Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH INTERAKSI OBAT

FASE FARMAKODINAK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

ARDELIA SHAEN NATASYA (182532045)


DIAN SATYA LESTARI (182532049)
DIRGAHAYU ANGRAINI SAPUTRI ABADI (182532052)
MUH. ANSAR AZALI (182532061)
NUN AINUN ARAP (182532064)
RESKIYA NUR INSANI (182532068)
RINA HARDIANTI (182532069)
SITTI MIFTHAHUL INTANIA (182532071)
SRI GITA HANDAYANI (182532072)
WAHYUNI HAKIM (182532074)

DOSEN PENGAMPU: Apt. NUR ISMI, S.Farm., M.Si.


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan


yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit. Meskipun obat dapat menyembuhkan
penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita
akibat keracunan obat. Oleh sebab itu, obat juga bersifat
sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu
dikatakan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam
pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat.
Jadi, apabila obat disalahgunakan dalam pengobatan atau
dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan
keracunan dan bila dosisnya berkurang tidak menimbulkan
efek (Anief, 1991).
Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat
berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat kimia atau
dengan obat lain. Dikatakan terjadi interaksi apabila makanan,
minuman, zat kimia, dan obat lain tersebut mengubah efek
dari suatu obat yang diberikan bersamaan atau hampir
bersamaan (Ganiswara, 2000).

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan farmakodinamik?
b. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat?
c. Apa yang dimaksud dengan fase farmakodinamik?
d. efek yang dapat terjadi pada interaksi farmakodinamik?
C. Tujuan
a. untuk mengetahui definisi farmakodinamik
b. untuk mengetahui definisi interaksi obat
a. Untuk mengetahui definisi fase farmakodinamik
b. Untuk mengetahui efek yang dapat terjadi pada interaksi
farmakodinamik
BAB II
ISI
A. Definisi Farmakodinamik
Farmakodinamik merupakan subdisiplin ilmu armakologi
yang memppelajari efek biokimia dan fisiologi obat, serta
mekanisme kkerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme obat adalah
untuk meneliti efek efek utama obat, mengetahui interaksi obat
dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek
dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik hal ini merupakan
dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru.
a. Mekanisme kerja obat
kebanyakan obat meniimbulkan efek melalui interaksi
dengan reseptornya pada sel organisme. Interaksi obat dengan
reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimia dan fisiologi
yang merupakan respon khas untuk obat tersebut.
Pada dasarnya ada 4 macam mekanisme kerja obat yaitu :
a) Interaksi obat-reseptor : adrenergik,kolonergik, steroid
opioid , allopurinol (enzymatic)
b) Substrat-enzim : allopurinol, aspirin, kaptoperil, digoksin
dll
c) Membuka-menutup ion channel : antagonis kalsium
d) Merusak sistem sel Cytotoxic : antibiotik dan anti
kanker
b. Beberapa istilah penting dalam farmakodinamik obat
a) Agonis adalah obat yang efeknya menyerupai senyawa
endogen
b) Agonis kuat adalah agonis yang menyebabkan efek
maksimal sekalipun agonis itu hanya menempati fraksi
kecil reseptor dalam sebuah sel
c) Agonis lemah adalah agonis yang harus terikat dengan
lebihh banyak reseptor dibanding agonis kuat untuk
menimbulkan efek yang sama
d) Agonis parsial adalah obat yan tidak dapat membuat efek
maksimal, bahkan ketika semua reseptor ditempati oleh
agonis tersebut
e) Antagonis adalah obat yang menghambat atau memblok
respon yang disebabkan oleh agonis
f) Antagonis kompetitif adalah antagonis yang mengikat
reseptor ditempat ikatan agonis secara reversibel
sehingga dapat digeser oleh agonis kadar tinggi
g) Agonis nonkompetitif adalah hambatan efek agonis oleh
antagonis non kompotitif tidak dapat diatasi dengan
meningkatkan kadar agonis. Akibatnya, efek maksimal
yang dicapai aakan berkurang, tetapi afinitas agonis
terhadap reseptornya tidak berubah.

B. Definisi Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori


masalah terkait obat (drug-related problem) yang diidentifikasi
sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat
mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat
terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam
tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi
(Piscitelli, 2005).
Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama
dapat berubah efeknya secara tidak langsung atau dapat
berinteraksi. Interaksi bisa bersifat potensiasi atau antagonis efek
satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya beberapa efek
lainnya (BNF 58, 2009).
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh
kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen
kimia lainnya dalam lingkungannya. Definisi yang lebih relevan
kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan yang
lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu
dengan yang lainnya (Stockley, 2008).
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila
berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi
efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat
dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah),
misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik
(Setiawati, 2007).
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori
masalah terkait obat (drug-related problem) yang diidentifikasi
sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat
mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat
terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam
tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi
(Piscitelli, 2005). Mekanisme interaksi obat dapat melalui
beberapa cara, yakni; 1) interaksi secara farmasetik; 2) interaksi
secara farmakokinetik; dan 3) interaksi secara farmakodinamik.
Interaksi farmasetik biasanya terjadi karena ketidakcampuran obat
akibat dari perubahan bentuk sediaan. Interaksi farmasetik
menyebabkan berubahnya atau hilangnya efek farmakologis obat.
Menurut Ansel et al. (2011) pengkajian resep aspek farmasetik
obat meliputi fisika, kimia dan biologi yang mempengaruhi
stabilitas dan efektivitas bentuk sediaan.

C. Interaksi Obat Pada Fase Farmakodinamik


Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi
antara obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek
samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi karena
kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat- obat yang
bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya
dapat diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat
yang berinteraksi (BNF 58, 2009).
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-
obat yang  mempunyai efek farmakologi atau efek samping yang
serupa atau yang berlawanan. Interaksi ini dapat disebabkan
karena kompetisi pada reseptor yang sama, atau terjadi antara
obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologik yang sama.
Interaksi ini  biasanya dapat diperkirakan berdasarkan sifat
farmakologi  obat-obat yang berinteraksi. Pada umumnya,
interaksi yang terjadi dengan suatu obat akan terjadi juga dengan
obat sejenisnya. Interaksi ini terjadi dengan intensitas yang
berbeda pada kebanyakan pasien yang mendapat obat-obat yang
saling berinteraksi.
Interaksi farmakodinamik terjadi antara obat-obat yang
mempunyai efek samping yang serupa atau berlawanan. Interaksi
ini disebabkan oleh kompetisi pada reseptor yang sama atau
terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologi yang
sama. Interaksi farmakodinamik dapat diekstrapolasi ke obat lain
yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena
penggolongan obat memang berdasarkan persamaan efek
farmakodinamiknya. Disamping itu, kebanyakan efek
farmakodinamik dapat diramalkan kejadiannya, karena itu dapat
dihindarkan bila dokter mengetahui mekanisme keja obat yang
bersangkutan (Ganiswara, 1995). efek yang dapat terjadi pada
interaksi farmakodinamik antara lain :
a. Interaksi aditif atau sinergis.
Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama
diberikan bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai
contoh, alkohol menekan SSP, jika diberikan dalam jumlah
sedang dosis terapi normal sejumlah besar obat (misalnya
ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat menyebabkan
mengantuk berlebihan. Kadang-kadang efek aditif
menyebabkan toksik (misalnya aditif ototoksisitas,
nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan perpanjangan
interval QT) (Stockley, 2008).
b. Interaksi antagonis atau berlawanan.
Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa pasang obat
dengan kegiatan yang bertentangan satu sama lain. Misalnya
kumarin dapat memperpanjang waktu pembekuan darah yang
secara kompetitif menghambat efek vitamin K. Jika asupan
vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan oral dihambat dan
waktu protrombin dapat kembali normal, sehingga
menggagalkan manfaat terapi pengobatan antikoagulan
(Stockley, 2008).

Interaksi obat yang umum terjadi adalah sirnegisme antara


kerja pada sistem, organ, sel atau enzim yang sama dengan efek
farmakologi yang sama. Sebaliknnya antagonisme terjadi bila
obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang
berlawanan. Hal ini mengakibatkan pengurangan hasil yang
diinginkan dari satu atau lebih obat (Fradgley, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L.V., Nicholas, G.P., Ansel, H.C., (2011), Ansel’s
phamaceutical Dosage Form and Drug Delivery System,
diterjemahkan oleh Lucia Hendriati, Kuncoro Foe, EGC, Jakarta,
Hal. 289.

Anief, 1995, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

BNF, 2009, British National Formulary, Edisi 57, British Medical


Association Royal Pharmacetical of Great Britain, England.

Fradgley, S., 2003, Interaksi Obat dalam Aslam, M., Tan., C., K.,
dan Prayitno, A., Farmasi Klinis, 119-130, Penerbit PT. Elex
Media Komputindo kelompok Gramedia, Jakarta.

Ganiswara, S.G., 2000, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 800,


BagianFarmakologi FKUI, Jakarta.

Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288


dan 800-810, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

Piscitelli, S. C., & Rodvold, K. A. (2005). Drug Interaction in


Infection Disease Second Edition. New Jersey: Humana Press.

Setiawati, A., 2007, Interaksi Obat dalam Gunawan, S.G, 2007,


Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, hal 862-873, Bagian Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Stockley, I.H., 2008, Stockley’s Drug Interaction, Eighth Edition,


21, 144, 698, 700, 904, 920,936, Pharmaceutical Press, London

Anda mungkin juga menyukai