Anda di halaman 1dari 207

KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN POST


PARTUM DI RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN
RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TAHUN 2019

OLEH :
YULIA RAHMI
NIM : 1614401034

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES PERINTIS PADANG
TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN POST
PARTUM DI RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN
RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TAHUN 2019

LAPORAN STUDI KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma DIII Keperawatan Di Stikes Perintis Padang

OLEH :
YULIA RAHMI
NIM : 1614401034

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES PERINTIS PADANG
TAHUN 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang
Program Studi DIII Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah, Laporan Studi Kasus Juni 2019

YULIA RAHMI
1614401034
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN POST PARTUM DI
RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TAHUN 2019.
V BAB + 146 Halaman + 8 Tabel + 4 Gambar + 6 Lampiran
Abstrak
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. Sectio caesarea adalah tindakan operasi yang paling
konvervasif. Indikasi tindakan operasi obstetric di pertimbangkan dengan melihat
adanya indikasi pada ibu, indikasi pada janin, indikasi prifilaks dan indikasi vital. Salah
satu indikasi dilakukan tindakan sectio caesarea adalah ketuban pecah dini , ketuban
pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22
minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. Bedasarkan data klien
post sectio caesarea di RSUD Dr. Achmad Mocthar Bukittinggi dari bulan januari
sampai juni 2019 yaitu sebanyak 24 orang atas indikasi ketuban pecah dini. Tujuan
Karya tulis ilmiah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan yang tepat bagi
klien dengan tindakan sectio caesarea atas ketuban pecah dini. Penulis karya tulis ilmiah
ini menggunakan metode pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Hasil laporan kasus
ditemukan pada data Ny. M telah memunculkan beberapa diagnosa diantaranya infeksi
berhubungan dengan efek prosedur invasif masalah teratasi sebagian dengan
melakukan pencegahan infeksi dan perawatan luka, ansietas berhubungan dengan
hubungan orang tua-anak tidak memuaskan masalah teratasi sebagian dengan
melakukan reduksi ansietas dan terapi relaksasi dan defisit pengetahuan berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi masalah teratasi dengan memberikan edukasi
kesehatan tentang perawatan payudara, dan kontrasepsi.

Kata Kunci : Sectio Ceaserea, KPD, Asuhan Keperawatan


Daftar Bacaan : (1995-2016)
High School Health Science Perintis Padang
DIII Nursing Study Program
Scientific Papers, Report of the Case Study in June 2019

YULIA RAHMI
1614401034
URSING CARE IN NY. M WITH POST PARTUM IN THE INAP KEBIDANAN
SPACE ROOM Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI IN 2019.
V CHAPTER + 146 Pages + 8 Tables + 4 Images + 6 Attachments
Abstract
Post partum is the period after childbirth can also be called the puerperium period,
which is the period after childbirth which is needed to recover the uterus for a period of
6 weeks. Sectio caesarea is the most convervasive surgery. Indications for the action of
obstetric surgery are considered by looking at indications of the mother, indications of
the fetus, indications of prickles and vital indications. One indication of sectio caesarea
is premature rupture of the membranes, premature rupture of the membranes is the
discharge of water from the vagina after pregnancy aged 22 weeks before labor takes
place and can occur in preterm pregnancy before 37 weeks of pregnancy or term
pregnancy. Based on the post sectio caesarea client data at Dr. Achmad Mocthar
Bukittinggi from January to June 2019 which is as many as 24 people for the indication
of premature rupture of membranes. Purpose Scientific writing to find out the
description of appropriate nursing care for clients with sectio caesarea action on
premature rupture of membranes. The authors of scientific papers use the method of
physical examination and documentation study. The results of case reports are found in
Ny's data. M has raised several diagnoses including infections associated with the
effects of invasive procedures. The problem is partially resolved by doing infection
prevention and wound care, anxiety related to parent-child relationships is not
satisfactory, the problem is partially overcome by reducing anxiety and relaxation
therapy and knowledge deficits associated with less exposure problem information is
resolved by providing health education about breast care, and contraception.

Keywords : Sectio Ceaserea, KPD, Asuhan Keperawatan


Reading list : (1995-2016)
KATA PENGANTAR

Assallamua’laikum Warahmatullahi Wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis Laporan Studi Kasus ini dapat terselesaikan.

Laporan Studi Kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Diploma (DIII) Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Perintis Padang tahun 2019 dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan

Post Partum di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2019”

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya junjungan Nabi Muhammad SAW,

semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-teman seperjuangan mendapatkan

syaafaat nantinya. Amin Ya Rabbal A’lamin.

Penulis Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat dukungan, dorongan, motivasi,

bimbingan, nasehat, dan semangat dari orang terdekat dan orang yang berada disekitar

penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih terutama :

i
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Padang.

2. Ibu Ns. Endra Amalia, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

dan sekaligus penguji 1 Ujian Akhir Prodi DIII Keperawatan STIKes Perintis

Padang.

3. Bapak Dr. Khairul Said, Sp. M selaku direktur RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi yang telah memberikan izin untuk melakukan studi kasus ini, beserta

staf yang telah memberi izin dalam pengambilan data yang penulis butuhkan.

4. Drs. Nofriadi, MM selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

banyak ilmu pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan.

5. Ns. Yessi Andriani, M.Kep, Sp. Kep. Mat selaku pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.

6. Aryati, S.ST selaku Pembimbing Klinik yang telah memberikan bimbingan

dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.

7. Khususnya kepada kedua orang tua ku tercinta serta seluruh keluarga atas jerih

payah, curahan kasih sayang, bantuan moral maupun material serta Do’a yang

tulus dan ikhlas bagi kesuksesan penulis selama menjalani pendidikan di STIKes

Perintis Padang.

8. Dan selanjutnya pada teman-teman mahasiswa-mahasiswi STIKes Perintis

Padang Prodi DIII Keperawatan yang telah memberi masukan dan dukungan

kepada penulis

Penulis menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini jauh dari kesempurnaan, hal ini

bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan

penulis. Untuk itu penulis berharap tanggapan dan kritikan serta saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus ini.

ii
Akhir kata, penulis mengharapkan agar Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi kita

semua, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua, Amin

Ya Rabbal Alamin.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wb.

Bukittinggi, 08 Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Tujuan Penulis .............................................................................................. 4

1.3. Manfaat ......................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Post Partum ............................................................................ 7

2.1.1 Definisi Post Partum .......................................................................... 7

2.1.2 Anatomi Fisiologi ............................................................................. 9

2.1.3 Etiologi Post Partum .......................................................................... 12

2.1.4 Manifestasi Klinis Post Partum ......................................................... 13

2.1.5 Tahapan Post Partum ........................................................................ 19

iv
2.1.6 Patofisiologi Post Partum ................................................................. 19

2.1.7 Komplikasi Post Partum ................................................................... 20

2.1.8 Pemeriksaan Post Partum .................................................................. 24

2.1.9 Penatalaksanaan Post Partum ............................................................ 25

2.1.10 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas ................................................ 26

2.2 Konsep Dasar Sectio Caesarea ...................................................................... 27

2.2.1 Definisi Sectio Caesarea .................................................................... 27

2.2.2 Anatomi dan Fisiologi ...................................................................... 28

2.2.3 Etiologi Sectio Caesarea .................................................................... 31

2.2.4 Manifestasi Klinis Sectio Caesarea ................................................... 34

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea ......................................... 35

2.2.6 Patofisiologi dan WOC Sectio Caesarea ........................................... 37

2.2.7 Penatalaksanaan Sectio Caesarea ...................................................... 39

2.2.8 Komplikasi Sectio Caesarea ............................................................. 40

2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis Sectio Caesarea ............................................. 41

2.3.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................... 41

2.3.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 54

2.3.3 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 56

2.3.4 Implementasi Keperawatan ............................................................... 69

2.3.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 69

v
2.4 Konsep Perawatan Luka Sectio Caesarea ...................................................... 70

2.4.1 Definisi Perawatan Luka Sectio Caesarea ......................................... 70

2.4.2 Klafikasi Jenis Luka Sectio Caesarea ............................................... 71

2.4.3 Penyulit yang Biasa Terjadi Pada Tindakan Operasi SC .................. 72

2.4.4 Komplikasi Luka Sectio Caesarea ..................................................... 73

2.4.5 Proses Penyembuhan Sectio Caesarea ............................................... 74

2.4.6 Tipe Penyembuhan Luka Sectio Caesarea......................................... 75

2.4.7 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sectio Caesarea ... 76

2.4.8 Teknik Pre Operasi Mencegah Infeksi pada Penyembuhan SC....... 78

2.4.9 Perawatan Luka Sectio Caesarea ....................................................... 80

2.4.10 Status Kesehatan yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka SC ....... 81

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................... 83

3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 107

3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................. 108

3.4 Implementasi Keperawatan........................................................................... 115

3.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................... 115

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Keperawatan.............................................................................. 131

4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 136

4.3 Intervensi Keperawatan................................................................................. 138

4.4 Implementasi Keperawatan........................................................................... 140

4.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................... 142

vi
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 144

5.2 Saran.............................................................................................................. 146

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.2 Reproduksi Eksterna pada Wanita ...................................................... 9

Gambar 2.2.2 Anatomi Fisiologi Abdomen .............................................................. 28

Gambar 2.2.6 WOC Sectio Caesarea ........................................................................ 38

Gambar 3.1.3 Genogram Ny. M ................................................................................ 86

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.3.1 Pemeriksaan Fisik Abdomen (Melihat PerubahanTinggi Fundus Uteri). 47

Tabel 2.3.3 Intervensi Teoritis Sectio Ceaserea ........................................................ 55

Tabel 3.1.5 Data Biologis Ny. M............................................................................... 93

Tabel 3.1.11 Pemeriksaan Penunjang Ny. M............................................................ 97

Tabel 3.1.12 Data Pengobatan Ny. M....................................................................... 98

Tabel 3.1.13 Analisa Data Ny.M............................................................................... 103

Tabel 3.3. Intervensi Keperwatan Ny. M.................................................................. 108

Tabel 3.4 Implementasi Ny. M.................................................................................. 115

ix
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Satuan Acara Penyuluhan

LAMPIRAN II Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN III Daftar Hadir Pengamatan Kasus

LAMPIRAN IV Lembaran Konsultasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Post partum adalah masa setelah 6 minggu persalinan yang sering disebut

dengan masa nifas atau masa memelukan pulihnya alat kandungan (reproduksi)

seperti sebelum hamil. Atau post partum adalah masa setelah 6 minggu sejak

janin telah dilahirkan sampai reproduksi kembali seperti sebelum hamil. (Bobak,

2010).

Sectio Caesarea atau bedah sesar adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan

untuk mengeluarkan bayi melalui penyapan pada dinding perut dan dinding

rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh atau tanpa adanya kekurangan

serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2015). Indikasi medis

dilakukannya operasi sectio caesarea ada dua faktor yang menyebakan harus

dlakukannya operasi yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor dari janin meliputi

: bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin abnormal,

faktor plasenta, kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri

atas usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat jalan

lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini (KPD), dan pre eklampsia

(Hutabalian, 2011).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya atau rupturnya selaput amnion sebelum

dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum

usia kehamilannya mencari 37 minggu atau tanpa kontraksi. Dalam keadaan

1
normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini,

ketuban pecah dini premature terjadi pada 1% kehamilan (Prawirihardjo, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO), standar rata-rata dilakukannya

tindakan Sectio Caesarea di sebuah Negara adalah sekitar 5-15% per 1000

kelahiran di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira-kira 11% sedangkan Rumah

Sakit swasta bisa lebih dari 30% (Gibbons, 2014). Peningkatan persalinan

dengan Sectio Caesarea di seluruh Negara selama tahun 2007-2008 yaitu 110.000

per kelahiran di seluruh Asia (Kounteya, 2010). Karena beberapa komplikasi

saat melahirkan dapat menyebabkan tingginya angka kematian pada ibu. Dengan

kata lain 1.400 ibu yang meninggal lebih dari satu tahun karena kehamilan

berkisar 50.000 ibu yang meninggal pada saat persalinan dan nifas.

Bedasarkan rekam medik Ruang Rawat Inap Kebidananan RSUD Dr. Ahcmad

Mochtar Bukittinggi jumlah pasien post partum dari bulan Januari sampai Juni

2019 ditemukan sebanyak 357 orang. Dan dilihat dari operasi Sectio Ceasarea

khususnya atas indikasi Ketuban Pecah Dini dari bulan Januari sampai Juni 2019

ditemukan sebanyak 24 orang.

Kemudian dilihat dari proses fisiologis penyembuhan luka melalui empat

tahapan, yaitu fase hemostasis, fase inflammatory, fase proliferatif dan fase

remodeling jaringan. Selain empat fase penyembuhan luka tersebut, terdapat dua

faktor yang mempengaruhi proses pulihnya luka operasi, yaitu faktor lokal dan

faktor sistemik. Adapun untuk factor lokal penyembuhan luka, yaitu oksigenasi,

infeksi, benda asing dan venous sufficiency. Sedangkan faktor sistemik, yaitu

usia, jenis kelamin, hormone kelamin, stress, iskemia, adanya suatu penyakit

2
misalnya diabetes, obesitas, obat-obatan misalnya seperti glukokortikoid steroid,

alkoholisme, merokok, kondisi immunocompromised dan nutrisi (Guo &

Dipietro, 2010). Jika kadar oksigen dalam tubuh tidak adekuat, maka proses

pulihnya luka operasi akan kurang efektif karena tubuh mengalami penurunan

kapasitas oksigen yang diangkut oleh darah dan tidak bisa untuk membuat sel-

sel tubuh yang baru. Kadar hemoglobin normal ibu hamil sebesar >11 g/dl. Pada

saat post partum, kadar hemoglobin minimal sebesar 10 g/dl. Jika kadar

hemoglobin kecil dari jumlah tersebut, maka akan menimbulkan kondisi

hemodilusi, yaitu suatu kondisi dimana darah mengalami pengenceran sehingga

akan mengganggu sirkulasi oksigen yang disebabkan oleh uapan pada kondisi

tubuh yang meningkat serta hemoglobin yang rendah (Dharma, 2013).

Kadar hemoglobin dan oksigen dalam tubuh mempunyai peran terpenting dalam

sistem sirkulasi atau peredaran dalam tubuh. Jika kadar hemoglobin dan oksigen

turun pada saat pembedahan, maka jaringan kulit tidak akan segera menyatu

akibat adanya luka pembedahan karena suplai darah ke jaringan berkurang.

Pulihnya luka Sectio Caesarea sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan

nutrisi di dalam yang dapat dilihat melalui pemeriksaan kadar hemoglobin ibu

post Sectio Caesarea dengan kadar hemoglobin rendah dapat mempengaruhi

proses pulihnya luka operasi Sectio Caesarea (Wiknjosastro, 2016). Pulihnya

luka sangat perlu untuk diperhatikan karena banyaknya angka persalinan Sectio

Caesarea. Karena terdapat beberapa faktor penyembuhan luka salah satunya

adalah oksigenasi yang berhubungan dengan kadar hemoglobin tubuh.

3
Jadi bedasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik melakukan asuhan

keperawatan denga judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. M Dengan P1A0H1

Post Sectio Caesarea Hari Ke 4 atas Indikasi Ketuban Pecah Dini 12 Jam di

Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun

2019”.

1.2 Tujuan Laporan Kasus

1.2.1 Tujuan Umum

1. Mampu memahami konsep tentang post operasi sectio caesarea dan

melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan P1A0H1 Post

Sectio Caesarea Hari ke 4 atas Indikasi Ketuban Pecah Dini 12 Jam

di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2019.

2. Dan sebagai bahan untuk pembelajaran dan pemahaman bagi

mahasiswa untuk lebih memahami tentang Sectio Caesarea atas

indikasi Ketuban Pecah Dini.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. M dengan

P1A0H1 Post Sectio Caesarea Hari ke 4 atas Indikasi Ketuban Pecah

Dini 12 Jam di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi Tahun 2019.

4
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Ny. M dengan P1A0H1

Post Sectio Caesarea Hari ke 4 atas Indikasi Ketuban Pecah Dini 12

Jam di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2019.

3. Mampu merencanakan intervensi keperawatan Ny. M dengan

P1A0H1 Post Sectio Caesarea Hari ke 4 atas Indikasi Ketuban Pecah

Dini 12 Jam di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi Tahun 2019.

4. Mampu melakukan implementasi keperawatan Ny. M dengan

P1A0H1 Post Sectio Caesarea Hari ke 4 atas Indikasi Ketuban Pecah

Dini 12 Jam di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi Tahun 2019.

5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan Ny. M dengan P1A0H1

Post Sectio Caesarea Hari ke 4 atas Indikasi Ketuban Pecah Dini 12

Jam di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2019.

1.3 Manfaat Laporan Kasus

1. Institusi Pelayanan Kesehatan

Untuk memberikan informasi kepada tenaga kesehatan atau instansi

kesehatan lainnya sebagai salah satu bekal dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan khususnya perawatan pada pasien post operasi sectio

caesarea atas indikasi Ketuban Pecah Dini.

5
2. Intitusi Rumah Sakit

Untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan demi

membantu petugas kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan ilmu dan keterampilan yang terus dipenuhi serta di jadikan bahan

diskusi bagi petugas di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi atas indikasi Ketuban Pecah Dini.

3. Ilmu Keperawatan

Untuk menjadikan salah satu contoh intervensi mandiri penatalaksanaan

untuk pasien dengan post operasi sectio caesarea atas indikasi Ketuban

Pecah Dini.

4. Intitusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institisi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendididkan di masa yang akan

datang. Sebagai masukan bagi intitusi pendidikan dalam proses belajar,

mengajar, khususnya tentang Karya Tulis Ilmiah Laporan Studi Kasus

Keperawatan Maternitas.

5. Bagi Klien

Sebagai bukti tertulis yang menunjukan bahwa klien telah menerima asuhan

keperawatan yang merupakan bantuan dalam pemecahan masalah kesehan

yang dialaminya.

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Post Partum

2.1.1 Definisi Post Partum

Post partum adalah masa setelah 6 minggu persalinan yang sering

disebut dengan masa nifas atau masa memelukan pulihnya alat

kandungan (reproduksi) seperti sebelum hamil. Atau post partum adalah

masa setelah 6 minggu sejak janin telah dilahirkan sampai organ

reproduksi kembali seperti sebelum hamil. (Bobak, 2010).

Post partum (purperium) adalah masa yang berlangsung selama kira-kira

6 minggu atau masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan (sistem reproduksi) kembali seperti keadaan sebelum hamil.

(Abdul Bari. S, dkk, 2002:115).

7
Post partum (Purperium) adalah kembali organ reproduksi seperti

keadaan sebelum hamil yang dimulai setelah plasenta lahir. (Eny Retna

Ambarwati 2009:1).

Post partum adalah keadaan yang berlangsung selama 6 minggu atau 42

hari yang di perlukan untuk pulihnya organ reproduksi untuk kembali

seperti semula sebelum hamil. Involusi uterus dan proses laktasi adalah

dua kejadian yang di jumpai penting dari purperium. (Mac Donald, Gant,

Cunningham, 1995:281).

Post partum adalah masa setelah melahirkan yang diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan dan organ reproduksi yang lamanya 6

minggu atau masa setelah melahirkan dapat juga disebut masa nifas

(puerperium). Post partum adalah kembalinya organ-organ reproduksi ke

keadaan semula seperti sebelum hamil yaitu masa 6 minggu sejak bayi

dilahirkan. (Bobak,2010).

Jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat

satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam

maka partus di anggap spontan atau normal. (Bobak, 2005).

Partus spontan adalah proses keluarnya janin dengan ketentuan ibu atau

tanpa anjuran dari obat-obatan yang terjadi pada kehamilan cukup bulan

atau sesuai taksiran persalinan. (Prawiroharjo, 2000).

8
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post partum adalah

suatu masa untuk pulihnya organ-organ reproduksi seperti semula yaitu

sebelum hamil atau prahamil dan pada masa itu maka akan ditemukan

involusi uterus dan proses laktasi.

Ruptur perineum adalah adanya robekan yang terjadi pada perineum

setelah melahirkan. Masa ini berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.

(Mohtar, 1998).

2.1.2 Anatomi danFisiologi

Menurut (Wiknjosastro, 2005) anatomi fisiologi sistem reproduksi

wanita :

Gambar 2.1.2 : Reproduksi Eksterna padaWanita

(Sumber : Wiknjosastro, 2005)

9
Pembungkus atau penutup vulva disebut dengan genitalia eksterna yang

sering dinamakan vulva terdiri dari :

1. Mons Pubis

Di atas simpisis pubis terletak yang merupakan seperti jaringan lunak

seperti adanya lemak-lemak.

2. Labia Mayora

Lilipatan kulit dengan adanya jaringan seperti lemak yang

berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan

menyatu menjadi perinium yang terdiri dari 2 buah lipatan.

3. Labia Minora

Kulit yang terletak di sebelah dalam labia mayora, labia minora

tidak ada memiliki lemak subkutan yang merupakan 2 buah lipatan

tipis.

4. Klitoris

Merupakan salah satu adanya seperti tonjolan kecil jaringan pada titik

labia minora di sebelah anterior.

5. Vestibulum

Adalah suatu rongga yang di ada disekitarnya labia minora.

6. Perinium

Di sebelah posterioranus ditemukan struktur ini membentang dari

fourchette titik temu labia minora.

10
7. Vagina

Dari belakang vulva hingga uterus merupakan saluran fibromuskuler

elastis yang membentang ke atas. 7,5 cm dan dinding posteriornya

9 cm merupakan panjang dinding anterior vagina.

Fungsi vagina :

a. Lintasan bagi spermatozoa

b. Saluran keluarnya dan tempat proses pembuahan lainnya saat

melahirkan

c. Tempat saluran keluarnya darah haid

8. Uterus

Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri dari

fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Sebagai tempat janin

berkembang merupakan bagian uterus terbesar dari korpus uteri.

Uterus terdiri dari :

a. Fundus uteri

b. Korpus uteri

Fungsi uterus adalah :

a. Untuk menanamkan diri harus menyediakan tempat yang sesuai

bagi ovum yang sudah di buahi.

b. Salah satu tanda pertama untuk kehamilan jika korpus luteum

tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum dipertahankan

oleh kehamilan, maka estrogen akan terus di produksi

sehingga kadarnya tetap berada di atas nilai ambang

perdarahan haid dan amenorea.

11
c. Dapat melindungi dan memberikan nutrisi pada embrio atau janin

sampai matur.

d. Pada saat persalinan dapat membantu untuk keluarnya bayidi

dalam kandungan dan plasenta.

e. Dapat mengurangi adanya perdarahan dari tempat perlekatan

plasenta melalui kontraksi organ otot pada perut.

9. Tuba Fallopi

Berada pada uterus dan melekat dari kornu uteri ke arah dinding

lateral pelvis yang disebut juga dengan oviduct.

10. Ovarium

Merupakan kelenjar kelamin. Disetiap bagian berada di dalam

kavum abdomen di belakang ligamentum latum dibagian ujung

fibria tuba falopi terdapat 2 buah masing-masing. Untuk produksi

hormon dan ovulasi adalah fungsi ovarium.

2.1.3 Etiologi Post Partum

Beberapa teori dipenagaruhi dengan faktor hormonal, struktur rahim,

sirkulasi rahim, adanya tekanan pada saraf dan nutrisi. Namun penyebab

persalinan belum pasti diketahui. (Hafifah, 2011).

1. Teori Penurunan Hormon

1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone

progesterone dan estrogen. Sebagai penenang otot-otot polos rahim

dan akan menyebabkan adanya pengaruh pada pembuluh darah

12
sehingga dapat menimbulkan kontraksi atau rasa sakit bila

progesterone turun adalah fungsi dari progesterone.

2. Teori Placenta Menjadi Tua

Kontraksi rahim menimbulkan jika menurunnya kadar hormone

estrogen dan progesterone yang dapat pengaruh pada pembuluh

darah di dalam tubuh yang dapat menyebabkan terjadi kejang.

3. Teori Distensi Rahim

Tengganggunya sirkulasi utero-plasenta disebatkan oleh rahim yang

membesar dan merenggang menyebabkan kontraksi pada otot-otot di

rahim.

4. Teori Iritasi Mekanik

Di bagian belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus

franterrhauss). Kontraksi uterus akan timbul bila ganglion ini

berpindah dan adanya penekanan oleh kepala janin.

5. Induksi Partus

Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang

dimasukan dalam kanalis servikalis dengan oksitosin drip, yaitu

pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus dengan tujuan

merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban).

13
2.1.4 Manifestasi Klinis Post Partum

Menurut Bobak, 2005 Perubahan Fisik Post Partum :

1) Involusi Uterus

Adalah keadaan mencapai seperti kembalinya organ reproduksi

seperti semula atau seperti sebelum hamil atau pulihnaya uterus dan

jalan lahir setelah bayi dilahirkan. Setelah plasenta lahir, uterus

merupakan alat yang keras, karena adanya penekanan yang bisa

menimbulkan rasa sakit atau mual yang disebut after pain post

partum terjadi pada hari ke 2-3 hari.

2) Kontraksi Uterus

Intensistas kontraksi uterus naik sesudah melahirkan yang digunakan

untuk mengurangi volume cairan intra uteri. Perdarahan plasenta

lahir dapat berhenti setelah 1-2 jam post partum,rasa sakit menurun

stabil secara teratur, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada

uteri.

3) After Pain

Sampai hari ke-3 normal terjadi, karena pengaruh kontraksi

uterus. Adanya bekas dari sisa-sisa plasenta pada cavum uteri, dan

bekuan darah (stoll cell) dalam cavum uteri after pain akan

meningkat.

4) Endometrium

Pada bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa ada di bagian atas

dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari

lochea, maka terjadi lepasnya plasenta dan selaput janin dari dinding

14
rahim terjadi pada stratum spunglosum. Epitelisasi endometrium

siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh

kembali. Epitelisasi tempat plasenta +3 minggu tidak ada tumbuhnya

jaringan pada parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah

permukaan dari pinggir-pinggir luka operasi.

5) Ovarium

Selama kehamilan tidak ada terjadinya pembuahan dan pematangan

sel telur. Pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi

mentruasi, ibu menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh

hormon prolaktin terjadi pada masa nifas.

6) Lochea

Adalah berupa cairan yang dikeluarkan setelah melahirkan, sifat

lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit untuk dapat

berkembang biak. Jumlah lebih banyak, berlendir dan berbau amis.

Lochea dibagi dalam beberapa jenis :

a) Lochea Rubra

Berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor

amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah terjadi

pada hari 1-2.

b) Lochea Sanguinolenta

Warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak serum

selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati terjadi

pada hari ke 3-7.

15
c) Lochea Serosa

Berwarna agak kuning cair dan tidak berdarah lagi. Terjadi pada

hari ke 7-10 atau setelah satu minggu.

d) Lochea Alba

Berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung

leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang

telah mati. Terjadi setelah 2 minggu.

7) Serviks dan Vagina

Pada beberapa hari setelah persalinan dan pinggirnya tidak rata

(retak-retak) terjadi osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari. Pada

akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Pada

minggu ke-3 post partum dan tonus otot kembali seperti biasa untuk

mencapai ukuran normal vagina saat persalinan sangat diregang.

8) Perubahan pada Dinding Abdomen

Diregang begitu lama karena Hari pertama post partum dinding perut

melipat dan longgar. (Pelebaran otot rectus atau perut) akibat janin

yang terlalu besar atau bayi kembar terjadi setelah 2-3 minggu atau

dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus atau perut) akibat

janin yang terlalu besar terdapat melipat striae dinding perut akan

kembali kuat.

9) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Eksresi cairan extra vasculer dan selama partus Volume darah

tergantung pada jumlah kehilangan darah. Cardiac output kembali

normal atau setelah partus curah jantung.

16
10) Perubahan Sistem Urinaria

Oedema dan hiperemi memperlihatkan dinding kandung kemih,

fungsi ginjal normal karena desakan pada waktu janin

dilahirkan. Terjadi retensi urin sehingga menimbulkan obstruksi dari

uretra kadang oedema trigonum. Refleks miksi menurun

menyebabkan pengaruh laserasi episiotomy.

11) Perubahan Sistem Gastro Intestina

Kekakuan perineum karena luka jahirtan setelah melahirkan dan

karena adanya perasaan jahitan lepas menyebabkan terjadinya

gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post partum.

12) Perubahan Pada Mammae

Hari pertama mammae akan menguluarkan cairan kolostrum dan

mammae akan membengkak dan menjadio tegang. Dan pada hari

ketiga produksi ASI sudah ada dan lancar.

13) Laktasi

Pada hari pertamadan kedua keadaan payudara sama seperti saat

dalam keadaan hamil. Memijat areola mammae pada buah dada

dapat mengeluarkan ASI yang mengandung susu melainkan

kolostrum. Bayi yang lahir sehat dianjurkan kalau tidak ada kontra

indikasi. Kolostrum yaitu cairan pekat dengan berat jenis 1.030-

1.035 reaksi alkalis dan mengandungprotein yang tinggi untuk si

bayi dan juga euglobin yang mengandung antibodi.

17
14) Temperatur

Suhu pada post partum dapat mencapai 38°C dan normal kembali

dalam 24 jam bayi dilahirkan. Hilangnya cairan melalui vagina

ataupun keringat dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya

vagina dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu.

15) Nadi

Biasanya nadi akan turun pada masa, penurunan ini akibat dari

bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi lepasnya

placenta. Bertambahnya volume dan tekana darah kompensasi dari

jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.

16) Tekanan Darah

Tanda-tanda suatu keadaan yang harus diperhatikan secara serius

adalah keadaan dimana tensi dengan sistole 140 dan diastole 90

mmHg.

17) Hormon

Dalam 24 hari hormon kehamilan mulai tidak ada dalam urine,

setelah 1 minggu hormon kehamilan juga akan mengalami

perubahan seperti penurunan sedangkan pada proses laktasi prolaktin

akan meningkat.

18
2.1.5 Tahapan Post Partum

Menurut Eny Retna Ambarwati (2009:3), tahapan post partum dibagi

menjadi tiga tahap yaitu :

1. Purperium Dini

Kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan untuk banyak bergerak

atau beraktivitas seprti berdiri dan berjalan-jalan. Setelah 40 hari di

dalam Agama Islam dianggap telah bersih dan boleh melakukan

hubungan suami istri apabila.

2. Purperium Intermedial

Purperium intermedial yang terjadi pada 6-8 minggu, yaitu kepulihan

keseluran organ-organ pada genetalia.

3. Remote Purperium

Remote purperium adalah waktu yang diperlukan bisa kembali

seperti semula yaitu bisa berminggu-minggu, bulanan bahkan

tahunan terutama bila saat hamil atau melahirkan ada masalah

tertentu pada ibu.

2.1.6 Patofisiologi Post Partum

Dalam masa ini semua organ-organ kandungan akan pulih dan akan

beransur-ansur kembali seperti seperti keadaan sebelum hamil. Involusi

merupakan perubahan organ pada genetalia secar keseluruhan.

Disamping perubahan tersebut akan ttimbul laktasi yang terakhir ini

karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap

kelenjar-kelenjar pada mamae. Otot-otot uterus akan berkontraksi setelah

19
post partum, pembuluh darah yang ada antara nyaman atau tidak dan

otot-otot uretus akan terjepit. Setelah plasenta lahir proses ini akan bisa

terjadi berhentinya pendarahan. Post partum berbentuk corong dan

sedikit terbuka, korpus uteri terbentuk sejenis cincin adalah berubah

yang terdapat pada serviks.

Timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi

plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm

itu ada berbentuk permukaan kasar akibat pelepasan desidua dan selaput

janin regenerasi endometrium terjadi dari lebihan dari sel desidua basalis

yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu adalah perubahan bentuk yang

terdapat pada endometrium. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta

fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertus setelah janin lahir

berangsur-angsur kembali seperti semula. (Eny Retna Ambarwati

(2009:3).

2.1.7 Komplikasi Post Partum

a. Klien Post Partum Komplikasi Perdarahan

Perdarahan post partum adalah perdarahan pada kala akhir lebih dari

500-600 cc dalam 24 jam setelah bayi dan plasenta keluar (Hafifah,

2011). Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu

1) Early Postpartum yaitu terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi

lahir

2) Late Postpartum yaitu terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah

bayi lahir

20
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan

komplikasi perdarahan post partum yaitu :

1) Dapat menghentikan perdarahan

2) Dapat mencegah timbulnya syok

3) Dapat mengganti darah yang hilang setelah persalinan

Penyebab umum perdarahan post partum adalah :

1) Atonia uteri

2) Retensi plasenta

3) Sisa plasenta dan selaput pada ketuban

a. Pelekatan yang tidak normal (plasaenta akreta dan perkreta)

b. Tidak ada gangguan pada perlekatan (plasenta seccenturia)

4) Trauma jalan lahir

a. Episiotomi yang lebar

b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim

5) Rupture uteri

6) Penyakit darah

Kelainan adanya gumpalan atau pembekuan pada darah

misalnya seperti afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia

b. Klien Post Partum Komplikasi Infeksi

Berkembangbiaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia yang

dapat mengakibatkan terjadinya infeksi di dalam tubuh. (Zulkarnain

Iskandar, 2009). Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam

setelah melahirkan) yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau

persalinan yaitu infeksi klinis pada saluran genital (Bobak, 2004).

21
Kuman sangat mudah masuk pada saat berlangsungnya proses

persalinan sehingga menyebabkan terjadinya infeksi. Saat persalinan

belum berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman

dalam tubuh lewat rahim sehingga menimbulkan ketuban pecah.

Jalan masuk lainnya adalah dari petugas kesehatan yang membantu

proses persalinan dan juga dari alat-alat tidak steril yang digunakan

pada saat proses persalinan.

Kuman-kuman yang sering menyebabkan terjadinya infeksi antara

lain adalah :

1) Streptococcus haemoliticus anaerobic

Infeksi ini biasanya ditularkan melalui tangan penolong

persalinan bahkan ada yang berasal dari orang lain sehingga dapat

menyebabkan infeksi berat.

2) Staphylococcus aureus

Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, dan infeksi ini

biasanya ditemkan di rumah sakit dan di dalam tenggorokan

orang yang tampak sehat, walaupun kadang-kadang menjadi

sebab infeksi umum.

3) Escherichia Coli

Kuman ini biasanya berasal dari kandung kemih dan rektum yang

menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan

endometriurn.

22
4) Clostridium Welchii

Kuman ini bersifat jarang ditemukan namun kuman ini tidak

sangat berbahaya, biasanya kuman ini berasal dari partus yang

ditong oleh dukun atau dari luar rumah sakit.

c. Klien Post Partum Komplikasi Penyakit Blues

Dalam minggu pertama setelah proses melahirkan yaitu pada fase

taking in dengan post partum blues disebut maternity blues atau baby

blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang

sering tampak cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai

kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua

minggu pasca persalinan. Baby blues adalah kondisi yang tidak

nyaman yang dirasakan oleh seorang (kesedihan atau kemurungan)

gangguan pada suasana hati yang tidak tenang setelah proses

melahirkan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau

pun dengan dirinya sendiri. Etiologi atau penyebab pasti terjadinya

postpartum blues sampai saat ini belum diketahui (Bobak, 2005).

Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya

postpartum blues, antara lain :

1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar

estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Suatu enzim otak

yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang

berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi terjadi

akibat penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat

berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena

23
estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine

oksidase.

2. Faktor demografi yaitu umur.

3. Pengalaman yang pernah dilaluinya pada saat kehamilan dan

persalinan.

4. Latar belakang psikososial ibu, seperti keadekuatan dukungan

sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman), tingkat

pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan,

riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya dan sosial ekonomi.

5. Takut kecewa dan kehilangan bayinya.

2.1.8 Pemeriksaan Post Partum

Menurut Siswosudarmo, 2008 :

a. Keadaan umum : tekanan darah, nadi, dan keluhan

b. Keadaan umum : (tekanan darah, nadi, pernafasan,suhu) dan nafsu

selera makan dll

c. Payudara : air susu, putting susu

d. Bagian dinding perut,rectum, perineum, kandung kemih

e. Cairan yang keluar berupa lochea

f. Keadaan pada alat kandungan

Menurut Manjoer Arif Dkk, 2009

a. Hemoglobin, hematokrit, leukosit dan ureum

b. Ultra sosografi untuk melihat sisa pada plasenta

24
2.1.9 Penatalaksanaan Post Partum

1. Penatalaksanaan Medis ( Siswosudarmo, 2008 ) :

a. Observasi ketat selama 2 kali 24 jam setelah post partum untuk

melihat adanya komplikasi perdarahan.

b. 6-8 jam setelah melahirkan istirahat dan bedres tenang dan

anjurkan untuk bisa miring kanan kiri.

c. Memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan

perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada

masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas dilakukan

pada hari ke 1-2.

d. Hari ke-2 : Mulai untuk bisa melakukan latihan duduk.

e. Hari ke-3 : Diperkenankan untuk bisa latihan berdiri dan

berjalan secara berlahan.

2. Pemeriksaan Penunjang ( Siswosudarmo, 2008 ) :

a. Pemerikasaan umum: tekanan darah, nadi dan keluhan.

b. Keadaan umum : (tekanan darah, nadi, pernafasan,suhu) dan

nafsu selera makan.

c. Payudara : air susu, putting susu.

d. Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rectum.

e. Sekres yang keluar atau lochea.

f. Keadaan alat kandungan.

Pemeriksaan penunjang post partum (Manjoer arif dkk, 2001 :

a. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum.

b. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta

25
2.1.10 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Menurut Siswosudarmo, 2008 :

1. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah proes persalinan. Pada fase

ini kelelahan pada ibu membuat ibu untuk lebih sering istirahat yang

tujuan untuk menghindari gangguan pola tidur pada si ibu dan pada

fase ini ibu lebih cenderung lebih berfokus pada kesehatannya

sendiri. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap

lingkungannya. Komunikasi yang baik sangat diperlukan pada fase

ini.

2. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase

taking hold, tingkat khawatir ibu sangat tinggi terutama pada kondisi

bayinya, dan pada fase ini ibu juga sangat sensitive sehingga mudah

tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Maka pada saat

inilah kesempatan yang bagus untuk memberikan berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa

percaya diri ibu untuk bisa merawat bayinya

3. Fase Letting Go

Pada fase ini ibu sudah bisa untuk menyesuaikan diri dengan

keadaannya. Misanya ibu sudah tau apa yang dilakukan untuk

bayinya dan pada fase ini adalah keinginan ibu untuk merawat

26
bayinya sangat tinggi. Fase ini merupakan fase menerima tanggung

jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah

melahirkan.

2.2 Konsep Sectio Caesarea

2.2.1 Definisi Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah membuat pembedahan pada dinding uterus

melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk

mengeluarkan janin dari rahim seorang ibu. (Mochtar, 1998).

Sectio Caesarea adalah membuka di bagian dinding perut dan dinding

uterus melalui tindakan operasi untuk mengeluarkan janin pada janin

seorang ibu. (Prawirohardjo, 2005).

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan atau operasi yang

dilakukan dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di

atas 500 gram dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding

perut dan dinding rahim (Wiknjosastro, 2007).

Sectio Caesarea adalah pembedahan dengan mengiris dinding perut dan

dinding rahim untuk mengeluarkan janin dari rongga pada organ rahim

27
(Angraini, 2008). Sectio Caesarea adalah janin dilahirkan melalui perut

dan dinding perut serta dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan

utuh dan sehat yang dilakukan suatu pembedahan dengan melahirkan

janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan.

(Harnawatiaj, 2008).

Sectio caesarea adalah membuka perut dengan sayatan yang dilakukan

secara vertical atau mediana dari kulit sampai fasia pada dinding perut

dan uterus (Wiknjosastro, 2010).

Sectio Caesarea adalah membuat sayatan pada dinding uterus melalui

dinding depan perut atau vagina dengan proses persalinan yang

dilakukan dengan cara melahirkan janin. (Gurusinga, 2015).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea

merupakan suatu yang dilakukan dengan melakukan pembedahan pada

dinding perut dan uterus untuk mengeluarkan janin di dalam rahim.

2.2.2 Anatomi Fisiologi Abdomen

(Gambar 2.2.2 Anatomi Fisiologi Abdomen, Sumber Gibson, J.

2002)

28
a. Kulit

(Gambar 2.2.2 Gambaran Lapisan Kulit)

1. Lapisan Epidermis

Epidermis atau lapisan luar yang erdiri dari epitel skuamosa

bertingkat. Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk,

Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel yang rapat.

Sel yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk

oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar

ketika didorong oleh sel-sel baru kearah permukaan, tempat

kulit terkikis oleh gesekan.

2. Lapisan Dermis

Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan

fibrosa dan elastin. Lapisan super fasial menonjol kedalam

epidermis berupa sejumlah papilla kecil. Di lapisan ini banyak

terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dan

lapisan ini terletak da bagian dalam jaringan.

3. Lapisan Subkutan

Lapisan ini banyak terdapat sel lemak, pembuluh darah dan

ujung syaraf. Organ yang terdapat dibawah bagian ini menjadi

penghubung secara longgar. Dalam hubungannya dengan

29
tindakan SC, bagian kulit ini menjadi penghubung organ-organ

yang ada diabdomen, khususnya uterus. Organ yang ada di

abdomen dilapisi oleh selaput tipis yang disebut peritonium.

Sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai

dinding uterus pada saat melakukan tindakan SC.

b. Fasia

(Gambar 2.2.2 Fasia Kulit)

Dibawah kulit fasia superfisialis di bagi sebagai lapisan lemak yang

dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Fasia

profunda terletak pada otot-otot perut. Menyatu dengan fasia

profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa's fasia

dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas

perut.

Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot abdominis transverses,

terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari

peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak. Fascias meliputi

struktur tubuh lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama.

30
c. Otot Perut

1. Otot DindingPerut Anterior Dan Lateral

Rectus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas

dan pubis di bagian bawah. Otot itu di silang oleh beberapa pita

fibrosa dan berada di dalam selubung. Linea alba adalah pita

jaringan yang membentang pada garis tengah dari procecuss

xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua

musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus

internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk

dinding abdomen.

2. Otot Dinding Perut Posterior

Quadrateslumbolus adalah otot pendek persegi pada bagian

belakang abdomen, dari costa kedua belas di atas ke crista iliaca.

2.2.3 Etiologi Sectio Caesarea

Manuaba (2009), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur

uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan

indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000

gram.

Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa

penyebab sectio caesarea sebagai berikut :

1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar di bagian

tulang panggul ibu tidak sama dengan ukuran pada bagian lingkar

31
kepala janin yang bisa berakibat ibu tidak bisa melahirkan secara

normal. Tulang-tulang panggul merupakan tempat jalannya yang

akan dilewati oleh janin ketika akan melahirkan secara normal dan

merupakan bagian dari beberapa tulang yang seperti rongga panggul

yang merupakan jalan yang akan dilewati oleh janin ketika akan lahir

secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan adanya gangguan

atau panggul patologis juga bisa berakibat adanya kesusahan dalam

proses melahirkan secara normal sehingga harus dilakukan tindakan

pembedahan. Keadaan patologis tersebut berakibat besar bidang pada

tulang-tulang panggul menjadi tidaknormal dan bentuk organ tulang

panggul menjadi asimetris.

2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan suatu penyakit yang terjadi pada

saat kehamilan, namun faktor penyebabnya belumpasti untuk

diketahui. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi

merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting

dalam ilmu kebidanan. Dan mampu mengetahui agar tidak terus

terjadi menjadi eklamsi karena untuk mengetahui masalah awal

sangatlah penting.

3. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37

minggu. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban

sebelum tiba waktunya pesalinan tanpa adanya kontraksi.

32
4. Bayi Kembar

Tidak semua bayikembar harus dilahirkan secara operasi. Hal ini

hanyak dilakukan pada kondisi yang memiliki resiko atau komplikasi

tertentu. Selain itu, bayi kembar pun juga pernah ditemukan letaknya

melintang sehingga sulit dilakukan pada pesalinan normal dan

mengalami sungsang.

5. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya masalah yang tidak memungkinkan adanya pembukaan pada

jlan lahir karena adanya gangguan atau masalah seperti adanya

tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan

ibu sulit bernafas merupakan gangguan yang dapat terjadi pada jalan

lahir.

6. Kelainan Letak Janin

a. Kelainan pada Letak Kepala

1) Letak Kepala Tengadah

Pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah dan

bagian terbawah adalah puncak kepala. Faktor penyebab

lainnya adalah kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,

anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.

2) Presentasi Muka

Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 % yaitu seperti letak

kepala tengadah (defleksi), sehingga kepala bayiteletak di

bagian terendah seperti muka.

33
3) Presentasi Dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, posisi terendah dan

tetap paling depan yaitu dahi. Pada penempatan dagu,

biasanya dengan sendirinya akan kembali menjadi letak muka

atau letak belakang kepala.

b. Letak Sungsang

Keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala

difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri

merupakan letak sungsang yang dikenal dari beberapa jenis letak

sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,

sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna (Saifuddin,

2009).

2.2.4 Manifestasi Klinis Sectio Caesarea

Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih

koprehensif yaitu : perawatan post operatif dan perawatan post partum.

Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :

1. Adanya nyeri akibat luka pembedahan

2. Ditemukan adanya luka pembedahan atau operasi pada bagian

abdomen

3. Di umbilicus terletak fundus uterus dengan kontraksi kuat

4. Kehilangan darah kira-kira 600-800ml selama prosedur pembedahan,

menimbulkan keinginan untuk muntah akibat pengaruh anestesi

5. Status pulmonary bunyi paru terdengar dan vesikuler

34
Manifestasi Ketuban Pecah Dini :

1. Keluar sedikit atau banyak ketuban warna putih, keruh, jernih,

kuning, hijau, kecoklatan.

2. Bila sudah terjadi infeksi suhu klien akan meningkat.

3. Janin akan mudah teraba.

4. Pada saat memeriksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban

sudah kering.

5. Inspeksikula, tampak air ketuban keluar terus atau selaput ketuban

tidakada mengeluarkan air-air atau sudah kering. (Arief Mansjoer,

Dkk, 2001 : 310)

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea

1. Elektroensefalogram (EEG)

Untuk melihat dan memastikan adanya terjadi kejang

2. Pemindai CT

Untuk melihat adanya kelainan kerapatan jaringan.

3. Magneti Resonance Imaging (MRI)

Menghasilkan sinaran dengan menggunakan bagian magnetik dan

gelombang radio, berguna untuk memperhatikan daerah-daerah otak

yang tidak bisa tampak bila menggunakan pemindaian CT.

4. Pemindaian Pasitron Emission Tomography (PET)

Untuk mencegah terjadinya kejang yang berkelanjutan dan sebagai

pembantu untuk melihat lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran

darah ke otak.

35
5. Uji Laboraturium

a. Fungsi lumbal : Mengalisis cairan serebrovaskuler

b. Hitung darah lengkap : Mengevaluasi trombosit dan hematokrit

c. Panel elektrolit

d. Skrining toksikdari serum dan urine

e. AGD

f. Kadar kalsium darah

g. Kadar natrium darah

h. Kadar magnesium darah

i. Pemeriksaan laboraturium pada KPD adalah Cairan yang keluar

dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH

nya. Air-air yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban

mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil

pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap

kuning.

2.2.6 Patofisiologi dan WOC Sectio Caesarea

Plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi

cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju,

pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin adalah beberapa

gangguan atau penghabat dariproses melahirkan yang berakibat bayi

tidak bisa lahir secara normal. Maka dari itu mengakibatkan haru

dilakukannya operasi pembedahan sectio Caesarea (SC).

36
Dalam hal yang demikian setelah dilakukannya pembedahan klien akan

mengalami adanya gangguan pada mobilisasi seperti adanya ganngguan

untuk bisa beraktivitas seperti sebelumnya. Defisit perawatan diri juga

dapat terjadi karena ketidakmampuan klien untuk bisa melakukan

perawatan diri secara mandiri.

Ansietas juga dapat terjadi karena setelah dilakukannya pembedahan

klien akan merasa takut terjadinya infeksipada luka jahitan operasi dan

adanya kecemasan tentang bagaimana harus melakukan perawatan pada

bayinya.

Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang

akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada si ibu. Setelah proses

pembedahan berakhir, masalah risiko infeksi dapat terjadi pada daerah

insisi yang ditutup akibat luka post operasi apabila tidak dirawat dengan

baik.

37
“ 2.2.6 WOC SECTIO CAESAREA “

Indikasi Ibu : CPD, KPD, Plasenta Previa, Tumor Jalan Lahir, Indikasi Janin : Gawat janin, Letak Lintang Janin, Presentasi
Preeklamsia, partus tidak Maju dan Partus Lama Bokong dan Janin Besar

SECTIO CAESAREA

MK : Resiko Tinggi Post Op SC Psikologi


Fisik
Infeksi Pusing, nyeri,
epigastrium,
Progesterone dan
Insisi Bedah Anastesi Spinal, Epidural mata kabur, TD
eksterogen
naik
menurun
perubahan
Trauma jaringan Intestinal kelenjer
MK : Gangguan
Mobilitas Fisik Kurang informasi
Peristatik Usus Menurun
mengenai
Nyeri MK :
penyakit
MK : Defisit Defisit Nutrisi
Distensi Abdomen
Keperawatan Diri
MK : Gangguan Rasa MK : Ansietas
Nyaman Nyeri Nyeri Mual dan muntah
MK : Difisit
SUMBER : (Bobak, 2005, Nanda, 2013, Safrudin, 2002) pengetahuan

39
38
2.2.7 Penatalaksanaan Sectio Caesarea

Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut

(Prawirohardjo, 2007) diantaranya :

1. Penatalaksanaan Secara Medis

a. Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol adalah analgesik yang

diberikan setiap 3-4 jam atau bila diperlukan.

b. bila terjadi pengeluaran darah yang hebat atau banyak diperlukan

pemberian tranfusi darah.

c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.

Walaupun pemberian antibiotik secar efektif dmasih dapat

dipikirkan namun pemberian masih tetapdianjurkan.

d. Ringer Laktat dan NaCl adalah Pemberian cairan secara parenteral.

2. Penatalaksanaan Secara Keperawatan

a. Tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit

pada 4 jam kemudian harus diperiksa dan catat.

b. Pemantauan secara ketat pada pemeriksaan perdarahan dan urine.

c. Mobilisasi yaitu pada hari pertama klien hanya diperbolehkan

hanya untuk naikturun tempat tidur. Namun pada hari kedua klien

sudah dianjurkan untuk bisa berjalan dengan bantuan. Pada hari ke-

5 yaitu pemulangan jika tidak terdapat komplikasi penderita setelah

operasi.

39
2.2.8 Komplikasi Sectio Caesarea

Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut

Wiknjosastro (2002) :

1. Infeksi Puerperal

Kenaikan temperatur pada beberapa hari setelah bersifat berat seperti

peritonitis, sepsis. Namun komplikasi ini hanya bersifat ringan.

2. Perdarahan

Jika cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri

perdarahan bisa banyak timbul pada waktu pembedahan.

3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, tidak tepatnya pada

dinding uterus sehingga bisa terjadi rusaknya uteri pada kehamilan

berikutnya.

Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Menurut Arief Mansjoer, Dkk, 2001 : 310 :

1. Tali pusat menumbung

2. Prematuritas, persalinan belum cukup bulan, jika terjadi pada usia

kehamilan belum cukup bulan.

3. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air

ketuban yang sudah mengering.

4. Infeksi maternal : infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari

vagina ke intrauterine, korioamnionitis (demam >380C, takikardi,

leukositosis, sakit di bagian uterus, adanyan air-air pada vagina berbau

busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis.

40
5. Penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian janin akibat

hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang),

trauma pada waktu lahir dan premature.

6. Komplikasi infeksi intrapartum

a. Endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia),

sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki

vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai

kematian ibu merupakan komplikasi pada ibu.

b. Asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin merupakan

komplikasi pada janin.

2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis Sectio Caesarea

Asuhan keperawatan adalah sesuatu yang dilakukan secara sistematis

berkesinambungan, yang meliputi untuk melihat atau menemukan masalah

kesehatan baik individu maupun kelompok, tindakan dilakukan secara aktual

maupun potensial kemudian tindakan direncanakan untuk menyelesaikan,

mengurangi atau mencegah terjadinya masalah baru atau menugaskan orang lain

untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta mengevaluasi keberhasilan dari

tindakan yang dikerjakan.

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang dapat diperoleh

adalah :

41
1. Identitas atau Biodata Klien

Biasaya dikaji nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku

bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk

rumah sakit nomor MR dan diagnosa keperawatan serta penanggung

jawab. (Robillrd et al, 1194 dalam freser 2009).

2. Alasan Masuk Klien

Alasan masuk dikumpulkan untuk menentukan prioritas intervensi

keperawatan dan juga untuk mengkaji bagaimana tingkat pemahaman

klien tentang kondisi kesehatan. Biasanya pada kasus KPD akan

ditemukan keluhan klien bahwa seperti keluar aia-air dari jalan lahir

tanpa adanya kontraksi terlebih dahulu. (Ambarwati 2008).

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya keluhan yang dialami setelah klien operasi SC adalah

mengeluh nyeri atau ketidaknyamanan dari berbagai sumber

misalnya trauma bedah atau insisi, nyeri distensi kantung kemih

hal tersebut meliputi keluhan atau berhubungan dengan gangguan

atau penyakit yang sedang dialami saat ini. Biasanya klien takut

bergerak karena takut terjadi infeksi pada bekas luka post SC dan

terkadang tingkat kecemasan klien tinggi terutama pada kesehatan

ibu dan bayinya (Ambarwati 2008).

42
b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya klien dengan post SC pernah memiliki riwayat operasi

SC sebelumnya, baik dari faktor ibu maupun dari faktor janin

(Ambarwati 2008).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya klien memiliki penyakit keturunan dari dalam keluarga

seperti jantung, diabetes melitus dan hipertensi (Ambarwati

2008).

d. Genogram

Adalah gambaran riwayat keluarga untuk menjelaskan hubungan

atau dinamika penting keluarga dalam 3 generasi (Ambarwati

2008).

4. Riwayat Mentruasi

Biasanya dikaji usia pertama haid, siklus haid, lama haid, berapa kali

ganti duk dalam 1 hari, dan masalah selama haid.

5. Riwayat Kehamilan

Biasanya dikaji kapan HPHT, hamil anak ke berapa, taksiran

persalinan dan jenis persalinan.

6. Riwayat Persalinan

Biasanya dikaji jumlah cairan darah yang keluar saat proses

persalinan, janis pesalinan, persalinan ke berapa, jenis kelamin bayi

dan BB/ PB bayi.

43
7. Riwayat Kontrasepsi

Biasanya dikaji riwayat kontrasepsi apa yang pernah digunakan klien

dan apa rencana kontrasepi yang akan digunakan klien.

8. Pemeriksaan Umum

Menurut Ambarwati 2008 :

a. Tingkat Kesadaran

Biasanya tingkat kesadaran ibu compos mentis kecuali pada ibu

yang mengalami perdarahan atau komplikasi dari penyakit lain.

b. Tanda Tanda Vital

Apabila terjadi pengeluaran darah yang berlebihan pada masa

nifas tekanan darah akan turun, nadi akan cepat, pernafasan

meningkat, suhu tubuh akan menurun.

Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

a. Rambut

Bagaimana kebersihan rambut klien apakah bersih, berminyak,

atau berketombe. Biasanya pada pasien post SC keadaan rambut

kurang bersih atau berminyak, karna pasien post SC tidak

dianjurkan untuk mandi terlebih dahulu yang tujuannya untuk

menghindari terjadinya luka basah (infeksi) pada luka post SC

pada klien.

44
b. Mata

Biasanya mata tampak simetris kanan kiri, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor dan fungsi penglihatan

baik. Kecuali pada klien yang terjadi penurunan kesedaran, maka

pasti akan ditemukan hasil pemeriksaan yang abnormal pada

mata klien.

c. Hidung

Biasanya hidung tampak simetris, bersih atau tidak ada cairan

berupa sekret, tidak ada pembengkakan, tidakditemukan adanya

lesi, tidak ada polip dan fungsi penciuman baik.

d. Mulut dan Gigi

Biasanya mulut klien tampak simetris/ tidak, mukosa mulut

lembab/kering dan apakah gigi tampak lengkap, bersih atau

terkadang ditemukan ada karies/ tidak.

e. Telinga

Biasanya telinga tampak simetris kanan kiri, tidak ada serumen,

tidak ada oedema, tidak ada lesi dan fungsi pendengaran baik,

kecuali pada klien yang mengalami gangguan pendengaran akan

ditemukan hasil pemeriksaan yang abnormal.

2) Leher

Biasanya leher tampak tidak ada oedema atau tidak, ada lesi atau

tidak dan apakah ada ditemukan getah bening, kelenjer tyroid saat

dilakukan palpasi dileher klien.

45
3) Thorak

a. Payudara

Saat nifas biasanya payudara tampak simetris kiri kanan (kecuali

ada kelainan), aerola akan bewarna hitam kecoklatan

(Hiperpigmentasi), produksi ASI biasanya akan banyak pada 2

kali 24 jam atau hari kedua setelah kelahiran bayi melainkan

saat bayi lahir hanya ASI pekat atau kolostrum dapat keluar

dengan cara memijat payudara, dan saat ASI sudah banyak

payudara akan terasa padat, putting akan menonjol di kedua

payudara namun biasanya juga ditemukan klien yang puting

payudaranya tidak menonjol/ datar, namun hal tersebut bisa

diatasi dengan (Tahan payudara pada tepi bagian aerola dengan

ibu jari atau telunjuk, lalu tekan sekitar 1 inci di belakang puting

atau juga bisa dengan cara tekan bagian kulit yang bewarna

hitam pada payudara sebelum memasukkan puting ke mulut

bayi).

b. Paru-paru

I : Pergerakan paru kanan kiri sama

P : Tidak ada rasa sakit saat ditekan dan pembengkakkan

P : Sonor dikedua lapang paru

A : Suara nafas vesikuler dan tidak ada bunyi suara nafas

tambahan (Kecuali pada klien yang menderita gangguan

di paru-paru akan ditemukan hasil pemeriksaan yang

abnormal).

46
c. Jantung

I : Pergerakan jantung normal

P : Tidak ada rasa sakit saat dilakukan tekanan dan tidak

ada pembengkakkan

P : Suara jantung redup

A : Bunyi jantung normal (Lup Dup)

(Kecuali pada pasien yang mengalami gangguan di

jantung akan ditemukan hasil pemeriksaan yang

abnormal).

d. Abdomen

I : Warna kulit abdomen tampak kecoklatan, di abdomen

tampak luka post SC berbentuk horizontal atau vertikal

dengan diameter ± 10 cm dan biasanya ada striae

gravidarum ( garis-garis yang terlihat di kulit perut).

A : Biasanya bising usus akan kembali normal 24 jam

setelah post SC, karena sebelum dilakukan SC klien

dipuasakan

P : Tympani

47
Palpasi Pada Abdomen (Yaitu Melihat Tinggi Fundus Uteri)

Waktu TFU Bobot Diameter Palpasi


Uterus Uterus Servik
Pada Akhir Setinggi 900-1000 12,5 cm Lembut
Persalinan Pusat gram atau Lunak
Akhir 1/ 2 Pusat 450-500 7,5 cm 2 cm
Minggu Syimpisis gram
Ke1
Akhir Tidak 200 gram 5,0 cm 1 cm
Minggu Teraba
Ke2
Akhir Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
Minggu
Ke6
(Tabel 2.3.1 Pemeriksaan Fisik Abdomen (Melihat Perubahan Tinggi Fundus Uteri )

Jika Post Natal Lengakapi Dengan

a. Diastasis Rectus Abdominal (Penekanan Otot pada

Abdomen) “Saat dilakukan penekan di otot abdomen

kedalaman tekanan adalah 2 cm (normal)”. Namun

biasanya pada klien yang tidak pernah melakukan senam

atau olahraga pada saat hamil kedalaman tekanan otot

pada abdomen akan ditemukan 4-5 cm.

b. Fundus Uteri

Tinggi : 2 jari di bawah pusat

(Di Akhir Minggu Ke1)

Posisi : Di bagian tengah

(Miometrium)

Kontraksi : Bagus/ Keras

Lembut/ Lunak

48
4) Ekstremitas

a. Ekstremitas Atas

Biasanya ekstremitas atas klien tampak tidak ada pembengkakan,

tidak ada luka, tidak ada kelemahan ( Kecuali pada klien yang ada

kelainan akan ditemukan pemeriksaan yang abnormal) biasanya

klien terpasang infus yang tujuannya untuk mengganti cairan

yang hilang, memasukkan obat-obatan, memasukkan zat makanan

dalam bentuk cairan glukosa dan elektrolit, namun setelah alat

pencernaan pulih semua atau tidak ada gangguan tambahan infus

akan dibuka dalam waktu 24.

b. Ekstremitas Bawah

Ekstremitas bawah klien tampak tidak ada pembekakan, tidak ada

luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelemahan dan apakah

Homan signs / Trombosis Vena (-) atau (+) (Cara pemeriksaan

Homan Signs adalah : Letakan satu tangan pada lutut ibu lakukan

tekanan ringan agar lutut lurus, bila ibu merasakan nyeri pada

betis maka Human Signs (+).

5) Genetalia

Biasanya genetalia klien tampak ada keluar lochea dan biasanya klien

ditemukan terpasang kateter yang tujuannya untuk melihat atau

memantau warna dan jumlah cairan urine yang keluar, dan kateter

akan dilepas 24 jam post partum atau saat klien tidak lagi terpasang

infus dan sudah bisa BAK secara spontan.

49
a. Lochea

Biasanya lochea pada ibu post SC hari 1-2 berjenis

rubra, 3-7 hari berjenis (sangiolenta), 7-14 hari berjenis (serosa),

2 minggu berjenis (alba). Dan biasanya lochea masih bercampur

sisa-sisa dari air ketuban.

b. Perinium

Biasanya perinium klien tampak bersih, utuh, tidak ada robek,

tidak luka ada episiotomy dan ada tidak varices (pembengkakan

pembuluh darah vena). Dan perhatikan apakah ada :

1. Redness (Kemerahan)

2. Edema (Bengkak)

3. Ecchymosis (Bercak perdarahan)

4. Discharge (Pengeluaran darah dari luka)

5. Approximatio (Perekatan/ Jahitan)

6) Integument

Kulit klien tampak bewarna sawo matang, ada/ tidak chloasma

gravidarum, turgor kulit bagus/ jelek dan apakah ada/ tidak oedema,

lesi, nyeri tekan.

9. Pola-pola fungsi kesehatan

Menurut (Ambarwati 2008) :

a. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Biasanya pada klien nifas terjadi penambahan nafsu makan karena

dari keadaan agar bisa untuk menyusui bayinya. Dan biasanya

50
keinginan untuk mengkonsumsi makanan dua kali dari jumlah biasa

makan.

b. Pola Eleminasi

Pada saat ini perlu di kaji warna urine, jumlah dan bau urine. Pada

klien post SC terutama kandung kemih dapat terletak di bagian blass

yang berdempetan dengan uterus sehingga pada saat pengosongan

kandung kemih sering dilakukan dan biasanya klien akan dipasang

folly kateter selama pembedahan bahkan sampai 2 hari setelah post

SC. Dengan demikian kemungkinan dapat terjadi gangguan pada

pola untukbuang air kecil, sehingga klien dilakukan blader training.

c. Pola Istirahat dan Tidur

Pada klien post SC biasanya karena kelahiran si bayi dan adanya

nyeri luka post SC makan akan terjadi perubahan pada pola istirahat

dan tidur.

d. Pola Personal Hygiene

Pada klien post SC biasanya terjadi defisit perawatan diri, karena

klien post SC terutama tidak dianjurkan untuk mandi untuk

mencegah terjadinya basah pada luka operasi yang dapat

menyebabkan terjadinya infeksi.

10. Riwayat Alergi

Biasanya klien post SC akan dilakukan skin test antibiotik tujuan untuk

melihat apakah klien ada alergi obat atau tidak, jika tidak ditemukan

ada alergi obat makan terapi akan dilanjutkan sesuai dengan dosis

dokter (Ambarwati 2008).

51
11. Riwayat Psikologis

Biasanya adaptasi psikologis ibu masa nifas terdiri dari (Ambarwati

2008) :

a. Fase taking in adalah fase ini berlangsung pad 2 kali 24 jam setelah

melahirkan yaitu merupakan fase ketergantungan.

b. Fase taking hold adalah fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa untuk tidak mampu

bertanggung jawab sebagai seorang ibu pada bayinya.

c. Fase letting go adalah fase ini merupakan fase menyesuaikan dan

menerima atas kehadiran bayinya yang berlangsung 10 hari setelah

melahirkan.

12. Riwayat Sosial Ekonomi

Biasanya membahas tentang pekerjaan dari, suami dari ibu dan

bagaimana dengan penghasilan sehari-hari. Kemudian apakah ibu

menggunakan BPJS atau umum dalam menjalani perawatan selama di

rumah sakit (Ambarwati 2008).

13. Data Spiritual

Biasa masalah dalam beribadah setelah persalinan klien akan terganggu

karna klien harus bedres total (Ambarwati 2008).

52
14. Pengetahuan Ibu

Menurut Ambarwati, 2008 :

a. Perawatan Bayi

Biasanya pada klien primigravida pengetahuan klien tentang perawat

bayi masih sedikit karena masih belum memiliki pengalaman

sebelumnya, namun berbeda dengan klien multigravida yang sudah

mengetahui tentang bagaimana perawatan bayi terutama seperti

memandikan, membedong dan menggendong bayi.

b. ASI Ekslusif

Biasanya klien primigravida pengetahuan tentang ASI Ekslusif atau

pemberian ASI selama 6 bulan pada bayi mungkin sudah mengetahui,

terutama pada klien yang rajin melakukan pemeriksaan kehamilannya

saat hamil ke petugas baik di puskesmas maupun bidan. Begitu pula

pada klien multigravida yang pasti sudah mengetahui banyak tentang

ASI Ekslusif karena sudah banyak memiliki pengalaman sebelumnya.

c. Perawatan Payudara

Biasanya pada klien primigravida pengetahuan klien tentang

perawatan payudara masih sedikit karena masih belum memiliki

pengalaman sebelumnya, namun berbeda dengan klien multigravida

yang sudah mengetahui tentang bagaimana perawatan payudara

terutama seperti mengompres, pemijatan dan perawatan puting

payudara.

53
d. Teknik Menyusui

Biasanya pada klien primigravida pengetahuan klien tentang cara

menyusui masih sedikit karena belum memiliki pengalaman

sebelumnya, namun berbeda dengan klien multigravida yang sudah

mengetahui tentang bagaimana cara menyusui yang benar seperti

posisi tangan saat memberikan ASI.

15. Data Penunjang

Biasanya pemeriksaan laboraturium beruba Hb, Leukosit dan USG :

menentukan usia kehamilan, indek cairan amnion. (Ambarwati 2008).

16. Data Pengobatan

Biasanya obat yang diberikan untuk pasien post SC adalah untuk

memberikan rasa nyaman nyeri dan obat yang mengandung zat besi yang

diperlukan untuk produksi sel darah merah. (Ambarwati 2008).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan Dengan SC

Diagnosa yang mungkin muncul

Menurut (Doengoes Marylin, 2001) :

1. Nyeri akut Berhubungan Dengan agen pencedera fisik.

2. Resiko Infeksi Dibuktikan Dengan efek prosedur invasif

3. Hambatan mobilitas fisik Berhubungan Dengan post SC

4. Defisit nutrisi Berhubungan Dengan gangguan persepsi makan.

5. Ansietas Berhubungan Dengan hubungan orang tua-anak tidak

Memuaskan.

54
6. Defisit perawatan diri Berhubungan Dengan tidak mampu berhias

secara mandiri

7. Defisit pengetahuan Berhubungan Dengan kurang terpaparnya

informasi.

55
2.3.3 Intervensi Keperawatan Teoritis Sectio Seceara

No Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Tanggal
1 Tanggal Nyeri akut Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan Manajement Nyeri
keperawatan selama 1x24 Observasi
Perencanaan agen pencedera fisik
diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Intervensi
menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Keperawatan Kriteria Hasil : nyeri
 Tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun Terapeutik
 Kontrol nyeri 1. Berikan teknik nonfarmakologis
meningkat untuk mengurangi nyeri
 Penyembuhan luka 2. Kontrol lingkungan yang
membaik memperberat rasa nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat

56
Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian analgetik

Pemberian Analgesik
Observasi
1. Identifikasi riwayat alergi obat
2. Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Terapeutik
1. Tetapkan target efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan respons
klien
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik sesuai indikasi

57
Pemantauan Nyeri
Observasi
1. Identifikasi faktor pencetus dan
pereda nyeri
2. Monitor lokasi dan penyebaran
nyeri
Terapeutik
1. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

2 Tanggal Resiko infeksi Dibuktikan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi


keperawatan selama 1x24 Observasi
Perencanaan Dengan efek prosedur invasif
diharapkan kemerahan dan 1. Perhatikan tanda dan gejala infeksi
Intervensi
tingkat infeksi menurun lokal dan sistemik
Keperawatan Kriteria Hasil : Terapeutik
 Tingkat infeksi 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
menurun kontak dengan pasien dan
lingkungan klien

58
 Integritas kulit dan 2. Pertahankan teknik aseptik pada
jaringan membaik pasien beresiko infeksi
 Kontrol resiko Edukasi
meningkat 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka dan luka operasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi

Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makanan
Terapeutik
1. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah kontipasi
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogramkan

59
Kalaborasi
1. Kalaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu

Perawatan Luka
Observasi
1. Monitor karakteristik luka
2. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
1. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik
2. Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan prosedurperawatan luka
secara mandiri
Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian antibiotik

60
3 Tanggal Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi
keperawatan selama 1x24 Observasi
Perencanaan Berhubungan Dengan post SC
diharapkan pergerakan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Intervensi
ekstremitas meningkat keluhan fisik lainnya
Keperawatan Kriteria Hasil : 2. Monitor kondisi umum selama
 Keseimbangan melakukan ambulasi
meningkat Terapeutik
 Pergerakan sendi 1. Libatkan keluarga untuk membantu
meningkat pasien dalam meningkatkan
 Toleransi aktivitas ambulasi
meningkat Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan ambulasi dini

Dukungan Mobilisasi
Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik

61
2. Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
2. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini

4 Tanggal Defisit nutrisi Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


keperawatan selama 1x24 Observasi
Perencanaan Dengan gangguan persepsi
diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
Intervensi makan
membaik 2. Identifikasi makanan yang disukai
Keperawatan Kriteria Hasil : 3. Monitor asupan makanan
 Status nutrisi
membaik

62
 Nafsu makan Terapeutik
membaik 1. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah kontipasi
2. Berikan makanan tinngi kalori dan
tinngi protoin
Edukasi
1. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kalaborasi
1. Kalaborasi dengan petugas gizi
untuk menetukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan

Pemantauan Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi
2. Monitor mual dan muntah
Terapeutik
1. Ukur antropometrik komposisi
tubuh

63
2. Hitung interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi klien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

5 Tanggal Ansietas Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas


keperawatan selama 1x24 Observasi
Perencanaan hubungan orang tua-anak tidak
diharapkan tingkat 1. Identifikasi saat ansietas berubah
Intervensi Memuaskan
kecemasan menurun 2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
Keperawatan Kriteria Hasil : dan non verbal)
 Tingkat ansietas Terapeutik
menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
 Proses informasi menumbuhkan kepercayaan
meningkat 2. Temani pasien untuk mengurangi
 Tingkat pengetahuan kecemasan
meningkat 3. Pahami situasi yang membuat
ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian

64
Edukasi
1. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien

2. Anjurkan mengungkapkan perasaan


dan persepsi
Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian obat
antiansietas (jika perlu seperti obat
lorazepam)

Terapi Relaksasi
Observasi
1. Identifikasi teknik reksasi yang
pernah efektif digunakan
2. Monitor respon terhadap terapi
reksasi
Terapeutik
1. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau

65
tindakan medis lainnya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis teknik relaksasi

6 Tanggal Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri
keperawatan selama 1x24 Observasi
Perencanaan Berhubungan Dengan tidak
diharapkan kemampuan 1. Monitor tingkat kemandirian
Intervensi mampu berhias secara mandiri
prilaku meningkatan 2. Identifikasi kebutuhan alat bantu
Keperawatan kesehatan meningkat kebersihan diri
Kriteria Hasil : Terapeutik
 Perawatan diri 1. Sediakan lingkungan yang
meningkat terapeutik
 Mobilitas fisik 2. Dampingi dalam melakukan
meningkat perawatan diri sampai mandiri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan

66
Perawatan Rambut
Observasi
1. Identifikasi kondisi rambut klien
2. Monitor kerontokan rambut klien
Terapeutik
1. Siapkan peralatan fasilitas yang ada
Edukasi
1. Jelaskan prosedur dan tujuan
perawatan rambut

7 Tanggal Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


keperawatan selama 1x24 Observasi
Perencanaan Berhubungan Dengan kurang
diharapkan kemampuan 1. Identifikasi kesiapan dan
Intervensi terpaparnya informasi
menjelaskan pengetahuan kemampuan menerima informasi
Keperawatan tentang suatu topik masalah Terapeutik
meningkat 1. Sediakan materi dan media
Kriteria Hasil : pendidikan kesehatan
 Tingkat pengetahuan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya

67
 Proses informasi Edukasi
meningkat 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
 Tingkat kepatuhan mempengaruhi kesehatan
meningkat 2. Ajarkan hidup bersih dan sehat

Edukasi Perawatan Bayi


Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
perawatan bayi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media
pendidikan tentang perawatan bayi
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan manfaat perawatan bayi
2. Anjurkan perawatan tali pusat

( Tabel 2.3.3 Intervensi Keperawatan Teoriti, Sumber : SDKI, SLKI, SIKI 2018
68
2.3.4 Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang lebih spesifik. Tahap melakukan tindakan dimulai setelah

rencana tindakan tersusun yang dapat untuk memenuhi kebutuhan yang

di butuhkan oleh klien pada saat itu Semua tindakan harus dicatat secara

lengkap dan adekuat karena hal demikian meruoakan suatu proses dalam

asuhan keperawatan. Dokumentasi yang dilakukan sangat berguna untuk

sebagi alat yang dapat digunakan sebagai komunikasi tertulis oleh antar

tim kesehatan sehingga memungkinkan pemberian tindakan keperawatan

yang berkesinambungan ( Nursalam, 2001).

2.3.4 Evaluasi

Evaluasi adalah proses keperawatan dimana untuk melihat keberhasilan

dalam pencapaian tujuan keperawatan dalam melakukan tindakan yang

sudah direncanakan dan dinilai kebutuhan untuk memodifikasi tujuan

atau intervensi keperawatan telah ditetapkan (Brooker, 2001).

69
2.4 Konsep Luka Post Sectio Caesaria

2.4.1 Definisi Luka Sectio Caesaria

Sectio Caesarea secara umum adalah operasi yang dilakukan untuk

membuka dinding perut dan uterus yang tujuannya untuk mengeluarkan

janin dan plasenta. (Wiknjosastro, 2005).

Luka adalah gangguan pada jaringan sel-sel kontinuitas kemudian akan

diikuti dengan proses pemulihana pada kontinuitas tersebut (Brunner dan

Suddart, 2001).

Luka sectio caesarea adalah dengan membuka dinding perut dengan

indikasi tertentu yang menyebabkan tejadinya gangguan kontinuitas sel

akibat dari operasi yang dilakukan pada dinding perut. (Brunner dan

Suddart, 2001).

70
2.4.2 Klasifikasi Jenis Luka Sectio Caesarea

Menurut Wiknjosastro (2005), luka Sectio Caesarea dapat

diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda

Merupakan operasi yang dilakukan dengan penyayapan di segmen

bawah uterus. Kelebihan operasi ini tidak mengeluarkan darah yang

banyak. Bahaya peritonitis tidak besar dalam masa initidak begitu

bnyak mengalami kontraksi korpus uteri, sehingga luka bisa sembuh

secara baik dan parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya

rupture uteri dikemudian hari tidak besar.

2. Sectio Caesarea Klasik atau Sectio Caesarea Corporal

Merupakan pembuatan penyayapan pada bagian tengah korpus uteri

sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vesiko

uterine. Insisi ini dibuat hanya diselenggarakan apabila ada halangan

untuk melakukan sectio caesarea transperitonealis profunda

(misalnya melekat eratnya uterus pada dinding perut karena Sectio

Caesarea yang dahulu, insisi di segmen bawah uterus mengandung

bahaya perdarahan banyak berhubungan dengan letaknya plasenta

pada plasenta previa). Kekurangan pembedahan ini disebabkan oleh

lebih besarnya bahaya peritonitis, dan kira-kira 4 kali lebih bahaya

rupture uteri pada kehamilan yang akan datang. Sesudah Sectio

Caesarea klasik sebaiknya dilakukan sterilisasi atau histerektomi.

71
3. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Sectio Caesarea ini dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi

puerperal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi,

pembedahan namun Sectio Caesarea ini sekarang tidak banyak lagi

dilakukan. Pembedahan tersebut sulit dalam tekniknya.

2.4.3 Penyulit yang Biasa Terjadi pada Tindakan Operasi Sectio Caesarea

Menurut Wiknyosastro (2005), penyulit yang biasa terjadi pada tindakan

Operasi Sectio Caesarea antara lain :

1. Pada Ibu

a. Infeksi Purperalis

Ketuban pecah dini resikonya lebih besar dari pada pasien yang

mengalami sectio caesarea elektif dan pasien yang mengalami

sectio caesarea karena plasenta previa karena perdarahan.

b. Perdarahan

Jika cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena uterina uteri

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan.

c. Komplikasi-komplikasi lain, seperti luka kandung kemih,

embolisme paru, komplikasi ini jarang terjadi.

d. Pada kehamilan berikutnya terjadi rupture uteri sehingga suatu

komplikasi baru yang tampak kemudian, ialah kurang kuatnya

parut pada dinding uterus.

72
2. Pada Anak

Nasib anak yang dilahirkan dengan Sectio Caesarea banyak

tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk medan sering kali

terjadi peritoneum tidak dapat dihindarkan.

2.4.4 Komplikasi Luka Sectio Caesarea

Menurut Wiknyosastro (2005) :

1. Hematoma

Balutan dilihat terhadap perdarahan (hemoragi) pada interval yang

sering selama 24 jam setelah pembedahan. Setiap perdarahan dalam

jumlah yang tidak semestinya dilaporkan. Pada waktunya, sedikit

perdarahan terjadi pada bawah kulit. Hemoragi ini biasanya berhenti

secara spontan tetapi mengakibatkan pembentukan bekuan didalam

luka. Jika bekuan kecil, maka akan terserap dan tidak harus ditangani.

Ketika lukanya besar dan luka biasanya menonjol dan penyembuhan

akan terhambat kecuali bekuan ini dibuang. Proses penyembuhan

biasanya dengan granulasi atau penutupan sekunder dapat dilakukan.

2. Infeksi

Stapihylococcuss Aureus menyebabkan banyak infeksi luka pasca

operatif. Infeksi lainnya dapat terjadi akibat escherichia coli, proteus

vulgaris. Bila terjadi proses inflamatori, hal ini biasanya

menyebabkan gejala dalam 36 sampai 48 jam. Frekuensi nadi dan

suhu tubuh meningkat, dan luka biasanya membengkak, hangat dan

73
nyeri tekan, tanda-tanda lokal mungkin tidak terdapat ketika infeksi

sudah mendalam.

3. Dehiscene dan Eviserasi

Gangguan insisi atau luka bedah dan eviserasi adalah penonjolan isi

luka disebut dengan dehicence. Komplikasi ini sering terjadi pada

jahitan yang lepas, infeksi dan yang lebih sering lagi karena batuk

keras dan mengejan.

2.4.5 Proses Penyembuhan Luka Sectio Caesarea

Menurut Moya, Morison (2003) proses fisiologis penyembuhan luka

dapat dibagi ke dalam 3 fase utama, yaitu:

1. Fase Inflamasi (durasi 0-3 hari)

Sehingga dapat menyebabkan vasodilatasi dari pembuluh darah

sekeliling yang masih utuh serta meningkatnya penyediaan darah ke

daerah tersebut, sehingga menyebabkan merah dan hangat dan

jaringan yang rusak dan sel mati melepaskan histamine dan mediator

lain. Permeabilitas kapiler darah meningkat dan cairan yang kaya

akan protein mengalir ke interstitial menyebabkan oedema lokal.

2. Fase destruksi (1-6 hari)

Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami devitalisasi

dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf menelan dan

menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi

hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa

keberadaan sel tersebut.

74
3. Fase Proliferasi (durasi 3-24 hari)

Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-

sel yang bermigrasi. Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan

mukopolisakarida.

4. Fase Maturasi (durasi 24-365 hari)

Dalam setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel

pada pinggir luka dan sisa- sisa folikel membelah dan mulai

berimigrasi di atas jaringan granulasi baru.

2.4.6 Tipe Penyembuhan Luka Sectio Caesarea

Menurut Moya, Morison (2003) proses penyembuhan luka akan melalui

beberapa intensi penyembuhan, antara lain:

1. Penyembuhan Melalui Intensi Pertama (Primary Intention)

Luka terjadi dengan pengrusakan jaringan yang minimum, dibuat

secara aseptic, penutupan terjadi dengan baik, jaringan granulasi

tidak tampak, dan pembentukan jaringan parut minimal.

2. Penyembuhan Melalui Intensi Kedua (Granulasi )

Proses penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama, pada luka

terjadi pembentukan pus atau tepi luka tidak saling merapat.

3. Melalui Intensi Ketiga (Secondary Suture)

Terjadi pada luka yang dalam yang belum dijahit atau terlepas dan

kemudian dijahit kembali, dua permukaan granulasi yang berlawanan

disambungkan sehingga akan membentuk jaringan parut yang lebih

dalam dan luas.

75
2.4.7 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sectio Caesarea

Menurut Craven dan Hirnle (2000), yang mempengaruhi penyembuhan

luka dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

1. Faktor Luka

a. Kontaminasi Luka

Teknik pembalutan yang tidak adekuat, bila terlalu kecil

memungkinkan invasi dan kontaminasi bakteri, jika terlalu

kencang dapat mengurangi suplay oksigen yang membawa nutrisi

dan oksigen.

b. Edema

Penurunan suplay oksigen melalui gerakan meningkat tekanan

intersisial pada pembuluh darah.

c. Hemoragi

Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang

harus disingkirkan.

2. Faktor Umum

a. Usia

Makin tua pasien maka makin kurang lentur jaringan.

b. Nutrisi

Pada penyembuhan luka kebutuhan akan nutrisi meningkat

seiring dengan stress fisiologis yang menyebabkan defisiensi

protein nutrisi yang kurang dapat menghambat sintesis kolagen

dan terjadi penurunan fungsi leukosit.

76
c. Obesitas

Pada pasien obesitas jaringan adiposa biasanya mengalami

avaskuler sehingga mekanisme pertahanan terhadap mikroba

sangat lemah dan mengganggu suplay nutrisi kearah luka,

akibatnya penyembuhan luka menjadi lambat.

d. Medikasi

Seperti steroid, anti koagulan, anti biotik spektrum luas dapat

mempengaruhi penyembuhan pada luka.

3. Faktor lokal

a. Sifat injuri

Bentuk luka, Kedalaman luka dan luas jaringan yang rusak bisa

mempengaruhi penyembuhan luka.

b. Adanya infeksi

Penyembuhan luka menjadi lambat jika pada luka terdapat kuman

patogen penyebab infeksi,

c. Lingkungan setempat

Dengan adanya drainase pada luka. PH yang harusnya antara 7,0

sampai 7,6 menjadi berubah sehingga mempengaruhi

penyembuhan luka. Pada area luka dapat mempengaruhi sirkulasi

darah pada daerah luka dengan adanya tekanan.

77
2.4.8 Teknik Pre Operasi dalam Mencegah Infeksi pada Proses

Penyembuhan Luka Sectio Caesarea

1. Teknik Aseptik

Selama satu abad terakhir, ilmu kedokteran mengalami kemajuan

yang sangat pesat. Melakukan pembedahan tubuh manusia tanpa

kekhawatiran akan terjadinya infeksi atau Kemajuan terpenting yang

telah dicapai adalah kemajuan untuk memanipulasi. Dengan

kemampuan ini, pembedahan terapi intravena, prosedur diagnostik

invasif, penyuntikan obat-obatan, perawatan luka serta seluruh

tindakan-tindakan pembedahan, bisa dikerjakan. Dasar dari

kemampuan ini adalah sekumpulan cara yang dikenal sebagai teknik

aseptik (Van Way III dan Buerk, 1990).

Teknik aseptik didasarkan pada pengandaian bahwa infeksi berasal

dari luar, yang kemudian masuk dalam tubuh. Untuk memastika

bahwa setiap prosedur dikerjakan sedemikian rupa agar bakteri tidak

dapat masuk untuk pecegahan infeksi luka. Prosedur dikerjakan di

daerah yang steril di mana semua bakteri telah dimusnahkan,

termasuk bakteri yang biasa menetap di kulit penderita. Semua

instrumen, benang, serta cairan yang dipakai disucihamakan terlebih

dulu. Tangan ahli bedah ditutupi dengan sarung tangan karet dan

harus dibersihkan dari bakteri (Van Way III dan Buerk, 1990).

78
2. Mensucihamakan Kulit

Dalam keadaan normal di permukaan kulit teredapat bakteri karena

itu kulit harus dibersihkan dari semua kotoran dan disucihamakan

dengan larutan antiseptik. Dikenal beberapa larutan antiseptik antara

lain Menurut Wiknyosastro (2005) :

a. Yodium

Merupakan salah satu antiseptik tertua yang masih dipakai.

Yodium juga bersifat toksik dan dapat membakar kulit dan

yodium merupakan antiseptik yang ampuh.

b. Yodofor

Merupakan kombinasi antara yodium dengan suatu molekul

organik. Ia mengandung detergen yang digunakan untuk

membasuh tangan yang tersedia dalam bentuk larutan.

c. Alkohol

Kebiasaan mengusap kulit dengan alkohol sebelum menyuntik

barangkali merupakan tindakan yang tidak perlu karena banyak

dipakai sebagai antiseptik untuk injeksi muskular, meski

membersihkan kulit, ia tidak cukup membunuh bakteri.

d. Merkuri

Merupakan antiseptik yang cukup ampuh. Merkuri klorida

bersifat toksik untuk kulit. Di mana timerosol merupakan

senyawa yang paling sering dipakai, yang lebih efektif adalah

senyawa-senyawa merkuri organik. Senyawa-senyawa ini relatif

79
nontoksik, tetapi sukar menembus kulit. Bersifat bakteriostatik,

bukan bakterisit.

e. Chlorhexidine Gluconate

Chlorhexidine gluconate banyak dipakai karena bersifat bakterisit

dengan aktivitas anti mikroba yang berlangsung secara terus

menerus. Larutan ini sering digunakan untuk mensucihamakan

tangan dan kulit daerah operasi karena tidak dapat menimbulkan

iritasi.

f. Providon Iodin

Providon Iodin Adalah senyawa kompleks dari iodin dan

providon, mengadakan presipitasi protein dan merusak enzim

kuman dapat dikenal sebagai antiseptik halogen. Larutan ini

digunakan sebagai antiseptik kulit menjelang operasi. Saat

mensucihamakan kulit daerah operasi, prinsip yang utama adalah

mulai dari tengah dan bekerja ke arah luar. Pada luka yang

terkontaminasi, kulit di sekitarnya disucihamakan terlebih dahulu,

baru kemudian lukanya. Daerah yang disucihamakan harus jauh

lebih luas dari lapangan operasi yang disucihamakan.

2.3.9 Perawatan Luka Operasi

Luka perlu ditutup dengan kasa steril, sehingga sisa darah dapat diserap

oleh kasa. Terjadinya kontaminasi (kemasukan kuman), tersenggol, dan

memberi kepercayaan pada pasien bahwa lukanya diperhatikan oleh

perawat dengan cara menutup luka.

80
Sehabis operasi, luka yang timbul langsung ditutup dengan kasa steril

selagi dikamar bedah dan biasanya tidak perlu diganti sampai diangkat

jahitannya, kecuali bila terjadi perdarahan sampai darahnya menembus

diatas kasa, barulah diganti dengan kasa steril. Pada saat mengganti kasa

yang lama perlu diperhatikan teknik asepsis supaya tidak terjadi infeksi.

Jahitan luka dibuka setengahnya pada hari kelima dan sisanya dibuka

pada hari keenam atau ketujuh (Oswari, 2005).

2.3.10 Status Kesehatan yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

Sectio Caesarea

1. Sectio caesarea pada ibu hamil yang menderita Diabetes Melitus

Keadaan ini tidak berbeda dengan kehamilan non diabetes.

Penatalaksanaan diabetes lebih mudah, karena pasien dapat makan

karbohidrat peroral segera setelah periode pasca bedah ketika

kebutuhan insulin menurun dengan tajam. Biasanya dipilih glukosa

dan insulin intra vena untuk mengelola periode pra dan intra bedah

dalam kasus sectio caesarea dibawah anestesi umum. Penderita

Diabetes Melitus yang melahirkan Sectio caesarea baik sebagai

prosedur yang direncanakan maupun tidak berada dalam peningkatan

resilko intra uterin pasca bedah dan infeksi luka menurut Diamond

dan rekan (1986) dikutip oleh Michael, (1996).

81
2. Sectio caesarea elektif pada hipertensi kehamilan

Diagnosis preeklamsi berat sudah ditegakkan, kecendrungan untuk

kelahiran janin segera. Beberapa kekhawatiran, antara lain serviks

yang kurang siap sehingga induksi persalinan kurang berhasil, adanya

perasaan darurat karena keparahan preeklamsi, dan perlunya

mengkoordinasikan perawatan neonatal, mendorong sebagian dokter

untuk menganjurkan sectio caesaria elektif (Cunningham, 2005).

82
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 19 Juni 2019

3.1.1 Identitas Pasien

Nama/ Inisial : Ny. M

Umur : 27 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Rumah Tangga

Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)

Alamat : Jln. Batu Putiah, Jor. Durian

Kec. Kamang Magek, Agam

Sumatera Barat

No MR : 522398

Ruang Rawat : Ruang Gabung Operasi (RGO)

Tanggal Masuk : 15 Juni 2019

Diagnosa Medis : P1A0H1 Post SC Hari ke 4 atas Indikasi KPD 12

Jam

83
Penanggung Jawab

Nama : Tn. E

Umur : 31 Tahun

Hubungan Keluarga : Suami

Alamat : Jln. Batu Putiah, Jor. Durian

Kec. Kamang Magek, Agam

Sumatera Barat

3.1.2 Alasan Masuk Klien

Klien masuk ke Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi pada hari sabtu tanggal 15 Juni 2019 jam 14.00

WIB, klien post SC hari ke 4 dirawat dengan G1P0A0, hamil 37 minggu

atas indikasi Ketuban Pecah Dini 12 jam.

3.1.3 Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat melakukan pengkajian pada hari ke 4 setelah post SC, klien

mengatakan takut terjadinya infeksi pada luka operasinya, klien

tampak memegang luka di bagian post SC, mobilisasi klien tampak

sudah membaik yaitu klien sudah bisa berjalan sendiri, namun klien

cemas dengan kondisi bayinya karena klien berbeda ruangan dengan

bayinya yang dirawat di Ruangan khusus bayi dan klien mengatakan

tidak tahu tentang perawatan payudara, kontrasepsi atau KB yang

bagus untuk klien post SC. Hasil pengkajian TTV Tekanan Darah :

84
120/ 70 mmHg, Nadi : 80x/ menit, Pernafasan : 20x/ menit dan Suhu

: 36,5° C.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit lain dan tidak pernah

menjani perawatan di Rumah Sakit sebelumnya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan tidak ada menderita penyakit keturunan seperti

Hipertensi, Diabetes Melitus dan Jantung.

4. Genogram

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

: Serumah

(Gambar 3.1.3 Genogram Ny. M)

85
5. Riwayat Mentruasi

Menarche (umur) : 12 Tahun

Siklus Haid : 30 Hari

Lama Haid : 7 Hari

Ganti Duk : 3x dalam sehari

Masalah Selama Haid : Desminore (Nyeri Haid)

6. Riwayat Kehamilan

HPHT : 17 September 2018

Taksiran Pesalinan : 24 Juni 2019

Kehamilan : Ke 1 (Satu)

7. Riwayat Persalinan

Janis Pesalinan : SC atas Indikasi KPD 12 Jam

Persalinan : Ke 1 (Satu)

Jenis Kelamin Bayi : Laki-laki

BB/ PB Bayi : 2700 gram/ 149 cm

Pendarahan : ± 300 cc (Saat Persalinan)

8. Riwayat Kelahiran Bayi

1) Riwayat Persalinan Bayi

Jenis Persalinan : SC

Penyulit dalam Persalinan : Tidak Ada

Lama Persalinan : 2 Jam

86
2) Pengkajian Fisik Bayi

Tanda-tanda Vital Bayi

Suhu : 35.8º C

Nadi : 160x/ Menit

Pernafasan : 56x/ Menit

Jenis Kelamin : Laki-laki

Berat Badan : 2700 gram

Panjang Badan : 49 cm

Lingkar Kepala : 31 cm

Lingkar Dada : 29 cm

Lingkar Perut : 28 cm

Simpisis Kaki : 20 cm

Panjang Lengan :17 cm

Panjang Kaki :19 cm

9. Rencana Kontrasepsi

Klien mengatakan tidak tahu tentang kontrasepsi, namun setelah

dijelaskan apa itu kontrasepsi, macam-macam dari kontrasepsi dan

apa keuntungan dari kontrasepsi. Klien merencanakan kontrasepsi

yang digunakan adalah PIL.

87
3.1.4 Pemeriksaan Umum

Kesedaran : Compos Mentis

GCS :E :4

V :5 15

M :6

BB : 50 kg

TB : 150 cm

Tanda Vital : TD : 120/ 70 mmHg

P : 20x/ menit

N : 80x/ menit

S : 36,5º C

Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

a. Rambut

Rambut tampak hitam panjang, bersih, tidak berketombe namun

sedikit tampat berminyak dan di kulit kepala tidak ada

pembengkakakn dan luka.

b. Mata

Mata tampak simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, pupil isokor dan fungsi penglihatan baik.

c. Hidung

Hidung tampak simetris, bersih atau tidak ada pengeluaran cairan

sekret, tidak ada pembengkakan, tidak ada luka, tidak ada polip

dan fungsi penciuman baik.

88
d. Mulut dan Gigi

Mulut tampak simetris, mukosa mulut lembab dan gigi tampak

lengkap, bersih namun ada karies di kanan bagian bawah.

e. Telinga

Telinga tampak simetris kanan kiri, tidak ada kotoran serumen,

tidak ada pembengkakakn, tidak ada luka dan fungsi pendengaran

baik.

f. Leher

Leher tampak tidak ada oedema, tidak ada lesi, tidak ada getah

bening dan tidak ada kelenjer tyroid.

2. Thorak

a. Payudara

Payudara tampak simetris kiri kanan, aerola bewarna hitam

kecoklatan (Hiperpigmentasi), produksi ASI banyak, puting

menonjol di kedua payudara, payudara terasa padat dan payudara

tidak ada kelainan.

b. Paru-paru

I : Pergerakan paru kanan kiri sama

P : Tidak ada sakit saat ditekan dan pembengkakkan

P : Sonor dikedua lapang paru

A : Suara nafas vesikuler dan tidak ada terdengar bunyi

suara nafas tambahan

89
c. Jantung

I : Pergerakan jantung normal

P : Tidak ada sakit saat di tekan dan pembengkakkan

P : Suara jantung redup

A : Bunyi jantung normal (Lup Dup)

d. Abdomen

I : Warna kulit abdomen tampak kecoklatan, di abdomen

tampak luka post SC berbentuk horizontal dengan

diameter ± 10 cm dan ada striae gravidarum (garis-garis

yang terlihat di kulit perut).

A : Bising usus normal (12x/ menit

P : Involusi uterus baik, tinggi fundus 2 jari dibawah

pusat

P : Tympani

Jika Post Natal Lengakapi Dengan

1) Diastasis Rectus Abdominal (Penekanan Otot pada Abdomen)

“Saat dilakukan penekan di otot abdomen kedalaman tekanan

adalah 2 cm (normal)”.

2) Fundus Uteri

Tinggi : 2 jari di bawah pusat

Posisi : Di bagian tengah

(Miometrium)

Kontraksi : Bagus (Keras)

90
3. Ekstremitas

a. Ekstremitas Atas

Ekstremitas atas klien tampak tidak ada pembengkakan, tidak ada

luka, tidak ada kelemahan dan pasien tidak terpasang infuse.

b. Ekstremitas Bawah

Ekstremitas bawah klien tampak tidak ada pembengkakan, tidak

ada luka, tidak ada sakit saat di tekan, tidak ada kelemahan dan

Homan signs / Trombosis Vena (-).

4. Genetalia

Genetalia klien tampak bersih dan tidak terpasang kateter

a. Lochea

Jenis : Sanguinolenta

Jumlah : ± 50 cc dalam 2 kali ganti duk sehari

Warna : Merah kecoklatan berisi selaput lendir

Bau : Amis

Konsistensi : Cair

b. Perinium

Perinium klien tampak bersih, utuh, tidak ada robek, tidak luka

ada episiotomy dan tidak ada varices

Reeda Signs :

Redness (Kemerahan) : Tidak ada

Edema (Bengkak) : Tidak ada

91
Ecchymosis (Bercak perdarahan) : Tidak ada

Discharge (Pengeluaran darah dari luka) : Tidak ada

Approximatio (Perekatan/ Jahitan) : Tidak ada

5. Integument

Kulit klien tampak bewarna sawo matang, tidak ada chloasma

gravidarum, turgor kulit bagus, tidak ada pembekakakan, tidak ada

luka dan tidak ada nyeri tekan.

92
3.1.5 Data Biologis

No Aktivitas Sehat Sakit

1 Nutrisi

Makan

 Menu Nasi+lauk Nasi+lauk pauk+sayur

pauk+sayur

 Porsi 1 piring 1 piring (Habis)

 Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada

 Makanan kesukaan Tidak ada Tidak ada

Minum

 Jumlah ± 6 gelas sehari ± 8 gelas sehari

 Minuman kesukaan Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada


 Minuman pantangan

2 Eliminasi

BAB

 Frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari (Di hari

ke 4 post SC)

 Warna Kuning Kuning

 Bau Khas Khas

 Konsistensi Lembek Lembek

 Kesulitan Jika kurang Tidak ada

konsumsi sayur

93
BAK

 Frekuensi ±5 kali sehari ± 5 kali sehari

 Warna Kuning Kuning

 Bau Pesing Pesing

 Konsistensi Cair Cair

 Kesulitan Tidak ada Tidak ada

3 Istirahat dan Tidur

 Waktu tidur Jam 21.00 Wib Tidak menentu

 Lama tidur ± 6 jam ± 7 jam

 Hal yang Mendengarkan Tidak ada

memudahkan tidur musik

 Hal yang Tidak adak Tidak ada

menyulitkan tidur

4 Personal Hygiene

 Mandi 2 kali sehari Hanya di lap

 Cuci rambut 1 kali sehari Belum ada

 Gosok gigi 2 kali sehari 2 kali sehari

 Potong kuku 1 kali seminggu Belum ada

( Tabel 3.1.5 Data Biologis Ny.M )

94
3.1.6 Riwayat Alergi

Klien mengatakan tidak ada memiliki riwayat alergi dengan makanan,

obat dan lingkungan.

3.1.7 Riwayat Psikologis

Klien dan keluarga merasa senang dan bahagia atas kelahiran anak

pertama dari Ny. M, namun klien merasa sedih karena terpisah ruang

rawatan dengan bayinya yang dirawat di Ruangan Perinatologi. Pada

fase ini klien mengatakan 2 hari ini sudah menyusui bayinya dan

memberikan kehangatan pada bayinya sejak 4 hari setelah post SC,

walaupun itu hanya bisa dilakukan sebentar karena bayi masih dirawat di

Ruang Perinatologi. Dan dari hasil pengumpulan data yang dilakukan

pada tanggal 12 Juni 2019, psikologis klien berada pada fase adaptasi

Taking Hold atau masa kekhawatiran ibu tingkat tinggi dalam perawatan

bayinya. Dan pada tahap ini ibu akan ajarkan bagaimana cara perawatan

bayi, perawatan payudara, teknik menyusui yang benar dan pendidikan

kesehatan lainnya.

3.1.8 Riwayat Sosial Ekonomi

Klien merupakan seorang ibu Rumah Tangga, suami klien hanya bekerja

sebagai seorang petani. Sumber kebutuhan klien sehari-hari hanya di

dapat dari penghasilan suami yang kira ± 2000.000 dalam 1 bulan. Klien

dapat digolongkan dalam keluarga kelompok sosial menengah. Dan klien

menjalani perawatan di Rumah Sakit menggunakan BPJS.

95
3.1.9 Data Spritual

Klien mengatakan beragama islam. Sebelum masuk rumah sakit klien

rajin melaksanakan ibadah terutama melaksanakan sholat 5 waktu. Klien

mengatakan ia merasakan sedih karena bayinya dirawat di Ruangan

Perinatologi, bayi lahir cukup bulan (37 minggu), BB 2700 gram, tidak

menangis saat lahir, ektremitas atas dan bawah kebiruan saat lahir,

namun walaupun demikian klien tetap berdoa agar bayinya selalu sehat.

3.1.10 Pengetahuan Ibu Tentang

1. Perawatan Bayi

Klien mengatakan bahwa ini adalah kelahiran anak pertamanya dan

klien sudah tahu bagaimana cara perawatan bayi seperti

memandikan, membedong dan menggendong bayi. Klien belajar itu

semua dari saudara-saudaranya, namun klien belum melakukan

bagaimana cara memandikan bayinya dikarenakan kondisik fisik.

2. ASI Ekslusif

Klien mengatakan sudah mengetahui tentang ASI Ekslusif, yaitu

pemberian ASI selama 6 bulan pada bayi. Klien mengetahui itu

semua dari bidan dekat rumahnya, dan klien juga rajin melakukan

pemeriksaan dan bertanya ke bidan tersebut.

3. Perawatan Payudara

Klien mengatakan tidak mengetahui cara perawatan payudara yang

baik dan cara mengaplikasikannya dengan benar, seperti

mengompres, pemijatan dan perawatan puting pada payudara.

96
4. Teknik Menyusui

Klien mengatakan sudah mengetahui tentang teknik pemberian ASI

yang benar seperti posisi tangan saat memberikan ASI, pengetahuan

itu di dapatkan dari saudara klien yang yang sudah melahirkan

multigravida.

3.1.11 Data Penunjang

Pemeriksaan Tanggal 15 Juni 2019 Jam 13.07 WIB

No Nama Jumlah Satuan Nilai

Pemeriksaan Rujukan

1 HGB 13,9 ( g/dl ) W 12.0-14,0

2 RBC 4.94 ( 10ˆ6/ ul ) W 4,0-5.0

3 HCT 40.0 (%) W 37,0-43,0

4 WBC 17.49 (10ˆ6/ ul ) 5,0-10.0

( Tabel 3.1.11 Data Penunjang Ny. M Tanggal 15 Juni 2019 )

Pemeriksaan 16 Juni 2019 Jam 05.54 WIB

No Nama Jumlah Satuan Nilai

Pemeriksaan Rujukan

1 HGB 12,7 ( g/dl ) W 12.0-14,0

2 RBC 4.51 ( 10ˆ6/ ul ) W 4,0-5.0

3 HCT 36.9 (%) W 37,0-43,0

4 WBC 22.94 (10ˆ6/ ul ) 5,0-10.0

( Tabel 3.1.11 Data Penunjang Ny. M Tanggal 16 Juni 2019 )

97
3.1.12 Data Pengobatan

No Nama Dosis Frekuensi Keterangan

Obat

1 Patral 500 gr 3x1 Indikasi :


 Untuk mengobati nyeri
sedang sampai berat, baik
nyeri akut maupun kronis
(pasca operasi
Kontra Indikasi :
 Tidak dianjurkan pada
pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif pada
tramadol atau opioid
analgetik lainnya
 Tidak dianjurkan pada
penderita asma akut atau
asma bronkial berat

2 Ferrous 100 gr 1x1 Indikasi :


Sulfate  Mencegahan kadar besi
rendah dalam darah
Kontra Indikasi :
 Tidak dianjurkan pada
penderita zat besi berlebih

3 VIT C 50 gr 3x1 Indikasi :


 Untuk menyerap zat besi
yang diperlukan untuk
produksi sel darah merah

98
Kontra Indikasi :
 Tidak dianjurkan pada
pasien alergi pada
penggunaan suplemen
vitamin c atau alergi pada
bahan inaktif dalam
suplemen

( Tabel 3.1.12 Data Pengobatan Ny.M )

99
3.1.13 Data Fokus

a. Data Sabjektif

1. Klien mengatakan post SC sudah hari ke 4

2. Klien mengatakan takut infeksi pada luka post SC

3. Klien mengatakan takut untuk bergerak karena ada luka post SC

di abdomen

4. Klien mengatakan tidak nyaman pada luka jahitan post SC

5. Klien mengatakan verban luka post SC sudah diganti

6. Klien mengatakan cemas pada bayinya yang dirawat di ruang

perinatologi

7. Klien mengatakan khawatir dengan kondisi bayinya

8. Klien mengatakan masih memikirkan keadaan kesehatannya dan

kondisi bayinya yang sedang dirawat di ruang khusus bayi.

9. Klien mengatakan tidak tahu bagaimana teknik melakukan

perawatan payudara

10. Klien mengatakan masih ragu dalam merencanakan penggunaan

kontrasepsi

11. Klien mengatakan selama hamil belum pernah bertanya tentang

kontrasepsi pada saat konsultasi di rumah bidan

100
b. Data Objektif

1. Klien tampak lemah

2. Klien tampak memegang luka di bagian post SC

3. Tampak terdapat luka post SC horizontal dengan diameter ±10

cm di abdomen

4. Luka post SC klien tampak sudah terjadi infeksi, saat dilakukan

perawatan luka sudah diberi nebacetine (powder) dosis 5 g,

namun kondisi luka pada saat itu tampak masih sedikit basah di

bagian tepi kiri jahitan tapi saat dilakukan penekanan pada luka

tidak ada pengeluaran pus

5. Dilihat dari hasil labor klien tanggal 15 juni 2019 leukosit klien

17.49 (10ˆ6/ ul)

6. Dilihat dari hasil labor klien tanggal 16 juni 2019 leukosit klien

22.94 (10ˆ6/ ul)

7. Luka post SC klien tampak ditutup verban

8. Tanda-tanda Vital

TD :120/ 70 mmHg

N : 80x/ menit

P : 20x/ menit

S : 36,6º C

9. Bayi klien tampak sedang dirawat di ruang perinatologi dengan

kondisi afiksia (Organ yang tidak cukup oksigen sebelum, selama

dan sesudah persalinan)

10. Klien tampak sedih saat ditanya tentang keadaan bayinya

101
11. Klien tampak sadih disaat melihat teman sekamarnya

menggendong bayi-bayi mereka

12. Klien dan keluarga tampak sering bolak-balik ruang perinatologi

untuk melihat keadaan bayinya

13. Klien tampak bingung saat ditanya tentang perawatan payudara,

dan kontrasepsi yang digunakan pada klien post SC

14. Klien tampak bertanya setelah dijelaskan bagaimana cara

melakukan perawatan payudara dan kontrasepsi yang bagus

untuak klien post SC

102
ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1 DS Infeksi Efek Prosedur


 Klien mengatakan post Invasif
SC sudah hari ke 4
 Klien mengatakan takut
infeksi pada luka post
SC
 Klien mengatakan takut
untuk bergerak karena
ada luka post SC di
abdomen
 Klien mengatakan tidak
nyaman pada luka
jahitan post SC
 Klien mengatakan
verban luka post SC
sudah diganti
DO
 Klien tampak lemah
 Klien tampak
memegang luka di
bagian post SC
 Tampak terdapat luka
post SC horizontal
dengan diameter ±10 cm
di abdomen
 Luka post SC klien
tampak tanda-tanda
terjadi infeksi, saat
dilakukan perawatan

103
luka sudah diberi
nebacetine (powder)
dosis 5 g, namun
kondisi luka pada saat
itu tampak masih sedikit
basah di bagian tepi kiri
jahitan tapi saat
dilakukan penekanan
pada luka tidak ada
pengeluaran pus
 Dilihat dari hasil labor
klien tanggal 15 juni
2019 leukosit klien
17.49 (10ˆ6/ ul)
 Dilihat dari hasil labor
klien tanggal 16 juni
2019 leukosit klien
22.94 (10ˆ6/ ul)
 Luka post SC klien
tampak tertutup verban
 Tanda-tanda Vital
TD :120/ 70 mmHg
N : 80x/ menit
P : 20x/ menit
S : 36,6º C

2 DS Ansietas Hubungan Orang


 Klien mengatakan Tua Anak Tidak
cemas pada bayinya Memuaskan
yang dirawat di ruang
khusus bayi

104
 Klien mengatakan
khawatir dengan kondisi
bayinya
 Klien mengatakan masih
memikirkan keadaan
kesehatannya dan
kondisi bayinya yang
sedang dirawat di ruang
khusus
DO
 Klien tampak lemah
 Bayi klien tampak
sedang dirawat di ruang
perinatologi dengan
kondisi afasia (Organ
yang tidak cukup
oksigen sebelum,
selama dan sesudah
persalinan)
 Klien tampak sedih saat
ditanya tentang keadaan
bayinya
 Klien tampak sadih
disaat melihat teman
sekamarnya
menggendong bayi-bayi
mereka
 Klien dan keluarga
tampak sering bolak-
balik ruang perinatologi
untuk melihat keadaan
bayinya

105
3 DS Defisit Kurang Terpapar
Pengetahuan Informasi
 Klien mengatakan tidak

tahu bagaimana cara

melakukan perawatan

payudara

 Klien mengatakan masih

ragu dalam

merencanakan

penggunaan kontrasepsi

 Klien mengatakan

selama hamil belum

pernah bertanya tentang

kontrasepsi

pada saat konsultasi di

rumah bidan

DO

 Klien tampak bingung

saat ditanya tentang

perawatan payudara dan

kontrasepsi yang bagus

digunakan klien post SC

 Klien tampak bertanya

setelah diberi penjelasan

tentang perawatan

106
payudara dan apa itu

kontrasepsi dan macam-

macam dari kontrasepsi

( Tabel 3.1.13 Analisa Data Ny. M )

3.2 Diagnosa Medis

1. Infeksi Berhubungan Dengan efek prosedur invasif

2. Ansietas Berhubungan Dengan hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.

3. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan kurang terpapar informasi

107
3.3 Intervensi Keperawatan

No Hari Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Tanggal
1 Rabu Infeksi Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
efek prosedur invasif keperawatan selama 1x24 Observasi
19 Juni
DS diharapkan kemerahan dan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2019
 Klien mengatakan post tingkat infeksi menurun lokal dan sistemik
SC sudah hari ke 4 Kriteria Hasil : Terapeutik
 Klien mengatakan takut  Tingkat infeksi 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
infeksi pada luka post SC menurun kontak dengan pasien dan
 Klien mengatakan takut  Integritas kulit dan lingkungan pasien
untuk bergerak karena jaringan membaik 2. Pertahankan teknik aseptik pada
ada luka post SC di  Status imun pasien beresiko infeksi
abdomen membaik Edukasi
 Klien mengatakan tidak 2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

nyaman pada luka jahitan 3. Ajarkan cara memeriksa kondisi

post SC luka dan luka operasi


4. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi

108
 Klien mengatakan verban Perawatan Luka
luka post SC sudah Observasi
diganti 1. Monitor karakteristik luka
2. Monitor tanda-tanda infeksi
DO
Terapeutik
 Klien tampak lemah
1. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
 Tampak terdapat luka
pembersih nontoksik
post SC horizontal
2. Pertahankan teknik steril saat
dengan diameter ±10 cm
melakukan perawatan luka
di abdomen
Edukasi
 Luka post SC klien
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
tampak sudah terjadi
2. Ajarkan prosedurperawatan luka
infeksi, saat dilakukan
secara mandiri
perawatan luka sudah
Kalaborasi
diberi nebacetine
1. Kalaborasi pemberian antibiotik
(powder) dosis 5 g,
namun kondisi luka pada
saat itu tampak masih
sedikit basah tapi saat
dilakukan penekanan

109
pada luka tidak ada
pengeluaran pus
 Luka post SC klien
tampak sedikit basah di
bagian tepi kiri jahitan
 Saat dilakukan perawatan
luka, luka post SC diberi
nebacetine (powder)
dosis 5 g (Kapan perlu)
 Dilihat dari hasil labor
klien tanggal 15 juni
2019 leukosit klien 17.49
(10ˆ6/ ul)
 Dilihat dari hasil labor
klien tanggal 16 juni
2019 leukosit klien 22.94
(10ˆ6/ ul)
 Luka post SC klien
tampak sudah diganti

110
 Tanda-tanda Vital
TD :120/ 70 mmHg
N : 80x/ menit
P : 20x/ menit
S : 36,6º C

2 Rabu Ansietas Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas


hubungan orang tua-anak tidak keperawatan selama 1x24 Observasi
19 Juni
memuaskan diharapkan tingkat 1. Identifikasi saat ansietas berubah
2019
DS kecemasan menurun 2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
 Klien mengatakan cemas Kriteria Hasil : dan non verbal)
pada bayinya yang  Tingkat ansietas Terapeutik
dirawat di ruang menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
perinatologi  Proses informasi menumbuhkan kepercayaan
 Klien mengatakan meningkat 2. Temani pasien untuk mengurangi
khawatir dengan kondisi  Tingkat pengetahuan kecemasan
bayinya meningkat 3. Pahami situasi yang membuat
 Klien mengatakan masih ansietas
memikirkan keadaan 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
kesehatannya dan kondisi

111
bayinya yang sedang Edukasi
dirawat di ruang 1. Anjurkan keluarga untuk tetap
perinatologi bersama pasien
2. Anjurkan mengungkapkan perasaan
DO
dan persepsi
 Klien tampak lemah
Kalaborasi
 Bayi klien tampak
1. Kalaborasi pemberian obat
sedang dirawat di ruang
antiansietas (jika perlu)
perinatologi dengan
Terapi Relaksasi
kondisi afasia (Organ
Observasi
yang tidak cukup oksigen
1. Identifikasi teknik relaksasi yang
sebelum, selama dan
pernah efektif digunakan
sesudah persalinan)
2. Monitor respon terhadap terapi
 Klien tampak sedih saat
reksasi
ditanya tentang keadaan
Terapeutik
bayinya
1. Gunakan relaksasi sebagai strategi
 Klien tampak sadih
penunjang dengan analgetik atau
disaat melihat teman
tindkan medis lainnya
sekamarnya

112
menggendong bayi-bayi Edukasi
mereka 1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
 Klien tampak sering dan jenis teknik relaksasi
bolak-balik ruang
perinatologi untuk
melihat keadaan bayinya

3 Rabu Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


Berhubungan Dengan kurang keperawatan selama 1x24 Observasi
19 Juni
terpaparnya informasi diharapkan kemampuan 1. Identifikasi kesiapan dan
2019
DS menjelaskan pengetahuan kemampuan menerima informasi
 Klien mengatakan tidak tentang suatu topik masalah Terapeutik
tahu bagaimana cara meningkat 1. Sediakan materi dan media
melakukan perawatan Kriteria Hasil : pendidikan kesehatan
payudara  Tingkat pengetahuan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
 Klien mengatakan masih meningkat sesuai kesepakatan
ragu dalam  Proses informasi 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
merencanakan meningkat Edukasi
penggunaan kontrasepsi  Tingkat kepatuhan 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
meningkat mempengaruhi kesehatan

113
 Klien mengatakan 2. Ajarkan hidup bersih dan sehat
selama hamil belum Edukasi Keluarga Berencana
pernah bertanya tentang Observasi
kontrasepsi 1. Identifikasi kesiapan dan
pada saat konsultasi di kemampuan menerima informasi
rumah bidan Terapeutik
DO 1. Tempatakan kelompok sesuai
 Klien tampak bingung dengan potensi yang dimiliki
saat ditanya tentang 2. Identifikasi perbaikan program
perawatan payudara dan layanan kesehatan
kontrasepsi yang bagus Edukasi
digunakan klien post SC 1. Informasikan kesehatan yang
 Klien tampak bertanya dibutuhkan kelompok
setelah diberi penjelasan Konsultasi
tentang perawatan 1. Kalaborasi individu, kelompok, atau
payudara dan apa itu organisasi untuk pencapaian
kontrasepsi dan macam- pemenuhan kebutuhan kesehatan dan
macam dari kontrasepsi komitmen untuk mengupayakan
promotif dan preventif
( Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan Pada Ny.M )

114
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan (Pertama)

N Hari Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf


o Tanggal Keperawatan
1 Rabu Infeksi Pukul Melakukan Pencegahan S Yulia
Infeksi  Klien mengatakan post SC
19 Juni Berhubungan 09.00 Rahmi
Observasi sudah hari ke 4
2019 Dengan efek WIB
1. Memonitor tanda dan  Klien mengatakan takut
prosedur invasif gejala infeksi lokal dan infeksi pada luka post SC
sistemik  Klien mengatakan takut
Terapeutik untuk bergerak karena ada
1. Mencuci tangan sebelum luka post SC di abdomen
dan sesudah kontak  Klien mengatakan tidak
dengan pasien dan nyaman pada luka jahitan
lingkungan pasien post SC
2. Mempertahankan teknik O
aseptik pada pasien  Klien tampak lemah
beresiko infeksi  Tampak terdapat luka post
SC horizontal dengan

115
Edukasi diameter ±10 cm di
1. Menjelaskan tanda dan abdomen
gejala infeksi  Luka post SC klien tampak
2. Mengajarkan cara sudah terjadi infeksi, saat
memeriksa kondisi luka dilakukan perawatan luka
dan luka operasi sudah diberi nebacetine
3. Menganjurkan (powder) dosis 5 g, namun
meningkatkan asupan kondisi luka pada saat itu
nutrisi tampak masih sedikit basah
di bagian tepi kiri jahitan
Pukul Melakukan Perawatan Luka namun saat dilakukan
Observasi penekanan pada luka tidak
09.30
1. Memonitor karakteristik ada pengeluaran pus
WIB
luka  Dilihat dari hasil labor
2. Memonitor tanda-tanda klien tanggal 15 juni 2019
infeksi leukosit klien 17.49
(10ˆ6/ ul)

116
Terapeutik  Dilihat dari hasil labor
1. Membersihkan dengan klien tanggal 16 juni 2019
cairan NaCl atau leukosit klien 22.94
pembersih nontoksik (10ˆ6/ ul
2. Mempertahankan teknik  Tanda-tanda Vital
steril saat melakukan TD :120/ 70 mmHg
perawatan luka N : 80x/ menit
Edukasi P : 20x/ menit
1. Menjelaskan tanda dan S : 36,6º C
gejala infeksi A
2. Mengajarkan prosedur  Masalah Belum Teratasi
perawatan luka secara (Infeksi Berhubungan
mandiri Dengan efek prosedur
Kalaborasi invasive)
1. Berkalaborasi pemberian P
antibiotik (Seperti Intervensi dilanjutkan
nebacetine 5 g) (Infeksi Berhubungan Dengan
efek prosedur invasif)
Tindakan Keperawatan :

117
 Melakukan pencegahan
infeksi
 Melakukan perawatan luka

2 Rabu Ansietas Pukul Melakukan Reduksi Ansietas S Yulia

19 Juni Berhubungan 10.00


Observasi  Klien mengatakan cemas Rahmi
1. Mengidentifikasi saat pada bayinya yang dirawat
2019 Dengan WIB
ansietas berubah di ruang perinatologi
hubungan orang 2. Memonitor tanda-tanda  Klien mengatakan khawatir
ansietas (verbal dan non dengan kondisi bayinya
tua-anak tidak
verbal)  Klien mengatakan masih
Memuaskan
Terapeutik memikirkan keadaan
1. Menciptakan suasana kesehatannya dan kondisi
terapeutik untuk bayinya yang sedang
menumbuhkan dirawat di ruang
kepercayaan perinatologi
(Menjelaskan pada klien
O
kenapa bayi klien dirawat
 Klien tampak lemah
diruangan perinatologi)
 Bayi klien tampak sedang

118
2. Menemani pasien untuk dirawat di ruang
mengurangi kecemasan perinatologi dengan kondisi
3. Memahami situasi yang afasia (Organ yang tidak
membuat ansietas cukup oksigen sebelum,
4. Mendengarkan dengan selama dan sesudah
penuh perhatian persalinan)
Edukasi  Klien tampak sedih saat
1. Menganjurkan keluarga ditanya tentang keadaan
untuk tetap bersama bayinya
pasien  Klien tampak sadih disaat
2. Menganjurkan melihat teman sekamarnya
mengungkapkan menggendong bayi-bayi
perasaan dan persepsi mereka
Kalaborasi  Klien tampak sering bolak-
1. Berkalaborasi pemberian balik ruang perinatologi
obat antiansietas (jika untuk melihat keadaan
perlu seperti obat bayinya
lorazepam)

119
Pukul Mengajarkan Terapi Relaksasi A
(Teknik Nafas Dalam)  Masalah belum teratasi
10.30
Observasi (Ansietas Berhubungan
WIB
1. Mengidentifikasi teknik Dengan hubungan orang
reksasi yang pernah tua-anak tidak memuaskan
efektif digunakan seperti
P
teknik nafas dalam
Intervensi Dilanjutkan
2. Memonitor respon
(Ansietas Berhubungan
terhadap terapi reksasi
Dengan hubungan orang
Terapeutik
tua-anak tidak memuaskan)
1. Menggunakan relaksasi
Tindakan Keperawatan :
(teknik nafas
 Melakukan reduksi
dalam)sebagai strategi
Ansietas (menenangkan
penunjang dengan
klien seperti menjelaskan
analgetik atau tindakan
kenapa bayi klien dirawat
medis lainnya
di ruang perinatologi)
 Mengajarkan terapi
relaksasi (teknik nafas
dalam)

120
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis teknik relaksasi
(teknik nafas dalam)

3 Rabu Defisit Pukul Memberikan Edukasi S Yulia


Kesehatan Perawatan  Klien mengatakan tidak
19 Juni Pengetahuan 11.00 Rahmi
Payudara tahu bagaimana cara
2019 Berhubungan WIB
Observasi melakukan perawatan
Dengan kurang 1. Mengdentifikasi kesiapan payudara

terpaparnya
dan kemampuan  Klien mengatakan masih
menerima informasi ragu dalam merencanakan
informasi
Terapeutik penggunaan kontrasepsi
1. Menyediakan materi dan  Klien mengatakan selama
media pendidikan hamil belum pernah
kesehatan bertanya tentang
2. Menjadwalkan kontrasepsi pada saat
pendidikan kesehatan konsultasi di rumah bidan
sesuai kesepakatan

121
3. Memerikan kesempatan O
untuk bertanya  Klien tampak bingung saat
Edukasi ditanya tentang perawatan
1. Menjelaskan faktor payudara dan kontrasepsi
resiko yang dapat yang bagus pada klien post
mempengaruhi kesehatan SC
2. Mengajarkan hidup A
bersih dan seha  Masalah Belum Teratasi
(Defisit Pengetahuan
Pukul Memberikan Edukasi Berhubungan Dengan
Keluarga Berencana kurang terpaparnya
11.30
Observasi informasi
WIB
1. Mengidentifikasi P
kesiapan dan Intervensi dilanjutkan
kemampuan menerima (Defisit Pengetahuan
informasi KB Berhubungan Dengan
Terapeutik kurang terpaparnya
1. Menempatakan informasi)
kelompok sesuai dengan Tindakan keperawatan :
potensi yang dimilik

122
2. Mengidentifikasi  Memberikan edukasi
perbaikan program kesehatan perawatan
layanan kesehatan payudara (Penyuluhan
Edukasi kesehatan)
1. Menginformasikan  Memberikan edukasi
kesehatan yang keluarga berencana
dibutuhkan kelompok (Penyuluhan kesehatan)
Konsultasi
1. Berkalaborasi individu,
kelompok, atau
organisasi untuk
pencapaian pemenuhan
kebutuhan kesehatan dan
komitmen
untukmengupayakan
promotif dan preventif

123
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan (Kedua)

No Hari Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Tanggal Keperawatan
1 Rabu Infeksi Pukul Melakukan Pencegahan S Yulia
19 Juni Berhubungan
12.30
Infeksi  Klien mengatakan verban luka Rahmi
2019 Dengan efek Observasi post SC sudah diganti
WIB
prosedur invasif 1. Memonitor tanda dan  Klien mengatakan sudah
gejala infeksi lokal dan nyaman pada luka jahitan post
sistemik SC
Terapeutik O
1. Mempertahankan  Saat dilakukan perawatan luka,
teknik aseptik pada luka jam 09.00 luka post SC
pasien beresiko infeksi sudah diberi nebacetine
(selalu cuci tangan (powder) dosis 5 g
sebelum dan sesudah  Verban luka post SC tampak
tindakan) sudah diganti
 Klien tampak sudah lebih rilek

124
Edukasi A
1. Mengajarkan cara  Masalah Teratasi Sebagian
memeriksa kondisi (Infeksi Berhubungan Dengan
luka dan luka operasi efek prosedur invasif)
(Menjelaskan P
bagaimana tanda dan  Intervensi Dilanjutkan
gejala terjadinya (Resiko Infeksi Berhubungan
infeksi) Dengan efek prosedur invasif)
Plening Pasien Pulang :
 Melakukan pencegahan
infeksi dengan
mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka
dan luka operasi dengan
cara
 Menjelaskan tanda dan
gejala resiko infeksi

125
 Menganjurkan klien
untuk menjaga pola
makan dan meningkatkan
asupan nutrisi)

2 Rabu Ansietas Pukul Melakukan Reduksi Ansietas S Yulia


19 Juni Berhubungan
13.00
Observasi  Klien mengatakan masih cemas Rahmi
2019 Dengan 1. Memonitor tanda-tanda pada bayinya yang dirawat di
WIB
hubungan orang ansietas (verbal dan ruang perinatologi
tua-anak tidak non verbal)  Klien mengatakan sudah sedikit
Memuaskan Terapeutik tenang setelah diberikan
1. Menemani klien untuk konseling kesehatan atau
mengurangi kecemasan penjelasan kenapa bayi klien
2. Mendengarkan dengan dirawat di ruangan perinatologi
penuh perhatian
O
Edukasi
 Klien tampak sudah sedikit
1. Menganjurkan
tenang setelah diberikan
keluarga untuk tetap
konseling kesehatan atau
bersama klien
penjelasan kenapa bayi pasien

126
Kalaborasi dirawat di ruangan perinatologi
1. Berkalaborasi  Namun klien masih tampak
pemberian obat masih sadih disaat melihat teman
antiansietas (Jika Perlu sekamarnya menggendong bayi-
seperti obat lorazepam) bayi mereka

A
Pukul Mengajarkan Terapi
 Masalah Teratasi Sebagian
Relaksasi (Teknik Nafas
13.30 (Ansietas Berhubungan Dengan
Dalam)
WIB hubungan orang tua-anak tidak
Observasi
memuaskan)
1. Memonitor respon
terhadap terapi reksasi P
Terapeutik  Intervensi Dilanjutkan (Ansietas
1. Menggunakan relaksasi Berhubungan Dengan hubungan
(teknik nafas dalam) orang tua anak tidak
sebagai strategi memuaskan)
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lainnya

127
Edukasi Plening Pasien Pulang :
2. Menjelaskan tujuan,  Melakukan reduksi
manfaat, batasan, dan ansietas (Menganjurkan
jenis teknik relaksasi keluarga untuk selalu
(teknik nafas dalam) menemani klien)
 Mengajarkan teknik
relaksasi (tarik nafas
dalam)

3 Rabu Defisit Pukul Memberikan Edukasi S Yulia


19 Juni Pengetahuan
14.00
Kesehatan Perawatan  Klien mengatakan sudah Rahmi
2019 Berhubungan Payudara mengetahui tentang perawatan
WIB
Dengan kurang Observasi payudara dan apa itu
terpaparnya 1. Mengidentifikasi kontrasepsi, macam-macam
informasi kesiapan dan kontasepsi serta keuntungan
kemampuan menerima menggunakan kontrasepsi
informasi sehingga klien merencanakan
penggunaan kontrasepsi PIL

128
Terapeutik O
1. Memerikan  Klien tampak bisa mengulangi
kesempatan untuk penjelasan tentang perawatan
bertanya payudara dan kontrasepsi
Edukasi  Klien tampak bisa memjawab
1. Menjelaskan faktor saat ditanya tentang perawatan
resiko yang dapat payudara dan kontrasepsi serta
mempengaruhi rencana kontrasepsi yang akan
kesehatan digunakan adalah PIL
A
Pukul Memberikan Edukasi  Masalah Teratasi
Keluarga Berencana (Defisit pengetahuan
14.30
Observasi Berhubungan Dengan kurang
WIB
1. Mengidentifikasi terpaparnya informasi)
kesiapan dan P
kemampuan menerima  Intervensi Dihentikan (Defisit
informasi KB pengetahuan Berhubungan
Dengan kurang terpaparnya
informasi)
(Pasien Pulang)

129
Terapeutik
1. Mengidentifikasi
perbaikan program
layanan kesehatan
Edukasi
1. Menginformasikan
kesehatan yang
dibutuhkan kelompok
Konsultasi
1. Berkalaborasi individu,
kelompok, atau
organisasi untuk
pencapaian pemenuhan
kebutuhan kesehatan
dan komitmen
untukmengupayakan
promotif dan preventif
( Tabel 3.5 Implementasi Kedua Ny.M )

130
BAB IV

PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan P1A0H1 Post SC

Harike 4 atas Indikasi Ketuban Pecah Dini 12 Jam di Ruangan Rawat Inap Kebidanan

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 19 Juni 2019 dari Pukul 09.00

WIB – Pukul 15.00 WIB. Maka dari ada beberapa hal yang harus dijelaskan, dan

penulis juga menemukan beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat dari kasus

yang penulis ambil. Dalam penerapan kasus keperawatan tersebut, penulis telah

berusaha mencoba menerapakan dan mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan

pada Ny.M sesuai dengan teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas sampai mana

tindakan yang penulis lakukan serta keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai

dengan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap yang paling awal dilakukan dalam mengumpulkan data

tentang klien, keluarga klien dan kelompok (Carpenito & Moyet, 2007). Dalam

melakukan pengkajian pada klien data didapatkan dari klien, keluarga klien, catatan

rekam medis dan dari tenaga kesehatan diruangan Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi.

131
4.1.1 Identitas Klien

Pada konsep teoritis dan pembahasan dalam kasus penulis tidak menemukan

adanya perbedaan pada saat melakukan pengumpulan data pada Ny. M,

penulis menemukan data identitas mulai dari nama/ inisial, jenis kelamin,

umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk, dan diagnosa

medis klien.

4.1.2 Alasan Masuk Klien

Keluhan utama klien pada Pada konsep teoritis dan pembahasan dalam

kasus penulis tidak menemukan adanya kesenjangkan, bahwa alasan utama

Ny. M merupakan salah satu alasan utama dari faktor ibu yaitu Ny. M

dengan P1A0H1 post SC harike 4 atas masalah ketuban pecah dini 12 jam.

4.1.3 Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada tinjauan teoritis penulis menemukan keluhan klien pasti berbeda-

beda, yaitu bisa kita lihat dari apakah klien post SC hari 1,2,3 atau

bahkan lebih dari 3 hari rawatan di rumah sakit, dan biasanya keluhan

klien yaitu nyeri di luka bagian post SC, takut bergerak karena tidak

ingin terjadinya masalah pada luka operasi dan biasanya tingkat

kecemasan ibu sangat tinggi terutama pada kesehatnnya sendiri dan

bayinya (Ambarwati 2008). Maka dilihat dari tinjauan kasus yang

penulis temukan Ny. M merupakan sudah hari ke 4 dirawat di Rumah

Sakit Dr. Ahcmad Mochtar Bukittinggi, pada saat pengkajian penulis

menemukan bahwa Ny. M sangat takut terjadinya infeksi pada luka post

132
SCnya, karena pada saat penulis melakukan perawatan luka pada luka

post SC Ny. M, luka Ny. M tampak masih sedikit basah di bagian tepi

kiri jahitan luka post SC dan saat itu penulis juga memberikan obat

nebacetine (powder) dosis 5g yang tujuannya untuk menghindari

terjadinyan infeksi berkelanjutan pada luka post SC Ny. M. Dan pada

saat pengkajian selanjutnya pada Ny. M penulis juga menemukan bahwa

Ny. M sangat cemas dengan keadaan bayinya, karena saat ini bayi Ny.

M sedang dirawat di Ruang Perinatologi.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada konsep teoritis dan pembahasan pada kasus pasti akan ada

menemukan kesenjang dalam mengumpulkan data, karena dilihat dari

tinjauan kasus bahwa Ny. M belum pernah mengalami riwayat SC

sebelumnya dan operasi SC saat ini adalah operasi petama yang dijalani,

Ny. M juga tidak pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit

hipertensi, jantung dan diabetes melitus.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari genogram keluarga,

belum ada yang melakukan operasi SC dengan maslalah KPD dan dalam

penkajian pada Ny. M juga tidak ditemukan bahwa tidak ada keluarga

dari Ny. M yang pernah melahirkan secara SC dengan masalah KPD.

4. Riwayat Ibu

Pada riwayat mentruasi, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan

riwayat kontrasepsi antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus tidak

ditemukan kesenjangan dalam mengkaji data pada Ny. M.

133
4.1.4 Pemeriksaan Umum

a. Tingkat Kesadaran

Pada pemeriksaan umum pada tinjauan teoritis dan pada tinjauan kasus

pasti akan ditemukan perbedaan. Terutama pada tingkat kesadaran klien.

Tingkat kesadaran Ny. M saat pengkajian tidak ada masalah.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada teori mengacu pada pemeriksaan Head to Toe

yaitu mulai dari kepala (rambut, mata, hidung, mulut dan telinga), leher,

thorak (payudara, paru, jantung, abdomen), ekstremitas atas bawah,

genetalia dan integument. Pemeriksaan fisik pada kasus yang penulis

temukan adalah keadaan rambut sedikit berminyak, mata, hidung,

telinga, leher, paru, jantung, ektremitas atas bawah dan integument tidak

ditemukan ada masalah. Namun pada pemeriksaan payudara Ny. M

ditemukan adanya perubahan karena faktor selesai post partum. Pada

pemeriksaan abdomen Ny. M ditemukan warna kulit abdomen tampak

kecoklatan, di abdomen tampak luka post SC berbentuk horizontal

dengan diameter ± 10 cm dan ada striae gravidarum ( garis-garis yang

terlihat di kulit perut), Involusi uterus baik, tinggi fundus 2 jari dibawah

pusat, posisi di tengah (Miometrium), kontraksi bagus Diastasis Rectus

Abdominal (Penekanan Otot pada Abdomen) saat dilakukan penekan di

otot abdomen kedalaman tekanan adalah 2 cm (normal). Dan pada

pemeriksaan genetalia Ny. M ditemukan genetalia tidak terpasang

kateter namun mengeluarkan lochea berjenis sanguinolenta, jumlah ± 50

134
cc, 2 kali ganti duk dalam sehari, warna merah kecoklatan berisi selaput

lendir, bau amis, konsistensi cair dan pada perinium tidak ada masalah.

4.1.5 Data Biologis

Pada data pola nutrisi, eliminasi dan pola istirahat tidur Ny. M tidak ada

ditemukan masalah, namun di lihat dari personal hyegine pada Ny. M

ditemukan bahwa selama dirawat di rumah sakit Ny. M hanya dilakukan

menglap badan oleh keluarga sehingga muncul masalah defisit perawatan

diri pada tinjauan kasus. Maka dilihat dari konsep teoritis dan pembahasan

dalam kasus ditemukan adanya kesenjangan dalam menggumpulkan data.

4.1.6 Data Psikologis, Ekonomi Sosial, Spiritual

Pada tinjauan konsep teoritis dan pembahasan dalam kasus penulis tidak

menemukan perbedaan dalam melakukan pengumpulan data pada Ny. M.

4.1.7 Data Pengetahuan Ibu

Pada pengetahuan ibu tentang Perawatan Bayi, ASI Ekslusif, Perawatan

Payudara, Teknik Menyusui Dari konsep teoritis dan pembahasan dalam

kasus penulis tidak menemukan perbedaan dalam mengumpulkan data pada

Ny. M.

4.1.8 Data Penunjang

Pada tinjauan teoritis pemeriksaan data penujang yaitu pemeriksaan

laboraturium beruba Hb, Leukosit dan USG : menentukan usia kehamilan,

indek cairan amnion. Sedangkan pada pembahasan dalam kasus penulis

menemukan Ny.M sedah mengalami terjadinya masalah pada luka post SC

135
yang kita lihat ada peningkatn WBC sebelum dan sesudah operasi SC.

Selama penulis melakukan perawatan pada klien di ruang rawat inap

kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi klien tidak tampak ada

tanda-tanda demam tinggi dan saat dilakukan penekanan pada luka post SC

penulis juga tidak menemukan adanya pengeluaran pus di bagian luka.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada konsep teoritis ditemukan 7 diagnosa keperawatan sedangkan di pembahasan

di kasus hanya 4 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien diantaranya

yaitu :

1. Infeksi Berhubungan Dengan efek prosedur invasif

Secara konsep resiko infeksi mengalami peningkatan terserang organisme

patogenik. (SDKI, 2018).

2. Ansietas Berhubungan Dengan hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

Secara konsep ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu

terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

(SDKI, 2018).

3. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan kurang terpaparnya informasi Secara

konsep Defisit Pengetahuan adalah keadaan atau kurangnya informasi kognitif

yang berkaitan dengan topik. (SDKI, 2018).

Dari 7 diagnosa pada konsep teoritis penulis hanya menemukan 3 diagnosa

prioritas pada Ny. M dari beberapa diagnosa yang ada di konsep teoritis tidak

penulis temukan pada pembahsan dalam kasus seperti nyeri akut berhubungan

136
dengan agen pencedera fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan post sc

dan defisit nutrisi berhubungan dengan gangguan persepsi makan. Dari uraian di

atas alasan penulis tidak menegakkan diagnosa tersebut adalah karena tidak ada

satupun data dari Ny. M yang mendukung.

Dari perbandingan tinjauan teoritis dan tinjauan kasus ada sedikit perbedaan yang

penulis temukan yaitu pada tinjauan teoritis diagnosa utama klien Post SC adalah

nyeri akut, namun panulis tidak menemukan nyeri akut sebagai diagnosa

keperawatan utama pada Ny. M di karenakan Ny. M merupakan klien yang sudah

dirawat hari ke 4 dan dilihat dari tinjauan teoritis post partum bahwa pada hari ke 4

ibu post partum sudah masuk ke dalam adaptasi taking hold yaitu adaptasi tingkat

kecemasan ibu lebih pada sibayi. Dan biasanya ibu tidak lagi lebih berfokus lagi

pada dirinya sendiri.

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu petunjuk atau suatu yang pasti untuk melihat

secara tepat dalam rencana intervensi keperawatan yang akan diberi tindakan

terhadap klien sesuai dengan kebutuhan, keadaan dan diagnosa klien (Asmadi,

2008). Dalam merencanakan intervensi keperawatan kepada klien bedasarkan

prioritas yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan

pada tinjauan kasus tapi disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien. Dalam

pembuatan perencanaan tindakan penulis bekerja sama dengan petugas ruangan

untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Dari 4 diagnosa yang penulis

temukan pada Ny. M perencanaan intervensi yang akan dilakukan adalah :

137
1. Infeksi Berhubungan Dengan efek prosedur invasif

Intervensi 1 (Pencegahan Infeksi) perencanaan intervensi yang akan diberikan

adalah monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, cuci tangan sebelum

dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, pertahankan teknik

aseptik pada pasien beresiko infeksi dan jelaskan tanda dan gejala infeksi,

ajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka operasi, anjurkan meningkatkan

asupan nutrisi. Intervensi 2 (Perawatan Luka) perencanaan intervensi yang akan

diberikan adalah monitor karakteristik luka, memantau tanda-tanda infeksi,

bersihkan dengan cairan nacl atau pembersih nontoktik, pertahankan teknik steril

saat melakukan perawatan luka, jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan

prosedur perawatan luka secara mandiri dan kalaborasi pemberian antibiotik

2. Ansietas Berhubungan Dengan hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

Intervensi 1 (Reduksi Ansietas) perencanaan intervensi yang akan diberikan

adalah Identifikasi saat ansietas berubah, monitor tanda-tanda ansietas (verbal

dan non verbal), ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan,

temani pasien untuk mengurangi kecemasan, pahami situasi yang membuat

ansietas, dengarkan dengan penuh perhatian, anjurkan keluarga untuk tetap

bersama pasien, anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi, kalaborasi

pemberian obat antiansietas (jika perlu). Intervensi 2 (Terapi Relaksasi atau

Teknik Nafas Dalam) perencanaan intervensi yang akan diberikan adalah

identifikasi teknik reksasi yang pernah efektif digunakan, monitor respon

terhadap terapi reksasi, gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan

analgetik atau tindakan medis lainnya, jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan

jenis teknik relaksasi

138
3. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan kurang terpaparnya informasi

Intervensi 1 (Edukasi Kesehatan Perawatan Payudara) perencanaan intervensi

yang akan diberikan adalah identifikasi hal yang dimiliki klien untuk menerima

informasi, sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, jadwalkan

pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan untuk bertanya,

jelaskan faktor masalah pada kesehatan, ajarkan hidup bersih dan sehat.

Intervensi 2 (Edukasi Keluarga Berencana) perencanaan intervensi yang akan

diberikan adalah identifikasi pengetahuan yang dimiliki klien tentang informasi

KB, tempatakan kelompok sesuai dengan potensi yang dimiliki, identifikasi

perbaikan program layanan kesehatan, informasikan kesehatan yang dibutuhkan

kelompok, kalaborasi individu, kelompok, atau organisasi untuk pencapaian

pemenuhan kebutuhan kesehatan dan komitmen untuk mengupayakan promotif

dan preventif

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke

dalam bentuk intervensi keperawatan yang digunakan untuk membantu dalam

keberhasilan yang di inginkan (Asmadi, 2008). Setelah rencana tindakan ditetapkan,

maka dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata dalam

melakukan perawatan pada Ny. M dengan post sectio caesarea hari ke 4 di Ruang

Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Implementasi

keperarawatan yang dilakukan adalah :

139
1. Infeksi Berhubungan Dengan efek prosedur invasif

a. Melakukan Pencegahan Infeksi tindakan yang dilakukan adalah memonitor

tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, mencuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, mempertahankan

teknik aseptik pada pasien beresiko infeksi dan jelaskan tanda dan gejala

infeksi, mengajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka operasi, dan

menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi.

b. Melakukan Perawatan Luka tindakan yang dilakukan adalah memonitor

karakteristik luka, memonitor tanda-tanda infeksi, membersihkan dengan

cairan nacl atau pembersih nontoktik, mempertahankan teknik steril saat

melakukan perawatan luka, menjelaskan tanda dan gejala infeksi,

mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri dan berkalaborasi

pemberian antibiotik.

2. Ansietas Berhubungan Dengan hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

a. Melakukan Reduksi Ansietas tindakan yang dilakukan adalah

mengidentifikasi saat ansietas berubah, memonitor tanda-tanda ansietas

(verbal dan non verbal), menciptakan suasana terapeutik untuk

menumbuhkan kepercayaan, menemani pasien untuk mengurangi

kecemasan, memahami situasi yang membuat ansietas, mendengarkan

dengan penuh perhatian, menganjurkan keluarga untuk tetap bersama

pasien, menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi dan

berkalaborasi pemberian obat antiansietas (jika perlu seperti obat

lorazepam).

140
b. Mengajarkan Terapi Relaksasi (Tarik Nafas Dalam) tindakan yang

dilakukan adalah mengidentifikasi teknik reksasi yang pernah efektif

digunakan, memonitor respon terhadap terapi reksasi, menggunakan

relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindkan medis

lainnya, menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis teknik relaksasi.

3. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan kurang terpaparnya informasi

a. Melakukan Edukasi Kesehatan (Perawatan Payudara) tindakan yang

dilakukan adalah mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima

informasi, menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan,

menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, memberikan

kesempatan untuk bertanya, menjelaskan faktor resiko yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan mengajarkan hidup bersih dan sehat.

b. Melakukan (Edukasi Keluarga Berencana) tindakan yang akan dilakukan

adalah mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi KB,

menempatakan kelompok sesuai dengan potensi yang dimiliki,

mengidentifikasi perbaikan program layanan kesehatan, menginformasikan

kesehatan yang dibutuhkan kelompok, berkalaborasi individu, kelompok,

atau organisasi untuk pencapaian pemenuhan kebutuhan kesehatan dan

komitmen untuk mengupayakan promotif dan preventif

4.5 Evaluasi Keperawatan

Dari 4 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis

temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan. Hasil

yang dicapai menemukan perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu

141
dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal

memerlukan adanya kerja sama antara penulis, klien, perawat ruang rawat inap

kebidanan, dokter, dan tim kesehatan lainnya RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi. Penulis mengevaluasi Ny. M dari tanggal 19 Juni 2019 dari jam 09.00

sampai dengan jam 17.00 dengan masalah keperawatan.

1. Infeksi Berhubungan Dengan efek prosedur invasif

Masalah teratasi sebagian dengan hasil :

Pada saat melakukan tindakan keperawatan yang kedua yaitu pada jam 12.30

verban pada luka post SC Ny.M tampak sudah diganti, Ny. M tampak nyaman

dan sudah lebih rilek. Dan tindakan keperawatan dilanjutkan dengan plening

pulang yaitu :

a. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka operasi dengan cara

menjelaskan tanda dan gejala resiko infeksi.

b. Menganjurkan klien untuk menjaga pola makan dan meningkatkan asupan

nutrisi

2. Ansietas Berhubungan Dengan hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.

Masalah teratasi sebagaian dengan hasil :

Pada saat melakukan tindakan keperawatan yang kedua pada jam 13.00-13.30

Ny. M tampak masih cemas dengan bayinya yang dirawat di ruang perinatologi

namun setelah diberikan penjelasan kenapa bayi Ny.M dirawat klien tampak

sudah sedikit tenang. Dan tindakan keperawatan dilanjutkan dengan pleaning

pulang yaitu :

142
a. Melakukan reduksi ansietas (Menganjurkan keluarga untuk selalu

menemani klien)

b. Mengajarkan teknik relaksasi (Tarik nafas dalam)

3. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan kurang terpaparnya informasi.

Masalah sudah teratasi dengan hasil :

Pada saat melakukan tindakan keperawatan yang kedua yaitu jam 14.00-14.30

Ny M sudah bisa mengulangi tentang teknik yang digunakan dalam perawatan

payudara dan Ny. M juga sudah biasa memutuskan apa rencana KB yang akan

digunakan adalah PIL.

143
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Post partum (Purperium) adalah kembalinya organ-organ reproduksi ke keadaan

seperti semula yaitu seperti bagaimana kondisi ibu sebelum hamil. (Eny Retna

Ambarwati 2009:1).

Ketuban pecah dini adalah keluarnya air-air sebelum waktunya persalinan yang

bisa terjadipada kehamilan cukup bulan maupun belum cukup bulan. Namun

biasanya hal ini lebih sering terjadi pada kehamilan yang sudah cukup bulan.

(Manuaba, 2009).

Sectio Caesarea merupakan suatu operasi yang dilakukan pada perut yang

tujuannya untukmengeluarkan janin dan plasenta dengan syarat bayi yang

dilahirkan dengan berat diatas 5000 gram dalam keadaan yang msih utuh.

(Wiknjosastro et al, 2007).

Luka sectio caesarea adalah dimana luka yang dibuat pada perut untk

mengeluarkan janin dan plasenta dengan adanya indikasi tertentu maka akan ada

maslah dalam kontinuitas sel akibat dari operasi yang dilakukan. (Brunner dan

Suddart, 2001).

Dalam pelaksanaan perawatan yang telah penulis lakukan dengan perawatan

pada Ny. M dengan P1A0H1 Post Sectio Caesarea Hari ke 4 dengan maslah

Ketuban Pecah Dini 12 jam di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr.

144
Ahcmad Mochtar Bukittinggi pada tahun 2019 yang dapat penulis simpulkan

sebagai berikut :

1. Pada pengkajian perawatan yang dilakukan pada Ny. M dapat dihasilkan

dengan baik dan tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dan

Ny. M juga cukup koperatif.

2. Pada diagnosa asuhan keperawatan pada Ny.M ditemukan 3 diagnosa

keperawatan yaitu diagnosa yang pertama infeksi berhubungan dengan efek

prosedur invasif, diagnosa kedua ansietas berhubungan dengan hubungan

orang tua-anak tidak memuaskan, diagnosa ketiga defisit pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

3. Pada rencana tindakan keperawatan pada Ny. M mulai dari pencegahan

infeksi, perawatan luka, reduksi ansietas, terapi relaksasi, edukasi kesehatan

perawatan payudara dan edukasi keluarga berencana dapat diterapkan semua

sesuai dengan keluhan Ny.M.

4. Pada tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. M mulai dari

pencegahan infeksi, perawatan luka, reduksi ansietas, terapi relaksasi,

edukasi kesehatan perawatan payudara dan edukasi keluarga berencana dapat

dilakukan semua baik secara observasi, terapeutik, edukasi, dan kalaborasi

dengan tenaga kesehatan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

5. Dari dari hasil yang diharapkan pada tindakan keperawatan pada Ny. M

ditemukan 3 diagnosa keperawatan, diantaranya :

a. Setelah diberiperawatan dan tindakan keperawatan infeksi

berhubungan dengan efek prosedur invasif masalah teratasi sebagian

145
dengan hasil Ny. M tampak sudah sedikit nyaman dan rilek. Namun

dilanjutkan dengan rencana plening pulang.

b. Setelah diberiperawatan dan tindakan keperawatan ansietas

berhubungan dengan hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

masalah teratasi sebagian. Namun dilanjutkan dengan rencana

plening pulang.

c. Setelah diberiperawatan dan tindakan keperawatan defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

masalah sudah terasi dengan hasil Ny. M tampak sudah bisa

mengulangi tentang bagaimana cara melakukukan perawatan

payudara, kontrasepsi, macam-macam kontrasepsi dan rencana

kontrasepsi yang digunakan adalah PIL.

5.2 Saran

1. Institusi Pelayanan Kesehatan

Untuk memberikan informasi kepada tenaga kesehatan atau instansi

kesehatan lainnya sebagai salah satu bekal dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan khususnya hal yang perlu diberikan pada pasien

post operasi sectio caesarea dengan maslah Ketuban Pecah Dini.

2. Intitusi Rumah Sakit

Untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

demi membantu pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan ilmu dan keterampilan yang terus dipenuhi

serta di jadikan bahan diskusi bagi petugas di Ruang Rwat Inap

146
Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi atas indikasi

Ketuban Pecah Dini.

3. Ilmu Keperawatan

Untuk menjadikan salah satu contoh usaha yang dilakukan untek

merencanakna tindakan secara mandiri untuk pasien dengan post operasi

sectio caesarea dengan maslah Ketuban Pecah Dini.

4. Intitusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institisi pendidikan dalam

pengembanagan dan peningkatan mutu pendididkan di masa yang akan

datang. Sebagai masukan bagi intitusi pendidikan dalam proses belajar,

mengajar, khususnya tentang Karya Tulis Ilmiah Laporn Studi Kasus

Keperawatan Maternitas.

147
DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, E, & Wulandari, D (2008). Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta


Cendekia Press.

Bobak, L. (2005). Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta : EGC.

Bobak, L. (2004). Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta : EGC.

Bobak, L. (2010). Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta : EGC.

Manjoer. K. Dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi ke 3. Jakarta :


Media Aescu Lapius.Falkutas Kedokteran Universitas Indonesia.

Manuaba, I,B.G, (2004). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.


Jakarta, EGC.

Manuaba, (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta, EGC.

Manuaba, I.B.G, (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, EGC.
Jakarta.

Mochtar, Rustam, (1998). Sinopsis Obstetri, Jakarta, EGC.

Nuratif Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2015). Nanda Nic Noc Jilid 3. Yogyakarta :
Mediaction Jogja.

Nursalam. (2008). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Dan Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Oswari, E. (2004). Perawatan Ibu Hamil dan Bayi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Prawiroharjo, (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo.

Prawirohardjo, (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta : DPP PPNI.

148
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
: Jakarta : DPP PPNI.

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta : DPP PPNI.

Saifuddin, (2009). Buku Maternitas Dasar, Jakarta, EGC.

Saleha, (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika (hlm :
71-76).

Saryono dan Pramitasari (2008). Perawatan Payudara Dilengkapi dengan Deteksi


Dini Terhadap Penyakit Payudara. Jogjakarta : Mitra Candikia Press.

Suririnah. (2007). Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Varney, H. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Edisi ke 3. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Winkjosastro H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Buku Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo.

Wiknjosastro. 2010. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. JNPK-KR/
POGI : Jakarta.

149
LAMPIRAN

150
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kontrasepsi

Sasaran : Ibu Post Partum

Hari/ Tanggal : Rabu,19 Juni 2019

Waktu : 30 menit

Tempat : Ruang rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi

A. Latar Belakang

Kontrasepsi merupakan upaya yang bisa bersifat tidak menetap dan juga bisa

bersifat menetap yaitu yang tujuanya untuk menghindari terjadinya kehamilan.

Jenis metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant,

kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode operatif untuk

pria (MOP), dan kontrasepsi pil. Alat KB merupakan alat yang aman digunakan

namun juga bisa dipercayanamun juga memiliki ada untung, rugi dan harganya

oun juga terjangkau oleh suami istri (BKKBN, 2006).

Menurut WHO, di Negara yang belum maju masih menggunakan kontrasepsi

KB hormonal dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga

berencana dan 66-75 juta. Berbagai organ tubuh, baik organ genitalia maupun

non genitalia dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif terhadap

kontrasepsi hormonal yang digunakan untuk mengatasi adanya kehamilan.

(Baziad, 2008)

151
B. Tujuan

a. Tujuan Umum

1. Setelah diberikan penjelasan diharapkan peserta mampu mengetaahui dan

paham tentang kontrasepsi

b. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan tentang kontrasepsi

2. Menjelaskan tentang manfaat kontrasepsi

3. Menjelaskan macam-macam kontrasepsi

4. Menjelaskan cara kerja, efek samping, kontra indikasi dan kelebihan

kekurangan dari kontrasepsi

C. Materi Penyuluhan

1. Pengertian kontrasepsi

2. Manfaat kontrasepsi

3. Macam-macam kontrasepsi

4. Cara kerja, efek samping, kontra indikasi kelebihan dan kekuramgan dari

macam-macam kontrasepsi

D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

E. Media

1. Satuan Acara Penyuluhan

2. Leaflet

152
F. Setting Tempat

Keterangan :

 : Penyaji

 : Moderator

 : Peserta

 : Pembimbing Klinik

 : Fasilitator

 : Observer

153
G. Pengorganisasian Kelompok

1. Yulia Rahmi

H. Tugas Kelompok

1. Tugas Moderator

a. Membuka acara kegiatan penyuluhan

b. Memimpin jalan diskusi

c. Memperkenalkan anggota kelompok

2. Tugas Penyaji

a. Memberitahu bagaimana peraturan dalam kegiatan penyuluhan sebelum

kegiatan dimulai

b. Mampu memimpin kegiatan penyuluhan dengan baik

c. Menganalisir bila ada masalah yang timbul dalam penyuluhan

d. Menguasai materi penyuluhan

3. Tugas Fasilitator

a. Menyiapakan semua kebutuhan selama kegiatan penyuluhan berlangsung

b. Memberikan suppot pada klien yang kurang aktf

c. Membantu leader mempengaruhi peserta untuk berperan aktf dan

mempengaruhi peserta kelompok dalam kegiatan penyuluhan

4. Tugas Observer

a. Memantau proses jlannya penyuluhan

b.Mencatat prilaku yang di ungkapkan klien selama acara penyuluhan

berlangsung

c. Membuat laporan penyuluhan

154
I. Pelaksanaan

No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran

1. Pembukaan 1. Memberikan salam  Menjawab salam

2. Memperkenalkan diri  Memperhatikan


5 menit
3. Menjelaskan pokok bahasan  Memperhatikan

dam tujuan penyuluhan

2. Pelaksanaan  Dapat menyebutkan pengertian  Memperhatikan

kontrasepsi  Memperhatikan
15 menit
 Dapat menyebutkan manfaat  Memperhatikan
20
kontrasepsi
m
 Dapat menyebutkan macam-
e
macam kontrasepsi
n
 Dapat menyebutkan cara kerja,
i
efeksamping, kontra indikasi
t
dan kelebihan kekurangan dari

macam-macam kontrasepsi

3. Evaluasi 1. Bertanya kepada peserta tentang  Menjawab

materi yang diketahui pertanyaan


5 menit

4. Terminasi 1. Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan

peran serta dan peserta tentang  Menjawab salam


5 menit
materi

2. Mengucapkan salam penutp

155
J. Evaluasi

1) Evaluasi Struktur

a. Menyusun setting tempat

b. Menyediakan semua perlengkapan yang dibutuhkan

c. Memastikan semua tempat duduk peserta

2) Evaluasi Proses

a. Menjelaskan tentang kontrasepsi

b. Menjelaskan tentang manfaat kontrasepsi

c. Menjelaskan macam-macam kontrasepsi

d. Menjelaskan cara kerja, efek samping, kontra indikasi dan kelebihan

kekurangan dari kontrasepsi

3) Evaluasi Hasil

a. 90 % peserta dapat menjelaskan pengertian kontrasepsi

b. 90 % peserta dapat menjelaskan manfaat kontrasepsi

c. 90 % peserta dapat menjelaskan macam-macam kontrasepsi

d. 90 % peserta dapat menjelaskan cara kerja, efek samping, kontra

indikasi dan kekebihan kekurangan kontrasepsi

156
Materi Kontrasepsi

A. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah suatu cara yang dilakukan bisa bersifat tidak menetap

maupun menetahp yang tujuannya untuk menghidari terjadinya kehamilan.

Variabel yang mempengaruhi vertilitas merupakan salah satu penggunaan

kontrasepsi (Manuaba, 2010).

B. Manfaat Kontrasepsi

Menurut (Ritonga, 2003 : 87) :

a. Menghindari kehamilan resiko tinggi

b. Angka kematian ibu dan bayi menjadi sedikit

c. Dapat meringankan beban ekonomi

d. Dapat membentk keluarga yang bahagia

C. Macam-macam Alat Kontrasepsi

Menurut Manuaba, 2010 :

1. AKDR

a. Pengertian

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan alat yang berbentuk

tidak terlalu besar sepertiplastik yang lentur dan diteliti kwat tembaga

dan benang yang dipasang di rahim.

b. Adapun Cara Kerja

1) Spermatozoa terhambat untk mamasuki pada bagian tuba

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai carvum uteri

3) menghindari sperma masuk dan ovum untk bertemu

157
4) Tidak mengakibatkan terjadinya inplantasi ovum keuterus

c. Efek Samping

1) Sebagian besar efek samping tidak berbahaya (bukan tanda-tanda

penyakit, akan tetapi tubuh perlu waktu untuk menyesuaikan

2) Sehabis pemakaian mengakibatkan terjadinya kram

3) Menimbulkan adanya flek dalam beberapa minggu

4) Mentruasi akan menjadi lebih lama

5) Timbulnya flek pada masa mentruasi

6) Timbulnya rasa sakit selama masa mentruasi

7) Cairan yg keluar di vagina lebih bnyak

d. Kontra Indikasi

1) Kemungkinan hamil

2) Baru saja melahirkan (2 – 28 hari pasca persalinan)

3) Mestruasi yang tidak sperti biasanya

4) Memiliki resiko IMS (termasuk HIV)

5) Inveksi atau adanya gangguan dengan organ kewanitaan seperti sakit

panggul dalam 3 bulan terakhir, inveksi setelah melahirkan atau

keguguran, dan kanker pada organ kewanitaan

6) Mengalami menderita TBC pelvic

7) Ukurn rongga rahim kurang dari 5 cm

e. Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan

1) Praktis dan ekonomis

2) AKDR ampuh setelah pemasangan

158
3) jika AKDR dibuka akan kembali seperti semula atau subur

4) Tidak harus mengingat

5) Tak akan menghalangi pemberian ASI

6) Tak menghalangi hubungan suami istri

7) Memberikn rasa percaya untuk tidk hamil

8) Tidak ada maslah dengan obat-obat lain

9) Mencegah kehamilan yang rapat

2. Kekurangan

1) Tidak mencegah IMS

2) Terkadang bisa menimbulkan sakit panggul

3) Prosedur kesehatan, termasuk pemeriksaan panggul dilakuka

diperlukan sebelum memasang AKDR

4) Ada sakit dan akan ada pengeluaran darah setelah pemasangan

5) Tidak melepas AKDR secara mandiri

6) Kadang AKDR juga bisa lepas ke uterus

7) Harus dilakukan pemeriksaan sewaktu dengan cara memasukan

jari kedalam

2. Pil Kombinasi

a. Pengertian

Pil yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (pil kombinasi)

atau progesteron saja yang dikonsumsi setiap hari selama 21 atau 28 hari.

b. Adapun Cara Kerjanya

1) Penekanan ovulasi

2) Sperma akan sulit melelui karna lendir serviks yang kental

159
3) Menghindari terjadinya inflantasi sel telur

4) Pergerakan tuba terganggu mengakibatkan perjalanan sel telur

terganggu pula

c. Efek Samping

1) Ada bercak darah pada masa

2) Amenore

3) Pusing, mual pada minggu pemakaian

4) ASI akan sedikit berkurang

5) Perubahan berat badan

6) Adanya hitam-hitam pada muka

d. Kontra Indikasi

1) Hamil atau adanya tanda-tanda kehamilan

2) Tidak dianjurkan pada penderita penyakit hati, tumor, jantung,

varises, darah tinggi lebih dari 180/110 mmHg, kanker payudara,

perokok dengan usia lebih dari 35 tahun, stroke, kencing manis lebih

dari 20 tahun, gangguan pembekuan darah

3) Keluarnya darah dari vagina

4) Migrain atau disertai mual dan sakit kpala sebelah

e. Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan

1) Kesuburan seperti semula jika pemakaian dihentikn

2) Mengurangi desminore dan kjang

3) Tidak mengalamisakit panggul dan kehamilan ektopik

4) Mudah digunakan dan dihentikan

160
5) Siklus datangnya haid tepat waktu

6) Mengurangi esiko kanker ovarium

7) Sangat bagus digunakan pada pasangan muda

8) Tidak mempengaruhi ASI

2. Kekurangan

1) Diminum teratur setiap hari

2) Bisa mengakibatkan berkurang produksi ASI untk pil kombinasi

3) Tidak dapat mencegah IMS, HIV

3. Suntikan

a. Pengertian

Disuntikkan setiap 2 atau 3 bulan obat suntik yang berisi progesteron, otot

panggul atau lengan atas disuntikkan setiap 1 bulan (suntikan kombinasi)

hormon estrogen dan progesteron.

b. Adapun Cara Kerjanya

1) Menekan ovulasi

2) Sperma akan sulit melelui karna lendir serviks yang kental

3) Tidak siapnya terjadikehamilan karena menipiskan endometrium atau

selaput lendir

4) Sel telur yang sudah dibuahi akan terjadinya penghambatan

transportasi

c. Efek Samping

1) Pusing, mual

2) Haid kadanag tidak ada selama 3 blan pertama

3) Adanya keluar darah yang lebih banyak dari mentruasi

161
4) Perubahan berat badan

d. Kontra Indikasi

1) Hamil atau adanya tanda-tanda kehamilan

2) Riwayat kanker payudara

3) Keluarnya darah dari vagina yang tidak tahu apa penyebabnya

4) Riwayat penyakit jantung, hepatitis, darah tinggi, kencing manis

5) Sedang menyusui si bayi dalam 6 minggu pertama

6) Adanya sakit kepala karena ada kelainan pembuluh drah

7) Umur 35 keatas yang suka merokok

e. Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan

1) Aman, resiko kecil

2) Tidak mempengruhi ASI

3) Tidak mempengaruhi hubungan intim

4) Kecilnya terjadi perdarahan pada masa haid

5) Mencegah anemia, penyakit payudara jinak, kista, ovarum,

kehamilan ektopik, dan melindungi dari penakit radang panggul

2. Kekurangan

1) Kesuburan akan sedikit terlambat (4-6 bulan)

2) Harus tetap konsulpada pelayanan

3) Tidak dapat mencegah IMS, HIV

4) Resiko penyakit yang dapat timbul seperti serangan jantung,

stroke, tumor hati, pembekuan darah pada paru dan otak

162
4. AKBK

a. Pengertian

AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) atau sering disebut implant

merupakan satu, dua atau 6 batang silastik yang berisi hormon

progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan atas. Implant 1 atau 2

dhanya digunakan 3 tahun, 6 batang bisa digunakan 5 tahun.

b. Adapun Cara Kerjanya

1) Menekan ovulasi

2) Sperma akan sulit melelui karna lendir serviks yang kental

3) Terjadinya implantasi

c. Efek Samping

1) Perdarahan bercak ringan

2) Amenore

3) Lepasnya batang implat pada tempat pemasangan

4) Infeksi pada daerah pemasangan

5) Perubahan berat badan

d. Kontra Indikasi

1) Hamil atau adanya tanda-tanda kehamilan

2) Ibu yang sedang memberiakan ASI pada si bayi

3) Adanya keluar darah dari vagina yang tidak tahu penyebab

4) Riwayat kanker payudara

5) Penyakit mioma uteri

6) Penyakit dengan gangguan toleransi gula darah

163
7) Riwayat hati, stroke, jantung, yang menggunakan obat untuk epilepsi

atau TBC

e. Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan

1) Setelah dihentikan kesuburan akan kembali

2) Praktif dan pengguna lebih tinggi

3) Bisa dipakai lama

4) Terhindar dari estrogen

5) Dapat dibukakapan diingikan

6) Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid

7) Mengurangi dan memperbaiki anemia dan melindungi terjadinya

kanker endometrium

8) Mengurangi terjadinya tumor pada payudara

9) Melindungi darisakit radang panggul

10) Tidak ada pengaruh pada ASI

2. Kekurangan

1) Adanya perubahan pada datangnya haid

2) Sakit kepala

3) Perubahan berat badan

4) Perubahan perasaan

5) Membutuhkan tindakan bedah minor untuk pemasangan dan

pencabutan

6) Tidak melindungi padaIMS dan HIV

7) Adanyanya efek menurun bila minum obat TBC dan epilepsi

164
5. Kondom

a. Pengertian

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari lateks

(karet) atau plastik (vinil), yang dipasang pada kelamin laki-laki saat

berhungan intim

b. Adapun Cara Kerjanya

1) Terjadinya halangan bertemu sperma dan sel sehingga sperma

tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan

2) Mencegah terjadinya penularan mikoroorganisme dari salah satu

pasangan

c. Efek Samping

1) Kadang ditemukan ada yang alergi dengan bahan kondom

2) Kadang adanya kebocor

3) jika kondom bocor bisa terjadi adanya curahan di vagina saat

berhubungan

4) Kurangnya kenikmatan berhubungan

d. Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan

1) Mudah digunakan

2) Tidak ada pengaruh yang sistemik

3) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya

harus ditunda

4) Memberi motivasi pada suami untuk ber-KB

5) Dapat mencegah penularan IMS

165
6) Mencegah ejakulasi dini

7) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi

iritasi bahan karsinogenik pada serviks)

8) Tidak berpengaruh pada ASI

9) Tidak mengganggu kesehatan

10) Saling berdiskusi dengan pasangan

11) Harga terjangkau

12) Tidak perlu konsultasi dengan dokter

13) Sebagai terapi infertilitas

2. Kekurangan

1) Pteknik pemakaian sangat berpengaruh

2) Mengurangi sensitivitas seksual

3) Ada yang sulit menahan

4) Harus selalu ada saat ingin berhungan

5) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum

6) Sampah berpengaruh terhadap limbah

166
A METODE LAKTASI KB SUNTIK
KONTRASEPSI
Metode KB ini cocok untuk ibu nifas Kelebihan : Tidak mengganggu hubungan
seksual
1. Menyusui bayi secara ekslusif setelah
melahirkan Kekurangan :
2. Belum haid YULIA RAHMI
1. Suntikan 1 Bulan (Harus suntik
dalam 1 bulan, mengganggu
KONDOM produlsi ASI)
2. Suntikan 3 Bulan (Harus suntik
Kelebihan : Efektif bila digunakan dengan dalam 3 bulan, dapat terjadi NIM : 1614401034
benar, tidak mengganggu ASI, mencegah gangguan haid)

penyakit penular seksual IMPANT ATAU SUSUK KB

Kelebihan : Tidak mengganggu produksi


DIII KEPERAWATAN
Kekurangan : Agak mengganggu
hubungan seksual dan bisa terjadi alergi ASI, tidak mengganggu hubungan seksual
STIKES PERINTIS PADANG
dari bahan dasar kondom
Kekurangan : Dapat terjadi perubahan pola
PIL KB haid dan BB 2018/ 2019
Kelebihan : Efektif bila digunakan dengan
benar, tidak mengganggu hubungan IUD ATAU SPIRAL
seksual (PIL Dibagi 2)
Kelebihan : Dapat digunakan dalam waktu

 PIL Kominasi (Berisi 2 hormon jangka panjang, tidak mengganggu

esterogen & progesteron) Tidak hubungan seksual dan tidak mengganggu

dianjurkan untuk ibu menyusui produksi ASI

 Mini PIL (Berisi 1 hormon yaitu Kekurangan : Haid bisa lebih banyak
progesteron) untuk ibu menyusui 167
Apa Saja Manfaatnya.??? Siapa Yang Harus Memakai
Kontrasepsi.???

Menurut (Ritonga, 2003 : 87) :

1. Menghindari kehamilan Yaitu pasangan usia subur dari 15-


49 tahun
resiko tinggi

2. Menurunkan angka Dan bagi yang ingin


menunda kehamilan,
kematian ibu dan bayi
menjarangkan kehamilan
Apa Itu Kontrasepsi.??? 3. Meringankan beban atau yang mengakhiri

ekonomi kehamilan

4. Membentuk keluarga

bahagia sejahtera
Upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan, yang dapat bersifat Metode Kontrasepsi
sementara dan dapat pula bersifat
1. Metode laktasi
permanen (Manuaba, 2010) 2. Kondom
3. KB Suntik
4. PIL KB
5. Implan atau Susuk
6. IUD atau Spiral

168
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perawatan Payudara

Sasaran : Ibu Post Partum

Hari/ Tanggal : Rabu,19 Juni 2019

Waktu : 30 menit

Tempat : Ruang rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi

A. Latar Belakang

Pasca melahirkan (masa nifas) merupakan masa atau keadaan selama enam

minggu atau 40 hari. Pada masa ini, ibu mengalami perubahan fisik

perubahan psikologis menghadapi keluarga baru. Pada masa nifas

perawatan payudara merupakan suatu hal yang sangat penting terutama

yang tujuannya untuk melancarkan proses pengekuaran.Perawatan

payudara sangat pelu dilakukan mulaisaat hamil hingga telah lahirnya si

bayi. Hal ini dilakukan supaya proses pengeluaran ASI lancar karena ASI

merupakan makanan pokok si bayi dan harus dilakukan sedini mungkin.

Dimana tujuan perawatan payudara setelah melahirkan, salah satunya

untuk meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar

air susu melalui pemijatan. (Saryono dan Pramitasari, 2008).

Pemberian ASI ekslusif merupakan suatu yang sangat penting untuk

perkembagan. Selain itu dalam proses menyusui yang benar, juga akan

berpengaruh pada perkembangan jasmani, emosi dan spiritual yang baik

169
dalam kehidupannya (Saleha, 2009). Air susu yang pertama kali

dikeluarkan merupakan suatu yang bagus menjaga kekebalan bayi.

(Saleha, 2009). Agar produksi ASI pada ibu nifas lancar maka diperlukan

berbagai perawatan diantaranya perawatan payudara. Perawatan payudara

adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas

(masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran asi (Indah Fedri,

2013). Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini dengan judul

“Perawatan Payudara (Breast Care) pada Ibu Nifas.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

1. Setelah diberikan penjelasan diharapkan peserta mampu memahami

dan mengerti tentang perawatan payudara

b. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan tentang perawatan payudara

2. Menjelaskan tentang manfaat dan tujuan perawatan payudara

3. Menjelaskan akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara

4. Menjelaskan waktu perawatan payudara

5. Menjelaskan hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan

perawatan payudara

6. Menjelaskan tentang alat dan bagaimana cara melakukan

perawatan payudara

7. Menjelaskan bagaimana perawatan payudara dengan adanya

masalah tertentu

170
C. Materi Penyuluhan (Terlampir)

1. Pengertian perawatan payudara

2. Manfaat dan tujuan perawatan payudara

3. Akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara

4. Waktu perawatan payudara

5. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan payudara

6. Alat dan bagaimana cara melakukan perawatan payudara

7. Bagaimana perawatan payudara dengan adanya masalah tertentu

D. Metode

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

E. Media

1. Satuan Acara Penyuluhan

2. Leaflet

F. Setting Tempat

171
Keterangan :

 : Penyaji

 : Moderator

 : Peserta

 : Pembimbing Klinik

 : Fasilitator

 : Observer

G. Pengorganisasian Kelompok

1. Yulia Rahmi

H. Tugas Kelompok

1. Tugas Moderator

a. Membuka acara kegiatan penyuluhan

b. Memimpin jalan diskusi

c. Memperkenalkan anggota kelompok

172
2. Tugas Penyaji

a. Menyampaikan tujuan dan peraturan dalam kegiatan penyuluhan

sebelum kegiatan dimulai

b. Mampu memimpin kegiatan penyuluhan dengan baik

c. Menganalisir bila ada masalah yang timbul dalam penyuluhan

d. Menguasai materi penyuluhan

3. Tugas Fasilitator

a. Menyediakan semua perlengkapan selama kegiatan penyuluhan

berlangsung

b. Mengajak peserta yang kurang aktif

c. Membantu leader mengajak peserta untuk berperaran aktif

4. Tugas Observer

a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan

b. Mencatat prilaku yang dikeluarkan peserta saat kegiatan

penyuluhan berlangsung

c. Membuat laporan penyuluhan

173
I. Pelaksanaan

N Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran

1. Pembukaan 1. Memberi salam pembuka  Menjawab

2. Memperkenalkan diri salam


5 menit
3. Menjelaskan pokok bahasan  Memperhatikan

dan tujuan penyuluhan  Memperhatikan

2. Pelaksanaan 1. Dapat menyebutkan  Memperhatikan

pengertian perawatan  Memperhatikan


15 menit
payudara  Memperhatikan
1.
2. Dapat menyebutkan
m
manfaat dan tujuan
e
perawatan payudara
n
3. Dapat menyebutkan akibat
i
jika tidak dilakukan
t
perawatan payudara

4. Dapat menyebutkan waktu

perawatan payudara

5. Dapat menyebutkan hal

yang perlu diperhatikan

dalam melakukan

perawatan payudara

174
6. Dapat menyebutkan alat

dan bagaimana cara

melakukan perawatan

payudara

7. Dapat menyebutkan

bagaimana perawatan

payudara dengan adanya

masalah tertentu

3. Evaluasi 1. Menanyakan kepada peserta  Menjawab

tentang materi yang telah pertanyaan


5 menit
diberikan.

4. Terminasi 1. Mengucapkan terima kasih  Mendengarka

atas peran serta dan peserta  Menjawab


6 menit
2. Mengucapkan salam salam

penutup

J. Evaluasi

1) Evaluasi Struktur

a. Menyusun setting tempat

b. Menyediakan semua perlengkapan yang dibutuhkan

c. Memastikan semua tempat duduk peserta

175
2) Evaluasi Proses

a. Menjelaskan tentang perawatan payudara

b. Menjelaskan tentang manfaat dan tujuan perawatan payudara

c. Menjelaskan akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara

d. Menjelaskan waktu perawatan payudara

e. Menjelaskan hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan

perawatan payudara

f. Menjelaskan tentang alat dan bagaimana cara melakukan

perawatan payudara

g. Menjelaskan bagaimana perawatan payudara dengan adanya

masalah tertentu

3) Evaluasi Hasil

a. 90% peserta dapat menjelaskan pengertian perawatan payudara

b. 90% peserta dapat menjelaskan tentang manfaat dan tujuan

perawatan payudara

c. 90% peserta dapat menjelaskan akibat jika tidak dilakukan

perawatan payudara

d. 90% peserta dapat menjelaskan waktu perawatan payudara

e. 90% peserta dapat menjelaskan hal yang perlu diperhatikan dalam

melakukan perawatan payudara

f. 90% peserta dapat menjelaskan tentang alat dan bagaimana cara

melakukan perawatan payudara

g. 90% peserta dapat menjelaskan bagaimana perawatan payudara

dengan adanya masalah tertentu

176
Materi Perawatan Payudara

A. Pengertian Perawatan Payudara

Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan yang dilakukan

pada ibu setelah menjalani proses persalinan yang tujuan untuk

melancarkan proses penguluaran ASI dan mencegah terjadinya

penyumbatan pada saluran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara

dilakukan secepat mungkin yaitu 1 sampai 2 hari setelah pesalinan yang

dilakukan 2 kali dalam 1. (Saleha, 2009)

Perawatan payudara adalah suatu perawatan yang dilakukan

sejakkehamilan sampi setelah dilakukan proses persalinan yang tujuan

untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum. (Saryono, 2009).

Perawatan payudara adalah suatu perawatan yang dilakukan setelah proses

perslainan yang tujuan untuk melancarkan ASI yang keluar dan untuk

menghindari penyumbatan. (Suririnah,2007).

Jadi perawatan payudara masa nifas adalah suatu yang dilakukam setelah

persalinan yang tujuannya untuk merawat payudara dan membantu proses

kelancaran ASI.

B. Manfaat dan Tujuan Perawatan Payudara

Perawatan payudara upaya yang dilkukan dalam bentuk dan fungsi

payudara sebelum terjadi laktasi hendaknya dilakukan sedini mungkin

selama kehamilan. Akibat lain yang membahayakan kesehatan bayi bisa

177
terjadi karena produksi ASI terlambat serta kondisi kebersihan payudara

ibu tidak terjamin. Dipihak ibu, ibu akan merasakan geli atau perih pada

payudaranya akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan ibu belum

siap menyusui (Menurut Saleha, 2009).

Tujuan perawatan payudara adalah :

1. Selalu menjaga bersihnya

2. Dapat membuat lentur dan kuatnya putting

3. asi akan lancar jika payudara yang terawat

4. Ibu tidak perlu takut terjadinya perubahan pada payudara sehingga

payudara tidak menarik

5. Putting susu tidak akan lecet jikaterus dilakukan perawatan

6. Melancarkan ASI

7. Mengatasi putting susu datar atau terbenam

C. Akibat Jika tidak Dilakukan Perawatan Payudara

Berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan

payudara sedini mungkin. Menurut Saleha, 2009 dampak tersebut meliputi

1. Puting susu akan mendelep

2. Anak sulit untuk menyusu

3. ASI susah keluar

4. Produksi ASI terbatas

5. Pembengkakan akan terjadi di payudara

6. Payudara akan sakit

7. Payudara akan kotor

178
8. Ibu tidak akan siapuntuk menyusui

9. Kulit dan putting akan mudah lecet

D. Waktu Pelaksanaan

1. Dilakukan pada harikedua setelah persalinan

2. Dilakukan 2 kali sehari

E. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Perawatan

Payudara

Menurut Saryono, 2009 :

1. Ptong kuku dan bersihkan agar payudara tidak

2. Cuci di bagian jari-jari tangan

3. lakukan pada saat tidak dalam keadaan sibuk

F. Persiapan Alat

1. Baskon berisi air hangat dan air dingin

2. Handuk kecil

3. Baby OIL

G. Cara Perawatan Payudara

(Gambar Perawatan Payudara Menurut Suririnah, 2007)

179
a. Cara Pertama

1. Basahi kedua telapak tangan dengan baby oil

2. Tepatkan tangan pada payudara lakukan pemijatan memutar

mengelilingi payudara ke arah luar

3. Ketika tangan kiri berada dibawah payudara, angkat perlahan

payudara dan lepaskan

b. Cara Kedua

1. Tangan kanan membentuk kepalan tangan dengan buku-buku jari

2. Lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung atau kearah putting susu

dan merata keseluruh payudara

c. Cara Ketiga

1. Lanjutkan dengan sisi tengah dan lakukan pemijatan dari pangkal

ke ujung

2. Lakukan bergantian pada kedua payudara

d. Cara Keempat

1. Lakukan dengan kedua tangan ke arah putting susu

2. Kedua ibu jari di atas payudara dan jari lainya menahan

3. Lakukan massage atau memijat berulang

H. Perawatan Payudara dengan Masalah

Menurut Saryono, 2009 adalah :

1. Cara Mengatasi Bila Putting Tenggelam

Lakukan gerakan menggunakan kedua ibu jari dengan menekan kedua

sisi putting dan setelah putting tampak menonjol keluar lakukan

180
tarikan pada puting menggunakan ibu jari dan telunjuk lalu lanjutkan

dengan gerakan memutar putting ke satu arah. Ulangi sampai beberapa

kali dan dilakukan secara rutin.

2. Jika ASI Belum Keluar

Walaupun ASI belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulailah

segera menyusui sejak bayi baru lahir, yakni dengan inisiasi menyusui

dini, Dengan teratur menyusui bayi maka hisapan bayi pada saat

menyusu ke ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin dan

prolaktin yang akan membantu kelancaran ASI. Jadi biarkan bayi terus

menghisap maka akan keluar ASI. Jangan berpikir sebaliknya yakni

menunggu ASI keluar baru menyusui.

3. Penanganan Putting Susu Lecet

Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa

mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lecet dan memerah ASI

secara manual dan di tampung pada botol steril lalu di suapkan

menggunakan sendok kecil. Olesi dengan krim untuk payudara yang

lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet.

4. Penanganan pada payudara yang terasa keras sekali dan nyeri, ASI

menetes pelan dan badan terasa demam.

Pada hari ke empat masa nifas kadang payudara terasa penuh dan keras, juga

sedikit nyeri. Justru ini pertanda baik. Berarti kelenjar air susu ibu mulai

berproduksi. Dengan adanya reaksi alamiah tubuh seorang ibu dalam masa

menyusui untuk meningkatkan produksi ASI, maka tubuh memerlukan cairan

lebih banyak.Inilah pentingnya minum air putih 8 sampai dengan 10 gelas sehari.

181
PERAWATAN PAYUDARA YANG
TERAKHIR

PERAWATAN
PAYUDARA
1. Terakhir lakukan gerakan PADA IBU POST
memelintir putting susu elastis PARTUM
dan kenyal
2. Kemudian cuci payudara
dengan air hangat dan kompres
payudara dengan handuk kecil
yang sudah dibasahi dengan air OLEH
hangat secara bergantian pada
payudara yang lain selama 5
menit YULIA RAHMI
3. Kemudian lanjutkan dengan
kompres dingin dan diakhiri NIM : 1614401034
dengan air dingin
4. Ulangi secara bergantian
sebanyak 3 kali pada setiap
payudara
DIII KEPERAWATAN
5. Kemudian lakukan pengeluaran
ASI dan keringkan STIKES PERINTIS PADANG

2018/ 2019

182
PENGERTIAN CARA PERAWATAN PAYUDARA Cara Ketiga
Perawatan payudara adalah perawatan
1. Lanjutkan dengan sisi tengah dan
yang dilakukan pada payudara ibu Cara Pertama
setelah melahirkan dan menyusui yang lakukan pengurutan dari pangkal
merupakan suatu cara yang dilakukan 1. Basahi kedua telapak tangan ke ujung atau ke arah putting susu
saat merawat payudara agar ASI keluar dengan baby oil 2. Lakukan secara bergantian untuk
dengan lancar (Suririnah,2007). 2. Tepatkan tangan pada payudara payudara yang lain
kemudian lakukan gerakan
memutar mengelilingi gerakan
MANFAAT memutar mengelilingi payudara ke Cara Keempat
arah luar
Menurut Saleha, 2009 : 1. Cara yang lain dapat dilakukan
3. Ketika tangan kiri berada dibawah
dengan kedua tangan ke arah
1. Menjaga kebersihan payudara payudara dan kemudian angkat
putting susu
2. Melancarkan sirkulasi payudara sebentar dan lepaskan
2. Kedua ibu jari di atas payudara
secara perlahan
dipayudara dan jari-jari yang lain menompang
3. Merangsang produksi ASI Cara Kedua payudara
4. Mencegah pembengkakan 3. Lakukan massage atau memijat
payudara berulang
1. Tangan kanan membentuk kepalan
tangan dengan buku-buku jari
PERSIAPAN ALAT
2. Lakukan pengurutan dari pangkal
ke ujung atau kearah putting susu
dan merata keseluruh payudara
1. Baskom berisi air hangat dan
air dingin

2. Handuk kecil

3. Baby OIL

183
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Penulis

Nama : Yulia Rahmi

Tempat dan Tanggal Lahir : Koto Baru, 04 Juli 1997

Agama : Islam

Daerah Asal : Solok

Jumlah Bersaudara : 5 ( Lima) Orang

Anak Ke : 5 (Lima)

Alamat : Jln. Simpang Pakan Akek No 301 Jor.

Kajai, Kel. Koto Baru, Kec. Kubung, Kab.

Solok Provinsi Sumatera Barat

II. Nama Orang Tua

Nama Ayah : Ulil Amri

Tempat dan Tanggal Lahir : Koto Baru, 02 Februari 1956

Nama Ibu : Armailis

Tempat dan Tanggal Lahir : Koto Baru, 01 Juli 1961

184
III. Riwayat Pendidikan

No Sekolah Tahun Lama

1 TK Darmawanita Koto Baru, 2003 1 Tahun

Kabupaten Solok

2 SD 02 Muhammadiyah Koto 2004-2009 6 Tahun

Baru, Kabupaten Solok

3 SMP Negeri 02 Koto Baru, 2009-2013 3 Tahun

Kabupaten Solok

4 SMK Negeri 1 Kota Solok 2013-2015 3 Tahun

5 DIII Keperawatan STIKes 2016-Sekarang 3 Tahun

Perintis Padang

185
186
187
188
189
190
191

Anda mungkin juga menyukai