Anda di halaman 1dari 7

MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik)

(Clinical Dental Journal) UGM


Vol 3 No 3 – Desember 2017
ISSN 2460-0059
Tandra, dkk: Penggunaan (online)...
cu-sil denture
Tersedia online di https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk

Terapi non-bedah pada lesi nodular akibat iritasi kronis di rongga mulut

Shelly Lelyana

Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Jl Prof. Dr. drg. Soeria Soemantri, No 65, Bandung, Jawa Barat Indonesia; e-mail: shelly.lelyana@gmail.com

ABSTRAK

Pertumbuhan jaringan yang berlebihan dapat terjadi di rongga mulut sebagai respon terhadap iritasi kronis. Penyebab
lesi ini dapat dikaitkan dengan iritasi lokal seperti plak, kalkulus, tepi tambalan yang berlebih, trauma oklusi, dan alat-alat
dental. Iritasi kronis dapat menyebabkan inflamasi jaringan. Fibrous hyperplasia (traumatic fibroma atau fibroma iritasi)
merupakan hasil akhir dari hiperplasia akibat inflamasi. Pengobatan konvensional kondisi fibroma iritasi adalah eksisi
bedah yang seringkali membuat pasien takut. Makalah ini akan membahas dua kasus lesi nodular akibat iritasi kronis
yang diberi terapi non-bedah. Diagnosa klinis dari kedua kasus ini adalah fibroma iritasi. Penggunaan anti-inflamasi
topikal dan menghilangkan sumber iritasi ternyata dapat mengurangi ukuran lesi. Kesimpulan studi kasus ini adalah lesi
nodular akibat iritasi kronis dapat diatasi dengan terapi non-bedah.

Kata kunci: iritasi; lesi nodular; terapi non-bedah

ABSTRACT: Non-surgical therapy of a nodular lesion caused by chronic irritation in the oral cavity. Reactive
overgrowths occur in response to irritation in the oral cavity. The etiology for this lesion is local irritants such as plaque,
calculus, overhanging margin of a restoration, traumatic occlusion, and dental appliances. Chronic irritations promote
tissue inflammation. Fibrous hyperplasia (traumatic fibroma or irritation fibroma) is the end product of an inflammatory
hyperplastic lesion. The conventional treatment of this condition is a surgical excision that is scary for some patients.
We report two cases of nodular lesions due to chronic irritation that was treated with a non-surgical therapy. The clinical
diagnosis of these cases are irritation fibroma. An administration of topical anti-inflammatory and reducing the source
of irritation decreased the size of the lesion in both cases. We conclude the non-surgical therapy is potential in the
management of a nodular lesions due to a chronic irritation.

Keywords: irritation; nodular lesion; non-surgical therapy

PENDAHULUAN nodular. Lesi fibroma iritasi berbentuk bulat dengan


Fungsi mastikasi rongga mulut merupakan suatu permukaan licin, simetris, keras dan tidak sakit saat
proses interaksi yang rumit antara gigi, rahang, bibir, dipalpasi. Lesi ini dapat muncul di seluruh jaringan
pipi dan lidah. Dalam proses tersebut kadang tidak lunak, termasuk mukosa pipi, mukosa bibir, gusi
berjalan semestinya sehingga jaringan lunak seperti atau lidah.2,3,4 Fibroma iritasi dapat muncul di
lidah atau pipi tergigit secara kronis. Pertumbuhan mana saja dalam rongga mulut namun lokasi
jaringan yang berlebih dapat terjadi di rongga mulut tersering adalah pada mukosa bukal di sepanjang
sebagai respon terhadap iritasi kronis. garis gigitan (bite line). Prevalensi fibroma iritasi
Fibroma iritasi adalah salah satu lesi jinak sebesar 66% terjadi pada wanita dekade ke-4
yang paling sering terjadi di rongga mulut dan sampai dekade ke-6 dan jarang terjadi selama
disebabkan oleh hiperplasia sel akibat iritasi kronis. dekade pertama.5 Penatalaksanaan terbaik pada
Lesi ini bukanlah suatu keganasan seperti yang kasus fibroma yaitu dilakukan perawatan dengan
terlihat dari nama fibromanya.1 Secara khas fibroma menghilangkan sumber iritasi diikuti dengan eksisi
iritasi tampak sebagai papula yang tumbuh lambat, bedah. Tingkat rekurensi pada kondisi ini sangat
berbatas jelas, serta berwarna merah muda pucat jarang terjadi apabila dilakukan perawatan dengan
yang lama kelamaan membesar dan membentuk baik dan tepat.4

99
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik)
(Clinical Dental Journal) UGM. Desember 2017; 3(3): 99-114
ISSN 2460-0059 (online)

Rasa takut merupakan suatu luapan emosi sehingga menyebabkan rasa perih. Rasa perih
individu terhadap adanya perasaan bahaya hilang dalam beberapa hari, namun muncul
atau ancaman. Penelitian di Poliklinik Gigi benjolan yang sekarang terasa semakin membesar.
Puskesmas Bahu, Kecamatan Malalayang, Kondisi umum pasien baik dengan tekanan
Kota Manado menyatakan bahwa tingkat darah 120/60 mmHg dan nadi 65 kali/menit.
kecemasan pasien pada tindakan bedah seperti Pada pemeriksaan ekstra oral, kelenjar getah
pencabutan gigi berdasarkan penilaian Hamilton bening sub-mandibular teraba, lunak, dan tidak
Anxiety Scale adalah 43,6% dari total 62 subjek sakit. Pada mukosa bukal kiri terlihat lesi nodular
penelitian.6 Rasa takut terhadap perawatan tunggal berwarna merah muda disertai bercak
gigi merupakan hambatan bagi klinisi untuk eritem dengan batas jelas dengan diameter kurang
memberikan terapi pada kasus-kasus yang memb lebih 8 mm seperti yang terlihat pada Gambar 1.
utuhkan prosedur pembedahan dalam penegakan Konsistensi lesi nodular tersebut kenyal, dapat
diagnosis dan terapi lesi di rongga mulut. Pada saat digerakan dari dasarnya, dan tidak sakit saat di
merencanakan suatu perawatan kasus, termasuk palpasi. Diagnosis klinis ditetapkan sebagai fibroma
fibroma iritasi, klinisi perlu melakukan proses iritasi pada area mukosa bukal kiri dengan rencana
komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE) dengan perawatan terapi bedah eksisi untuk penyembuhan
pasien sehingga terjalin kerjasama yang baik lesi dan pemeriksaan patologis.
selama perawatan dilakukan. Pasien menolak dilakukan terapi bedah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah dengan alasan takut dan meminta agar dilakukan
untuk membahas 2 (dua) kasus lesi nodular akibat perawatan tanpa pembedahan. Setelah dilakukan
iritasi kronis yang dirawat dengan terapi non- proses Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
bedah. Tindakan non-bedah pada perawatan kasus maka disepakati jika rencana perawatan lesi
ini dilakukan atas kesepakatan bersama karena nodular di mukosa bukal kiri pasien dilakukan
pasien merasa ketakutan pada tindakan eksisi secara non-bedah yaitu dengan selective grinding
yang merupakan terapi pada kasus fibroma. gigi 25 serta pemberian obat topikal Triamcinolone
Acetonide 0,1% in orabase 3 kali sehari. Pasien
METODE diminta untuk bekerja sama dalam proses terapi
Pasien dengan lesi nodular di mukosa bukal non-bedah ini terutama dalam hal observasi lesi,
kiri telah menyatakan bersedia jika kasus ini dan penggunaan obat topikal di rumah.
dipublikasikan untuk kepentingan ilmiah. Semua Observasi lesi berikutnya dilakukan 7 (tujuh)
rencana perawatan dan perawatan dilaksanakan hari setelah kunjungan pertama. Pasien merasa
berdasarkan kesepakatan antara klinisi dan pasien. benjolan di pipi kiri mengecil. Pada pemeriksaan
Pasien patuh terhadap semua perawatan yang intra oral terlihat ukuran diameter lesi berkurang
yang telah direncanakan sehingga terapi non- menjadi kurang lebih 5 mm. Lesi terlihat seperti
bedah untuk menghilangkan lesi nodular di mukosa pada Gambar 2A dan terdapat daerah eritem di tepi
rongga mulut pada kasus ini dapat dikatakan lesi nodular dengan diameter 2 mm. Lesi terasa
berhasil dengan baik. lebih lunak dibanding kunjungan pertama dan tidak
Seorang perempuan etnis sunda berusia terasa sakit saat dilakukan palpasi. Penggunaan
54 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Triamcinolone Acetonide 0,1% in orabase sehari 3
(RSGM) Maranatha dengan keluhan adanya kali dilanjutkan untuk pemakaian 14 hari kemudian.
benjolan di pipi kiri sejak 6 (enam) bulan yang lalu. Pada kunjungan berikutnya, pasien mengaku
Pada anamnesis diketahui jika daerah tersebut benjolannya sudah tidak terasa lagi. Pada saat
sering tergigit dan sering menyebabkan terjadinya dilakukan pemeriksaan intra oral, tidak terlihat lesi
sariawan. Sariawan tersebut akan sembuh tanpa nodular pada mukosa bukal kiri seperti terlihat pada
diberi pengobatan setelah beberapa waktu. Enam Gambar 2B. Penggunaan anti-inflamasi dihentikan
bulan yang lalu daerah tersebut tergigit kembali setelah mukosa bukal kiri pasien terlihat membaik.

100
Lelyana: Terapi non-bedah pada ...

Seorang pasien laki-laki etnis sunda berusia perawatan selective grinding 24 dan 34 dan bedah
19 tahun datang ke RSGM Maranatha dengan eksisi. Pasien merasa keberatan dengan terapi
keluhan pipi bagian kiri depan sering kali tergigit bedah yang direncanakan. Pasien tetap menolak
saat bicara atau makan. Pasien merasa tiba-tiba perawatan bedah eksisi walaupun telah diberikan
terdapat benjolan di pipi yang tidak terasa sakit edukasi bahwa tindakan bedah dilakukan untuk
saat tersentuh sejak 3 tahun yang lalu. Tonjolan memastikan diagnosa selain untuk menghilangkan
tersebut membesar sehingga semakin sering lesi nodular di pipi kiri pasien. Setelah melalui
tergigit. Kondisi umum pasien baik dengan tekanan proses KIE maka disepakati jika perawatan lesi
darah 120/80 mmHg dan tidak ada riwayat penyakit nodular dilakukan secara non-bedah yaitu dengan
sistemik. Pada pemeriksaan ekstra oral tidak pemberian obat anti-inflamasi topikal. Jika setelah
ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan dilakukan observasi 1 (satu) bulan lesi tidak
intra oral terlihat lesi nodular tunggal pada regio mengecil, maka akan dilakukan terapi bedah.
mukosa labial yang bersentuhan dengan gigi 24 dan Pasien diinstruksikan untuk menggunakan topical
34. Lesi berdiameter 5 mm berbentuk bulat dengan coating agent berbentuk gel yang mengandung
dasar yang tidak dapat digerakan dan berwarna natrium hyaluronat dan Aloe vera selama 3 sampai
merah muda disertai daerah eritem seperti terlihat 4 kali sehari.
pada Gambar 3. Observasi lesi berikutnya dilakukan 7 (tujuh)
Diagnosis klinis kasus ini adalah fibroma hari setelah kunjungan pertama dan pasien merasa
iritasi pada area mukosa bukal kiri dengan rencana benjolan di pipi kiri mengecil. Pada pemeriksaan intra
oral terlihat ukuran lesi mengecil dengan diameter
4 mm seperti pada Gambar 4 (A). Penggunaan
topical coating agent yang mengandung natrium
hyaluronate dan Aloe vera sehari 3 kali dilanjutkan
untuk pemakaian 14 hari berikutnya. Pada
observasi selanjutnya pasien merasa benjolan di
pipi kirinya menghilang dan sudah tidak pernah
tergigit. Pemeriksaan intra oral terlihat ukuran lesi
mengecil menjadi 1 mm dan semakin mendatar
seperti pada Gambar 4 (B). Penggunaan anti-
inflamasi dilanjutkan hingga tidak terlihat tanda-
tanda inflamasi pada mukosa bukal kiri pasien.
Gambar 1. Lesi nodular di mukosa bukal kiri pada kunjungan pertama
Gambar 1. Lesi nodular di mukosa bukal kiri pada
kunjungan pertama Gambar 1. Lesi nodular di mukosa bukal kiri pada kunjungan pertama

(A) (B)
bar 2. (A) Lesi nodular kasus pertama mengecil saat observasi pertama (B) Observasi akhir area pipi kiri
(A) (B)
Gambar
Gambar2. (A)2.Lesi nodular kasus pertama mengecil saat observasi pertama (B) Observasi akhir area pipi kiri
(A) Lesi nodular kasus pertama mengecil saat observasi pertama (B) Observasi akhir area
pipi kiri

101
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik)
(Clinical Dental Journal) UGM. Desember
(A) 2017; 3(3): 99-114 (B)
ISSNGambar
2460-0059 (online)
2. (A) Lesi nodular kasus pertama mengecil saat observasi pertama (B) Observasi akhir area pipi kiri

(A) (B)
Gambar 3. (A) dan (B) Kondisi intra oral pasien kedua terlihat lesi nodular pada mukosa bukal kiri
Gambar 3. (A) dan (B) Kondisi intra oral pasien kedua terlihat lesi nodular pada mukosa bukal kiri

(A) (B)
Gambar 4.
Gambar 4. (A) Lesi nodular kasus kedua mengecil saat observasi pertama dan pada (B) observasi
terakhir.

PEMBAHASAN Fibroma iritasi atau traumatic fibroma


Lesi reaktif di jaringan mukosa mulut umum terjadi merupakan suatu respon submukosa terhadap
dan dapat menyebabkan dilema pada seorang trauma dari gigi atau protesa gigi yang umum
klinisi saat menegakkan diagnosis. Identifikasi terjadi dan pertama kali dilaporkan pada tahun
setiap lesi hiperplasia diperlukan saat evaluasi 1846 sebagai fibrous polyp dan polypus.8 Polypus
pasien sehingga beberapa diagnosis banding ditemukan pada 1,2% orang dewasa dan secara
harus ditentukan dan dimasukan dalam rencana klinis terlihat sebagai suatu massa yang umum
perawatan kasus. Pemeriksaan histopatologis dibiopsi. Lesi ini dikenal juga dengan istilah fibroma
diperlukan untuk penegakan diagnosis yang tepat iritasi, traumatic fibroma, peripheral fibroma,
pada lesi hiperplasia.7 Diagnosa pasti dari kedua focal fibrous hyperplasia, inflammatory fibrous
kasus ini tidak dapat ditegakkan karena pasien hyperplasia, fibrous nodule atau fibro-epithelial
menolak dilakukan pemeriksaan histopatologis. polyp.9 Dari semua istilah itu, fibroma iritasi adalah
Rencana perawatan dan pemberian perawatan terminologi yang paling umum digunakan.5 Ketika
didasarkan pada diagnosa klinis yaitu fibroma dibutuhkan perawatan, hanya ada satu pilihan yaitu
iritasi. eksisi bedah fibroma dengan tepi yang terbatas.

102
Lelyana: Terapi non-bedah pada ...

Prognosis dari kasus fibroma iritasi biasanya baik Penatalaksanaan terbaik pada kasus fibroma iritasi
dan rekurensi terjadi ketika sumber iritasi tidak adalah menghilangkan faktor penyebab iritasi yang
dihilangkan. Hal ini menyebabkan pentingnya pada kasus ini diduga akibat gigitan kronis gigi
menangani sumber iritasi.10 yang tajam.
Fibroma dapat terjadi pada setiap bagian Fibroma merupakan tumor jinak paling
dalam rongga mulut namun seringkali ditemukan di umum terjadi di rongga mulut dan seringkali
mukosa bukal sejajar dengan bidang oklusi antara memperlihatkan reaksi berlebih dari jaringan
gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah. Lesi fibroma (hiperplasia) sebagai akibat dari trauma
berbentuk bulat hingga ovoid, tidak menyebabkan atau iritasi lokal. Hiperplasia merupakan suatu
keluhan sakit dengan permukaan yang halus proses yang self limiting dan berbeda dengan
dan lunak, berdiameter antara 1 - 2 cm. Fibroma neoplasma karena akan berkurang setelah
seringkali terlihat pada usia dewasa namun dapat stimulus dihilangkan. Jaringan neoplastik kadang
terjadi pada semua usia dan jenis kelamin.11 mirip dengan jaringan hiperplastik namun tidak
Kadang-kadang permukaan lesi disertai leukoplakia, dapat mengecil kembali sehingga dapat dikatakan
kasar, atau berulserasi. Dasar lesi biasanya tidak jika neoplasma dapat juga terjadi sebagai akibat
bertangkai.2 Sebagian besar merupakan lesi yang dari iritasi kronis.13 Pada hiperplasia akibat
kecil sehingga jarang berukuran lebih dari 1 cm.12 inflamasi terjadi peningkatan ukuran suatu organ
Pada kedua kasus ditemukan lesi yang serupa atau jaringan akibat dari peningkatan jumlah sel
di mukosa bukal kiri dengan tanda klinis seperti sebagai respon lokal jaringan terhadap iritasi.
fibroma. Secara klinis lesi nodular pada kedua Iritasi trauma meliputi kalkulus, tepi restorasi atau
kasus ini berukuran kurang dari 1 cm, berbentuk alat yang berlebih, benda asing, gigitan kronis, tepi
bulat dengan konsistensi lunak, dan tidak sakit saat karies, dan tulang yang tajam. Fibrous hyperplasia
ditekan. Lesi pada kedua kasus tidak bertangkai (traumatic fibroma atau fibroma iritasi) merupakan
dan disertai sedikit daerah eritem. Diagnosa klinis hasil akhir dari hiperplasia akibat inflamasi.14
berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan lesi pada Pemberian anti-inflamasi topikal dilakukan
mukosa bukal kiri kedua pasien adalah fibroma karena pada kedua kasus terlihat adanya tanda
iritasi. inflamasi yaitu daerah eritema di sekitar lesi. Pada
Fibroma iritasi tidak memiliki potensi keganasan kasus pertama diberikan Triamcinolone Acetonide
dan rekurensi kecuali jika gagal mengurangi atau in orabase 0,1% sehari 3 – 4 kali sesudah makan.
menghilangkan faktor iritasi kronis yang terlibat.12 Pasien diinstruksikan untuk tidak makan dan minum
Lesi ini meskipun jinak namun menyebabkan selama 1 jam setelah mengoleskan obat pada lesi.
ketakutan yang berlebih dari pasien akan terjadinya Penggunaan Triamcinolone Acetonide 0,1% in
keganasan. Pada kedua pasien kasus ini rasa takut orabase selama kurang lebih 21 hari menyebabkan
akan keganasan dan pembedahan menyebabkan hilangnya inflamasi pada lesi kasus pertama.
kesepakatan penatalaksanaan non-bedah Triamcinolone Acetonide 0,1% termasuk ke
dilakukan terlebih dahulu. dalam golongan kortikosteroid upper mid-strength
Pasien pada kedua kasus mengaku jika potent.15 Kortikosteroid merupakan anti-inflamasi
daerah mukosa bukal kiri seringkali tergigit. Hasil yang identik dengan kortisol yang merupakan
pemeriksaan intra oral ditemukan jika beberapa hormon steroid alami pada manusia yang disintesis
gigi terasa tajam saat palpasi sehingga selective dan disekresi oleh korteks adrenal. Efek anti-
grinding perlu dilakukan pada kedua kasus ini. inflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai
Pada kasus pertama dilakukan selective grinding sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel
di gigi 25 sedangkan pada kasus kedua pada dendritik, eosinofil, neutrofil, dan sel mast, yaitu
gigi 24 dan 34. Selective grinding dilakukan untuk dengan menghambat respons inflamasi dan
mengurangi ketajaman dari gigi yang menyebabkan menyebabkan apoptosis berbagai sel tersebut.16
iritasi kronis di mukosa bukal kiri pasien. Penggunaan Triamcinolone Acetonide in orabase

103
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik)
(Clinical Dental Journal) UGM. Desember 2017; 3(3): 99-114
ISSN 2460-0059 (online)

0,1% pada kasus pertama bertujuan mengurangi kandungan saponin dalam Aloe vera akan merusak
respons inflamasi dari iritasi kronis sehingga sel di jaringan yang mengalami hiperplasia.
lesi nodular di mukosa bukal kiri pasien pertama Asam hialuronat dapat meningkatkan
mengalami pengurangan ukuran dan pasien pembentukan jaringan baru dan mempercepat
merasa benjolan yang dikeluhkan menghilang. penyembuhan luka, proteksi jaringan di dalam
Pada kasus kedua diberikan topical coating rongga mulut, mencegah timbulnya pembengkakan
agent selama 21 hari dengan hasil yang memuaskan pada jaringan yang mengalami inflamasi. Asam
karena ukuran lesi berkurang dari diameter 5 mm hialuronat adalah polisakarida yang umum terdapat
menjadi kurang dari 1 mm. Topical coating agent pada sebagian besar spesies dan ditemukan di
digunakan untuk melindungi lesi dari gesekan banyak bagian dalam tubuh manusia, termasuk
pada saat berfungsi. Topical coating agent yang kulit dan jaringan lunak. Suatu review sistematik
digunakan pada kasus ini beredar luas di pasaran dan meta-analisis menunjukkan bahwa pemberian
dan mengandung natrium hyaluronat dan Aloe vera. asam hialuronat memberikan manfaat pada
Asam hialuronat dan Aloe vera dapat membantu penyembuhan dari luka bakar, luka pembedahan,
penyembuhan jaringan yang mengalami inflamasi. maupun luka kronis.22 Pada kasus kedua,
Aloe vera mengandung enzim, asam amino, penggunaan asam hialuronat sebagai anti-inflamasi
mineral, vitamin, polisakarida, dan komponen diharapkan mampu mengurangi hiperplasia sel
lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. akibat inflamasi pada mukosa bukal kiri pasien yang
Zat aktif yang dikandung Aloe vera berkhasiat seringkali terkena iritasi. Asam hialuronat memiliki
sebagai anti-inflamasi, anti-jamur, anti-bakteri, dan efek anti-inflamasi sehingga mampu mengatasi
membantu proses regenerasi sel. Acemannan, inflamasi termasuk inflamasi kronis akibat iritasi
tanin, flavonoid, saponin, dan terpenoid adalah seperti yang dialami pasien.
beberapa zat aktif yang dikandung oleh Aloe Pada kasus kedua pasien merasa lesi sudah
vera.17-19 Flavonoid merupakan senyawa fenol menghilang namun dari pemeriksaan klinis masih
yang mempunyai mekanisme merusak dinding terdapat lesi nodular berdiameter 1 mm sedangkan
sel sehingga mengakibatkan lisis. Senyawa lesi kasus pertama yang berukuran lebih besar
ini dapat menghambat proses pembentukan dapat hilang setelah 21 hari (3 minggu). Selective
dinding sel pada sel yang sedang tumbuh, grinding untuk menghilangkan iritasi kronis
mengubah permeabilitas membran sitoplasma dilakukan pada kedua kasus sehingga perbedaan
yang menyebabkan kebocoran nutrien dari dalam penggunaan anti inflamasi diduga dapat menjadi
sel, dan mendenaturasi protein sel.20 Aloe vera alasan mengapa kondisi ini dapat terjadi. Pada
mengandung saponin yang berperan sebagai kasus pertama digunakan anti-inflamasi yang lebih
antiseptik. Saponin merupakan senyawa alkaloid, kuat dibanding kasus kedua sehingga pengurangan
dan alkaloid merupakan senyawa heterosiklik yang ukuran lesi dapat lebih cepat terjadi.
mengandung basa nitrogen. Senyawa alkaloid
dapat merusak karena pada struktur dasar alkaloid KESIMPULAN
terdapat zat-zat alkilasi yang akan bereaksi dengan Lesi nodular akibat iritasi kronis yang sering ditemui
basa purin dan pirimidin untuk memotong ikatan dalam rongga mulut merupakan hasil akhir dari
hidrogen DNA/RNA sehingga terjadi kerusakan hiperplasia akibat inflamasi. Lesi nodular akibat
sel.21 Penggunaan topical coating agent yang iritasi kronis dapat dirawat secara non-bedah
mengandung Aloe vera pada kasus ini mengurangi dengan menghilangkan sumber iritasi kronis
hiperplasia jaringan pada lesi nodular kasus kedua. sekitar lesi serta penggunaan anti-inflamasi topikal.
Senyawa fenol pada Aloe vera merusak dinding sel Keberhasilan terapi non-bedah untuk mengurangi
dan menghambat proses pembentukan dinding sel ukuran lesi nodular akibat iritasi kronis pada kedua
pada jaringan di mukosa bukal kiri yang mengalami kasus ini terjadi karena kerjasama yang baik antara
hiperplasia akibat iritasi kronis. Selain itu, klinisi dan pasien.

104
Lelyana: Terapi non-bedah pada ...

UCAPAN TERIMAKASIH 12. Greenberg MS, Glick M. Ship JA. Burket’s


Terimakasih kepada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Oral Medicine. 11th ed. Ontario; BC Decker
Maranatha yang memberikan fasilitas dalam studi Inc; 2008.131-132
kasus ini. 13. Shafer WG, Hine MK, Levy BM. A textbook
of oral pathology. 6th ed. Philadelphia: WB
DAFTAR PUSTAKA Saunders; 2009. 126-127.
14. Wood NK, Goaz PW. Differential diagnosis of
1. Langlais RP, Miller CS. Colour atlas of
oral and maxillofacial lesions. 5th ed. Missouri:
common oral disease. 1st ed. Philadelphia:
Mosby; 2006. 136-138
Lea & Febiger; 1992. 79-80.
15. Ference JD, Last AR. Choosing topical
2. Bruch JM, Treister NS. Clinical oral medicine
corticosteroids. Am Fam. Physician. 2009;
and pathology. 1st ed.NY: Humana Press;
79(2): 135-40.
2009. 22-23.
16. Smoak KA, Cidlowski JA. Glucocorticoid
3. eversole lr. clinical outline of oral pathology:
signaling in health and disease. The
diagnosis and treatment. 4th ed. USA: PMPH;
hypothalamus-pituitary-adrenal axis. 2008;
2011. 222-223.
33-53
4. Fragiskos. Oral surgery.1st ed. Berlin: Springer;
17. Singh P, Rani B, Maheshwari R, Chauhan AK.
2011. 283-285.
Diverse therapeutic applications of Aloe vera.
5. Regezi JA, Sciubba J. Oral pathology: clinical
Journal of advanced scientific research. 2011;
pathologic correlations. 2nd ed. Philadelphia:
2(4): 04-11
WB Saunders; 1997.142-145, 195, 202-204.
18. Ahmadi A. Potential prevention: Aloe Vera
6. Boky H, Mariati NW, Maryono J. Gambaran
mouthwash may reduce radiation-induced
tingkat kecemasan pasien dewasa terhadap
Oral mucositis in Head and Neck Cancer
tindakan pencabutan gigi di puskesmas Bahu
Patients. Chinese Journal of Integrative
kecamatan Malalayang kota Manado. Unsrat.
Medicine. 2012; 18(8): 635–640.
2013.
19. Khaing TA. Evaluation of the antifungal and
7. Anjali S, Manoj V, Neelkanth P,Suresh KS.
antioxidant activities of the leaf extract of
Traumatic fibroma-a saga of reaction against
Aloe vera (Aloe barbadensis Miller). World
irritation. Dental Impact. 2012; 4(1).
Academy of Science, Engineering, and
8. Alam MN, Chandrasekaran SC, Valiathan M.
Technology. 2011: 51; 609-11.
Fibroma of the gingiva: a case report of a 20
20. Peoloengan M, Chairul, Komala I, Salmah
year old lesion. Int Journal of Contemporary
S, Susan MN. Aktivitas antimikroba dan
Dentistry. 2010; 1: 107-119.
fitokimia beberapa tanaman obat. Diunduh
9. Toida M, Murakami T, Kato K, Kusunoki Y,
dari http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/eng/
Yasuda S, Fujitsuka H, Ichihara H, Watanabe F,
attachments/247_46.pdf pada tanggal 15
Shimokawa K, Tatematsu N. Irritation fibroma
Februari 2014
of the oral mucosa: A clinicopathological study
21. Ozlem, Ustundag, Mazza G. Saponin:
of 129 lesions in 124 cases. Oral Med Pathol.
properties, application, and processing.   Crit
2001; 6: 91-94.
Rev Food Sci. 2007: 47 (3); 231-258.
10. Barker DS, Lucas RB. Localized fibrous
22. Voigt J, Driver VR. Hyaluronic acid derivatives
overgrowth of the oral mucosa. Br J Oral Surg.
and their healing effect on burns, epithelial
1967; 5: 86-92.
surgical wounds, and chronic wounds:
11. Abhay PK, Rajshri AK, Tushar SS. Focal
A systematic review and meta-analysis
fibrous overgrowth: a case series and review
of randomized controlled trials. Wound
of literature. Contempt Clin Dent. 2010; 1(4):
Repair Regen. 2012; 20 (3): 317-331.
271-274.

105

Anda mungkin juga menyukai