BAB II
PERKEMBANGAN
TEORI SOSIAL POSTMODERN
38
Teori Sosial Postmodern
Friedrich Nietzscche
Nietzsche adalah seorang filsuf yang tidak begitu mendapat
perhatian dalam disiplin teori sosiologi maupun teori sosial.
Namun hal tersebut segera berubah begitu pemikiran-
pemikiran Nietzsche menempati posisi sentral dalam post-
strukturalisme serta postmodernisme. Tentu merupakan suatu
kesulitan untuk menampilkan secara ringkas sumbangan
pemikiran Nietzsche dalam hal tersebut karena watak teks-teks
Nietzsche yang fragmented, kontradiktoris, dan “terbuka”. Hal
tersebut tak dapat dipungkiri mendatangkan pelbagai
penafsiran yang berbeda [Antonio, 1995:5]. Baru-baru ini
Robert J. Antonio [1995] telah membuat ringkasan atas
gagasan-gagasan Nietzsche yang relevan secara sosial serta
gagasan-gagasannya yang punya dampak terhadap post-
strukturalisme dan postmodernisme.
43
Teori Sosial Postmodern
Richard Rorty
Rorty memulai Philosophy and the Mirror of Nature
dengan tinjauan singkat mengenai filsafat Barat dari abad 17
hingga abad 19. Ada sejumlah pemikiran dominan yang muncul
selama periode ini seperti pemikiran yang memfokuskan diri
pada persoalan manusia sebagai “yang mengetahui” (the
knower) yang terlibat dalam proses merepresentasikan dunia;
suatu pandangan yang melihat filsafat “sebagai pengadilan atas
rasio murni, yang mendukung dan menyangkal klaim-klaim
kebudayaan”, dan “sebagai sebuah disiplin dasar yang diklaim
oleh pengetahuan” [Rorty, 1979:4]. Selama beberapan tahun
filsafat tumbuh semakin ketat dan ilmiah. Dalam proses ini,
filsafat semakin tidak dapat berbuat banyak berhadapan
dengan segenap gejala kebudayaan lain.
Pada abad 20, sejumlah filsuf terutama Ludwig
Wittgenstein, Martin Heidegger 1 dan John Dewey
mempertanyakan orientasi filsafat dan mencari cara baru
dalam membuat filsafat menjadi fondasional. Bagi Rorty
[1979:6] yang terpenting adalah fakta bahwa para pemikir
tersebut “menyetujui gagasan pengetahuan sebagai
representasi akurat yang hanya dimungkinkan oleh proses-
proses mental dan dimengerti lewat sebuah teori umum
tentang representasi yang sudah saatnya ditinggalkan.” Rorty
menganut pandangan bahwa apa yang diperlukan adalah
dekonstruksi atas teori representasi, atau dalam istilah yang ia
pakai, “dekonstruksi gambaran Cermin Alam Semesta (The
Mirror of Nature). Rorty mengajukan kritik dan
1
Wittgenstein dan Heidegger juga sangat penting bagi Teori Sosial
Postmodern.
48
Teori Sosial Postmodern
Sigmund Freud
51
Teori Sosial Postmodern
Eksistensialisme Sartre
Fenomenelogi
Bapak fenomologi, Edmud Husserl,4 tertarik pada studi
ilmiah mengenai struktur dasar kesadaran manusia. Dia
berupaya menembus dasar-dasar yang dibangun oleh para
pelaku (aktor) di dunia nyata untuk mendapat struktur paling
dasar kesadaran. Namun ini tidak gampang dilaksanakan
karena begitu para pelaku terlibat dalam proses yang aktif dan
kompleks untuk menata dunia, mereka sering tidak menyadari
bahwa mereka sedang menata dunia. Oleh karenanya mereka
tidak pernah mempertanyakan dunia. Bagi Husserl, ini adalah
tesis umum dari “titik acuan alamiah”. Bagi para pelaku, dunia
sosial diatur secara alamiah dan bukan di tata oleh mereka.
Sikap alamiah ini merupakan hambatan terhadap penemuan
proses-proses intensional.
Ketika sikap-sikap alamiah ini terputus atau terpenjara,
kaum fenomologis dapat memulai untuk menguji “kekayaan”
kesadaran [Schutz, 1973:103). Kaum fenomenologis juga mesti
3
Mc Bride (1991) berpendapat bahwa Sartre mengantisipasi banyak pemikiran
postmodern.
4
Husserl mempunyai pengaruh besar bagi Derrida, disamping yang lain.
55
Teori Sosial Postmodern
Strukturalisme
Dalam tingkat yang paling umum, strukturalisme dapat
didefinisikan sebagai upaya membongkar struktur-struktur
publik yang membawahi kegiatan manusia. Dari pandangan ini,
sebuah struktur didefinisikan sebagai:
56
Teori Sosial Postmodern
hasil struktur pikiran logis. Sistem ini berlaku juga pada hukum
umum. Mereka yang berpendapat lain, tidak membiarkan
strauss menekankan struktur pemikiran sebagai struktur yang
paling mendasar.
Varian strukturalisme lain yang sukses di Prancis adalah :
Marxisme Struktural, terutama karya Louis Althusser, Nicos
Poulantzas, dan Maurice Godelie. Telah ditegaskan bahwa
strukturalisme modern dimulai dengan karya Saussure dalam
tata bahasa, namun demikian, ada yang berpendapat bahwa itu
dimulai dengan karya : Karl Marx “ketika Marx beranggapan
bahwa struktur tidak boleh dicampuradukan dengan relasi-
relasi yang’visible’ dan menjelaskan logika tersembunyi, dia
tidak memberi harapan pada tradisi strukturalis modern”
(Godelier, 1972 b : 336). Walaupun Marxisme struktural dan
strukturalisme secara umum tertarik dengan “struktur”, namun
konsep mereka tentang struktur berbeda.
Banyak kaum Marxis yang hanya mempelajari struktur
sebagai awal studi mereka tentang sejarah. Maurice Godelier
mengatakan : “studi mengenai fungsi internal sebuah struktur,
harus mengawali dan menerangi studi tentang kejadian dan
evolusinya” (1972 b : 343). Dengan kata lain, Godelier
mengatakan : “Logika sistem ini adalah bahwa sistem ini harus
dianalisa sebelum keasliannya7 dianalisa”. Pandangan lain dari
kaum strukturalis dan Marxis struktural yakni : strukturalisme
harus berkaitan dengan struktur atau sistem, yang terbentuk
akibat relasi sosial. Struktur dilihat sebagai sesuatu yang “real”
meskipun hakikat strukturnya dilihat secara berbeda. Bagi
Strauss, struktur real adalah bentuk, mungkin pikiran,
sedangkan bagi kaum Marxis struktural, stuktural real menjadi
dasar struktur masyarakat.
7
Perhatian pada yang asli (origin) ditolak oleh kaum postmodernis.
61
Teori Sosial Postmodern
Poststrukturalisme
Strukturalisme mempengaruhi pemikiran sosial, terutama
di Prancis. Namun, segera muncul reaksi luas menentang
strukturalisme yang berlabel : poststrukturalisme.
Poststrukturalisme dapat dijelaskan sebagai sekolah pemikiran
yang bersandar pada strukturalisme (Kroker dan Levin, 1991),
62
Teori Sosial Postmodern
KONTEKS SOSIAL
Sampai sejauh ini, kita fokuskan diri pada pikiran-pikiran
struktural, poststruktural dan postmodern. Namun, pemikiran
ini tidak muncul di dalam kekosongan sosial dan intelektual.
Kita akan menyelidiki beberapa faktor kontekstual yang ada
dalam perkembangan teoritis yang menjadi keprihatinan kita.
Agar pembahasan ini terarah, kita lebih fokus pada Prancis,
karena di sanalah pusat/inti perkembangan teoritis dari
keprihatinan/perhatian kita dalam buku ini.
Selama dan setelah Perang Dunia II, kehidupan intelektual
di Prancis di dominasi oleh teori Marx.namun banyak kaum
intelektual yang menganggap utopis komunisme gaya Rusia
tersebut. Mereka lebih tertarik pada eksistensialisme Sartre,
terutama janji untuk memenuhi kebutuhan individu di dunia
modern. Nmun, pikiran Sartre mulai tidak dicintai lagi karena
dia terus mendukung komunis. Didalam penelitian mereka
untuk sebuah perspektif teoretis-alternatif, beberapa ahli
terpesona dengan strukturalisme, yang mengizinkan mereka
tetap menjadi sosialis sambil menyerahkan karyanya yang tidak
berlandaskan teori Marx. Strukturalisme juga mendorong
mereka yang ingin mengembangkan pengetahuan yang
memberi aksentuasi pada manusia sebagai subyek.
RANGKUMAN
Akar dari teori sosial postmodern terletak dalam kritisisme
deni dan kesusastraan. Ketika postmodernisme berkembang
dalam banyak bidang yang berbeda, sebagian karya penting,
dari sudut pandang perkembangan teori sosial postmodern,
terjadi pada arsitektur, terutama pada pemikiran Venturi dan
Jencks. Postmodernisme tetap menjadi sebuah kekuatan yang
berdaya-guna, di dalam seni dan kritik kesusastraan dewasa ini,
namun masukan utama pada teori sosial postmodern
ditemukan di tempat lain.
Tiga pemikiran penting dalam perkembangan teori sosial
postmodern yakni : filosof Nietzsche, Richard Rorty dan
Psikoanalis, S. Freud. Nietzsche muncul sebagai sumber
filosofis yang dominan mengenai Teori Sosial Postmodern.
Teorikus postmodern mendekati karya-karya orang dari banyak
aspek. Mereka menolak nalar dan rasionalitas, perhatiannya
pada hubungan antara kekuasaan dan kebenaran, dsb. Ada 3
perbedaan penting antara Nietzsche dengan teorikus sosial
postmodern, namun teorikus sosial postmodern tidak hanya
memperhatikan inti pemikiran dalam sebuah karya, tetapi juga
apa yang menjadi lambang pemikiran mereka. Pengaruh Rorty
dapa ditelusuri pada penolakannya terhadap filsafat sistematis
dan menerima filsafat “perbaikan/kemajuan”, yang mana
68
Teori Sosial Postmodern
70