Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangnya teknologi informasi yang begitu pesat ini, banyak memberikan

dampak positif maupun negatif khususnya di Indonesia. Dampak positifnya seperti,

masyarakat Indonesia sekarang ini sangat mudah dalam mengakses informasi-informasi

di seluruh dunia tanpa kendala jarak dengan menggunakan teknologi yang disebut dengan

internet. Hal ini, secara tidak langsung, membuat masyarakat Indonesia menjadi pintar

karena mempunyai wawasan yang luas.

Tetapi dampak negatifnya, masyarakat perlu menyaring informasi-informasi yang

masuk, karena belum tentu isi dari sebuah informasi tersebut benar dan berguna. Belum

lagi, saat ini sudah ada wadah yang bisa digunakan untuk menjadi perpanjangan “lidah

manusia” dalam menyampaikan suatu pendapat atau pandangan yang disebut dengan

media sosial.

Pada perkembangan teknologi saat ini, internet telah menjadi salah satu media

yang sering digunakan untuk mencari atau mendapatkan informasi dari seluruh dunia.

Pada tahun 2018 pengguna Internet di Indonesia telah mencapai 171,17 juta jiwa dimana

angka ini mengalami kenaikan 10,12% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya

mencapai 143,26 juta jiwa, menurut data yang dikeluarkan oleh APJII.

Penggunaan internt semakin meningkat seiring pada 11 Maret 2020 Organisasi

Kesehatan dunia atau World Health Organization telah mendeklarasikan bahwa virus

COVID-19 merupakan pandemi global. WHO telah melaporkan terdapat 52 juta orang
yang telah terkonfirmasi positif Covid-19 dengan 1,2 juta orang dinyatakan meninggal

pada minggu kedua bulan November 2020. Sementara di Indonesia telah tercatat

sebanyak 463 ribu orang telah terkonfirmasi positif Covid-19 dengan jumlah meninggal

mencapai 15.148 orang. Penyebaran dari virus Covid-19 secara cepat ditularkan melalui

kontak fisik sehingga semua negara menerapkan kebijakan social distancing dan physical

distancing untuk mengurangi adanya interaksi. Faktor utama penularan dari Covid-19

adalah melalui droplets yang dikeluarkan selama berbicara, batuk, atau bersin menjadikan

penerapan pembatasan sosial merupakan strategi yang paling banyak diadopsi.

Presiden Indonesia Jokowi telah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB). Pembatasan sosial berdampak pada ruang publik, termasuk

kantor, sekolah atau kampus. Dalam pendidikan, strategi ini melarang proses belajar tatap

muka dan memaksa semua institusi pendidikan menghentikan proses belajar dan

menggantinya dengan pembelajaran daring. Maka dari itu kebutuhan akan internet

menjadi semakin meningkat.

Strategi melawan pandemi dengan pembatasan sosial memaksa semua institusi

pendidikan menerapkan pembelajaran daring. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nadiem Makarim mempertegas kebijakan pembelajaran daring dalam

masa pandemi dengan mengeluarkan kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR). Kebijakan

ini mewajibkan penggunakan jaringan internet melalui perantara smartphone, gadget,

komputer, dan aplikasi sebagai pengganti tatap muka.

Salah satu provider yang menyediakan layanan internet untuk kebutuhan daring

baik untuk bekerja maupun pendidikan adalah Indosat. Pada tahun 1967 Indosat didirikan

sebagai perusahaan penanaman modal asing pertama di Indonesia yang menyediakan


layanan telekomunikasi internasional melalui satelit internasional. Tahun 1980 Indosat

berkembang menjadi perusahaan telekomunikasi internasional pertama yang dibeli dan

dimiliki 100% oleh Pemerintah Indonesia. Seiring berjalannya waktu dan indosat makin

berkembang pada tahun 2008 Qtel membeli saham seri B sebanyak 24,19% dari publik

sehingga menjadi pemegang saham mayoritas Indosat dengan kepemilikan sebesar 65%.

Selanjutnya Indosat dimiliki oleh Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. (Qtel) atas nama Ooredoo

Asia Pte. Ltd. (dahulu Qtel Asia Pte. Ltd. (65%), pemerintah Indonesia (14,29%) dan

publik (20,71%). Indosat memperoleh lisensi tambahan frekuensi 3G dari Kementerian

Komunikasi dan Informatika, dan anak perusahaan, IM2, memenangkan tender untuk

lisensi WiMAX yang diadakan pemerintah. Kemudian Indosat resmi berganti nama

menjadi Indosat Ooredoo di tahun 2015.

Dari aktifitas online berikut masyarakat Indonesia sangat mengharapkan sinyal

operator telekomunikasi yang mereka gunakan berjalan dengan lancar tanpa adanya

kendala. Namun tidak menutup kemungkinan banyak masyarakat Indonesia yang

mengeluhkan tentang jaringan operator telekomunikasi yang digunakan sering

mengalami gangguan. Berdasarkan riset yang dirilis Hootsuite, pada Januari 2020,

kecepatan Internet Indonesia memiliki rata-rata hanya 20,1 Mbps atau jauh dibawah rata-

rata kecepatan internet didunia (worldwide) yang mencapai 73,6 Mbps. Dalam

penelitiannya negara Singapura menempati negara dengan catatan kecepatan internetnya

hingga 200,1 Mbps.

Dari permasalahan yang sedang terjadi mengenai kecepatan jaringan internet di

Indonesia yang mengalami gangguan atau lemot membuat Indonesia masih terjebak

dijaringan 3G dan 4G padahal beberapa negara sudah mulai mengakses jaringan 5G maka
dilakukanlah penelitian dengan judul “Analisis Sentimen Terhadap Penggunaan Operator

Telekomunikasi Pada Media Sosial Twitter Menggunakan Metode Deep Learning”.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

Anda mungkin juga menyukai