Anda di halaman 1dari 15

METODE MEMBACA AL-QUR’AN UNTUK ANAK USIA DINI

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pembelajaran Al-Qur’an Untuk Anak

Dosen Pengampu: Nurul Qomariah, M.Pd

Disusun Kelompok 3
Oleh:
1. Nuriza (1912047)
2. Rindiyani (1912059)
3. Windayan(1912070)
Kelas: 4B

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-qur’an merupakan dasar keyakinan keagamaan, keibadahan dan
hukum. Membimbing manusia dalam mengarungi hidupnya adalah sangat
layak bila Al-qur‟an mendapat perhatian istimewa.Menurut persepsi
islam, kehidupan dunia itu amat terkait dengan kehidupan akhirat. Sebab-
sebab yang mendatangkan kebahagiaan hidup di dunia juga sama dengan
sebab-sebab yang mendatangkan kebahagiaan hidup di akhirat.
Dari penjelasan diatas intinya bahwa kita dalam ajaran islam ada
perintah untuk mendidik anak berdasarkan agama,sedangkan salah satu
materi pendidikan agama adalah untuk meningkatkan kemampuan
melafalkan huruf hijaiyah melalui metode iqra. Melafalkan huruf hijaiyah
merupakan kemampuan yang harus dimiliki anak, karena merupakan
prasyarat untuk dapat melafalkan Al Qu’ran. Untuk dapat melafalkan
huruf hijaiyah dengan baik dapat menggunakan metode iqra
Dalam makalah ini, yang akan dibahas adalah tentang pengertian
metode iqra’, sejarah metode iqra’, cara penerapan metode iqra’ dan
tentang kelebihan dan kekurangan metode iqra’.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode iqra’ ?
2.  Bagaimana sejarah metode iqra’ ?
3. Bagaimana cara menerapkan metode iqra’ ?
4. Apa kelebihan dan kelemahan metode iqra’ ?

C. Tujuan Masalah
1. Memahami pengertian metode iqra’
2. Mengetahui sejarah metode iqra’
3. Mengetahui penerapan metode iqra’
4. Memahami kelebihan dan kelemahan metode iqra’
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Iqra’


1. Pengertian Metode Iqra’
Menurut Tayat Yusuf dan Saiful Anwar yang dikutip oleh Armai
Arief secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”
yaitu suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang
telah disusun tercapai secara optimal.1
Iqra’ adalah metode Al-Qur’an bentuk syaufiyah yang dirancang
untuk anak sekolah yang bentuk pengajarannya dimulai dari jilid 1-6.
Metode Iqra’ adalah suatu metode membaca al-Qur’an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Maksudnya,
metode iqra’ adalah salah satu metode yang digunakan dalam
pembelajaran al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan
membaca yang dimulai dari tingkatan yang sederhana, tahap demi
tahap sampai ke tingkat sempurna, sehingga dengan banyaknya siswa
membaca tentunya semakin baik hafal dan lancar bacaannya.
Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut ditambah satu jilid lagi yang
berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk
pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang
belajar maupun yang mengajar Al-Qur'an.
Metode ini dapat dilakukan dalam kelompok atau individu,
mengingat nama dan arti metode ini dapat kita hubungkan dengan
wahyu Allah SWT yang pertama, surat al-‘Alaq ayat satu yang
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standart proses
Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 147
berbunyi´Iqra’ bismirabbilkallzi khalaq´. Isi kandungan ayat tersebut
adalah perintah membaca´.
Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang
bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca
huruf Al-Qur'an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Metode
ini di dalamnya mengandung metode campuran dengan
mengedepankan prinsip pembelajaran yang lebih efektif dan efesien.
Pembelajaran Al-Qur’an dengan metode ini dimulai dari mengenalkan
huruf, tanda baca, pengenalan bunyi serta susunan kata dan kalimat
yang harus dipahami dan dibaca serta dikembangkan lebih jauh kepada
kata, kalimat dan bacaan yang lebih rumit disertai pemahaman prinsip-
prinsip tajwid yang harus diperhatikan.2
2. Ciri-ciri Metode Iqra’
a. Bacaan langsung tanpa dieja, artinya tidak diperkealkan nama-
nama huruf hijaiyah.
b. Dengan cara belajar siswa aktif,  maksudnya yang ditekankan di
sini adalah keaktifan siswa bukan guru.
c. Lebih bersifat individual.
3. Prinsip Metode Iqra’.
a. Tariqat Assntiyah (penguasaan/ pengenalan bunyi).
b. Tariqat Attadrij (pengenalan perbedaan yang mudah kepada yang
sulit).
c. Tariqat Muqarranah (pengenalan perbedaan bunyi pada huruf yang
hampir memiliki makhraj yang sama).
d. Tariqat Latifatil Athfal (pengenalan melalui latihan-latihan).3
4. Isi Buku Iqra’ dari Jilid 1-6
1. Jilid 1

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Surabaya: CV.


KaryaUtama, 2010), hlm. 846
3 Budiyanto, Prinsip-Prinsip Metodologi Iqra’, (Yogyakarta: Tadrus, 1995),
hlm. 15
1) Pengenalan bacaan huruf-huruf hijaiyah yang berbasis fathah
sekaligus makhroj hurufnya, seperti :  ‫ي‬............
َ ‫ث َج َح َخ‬ َ َ‫ا‬
َ َ‫ب ت‬
2) Membedakan bacaan huruf-huruf tertentu, seperti : ‫ظ‬-‫ َذ‬ ‫ َز‬-‫ َج‬ ‫ َع‬-َ‫ا‬
َ َ‫ث ت‬
3) Membaca huruf-huruf secara acak, seperti :  ‫ب‬ َ َ‫ا‬
َ ‫ب‬
2. Jilid 2
1) Pengenalan tanda panjang, seperti : ‫ تَا‬ ‫ َس َجى‬ ‫بَا‬ 
َ َ‫ َخط‬ 
2) Pengenalan huruf sambung, seperti :‫ َج َع َل‬ ‫ب‬
3. Jilid 3
1) Pengenalan tanda baca kasroh dan tanda baca panjang
sekaligus memperkenalkan tanda sukun, seperti : ‫ نِ ْي‬ ‫ بِ ْي‬ ‫ ِه‬ ِ‫ا‬ 
2) Pengenalan tanda baca dhommah dan tanda baca panjang,
seperti :    ُ‫ ه‬  ْ‫ لُو‬  ُ‫ ب‬  ْ‫بُو‬
4. Jilid 4
ٍ ً‫ ب‬ ٌ‫اً اٍ ا‬ 
1) Pengenalan bacaan tanwin, seperti : ٌ‫ب ب‬
2) Pengenalan Nun dan Mim sukun, seperti :‫ اَ ْم اِ ْم اُ ْم‬  ‫اَ ْن اِ ْن اُ ْن‬ 
3) Perbedaan Hamzah sukun ( ْ‫ء‬ ) dengan Ain sukun (‫ ْع‬ ), dan kaf
sukun dengan Qaf sukun (‫) ْق‬ , seperti : ‫ اَ ْق َو َم‬ ‫ اَ ْك َر َم‬ ‫ اَ ْع َمى‬ ‫ تَأْ ُك ُل‬ 
5. Jilid 5
1) Pengetahuan bacaan waqaf, seperti : ‫ اَبَدًا‬   َ‫نَ ْستَ ِع ْين‬ 
2) Pengenalan bacaan panjang 5-6 harakat, seperti :   ‫آلاَ ْعبُ}}} ُد‬
َ‫ضآلِّ ْين‬
َ ‫والَال‬ 
َ
3) Pengenalan bacaan tasydidi, seperti :     ‫ ثُ َّم‬  ‫إِ َّن‬
4) Pengenalan bacaan dengung, seperti :‫ َخ ْي ٌر نِ َسا ٌء‬  ‫ ِم ْن َمقَا ٌم‬ 
5) Pengenalan bacaan yang tidak dengung, seperti :   ‫ِم ْن َر ُس}}لِ ِه‬
‫خَ ْي ٌرلَ ُك ْم‬ 
6) Pengenalan Alif Lam Syamsyiah, seperti contoh : ُ‫والنَّاس‬  
َ
7) Pengenalan Alif Lam Qomariyah, seperti :‫القَ َم ُر‬ 
8) Pengenalan bacaan lafaz “Allah” yang sebelumnya berharakat
fathah dan dhommah, seperti contoh :َ‫ اِ َّن هللا‬  ِ‫ تَاهللا‬  ِ‫ َرسُوْ ُل هللا‬ 
9) Pengenalan bacaan lafaz “Allah” yang sebelumnya berharakat
kasrah, seperti contoh :ِ‫ بِاهلل‬  ِ‫بِس ِْم هللا‬ 
6. Jilid 6
1) Pengenalan Nun sukun atau tanwin bila bertemu dengan huruf
Wau dibaca dengan dengung, seperti :‫اح ٍد َحيًّا َونَبَا تًا‬
ِ ‫َم ْن َو‬
2) Pengenalan Nun sukun atau tanwin bila bertemu dengan huruf
Ba seperti Mim mati, seperti :‫ِم ْن بَ ْع ِد َرسُوْ ٌل بِ َما‬
3) Pengenalan Nun mati atau Tanwin bertemu dengan huruf yang
lima belas, maka dibaca samara-samar, seperti contoh :   ‫اَ ْنتُ ْم ِم ْن‬
‫ع‬
ٍ ْ‫جُو‬
4) Pengenalan bacaan waqaf lazim (‫م‬  ), Muthlaq ( ‫)ط‬, jaiz (‫ )ج‬Qif
ُ ‫فَتَ َو َّل َع ْنهُ ْم يَوْ َم يَ ْد‬
ِ ‫ع ال َّد‬
( ‫)قف‬, La Waqfa Fiih (‫ال‬ ),seperti :  ‫اع‬
5) Pengenalan bacaan huruf-huruf Qolqolah yang bertasydid bila
ْ ‫تَب‬
ٍ َ‫َّت يَدَا اَبِ ْي لَه‬
diwaqofkan, seperti : َّ‫ب َوتَب‬
Untuk mengetahui kemampuan siswa apakah telah
menguasai materi pelajaran, maka pada tiap jilid diakhiri
dengan EBTA. Siswa yang cepat menguasai materi, akan cepat
pula menyelesaikan buku Iqra’nya.4

B. Sejarah Metode Iqra’


Metode Iqra’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang
berdomisili di Yogyakarta. Buku Iqra' karya KH. As‘ad Humam
merupakan buku ajar membaca Al-Qur'an yang sangat popular di
Indonesia. Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) yang tersebar diberbagai
daerah banyak yang menjadikan buku tersebut sebagai buku ajar resmi
dalam pembelajarannya. Kepopuleran buku ini mungkin disebabkan atas
kesesuaian dan keefektifannya dalam pembelajaran membaca al-Qur'an
sehingga banyak anak yang berhasil membaca al-Qur'an dengan baik
setelah mempelajarinya.
1. Biografi Ustadz As’ad Human
 Nama asli dari KH. As‘ad Humam hanyalah As‘ad, sedangkan
nama Humam yang diletakkan dibelakang adalah nama ayahnya, H
4 As‟ad Humam, Buku Iqra’ , Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, Jilid 1-
6, Yogyakarta: AMM, 2000, hal.1
Humam Siradj. KH As’ad Humam (alm) tinggal di Kampung
Selokraman, Kotagede Yogyakarta. Ia adalah anak kedua dari 7
bersaudara. Darah wiraswasta diwariskan benar oleh orang tua mereka,
terbukti tak ada satu pun dari mereka yang menjadi Pegawai Negeri
Sipil. KH. As‘ad Humam sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi
di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta. Profesi ini
mengantarnya berkenalan dengan KH. Dachlan Salim Zarkasyi.
 Pada tahun 1975, KH. As‘ad Humam menggunakan metode
Qiro'ati yang disusun KH. Dachlan Salim Zarkasyi dari Semarang pada
tahun 1963. Akan tetapi, kemudian ditemukan bahwa pengajaran Al-
Qur'an denganmetode Qiro'ati tidak tartil, dan tidak adanya tajwid.
Maka, dari Qiro'ati inilah kemudian muncul gagasan-gagasan KH.
As‘ad Humam untuk mengembangkannya supaya lebih mempermudah
penerimaan metode ini bagi santri yang belajar Al-Qur'an.
Pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur'an
dengan metode Iqra' yang disusun oleh KH. As’ad Humam ini pada
awalnya hanya perantaraan dari mulut ke mulut atau getok tular,
kemudian dengan ketekunan mampu dikembangkan secara luas dan
diterima baik oleh masyarakat di Indonesia bahkan di dunia
internasional, dengan dibantu aktivis yang tergabung dalam Team
Tadrus AMM Yogyakarta.
2. Faktor yang Menemukan Metode Baru Oleh KH. As‘ad Humam
Pada awal penyusunannya, KH. As‘ad Humam paling tidak
merumuskan 3 faktor mengapa ia perlu menemukan metode baru
dalam pembelajaran membaca al-Qur'an:
a) Salah satu masalah umat Islam yang dihadapi dan cukup mendasar
adalah prosentase generasi muda Islam yangtak mampu membaca
al-Qur'an menunjukan indikasi yang meningkat. Generasi muda
nampak semakin menjauhi al-Qur'an dan rumah tangga keluarga
muslim terasa semakin sepi dari alunan bacaan ayat-ayat suci al-
Qur'an. Padahal kemampuan dan kecintaan membaca al-Qur'an
adalah merupakan modal dasar bagi upaya pemahaman dan
pengamalan al-Qur'an itu sendiri.
b) Nampak sekali bahwa lembaga-lembaga pengajian dan pengajaran
al-Qur'an yang ada sekarang ini, belum mampu mengatasi masalah
meningkatnya jumlah generasi muda yang tidak mampu membaca
al-Qur'an. Pengajian anak-anak tradisional, yang dulunya
berlangsung dengan semarak di kampung-kampung tiap ba’da
mahgrib sampai isya, kini terlihat semakin kurang kuantitas dan
kualitasnya. Hal ini di samping disebabkan oleh guru ngaji yang
semakin langka, dana yang terbatas, sistem penyelenggaraan yang
apa adanya, juga disebabkan oleh kalah bersaingnya dengan
pengaruh-pengaruh dari luar seperti TV, film, video, radio, dan
sebagainya. Sedangkan pengajaran membaca v lewat pendidikan
agama di sekolah-sekolah formal, sangat terbatas waktu dan tenaga
pengajarnya, sehingga sulit untuk bisa mengantarkan anak
didiknya mampu membaca al-Qur'an.
c) Terasa sekali bahwa metodologi pengajaran membaca al-Qur'an
yang selama ini diterapkan di Indonesia, khususnya metode Juz
Amma (Qowaidul Bagdadiyah), sudah saatnya untuk ditinjau
kembali dan disempurnakan.

C. Penerapan Metode Iqra’


Metode iqra’ dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya
tiga tujuan pembelajaran, yaitu :
a. Kemampuan memiliki pengetahuan.
b. Kemampuan memiliki keterampilan.
c. Pengembangan keterampilan.5
1. Unsur-Unsur Metode Iqra’ Dalam Pembelajaran Al-Qur’an
          Unsur-unsur  metode Iqra’ dalam pembelajaran Al-Qur’an:

5 Buditanto,  Prinsip-Prinsip Metodologi Iqra’. (Yogyakarta: Tadrus, 1995),


hlm. 16
a) Para siswa harus memiliki persepsi perlunya mempelajari al-
Qur’an
b) Para siswa harus mengerti tujuan mempelajari al-Qur’an.
c) Para harus memiliki tanggung jawab terhadap dirinya untuk
keterampilan membaca al-Qur’an.
d) Para siswa harus mengetahui bahwa membaca al-Qur’an yang
baik, lancar dan benar termasuk ibadah.
e) Para siswa harus tahu kebenaran membaca al-Qur’an sangat
penting terutama dalam ibadah shalat.
2. Metode Pembelajaran Iqra’
          Metode pembelajaran iqra’ adalah:
a) CBSA, siswa aktif membaca sendiri setelah dijelaskan pokok
bahasanya, guru hanya menyimak tidak menuntun. Belajar aktif
tidak hanya diperlukan untuk menambah gairah, namun juga untuk
menghargai perbedaan individual dan keragaman kecerdasan.
b) Privat menyimakan seorang demi seorang secara bergantian.
c) Asistensi. Maksudnya, siswa yang lebih tinggi pelajaranya dapat
membantu menyimak santri lain. Strategi ini baik digunakan untuk
menggairahkan kemauan peserta didik untuk mengajarkan materi
kepada temanya. Jika selama ini ada pameo yang mengatakan
bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan
mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini akan sangat
membantu peserta didik dalam mengajarkan kepada teman sekelas.
d) Siswa tidak diperkenalkan tanda baca, yang penting betul
membacanya
e) Komunikatif, beri sanjungan kepada siswa apabila bacaan betul.
f) Bagi siswa yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya
mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan agar
cepat selesai.6
3. Cara Mengajarkan Metode Iqra’
6 H.M. Budiyanto, dkk., Ringkasan Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan
Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan, dan
Memasyarakatkan al-Qur’an, Yogyakarta: AMM, 2003, hlm. 38-43.
Susunan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam
pembelajaran al-Qur’an dengan menggunakan metode iqra’
sebagaimana diuraikan oleh Yusur Mukhtar adalah:
1) Guru harus mengetahui kondisi awal siswa, agar dapat menentukan
jilid berapa bagi siswa yang bersangkutan untuk mempelajarinya.
2) Guru menyimak satu persatu siswa yang sedang belajar sambil
mencatat pada kartu prestasi siswa atau pada buku daftar nilai
siswa.
3) Guru hanya menunjukkan pokok-pokok pelajaran saja, tidak perlu
mengenalkan istilah-istilah.
4) Perlu menggunakan asisten atau menggunakan tutor sebayayang
sudah bisa membaca untuk membimbing teman-temannya yang
lain dan mencatat prestasi pada kartu prestasi siswa.
5) Untuk beralih/pindah jilid (materi lain) ditentukan oleh guru
pengajar, sementara untuk pindah halaman lain cukup dengan guru
pembimbing/tutor sebaya.
6) Bagi siswa yang lebih cerdas, tidak perlu membaca setiap halaman
secara penuh.
7) Perlu diperbanyak latihan-latihan secara berulang-ulang untuk
memantapkan pengenalan huruf.
Dilihat dari tujuh langkah pembelajaran di atas, maka terlebih
dahulu memulai pembelajaran dengan menginformasikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Kemudian, dilanjutkan dengan langkah-langkah dimana siswa
di bawah bimbingan guru bersama-sama untuk menyelesaikan/
melaksanakan tugas yang diberikan guru, serta menguji apa yang
sudah dipelajari dengan usaha-usaha siswa itu sendiri.7

D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Iqra’


7 Budiyanto, dkk. Ringkasan Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan
Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan, dan
Memasyarakatkan al-Qur’an. (Yogyakarta: AMM, 2003), hlm. 43.
1. Kelebihan Metode Iqra’
a) Siswa lebih cepat dapat membaca Al-Qur’an
b) Adanya buku (modul) yang mudah dibawa dan dilengkapi oleh
beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru serta pendidikan
dan latihan guru agar buku iqra’ ini dapat dipahami dengan baik
oleh guru, para guru dapat menerapkan metodenya dengan baik
dan benar.
c) Sistematis dan mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari yang
mudah ke yang sulit; dari yang sering didengar, yang mudah
diingat ke yang sulit didengar dan diingat.
d) Menggunakan sistem asistensi, yaitu santri yang lebih tinggi
tingkat pembelajaranya membina siswa yang berada di bawahnya.
Meski demikian proses kelulusan tetap ditentukan oleh guru
dengan melalui ujian.
e) Guru mengajar dengan pendekatan yang  komunikatif, seperti
dengan menggunakan bahasa peneguhan saat siswa membaca
benar, sehingga siswa termotivasi, dan dengan teguran yang
menyenangkan jika terjadi kesalahan.
f) Bersifat privat (individual). Setiap siswa menghadap guru untuk
mendapatkan bimbingan langsung secara individual. Jika
pembelajaran terpaksa dilakukan secara kolektif maka guru akan
menggunakan buku Iqra’ klasikal.
g) Buku dengan metode ini bersifat fleksibel untuk segala umur dan
buku mudah didapatkan dari toko-toko.8
2. Kelemahan Metode Iqra’
a) Anak kurang tahu nama huruf hijaiyah karena tidak diperkenalkan
dari awal pembelajaran.
b) Anak kurang tahu istilah atau nama-nama bacaan dalam ilmu
tajwid.
c) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
8 Moh.Roqib, Ilmu Pendidikan Islam ( Pengembangan Pendidikan Intergratif di
Sekolah, Keluarga dan Masyarakat ), ( Yogyakarta : LkiS, 2009 ). h. 104
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iqra’ adalah metode Al-Qur’an bentuk syaufiyah yang dirancang
untuk anak sekolah yang bentuk pengajarannya dimulai dari jilid 1-6.
Metode Iqra’ adalah suatu metode membaca al-Qur’an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Maksudnya,
metode iqra’adalah salah satu metode yang digunakan dalam
pembelajaran al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan
membaca yang dimulai dari tingkatan yang sederhana,tahap demi
tahap sampai ke tingkat sempurna, sehingga dengan banyaknya siswa
membaca tentunya semakin baik hafal dan lancar bacaannya.
Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang
berdomisili di Yogyakarta. Buku Iqra' karya KH. As‘ad Humam
merupakan buku ajar membaca Al-Qur'an yang sangat popular di
Indonesia. Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) yang tersebar
diberbagai daerah banyak yang menjadikan buku tersebut sebagai buku
ajar resmi dalam pembelajarannya. Kepopuleran buku ini mungkin
disebabkan atas kesesuaian dan keefektifannya dalam pembelajaran
membaca al-Qur'an sehingga banyak anak yang berhasil membaca al-
Qur'an dengan baik setelah mempelajarinya. Metode pembelajaran
iqra’ adalah:
1) CBSA
2) Asistensi
3) Siswa tidak diperkenalkan tanda baca, yang penting betul
membacanya .
4) Komunikatif
5) Bagi siswa yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya
mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan agar
cepat selesai.
Kelebihan dan kekurangan metode iqra’ adalah:
1) Siswa lebih cepat dapat membaca
2) Adanya buku (modul) yang mudah dibawa dan dilengkapi oleh
beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru serta pendidikan
dan latihan guru agar buku iqra’ ini dapat dipahami dengan baik
oleh guru, para guru dapat menerapkan metodenya dengan baik
dan benar.
3) Sistematis dan mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari yang
mudah ke yang sulit; dari yang sering didengar, yang mudah
diingat ke yang sulit didengar dan diingat.
4) Menggunakan sistem asistensi, yaitu santri yang lebih tinggi
tingkat pembelajaranya membina siswa yang berada di bawahnya.
Meski demikian proses kelulusan tetap ditentukan oleh guru
dengan melalui ujian.
5) Guru mengajar dengan pendekatan yang  komunikatif, seperti
dengan menggunakan bahasa peneguhan saat siswa membaca
benar, sehingga siswa termotivasi, dan dengan teguran yang
menyenangkan jika terjadi kesalahan.
6) Bersifat privat (individual). Setiap siswa menghadap guru untuk
mendapatkan bimbingan langsung secara individual. Jika
pembelajaran terpaksa dilakukan secara kolektif maka guru akan
menggunakan buku Iqra’ klasikal.
7) Buku dengan metode ini bersifat fleksibel untuk segala umur dan
buku mudah didapatkan dari toko-toko.
Kelemahan:
1) Anak kurang tahu nama huruf hijaiyah karena tidak diperkenalkan
dari awal pembelajaran.
2) Anak kurang tahu istilah atau nama-nama bacaan dalam ilmu
tajwid.
3) Tak dianjurkan menggunakan irama.

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar


Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemah. Surabaya:
CV. KaryaUtama.
Buditanto.1995.  Prinsip-Prinsip Metodologi Iqra’. Yogyakarta:
Tadrus.
Humam, As’ad. 2000. Buku Iqra’ , Cara Cepat Belajar Membaca
al-Qur’an, Jilid 1-6. Yogyakarta: AMM.
Budiyanto, dkk. 2003. Ringkasan Pedoman Pengelolaan,
Pembinaan dan Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami,
Mengamalkan, dan Memasyarakatkan al-Qur’an. Yogyakarta: AMM.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam ( Pengembangan
Pendidikan Intergratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat ).
Yogyakarta : LkiS.

Anda mungkin juga menyukai