Anda di halaman 1dari 32

WALIKOTA BINJAI

PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN WALIKOTA BINJAI


NOMOR
TENTANG

KOTA LAYAK ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


WALIKOTA BINJAI,
Menimbang : a. bahwa anak merupakan potensi bangsa bagi pembangunan
nasional, untuk itu pembina dan pengembangannya perlu
dilakukan sedini mungkin dengan mendorong pemerintah
kabupaten/kota menyusun kebijakan yang berpihak pada
kepentingan anak;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 7
peraturan menteri pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak nomor 11 tahun 2011 tentang kebijakan
pengembangan kabupaten/kota layak anak, maka perlu
mengintegrasikan program kesejahteraan dan perlindungan
anak ke dalam program. Pembangunan Kota Binjai yang
responsif terhadap anak melalui pengembangan Kota Layak
Anak;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat(4)
dan ayat (5) Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlidungan Anak ,maka Pemerintah Daerah
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan
dan mendukung nasional dalam Penyelenggaraan
Perlindungan Anak di Daerah melalui Kebijakan
Kabupaten/Kota Layak Anak;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Walikota tentang Kota Layak Anak;

Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1956 tentang


Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil dalam
Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1092);
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3143);

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3886);
4. Undang-Undang…….
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah di ubah
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5606);
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5332);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1986 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Binjai, Kabupaten Daerah Tingkat II Langkat dan
Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3322);
10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak Tingkat
Provinsi;
11. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pemenuhan Hak Pendidikan Anak;
12. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus;

13. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Pengembangan Kabupaten /Kota Layak Anak;
14. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak;
15. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 13 Tahun 2011 tentang Panduan
Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak;
16 .Peraturan…….
16. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 14 Tahun 2011 tentang Panduan
Evaluasi Kabupaten/Kota Layak Anak;
17. Keputusan Walikota Binjai Nomor 463-218/K/2013 tentang
Gugus Tugas Kota Layak Anak Kota Binjai sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan keputusan
Walikota Binjai Nomor 188.45-471/K/Tahun 2020 tentang
Perubahan kedua atas Keputusan Walikota Binjai Nomor
463-218/K/2013 tentang Gugus Tugas Kota Layak Anak
Kota Binjai;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BINJAI TENTANG PENGEMBANGAN


KOTA LAYAK ANAK.

BAB 1
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Binjai
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Binjai.
3. Walikota adalah Walikota Binjai
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Binjai
5. Perangkat Daerah unsur pembantu kepala daerah dan
DPRD dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah.
6. Kota Layak Anak yang selanjutnya di singkat KLA, adalah
kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak
anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana
secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan,
program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhnya hak
anak.
7. Rencana Aksi Daerah Kota Layak Anak yang selanjutnya di
singkat RAD KLA adalah serangkaian kebijakan,
program, kegiatan dan penganggaran pembangunan dan
pelayanan publik selama lima tahun yang wajib
disediakan Pemerintah Kota untuk pemenuhan hak anak di
dalam mencapai Indikator Kota Layak Anak.
8. Kebijakan KLA adalah Pedoman penyelenggaraan
pembangunan daerah melalui pengintegrasian komitmen
dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha yang terencana secara menyeluruh dan
berkelanjutan untuk memenuhi hak anak.
9. Indikator KLA adalah variabel yang merupakan acuan
dalam mengupayakan terpenuhi hak anak untuk
mewujudkan kota layak anak sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10. Dinas adalah Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak dan Masyarakat Kota Binjai yang
selanjutnya disingkat dengan Dinas P3AM Kota Binjai.
11. Kecamatan adalah Kecamatan di wilayah Kota Binjai
12. Kelurahan adalah Kelurahan di wilayah Kota Binjai
13. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.
14. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang
wajib dijamin, di lindungi dan dipenuhi oleh orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.
15. Orangtua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah
dan/atau ibu tiri, atau wali yang dipercayakan mampu
menjalankan fungsi orang tua.
16. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya
menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua.
17. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah
dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai dengan
derajat ketiga.
18. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok,
organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan yang
ada di kota Binjai.
19. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang secara sadar
berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam
setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung
jawab.
20. Fasilitas pelayanan Kesehatan Ramah Anak adalah fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat kesatu, kedua dan ketiga baik
negeri maupun swasta yang memberikan pelayanan
persalinan, pengobatan, rawat inap, kesehatan ibu dan anak
meliputi puskesmas pembantu (pustu), Pusat Pelayanan
Kesehatan Puskesmas, Rumah Bersalain, Balai Pengobatan,
Rumah Sakit, Laboratorium Klinik yang mampu memenuhi
hak-hak anak dan mengedepankan pelayanan yang ramah
kepada anak, baik pada anak yang datang berkunjung atau
pada anak yang berobat.
21. Pelayanan Kesehatan Ramah Anak adalah pelayanan
kesehatan yang mampu memenuhi hak-hak anak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan serta mengedepankan
pelayanan yang ramah kepada anak, baik kepada anak yang
sedang berobat ataupun anak sehat yang sedang
berkunjung.

22. Dunia…….

22. Dunia usaha adalah usaha mikro, usaha kecil, usaha


menengah dan/atau usaha besar yang melakukan kegiatan
ekonomi.
23. Gugus Tugas Kota Layak Anak adalah lembaga koordinatif
pemerintah kota di tingkat kota yang mengkoordinasikan
kebijakan, program, dan kegiatan untuk penyelenggaraan
Kota Layak Anak dari pemerintah kota yang beranggotakan
wakil dan unsur eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang
membidangi anak, dengan di dukung perguruan tinggi,
organisasi non pemerintah, organisasi kepemudaan, dunia
usaha, orang tua, keluarga dan melibatkan Forum Anak.

Pasal 2
Upaya pemenuhan hak anak melalui implementasi Kota Layak
Anak dilaksanakan berdasarkan asas pancasila dan
berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Pasal 3
Pengaturan KLA dalam peraturan Walikota ini bertujuan
untuk :
a. mewujudkan komitmen bersama antara pemerintah daerah
dengan orang tua, keluarga, masyarakat, organisasi
masyarakat dan dunia usaha dalam upaya mewujudkan
pembangunan yang peduli terhadap hak, kebutuhan dan
kepentingan terbaik bagi anak, sehingga anak tumbuh
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab;
b. mengintegrasikan potensi sumber daya manusia, keuangan,
sarana, prasarana, metode dan teknologi yang ada pada
pemerintah daerah, masyarakat, organisasi masyarakat dan
dunia usaha dalam memenuhi hak-hak anak;
c. mengimplementasikan KLA melalui perumusan strategi dan
perencanaan pembangunan daerah secaramenyeluruh dan
berkelanjutan sesuai dengan indikator KLA;
d. sebagai dasar bagi Perangkat Daerah dalam menentukan
dan melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan hak
anak.

Pasal 4
Ruang Lingkup Peraturan Walikota ini meliputi :
a. pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak;
b. peran serta pemerintah daerah, dunia usaha dan
masyarakat dalam pemenuhan dan perlindungan hak-hak
anak.

BAB II…….

BAB II
PRINSIP DAN STRATEGI

Pasal 5
Upaya KLA dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip :
a. tata pemerintahan yang baik;
b. non diskriminasi;
c. kepentingan terbaik bagi anak;
d. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan
anak;
e. penghargaan terhadap pandangan anak.

Pasal 6
Implementasi KLA didasarkan pada strategi :
a. pengarusutamaan hak anak;
b. mendorong gerakan masyarakat untuk menciptakan
lingkungan yang layak bagi anak dari tingkat keluarga,
lingkungan, Kelurahan sampai dengan tingkat kecamatan;
c. mendorong berbagai pihak terkait secara langsung maupun
tidak langsung untuk bertanggungjawab terhadap
pemenuhan hak anak.

Pasal 7
Strategi KLA dilaksanakan dengan mengintegrasikan
pengarusutamaan hak anak dalam :
a. setiap proses penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan;
b. setiap tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi;
c. mendorong gerakan masyarakat untuk menciptakan
lingkungan yang layak bagi anak dari tingkat keluarga,
tingkat Kelurahan sampai dengan tingkat Kecamatan;
d. mendorong berbagi pihak terkait secara langsung maupun
tidak langsung untuk bertangungjawab terhadap
pemenuhan hak anak.

Pasal 8
Kebijakan Kota Layak Anak diarahkan pada pemenuhan hak
anak melalui pengembangan sekolah ramah anak, pelayanan
kesehatan ramah anak, kelurahan ramah anak dan kecamatan
ramah anak.

BAB III
HAK ANAK

Pasal 9
(1) Hak Anak meliputi :
a. hak sipil dan kebebasan;
b. lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif;
c. kesehatan dasar dan kesejahteraan;
d. pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan
budaya;
e. perlindungan khusus.

(2). Hak…….

(2) Hak sipil dan kebebasan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a meliputi :
a. hak anak atas identitas;
b. hak perlindungan identitas;
c. hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat;
d. hak berpikir, berhati nurani, beragama dan
berkepercayaan;
e. hak berorganisasi dan berkumpul secara damai;
f. hak atas perlindungan kehidupan pribadi;
g. hak akses informasi yang layak;
h. hak bebas dari penyiksaan dan penghukuman lain yang
kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat
manusia.
(3) Hak lingkungan keluarga dan pengasuhan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. bimbingan dan tanggung jawab orang tua;
b. anak yang terpisah dari orang tua;
c. reunifikasi;
d. pemindahan anak secara ilegal;
e. dukungan kesejahteraan;
f. anak yang terpaksa dipisahkan dari lingkungan
keluarga;
g. pengangkatan/adopsi anak;
h. tinjauan penempatan secara berkala;
i. kekerasan dan penelantaran

(4) Hak anak dalam kesehatan dasar dan kesejahteraan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. anak penyandang disabilitas mendapatkan akses
pelayanan kesehatan dan kesejahteraan;
b. kesehatan dan layanan kesehatan;
c. jaminan sosial layanan dan fasilitasi kesehatan;
d. standar hidup.

(5) Hak anak dalam pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan


kegiatan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d meliputi :
a. pendidikan;
b. tujuan dari pendidikan
c. kegiatan liburan, kegiatan budaya, dan olah raga.

(6) Perlindungan kepada anak dalam perlindungan khusus


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :
a. anak dalam situasi darurat;
b. anak yang berhadapan dengan hukum;
c. anak dalam situasi eksploitasi;
d. anak yang masuk dalam kelompok minoritas dan
terisolasi.

Pasal 10
(1) Setiap anak dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak
lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan,
berhak mendapat perlindungan dari perlakuan :
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;

c. Penelantaran…….

c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan;
f. perlakuan salah lainnya.

(2) Pelaksanaan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB IV
INDIKATOR KOTA LAYAK ANAK
Pasal 11
(1) Indikator KLA terdiri dari :
a. penguatan kelembagaan;
b. klaster.

(2)Pelaksanaan KLA di daerah dilakukan berdasarkan klaster :


a. hak sipil dan kebebasan;
b. lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif;
c. kesehatan dasar dan kesejahteraan;
d. pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan
budaya;
e. perlindungan khusus.

Pasal 12
Indikator Penguatan Kelembagaan terdiri dari :
a. adanya peraturan perundangan dan kebijakan untuk
pemenuhan hak anak;
b. persentase anggaran untuk pemenuhan hak anak, termasuk
anggaran untuk penguatan kelembagaan;
c. jumlah peraturan perundang-undangan, kebijakan, program
dan kegiatan yang mendapatkan masukan dari forum anak
dan kelompok anak lainnya;
d. tersedia sumber daya manusia (SDM) terlatih KLA dan
mampu menerapkan hak anak kedalam kebijakan, program
dan kegiatan;
e. tersedia data anak terpilah menurut jenis kelamin, umur
dan kecamatan;
f. keterlibatan lembaga masyarakat dalam pemenuhan hak
anak;
g. keterlibatan dunia usaha dalam pemenuhan hak anak.

Pasal 13
Klaster hak sipil dan kebebasan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11 ayat (2) huruf a memiliki indikator :
a. persentase anak yang terintegrasi dan mendapatkan Kutipan
Akta Kelahiran;
b. tersedia fasilitas informasi layak anak;
c. jumlah kelompok anak, termasuk Forum Anak, yang ada di
Kota, Kecamatan, Kelurahan dan Kampung Ramah Anak.

Pasal 14…….

Pasal 14
Klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) huruf b memiliki
indikator :
a. Persentase usia perkawinan dibawah 18 (delapan belas)
tahun;
b. Tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga
tentang pengasuhan dan perawatan anak;
c. Tersedia lembaga kesejahteraan sosial anak.

Pasal 15
Klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) huruf c memiliki indikator :
a. angka kematian bayi;
b. prevalensi kekurangan gizi pada balita;
c. persentase Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
d. jumlah ruang ASI;
e. persentase imunisasi dasar lengkap;
f. jumlah lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi dan mental;
g. jumlah anak dari keluarga miskin yang memperoleh akses
peningkatan kesejahteraan;
h. persentase rumah tangga dengan akses air bersih;
i. tersedia kawasan tanpa rokok.

Pasal 16
Klaster pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan
budaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) huruf d
memiliki indikator :
a. angka partisipasi pendidikan anak usia dini;
b. persentase wajib belajar pendidikan 12 (dua belas) tahun;
c. persentase sekolah ramah anak;
d. jumlah sekolah yang memiliki program, sarana dan
prasarana perjalanan anak ke dan dari sekolah;
e. tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang
ramah anak, diluar sekolah, yang dapat diakses semua
anak.

Pasal 17
Klaster perlindungan khusus sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11 ayat (2) huruf e memiliki indikator :
a. persentase anak yang memerlukan perlindungan khusus
dan memperoleh pelayanan;
b. persentase kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH)
yang diselesaikan dengan pendekatan keadilan restoratif;
c. adanya mekanisme penanggulangan bencana yang
memperhatikan kepentingan anak;
d. persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk anak;
e. tersedia fasilitas berupa selter/tempat sebagai perlindungan
bagi anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus.

BAB V…….
BAB V
KELEMBAGAAN
BAGIAN KESATU
GUGUS TUGAS KLA

Pasal 18
(1) Dalam rangka efektifitas pengembangan KLA dibentuk
Gugus Tugas KLA dengan Keputusan Walikota.

(2) Gugus Tugas KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


adalah lembaga koordinatif yang anggotanya terdiri dari
Unsur Eksekutif, Legislatif, Yudikatif yang membidangi anak,
Perguruan Tinggi, Organisasi Non Pemerintahan, Organisasi
Kepemudaan, Dunia usaha, Orang tua, Keluarga, Forum
Anak atau nama lain yang sejenis.
(3) Gugus Tugas KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
ketuai oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah untuk menjalankan koordinasi dalam perencanaan
pengembangan KLA.

(4) Gugus Tugas KLA bertanggung jawab dalam mengawali dan


mengawal pengembangan KLA

(5) Untuk membantu kelancaran pelaksanaan Gugus Tugas


KLA, dibentuk Sub Gugus Tugas yang bertugas memberikan
dukungan teknis dan administratif kepada Gugus Tugas
KLA yang berkedudukan di Dinas P3AM Kota Binjai.

BAGIAN KEDUA
TUGAS POKOK GUGUS TUGAS KLA

Pasal 19
(1)Tugas Pokok Gugus Tugas KLA:
a.mengkoordinasikan berbagai upaya pengembangan KLA;
b.menyusun RAD KLA;
c.melaksanakan sosialisasi, advokasi dan komunikasi
pengembangan KLA;
d. melakukan pemantauan terhadap kebijakan, program dan
kegiatan dalam RAD KLA;
e. melakukan evaluasi setiap akhir tahun terhadap
pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan dalam RAD
KLA;
f. membuat laporan kepada walikota.

(2) Dalam rangka mendukung tugasnya, anggota Gugus Tugas


KLA menyelenggarakan fungsi :
a. pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data kebijakan,
program, dan kegiatan terkait pemenuhan hak anak;
b. melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan sesuai
dengan RAD KLA;

c. Membina…….
c. membina dan malaksanakan hubungan kerja sama dengan
pelaksana pengembangan KLA di tingkat kecamatan dan
kelurahan dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
pengembangan KLA di tingkat kecamatan dan kelurahan.

(3) Pemerintah Daerah dapat menjalin kerja sama kelembagaan


dalam rangka pembentukan Gugus Tugas KLA sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Pemerintah Daerah dapat mendayagunakan wadah atau


lembaga terkait yang sudah ada sebelumnya untuk
bertanggungjawab dan menjalankan tugas serta fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

BAGIAN KETIGA
RAD-KLA
Pasal 20
(1) Pelaksanaan kebijakan KLA disusun dalam RADKLAyang
berlaku mulai tahun 2021-2025
(2) RAD KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1),menjabarkan
dan mengimplementasikan indkator KLA yang meliputi
penguatan kelembagaan dan 5 (lima) klaster hak anak

BAB VI
TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH DAERAH

Pasal 21
(1) Tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam upaya
mewujudkan KLA adalah:
a. mengembangkan kebijakan dan produk hukum daerah yang
mendukung pemenuhan hak anak;
b. mengalokasikan anggaran untuk pemenuhan hak anak;
c. mengalokasikan anggaran untuk penguatan kelembagaan;
d. melibatkan forum anak dan/atau kelompok anak lainnya
dalam penyusunan kebijakan dan produk hukum daerah
yang terkait dengan hak anak;
e. meningkatkan kapasitas aparat Perangkat Daerah terkait
dan pemangku kepentingan dalam rangka implementasi
hukum, kebijakan, program dan kegiatan berkaitan dengan
pemenuhan hak anak;
f. menyediakan data anak terpilah menurut jenis kelamin,
umur dan kecamatan;
g. menganalisis situasi dan kondisi anak di daerah;
h. melibatkan lembaga masyarakat dan dunia usaha dalam
pemenuhan hak anak

(2) Pengembangan kebijakan, produk hukum daerah, program


dan kegiatan berkaitan dengan pemenuhan hak anak
dilaksanakan sesuai dengan tahapan pengembangan KLA
yang terdiri dari :

a. Persiapan…….

a. persiapan;
b. perencanaan;
c. pelaksanaan;
d. pemantauan;
e. evaluasi;
f. pelaporan

(3) Pemerintah Daerah bertanggungjawab melakukan kerjasama


dengan daerah lain dan/atau berkoordinasi dengan
pemerintahan yang lebih tinggi dalam rangka pelaksanaan
KLA.

(4) Pengalokasian anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b hendaknya meningkat setiap tahun atau
sekurang-kurangnya tetap setiap tahun.

BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 22
Biaya penyelenggaraan kebijakan KLA dibebankan pada
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Perangkat Daerah terkait yang
tergabung dalam Gugus Tugas KLA setiap tahunnya serta
sumber dana lain yang sah.

BAB VIII
PENUTUP

Pasal 23
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Ditetapkan di Binjai
Pada tanggal

WALIKOTA BINJAI,

MUHAMMAD IDAHAM
Diundangkan di Binjai
Pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KOTA BINJAI

MUHAMMAD MAHFULLAH PRATAMA DAULAY


BERITA DAERAH KOTA BINJAI TAHUN 2020 NOMOR

BAB V
TAHAPAN KOTA LAYAK ANAK
Pasal 18

(1) Tahapan KLA meliputi :

a. Persiapan;
b. Perencanaan;
c. Pelaksanaan;
d. Pemantauan;
e. Evaluasi;
f. Pelaporan.

(2) Dalam setiap tahapan KLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan pandangan anak yang diperoleh melalui konsultasi anak.

Bagian Kesatu
Persiapan
Pasal 19

Tahapan persiapan sebagimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf a, terdiri
dari :

a. Penyusunan dan penetapan kebijakan dasar KLA;


b. Pembentukan gugus tugas KLA;
c. Pengumpulan data dasar.

Paragraf 2

Penyususnan dan Penetapan Kebijakan Dasar KLA

Pasal 20

1. Kebijakan dasar KLA sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf a adalah


pengaturan kebijakan dan pengaturan dalam Peraturan Daerah ini dan
peraturan lain yang ada sepanjang tidak bertentangan serta peraturan
pelaksana lainnya.
2. Kebijakan dasar KLA dalam kluster hak sipil dan kebebasan, meliputi :
a. Pembebasan bea kutipan akta kelahiran anak usia 0 (nol) – 18 (delapan
belas) tahun;
b. Peningkatan efektifitas pencatatan kelahiran melalui upaya aktif dari
petugas dan pemberian akta kurang dari 30 (tiga puluh) hari sejak
permohonan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
c. Penyediaan bantuan layanan pencatatan kelahiran di rumah sakit daerah,
rumah sakit privat, puskesmas dan klinik/rumah bersalin;
d. Penyediaan fasilitas informasi layak anak;
e. Mendorong terbentuknya forum anak dan / atau kelompok anak.
3. Kebijakan dasar KLA dalam kluster lingkungan keluarga dan pengasuhan
alternatif, meliputi:
a. Kebijakan dan program dalam rangka penurunan persentase usia
perkawinan pertama di bawah 18 (delapan belas) tahun.
b. Mendorong keberadaan lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga
tentang pengasuhan dan perawatan anak;
c. Menyediakan dan mendorong adanya lembaga kesejahteraan sosial anak
diluar asuhan keluarga.
4. Kebijakan dasar KLA dalam kluster kesehatan dasar dan kesejahteraan,
meliputi :
a. Kebijakan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi;
b. Kebijakan dalam rangka menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada
balita;
c. Kebijakan dalam rangka mendorong peningkatan pemberian air susu ibu
eksklusif;
d. Kebijakan dalam rangka peningkatan fasilitasi laktasi;
e. Kebijakan dalam rangka peningkatan keikutsertaan imunisasi dasar
lengkap;
f. Mendorong keberadaan lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi dan mental;
g. Kebijakan dan program pengentasan kemiskinan;
h. Upaya peningkatan persentase rumah tangga yang mendapatkan akses air
bersih;
i. Kebijakan pengaturan dan penetapan kawasan tanpa asap rokok.
5. Kebijakan dasar KLA dalam kluser pendidikan, pemanfaatan waktu luang,
dan kegiatan budaya, meliputi :
a. Kebijakan dalam rangka meningkatkan angka partisipasi pendidikan anak
usia dini;
b. Kebijakan dalam rangka meningkatkan partisipasi wajib belajar pendidikan
12 (duabelas) tahun;
c. Penyediaan sekolah inklusi;
d. Kebijakan yang mengatur tentang anak luar sekolah;
e. Kebijakan yang mengatur tentang program rute aman dan selamat ke
sekolah, zona aman dan selamat, dan mendorong semua sekolah memiliki
program, sarana, dan prasarana perjalanan anak ke dan dari sekolah;
f. Mengupayakan ketersediaan fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif
yang ramah anak, di luar sekolah, yang dapat diakses semua anak;
g. Membentuk Sekolah Ramah Anak.
6. Kebijakan dasar KLA dalam kluster perlindungan khusus, meliputi :
a. Kebijakan pelayanan anak yang membutuhkan perlindungan khusus;
b. Kebijakan penyelesaian kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang
di selesaikan dengan penedekatan keadilan keadilan restoratif;
c. Mekanisme penanggulangan bencana yang memperhatikan kepentingan
anak;
d. Menetapkan pengaturan tentang pembebasan anak dari bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk anak.

Paragraf 3

Pembentuka Gugus Tugas KLA

Pasal 21

1.
2. Tugas Pokok Gugus Tugas KLA :
g. Mengkoordinasikan berbagai upaya pengembangan KLA;
h. Menyususn RAD KLA;
i. Melaksanakan sosialisasi, advokaso dan komunikasi pengembangan KLA;
j. Melakukan pemantauan terhadap kebijakan, program dan kegiatan dalam
RAD KLA;
k. Melakukan evaluasi setiap akhir tahun terhadap pelaksanaan kebijakan,
program dan kegiatan dala RAD KLA;
l. Membuat laopran kepada walikota.
3. Dalam rangka mendukung tugasnya, anggota Gugus Tugas KLA
menyelenggarakan fungsi :
d. Pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data kebijakan, program, dan
kegiatan terkait pemenuhan hak anak;
e. Melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan sesuai dengan RAD KLA;
f. Membina dan malaksanakan hubungan kerja sama dengan pelaksana
pengembangan KLA di tingkat kecamatan dan kelurahan dalam
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan pengembangan KLA di tingkat kecamatan dan
kelurahan.
4. Pemerintah Daerah dapat menjalin kerja sama kelembagaan dalam rangka
pembentukan Gugus Tugas KLA sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5. Pemerintah Daerah dapat mendayagunakan wadah atau lembaga terkait yang
sudah ada sebelumnya untuk bertanggungjawab dan menjalankan tugas serta
fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5) dan ayat (6).
6. Ketentuan lebih lanjut tentang Gugus Tugas KLA diatur dalam peraturan
Walikota.

Paragraf 4

Pengumpulan Data Dasar

Pasa 22
1. Pengumpulan data dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf c,
adalah data berkaitan dengan situasi dan kondisi anak-anak di daerah,
sekurang-kurangnya data yang dijabarkan berdasarkan indikator KLA.
2. Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh dari SKPD terkait
dan hasil penelitian valid lainnya yang di susun secara berkala dan
berkesinambungan.
3. Pengumpulan data dasar di gunakan untuk :
a. Menentukan fokus program;
b. Menyusun kegiatan prioritas;
c. Melihat sebaran program/kegiatan anak lintas SKPD terkait;
d. Menentukan lokasi percontohan.

Bagian Kedua

Perencanaan

Pasal 23

Tahapan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf b


dilaksanakan dengan:

a. Penyusunan RAD tentang KLA;


b. Pengintegrasian RAD ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah;
c. Pengintegrasikan RAD ke dalam Rencana Kerja Pemerintahan Daerah;
d. Pengintegrasian RAD ke dalam Rencana Kerja Anggaran SKPD.

Pasal 24

Penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Kerja


Pemerintah Daerah, Rencana Kerja SKPD, dan Rencana Kerja Anggaran SKPD di
tetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan

Pasal 25

Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf c di dasrkan


pada RAD KLA.

Pasal 26

1. Gugus Tugas memobilisasi semua sumber daya, baik yang ada di pemerintah
Daerah, masyarakat, dan dunia usaha secara terencana, menyeluruh, dan
berkelanjutan.
2. Gugus Tugas berkewajiban mensosialisasikan dan mengadvokasi hak- hak
anak dengan memanfaatkan media.

Bagian Keempat

Pemantauan

Pasal 27

1. Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf d


dilakukan oleh Gugus Tugas KLA untuk mengetahui perkembangan dan
hambatan pelaksanaan pengembangan KLA sesui dengan rencana.
2. Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat 91) meliputi proses input, out
put dan kemajuan target pencapaian yang hendak di capai untuk memenuhi
seluruh indikator KLA.
3. Pemantauan dilakukan secara berkala pada tingkat kecamatan, kelurahan
sampai dengan tingkat Rukun Warga.
4. Ketentuan lebih lanjut tentang pemantauan KLA diatur dalam peraturan
walikota.

Bagian Kelima

Evaluasi

Pasal 28

1. Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf e, dilakukan


untuk menilaimhasil pelaksanaan pengembangan KLA.
2. Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penilaian terhadap
keseluruhan proses yang dilakukan dalam rangka pencapaian seluruh
indikator KLA.
3. Evaluasi dilaksanakan setiap tahun, mulai dari tingkat Kecamatan, Kelurahan
sampai dengan Tingkat Rukun Warga.
4. Evaluasi dilakukan oleh Gugus Tugas KLA atau wadah/lembaga yang
mengemban tugas dan fungsi yang sama dan instansi yang berwenang.
5. Ketentuan lebih lanjut tentang evalusi KLA diatur dalam peraturan walikota.

Bagian Keenam

Pelaporan

Pasal 29

1. Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf f dilakukan


oleh Gugus Tugas KLA dan SKPD terkait kepada walikota.
2. Walikota menyampaikan laporan perkembangan KLA kepada pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
1.
WALIKOTA BINJAI
PROVINSI SUMATERA UTARA

KEPUTUSAN WALIKOTA BINJAI


NOMOR
TENTANG

RENCANA AKSI DAERAH PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK


KOTA BINJAI TAHUN 2021-2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


WALIKOTA BINJAI,
Menimbang : a. bahwa anak merupakan generasi penerus yang potensial,
sehingga harus dilindungi dan dipenuh hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiannya;
b. bahwa upaya menjamin perlindungan dan pemenuhan hak
anak perlu dilakukan secara struktural melalui pengaturan,
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang pada
gilirannya menjadi nilai budaya masyarakat;
c. bahwa pengembangan Kota Layak Anak di Kota Binjai
diperlukan sebagai upaya bersama antara Pemerintah
Daerah, orang tua, keluarga, masyarakat, dan dunia usaha
untuk menjamin pemenuhan hak anak;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan
Keputusan Walikota tentang Rencana Aksi Daerah
Pengembangan Kota Layak Anak Kota Binjai;

Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1956 tentang


Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Kecil dalam
Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1092);
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3143);
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang
cacat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 9 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3670);

4. Undang-Undang.......
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3886);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah di ubah
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5606);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapakali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Nrgara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5332);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
10. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Nomor 2
Tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/Kota Layak
Anak;
11. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Layak Anak di
Desa/Kelurahan;

12. Peraturan Menteri.......


12. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pemenuhan Hak Pendidikan Anak;
13. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus;
14. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Pengembangan Kabupaten /Kota Layak Anak;
15. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak;
16. Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2019 (Lembaran Daerah Kota Binjai Tahun 2018 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Daerah Kota Binjai Nomor 27)
17. Peraturan Walikota Binjai Nomor 51 Tahun 2018 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2019 (Berita Daerah Kota Binjai Tahun
2018 Nomor 52);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN WALIKOTA TENTANG RENCANA AKSI DAERAH


PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK KOTA BINJAI TAHUN
2021 - 2025.

KESATU : Menetapkan Rencana Aksi Daerah Pengembangan Kota Layak


Anak Kota Binjai Tahun 2021-2025 sebagaimana tercantum
dalam lampiran Keputusan Walikota ini;

KEDUA : Visi Misi dalam Pengembangan Rencana Aksi Daerah Kota


Layak Anak Kota Binjai Tahun 2021-2025 sebagai berikut:
a. Visi :
Mewujudkan Anak Kota Binjai yang sehat, berpendidikan,
gesit, berdaya saing, mandiri dan terbebas dari kekerasan
menuju Kota Layak Anak
b. Misi :
1. Mewujudkan hak-hak dasar anak di berbagai klaster
indikator Kota Layak Anak;
2. Membuat dan mendukung kebijakan dan program yang
berorientasi pada pembangunan anak;
3. Menjaga dan melindungi serta membangun sistem
pelayanan terhadap korban kekerasan, eksploitasi,
diskriminasi dan pelanggaran anak lainnya;
4. Mengembangkan dan membangun fasilitas dan
prasarana ramah anak di berbagai level;
Mendukung dan .......
5. Mendukung dan mengembangkan Forum Anak Daerah
untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan;
6. Menjalin kerjasama dan kemitraan dalam mewujudkan
Kota Layak Anak dengan dunia usaha, perguruan
tinggi, LSM, Masyrakat dan lainnya.

KETIGA : Membebankan biaya pelaksanaan Visi Misi sebagaimana


dimaksud dalam diktum KEDUA pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah;

KEEMPAT : Keputusan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Binjai
pada tanggal

WALIKOTA BINJAI,

MUHAMMAD IDAHAM
LAMPIRAN KEPUTUSAN WALIKOTA BINJAI
NOMOR
TENTANG :RENCANA AKSI DAERAH PENGEMBANGAN
KOTA LAYAK ANAK KOTA BINJAI

RENCANA AKSI DAERAH PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK


KOTA BNJAI TAHUN 2021-2025

No Output Aktivitas Indikator Sasaran P. Jawab Waktu/ Tahun


2021-2025
A INDIKATOR UMUM 21 22 23 24 25
1 Persentase anggaran a. Perumusan Peraturan  Ada Peraturan Walikota - Bagian Hukum - Bappeda
untuk pemenuhan hak Walikota tentang tentang Pengembangan - Sekda - Dinas P3AM
anak, termasuk Pengembangan Kota Layak Kota Layak Anak - Walikota - Dinas
anggaran untuk Anak  Adanya Sk Walikota - OPD terkait Pendidikan
penguatan kelembagaan b. Perumusan Rencana Aksi tentang Rencana Aksi - Anggota Gugus - Dinas
Daerah Pengembangan Kota Daerah (RAD) Tugas KLA Kesehatan
Layak Anak Pengembanga Kota Layak - Lembaga Dana
c. Koordinasi untuk Anak termasuk
pengedahan kebijakan  Perda penerbitan akte perusahaan
d. Penerbitan Akte Kelahiran kelahiran untuk
bagi Anak  Perda sistem Coorporate
e. Pendidikan untuk semua penyelenggaraan social
Wajar 12 Tahun pendidikan Responsibili-ty)
f. Mengurangi angka kematian  Perda pelayanan
Ibu dan Anak kesehatan
g. Mengurangi jumlah anak  SK Walikota tentang
penderita stunting Perlindungan Perempuan
h. Meningkatkan perlindungan dan Anak
terhadap perempuan dan  Ada alokasi dana dari
anak APBD oleh OPD terkait
i. Peretemuan dengan dinas untuk implementasi RAD
terkait untuk penjabaran KLA
RAD KLA agar lokasi APBD
sesuai dengan tupoksinya

2 Jumlah peraturan a. Memfasilitasi pembentukan  Semua kelurahan dan - Semua anak - Bappeda
perundang-undangan, Forum Anak mulai dari kecamatan terdapat dari berbagai - Dinas P3AM
kebijakan, program dan tingkat kelurahan s.d Forum Anak yang latar belakang - Dinas
kegiatan yang tingkat kota keanggotaannya anak- terwadahi Pendidikan
mendapatkan masukan b. Melatih pengurus Forum anak dari berbagai latar - Semua - Kelurahan
dari Forum Anak dan Anak tentang manajemen belakang pengurus - Kecamatan
kelompok lainnya organisasi dan program  Pengurus Forum Anak Forum Anak - Forum Anak
c. Mengadakan temu anak memiliki kapasitas untuk
secara rutin, misalnya pada mengembangkan
kegiatan musrenbang organisasi dan program
 Aspirasi, pendapat dan
pandangan anak yang
tertuang rekomendasi
temu anak direspon oleh
pengambilan kebijakan
3 Tersedia Sumber Daya a. Mengadakan pelatihan  Semua OPD terkait - Penegak - Bappeda
Manusia (SDM) terlatih pengembangan KLA mengikuti pelatihan Hukum - Dinas P3AM
KLA dan KHA serta b. Mengadakan sosialisasi pengembangan KLA dan - OPD terkait
mampu menerapkan tentang Undang-Undang pelatihan KHA
hak anak ke dalam Perlindungan Anak  Semua OPD dan Penegak
kebijakan program dan c. Mengadakan pelatihan Hukum terkait mengikuti
kegiatan Konvensi Hak Anak (KHA) sosialisasi tentang
pada seluruh OPD dan Undang-Undang
Penegak Hukum Perlindungan Anak
4 Tersedia data anak a. Pembuatan buku profil anak  Buku Profil Anak yang di - Kelurahan dan - Dinas P3AM
terpilah menurut jenis b. Pembuatan buku profil data perbaharui setiap Kecamatan - Dinas
kelamin, umur dan terpilah gender tahunnya - OPD Pendidikan
kecamatan c. Pembuatan data pekerja  Data terpilah gender yang - Pihak yang - Dinas Sosial
anak diperbaharui setiap membutuhkan - Dinas
tahunnya informasi dan Tenaga Kerja
 Buku Profil Anak dan data terkait dan Perindag
Buku Profil Data terpilah profil anak dan - Kemenag
gender yang dapat data terpilah - Dinas
diakses berbagai pihak gender Kesehatan
untuk dasar perencanaan - Dinas
Kependuduk
an dan
Catatan Sipil
- BPS
5 Keterlibatan lembaga a. Pendataan Lembaga yang  Ada data lembaga layanan - LPA, PKK, - Badan
masyarakat dalam memberikan layanan kepada untuk anak LKSA, LSM Kesatuan
pemenuhan hak anak anak  Lembaga layanan Perduli Anak Bangsa dan
b. Memiliki Lembaga layanan memiliki perspektif dan Ormas Politik
agar memiliki perspektif perlindungan anak - Dinas P3AM
perlindungan anak - Dinas Sosial
c. Pembentukan /
pengembangan Rumah
Pintar
6 Keterlibatan dunia a. Melakukan koordinasi  Teridentifikasi - Semua - Bappeda
usaha dalam dengan para pengusaha perusahaan yang Perusahaan di - Badan
pemenuhan hak anak untuk meminta mengalokasikan dana Kota Binjai Pengelola
komitmennya dalam CSR untuk anak Keuangan
mengimplementasikan RAD  Teridentifikasi dan
KLA perusahaan yang layak Pendapat
b. Memberikan penghargaan untuk mendapatkan Aset Daerah
pada perusahaan yang telah penghargaan - OPD terkait
mengalokasikan dana CSR
untuk implementasi RAD
KLA
7 Keterlibatan media a. Melakukan koordinasi  Teridentifikasi media - Semua media - Humas
massa dalam dengan massa yang massa di Kota
pemenuhan hak anak mensosialisasikan Binjai
pemenuhan hak anak
B INDIKATOR KLASTER I : HAK SIPIL DAN KEBEBASAN
8 Persentase anak yang a. Sosialisasi Pengurusan Akte  Pengurusan akta lahir - Semua - Dinas
teregistrasi dan Kelahiran Gratis gratis Penduduk di Kependuduk
mendapatkan Kutipan b. Sosialisasi mekanisme  Pengurusan akta Kota Binjai an dan
Akta Kelahiran pengurusan akta lahir kelahiran mudah dan Pencatatan
c. Pengurusan akta kelahiran cepat Sipil
bagi anak kurang mampu  Anak kurang mampu - Dinas
d. Kegiatan jemput bola ke memiliki akta kelahiran Pendidikan
kelurahan, sekolah dan  Semua anak yang - Dinas
panti asuhan dalam terdapat PAUD / TK Kesehatan
pembuatan akta lahir harus memiliki akta lahir - Rumah Sakit
e. Lembaga PAUD dan TK  Semua anak-anak di Umum
membantu pengurusan akta Panti Asuhan sudah - Camat
lahir bagi calon murid yang memiliki akta lahir - Lurah
belum memiliki
f. Puskesmas dan Rumah
Sakit membantu
pengurusan akta lahir bagi
bayi yang baru lahir
g. Sosialisasi pengurusa akta
lahir terlambat
9 Tersedia Fasilitas a. Perumusan sistem dan  Adanya aturan tentang - Masyarakat - Dinas
Informasi Layak Anak mekanisme kontrol jam belajar, jam dan pengusaha Kominfo
informasi terhadap anak menonton TV, jam warnet/ Play - Satpol PP
b. Pengesahan sistem dan bermain dan warnet bagi Station - Bagian
mekanisme kontrol anak Hukum
informasi  Adanya penindakan bagi - Dinas
c. Penindakan dan sanksi anak yang melanggar Perpustakaa
hukum terhadap aturan pekerja anak n
perusahaan yang tidak  Kampung literasi ada
menaati aturan bagi pekerja pada setiap kelurahan
anak  Adanya jadwal perpustaka
d. Memperbanyak dan keliling
pengembangan taman
bacaan dan perpustakaan
keliling untuk anak
e. Mengembangkan buletin
anak
f. Mengembangkan taman
bermain anak dan sarana
olahraga
g. Mengembangkan kampung
literasi
h. Meningkatkan peran
Perpustakaan Kelurahan
10 Jumlah kelompok anak, a. Penguatan Forum Anak di 5  Terbentuknya Forum -
Semua anak- - Dinas P3AM
termasuk Forum Anak Kecamatan dan 37 anak di usia 0-
Anak di 5 Kecamatan dan - Dinas
yang ada di Kabupaten/ Kelurahan 37 Kelurahan 18 Tahun, Pendidikan
Kota, Kecamatan dan diutamakan - Camat
desa/kelurahan siswa SMP dan - Lurah
SMA
C INDIKATOR KLASTER II : HAK LINGKUNGAN KELURAHAN DAN PENGASUHAN ALTERNATIF
11 Persentase usia a. Sosialisasi UU PA /  Adanya kesadaran - Anak-anak usia - Bag. Kesra
perkawinan pertama di Pengarusutamaan Hak masyarakat untuk dibawah 18 - Kemenag
bawah 18 tahun Anak, UU Perkawinan, mencegah perkawinan tahun - Disdukcatpil
Kesehatan reproduksi dini - Dinas PP
b. Memperketat persyaratan  Adanya persyaratan yang dan KB
perkawinan anak di bawah ketat untuk perkawinan - Dinas P3AM
umur anak di bawah umur

12 Tersedia lembaga a. Sosialisasi pembentukan  Terbentuknya Pusat - Masyarakat - Dinas P3AM


konsultasi bagi orang PUSPAGA Pembelajaran Keluarga - Bappeda
tua/keluarga tentang b. Melatih pengurus Ormas (PUSPAGA) - Dinas
pengasuhan dan dan LSM tentang  Meningkatkan kapasitas Kesehatan
perawatan anak pengasuhan dan Ormas dan LSM agar - Dinas Sosial
peningkatan kesejahteraan dapat berperan menjadi - TP.PKK
anak lembaga konsultasi - Bagian Kesra
c. Adanya tempat penitipan pengasuhan anak dan
anak LKSA
 Terjaminnya Hak Asuh
Anak
13 Tersedia lembaga a. Konsultasi Keluarga  Peningkatan pelayanan - Anak dan - Dinas Sosial
kesejahteraan sosial b. Workshop Pola Asuh Anak Lembaga Kegiatan masyarakat - TP.PKK
anak (LKSA) Konsultasi Keluarga (LK3) - LK 3
dan Pusat Pembelajaran
Keluarga (PUSPAGA)
 Dasawisma

C INDIKATOR KLASTER III : HAK KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN


14 Angkat Kematian Bayi a. Sosialisasi persalinan di  Semua ibu yang - ibu hamil dan - Dinas
(AKB) tolong oleh tenaga kesehatan melahirkan mendapat keluarganya Kesehatan
di fasilitas kesehatan pertolongan dari tenaga - TP.PKK
b. Peningkatan dan pembinaan kesehatan dan di fasilitas
kelurahan layak anak kesehatan
c. Fasilitas Tenaga Kesehatan  Terwujudnya Kelurahan
terlatih Layak Anak
d. Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) bagi ibu hamil
15 Prevalensi kekurangan a. Pemberian makanan  Semua POSYANDU - Semua bayi, - Dinas
gizi pada balita tambahan bagi ibu hamil memberi layanan pada balita dan ibu Kesehatan
dan balita bayi, balita dan ibu hamil hamil
b. Peningkatan Pelayanan
POSYANDU
16 Persentase ASI eksklusif a. Sosialisasi Inisiasi Menyusui  Semua ibu yang - Ibu hamil dan - Dinas
Dini (IMD) ASI Eksklusif melahirkan melakukan keluarganya Kesehatan
IMD dan memberi ASI - TP.PKK
eksklusif kepada bayinya
17 Jumlah Pojok ASI a. Sosialisasi pentingnya Pojok  Adanya Pojok-pojok ASI di - Masyarakat - Dinas
ASI di tempat-tempat tempat keramaian dan - Pemilik usaha Kesehatan
umum/ keramaian dan di tempat kerja - OPD - TP.PKK
tempat kerja
18 Persentase imunisasi a. Penyediaan layanan  Semua balita - Keluarga yang - Dinas
dasar lengkap imunisasi dasar lengkap mendapatkan imunisasi sudah Kesehatan
gratis dasar lengkap memililki bayi - TP.PKK
 Imunisasi dasar lengkap dam balita
gratis
19 Jumlah lembaga yang a. Sosialisasi mengenai  Pahamnya masyarakat - Anak dan - Dinas
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi khususnya anak akan masyarakat Kesehatan
kesehatan reproduksi b. Memberikan pemeriksaan kesehatan reproduksi - Puskesmas
secara berkala dan gratis  Tersedianya pelayanan
tentang kesehatan kesehatan reproduksi
reproduksi bagi anak-anak diusia
menjelang 18 tahun
20 Jumlah anak dari a. Pendampingan pengurusan  Akte kelahiran bagi anak - Anak dari - Dinas
keluar miskin yang Akte terlambat bagi anak dari keluarga kurang keluarga Pendidikan
memperoleh akses dari keluarga kurang mampu yang terlambat miskin (kurang - Dinas Sosial
peningkatan mampu  Anak-anak dari keluarga mampu) - Dinas
peningkatan b. Pemberian bantuan bagi kurang mampu terbantu Kependuduk
kesejahteraan anak kurang mampu baik dalam hal an dan
c. Pemberian bantuan pendidikan maupun Catpil
pendidikan bagi anak dalam keterampilan
kurang mampu berusaha
21 Persentase rumah a. Menambah jaringan air  Semua keluarga - Keluarga yang - Dinas
tangga dengan akses air bersih memdapatkan air bersih belum kesehatan
bersih b. Melakukan uji terhadap air dan aman untuk mendapat - PDAM
sumur warga dikonsumsi akses air bersih - Dinas
c. Melakukan pengolahan air  Masyarakat dapat Lingkungan
yang benar untuk air sumur mengolah air sumur Hidup
yang belum layak minum - Dinas
Pekerjaan
Umum
22 Tersedia Kawasan a. Sosialisasi bahaya merokok  Adanya larangan merokok - Masyarakat - Dinas P3AM
Tanpa Rokok b. Diskusi untuk merumuskan di kendaraan umum, - OPD terkait - Dinas
aturan bebas rokok di lembaga pendidikan, Kesehatan
kendaraan umum, di rumah sakit dan balai - Dinas
lembaga pendidikan dan pengobatan Perhubunga
rumah sakit  Tersedia tempat khusus n
c. Mendorong disediakannya merokok di semua - Dinas
tempat merokok pada area perkantoran dan fasilitas Lingkungan
publik umum Hidup
- Dinas
Pendidikan
- Satpol PP
D INDIKATOR KLASTER IV : HAK ATAS PENDIDIKAN, PEMANFAATAN WAKTU LUANG DAN KEGIATAN SENI BUDAYA
23 Angka partisipasi a. Memperbanyak jumlah  Semua kelurahan - Anak usia 6 - Dinas
pendidikan anak usia PAUD (TK, KB, TPA) memiliki PAUD (TK, KB, tahun ke pendidikan
dini b. Membantu fasilitas bermain TPA) yang terjangkau dan bawah - Dinas PP
di PAUD (TK, KB, TPA) diatur dengan jarak dan KB
c. Membantu pendanaan tertentu - Bappeda
operasional PAUD (TK, KB,  Memfasilitasi arena - Kemenag
TPA) playground untuk anak - TP.PKK
d. Peningkatan Bina Keluarga usia dini yang edukatif
Balita (BKB) dan gratis di tiap
e. Peningkatan komptensi / kecamatan
kualifikasi pendidik PAUD  Semua PAUD (TK, KB,
f. Sosialisasi dan pelaksanaan TPA) mendapat bantuan
kegiatan parenting di PAUD operasional dari APBD
 Semua Kelurahan
memiliki Bina Keluarga
Balita (BKB)
 Tenaga pendidik
mendapat layanan
peningkatan kompetensi
 Semua lembaga PAUD
(TK, KB, TPA)
melaksanakan program
parenting dengan bantuan
dana APBD
24 Persentase wajib belajar a. Mengembalikan anak-anak  Pendidikan SD, SMP dan - Anak usia - Dinas
pendidikan 12 tahun putus sekolah ke sekolah anak yang putus sekolah pendidikan pendidikan
kembali sesuai batas usia gratis dasar dan - Dinas tenaga
b. Memasukkan anak-anak  Anak-anak yang berada menengah kerja
putus sekolah yang tidak pada pelayanan khusus - Dinas sosial
memungkinkan lagi ke (pekerja anak, anak - Kemenag
sekolah formal ke program terlantar, anak binaan - Lurah
paket A,B,C komunitas/anjal, dll) - Camat
c. Memberikan layanan mendapatkan pelatihan - TP.PKK
pendidikan dan ketrampilan keterampilan sesuai
pada anak-anak yang dengan potensi
memerlukan perlindungan
khusus sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya
25 Persentase Sekolah a. Melakukan sosialisasi  Para pendidik/ pengajar - Semua guru - Dinas
Ramah Anak mengenai Sekolah Ramah memahami konsep - Semua sekolah] Pendidikan
Anak Sekolah Ramah Anak - Semua peserta - Kemenag
b. Mendukung tercapainya  Terciptanya Sekolah didik - Dinas P3AM
prasyarat Sekolah Ramah Ramah Anak yang sudah
Anak mendapat SK dari
c. MOS yang ramah anak Walikota sebagai Sekolah
d. Membentuk tim monitoring Ramah Anak
dan evaluasi (LSM dan orang  Semua sekolah sudah
tua murid) dapat menjadi Sekolah
 Adiwiyata Ramah Anak
 UKS  Anak merasa nyaman di
 Pendidikan Karekter sekolah
 Pendidikan Inklusi  Tidak ada kekerasan,
 Kantin sehat eksploitasi dan pelecehan
dalam MOS
26 Jumlah sekolah yang a. Membuat rute aman menuju  Tersedianya rute aman - Dinas
memiliki program, sekolah menuju ke/ dari sekolah pendidikan
sarana dan prasarana b. Membuat fasilitas  Tersedianya fasilitas - Dinas
perjalanan anak ke dan penyeberangan ke sekolah penyeberangan berupa perhubungan
dari sekolah c. Menyediakan petugas zona selamat sekolah - Polres
penyeberangan untuk anak  Tersedianya Zebra Cross - Sekolah terkait
sekolah dan alat rambu lalu lintas - Pramuka
d. Pembelajaran anak sekolah  Adanya petugas yang
untuk menjadi POLANTAS membantu
sekolah penyeberangan anak
e. Menyediakan alat  Mendatangkan Polisi
transportasi bagi siswa untuk memperkenalkan
menuju sekolah terutama di pembelajaran rambu-
daerah yang sulit di jangkau rambu lalu lintas pada
f. Adanya Zona Aman Sekolah anak
di tiap sekolah  Rasa aman dan nyaman
bagi anak ketika menuju
ke/ dari sekolah
27 Tersedia fasilitas untuk a. Menyediakan fasilitas dan  Fasilitas bermain yang - Semua anak - Dinas
kegiatan kreatif dan tempat bermain bagi anak dekat dengan tempat pariwisata
rekreatif yang ramah b. Menyediakan fasilitas tinggal anak - Dinas
anak, di luar sekolah, rekreasi bagi anak dan  Fasilitas rekreasi gratis pendidikan
yang dapat di akses keluarganya bagi anak dan keluarga dan olahraga
semua anak c. Melakukan pengawasan  Adanya sanggar tari, klub - Dinas
terhadap anak-anak yang olah raga dan fasilitas- pendidikan
bermain dan berkreasi fasilitas pengembangan - Camat
d. Menyediakan wadah bagi kreatifitas dan bakat anak - Lurah
anak untuk menyalurkan  Anak aman dan nyaman
kreatifitasnya , bakat dan dalam bermain dan
potensinya rekreasi
e. Melaksanakan lomba-lomba  Lomba dan gelar kreatif
yangn merangsang forum anak, contoh:
kreativitas anak lomba mendongeng,
lomba cipta lagu, dll
F INDIKATOR KLASTER V : PERLINDUNGAN KHUSUS ANAK
28 Persentase anak yang a. Kampanye pencegahan  Masyarakat paham akan - Anak-anak di - Dinas P3AM
memerlukan kekerasan terhadap anak akibat kekerasan bawah usia 18 - Bappeda
perlindungan khusus b. Kampanye keluarga dan terhadap anak dan tahun dan - LPA
yang memperoleh masyarakat ramah anak berusaha mencegah masyarakat - Polres
pelayanan melalui kegiatan Pola Asuh terjadinya kekerasan - Camat
Anak dan Remaja (PAAR)  Semua dinas terkait - Lurah
c. Penerbitan berbagai brosur membuat spanduk untuk
dan leafleat untuk anak mencegah terjadinya
d. Pemasangan spanduk dan kekerasan pada anak
media kampenye  Terpasangnya spanduk
perlindungan anak dan media kampanye
e. Menyediakan pendamping lainnya terkait
bagi anak-anak yang perlindungan anak
memerlukan perlindungan  Tersedianya tim
khusus pendampingan yang
f. Melakukan koordinasi atau bertugas mendampingi
membuat MOU antara Dinas anak-anak yang
P3AM, dan Polres Binjai memerlukan
g. Membuat fasilitas Rumah perlindungan khusus
Aman bagi anak-anak yang  Adanya MOU antara
membutuhkan perlindungan Dinas P3AM dan Polres
khusus jika dibutuhkan Binjai dalam menangani
anak-anak yang
membutuhkan
perlindungan khusus
 Tersedianya fasilitas
Rumah Aman
29 Persentase kasus anak a. Menerapkan keadilan  ABH dapat difasilitasi - Anak-anak di - Dinas P3AM
berhadapan dengan restoratif melalui kegiatan dengan keadilan restoratif bawah usia 18 - Kejaksaan
hukum (ABH) yang diversi bagi anak yang melalui kegiatan diversi tahun dan - Pengadilan
diselesaikan dengan berhadapan dengan hukum sehingga terhindar dari masyarakat Negeri
pendekatan keadilan (ABH) hukuman kurungan - Polres
restoratif b. Mencegah agar anak tidak badan - LPA
masuk ranah hukum jika  Adanya SOP tentang
terjadinya pelanggaran keadilan restoratif bagi
hukum ABH yang ditandatangani
c. Membuat SOP tentang Walikota
keadilan restoratif bagi ABH
d. Membuat workshop tentang
ABH
30 Adanya mekanisme a. Merumuskan mekanisme  Adanya rumusan - Anak-anak - BPBD
penanggulangan penanganan bencana yang penanganan bencana korban - SatPol PP
bencana yang peduli anak khusus bagi anak bencana - LPA
memperhatikan b. Workshop penanganan  Adanya SOP untuk
kepentingan anak bencana bagi Ibu dan Anak penanganan bencana
yang ramah anak
 Konseling dan pemulihan
anak paska bencana
31 Persentase anak yang a. Mencegah agar anak-anak  Masyarakat memahami - Pekerja anak - Dinas
dibebaskan dari tidak jadi korban BPTA pentingnya menghapus dan anak-anak Tenaga Kerja
bentuk-bentuk b. Menarik anak-anak korban BPTA yang berada - Dinas Sosial
pekerjaan terburuk BPTA kembali ke sekolah  Anak-anak yang ditarik pada BPTA - Badan
anak (BPTA) c. Memberi pelatihan bagi dari BPTA dapat Kesbangpol
anak-anak yang ditarik dari bersekolah kembali - Dinas
BPTA  Anak-anak yang ditarik Pendidikan
d. Memberi bantuan modal dari BPTA memiliki - LPA
untuk pengembanga usaha kesempatan untuk - Dinas P3AM
meningkatkan
keterampilan
 Adanya bantuan modal
bagi anak-anak yang
ditarik BPTA untuk
mengembangkan usaha

WALIKOTA BINJAI,

MUHAMMAD IDAHAM

Anda mungkin juga menyukai