DOSEN PEMBIMBING :
SAFTANI M. RIDWAN, ST. M. AG
DISUSUN OLEH :
MISNAWATI (2020040034)
ADHITYA DWI PRAYOGA (2020040005)
A. Latar Belakang
Sering kali kita sebagai orang Islam tidak tahu kewajiban kita yaitu
melakukan shalat, atau terkadang tahu tentang kewajiban kita namun
tidak mengerti terhadap apa yang dilakukan. Selain itu juga bagi kaum
fanatis yang tidak menghargai tentang arti khilafiyah, dan mengaggap
yang berbeda itu yang salah. Oleh karena itu, mari kita kaji bersama-
sama pemahaman kita mengenai arti shalat dan cara mengerjakannya
serta beberapa unsur di dalamnya. Dalam pembahasan kali ini juga
dipaparkan shalat dan macamnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang
sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam
perjalanan. Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam
didirikan atas 5 tiang yang salah satunya tak lain ialah shalat sehingga
barangsiapa yang mendirikan shalat maka ia mendirikan agama (Islam)
dan barangsiapa yang meninggalkan shalat maka ia meruntuhkan agama
(Islam). Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak 5
kalu yang jumlah rakaatnya sebanyak 17 rakaat. Shalat tersebut
merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim
mukallaf baik sedang sehat maupun sakit.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian shalat?
2. Apa yang menjadi dasar hukum shalat?
3. Apakah tujuan Shalat?
4. Bagaimana kedudukan Shalat?
5. Apa saja syarat – syarat syah Shalat?
6. Apa saja sunnah – sunnah Shalat?
7. Apa saja hal – hal yang membatalkan Shalat?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini agar kami selaku penyusunan
mengetahui bagaimana segala hal tentang shalat baik pengertian, rukun,
sunnah dan lain – lain. Kemudian agar menambah wawasan para
pembaca serta menjadi referensi bagi penulis – penulis berikutnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat
Menurut bahasa, shalat adalah berdoa atau memohon, pujian.
Sedangkan pengertian shalat menurut syara’ sebagaimana pendapat
imam Rafi’i yaitu ucapan – ucapan yang dimulai dengan takbiratul dan
ditutup dengan salam. Menurut para ulama fuqaha’, shalat ialah ibadah
yang terdiri dari perbuatan atau gerakan dan perkataan atau ucapan
tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Sedangkan menurut ulama tasawuf shalat ialah menghadapkan albu
kepada Allah SWT. Hingga menimbulkan rasa takut kepada – Nya serta
kesempurnaan kekuasaan – Nya atau menghadap kepada Allah dengan
kalbu, bersikap khusyuk (konsentrasi penuh) dihapadan – Nya, disertai
dengan penghayatan penuh tatkala berdzikir, berdo’a dan memuji – Nya.
B. Dasar Hukumnya
Shalat 5 waktu merupakan suatu kewajiban yang harus ditegakkan
oleh setiap muslim yang sudah akil baligh, baik laki – laki maupun
perempuan, dalam keadaan sehat maupun sakit. Dasar kewajiban shalat
ini adalah Al – Quran dan hadist
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah bersama orang-
orang yang ruku” (Al – Baqarah : 43)
Salah satu hadist yang menjelaskan dasar hukum shalat yaitu :
“Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khatab, semoga Allah
meridhai mereka berdua, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah
3
SAW. Bersabda : ‘Islam didirikan di atas 5 dasar yaitu, memberi
kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah
Utusan Allah, mendirikan Shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji
ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan.’” (HR. Imam Bukhari dan
Muslim)
C. Tujuan Shalat
Adapun tujuan shalat yaitu :
1. Untuk mengingat Allah
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al – Imran ayat 41,
Thaha 14 dan Al – Ahzab ayat 41.
2. Untuk mencegah manusia dari perbuatan tercela
“Dan dirikan;ah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan,
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Ankabut {29} :
45).
3. Sebagai kafarat atas dosa-dosa yang telah dilakukan
Nabi Muhamad SAW. Menegaskan bahwa shalat merupakan
‘kafarat’ penebus atas dosa-dosa yang telah diperbuat di
masa lalu :
“Sesungguhnya shalat yang lima waktu itu merupakan
‘kafarat’ (penebus dosa-dosa) yang dilakukan antara shalat
yang satu dengan shalat lainnya, kecuali atas dosa-dosa
besar.” (HR Muslim).
4
4. Cara untuk mengadu kepada Allat
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah {2} : 45)
5. Tata cara mengingat Allah secara khusus.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram”. (QS. Al-A’rad {3} : 28).
6. Untuk diperintahkan kepada keluarga.
“Dan perintahkanlah kepadamu untuk mendirikan shalat dan
sabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezeki kepadamu, kamilah yang memberi rzezki kepadamu,
kamilah yang memberi rezeki kepadamu, dan akibat yang
baik itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS Thaha : 132).
D. Kedudukan Shalat
Kami mengetahui, bahwasanya shalat mempunyai kedudukan yang
sangat penting yaitu fardhu yang dituntut dari segenap hamba setelah
iman. Shalat itu pendahuluan bagi semua fardhu dan ibadah. Sementara
para manusia melupakan dan malas untuk menjalaninya.
Salah satu hadist yang menunjukkan kedudukan shalat yaitu :
Warta diriwayatkan dari Ummu Farwah wanita Ansor yang ikut
membaiat Nabi, ia berkata : “Nabi SAW pernah ditanyai perbuatan/amal
yang paling utama”, Nabi berkata : “yaitu shalat di awal waktunya”.
Selain itu, shalat juga mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan, yaitu menentukan diterima atau tidaknya amal manusia.
Hal ini dinyatakan dalam sebuah hadist :
5
“Sesungguhnya amal manusia yang paling pertama kali dihisab
(diperiksa) pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya diterima,
maka diterima pula amalnya yang lain. Dan jika shalatnya ditolak, maka
ditolak pula amalnya yang lain.” (HR Tabrani).
Shalat mulai diwajibkan pada saat Nabi Muhammad SAW.
Melaksanakan Isra’ Mi’raj, yaitu 1 tahun sebelum beliau berhijrah ke
Madinah. Pada mulanya Shalat diwajibkan kepada umat Nabi
Muhammad sebanyak 50 kali dalam sehari semalam namun atas saran
Nabi Musa as., beliau memohon keringanan kepada Allah sehingga
shalat menjadi 5 kali sehari semalam.
F. Rukut Shalat
Adapun rukun shalat, yaitu :
1. Berdiri bagi yang mampu.
2. Niat.
3. Membaca takbiratul Ikhram.
4. Membaca surah Al-Fatihah.
5. Ruku’
6. Tuma’ninah (berhenti sebentar)
7. Bangun dari ruku’ dan i’tidal.
8. Tuma’ninah di dalam i’tidal.
9. Sujud dua kali dalm masing-masing rakaat.
10. Thuma’ninah dalam sujud.
11. Duduk di antara dua sujud.
12.Thuma’ninah dalam duduk di antara dua sujud.
13. Duduk yang terakhir.
14. Membaca tahiyyat dalam duduk yang terakhir.
115. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw.
16. Membaca salam yang pertama
17. tertib pada setiap rukun-rukunnya
7
G. Sunnah – sunnah Shalat.
Sunnah dalam shalat ada 2 macam :
1. Sunnah Ab’adh
Sunnah ab’adh ada 5, yaitu :
a) Tasyahud awal serta duduknya.
b) Shalawat atas nabi pada tasyahud awal.
c) Shalawat atas keluarga nabi pada tasyahud akhir.
d) Qunut, serta berdiri ketika membacanya dalam shalat
subuh dan shalat witir pada pertengahan hingga akhir
Ramadhan.
e) Shalawat atas nabi dan keluarganya serta sahabatnya
dalam akhir Qunut.
2. Sunnah Hai’it
Sunnah Hai’at itu ada 16, yaitu :
a) Mengangkat kedua belah tangan hingga sejajar dengan
kedua belah telinga ketika takbiratul ikram, takbir ruku’,
i’tidal dan berdiri dari tasyahud awal
b) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di bawah dan
diatas pusat ketika berdiri.
c) Membaca doa iftitah.
d) Membaca ta’awudz (A,uudzu billahi minasy-
syaithanirrajim) sebelum membaca doa iftitah.
e) Membaca amin setelah AL-Fatihah.
8
f) Membaca surah dari Al-Qur’an setelah selesai membaca Al-
Fatihah pada raka’at yang pertaa dan raka’at yang kedua.
g) Mengeraskan suara, ketika membaca surah Al-Fatihah,
surah dan takbir pada shalat Maghrib, Isya’ dan Subuh dan
melunakkan suara pada shalat Dhuhur dan Ashar. (Tetapi bagi
perempuan pada setiap shalat dengan suara rendah).
h) Membaca takbir ketika berpindah dari rukun ke rukun yang
lain.
i) Membaca sami’allahu liman hamidah. Ketika bangkit dari
ruku’ dan rabbana lakal-hamdu ketika i’tidal.
j) Membaca tasbih dan ruku’ dan sujud.
k) Meletakkan kedua telapak tangan di atas paha ketika
duduk tasyahud awal dan akhir, serta menunjuk dengan jari
telunjuk tangan kanan ketika menyebut Illalaah.
l) Duduk iftirasy pada semua duduk. (Duduk pada tasyahud
awal)
m) Duduk tawarruk. (Duduk pada tasyahud Akhir)
n) Membaca doa tasyahud pada tasyahud akhir.
o) Salam yang kedua.
p) Khusyu’ tawadhu’ dalam shalat yakni merendahkan diri
dan memperhatikan apa yang dibaca.
H. Hal-hal Yang Membatalkan Shalat
Diantara hal-hal yang membatalkan shalat sebagaimana yang
telah dijabarkan oleh para fuqaha adalah sebagai berikut:
9
1. Berbicara
“Dari Zaid bin AL-Arqam ra berkata,”dahulu kami bercakap-cakap
pada saat shalat. Seseorang ngobrol dengan temanya di dalam
shalat. Yang lain berbicara dengan yanh disampingnya. Hingga
turung firman Allah SWT”Peliharalah semua shalat,dan shalat
wustha. Berdirilah untuk Allah dengan khusyu”. Maka kami
dilerintahkan untuk diam dan dilarang berbicara dalam shalat”.
2. Makan dan Minum
Bila seseorang mengalami hadats besar atau kecil, maka batal pula
shalatnya. Baik tetjadi tanpa sengaja atau secara sadar
10
7. Tersentuh Najis baik pada Badan, Pakaian atau Tempat Shalat
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ww
w.slideshare.net/mobile/fitribersahabat/makalah-shalat
13