Crs Yogi Prasetyo
Crs Yogi Prasetyo
Oleh:
G1A217051
Pembimbing :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Yogi Prasetyo, S.Ked
G1A1217051
Universitas Jambi
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat Clinical Report Session (CRS) yang
berjudul “DIABETES MELITUS TIPE 2 TIDAK TERKONTROl DENGAN
BERAT BADAN NORMAL, NEUROPATI DIABETIK, RETINOPATI
DIABETIK, PPOK STABIL, HIPONATREMI.” sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................... i
Halaman Pengesahan.......................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................. 3
2.1 Identitas Pasien............................................................................... 3
2.2 Anamnesis ..................................................................................... 3
2.3 Pemeriksaan Fisik ..................................................................... 5
2.4 Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 7
2.5 Diagnosa Kerja............................................................................... 9
2.6 Diagnosa Banding...............................................................................9
2.7 Anjuran Pemeriksaan...................................................................... 9
2.8 Tatalaksana....................................................................................... 9
2.9 Edukasi.......................................................................................... 10
2.10 Prognosis...................................................................................... 10
2.11 Follow Up..................................................................................... 11
BAB III ANALISIS KASUS............................................................................ 15
3.1 Resume.............................................................................................15
3.2 Analisa Kasus...................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO pada tahun 2000 jumlah penduduk dunia yang menderita
diabetes sudah mencapai 171,230,000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan
jumlah penderita diabetes di dunia akan mencapai jumlah 366,210,100 orang atau
naik sebesar 114% dalam kurun waktu 30 tahun. Dimana pada tahun 2000 jumlah
penderita DM terbanyak adalah India (31,7 juta jiwa),yang diikuti oleh China
(21,7 juta jiwa), Amerika Serikat (17,7 juta jiwa) dan Indonesia (8,4 juta jiwa) di
urutan ke-4. Dan diperkirakan penderita DM di Indonesia pada tahun 2030 dapat
mencapai 21,3 juta orang. 1-4
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh Departemen
Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi DM di daearah urban di Indonesia
untuk usia diatas 15 tahun sebesar 6,8 % dan rural 7%, dimana penyandang DM
laki-laki sebesar 6,6 % dan perempuan 7,7 %. Prevalensi DM berdasarkan gejala
dan diagnosis sebesar 2,1 %. Sedangkan prevalensi Gula Darah Puasa (GDP)
sebesar 36,6% dan prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) sebesar
29,6%. Data-data diatas menunjukkan bahwa jumlah penyandang Diabetes
Melitus di Indonesia sangat besar.1,3,4
5
Adapun komplikasi Diabetes Melitus terbagi menjadi dua, yaitu komplikasi
metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang. Yang termasuk
komplikasi metabolik akut adalah Ketoasidosis Diabetik (KAD), Hyperglikemia
Hiperosmolar Non Ketotik dan hipoglikemia. Untuk komplikasi vaskular jangka
panjang terbagi atas makroangiopati dan mikroangipati. Komplikasi
makroangiopati meliputi meliputi penyakit jantung koroner dan kaki diabetes
(Ulkus Diabetik). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang kapiler dan arteri retina (retinopati diabetik), glomerulus
ginjal(Nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer(neuropati diabetik).1
6
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. H
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kumpeh
Pekerjaan : Petani
MRS : 8 Agustus 2018, Pukul 16.22 (IGD)
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan badan semakin lemas sejak ± 1 hari SMRS
7
BAB tidak ada keluhan, BAK os sering, warna kuning jernih hingga pekat,
frekuensi BAK pada malam hari ± 8x os sering terbangun dari tidurnya,
dan os sering merasakan haus. Os merasakan berat badannya menurun
sejak 1 tahun ini, os merasa pakaiannya seakarang menjadi longgar.
8
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 130/70 HR : 89x/menit RR : 23x/menit Suhu : 36,7 C SpO2: 97%
Status Gizi
BB : 55 Kg TB : 165 cm IMT : 20,2 (normoweight)
Kulit
Warna : sawo matang
Efloresensi : (-)
Jaringan Parut : (-)
Pertumbuhan Rambut : normal
Pertumbuhan Darah : (-)
Suhu : 36,7 C
Turgor : normal, <2detik
Lainnya : (-)
Kepala
Bentuk Kepala : Normocephal
Rambut : Beruban
Ekspresi : Tampak sakit sedang
Simetris Muka : Simetris
Mata
9
Konjungtiva : Konjungtiva anemis (-)
Sklera : Sklera Ikterik (-)
Pupil : isokor
Lensa : normal
Gerakan : normal
Lapangan Pandang : normal
Visus : 3/60 dextra, 4/60 sinistra
Hidung
Bentuk : Simetris
Sekret : (-)
Septum : deviasi (-)
Selaput Lendir : (-)
Sumbatan : (-)
Pendarahan : (-)
Mulut
Bibir : Kering (+), Sianosis (-)
Lidah : atrofi papila lidah (-)
Gusi : anemis (-)
Telinga
Bentuk : simetris
Sekret : (-)
Pendengaran : normal
Leher
JVP : 5+2 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba
Kelenjar Limfonodi : tidak teraba
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
10
Palpasi : Teraba ICS V linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : barrel chest,
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : hipersonor kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler (+/+) menurun kanan dan kiri, Rhonki (-/-), Wheezing
(-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar.
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising Usus (+), Normal
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT <2 Detik, Edem (-), sensasi raba (berkurang),
skor touch the toes test : 3
Inferior : akral hangat, CRT <2 Detik, Edem (-), sensasi raba (-),skor touch
the toes test : 0
11
PLT : 185x109/L HCT : 33,9 %
GDS : 542 mg/dL
Elektrolit
Na : 132,69 mmol/L
K : 4,43 mmol/L
Cl : 98,91 mmol/L
Ca : 1,22 mmol/L
Kesan : Hiponatremia
Faal Ginjal
Kesan : Glukosuria
12
Corakan bronkovaskuler agak meningkat, infiltrat tampak di perihiler kanan dan
kiri
Cor dalam batas normal
13
2.8 Tatalaksana
Non Farmakologis:
Tirah baring
Diet DM
Edukasi Pasien dan keluarga tentang penyakitnya. Berolahraga ringan 3-
4x dalam seminggu selama 30-45 menit. Menjaga pola makan pasien dan
selalu menggunakan insulin serta rutin kontrol ke dokter setiap bulan.
Konsultasi ke bagian mata
Konsultasi ke bagian neuro
Konsultasi ke bagian gizi
Farmakologis:
2.9 Prognosis
14
Follow Up
Tanggal Perkembangan
09/08/201 S: badan lemas (+), demam (-), tangan dan kaki kebas
8 (+/+),pandangan kabur (+/+)
O: TD: 110/70 N : 72x/menit RR: 20x/menit T : 36,6
SpO2 : 98%
Pemeriksaan generalisata:
Konjungtiva anemis (-)
Pemeriksaan Thoras (Pulmo):
Inspeksi : barrel chest
Palpasi: nyeri tekan (-) fremitus taktil kanan=kiri
Perkusi : hipersonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezing (-/-)
GDS : 422 mg/dl
A: 1. Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol dengan berat
badan normal
2. Neuropati diabetik
3. Retinopati diabetik
P: IVFD RL 20 ttpm
Inj. Lantus 1x10 iu
Inj. Novorapid 3x8 iu
PO salbutamol 3x2mg
PO. Ubiquinon 1x1 tab
Rencana Rontgen thorax
10/08/201 S: badan lemas (+), mual(-), demam (-), tangan dan kaki kebas
8 (+/+),pandangan kabur (+/+)
O: TD:120/70 N: 78x/menit RR: 20x/menit T : 35,9
SpO2 : 98%
Pemeriksaan generalisata:
Konjungtiva anemis (-).
15
Pemeriksaan Thoras (Pulmo):
Inspeksi : barrel chest
Palpasi: nyeri tekan (-) fremitus taktil kanan=kiri
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : vesikuler (+/+) menurun, rhonki (-/-), whezing
(-/-)
GDP : 210
GDPP : 459
Rongen Thorax
- corakan bronkovaskuler agak meningkat
- infiltrat tampak di perihiller kanan dan kiri
- cor dalam batas normal
A: 1. Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol dengan berat
badan normal
2. Neuropati diabetik
3. Retinopati diabetik
4. PPOK Stabil
P:
IVFD RL 20 ttpm
Inj. Lantus 1x14 iu
Inj. Novorapid 3x10 iu
PO salbutamol 3x2mg
PO. Ubiquinon 1x1 tab
11/08/201 S: badan lemas berkurang, tangan dan kaki kebas (+/+),
8 pandangan kabur (+/+)
16
Inspeksi : barrel chest
Palpasi: nyeri tekan (-) fremitus taktil kanan=kiri
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : vesikuler (+/+) menurun kanan dan kiri, rhonki
(-/-), whezing (-/-)
GDP : 107 mg/dl
GDPP: 275 mg/dl
A: 1. Diabetes Melitus tipe 2 berat badan normal tidak
terkontrol
2. Neuropati diabetik
3. Retinopati diabetik
4. PPOK stabil
5. Hipertensi grade 1
P:
Inj. Novorapid 3x12 iu
Inj. Lantus 1x18 iu
PO. Amlodipin 1x10 mg
PO salbutamol 3x2mg
PO. Ubiquinon 1x1 tab
12/08/201 S: badan lemas berkurang, tangan dan kaki kebas (+/+),
8 pandangan kabur (+/+)
17
GDP : 97 mg/dl
GDPP :223 mg/dl
A: 1. Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol dengan berat
badan normal
2. Neuropati diabetik
3. Retinopati diabetik
4. PPOK stabil
P:
Inj. Novorapid 3x12 iu
Inj. Lantus 1x18 iu
PO salbutamol 1x2mg
PO. Ubiquinon 1x1 tab
13/8/2018 S : badan lemas (-), tangan kebas (-/-), kaki kebas (+/+) ,
pandangan mata kabur (+/+)
O : TD:120/80 N: 77x/menit RR: 20x/menit T : 36,6
Pemeriksaan generalisata:
Konjungtiva anemis (-)
Pemeriksaan Thoras (Pulmo):
Inspeksi : barrel chest
Palpasi: nyeri tekan (-) fremitus taktil kanan=kiri
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : vesikuler (+/+) menurun, rhonki (-/-), whezing
(-/-)GDP : 86 mg/dl
GDPP : 263 mg/dl
A: 1 Diabetes Melitus tipe 2 tidak terkontrol dengan berat
badan normal
2. Neuropati diabetik
3. Retinopati diabetik
4. PPOK stabil
P:
Inj. Novorapid 3x10 iu
18
Inj. Lantus 1x10 iu
PO salbutamol 1x2mg
PO. Ubiquinon 1x1 tab
19
BAB III
ANALISA KASUS
Pada orang normal, setiap hari insulin dikeluarkan oleh sel beta pankreas
sebanyak 20-60 unit. Bila kebutuhan insulin sehari lebih dari 20 unit maka ada
kemungkinan akan terjadi resistensi insulin. Beberapa penyebab terjadinya
resistensi insulin antara lain menurunnya jumlah reseptor insulin, adanya anti
insulin, perusakan yang cepat dijaringan yang membutuhkan, dan sebagainya.
Apabila ada gangguan dalam mekanisme kerja insulin, menimbullkan hambatan
dalam utilisasi glukosa serta peningkatan kadar glukosa darah. Khusus pada
diabetes melitus tipe 2, gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh dua
faktor : tidak adekuatnya sekresi insulin secara kuantitatif (defisiensi insulin) dan
kurangnya sensitifitas jaringan tubuh terhadap resistensi insulin. Sedangkan pada
diabetes tipe 1, gangguan tersebut mutlak hanya disebabkan defisisensi insulin.
20
sorbitol, yang kemudian dimetabolisasi oleh sorbitol dehidroginase menjadi
fruktosa. Akumulasi sorbitol dan fruktosa di sel saraf menyebabkan kerusakan sel
saraf melalui mekanisme yang belum jelas. Salah satu kemungkinannya adalah
akibat akumulasi sorbitol dalam sel saraf menyebabkan hipertonik intraseluler
yang menyebabakan edema saraf. Peningkatan sintesis sorbitoll menyebabkan
terhambatnya mioinositol masuk ke dalam sel saraf, hal ini menyebabakan stress
osmotik yang akan merusak mitokondria dan akan menstimulasi Protein Kinase C
(PKC). Aktivasi PKC ini akan menekan fungsi Na-K-ATP-ase sehingga kadar Na
intraselular menjadi berlebihan yang berakibat terhambatnya mioinositol masuk
ke dalam sel saraf erjadi gangguan transduksi sinyal pada saraf.
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial. Manifestasi klinis dari PPOK adalah sesak nafas, batuk berulang, Pursed -
lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu), Barrel chest(diameter antero -
posterior dan transversal sebanding), penggunaan otot bantu napas, hipertropi otot
bantu napas, pelebaran sela iga, penampilan pink puffer (Gambaran yang khas
pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed - lips
Breathing) atau blue bloater(Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita
gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis
21
sentral dan perifer, Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, suara napas vesikuler normal, atau melemah, terdapat ronki dan
atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa, ekspirasi
memanjang
Selain itu os merasakan kaki dan tangannya terasa kebas dan tidak bisa
merasakan sentuhan. Hal ini menunjukkan adanya kerusakan pada saraf yang ada
di kaki dan tangan os, ini diduga disebabkan oleh penumpukan sorbitol, fruktosa
dan Advance Glycosilation End Products (AGEs) pada sel saraf pasien yang
disebebakan oleh hiperglikemia yang berkepanjangan.
Mata rabun yang dialami oleh pasien bisa disebabkan kekeruhan pada
kornea, lensa, atau adanya kelainan pada retina pasien yang harus di lakukan
pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop. Dari pemeriksaan luar
didapatkan kornea dan lensa pasien jernih, oleh sebab itu diduga adanya kelainan
pada bagian segmen posterior dari mata pasien yang diduga merupakan retinopati
diabetik.
22
lembut kapas pada kedua ektremitas pasien. Pada pemeriksaan lab sederhana
didapatkan Hb sahli 11, protein urin (-), glukosa urin (+3). Sedangkan dari
pemeriksaan lab darah rutin didapatkan peningkatan gula darah sewaktu sebanyak
542 mg/dl, pada pemeriksaan urin rutin didapatkan glukosa urin +3 yang
merupakan penanda peningkatan glukosa pada pembuluh darah dan urin, dari
pemeriksaan rontgen thorax didapatkan peningkatan corakan bronkovaskuler dan
infiltrat perihiller dextra dan sinistra yang merupakan manifestasi adanya
hambatan aliran udara di saluran napas nonreversibel atau reversibel parsial.
23