
transportasi.
Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran
lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi
batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks).
Contoh : batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung.
2. Batuan sedimen kimia terbentuk melalui proses persipitasi dari
larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal
rocks) hidrokarbon dari migrasi.
Contoh : gips (anhidrat) dan batu garam (salt).
3. Batuan sedimen organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk
hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan
penyimpan (reservoir).
Contoh adalah batu gamping terumbu.
Tabel II. Kelompok batu endapan
Mengendap kemudian mengeras, karena dipindah oleh air,udara/angin atau es, dan memadat karena
pengaruh berat.
Mengendap secara mekanis Mengendap secara kimia atau bio-kimia

Bentuk butiran terlepas : Mengandung/terbentuk dari kapur :


• Lempung • Batu kapur caco3
• Lumpur • Dolomit ca 3 MgCo3
• pasir • Mergel (serpih kapur)
• kerikil cobbles (kerikil kasar) • Calische (tanah berkapur)
Bentuk padat • Coquina (batu kerang)
• Tanah serpih (shale) :1/16 - 1/256 mm Mengandung/terbentuk dari silika :
• Batuan lumpur (siltstone) : < 1/256 mm • Chert
• Batu pasir (sandstone) : 2 mm -1/16 mm • Batu api (flint)
• Conglomerate (batuan kerikil kasar) : > 2 • Agate
mm • Opal
• Breksi batuan campuran dengan butir • Chalcedony
angular : > 2 mm Lain – lain :
• Batu bara, gambut, phospat, pyrit,dll.
KONGLOMERAT BREKSIA BATU PASIR BATU LEMPUNG
SEDIMENTASI MEKANIS

BATU GIPS BATU GARAM BATU KAPUR BATU BARA

SEDIMENTASI KIMIA SEDIMENTASI ORGANIK


Batuan metamorf atau batuan malihan (methamorfic Rocks)
adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperature
dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya.
Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga
membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru
pula.
Contoh :
1. Batu sabak atau slate berasal dari batu lempung.
2. Batu marmer dari batu gamping.
3. Batu kuarsit berasal dari batu pasir.
4. Grafit menjadi intan
Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan
meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami
proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.
Tabel III. Kelompok batuan metamorphosa
( Batu malihan )

Terbentuk oleh perubahan alam, karena berat, panas, tekanan atau tekanan hydrothermal.

Struktur berlapis Struktur berbutir tetapi masip dan kompak


Contoh : Contoh :
 Batu sabak (slate ) merupakan tanah serpih  Marmer.
yang memadat, sehingga cukup keras, Batuan kapur, yang telah memadat dan berbutir
tetapi berlapis, mudah dibelah. halus.
Kepadatannya lebih tinggi dari batu kapur biasa.
 Kwarsit : batuan kwarsa yang sangat padat dan
 Sekis : Batuan berlapis, bersifat seperti keras
mica, mudah di belah ( lapisan paralel ).
 Gneis : Berbutir yang menyatu dengan di
selingi mica.
META KONGLOMERAT SLATE

MARMER
KUARSIT
1.2 Uses of stones:

1. Structure: Stones are used for foundations, walls, columns, lintels,


arches, roofs, floors, damp proof course etc.
2. Face works. Stones are adopted to give massive appearance to the
structure. Wall are of bricks and facing is done in stones of
desired shades. This is known as composite masonry.
3. Paving stones: These are used to cover floor of building of various
types such as residential, commercial, industrial etc. They are
also adopted to form paving of roads, foot paths etc.
4. Basic material: Stones are disintegrated and converted to form a
basic material for cement concrete, morum of roads, calcareous
cements, artificial stones, hollow blocks etc.
5. Misalliances: Stones are also used for (i) ballast for railways (ii)
flux in blast furnace (iii) Blocks in the construction of bridges,
piers, abutments, retaining walls, light houses, dams etc.
1.3 Qualities of a good building stone:
The following are the qualities or requirements of a good
building
stone.
1. Crushing strength: For a good building stone, the crushing
strength should be greater than 800kg per cm2.
2. Appearance: Good building stone should be a uniform
colour, and free from clay holes, spots of other colour bands
etc capable of preserving the colour for longtime.
3. Durability: A good building stone should be durable. The
factors like heat and cold alternative wet and dry, dissolved
gases in rain, high wind velocity etc affect the durability.
4. Fracture: For good building stone its fracture should be
sharp, even and clear.
5. Hardness: Especially for road the hardness of stone should
be greater.
FACTORS INFLUENCING STONE SELECTION

• Existing built heritage


As the character and texture of the existing buildings have a major impact
on the quality of the environment, the selection of new stone should
therefore be in harmony with that which already exists.
• Colour
to be aware of the colour and possible colour variations that may occur.
These variations can then be accommodated within the design and
specification for the building.
in the case of sandstone, the colour of the surface of the stone will change
over time as the effects of weather and pollution take effect. If possible, the
appearance of the weathered stone should be checked.
• Lead-times and availability
the delivery of stone to a project should not be underestimated and
the need for timely forward planning is an essential feature of the
process. Confirm with the quarry that sufficient stone of the agreed
colour range will be available in the quantities required
• Sustainability
The most sustainable approach to stone selection will be when the
stone is: located near to the site, reclaimed from demolished
buildings, or sourced from a local stone quarry.
• Available lengths and heights
The height of beds in the quarry will impact on the size of stones
that can be extracted and cut to produce dimensioned stone.
• Water absorption
Granite that have water absorption in excess of 0.4% by weight (BS
EN 13755:2002) should not be selected.
• Climate and environment
The durability of a stone can be influenced by the climate and
environment to which it will be exposed over its life. Such as degree
of exposure, atmospheric pollution , frost & salt action
• Type of finish
a smooth-faced ashlar finish, typically with tight joints, will require a
stone that can be produced with fine tolerances, whereas a rough-
textured finish on rubble stonework is less demanding in terms of
joint thicknesses and tolerances.
Fungsi Batu Alam Dalam Konstruksi

1. Pembentuk Pasangan
Batu alam digunakan sebagai bahan konstruksi pasangan

Konstruksi Pasangan Dinding


2. Batu Penutup

Penutup Dinding Penutup Lantai


3. Bahan Pembentuk Struktur Bangunan

Batu alam digunakan sebagai pondasi, tiang bangunan, dinding, ambang


atas jendela

4. Batu Jalan
umumnya dilakukan untuk jalan yang ada di pedesaan atau jalan yang
tidak menerima beban lalu lintas yang berat.

5. Bahan Pembentuk batuan buatan


sebagai bahan beton
Pengolahan Batu Alam
Pengolahan batu alam dimulai dengan penggalian atau penambangan yang
caranya tergantung dari :
PROSES PEMBENTUKAN BATU KONSTRUKSI

a. Pembuatan batu tempel/batu pasangan


- Batuan alam dibor untuk mendapatkan ukuran bongkahan tertentu.
- Kemudian pada setiap lubang dipasang baji – baji. Baji – baji itu
dipukul atau dibenamkan satu persatu atau serentak sehingga
bongkahan batu itu pecah.
- Bongkahan batu yang belum rata permukaannya digergaji hingga rata
menggunakan gergaji plat baja yang mengandung karborundum (intan
hitam)
- Permukaan yang telah rata bila perlu dihaluskan, dengan mesin gurinda,
mesin gosok dan mesin poles
untuk melicinkan digunakan serbuk oksida almunium atau dipoles
dengan cairan kimia asam oksalat.
Untuk bangunan yang bersifat monumental tidak dilicinkan melainkan
dikasarkan dengan pola garis – garis atau bintik tertentu
Pola gambar dari permukaan batu ada beberapa
macam yaitu :
• Pola Bush Hammer : Permukaan rata tetapi tidak
mengkilap
• Peen Hammer : Permukaan datar bergaris putus
• Patent Hammer : Permukaan datar, bergaris
lurus menerus
• Pick Hammer : Permukaan datar
bintik – bintik menjajar
lurus.
• Crandall : Pola bintik menjajar kearah
diagonal
b. PRODUKSI AGREGAT
Persyaratan Batu Alam sebagai bahan
bangunan
• SNI 03-0394-1989, merupakan standar syarat batu alam
untuk pemakaian umum bahan bangunan
• SNI 013-0089-1987 standar untuk bangunan batu Marmer

 1. Syarat Batu Alam Sebagai Bahan Bangunan


Diuraikan dalam SNI 03-0394-1989 dimana nilai / angka
persyaratan dipakai sebagai pedoman untuk memilih batu
alam, tanpa membedakan jenis batuannya.
Persyaratan Mutu Batu Alam untuk pondasi, batu tepi jalan , penutup
trotoir dan batu hias tercantum dalam SNI 03-0394-1989

Batu alam untuk

Pondasi bangunan
Tonggak dan Penutup
Sifat-sifat Batu hias
batu tepi lantai atau
Berat Sedang Ringan atau tempel
jalan trotoir

1. Kuat tekan rata-rata


minimum, kg/cm2 1500 1000 800 500 600 200

2. Ketahanan geser
LosAngeles, < 1,7 mm,
27 40 50 - - -
maksimum, %

3. Ketahanan aus, maks


dengan Bauschinger,
- - - - 0,16 -
mm/menit,

4. Penyerapan air, %
5*
5 5 8 5 5
12**

* Untuk tempat yang terlindung dari air


** Untuk tempat yang tidak terlindung/konstruksi luar (terbuka)
2. Persyaratan mutu batu marmer menurut SNI 013-0089-1987
3. Persyaratan batu kosong dan brojong
Batuan kosong dan bronjong harus terdiri dari batu yang keras dan awet dengan
sifat sebagai berikut :
1. Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 35 %.
2. Berat isi kering oven lebih besar dari 2,3.
3. Penyerapan Air tidak lebih besar dari 4 %.
4. Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium sulfat atau magnesium sulfat
dalam pengujian 5 siklus (daur) kehilangannya harus kurang dari 10 %.
5. Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, berat tidak
kurang dari 40 kg dan memiliki dimensi minimum 300 mm.
Beberapa jenis pengujian Batu Alam

• Berat jenis dan Porositas

• Penyerapan Air

• Kuat Tekan

• Uji Tahan Aus

• Uji Kekekalan
1. Berat jenis dan Porositas
a. Berat Jenis
1. Berat jenis semu adalah berat jenis dimana
volume hanya diukur atau ditinjau dari yang terlihat,
dari luar,sedangkan bagian dalam benda tidak
dipertimbangkan. Berat jenis semu untuk benda yang
tidak masip mutlak
2. Berat jenis sesungguhnya ditentukan dengan
cara penentuan volume Batu Alam dalam bentuk
bubuk. Batu Alam dihancurkan dulu, biasanya diambil
yang tembus ayakan 0.3 mm. Bubuk tadi kemudian
dikeringkan, sampai berat tetap, diambil sebagian lalu
ditimbang kemudian diukur volumenya dengan
menimbang air
Bk
Berat Jenis Bulk = Bj  Bp  Bpj

Penyerapan Air = Bj  Bk x 100 %


Bk

Bj = Berat benda uji SSD (gram)


Bp = Berat Piknometer + Air (gram)
Bpj = Berat Piknometer + Benda Uji + Air (gram)
Bk = Berat benda uji kering oven (gram)
b. Porositas

Porositas ialah kandungan rongga – rongga yang


ada didalam batu alam itu

Semakin besar angka porositas, menunjukkan batu


tersebut tidak masip (padat betul).

Porositas = (berat jenis bulk/berat jenis masif ) x 100%


2. Penyerapan Air
Pengujian penyerapan air batu alam biasanya dengan
menggunakan pecahan batu yang asli. Kemudian dikeringkan
sampai berat tetap pada suhu 100 ± 50 C setelah itu ditimbang
dan direndam air.
Perendaman dilakukan dengan cara direndam dalam air
dengan ruang suhu 23 ± 3 0 C selama 24 jam atau direbus
dalam air mendidih selama ± 2 jam, lalu didinginkan sampai
suhu ruang. Kemudian diseka dengan kain lembab untuk
menyeka air yang ada di permukaan lalu ditimbang.
3. Kuat tekan
Biasanya batu alam yang memiliki kuat tekan tinggi,
merupakan batu alam yang kompak, padat tahan lama dan dapt
menahan beban statis yang tinggi pula.
uji tekan dapat dilakukan terhadap contoh batu alam yang
dibuat benda ujinya.
Ukuran benda uji ada 2 macam

• Berupa Kubus, ukuran kubus ini minimum dengan rusuk 40


mm Umumnya dipakai dengan ukuran rusuk 50 mm. Ukuran
lebih besr lebih baik.untuk satu jenis batu dibuat 3 atau 6 buah
kubus.
• Berupa Silinder, dengan diameter 50 mm dan tinggi 50 a 100
mm. Silinder ini dibuat dengan mengebor batu batu alam
dengan bor intan di ujung mata bornya, dengan garis tengah
dalam mata bor 50 a 52 mm
Beberapa hal penting yg harus diperhatikan
dalam menguji Batu Alam
• Bidang uji tekan benar – benar rata, dan paralel
• Pembebanan pada waktu menguji dilakukan teratur, denagn
mesin uji tekan yang biasanya kecepatan tekanan dilakukan
antara 1 sampai 6 kg/ cm2/detik.
jadi misalnya luas bidang tekan kubus contoh 5x5 cm2, maka
kecepatan pembebanan 50 kg/cm2/detik.
kuat tekan dihitung dengan membagi beban tekan dengan luas
bidang tekannya
4. Uji Ketahanan Aus
a. Ausan dengan mesin mesin Bauschinger.
Alat ini berupa meja lingkaran yang terbuat dari baja, dimana benda
uji berbentuk bujur sangkar sisi 50x50 mm tebal k.l. 25 mm digesek
dengan meja ini dengan kecepatan 49 putaran/menit, diatasnya diberi beban
31-33 kg.
Sebagai bahan pengaus gunakan pasir kwarsa dengan kadar Si02 min 95%
dgn diameter butiran tembus 0.3 mm.
Berat benda uji ditimbang dahulu sampai 0.1 g dan diauskan selama min 5
menit, setiap 1 menit benda uji diputar 90°.
Ketahanan aus = (A-B)/{(Bj*L)W} , mm / menit
A = Berat agregat awal, g
B = Berat agregat setelah pengausan, g
Bj = Berat jenis semu agregat , gr/ml
L = luas bidang pengausan, mm2
W = Waktu pengausan, menit
b. Ausan dengan alat Los Angeles

Alat ini digunakan untuk batuan yang berbentuk butiran


atau batu alam untuk agregat. Alat ini berbentuk silinder
dengan diameter k.l. 70 cm terbuat dari plat baja mangaan dan
kedalam diisi bola baja keras berdiameter k.l. 50 mm.
Untuk fraksi butir yng diuji jumlah bola baja yang dipakai
berlainan (7-12 buah), Bejana kemudian diputar dengan
kecepatan antara 30-33 putaran/menit, sebanyak 500-1000
kali. Kemudian benda uji dikeluarkan dan diayak dengan
lubang 1.70 mm.
5. Uji kekekalan
Menggunakan garam Natrium sulfat atau Magnesium sulfat.

Cara ini untuk bentuk benda uji bentuk butir (agregat) atau bentuk kubus.
Garam Natrium atau Magnesium sulfat dibuat larutan jenuh kemudian
benda uji direndam selama 24 jam dan keringkan, ulangi selama 5 kali.
Setelah pengujian, benda uji dikeringkan dan diayak sesuai fraksinya.
Bagian yang hilang dihitung dalam % dari contoh aslinya.
Jenis Batu Alam Untuk Bahan konstruksi
•Jenis batuan beku antara lain :
a. Granit
Adanya hablur yang besar dengan kadar kuarsanya
tinggi, maka bila dipoles terlihat mengkilap seperti kaca
Berat batu ini berkisar 2640-3200 kg/m3, dengan
kemampuan menerima beban tekan antara 200-300
Mpa dan penyerapan air 0,002- 0,2%.
Warnanya mendekati putih sampai agak hitam, tetapi
ada juga warna merah, jingga, hijau, kuning, biru dan
coklat.
b. Diorit
Mineral yang terkandung kebanyakan plagioklas, augit,
hornblende dan sedikit sekali kuart. Warnanya
kebanyakan hijau tua agak gelap
Batuan ini digunakan sebagai lantai rumah karena
bagus untuk dipoles. Kekuatan tekannya 150-140 Mpa
Berat jenis 2,7-3,0.
c. Gabro
Mineral penyusun batuannya hampir sama dengan diorit, hanya tidak
ada kuarsa.Warnanya hijau tua gelap atau wijau tua kehitaman Batu ini
sukar dibentuk tetapi memiliki ketahanan yang baik terhadap pengaruh
cuaca. Kebanyakan penggunaan gabro sebagai lantai, penutup dinding
dan batu pecah. Berat jenisnya 2,7-3,1 dengan kekuatan tekannya
antara 180-280 Mpa.

d. Basal
Mengandung bijih magnit, sehingga warnanya abu-abu
kebiruan. Mineral yang terkandung adalah olivin, augit dan
felspar
Keawetan basal terhadap cuaca dan air sangat baik, tetapi bila
terbakar dengan suhu tinggi akan mudah hancur..
Berat jenis 2,96 dan kuat tekan mencapai 320 Mpa.

Jenis batuan basal ini sering dipakai sebagai batu pondasi rumah dan
bangunan air , dinding pasangan, dinding penahan tanah, serta batu muka
saluran air atau lantai jalan setapak.
d. Andesit
Mineral yang terkandung di dalam batu ini antara lain : glimer,
hornblende leusit dan kadangkala tidak mengandung kuart.
Warnanya agak keabu-abuan, tetapi adanya osidasi terdapat
warna kuning, hijau dan merah

Andesit banyak digunakan sebagai bahan agregat beton, pondasi


bangunan, bahan agregat untuk lapis perkerasan jalan serta untuk
penutup jalan. Kekuatan tekannya 25- 60 Mpa dengan berat jenis
2,4-2,8.
Jenis batuan sedimen

a. Batu Sabak
Batu ini banyak mengandung mineral silika alumunnium
basa, tanah kaolin, pasir halus dan glimer. Struktur batuan
ini berlapis dan mudah dibelah-belah

Warna batuan :merah tua, ungu kebiruan, ungu


kemerahan, karena mengandung sedikit kapur, tetapi
ada juga yang berwarna biru muda, biru tua, biru
keabu-abuan, hitam dan coklat
Penggunaan dalam konstruksi adalah sebagai batuan
untuk penutup dinding.

b. Batu Pasir
Batu ini terbentuk dari endapan butir-butir silika yang
diikat menjadi satu. Bahan perekatnya berupa silika,
oksida besi atau lempung.
Warna batu pasir : abu-abu, kuning tua, coklat dan
merah
Kadar porinya mencapai 30%. Maka dalam
penggunaannya tidak diperuntukkan sebagai lantai
karena mudah aus, melainkan sebagai penutup
dinding. Kekuatan tekan batu ini mencapai 28-98
Mpa.
c. Batu Kapur
Semakin banyak kandungan kalsim karbonat
(CaCO3), menunjukan semakin gemuknya batu kapur
Daya serap yang besar hingga 3 % dengan kekuatan
tekan antara 17,5-196 Mpa.
Warna : kuning tua,kelabu, krem, merah muda dan
putih (gambar 2.15).
Penggunaannya sebagai unsur bangunan adalah
untuk penutup dinding dan lantai, batu panil,
pasangan batu, ambang jendela dan batu penutup
dinding, tetapi harus dihindari yang terdapat sisipan
lempung karena mudah pecah.

Untuk mengidentifikasi batuan kapur ialah dengan


meneteskan asam keras (HCl), bila pada permukaan batu
yang ditetesi asam keras mengeluarkan gas CO2 dan
terlihat berbusa, maka batu tersebut mengandung kalsium
karbonat.

kapur tidak tahan api dan pada suhu lebih dari 800oC,
batu ini akan mudah terurai menjadi CaO dan CO2.
Jenis batuan malihan

a. Marmer
Batuan marmer adalah kalsium karbonat yang telah
berubah oleh pengaruh panas dan tekanan tinggi,
sehingga sifat kristalnya hilang menjadi kristalin
Warna : putih, ungu, merah, kuning hingga hijau
tergantung mineral yang terkandung di batu kapur.
Kekuatan tekan marmer antara 84-147 Mpa, dengan
daya serap 0,001-0,06%.
Karena keras, maka marmer digunakan sebagai bahan
penutup lantai atau dinding bangunan,

b. Kuarsit
Batu ini adalah perubahan dari batu pasir yang
banyak mengandung silika
Kuarsit dijumpai dalam warna gading, kehitam-
hitaman, merah, abu-abu, coklat dan kuning tua
Karakteristiknya setiap batu mempunyai
beberapa warna berbentuk alur-salur

Penggunaan : untuk pasangan batu di daerah


pedesaan dengan ketebalan 5 – 10 cm.

Anda mungkin juga menyukai