Anda di halaman 1dari 20

GIZI DAN TERAPI DIIT

S1 KEPERAWATAN

“DIARE PADA ANAK”

STIKIM JAKARTA
2020
TIM PENYUSUN

Denisa Dravioni Maria G Iyarmasa Alvi Pratiwi


(09190000084) (09190000018) (09190000059)

Paulus Bani Radu Dicky Rachman


(09190000103
(09190000069)

Putri Jasmin Languyu Markus Muda Kondo B Tiara Maulida


(09190000113) (09190000092) (09190000189)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT


atas berkat karunia-Nya, penyusunan” Buku Saku Diare
Pada Anak“ dapat diterbitkan guna memberikan informasi
tentang diare pada anak yang sangat bermanfaat.
Buku saku meliputi informasi tentang definisi diare,
etiologi, patofisiologi,komplikasi, tanda dan gejala serta
terapi medis dan terapi gizi.
Kami selaku penulis dari buku saku ini meminta
maaf jika ada penulisan kata, dan kami juga menyadari
banyak hal yang kurang dalam buku saku ini, jadi kami dari
pihak penulis berharap saran dan kritik dan saran dari
pembaca. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen dan juga teman yang telah membantu dalam
pembuatan buku saku ini.

Jakarta, 2- Februari-2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare masih merupakan penyebab kematian anak di seluruh
dunia, meskipun tatalaksana sudah maju (WHO, 2015).Dari semua
kasus kematian anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi di
wilayah Afrika dan Asia Tenggara. Penyakit diare ini juga masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di negara Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya
yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare
301/1.000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,
pada tahun 2006 naik menjadi 423/1.000 penduduk dan tahun 2010
menjadi 411/1.000 penduduk. Pada Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
pun masih sangat sering terjadi, dengan CFR yang masih cukup
tinggi. Pada tahun 2008 saja terjadinya KLB di 69 Kecamatan
dengan jumlah kasus 8.133 orang, dengan kematian 239 orang
(CFR 2,94%). Sedangkan tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang
(CFR 1,74%), dan tahun 2010 terjadi KLB di 33 kecamatan dengan
jumlah penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%.)
(KEMENKES RI, 2011).
Diare merupakan proses defekasi dengan konsistensi cair atau
setengah cair, air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gr
atau 200 ml/24 jam. Definisi lain pun juga menyebutkan bahwa diare
itu merupakan peningkatan pada frekuensi buang air besar yang
encer lebih dari 3 kali per hari, buang air besar encer tersebut dapat
ataupun tanpa disertai lendir dan juga darah (Verma, S, et all. 2016).
Penyakit diare ini juga biasanya sering menyerang anak-anak, itu
dikarenakan masih lemahnya daya tahan tubuh mereka, sehingga
anak-anak akan lebih rentan terhadap terkenanya bakteri penyebab
diare. (Berhe,H,Mihret, A, & Yitayih, G, 2016).
Berbagai penelitian diare pada anak telah melakukan dan juga
menjelaskan bahwa faktor yang paling utama mempengaruhi diare
pada anak tidak hanya berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan sangat
kompleks (Sutadi, Maryani S, 2003).
Diare dapat terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
antara proses sekresi serta absorbsi cairan dalam rongga usus
(Whyte & Jenkins, 2012).
Kejadian diare bisa disebabkan beberapa faktor antara lain faktor
infeksi virus, bakteri, dan parasit, diare juga bisa terjadi akibat faktor
non infeksi seperti sanitasi lingkungan yang cukup buruk, fasilitas
kebersihan kurang, dan personal higiene yang buruk (Aris, Nasip &
Yulia, 2018)
Penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi, diare infeksi
adalah diare yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan juga parasit.
Rotavirus merupakan 50% penyebab diare pada balita yang ada di
negara berkembang dan termasuk Indonesia. Rotavirus itu biasanya
ditularkan melalui fecal oral, yang dimaksud dengan fecal oral
adalah dari feses penderita dan tidak disengaja masuk ke mulut
seseorang melalui kontak dengan air, makanan, tangan dan juga
objek lain yang terkontaminasi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. untuk mengetahui tentang penyakit diare
b. Untuk mengetahui patofisilogi penyakit diare
c. Untuk mengetahui terapi medis dan terapi gizi pada
penyakit diare
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui terapi medis penyakit diare
b. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit diare
c. Untuk mengetahui terapi gizi pada penyakit diare
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Diare adalah suatu kondisi di mana


seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek ataupun cair,
dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari.Menurut WHO (2009),
penyakit diare adalah gejala yang umum, dimana penderita buang
air besar (defekasi) lebih sering dari biasanya, dan konsistensi tinja
yang encer, berat tinja lebih dari 200 gram atau berat tinja kurang
dari 200 gram tapi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan
tinjanya berlendir, berdarah

B. Etiologi
Juffrie (2011), menjabarkan bahwa diare itu disebabkan oleh dua
kejadian yaitu adanya gangguan pada proses absorpsi atau sekresi.
Kemenkes RI (2011), secara klinis memberitahu penyebab diare
dalam empat kelompok, tetapi yang sering ditemukan secara klinis
adalah diare yang disebabkan infeksi virus, bakteri, dan juga parasit.
Virus yang terutama yaitu rotavirus merupakan penyebab utama (60-
70%) diare infeksi pada anak, sedangkan dari 10-20% merupakan
bakteri dan kurang dari 10% adalah parasit. Penyebab penyakit
diare sebagai berikut:
 Faktor infeksi
1) Virus: Rotavirus,Adenovirus, Norwalk+Norwalk dan Like
Agent

2) Bakteri :
a) Shigella,Salmonella, Eschericiacoli, dan juga Golongan

Vibrio
b) Bacilluscerecus, Clostridium botulinum , Staphylococcus
aureus, Camphylobacter,dan juga Aeromanos
3) Parasit
a) Protozoa,Entamoeba histolytica,Giardia lamblia,
Balantidiu coli, Cryptosporidium
b) Cacing perut, Ascaris, Trichiuris,Strongyloides,
Blastissistis hominis
 Malabsorpsi
 Keracunan makanan
1) Keracunan bahan kimia
2) Kercaunan bahan yang terkandung dan di produksi
 terkait penggunaan antibiotik (Dta/Aad)

C. Patofisiologi
Diare infeksi akut dapat diklasifikasikan secara klinis dan juga
patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare
inflames itu sendiri disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin dengan
manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah.
Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, dan gejala tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan
tinja rutin makroskopis dapat ditemukan lendir dan ataupun darah,
mikroskopis didapati leukosit polimorfonuklear.
Diare dapat terjadi lebih dari satu mekanisme. Pada bakteri juga
setidaknya ada 2 mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi
dan mengeluarkan toksin yang dapat menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri invasif mengakibatkan perdarahan ataupun adanya
leukosit dalam feses.
Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada bagian sel epitel ataupun tanpa
kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau
sitotoksin. Satu jenis bakteri dapat menggunakan satu ataupun lebih
mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa
usus.

D.Tanda dan Gejala


1) Temuan pada riwayat pemeriksaan fisik:
a) Demam dengan suhu >38°C, dapat mendahului ataupun
tidak mendahului diare
b) Mual dan juga muntah
c) Nyeri pada bagian abdomen
d) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan apatis,
bahkan juga gelisah
e) Riwayat dari perawatan rumah sakit
f) Berada di panti jompo
g) Riwayat dari penggunaan antibiotik
h) Disentri (darah dan mukus di tinja)
i) Lebih dari 6 kali buang air besar dalam waktu 24 jam
j) Gejala memburuk setelah 48 jam
k) Gejala dehidrasi berat ( pusing, haus berat, penurunan
jumlah urin )
2) Populasi tinggi membutuhkan evaluasi lanjutan:
a) Pasien lanjut usia (lebih dari 70 tahun)
b) Pasien immunocompromised
c) Wisatawan asing
E. Komplikasi
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :
1) Dehidrasi
Tergantung presentasi cairan tubuh yang hilang.
2) Gangguan sirkulas
Pada diare akut sendiri, kehilangan cairan pun dapat
terjadi dalam kurun waktu yang singkat. Bila kehilangan
cairan ini lebih dari 10% dari berat badan, pasien pun dapat
mengalami syok ataupun pre-shock yang disebabkan
berkurangnya volume darah (hipovolemia).
3) Gangguan asam-basa
Hal ini dapat terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit
dari bagian dalam tubuh. sehingga itu dapat menyebabkan
kompensasinya tubuh akan bernapas cukup cepat untuk
membantu meningkatkan PH arteri.
4) Hipoglikemia (kadar gula rendah)
Hipoglikemia akan terjadi pada anak ketika sebelumnya
mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia juga dapat
menyebabkan terjadi koma. Penyebab yang pasti belum
dapat diketahui, tapi kemungkinan terjadinya yaitu karena
cairan ekstraseluler akan menjadi hipotonik sehingga air
pun masuk kedalam cairan intraseluler sehingga terjadi
edema otak yang mengakibatkan koma.
5) Gangguan gizi
Gangguan gizi ini dapat terjadi karena asupan dari
makanan yang kurang dan output yang berlebihan. Hal ini
juga akan bertambah berat kalau saja pemberian makanan
itupun dihentikan, dan juga sebelumnya penderita sudah
mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).
F. Terapi Medis
1) Penggunaan Obat Antibiotik
Pada terapi diare akut golongan dari antibiotic yang
digunakan adalah golongan sefalosporin tetapi golongan
antibiotik yang paling sedikit diberikan adalah golongan
penisilin
2) Dekstrosa
data yang didapatkan, jika dekstrosa dalam penelitian
ini dari 6 pasien (13,04%). Dekstrosa yaitu merupakan
monosakarida yang berfungsi sebagai sumber energi bagi
tubuh. Dekstrosa akan disimpan di dalam tubuh sebagai
lemak, serta di otot dan hati sebagai glikogen. Dekstrosa
juga dimetabolisme dapat menjadi karbondioksida dan air
yang bermanfaat untuk hidrasi tubuh. Salah satu yang
dapat memperparah kondisi diare adalah kekurangan
dekstrosa
3) Ringer laktat
Mengandung garam NaCl (6g), KCl CaCl2 (0,2g), dan
Na Laktat (3,1g) dalam setiap satu liter larutan. Cairan ini
berfungsi mengembalikan osmolaritas danjuga elektrolit
tubuh secara cepat melalui rehidrasi intravena. Larutan
ringer laktat di metabolisme oleh hati menjadi bikarbonat
yang akan berguna untuk memperbaiki keadaan seperti
asidosis metabolik. Ringer laktat biasa diberikan pada
penderita diare yang juga mengalami dehidrasi yang berat
atau yang berpotensi menjadi berat sehingga memerlukan
ada rehidrasi intravena secara cepat.

4) Jenis antipiretik
yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
parasetamol.Selain berfungsi antipiretik, parasetamol juga
berfungsi untuk analgesik. Antipiretik merupakan obat yang
dapat digunakan untuk menurunkan demam yang ditandai
oleh peningkatan suhu tubuh pasien

G. Terapi Gizi
 Anak-anak gastroenteritis harus dikembalikan ke diet
normal secepat Mungkin.
 Makanan berlemak dan makanan tinggi gula sederhana
harus dihindari.
 Tetap makan 3 kali sehari, walau dalam porsi lebih
sedikit..
1) Diet untuk diare
Sangat di anjurkan minuman sari buah, teh, minuman
tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi,
dan ju sup. Susu sapi dalam keadaan tertentu mungkin juga
harus dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transien
yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman
berrkafein dan juga alcohol yang harus dihindari karena
dapat meningkatkan motalitas dan Sekresi usus.
 Jenis diet yang diindikasikan untuk pasien dengan diare
berat yaitu Diet sisa Rendah. Diet sisa rendah adalah
makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan
hanya sedikit dan juga meninggalkan sisa. Yang dimaksud
dengan sisa yaitu adalah bagian dari makanan yang tidak
diserap seperti yang terdapat di dalam susu dan produk
susu serta juga daging yang berserat kasar. Di samping itu
juga, makanan lain yang merangsang saluran bagian cerna
harus dibatasi mengkonsumsinya.
Tujuan diet sisa rendah yaitu untuk memberikan makanan
sesuai dari kebutuhan gizi yang mungkin meninggalkan
sisa sehingga membatasi volume feses, dan tidak
merangsang saluran cerna.
 Rekomendasi diet
a) Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan
aktivitas.
b) Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy
total.
c) Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energy
total.
d) Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energy total.
e) Menghindari makanan yang berserat tinggi dan sedang
sehingga asupan serat maksimal 8 g/hari.
f) Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat
kasar (liat) sesuai dengan toleransi Perorangan.
g) Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu
manis, terlalu asam dan berbumbu tajam.
h) Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada
suhu tidak terlalu panas dan dingin
i) Makanan sering diberikan dalam porsi kecil.
j) Bila diberikan dalam jangka waktu lama atau dalam
keadaan khusus, diet perlu disertai suplemen Vitamin
dan mineral, makanan formula, ataupun juga makanan
parenteral.

2) Makanan untuk Anak Diare Kebutuhan


Malnutrisi atau bisa juga gizi buruk dapat ditentukan
berdasarkan beberapa pengukuran yaitu pengukuran klinis
dan juga pengukuran antropometrik. Untuk menghindari
keadaan malnutri pada anak penderita diare, maka
diperlukan ada asupan makanan dan juga minuman yang
tepat agar proses penyumbuhan anak bisa lebih cepat.
makanan utama anak penderita diare, lebih disarankan
agar anak mengkonsumsi berikut ini :
 Nasi Tim

 Sup

 Bubur
 Kentang

Untuk makanan pendamping bagi anak penderita diare,


disarankan mengkonsumsi makanan berikut ini:

 Pisang

 Telur Rebus

 Crackers

 Jelly
 Apel

Sedangkan untuk minuman bagi anak penderita diare,


sangat disarankan untuk mengkonsumsi minuman berikut
ini:

 Air putih

 Jus Buah

 Air Kelapa

Jika dibutuhkan, penanganan diare pada anak mengikut


sertakan beberapa jenis makanan berikut:
 Daging ayam, ikan, atau sapi yang bisa dimasak
dengan baik
 Sayuran rebus, misalnya wortel, kacang hijau, jamur,
dan sebagainya

 Snack buatan rumah, misalnya agar-agar, es krim,


biskuit, dan lain-lain

 Kentang panggang/rebus

Yang terpenting yaitu, Pastikan seluruh makanan telah


dibersihkan dan juga dimasak sampai matang menyeluruh
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja yang konsistensinya lebih lunak
ataupun lebih cair dari biasanya, terjadi paling sedikit tiga kali dalam satu
hari dengan ataupun tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
14 hari, bisa disertai dengan ada rasa mual, muntah, keram bagian perut,
atau malnutrisi.Diare juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
cuaca, lingkungan, dan juga makanan. Pemahaman tentang patofisiologi
diare pada anak dapat mengarahkan kita untuk mencari, mengetahui dan
juga memberikan terapi atau pengobatan yang sesuai dengan jenis diarenya.
DAFTAR PUSTAKA

Arifani Siswidiasari, K. W. (2014). profil terapi obat pada


pasien rawat inap dengan diare akut pada anak
dirumah sakit umum negara. jurnal kimia, 189.

dewiyanti, s. (2019). pencegahan dan penanggulangan diare


pada anak. kajian pustaka, 66.

Saurina, N. (2016). aplikasi kebutuhan makanan dan mineral


pada anak penderita diare. jurnal IPTEK, 77.
V

Diare adalah penyakit yang
membuat penderitanya menjadi
sering buang air besar,
dengan kondisi tinja yang encer.
Pada umumnya, diare terjadi
akibat makanan dan minuman
yang terpapar virus, bakteri, atau
parasit.

Anda mungkin juga menyukai