Anda di halaman 1dari 9

LABORATORIUM

1. Pengertian Laboratorium

Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran


ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk
memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim,
2007). Sementara menurut Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat
untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan
ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain.
Pengertian lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana
dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan
suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain.
Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk
melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi,
dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau
ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.

2. Tujuan
 Mendeteksi penyakit
 Menentukan risiko
 Memantau perkembangan penyakit
 Memantau pengobatan dan lain-lain
 Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan

3. Faktor yang mempengaruhi :


 Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan
 Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa) sample
 Faktor Pasca Instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan

4. Jenis laboratorium kesehatan :


 Laboratorium klinik
Berfungsi sebagai laboratorium yang melakukan pemeriksaan pada bidang
hematologi, kimia klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi
dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
Labratorium Klinik ini sering dibagi atas :
a. Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, peralatan medis,
begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk
memeriksa mikroba patogen.
b. Parasitologi mengamati parasit.
c. Hematologi menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan
penghitungan darah dan selaput darah.
d. Koagulasi menganalisis waktu bekuan dan faktor koagulasi.
e. Kimia klinik biasanya menerima serum. Mereka menguji serum untuk
komponen-komponen yang berbeda.
f. Toksikologi menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain.
g. Imunologi menguji antibodi.
h. Imunohematologi, atau bank darah menyediakan komponen, derivat, dan
produk darah untuk transfusi.
i. Serologi menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti
hepatitis atau HIV.
j. Urinalisis menguji air seni untuk sejumlah analit
k. Histologi memproses jaringan padat yang diambil dari tubuh untuk membuat
di kaca mikroskop dan menguji detail sel.
l. Sitologi menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan
kanker dan keadaan lain.
m. Sitogenetika melibatkan penggunaan darah dan sel lain untuk mendapatkan
kariotipe, yang dapat berguna dalam diagnosis prenatal (mis. sindrom Down)
juga kanker (beberapa kanker memiliki kromosom abnormal).
n. Virologi dan analisis DNA juga dilakukan di laboratorium klinik yang besar.
o. Patologi bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain
yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.
 Laboratorium kesehatan masyarakat
Laboratorium kesehatan masyarakat merupakan laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia atau
lingkungan terutama untuk menunjang upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Jenis laboratorium klinik umumnya diselenggarakan di
rumah sakit umum dan bersalin, dan laboratorium klinik swasta,  serta
puskesmas.
a. Penunjang Curatif
 Lab. Klinik di rumah Sakit, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin dan
tempat Praktek Dokter.
b. Penunjang Curatif dan preventif
 Balai Laboratorium Kesehatan (BLK), Laboratorium Kesehatan
Daerah (Labkesda) dan Laboratorium Kesehatan Swasta (LKS).
c. Penunjang preventif
 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL).
d. laboratorium yang bertindak dalam kegiatan pemeriksaan dan pengawasan.
 BPOM (Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan)
 PPOM (Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan)
e. laboratorium yang bertindak dalam kegiatan penelitian :
 Pusat Penelitian Penyakit Menular (P3M)
 Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi (P3F)

5. Prosedur pemeriksaan
A. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan oleh dokter dan
dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan
pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak
merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara
lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat / ruangan, umur, jenis kelamin,
data klinis / diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan
yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil
ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat
pengobatan khusus dan jangka panjang.

B. Persiapan pasien

 Puasa.
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma
akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah. 

 Obat.
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya :
asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan
menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah
leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi arah akan mempengaruhi komposisi
darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi
maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi
hasil pemeriksaan hemostasis. 

 Waktu Pengambilan.
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama
pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi
lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah.
Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain itu juga
ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat
kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito.
Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum
menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu
pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah
pada sore hari dengan selisih 40-100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi
antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam
sampai pagi. 

 Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian
pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah
menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun
atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing
atau menjadi obyek.
 
C. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter
sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket)
spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel.
Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung
pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler
polos atau mengandung antikoagulan.

Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih,
bertutup rapat dapat steril ( untuk biakan ) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan
dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus
yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas
penderita seperti pada formulirtermasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak
tertukar.

D. Cara pengambilan sample


Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan
pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan
dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar
pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan
mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi. Darah dapat diambil dari
vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada
kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan
darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat
pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang
dipilih tidak di daerah infus yang terpasang / sepihak harus kontra lateral.
Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan
tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu
telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat
diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.

 Cara pengambilan darah kapiler :


 dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70 %, biarkan kering
 lakukan tusukan dengan arah memotong garis sidik jari
 tetesan pertama dibuang dengan menggunakan kapas kering
 selanjutnya dapat diambil dengan menggunakan tabung kapiler.
 Cara pengambilan darah vena :
 Lakukan pembendungan dengan torniket
 Dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70 % dengan arah putaran
melebar menjauhi titik tengah, biarkan kering
 Ambil spuit dengan arah mulut jarum dan skala menghadap ke atas
 Arah tusukan jarum membentuk sudut sekitar 10-30° terhadap
permukaan kulit.
 Bila sudah terkena venanya, isap pelan-pelan darah supaya tidak terjadi
hemolisis - cabut jarum, dengan sebelumnya melepas dan menekan
daerah tusukan.
 Jarum dilepas kemudian alirkan darah ke dalam penampung melalui
dinding penampung perlahan-lahan sehingga tidak hemolisis.
 Bila penampung menggunakan antikoagulan segera campur darah
dengan mengocok tabung seperti angka 8.
Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan antikoagulan
Na2EDTA / K2EDTA, sedang untuk hemostasis digunakan Na sitrat
0.109 M. Jangan melakukan pembendungan terlalu lama karena akan
terjadi perubahan komposisi plasma karena terjadi hemokonsentrasi,
selain itu pada darah kapiler jangan menekan-nekan ujung jari karena
akan terbawa cairan jaringan.
 Cara pengambilan darah arteri :
Siapkan semprit yang telah dibasahi antikoagulan heparin steril
tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah terabanya denyutan yang tidak
ditemukan pada vena bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis
dengan alkohol 70 % dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi
arteri tersebut kemudian lakukan tusukan / pungsi tegak lurus ( karena letaknya
dalam ) sampai terkena arteri tersebut. Bila arteri telah tercapai akan tampak
darah yang akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam semprit yang
telah mengandung heparin. Cabut semprit dan segera ditutup dengan gabus
sehingga tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga darah tercampur rata
dan tidak membeku. Tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak
darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan vena karena dengan vena lebih
mudah membeku daripada arteri. Segera kirim ke laboratorium ( sito )
 Penanganan awal sampel & transportasi
1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir.
Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung
biayanya (lunas).
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung
antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri
untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan
es batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke
laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat
tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium.
Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan
penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat
mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan
terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan
bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga
berubah sesuai dengan waktu. Tabel berikut menggambarkan batas waktu
maksimum yang diijinkan :
- Kadar hemoglobin stabil
- Jumlah leukosit

6. PERSIAPAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM/SPESIMEN


A. DARAH 
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen
darah. Antara lain : 
1. Darah Rutin : 
 Hemoglobin/HB   : Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal  
 Hematokrit/HT   : Mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah  
 Trombosit   : Mendeteksi adanya trombositopenia dan trombositosis 
2. Darah Kimia : 
 SGPT (serum glumatik piruvik transaminase) :Pemeriksaan SGPT digunakan
untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler.  
 Albumin : Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan
albumin yang disintesis oleh hepar, yang bertujuan untuk menentukan adanya
gangguan hepar seperti luka bakar, gangguan ginjal.  
 Asam Urat : Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada
ginjal, luka bakar dan kehamilan.  
 Bilirubin : Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin.
Bilirubin direct dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh batu/
neoplasma, hepatitis. Bilirubin indirect dilakukan untuk mendeteksi adanya
anemia, malaria.  
 Ekstrogen : Pemeriksaan ekstrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi
ovarium, gejala menopause dan pasca menopause.  
 Gas Darah Arteri : Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi
gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh gangguan
respiratorik/ gangguan metabolik. 
 Gula Darah Puasa : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanaya
diabetes.  
 Gula Darah Postprandial: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya
diabetes, pemeriksaan dilakukan setelah makan.  
 Gonadotropin Korionik Manusia (HCG). Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi kehamilan.
B. URINE 
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen
urine. 
 Asam urat : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada
penyakit ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam dan leukemia.  
 Bilirubin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit obstruktif saluran
empedu, penyakit hepar dan kanker hepar.  
 Human Chorionic Gonadotropin ( HCG ) : Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya kehamilan 
Jenis urine 
 Urine sewaktu. Urine yang dikeluarkan seawaktu- waktu bila diperlukan pemeriksaan  
 Urine pagi. Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur  
 Urine pasca prandial. Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan  
 Urine 24 jam : urine yang dikumpulkan selama 24 jam Pemeriksaan lain yang
menggunakan spesimen urine antara lain, pemeriksaan urilinogen untuk menentukan
kadar kerusakan hepar, penyakit hemolisis dan infeksi berat. Pemeriksaan urinealisasi
digunakan untuk menentukan berat jenis kadar glukosa dan pemeriksaan lainnya. 
C. FESES 
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman seperti,
salmonella, shigella, escherichiacoli, staphylococcus dll. 
Persiapan dan Pelaksanaan : 

1. Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril  


2. Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup  
3. Feses jangan dicampur dengan urine
4. Jangan berikan Barium atau minyak mineral yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
5. Berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan 

D. SPUTUM 
Pemeriksaan dengan bahan sekret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman. 
Persiapan dan Pelaksanaan : 

1. Siapkan wadah dalam keadaan steril  


2. Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan  
3. Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum  
4. Pertahankan wadah dalam keadaan tertutup  
5. Bila kultur untuk pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) ikut instruksi yang ada pada
botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum yang dilakukan selama 3 hari
berturut turut 

7. PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 


A. Ultrasonografi ( USG ) 
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas permukaan kulit/ di rongga
tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk
melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai kelainan pada abdomen, otak,
jantung dan ginjal. 
Persiapan dan Pelaksanaan : 

1. Lakukan informed consent 


2. Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan
USG aorta abdomen, kantung empedu, hepar, limpa dan pankreas.  
3. Oleskan Jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG  
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke belakang diatas
permukaan kulit.  
5. Lakukan antara 10-30 menit  
6. Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisah  
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya udara.  
8. Pada pemeriksan obstruktif ( Trimester pertama & kedua ) pelvis dan ginjal pasien
ketiga, pemeriksaan dilakukan pada saat kandung kemih kosong.  
9. Bila pemeriksaan pada jantungn anjurkan untuk bernafas secara perlahan- lahan  
10. Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari
kepala. 

B. RONTGEN 
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar
x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan rangka. 
Persiapan dan Pelaksanaan : 

1. Lakukan informed consent  


2. Tidak ada pembatasan makanan / cairan  
3. Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (Posterior Anterior) dapat dilakukan
dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga dilakukan.  
4. Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada wakru pengambilan foto
sinar x.  
5. Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi ukuran
dan bentuk jantung.  
6. Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien tidur terlentang
dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus dilindungi.  
7. Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus dlepaskan sebelum
pelaksanaan foto.  
8. Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan immobilisasi pada
daerah fraktur. 
C. PAP SMEAR (Papanicolaou Smear) 

Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya
kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks serta
mengkaji respons terhadap kemoterapi dan radiasi. 
Persiapan dan pelaksanaan : 

1. Lakukan informed consent  


2. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan  
3. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina ( pembersihan vagina dengan zat
lain ) memasukan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-
kurangnya 24 jam  
4. Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir dimasukan ke vagina .  
5. Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian pindahkan ke kaca mikroskop
dan dibenamkan ke dalam cairan fiksasi.  
6. Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan 

D. MAMMOGRAFI 
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada bagian payudara untuk
mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara secara periodik. 
Persiapan dan Pelaksanaan : 

1. Lakukan informed consent  


2. Tidak ada pembatasan cairan dan makanan  
3. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher  
4. Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka  
5. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu diatas meja kaset sinar
x. 
6. Lalu lakukan pemeriksaan 

E. ENDOSKOPI 
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya kelainan pada
saluran cerna. Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer 

F. KOLONOSKOPI 
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi adanya kelainan pada
saluran colon. 
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll 

G. CT. Scaning 
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan terlokalisir serta
khusus. Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen

H. EEG 
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak (melihat kelainan pada gel. Otak)
Indikasi : epilepsy, trauma capitis Dengan memasangkan elektroda pada bagian kepal klien. 
I. EKG 
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi dari jantung indikasi : MCI,
Angina fektoris, gagal jantung 

Anda mungkin juga menyukai