Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “W” DENGAN GANGGUAN


HORMON ENDOKRIN PADA KASUS DIABETES MILITUS (DM) DI
RUANG IRNA I A RSUD KOTA MATARAM

DISUSUN OLEH:
RIRIN KURNIA
092 STYJ 20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2020

i
LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “W” DENGAN GANGGUAN


HORMON ENDOKRIN PADA KASUS DIABETES MILITUS (DM) DI
RUANG IRNA I A RSUD KOTA MATARAM

Nama Mahasiswa : Ririn Kurnia

NIM : 092 STYJ 20

Laporan ini telah mendapatkan persetujuan dan di sahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maelina Ariyanti, Ners., M. Kep Susi Yuli Handayani., S. Kep., Ners

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuh.


Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala yang
telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang
kita bisa beraktivitas dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara
menuntut ilmu. Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada
tauladan semua umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah
menyampaikan ilmu pengetahuan melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga
kesejahteraan tetap tercurahkan kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya
dan kaum muslimin yang tetap berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dosen Pembimbing
Akademik dan Pembimbing Lahan Stase Keperawatan Keperawatan Medikal
Bedah (KMB) telah memberikan bimbingan dan masukan sehingga laporan
“Asuhan Keperawatan pada Ny W dengan Gangguan system Endokrin pada
kasus Diabetes militus (DM)” ini dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Semoga amal baik yang beliau berikan akanmendapat balasan yang
setimpal dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
Akhir kata, semoga laporan ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuh.

Mataram, 17 Mei 2021

Penulis

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon
insulin secara relatif. Pada umumnya ada 2 (dua) tipe diabetes, yaitu diabetes
tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin),
tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang biasa disebut diabetes
gastointestinal. Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di
berbagai negara berkembang termasuk di indonesia (Suyono, 2009 dalam
Suyanto, 2018).
Menurut PERKENI (2015) World Health Organitation (WHO)
memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus pada tahun 2000
di Indonesia mencapai 8,4 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 21,3
juta jiwa di tahun 2030 mendatang, dan angka tersebut terjadi di negara
berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian diabetes melitus di
Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa.
Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan
masyarakat dari tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras,
golongan etnis dan daerah geografis. Gejala diabetes melitus yang bervariasi
dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan
adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih
sering, mudah lapar, serta berat badan menurun. Gejala tersebut berlangsung
lama tanpa memperhatikan diet, olahraga, dan pengobatan sampai orang
tersebut memeriksakan kadar gula darahnya (Murwani, 2009 dalam Suyanto,
2018).
Jika diabetes melitus tidak segera ditangani akanmenimbulkan
berbagai komplikasi organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantung, pembuluh
darah, syaraf dan lain lain. Penderita diabetes melitus dibandingkan dengan
penderita non-diabetes melitus mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi

2
buta, 2 kali terjadi penyakit jantung koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik,
dan 5 kali menderita ulkus diabetikum (Kozier, 2010).
Pilar terapi yang efektif untuk mengatasi diabetes melitus adalah
dietetik, aktivitas fisik, kontrol glukosa darah, dan obat bila diperlukan
(Agustina, 2013 dalam Suyanto, 2018). Tujuan diet dan aktivitas fisik adalah
menjaga dan mempertahankan berat badan ideal serta kadar gula darah yang
terkontrol. Diet diabetik yang benar adalah kebutuhan kalori pasien
disesuaikan dengan meningkatkan kadar gula darah (Isniati, 2013 dalam
Suyanto, 2018).
Penanganan pasien diabetes melitus ini sangat tergantung dari
kepiawaian seorang perawat.Menurut Chazawi (2014) dalam Suyanto (2018)
perawat adalah seorang profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung
jawab, dan kewenangan melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan pada
berbagai jenjang pelayanan keperawatan.Secara praktis perawat mempunyai
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan.Sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya
melalui penyembuhan, perawat memfokuskan asuhan kepada kebutuhan
kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya pengembalian kesehatan
emosi, spritual, dan emosi.Dalam kapasitasnya sebagai pemberi asuhan
keperawatan, perawat dituntut untuk dapat membantu keputusan tercapai
perawatan yang efektif. Perawat juga berkolaborasi dengan klien atau
keluarga dan ahli kesehatan yang lain. Sebagai pelindung, perawat membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klienya dan mengambil
tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari
kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau
pengobatan (Fahri, 2013).
Diabetes melitusmerupakan salah satu penyakit yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti kerusakan pada mata, ginjal,
jantung, dan ekstremitas serta dapat meyebabkan kematian.Berdasarkan
temuan kasus yang didapat dalam hal ini penulis menyusun laporan tentang
“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kasus Diabetes Melitus di Dusun
Lekong Pituk desa Tetebatu Selatan Kecamatan Sikur Lombok Timur”.

3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit Diabetes Melitus (DM) dan
memberi pengetahuan dan pemahaman kepada Mahasiswa/Mahasiswi
tentang asuhan keperawatan dengan kasus Diabetes Melitus (DM).
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengkajian dengan
masalah Diabetes Melitus(DM).
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami diagnosa keperawatan
dengan masalah Diabetes Melitus(DM).
c. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perencanaan
keperawatan dengan masalah Diabetes Melitus(DM).
d. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami implementasi
keperawatan dengan masalah Diabetes Melitus(DM).
e. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami evaluasi terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan masalah Diabetes
Melitus(DM).
f. Mahasiswa dapat mengetahui hasil dokumentasi terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan masalah Diabetes
Melitus(DM).

4
BAB 2

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Penyakit


1.2 Pengertian
Diabetes Melitus berasal dari kata Yunani diaberneris
“tembus” atau pancaran air”, dan kata Latin mellitus “rasa manis” yang
umumnya dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai
dengan hiperglikemia yaitu peningkatan kadar gula darah yang melebihi
batas normal, yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah
makan (Smeltzer dan Bare, 2015).
Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik
yang ditandai peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Hiperglikimia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ
tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah
(PERKENI, 2015 dan ADA, 2017).
1.2.1 Klasifikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2015) diabetes melitus dapat
diklasifikasikan kedalam 4 (empat) kategori klinis, yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 atau Insulin Dependen Diabetes
Melitus (IDDM), dapat terjadi disebabkan karena adanya kerusakan
sel-B, biasanya menyebabkan kekurangan insulin absolut yang
disebabkan oleh proses autoimun atau idiopatik. Umumnya penyakit
ini berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan
kematian.Diabetes melitus tipe 1 terjadi sebanyak 5-10% dari semua
diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 1 dicirikan dengan onset yang
akut dan biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
b. Diabetes Melitus Tipe 2

5
Diabetes melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependen Diabetes
Melitus (NIDDM), dapat terjadi karena kerusakan progresif
sekretorik insulin akibat resistensi insulin. Diabetes melitus tipe 2
juga merupakan salah satu gangguan metabolik dengan kondisi
insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak cukup jumlahnya akantetapi
reseptor insulin dijaringan tidak berespon terhadap insulin tersebut.
Diabetes melitus tipe 2 mengenai 90-95% pasien dengan diabetes
melitus. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30 tahun, obesitas,
herediter, dan faktor lingkungan. Diabetes melitus tipe ini sering
terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
c. Diabetes Melitus Tipe Tertentu
Diabetes melitus tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain
misalnya, defek genetik pada fungsi sel-B, defek genetik pada kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas seperti fibrosis kistik dan
pankreatitis, penyakit metabolik endokrin, infeksi, sindrom genetik
lain dan karena disebabkan oleh obat atau kimia seperti dalam
pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ.
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus tipe ini merupakan diabetes melitus yang
didiagnosis selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan.Terjadi pada 2-5%
semua wanita hamil tetapi hilang saat melahirkan.
Tabel 2.1 Perbandingan Antara Diabetes Melitus Tipe 1 dan Tipe 2
Diabetes Melitus Diabetes Melitus Tipe
Kondisi
Tipe 1 2
Jenis dan onset DM juvenile biasa DM dewasa biasa >40
>40 (tidak selalu) (tidak selalu)
Keadaan klinis saat Berat Ringan
diagnosis
Kadar insulin Tidak ada insulin Insulin cukup/tinggi
Berat badan Biasanya kurus Biasanya
gemuk/normal
Pengobatan Insulin, diet, Diet, olahraga, tablet,
olahraga insulin

Sumber: Gillani (2012)

6
1.2.2 Etiologi
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian
kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans
pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya tejadi
kekurangan insulin. Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi
karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa
kedalam sel. Gangguan dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain
yang belum di ketahui(Smeltzer dan Bare, 2015).
Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah penyakit
kencing manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain:
a. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori
yang dibutuhkan oleh dapat memicu timbulnya diabetes melitus.
Konsumsi makanan berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula
dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes
melitus.
b. Obesitas (Kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung
memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes
melitus.9 dari 10 orang gemuk berpotensi untuk teserang diabetes
melitus.
c. Faktor Genetik
Diabetes melitus dapat diwariskan orang tua kepada anak.
Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika
orangtuanya menderita diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat
sampai ke cucu-cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat
kecil.
d. Bahan-bahan Kimia dan Obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pankreas, radang pada pancreas akan
mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi

7
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama
dapat mengiritasi pankreas.
e. Penyakit dan Infeksi pada Pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan
fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti
kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko
terkena diabetes melitus.
f. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi fakor penyebab
diabetes mellitus. Jika orang malas berolahraga memiliki resiko lebih
tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus karena olahraga
berfungsi untuk membakar kalori yang tertimbun di dalam tubuh,
kalori yang tertimbun didalam tubuh merupakan faktor utama
penyebab diabetes melitus selain disfungsi pankreas.
1.2.3 Manifestasi Klinis
Menurut (PERKENI, 2015) tanda dan gejala diabetes melitus
dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Gejala Akut
Gejala penyakit diabetes melitus bervariasi pada setiap
penderita, bahkan mungkin tidak menunjukan gejala apapun sampai
saat tertentu.Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba
banyak (poli), yaitu banyak makan (polifagia), banyak minum
(polidipsia), dan banyak kencing (poliuria). Keadaan tersebut jika
tidak segera diobati maka akantimbul gejala banyak minum, banyak
kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun
dengan cepat (turun 5-10 kg dalamwaktu 2-4 Minggu), mudah lelah,
dan bila tidak lekas diobati, akan timbul mual.
b. Gejala Kronik

8
Gejala kronis yang sering dialami oleh penderita diabetes
melitus adalah kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk-
tusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur,
biasanya sering ganti kaca mata, gatal disekitar kemaluan
terutamapada wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun, dan para ibu hamil sering mengalami
keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi
berat lahir lebih dari 4 kg.
1.2.4 Patofisiologi

a. Diabetes Melitus Tipe 1


Pada diabetesmelitus tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun, hiperglikemia saat puasa yang terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak diukur oleh hati.Disamping itu glukosa
yang berasal dari makanan yang tidak bisa disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan dapat menimbulkan
postprandial yaitu puncak peningkatan kadar gula dalam darah pada
2 jam sesudah makan. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin yang disebut
glukosuria dan ketika glukosa yang berlebihan itu dieksresikan ke
dalam urin, eksresinya ini biasanya akan disertai dengan pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, dan keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik yang terjadi sebagai akibat terjadinya kehilangan
cairan tubuh yang berlebihan, yang ditandai dengan klien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) yang secara langsung dapat
menyebabkan peningkatan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin
juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan, sehingga tidak jarang
ditemukan penderita Diabetes yang kurus, akibat terjadinya
penurunan berat badan. (Brunner dan Suddarth, 2013).
b. Diabetes Melitus Tipe 2

9
Pada diabetes melitus tipe ini terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut terjadinya suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin
dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresi (Brunner dan Suddarth,
2013).
1.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis diabetes melitus umumnya akan dipikirkan dengan
adanya gejala khas diabetes melitus berupa poliuria, polidipsia,
lemas,dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan
oleh pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensia pada
pasien pria, serta pruritus dan vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan
dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan glukosa darah sewaktu
yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali
saja abnormal belum cukup untuk diagnosis klinis diabetes melitus.
Jika hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan
TTGO diperlukan untuk konfirmasi diagnosis diabetes melitus. Untuk
diagnosis diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa lainnya
diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-
kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis diabetes melitus, baik pada 2 pemeriksaan yang
berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat pemeriksaan yang
sama.Cara pemeriksaan TTGO, yaitu: 3 hari sebelumnya makan seperti
biasa; kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak; puasa semalam,
selama 10-12 jam; glukosa darah puasa diperiksa; diberikan glukosa 75

10
gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama/dalam waktu 5
menit; diperiksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa;
dan selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak.
1.2.6 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama
penatalaksanaan terapi pada diabetes melitus adalah menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah. Sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya
komplikasi.Tatalaksana diabetes terangkum kedalam 4 (empat) pilar
pengendalian diabetes, yaitu:
a. Edukasi
Penderita diabetes melitus perlu mengetahui seluk beluk
penyakit diabetes. Dengan mengetahui faktor resiko, proses
terjadinya penyakit, tanda dan gejala, komplikasi penyakit, serta
pengobatan, penderita diharapkan dapat menyadari pentingnya
pengendalian diabetes melitus, meningkatkan kepatuhan gaya hidup
sehat dan pengobatan diabetes melitus.Penderita perlu menyadari
bahwa mereka mampu menanggulangi diabetes melitus, dan
penyakit tersebut bukanlah suatu penyakit di luar
kendalinya.Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan
berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan
perilaku yang berhasil.
b. Pengaturan Makan (Diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes melitus bertujuan
untuk mengendalikan gula darah, tekanan darah, kadar lemak darah,
serta berat badan ideal. Dengan demikian, komplikasi diabetes dapat
dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses makan
itu sendiri.Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan
disebar merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum,
makanan untuk penderita diabetes melitus sebaiknya rendah lemak
terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang
berserat termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya,

11
serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas
sehari-hari penderita.
c. Olahraga/Latihan Jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga
membutuhkan aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga
memiliki efek sangat baik meningkatkan sensitivitas insulin pada
tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes melitus lebih mudah
dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan
dan obat sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu
rendah. Panduan umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan
intensitas ringan selama 30 menit dalam sehari yang dimulai secara
bertahap.Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik
seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun.Penderita
juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan sehari-hari,
seperti lebih memilih naik tangga ketimbang naik lift.Sebelum
olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter sehingga penyulit
seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum olah raga
dimulai.
d. Obat/Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila
gula darah tetap tidak terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba
menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat juga digunakan atas
pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada
komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang
terlampau tinggi.
1.2.7 Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), kadar glukosa darah yang
tidak terkontrol pada diabetes melitus akan menyebabkan berbagai
komplikasi. Komplikasi diabetes melitus terbagi 2 (dua) berdasarkan
nama terjadinya, yaitu:
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis diabetik (KAD)

12
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi
(300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala
asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma
meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap
(PERKENI, 2015).
2) Hiperosmolar Non-Ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat
tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis,
osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL),
plasmaketon (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat
(PERKENI, 2015).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa
darah mg/dL. Pasien diabetes melitus yang tidak sadarkan diri
harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala
hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat,
gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun
sampai koma (PERKENI, 2015).
b. Komplikasi Kronik
1) Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler pada diabetes melitus terjadi
akibat arteriosklerosis dari pembuluh-pembuluh darah besar,
khususnya arteri akibat timbunan plat ateroma.Makroangiopati
tidak spesifik pada diabetes melitus namun dapat timbul lebih
cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Makroangiopati,
mengenai pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh
darah jantung atau penyakit jantung koroner, pembuluh darah
otak atau strok, dan penyakit pembuluh darah. Hiperinsulinemia
juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan
penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskuler (Smeltzer
dan Bare, 2015).

13
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler terjadi akibat penyumbatan
pada pembuluh darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari
retinopati diabetik dan nefropati diabetik.Retinopati diabetik
dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu retinopati non-proliferatif
dan retinopati proliferatif.Retinopati non-proliferatif merupakan
stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan
retinopati proliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan
pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya
hipoksiaretina.Seterusnya, nefropati diabetik adalah gangguan
fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Nefropati
diabetik ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24
jam), terdapat retinopati dan hipertensi.Akibat dari nefropati
diabetik tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal progresif
dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme
dan kontrol tekanan darah (Smeltzer dan Bare, 2015).
3) Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai
komplikasi serius akibat diabetes melitus.Komplikasi yang
tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa
hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih
dahulu, lalu kebagian tangan.Neuropati beresiko tinggi untuk
terjadinya ulkus kaki dan amputasi.Gejala yang sering dirasakan
adalah kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa
sakit dimalam hari.Setelah diagnosis diabetes melitus ditegakkan,
pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi
adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya
polineuropati distal, perawatan kaki yang memadai akan
menurunkan resiko amputasi. Semua penyandang diabetes
melitus yang disertaineuropati perifer harus diberikan edukasi
perawatan kaki untuk mengurangi resiko ulkus kaki (PERKENI,
2015).

14
1.3 Konsep Asuhan Keperawatan
1.3.1 Pengkajian
1) Data Umum
a) Identitas Kepala Keluarga
Mengkaji identitas kepala keluarga meliputi: nama,
umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,
suku/bangsa, alamat dan nomor telepon, jumlah anggota
keluarga.
b) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
c) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 (lima) tugas kesehatan
keluarga, yaitu: keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambilkeputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan
setempat.
d) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak,
bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga,
metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e) Fungsi Ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber

15
yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan keluarga.
2) Stres dan Koping Keluarga
a) Stresor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
- Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
- Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga
berespon terhadap situasi/stresor.
c) Strategi Koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi Adaptasi Disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga apabila menghadapi permasalahan.
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota
keluarga.Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak
berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
4) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
1.3.2 DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Nursalam (2008) dalam
bukunya “Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik”
dapat dibedakan menjadi 5 (lima) kategori, yaitu:

a. Aktual, yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan


data klinik yang ditemukan.

16
b. Resiko, yaitu menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan
terjadi jika tidak dilakukan intervensi.

c. Potensial, yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan


untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada
keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada
faktor yang dapat menimbulkan masalah.

d. Diagnosis keperawatan (wellness) adalah keputusan klinis


tentang keadaan individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi
dari tingkat sejahtera yang lebih tinggi.

e. Diagnosis keperawatan (syndrome) adalah diagnosis yang terdiri


dari kelompok diagnosis keperawatan aktual dan resiko tinggi yang
diperkirakan akan muncul atau timbul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.

1.3.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan
yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi
dengan kriterial standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
1.3.4 Implementasi Keperawatan
Menurut Setyowati dan Murwani (2010) dalam bukunya
“Asuhan Keperawatan Keluarga”, menyebutkan tindakan keperawatan
keluarga mencakup hal-hal berikut, yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau


penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan

17
harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk


memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri


dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas
yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk


menemukan cara membuat lingkungan yang menjadi sehat dengan
cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk


memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengendalikan
fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu
keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

1.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang
terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan.

18
DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2017). Standards of Medical Care in Diabetes 2013.Diabetes Care. 36:


S11-S69.

Brunner dan Suddarth.(2013). Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 12. Jakarta:


EGC.

Doenges, M.E.(2015).Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian. Jakarta: EGC.

Fahri, A. (2013). Perawat yang Profesional. Jakarta: Bina Media Perintis.

Friedman, M.M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan
Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Gillani, S. (2012).Pharmacist Intervention in Home Care Program for Diabetes


Patients.Journal of Diabetes Melitus, Volume 2, Nomor 3.

Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan


Praktik. Edisi VII. Volume 1. Jakarta: EGC.

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Yogyakarta:


Mediaction.

Nursalam.(2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan


Praktik.Jakarta: Salemba Medika.

PERKENI (2015).Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2. Jakarta:Rineka Cipta.

19
Setyawati, I. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. “T” dengan Masalah
Utama Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo 2
Kota Yogyakarta.Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

Setyowati, S. dan Murwani, A. (2010).Asuhan Keperawatan Keluarga.


Yogyakarta: Fitramaya.

Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. (2015). Medical SurgicalNursing.Vol.2, Edisi


8.Jakarta: EGC.

Suyanto, A. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. T dengan Ny. S


Menderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Mantrijeron
Kota Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai