Anda di halaman 1dari 23

Pendekatan Klinis tumor Payudara Pada Perempuan Usia 35 Tahun

David Clinton 102018038


Anisa Hanf Wulandari 102018026
Ghina Yuliasari 102018136
Kellyn 102018057
Farianti Wiranda 102018089
Jebsa Beypi 102016198
Luigi Collins Aribowo 102018103
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia

Abstrak

Payudara merupakan bagian dari sistem reproduksi yakni kelenjar kulit dan dalam hidup ini
mengambil posisi yang begitu penting. Kelenjar ini tumbuh besar sebagai kelenjar susu yang
dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. Payudara dapat mengalami kelainan salah
satunya adalah tumor payudara. Tumor atau neoplasma secara umum berarti benjolan yang
disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh. Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas
(maligna) atau jinak (benigna). Kanker payudara merupakan tumor ganas payudara yang mengacu
pada kanker yang berasal dari jaringan payudara (duktus, lobulus, dan jaringan penunjang lainnya).
Kanker payudara adalah kanker paling umum pada wanita dan penyebab utama kematian akibat
kanker di seluruh dunia.

Kata kunci:payudara,ganas,tumor,jinak

Abstract

Breasts are part of the reproductive system, namely the skin glands and in life take a very
important position. These glands grow as mammary glands which are influenced by the hormones
estrogen and progesterone. Breasts can experience abnormalities, one of which is a breast tumor.
Tumor or neoplasm in general means a lump caused by abnormal cell growth in the body. Tumor
growth can be malignant (malignant) or benign (benign). Breast cancer is a malignant breast
tumor that refers to cancer originating from the breast tissue (ducts, lobules, and other supporting
tissues). Breast cancer is the most common cancer in women and the leading cause of cancer death
worldwide.

Key words: breast, malignant, tumor, benign

Pendahuluan
Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari
epitel duktus maupun lobules. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia.
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 14 juta kasus
kanker baru dan sekitar 8,2 juta (58,57%) diantaranya dinyatakan meninggal dunia akibat kanker.
Jenis kanker yang banyak menyebabkan kematian diantaranya kanker paru-paru, hati, perut,
kolorektal, payudara dan esofagus (WHO, 2015). Menurut data Global Burden Cancer dalam
International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa kanker payudara merupakan
penyakit kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol oleh umur) tertinggi, yaitu sebesar
43,3%, dan persentase kematian (setelah dikontrol oleh umur) akibat kanker payudara sebesar
12,9%. Di Indonesia, insiden kanker payudara sebesar 40,3 per 100.000 perempuan. Di Indonesia,
pada tahun 2013 prevalensi penyakit kanker secara keseluruhan memiliki persentase sebesar 1,4‰
penduduk atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I.Yogyakarta memiliki prevalensi
tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4,1‰ atau diperkirakan sekitar 14.596 orang
(Kemenkes RI, 2015). Penyakit kanker payudara merupakan salah satu penyakit kanker dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu sebesar 0,5‰. Provinsi D.I.Yogyakarta
merupakan provinsi yang memiliki prevalensi kanker 2 payudara tertinggi, yaitu sebesar 2,4‰ atau
diperkirakan sekitar 4.325 orang (Kemenkes RI, 2015). Kanker payudara saat ini merupakan
penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker leher rahim dan merupakan
kanker yang paling banyak ditemui di antara wanita. Kanker payudara dapat menyebar secara
signifikan dan sering tidak menimbulkan gejala. Pada saat terdiagnosis sebagai kanker payudara,
pada 5-15% pasien telah terjadi metastasis dan hampir 40% telah terjadi penyebaran secara
regional. Karena pengobatan terkadang tidak memberikan hasil yang baik atau terlambat dalam
memberikan terapinya, maka pencegahan merupakan langkah yang diperlukan (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, merupakan penyakit yang
paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan penemuan terakhir kaum pria pun bisa
terkena kanker payudara ini, walaupun masih sangat jarang terjadi. Prognosis kanker payudara
tergantung pada tingkat pertumbuhannya. Dari hasil pengamatan, umumnya penderita kanker
payudara sudah tidak dapat ditolong karena terlambat diketahui dan diobati (Purwoastuti, 2012).

Anamnesis

Pasien dengan kasus payudara biasanya datang dengan keluhan utama adanya benjolan di
payudara. Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien antara lain adalah kecepatan tumbuh
benjolan di payudara, disertai rasa sakit atau tidak, dan ada tidaknya nipple discharge, retraksi
putting susu, atau krusta. Perlu ditanyakan juga adanya kelainan kulit (dimpling, peau d’orange,
ulserasi, venektasi), benjolan ketiak, edema pada lengan, nyeri tulang (vertebra, femur), sesak, dan
lainnya.
Berdasarkan hasil anamnesis dari skenario, diketahui:
• Identitias : Perempuan usia 35 tahun
• KU :Benjolan di payudara kanan sejak 6 bulan yang lalu
• RPS :Awal ukuran benjolan sebesar kelereng, sekarang sebesar bola pingpong.
Tidak ada nyeri, ada nipple discharge
• RPD :Tidak ada riwayat penyakit dan operasi.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan sistemik. Biasanya
pada pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda vital dan pemeriksaan
menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya metastase dan atau kelainan media
sekunder. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan regionalis.
Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dengan pasien
duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak
pinggang. Inspeksi pada kedua payudara, aksila, dan sekitar klavikula yang bertujuan untuk
mengidentifikasi tanda tumor primer dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening.

Gambar 1. Teknik Melakukan Inspeksi Payudara dan Daerah Sekitarnya Dengan Lengan di
Samping, di Atas Kepala, dan Bertolak Pinggang

Palpasi payudara diakukan pada pasien dengan posisi terlentang (supine), lengan ipsilateral di atas
kepala dan punggung diganjal bantal. Kedua payudara dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh
baik secara sirkular ataupun radial. Palpasi aksila dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan
lengan pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan supraklavikula.
Kemudian dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan fisik berupa:
Gambar.2. Teknik Melakukan Palpasi Parenkim Payudara untuk Identifikasi Tumor Primer dan
Palpasi Aksila, Infraklavikula, dan Supraklavikula untuk Identifikasi Pembesaran Getah Bening
Regional.

 Status generalis (karnofsky performance score)


 Status lokalis
o Payudara kanan atau kiri atau bilateral
o Massa tumor
 Lokasi
 Ukuran
 Konsistensi
 Bentuk dan batas tumor
 Terfiksasi atau tidak ke kulit, m. pectoral atau dinding dada
 Perubahan kulit
 Kemerahan, dimpling, edema/nodul satelit
 Peau d’orange, ulserasi
 Perubahan putting susu
 Tertarik
 Erosi
 Krusta
 Discharge
o Status kelenjar getah bening
 Kelenjar getah bening aksila: jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir terhadap
sesame atau jaringan sekitar
 Kelenjar getah bening infraklavikula: idem
 Kelenjar getah being supraklavikula: idem
o Pemeriksaan pada daerah metastasis
 Lokasi: tulang, hati, paru, otak
 Bentuk
 Keluhan

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan adalah pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan
kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis. Apabila hasil tumor marker tinggi, maka perlu
diulang untuk follow-up.

Mamografi Payudara
Mamografi menggunkan sinar X pada jaringan payudara uyang dikompresi. Mamogram
adalah gambar hasil mamografi. Mamografi dapat bertujuan untuk skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow up atau kontrol dalam pengobatan. Mammografi
dikerjakan pada perempuan usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia
lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun.
Pemeriksaan mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung hari pertama masa
menstruasi, pada masa ini akan mengurangi rasa tidak nyaman pada perempuan pada waktu di
kompresi dan akan memberikan hasil optimal. Untuk standardrisasi penilaian dan pelaporan
hasil mamografi digunakan BIRADS yang dikembangkan oleh American College of
Radiology.

Tanda primer berupa:


1. Densitas yang meninggi pada tumor
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya
atau batas yang tidak jelas (komet sign)
3. Gambaran trasnulen sekitar tumor
4. Gambaran stelata
5. Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis

Tanda sekunder berupa:


1. Retraksi kulit atau penebalan kulit
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi putting
4. Kelenjar getah bening aksilla (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepadatan jaringan sub areolar yang berbentuk utas.

USG Payudara
Kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran USG pada benjolan yang
harus dicurigai ganas di antaranya adalah permukaan tidak rata, taller than wider, tepi
hiperekoik, echo interna heterogen, vaskularisasi meningkat, tidak beraturan, dan masuk ke
dalam tumor membentuk sudut 90 derajat. Pengunaan USG untuk tambahan mamografi
meningkatkan akurasinya sampai 7.4%, namun USG tidak dianjurkan untuk digunakan
sebagai modalitas skrinning oleh karena USG gagal menunjukan efikasinya.
Sistem score BIRADS adalah klasifikasi yang terdapat dalam temuan USG untuk membantu
dokter menentukan benjolan bersifat atau ganas, klasifikasinya adalah sebagai berikut:
BIRADS 0 : sulit dinilai
BIRADS 1 : tidak terdapat tumor
BIRADS 2 : jinak
BIRADS 3 : kemungkinan jinak
BIRADS 4 : curiga ganas
BIRADS 5 : sangat curiga ganas
BIRADS 6 : ganas
MRI dan CT-SCAN
Secara umum MRI tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan
memerlukan waktu pemeriksaan yang lama. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada
pasien perempuan muda dengan payudara yang padat atau pada payudara implant. Selain itu
dapat dipertimbangkan pada pasien dengan risiko tinggi untuk menderita kanker payudara
(level 3)

Core Needle Biopsy (CNB)


CNB adalah prosedur pengambilan sampel dari jaringan tumor menggunakan hollow core
needle. CNB bertujuan mengumpulkan sampel sel dari sebuah tumor sehignga bisa diperiksa
dibawah mikroskop. Sensitivitas dari CNB adalah 92% dengan spesifisitas sebesar 100%.
CNB termasuk proseudur yang relative aman, efektif, efisien waktu, dan tidak mahal. CNB
memungkinakan diagnosis yang lebih akurat dibandingan FNAB karena jarum yang
digunakan CNB lebih besar sehingga dapat mengambil sampel jaringan dalam jumlah yang
lebih banyak. Jarum yang lebih besar juga memungkinkan operator mengambil jaringan dalam
bentuk yang lebih utuh. Keuntungannya sel bisa diperiksa dibawah mikroskop dengan susunan
yang sama seperti saat sel tersebut masih dalam tubuh. Hal ini dapat membantu membedakan
beberapa tipe lesi pra-kanker seperti ductal carcinoma in situ dan lobular carcinoma insit.

Fine Needle Aspirasi Biopsy (FNAB)


FNAB adalah pemeriksaan langsung pada benjolan penderita tumor menggunakan jarum kecil.
Syarat dari FNAB adalah tumor harus teraba dan dapat dijangkau jarum. Jarum yang
digunakan FNAB adalah jarum halus dengan panjang yang berbeda tergantung pada lokasi dan
sifat tumor. Kelebihan dari FNAB adalah cepat (selesai dalam 1 jam), tidak perlu puasa
sehingga bisa dilakukan kapan saja, tidak terlalu sakit, dan bisa memberikan diagnose yang
akurat untuk penanganan lanjutan. Hasil dari pemeriksaan FNAB cukup akurat dalam
penegakkan diagnose, namun pada tumor yang kistik atau terlalu besar terkadang sulit untuk
didapatkan sel yang representatif, sehingga tetap perlu diakukan pemeriksaan histopatologi
jaringan dari bahan operasi untuk memastikan diagnose akhir dan pada kasus tumor ganas bisa
menentukan stadium.

Tumor Marker
Pemeriksaan serum tumor marker atau penanda tumor pada pasien kanker payudara telah
digunakan secara luas sebagai salah satu tindakan non-invasif untuk mengukur respon terapi,
kekambuhan serta prognosis dari kanker payudara. Tumor marker merupakan suatu bio-
molekul yang dapat berupa hormon, protein atau peptide yang kadarnya lebih tinggi pada
kondisi kanker dibanding pada kondisi normal. Tumor marker yang sering digunakan adalah
Cancer Antigen 15-3 (CA 15-3) dan Carcinoembryonic Antigen (CEA). CA 15-3 serum adalah
sebuah glikoprotein yang terdapat pada kelenjar mammae dan beberapa tempat lainnya seperti
ovarium, pankreas, paru dan kolorektal. CA 15-3 serum merupakan suatu mucin yang kadar
nya akan di ekspresikan secara berlebihan oleh sel yang mengalami keganasan. Kadar CA 15-
3 serum akan meningkat melebihi normal atau lebih dari 30U/mL pada keadaan keganasan,
seperti kanker payudara. American Society of Clinical Oncology (ASCO) mengatakan bahwa
pemeriksaan CA 15-3 tidak direkomendasikan untuk skrining awal pada kanker payudara,
karena CA15-3 dinilai kurang sensitif pada tahap awal kanker payudara. Penggunaan CA 15-3
serum direkomendasikan oleh ASCO untuk melihat apakah ada kemungkinan terjadi
metastasis atau tidak. Fungsi CEA antara lain adalah sebagai skrining, diagnosa dan staging
awal penyakit, pemantauan setelah terapi primer, dan pemantauan rekurensi kanker payudara.
Sedangkan CA 15-3 kegunaannya adalah skrining, diagnose dan staging awal penyakit, tidak
untuk pemantauan setelah terapi primer. 5

Anatomi Payudara
Pada wanita dewasa, payudara terletak di bagian depan sampai samping dinding dada, dari
setinggi iga ke dua sampai iga ke tujuh dan terbentang dari tepi lateral sternum sampai linea
axillaris media. Tepi lateral atasnya meluas sampai sekitar tepi bawah muskulus pectoralis major
dan masuk ke axilla. Besarnya ukuran payudara bervariasi tergantung usia seorang wanita dan
dipengaruhi oleh faktor hormonal. Payudara mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan subkutan yaitu
lapisan bawah kulit yang terdiri dari kulit, jaringan lemak bawah kulit dan jaringan ikat luar.
Lapisan kedua adalah lapisan mammaria yang terdiri dari kelenjar, duktus dan jaringan ikat, lapisan
ketiga adalah lapisan retromammaria yaitu lapisan belakang payudara yang terdiri dari lemak
belakang payudara, otot dan jaringan ikat dalam.
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu :
 Jaringan glandular (kelenjar) : kelenjar susu (lobus) dan salurannya (duktus)
 Jaringan stromal (penopang) : Jaringan lemak, jaringan ikat dan aliran limfe. (Rosai, 2002)

Gambar 2.1. Anatomi payudara potongan sagital (Netter, 2011)


Menurut Seymor (2000) setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan
berpusat pada papilla mamma. Dari tiap lobus keluar duktus laktiferus, pada bagian terminal
duktus laktiferus terdapat sinus laktiferus yang kemudian menyatu terus ke puting susu
dimana ASI dikeluarkan. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar tepat
sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang
berwarna lebih gelap yang disebut areola mamma. (Seymor dan Schwatz, 2000). Menurut
Hoskins et, al (2005)
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio,
yaitu :
 Kuadran atas bagian medial (kuadran superomedial)
 Kuadran atas bagian lateral (kuadran superolateral)
 Kuadran bawah bagian medial (kuaran inferomedial)
 Kuadran bawah bagian lateral (kuadran inferolateral)
 Regio puting susu (nipple)

Gambar 2.2. Kuadran payudara (Dashner, 2011)

Vaskularisasi Payudara
1. Arteri Payudara mendapat perdarahan dari :
 Cabang-cabang perforantes arteri mammaria interna.
 Rami pektoralis arteri thorako-akromialis
 Arteri thorakalis lateralis (arteri mammaria eksternal)
 Arteri thorako-dorsalis
2. Vena Terdapat tiga grup vena :
 Cabang-cabang perforantes vena mammaria interna
 Cabang-cabang vena aksillaris
 Vena-vena kecil bermuara pada vena interkostalis. (Hughes, 2000)

20
Gambar 2.3. Vaskularisasi payudara (Dashner, 2011)

Perdarahankelenjar mammae terdiri dari rami mammarii mediales dan laterales. Rami mammaria
mediales berasal dari ramus perforans arteri thoracica interna/arteri mammaria interna (merupakan
cabang dari arteri subclavia) yang muncul pada intercostalis space II,III dan IV. Rami mammaria
laterales berasal dari beberapa sumber yaitu arteri thoracica superior (cabang pertama arteri
axillaris), arteri thoracica lateralis/arteri mammaria eksterna (cabang kedua arteri axillaris), cabang
pektoralis dari arteri thoracoacromialis (cabang kedua dari arteri axillaris) dan ramus perforans dari
arteri intercostalis posterior II,III dan IV. Dari semua sumber rami mammaria laterales, arteri
thoracica latealislah yang paling dominan (Macea JR, 2006).

Fisiologi Payudara
Fungsi utamanya adalah mensekresi susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini langsung dan
diperantarai oleh hormon-hormon yang sama dengan yang mengatur fungsi sistem reproduksi. Oleh
karena itu glandula mammaria dianggap sebagai pelengkap sistem reproduksi. Glandula mammaria
mencapai potensi penuh pada perempuan saat menarche; pada bayi, anak-anak, dan pada laki-laki,
glandula ini bersifat rudimenter. (Price, 2006)
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon:
 Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas
 Perubahan sesuai daur haid
 Terjadi pada hamil dan menyusui

Diagnosis Banding

Fibroadenoma Mammae (FAM)


FAM adalah tumor jinak yang dibentuk oleh jaringan fibrous stroma dan proliferasi
epitel lobules. Tumbuh pada lobules sebagai akibat dari peningkatan sensitifitas terhadap
estrogen. Distribusi lokasi yang paling sering adalah dilateral atas, payudara kiri lebih sering
terkena disbanding yang kanan. Terdapat proporsi yang lebih tinggi pada etnis India dan
Africa dibanding Cina dan perempuan kulit putih. Insidensi fibroadenoma pada 3 etnis
(Anglo-Amerika, Hispanik, Indian-Amerika) adalah serupa. Tipikal usia kurang dari 30
tahun dengan insidensi yang tertinggi adalah pada kelompok usia 21-25 tahun.
Fibroadenoma umumnya tidak tumbuh progresif tapi tumbuh dan selanjutnya menjadi statis
80% kasus, regresi 15% dan regresi hanya 5-10%. Tumor ini sedikit berisiko untuk menjadi
kanker payudara terutama yang memiliki gambaran histologi yang kompleks. Pada
penelitian biologi molecular mendapatkan bahwa kebanyakan fibroadenoma tidak
meningkatkan risiko keganasan tapi perubahan genetik terlihat pada tumor dengan ukuran
yang besar dan tumor phyloides. Pada yang secara klinis simptomatik (terdapat rasa nyeri)
ratio antara fibroadennoma dengan kanker adalah 1:4.
Dikatakan FAM multiple jika terdapat tumor 5 atau lebih pada satu payudara. Definisi Giant
FAM jika diameter lebih dari 5 cm (beberapa literature >10 cm) atau berat lebih dari 500
mg. Tipe FAM antara lain adalah hamartoma (usia 2 dekade >>), tubular adenoma, lactating
adenoma, juvenila fibroadenoma, giant fibroadenoma (size >5 cm), dan complex FAM
(kista, sklerosing, adenosis, kalsifikasi epiteleal). Untuk tanda dan gejalanya, masa dengan
pertumbuhan lambat, konsistensi padat, batas tegas, permukaan rata, sangat mobil, circular,
dan tidak nyeri.
Papiloma Intraduktal
Papiloma intraduktal adalah tumor jinak yang terbentuk di duktus, yaitu saluran yang
membawa susu dari kelenjar susu (lobulus) ke puting payudara. Tumor ini terbentuk dari
jaringan fibrosa, kelenjar, dan pembuluh darah. Papiloma intraduktal diketahui paling sering
menimpa wanita usia 35-55 tahun. Akan tetapi belum diketahui apa penyebab serta faktor
risiko kondisi ini. Papiloma intraduktal dapat berupa tumor tunggal (solitary intraductal
papilloma). Jenis ini umumnya tumbuh di dekat puting, dan tidak bersifat kanker.
Sedangkan papiloma yang terdiri dari banyak tumor (multiple papilloma) lebih berisiko
berkembang menjadi kanker.

Diagnosis Kerja

Pengertian Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara,
merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan penemuan
terakhir kaum pria pun bisa terkena payudara ini, walaupun masih sangat jarang terjadi (Mangan,
2009). Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran, dan jaringan penunjang
payudara tetapi tidak termasuk kulit payudara (Purwoastuti, 2008).

Epidemiologi

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan
Pathological Based Registration di Indonesia, kanker payudara menempati urutan pertama dengan
frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data
Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)
dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah
12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang
cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini
juga dapat diderita pada laki – laki dengan frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80%
kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut.

Etiologi

Pada dasarnya penyebab utama pada kanker payudara secara speifik belum diketahui, namun
terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara tidak dapat diubah dan
beberapa faktor lainnya dapat diubah untuk mencegah timbulnya kanker seperti diuraikan dalam
Brunner & Suddart (2005) diantaranya:
a) Riwayat pribadi dengan kanker payudara.
b) Ibu dengan kanker payudara berusia ≤ 60 tahun akan meningkatkan resiko 2 kali lipat pada
anaknya
c) Menstruasi sebelum usia 12 tahun
d) Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama yaitu > 30 tahun mempunyai
risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara
e) Menopause pada usia setelah 50 tahun.
f) Riwayat penyakit payudara jinak, perempuan yang mempunyai tumor payudara serta
perubhan epitel proliferative mempunyai resiko dua kali lipat mengalami kanker payudara.
g) Pemajanan terhadap reaksi ionisasi
h) Pengunaan kontrasepsi oral
i) Terapi pengganti hormone yang digunakan pada perempuan berusia lebih tua
j) Konsumsi alkohol pada perempuan muda rentan mengalami kanker payudara
Patofisiologi

Proses terjaidnya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hyperplasia, optic, riwayat keluarga, dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga
merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker
payudara berasal dari jaringan epithelial dan paling sering terjadi pada sistem ductal. Mula-mula
terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira-kira seperempat dari kanker payudara telah
bermestastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu
sendiri.
Gejal kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu
payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya
benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006). Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang
tumbuh dengan cepat terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya
mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri.
Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase
jauh adalah paru, pleura, dan tulang ( Price, 2006 ).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan sekitarnya, dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat
ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai
upaya tersebut pengalaman operatif dibagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan
pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron endokrine
respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera.
Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme
kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di
pakai dapat menimbulkan terjadinya syock.
Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolism untuk memproduksi
energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk
membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein
untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal. Kanker
payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun yang jauh antara
lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis
penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak
optimal.

13
Tanda & gejala

Fase awal kanker payudara yaitu tanpa ada tanda dan gejala asimtomatik. Sebagian terbesar
bermanifestasi sebagai:
1. Fase mamae tidak nyeri
2. Sering ditemukan secara tidak sengaja, lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas,
umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin,
mobilitias kurang.
3. Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara jelas
4. Adanya benjolan keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
5. Bentuk putting berubah (retraksi putting susu atau putting mengeluarkan cairan/darah)
6. Perubahan kulit payudara diantaranya berkerut seperti kulit jeruk (peau d’orange),
melekek ke dalam (dimpling), dan borok (ulkus)
7. Adanya benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit.
8. Adanya benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul satelit)
9. Adanya luka putting di payudara yang sulit sembuh
10. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa masa di payudara.

Factor resiko
Menurut Shah (2014), ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya tumor payudara
yaitu
 Jenis kelamin : perempuan atau wanita adalah faktor risiko yang paling signifikan untuk
terjadinya kanker payudara. Walaupun laki-laki juga dapat terkena kanker payudara,
khusus pada wanita terjadi perubahan dan pertumbuhan sel-sel payudara yang konstan,
14
terutama karena aktivitas hormon estrogen dan progesteron. Aktivitas kedua hormon
inilah wanita memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami kanker payudara.
 Usia : kanker payudara meningkat insidennya seiring dengan bertambahnya usia. Pada
wanita di bawah 40 tahun, angka penderita kanker payudara tergolong rendah. Di
Amerika Serikat, hanya 5% perempuan dengan diagnosis kanker payudara yang usianya
di bawah 40 tahun. Insiden akan meningkat setelah usia 40 tahun dan tertinggi pada
wanita dengan usia 70 tahun.
 Faktor-faktor reproduksi :
 Menarche dan menopause, menarche melambangkan perkembangkan lingkungan
hormonal yang matur pada wanita muda dan awal dimulainya siklus bulanan dari
hormon yang menginduksi ovulasi, menstruasi dan proliferasi sel-sel di payudara
dan endometrium. Usia menarche yang lebih muda secara konsisten diasosiasikan
dengan meningkatnya risiko kanker payudara. Sedangkan menopause
menurunnya risiko kanker payudara ketika menopause nampaknya berkaitan
dengan reduksi pembelahan sel payudara akibat berhentinya siklus menstruasi.
Selain itu, saat menopause terjadi juga penurunan kadar hormon endogen, yang
secara substantif memang lebih rendah dibandingkan selama premenopause.
 Laktasi, terdapat dua mekanisme biologis utama yang dapat memicu efek
protektif terhadap kanker payudara: menyusui dapat menghasilkan diferensiasi
terminal yang lebih lanjut dari epitel payudara, juga dapat menunda siklus ovulasi
setelah melahirkan. Yang menyusui dalam jangka waktu lama, terjadi penurunan
insiden kanker payudara.
 Riwayat tumor payudara : dibedakan menjadi proliferatif dan nonproliferatif.
Nonproliferatif tidak berhubungan dengan keganasan payudara. Tumor proliferatif
meningkatkan resiko keganasan payudara.
 Riwayat keluarga : sekitar 3-10% penderita mempunyai riwayat herediter. Turut pula
mempengaruhi adalah jumlah keluarga yang terkena, hubungan kandung atau tidak dan
usia saat di diagnosis.
 Paparan hormon endogen dan faktor reproduksi (yang berhubungan dengan peran
ovarium). Dalam hal ini terjadi peningkatan keganasan pada menarche usia muda (12
tahun), nulipara, anak pertama lahir > 35 tahun, menyusu jangka lama, menopause lanjut
(>55 tahun). Dikatakan bahwa resiko keganasan akan menurun dengan dilakukannya
ovarektomi.
 Paparan hormon eksogen berupa pemberian terapi hormonal jangka lama.
 Diet dan pola hidup, makanan berlemak dan konsumsi alkohol meningkatkan risiko
keganasan payudara karena berhubungan dengan peningkatan estrogen.
 Radiasi, paparan radiasi pada usia >40 tahun memberikan risiko rendah sedangkan anak-
anak yang mendapat radiasi pada usia dini mempunyai risiko tinggi.

Klasifikasi
Menurut Ariani (2015) berdasarkan jenisnya kanker payudara dibagi menjadi 4 tipe, yaitu

15
1. Karsinoma in situ Kanker payudara ini merupaka kanker yang masih berada pada
tempatnya dan belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asal tumbuh.
2. Karsinoma duktal Karsinoma duktal merupakan kanker yang tumbuh pada saluran yang
melapisi menuju ke putting susu.
3. Karsinoma lobuler Pada tipe ini kanker yang tumbuh di dalam kelenjar susu dan biasanya
tumbuh atau diderita oleh perempuan yang telah measuki masa menopause.
4. Kanker invasif 9 merupakan kanker payudara yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainya. Kanker ini bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) dan bisa juga metastatic
(menyebar ke baian tubuh lainya).

Stadium

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ke tempat
lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak pada tumor jinak. Untuk
menetukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan
penunjang lainnya yaitu histopatologi, ronten, USG, CT Scan, dan lainnya.
Stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC
(International Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan
American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau
ukuran tumor, “N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional, dan “M” yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi,
sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (KPKN, 2015).
Staging Kanker Payudara (American Joint Committee on Cancer):
Stadium 0: kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan
payudara yang normal
Stadium I: Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara
Stadium IIA: Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak.
Stadium IIB: Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak.
Stadium IIIA: Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar
getah being ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya atau
tumor dengan garis tengah lbeih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
Stadium IIIB: Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke
dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang
dada.
Stadium IV: Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati,
tulang, atau paru-paru.

16
Komplikasi
Bila kanker payudara tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menyebabkan
komplikasi berupa:
1. Penyebaran sel kanker ke tulang, sehingga muncul gejala nyeri tulang, serta penipisan
dan kelemahan tulang sampai terjadi patah tulang.
2. Penyebaran sel kanker ke sumsum tulang belakang. Kondisi ini bisa menyebabkan
kompresi (penekanan) sumsum tulang belakang dengan gejala nyeri pada punggung atau
leher, rasa kebas atau kesemutan, dan kesulitan berjalan.
3. Hiperkalsemia atau kelebihan kalsium dalam darah yang disebabkan oleh pengikisan
tulang. Kondisi ini dapat memicu masalah lain, seperti batu ginjal, detak jantung tidak
beraturan, linglung, sering lupa, bahkan koma.
4. Gangguan Neurovaskuler
5. Metastasis: otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang
6. Fraktur patologi
7. Fibrosis payudara
8. Kematian

Tatalaksana

Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker payudara.
Radioterapi dalam tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan
paliatif. Radioterapi Kuratif Ajuvan Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
17
17Indikasi/tujuan Radioterapiseluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada semua kasus
kanker payudara (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan radioterapi pada BCS
meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka kematian karena kanker payudara dan
memiliki kesintasan yang sama dengan pasien kanker payudara stadium dini yang ditatalaksana
dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara dapat diabaikan pada pasien kanker payudara pasca
BCS berusia > 70 tahun dengan syarat:
(ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1).
 Reseptor estrogen +
 Klinis N0
 T1 yang mendapat terapi hormona
Kemoterapi
 Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan beberapa
kombinasi obat kemoterapi.
 Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek
yang diharapkan dengan efek samping yang masih dapat diterima
 Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan.
 Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
 CMF Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 )
 Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8 5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8
Interval 3-4 minggu, 6 siklus
 CAF Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1  Doxorubin 50 mg/m2, hari 1  5 Fluoro
Uracil 500 mg/m2, hari 1 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
 CEF Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1  Epirubicin 70 mg/m2, hari 1  5 Fluoro
Uracil 500 mg/m2, hari 1 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
 Regimen Kemoterapi
o AC  Adriamicin 80 mg/m2,hari 1  Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
o TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)  Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1 
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
o atau Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
o Doxorubin 90 mg/m2, hari 1 Interval 3 minggu / 21 hari, 4 siklus
 ACT TC

18
o Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
o Docetaxel 90 mg/m2, hari 1 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
 Pilihan kemoterapi kelompok Her2 negatif o Dose Dence AC + paclitaxel o Docetaxel
cyclophospamide
 Pilihan kemoterapi Her2 positif o AC + TH o TCH
Pembedahan
Mastektomi
1. Pengertian Mastektomi adalah suatu tindakan pembedahan onkologis pada keganasan
payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari seluruh
stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas tumornya
disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I, II/III tanpa mengangkat
muskulus pektoralis major dan minor (Sinclair, 2009). Menurut Suryo (2009),
mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara. Tipe
mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada beberapa faktor meliputi
usia, kesehatan secara menyeluruh, status menopause, dimensi tumor, tahapan tumor dan
seberapa luas penyebarannya, stadium tumor dan keganasannya, status reseptor homon
tumor, dan penyebaran tumor telah mencapai simpul limfe atau belum (Kozier, 2008).
2. Klasifikasi Tipe mastektomi menurut Kozier (2008) dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
 Mastektomi radikal, yaitu pengangkatan seluruh payudara kulit otot pektoralis
mayor dan minor, nodus limfe ketiak, kadang-kadang nodus limfe mammary
internal atau supraklavikular.
 Mastektomi total (sederhana), yaitu mengangkat semua jaringan payudara tetapi
kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.
 Prosedur terbatas (Lumpektomi) yaitu hanya beberapa jaringan sekitanya
diangkat.
Menurut Suryo (2009), ada 3 jenis mastektomi, yaitu:
 Simple Mastectomy (Total Mastectomy), pada prosedur operasi ini,
keseluruhan jaringan payudara diangkat, tapi kelenjar getah bening yang
berada di bawah ketiak (axillary lymph nodes) tidak diangkat. Kadangkadang
sentinel lymph node, yaitu kelenjar getah bening utama, yang lags
berhubungan dengan payudara, diangkat juga. Untuk mengidentifikasi
sentinel lymp node ahli bedah akan menyuntikkan suatu cairan dan / atau
radioactive tracer kedalam area sekitar puting payudara. Cairan atau tracer
tadi akan mengalir ketitik-titik kelenjar getah bening, yang pertama akan
sampai ke sentinel lymp node. Ahli bedah akan menemukan titik-titik pada
KGB (kelenjar Getah Bening) yang warnanya berbeda (apabila digunakan
cairan) atau pancaran radiasi (bila menggunakan tracer). Cara ini biasanya
mempunyai resiko rendah akan terjadinya lymphedema (pembengkakan pada
19
lengan) daripada axillary lymp node dissection. Bila ternyata hasilnya sentinel
node bebas dari penyebaran kanker, maka tidak ada operasi lanjutan untuk
KGB. Apabila sebaliknya, maka dilanjutkan operasi pengangkatan KGB.
Operasi ini kadang-kadang dilakukan pada kedua payudara pada penderita
yang berharap menjalani mastektomi sebagai pertimbangan pencegahan
kanker. Penderita yang menjalani simple mastectomy biasanya dapat
meninggalkan rumah sakit setelah dirawat dengan singkat . Seringkali, saluran
drainase dimasukkan selama operasi di dada penderita dan menggunakan alat
penghisap (suction) kecil untuk memindahkan cairan subcutaneous (cairan di
bawah kulit). Alat-alat ini biasanya dipindahkan beberapa hari setelah operasi
apabila drainase telah berkurang dari 20-30 ml per hari.
 Modified Radical Mastectomy, keseluruhan jaringan payudara diangkat
bersama dengan jaringan-jaringan yang ada di bawah ketiak (kelenjar getah
bening dan jaringan lemak). Berkebalikan dengan simple mastectomy, m.
pectoralis (otot pectoralis) ditinggalkan.
 Radical Mastectomy atau Halsted Mastectomy, pertama kali ditunjukkan pada
tahun 1882, prosedur operasi ini melibatkan pengangkatan keseluruhan
jaringan payudara, kelenjar getah bening di bawah ketiak, dan m. pectoralis
mayor dan minor (yang berada di bawah payudara). Prosedur ini lebih jelek
dari pada modified radical mastectomy dan tidak memberikan keuntungan
pada kebanyakan tumor untuk bertahan. Operasi ini, saat ini lebih digunakan
bagi tumor-tumor yang melibatkan m. pectoralis mayor atau kanker payudara
yang kambuh yang melibatkan dinding dada.
3. Indikasi operasi mastektomi Menurut Engram (2009) indikasi operasi mastektomi
dilakukan pada kanker payudara stadium 0 (insitu), keganasan jaringan lunak pada
payudara, dan tumor jinak payudara yang mengenai seluruh jaringan payudara (misal:
phyllodes tumor).
4. Kontra indikasi operasi mastektomi Kontra indikasi operasi mastektomi adalah tumor
melekat dinding dada, edema lengan, nodul satelit yang luas, dan mastitis inflamatoar
(Engram, 2009).
5. Komplikasi operasi mastektomi Komplikasi operasi mastektomi dibedakan menjadi fase
dini dan fase lambat. Fase dini meliputi pendarahan, lesi nodul thoracalis longus wing
scapula, dan lesi nodul thoracalis dorsalis. Fase lambat meliputi infeksi, nekrosis flap,
seroma, edema lengan, kekakuan sendi, dan bahu kontraktur (Engram, 2009).
6. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang sebelum dilakukan mastektomi meliputi,
yaitu: mandatory, mamografi (USG payudara), foto toraks, FNAB tumor payudara, USG
liver/abdomen, dan pemeriksaan kimia darah lengkap untuk persiapan operasi (Engram,
2009).
7. Pra operasi mastektomi Menurut Sjamsuhidajat (2010), pasien pra mastektomi akan
mengalami masalah psikologis, karena payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan
20
wanita, kelainan atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,
haknya seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan tentang
hubungannya dengan suami, dan hilangnya daya tarik serta pengaruh terhadap anak dari
segi menyusui.
Terapi hormonal
diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif.
 Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV
 Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya
adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari hormonal terapi.
 Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan dibandingkan pemberian aromatase
inhibitor apalagi pada pasien yang sudah menopause dan Her2-.
 Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun.

Pencegahan

Pencegahan Kanker payudara dapat dicegah dengan cara sebagai berikut (Mangan, 2009):

 Menghindari makanan berkadar lemak tinggi.


 Menjaga kesehatan dan memperbanyak makan buah dan sayur segar.

 Bagi wanita berisiko tinggi lebih baik menghindari penggunaan alat kontrasepsi yang
mengandung hormone, seperti pil dan suntik KB.

 Konsultasikan dengan dokter jika akan mengonsumsi obat-obatan hormonal.

 Lakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan teratur.

 Pemeriksaan SADARI dan SADANIS

21
Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis
histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara ditentukan oleh:
1. Staging tumor, nodus, metastasis semakin dini semakin baik prognosisnya
2. Jenis histopatologi keganasan karsinoma insitu mempunyai prognosis yang baik
dibandingkan dengan karsinoma yang sudah invasih.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien pada
skenario menderita tumor payudara dextra susp malignant

Daftar Pustaka

1. Suzanna E, Sirait T, Rahayu PS, Shalmont G, Anwar E, Andalusia R et al. Registrasi


kanker berbasis rumah sakit di rumah sakit kanker “Dharmais”-pusat kanker nasional,
1993-2007. Indonesian Journal of Cancer. 2012;6: 1-12.
2. Screening in Chronic Diseases

22
3. Baines cj ,The Canadian National Breast Screening Study. Why? What next? And so
what?Cancer. 1995 Nov 15;76(10 Suppl):2107-12.
4. Schmidt.S,et al. Breast cancer risk assessment: use of complete pedigree information and
the effect of misspecified ages at diagnosis of affected relatives.Springer-Verlag
1998:102:348-356
5. Haryono, Samuel J. 2012. Kanker payudara familial: penelusuran gena predisposisi
terwaris dan perhitungan risiko. Disertasi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Jogyakarta, 2012
6. Monica Morrow, Phisical Examination of the Breast. In. Haris JR, Lippman ME, Morrow
M,Osborne CK. Disease of the Breast. Fifth edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins. 2014. 25-28.
7. Senkus E, Kyriakides S, Liorca P, Portmans P, Thompson A, Zackrisson S, Cordoso F.
Primary breast cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment and
Follow up. Annals of Oncology. 2013. 0. 1-17.
8. Kwon DS, Kelly CM, Ching CD. Invasive Breast Cancer. In. Feig BW, Ching CD. The
MD Anderson Surgical Oncology Handbook. Lippicott William and Wilkin Fifth edition.
2012. Page 36.
9. NCCN Clinical Practice Guidline in Oncology. Breast Cancer. Version 1.2016
10. Willet AM, Michell MJ, Lee MJR. Best Practice Diagnostic Guidlines for Patients
Presenting with Breast Symtoms. RCPG, NHS, ABC, RCP, Breast Group, Association of
Breast Surgery, Breakthrough Breast Cancer, RCN. November 2010.
11. Onlineavailable from:www.nationalbreastcancer.org/clinical-breast-exam.
12. Kim, Theodore, Armando E. Giuliano, and Gary H.Lyman. Lymphatic Mapping
andSentinel Lymph Node Biopsy in Early-Stage Breast Carcinoma: A Metaanalysis.
American Cancer Society, 2005. Publish online 2 December 2005 in Willer InterScience.
13. Simmons, Rache M, Sharon M. Rosenbaum Smith, and Michael P. Osborne. Methylene
Blue Dye as an Alternative to Isosulfan Blue Dye for Sentinel Node Localization. 2001.
Blackwell Science Inc. The Breast Journal, Volume 7, Number 3, 2001 p.181-183.
14. Brahma, Bayu, Samuel J. Haryono, Ramadhan, Lenny Sari. Methylene Blue Dye as A
Single Agent in Breast Cancer Sentinel Lymph Node Biopsy: Initial Study of Cancer.
Presented in 19thAsian Congress of Surgery & 1st SingHealth Surgical Congress.2013
15. Sanders, M. A.; Roland, L.; Sahoo, S. (2010). "Clinical Implications of Subcategorizing
BI- RADS 4 Breast Lesions associated with Microcalcification: A
Radiology–Pathology Correlation Study". The

23

Anda mungkin juga menyukai