Anda di halaman 1dari 24

PAPER TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

SUSPENSI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepadaa Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatnya saya diberikan kesehatan sehingga makalah dengan judul “Suspensi” ini dapat
terselesaikan.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang tulus memberikan do’a saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
saya berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi orang lain.

Lampung, 12 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6

2.1 Pengertian Sediaan Suspensi...............................................................................6

2.2 Persyaratan Sediaan Suspensi.............................................................................7

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Suspensi.................................................................8

2.4 Metode yang Digunakan Dalam Pembuatan Sediaan Suspensi.......................8

2.5 Suspensi Agent......................................................................................................9

2.6 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Supensi.............................................11

2.7 Stabilitas Suspensi................................................................................................12

2.8 Pengemasan dan Penandaan Sediaan.................................................................15

2.9 Pembuatan Sediaan Suspensi..............................................................................15

BAB III KESIMPULAN...................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................24
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Seiring berjalannya teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, maka
manusia juga mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, salah satu bukti
kemajuan dari teknologi manusia adalah sediaan suspensi yang dapat menyatukan dua
unsur yang tidak dapat menyatu apabila terdapat di alam. Suspensi adalah preparat yang
mengandung partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid)
disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat
minimum (Ansel, 354). Beberapa suspensi yang diperdagangkan tersedia dalam bentuk
siap pakai, telah disebarkan dalam cairan denga atau tanpa penstabil dan bahan tambahan
farmasetik lainnya.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Penggunaan
dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah efesien sebab suspensi
dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Jadi alas an pembuatan
suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam bentuk cair dengan menggunakan zat
aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi hanya terdispersi secara merata. Dengan kata
lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat larut dapat dibuat dalam bentuk suspensi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sediaan suspensi?
2. Apa saja persyaratan sediaan suspensi?
3. Apa kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi?
4. Bagaimana metode pembuatan sediaan suspensi?
5. Apa itu suspending agent?
6. Apa saja yang harus diperhatikan dalam sediaan suspensi?
7. Apa itu stabilitas sediaan suspensi?
8. Bagaiamana pengemasan dan penandan sediaan?

4
9. Bagaimana pembuatan sediaan suspensi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan macam-macam sediaan suspensi
2. Mengetahui persyaratan sediaan suspensi
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan sediaan suspensi
4. Mengetahui metode pembuatan sediaan suspensi
5. Mengetahui tentang suspending agent
6. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan suspensi
7. Mengetahui tentang stabilitas sediaan suspensi
8. Mengetahui cara pengemasan dan penandaan sediaan
9. Mengetahui hal-hal yang dilakukan dalam pembuatan sediaan suspensi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sediaan Suspensi


A. Menurut buku referensi
1. Farmakope Indonesia IV Th. 1995
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. (halaman 17)
Suspensi Oral sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan
oral. (halaman 18)
2. Farmakope Indonesia III Th. 1979
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (halaman 32)
3. USP XXVII 2004 halaman 2587
Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi
dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan
untuk pemberian oral.
Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang
terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan
maksud ditanamkan di luar telinga.
4. Fornas Edisi 2 Th. 1978 halaman 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi
jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan.
5. IMO

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak
boleh cepat mengendap, bila digojok perlahan – lahan, endapan harus segera
terdispersii kembali.

6. Suspensi tetes telinga adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk di teteskan telinga bagian luar.
7. Suspensi optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi
harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada
kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi masses yang mengeras
atau penggumpalan.
8. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
9. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan
untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

2.2 Persyaratan Sediaan Suspensi


A. Menurut Farmakope Indonesia edisi III
Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap. Jika dikocok harus segera
terdispersi kembali. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspense.
Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang.
Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap
agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.
B. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV
Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal. Suspensi yang
dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti mikroba.
Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.
2.3 Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Suspensi
A. Kelebihan sediaan suspense
Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan
terapi dengan cairan. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih disukai dari
pada bentuk padat. Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah memberikan
dosis yang relatif lebih besar.
Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak, juga
mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit. Baik
digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.
Homogenitas tinggi. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas
permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). Dapat menutupi rasa
tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya). Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak
stabil dalam air. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dll). Jika
membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.
B. Kelemahan sediaan suspensi
Suspensi memiliki kestabilan yang rendah, jika terbentuk caking akan sulit
terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. Aliran yang terlalu kental
menyebabkan sediaan sukar di tuang. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk
sediaan larutan. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi
(caking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan suhu. Sediaan
suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.

2.4 Metode Yang Digunakan Dalam Pembuatan Suspensi


A. Metode disperse
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam
musilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-
kadang terjadi kerusakan pada saat mendispersikan serbuk kedalam pembawa. Hal
tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan serbuk. Serbuk yang sangat halus
mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi tergantung pada besarnya sudut kontak
antara zat terdispersi dengan medium. Jika sudah kontak kurang lebih 90O, serbuk akan
mengambang
di atas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan
tegangan permukaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan
zat pembasah atau wetteing agent (Syamsuni, 2006).
B. Metode Presitipasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian di
encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus
tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan
pensuspensi. Contoh cairan organic seperti etanol, propilen glikol, dan polietilen glikol
(Syamsuni 2006).

2.5 Suspending Agent


Suspensi agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak
larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi
diperlambat. Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam
pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil.
Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi
kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan.
A. Penggolongan Suspending Agent
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat
larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk
mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut
bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat
dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri. Hal ini dapat dibuktikan
dengan suatu percobaan : Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis. Satu botol
ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang
sama. Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan
dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol
tanpa pemanasan.
Termasuk golongan gom
a. Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 -
9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5
- 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab
dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah
dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet
(preservative).
b. Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine mamilosa, dapat larut
dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut
caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat
dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan
pengawet untuk suspensi tersebut.
c. Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat kambat
mengalami hidrasi, untuk mempercepdt hidrasi biasanya dilakukan pemanasan,
Mucilago tragacanth Iebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago
tragacanth balk sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator
d. Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat
dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa
organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan
algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent
umumnya 1- 2%.
Golongan bukan gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah Iiat. Tanah liat yang
sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu
bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka
akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini
disebut
tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga
stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan
bahantersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran
suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh
suhu/panas danfermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan
senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.
2. Bahan pensuspensi sintetis
a. Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi
metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut
biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan
kemampuan menambah viskositas da cairan yang dipergunakan untuk
melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi.
Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak
dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi
juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam
pembuatan tablet.
b. Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama
dagangsuatu pabrik) Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam
air,tidakberacun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya. Sehingga
bahantersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh
viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap
panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari
larutannya.

2.6 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Suspensi


A. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan
supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka:
1. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat
menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
2. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill
3. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
B. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal:
span dan tween.
C. Floatasi (terapung)
Disebabkan oleh:
1. Perbedaan densitas.
2. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
3. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan humektan. Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat
padat. Mekanisme humektan: mengganti lapisan udara yang ada di permukaan
partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh : gliserin, propilenglikol.
4. Pertumbuhan kristal: Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan
jenuh. Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat
dihalangi dengan penambahan surfaktan. Adanya polimorfisme dapat
mempercepat pertumbuhan kristal.

2.7 Stabilitas Suspensi


Stabilitas adalah keadaan dimana suatu benda atau keadaan tidak berubah, yang
dimaksud dengan stabilitas suspensi ialah ke stabilan zat pensuspensi dan zat yang
terdispersi dalam suatu sediaan suspensi, namun dalam sediaan suspensi zat pensuspensi dan
zat terdispersi tidak selamanya stabil, stabilitas sediaan suspensi adalah cara memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel agar khasiat yang diinginkan dapat
merata ke seluruh sediaan suspensi tersebut.
A. Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran
partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan
antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier.
Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam
volume yang sama) akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya
parkikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah
viskositas cairan gerakan turundari partikel yang dikandungnya akan
diperlambat.Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi
benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut,
oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang
sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, maka
kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila
partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan
yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh
suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted
cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat
dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena
konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel
merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel
dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil: dengan menggunakan pertolongan mixer,
homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat
dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent
(bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).
B. Penilaian Stabilitas Suspensi
1. Volume sedimentasi
Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi harus
mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan
pengukuran volume sedimentasi. Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari
volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspense (V0)
sebelum mengendap. Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari < 1 sampai
> 1.
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu)
terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc).
3. Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku
pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai
susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi menggunakan
viskometer Brookfield.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze - thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai
titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali (> titik beku) Dengan cara ini
dapat dilihat pertumbuhan kristal dan dapat menunjukkan kemungkinan keadaan
berikutnya setelah disimpan lama pada temperatur kamar. Yang pokok yaitu
menjaga tidak akan terjadi perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran dan sifat
kristal.

2.8 Pengemasan dan Penandaan Sediaan


Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang
udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kebanyakan suspensi harus
disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang
berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk
menjamin' distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan
setiap kali tepat dan seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu".

2.9 Pembuatan Sediaan Suspensi


A. Preformulasi
1. Bahan yang digunakan
a. Asam Mefenamat
b. Na CMC
c. Propilenglikol
d. Sukrosa
e. Nipagin
f. Nipasol
g. Aquadest
2. Monografi bahan

No. Sifat Fisika Kimia Bahan Uraian


1. Asam Mefenamat (Ditjen
POM:43,1995)
a. Nama Bahan a. Acidum Mefenamicum
b. Sinonim b. Asam Mefenamat
c. Khasiat c. Antiinflamasi
d. Pemerian d. Serbuk hablur, putih atau hampir putih,
melebur pada suhu lebih kurang 230o disertai
e. Kelarutan peruraian.
e. Larut dalam larutan alkali hidroksida, agak
sukar larut dalam kloroform, sukar larut dalam
f. Berat Molekul
etanol dan dalam metanol, praktis tidak larut
g. Penyimpanan
dalam air.
f. 241,29
g. Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus
cahaya.
2. Na CMC (Ditjen
POM:175,1995) a. Carboxy Methylcellulosum Natrium
a. Nama Bahan b. Karboksimetil Selulosa Natrium
b. Sinonim c. Serbuk atau granul, putih sampai krem;
c. Pemerian higroskopik
d. Kelarutan d. Mudah terdispersi dalam air, membentuk
larutan koloidal, tidak larut dalam etanol,
dalam eter dan dalam pelarut organik.
e. Penyimpanan e. Dalam wadah tertutup rapat.

3. Propilenglikol (Ditjen
POM:712,1995)
a. Nama Bahan a. Propylenglycolum
b. Sinonim b. Propilen glikol
c. Berat Molekul c. 76,09
d. Pemerian d. Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa
khas, praktis tidak berbau; menyerap air
e. Kelarutan pada udara lembab.
e. Dapat bercampur dengan air, aseton, dan
f. Penyimpanan kloroform; larut dalam eter dan dalam
beberapa minyak esensial.
f. Dalam wadah tertutup rapat.
4. Sukrosa (Ditjen
POM:762,1995)
f. Nama Bahan a. Sucrosum
g. Sinonim b. Sakarosa
h. Berat Molekul c. 342,30
i. Pemerian d. Hablur putih atau tidak berwarna; massa
hablur atau berbentuk kubus atau serbuk
hablur putih; tidak berbau; rasa manis;
stabil di udara.
j. Kelarutan e. Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah
larut dalam air mendidih, sukar larut dalam
etanol; tidak larut dalam kloroform dan
k. Penyimpanan eter.
f. Dalam wadah tertutup baik.
5. Nipasol (Ditjen
POM:713,1995)
a. Nama Bahan a. Propylis parabenum
b. Sinonim b. Propil paraben / Nipasol
c. Berat Molekul c. 180,20
d. Pemerian d. Serbuk putih atau hablur kecil, tidak
berwarna.
e. Kelarutan
e. Sangat sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter, sukar larut
f. Penyimpanan
dalam air mendidih.
f. Dalam wadah tertutup baik.

6. Nipagin (Ditjen
POM:378,1979)
a. Nama Bahan a. Methylis parabenum
b. Sinonim b. Metil paraben / Nipagin
c. Berat Molekul c. 152,15
d. Pemerian d. Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak
berbauk; tidak mempunyai rasa, kemudian
agak membakar diikuti rasa tebal.
e. Kelarutan e. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian
etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton.
f. Penyimpanan f. Dalam wadah tertutup baik.
7. Aquadest (Ditjen
POM:96,1979)
a. Nama Bahan a. Aqua destillata
b. Sinonim b. Air suling
c. Berat Molekul c. 18,02
d. Pemerian d. Cairan jernih; tidak berwarna; tidak
berbau; tidak mempunyai rasa.
e. Penyimpanan e. Dalam wadah tertutup baik.
B. Formulasi sediaan
1. Komposisi sediaan
R/ Asam Mefenamat 2% = 2 gram
Na CMC 0,25% = 0,25 gram
Propilenglikol 10 gram
Sukrosa 20% = 20 gram
Nipagin 0,09 gram
Nipasol 0,02 gram
Aquadest ad 100 mL

2. Cara pembuatan sediaan suspensi

Semua bahan

Ditimbang dengan perhitungan yang tepat


Na CMC
Dilarutkan di dalam air panas (20x nya), diaduk hingga larut dan
mengembang

Asam Mefenamat

Dilarutkan dengan propilenglikol + pengawet, digerus ad homogen

Campuran Asam
Mefenamat

- Ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam Na CMC, sambil


diaduk homogen.
- Ditambah sukrosa yang telah dihaluskan.

Sediaan

- Dimasukkan dalam botol. Ditambahkan aquadest sampai tanda


batas.
- Dikemas dan diberi etiket.
- Dilakukan uji evaluasi.
3. Evaluasi sediaan
No. Evaluasi Uji Sediaan Hasil Contoh Dokumentasi
1. UjiPemerian
- Warna Sediaan
- Bau - Dilihat warnanya. Dicatat
- Rasa hasilnya.
- Dicium aromanya. Dicatat
hasilnya.
- Dicicipi. Dicatat hasilnya.
2. Pemeriksaan Bobot
Jenis PIKNOMETER
- Ditimbang, didapat A gram.
- Dimasukkan air hingga
batas, ditimbang, di dapat
A1 gram.
SEDIAAN

- Dimasukkan dalam
piknometer kosong.
- Ditimbang, didapat A2
gram.
- Dilakukan perhitungan.
Didapat BJ sediaan.

3. Pemeriksaan pH SEDIAAN

- Dimasukkan ke dalam gelas


beker secukupnya.
pH METER
- Dimasukkan ke dalam gelas
beker yang berisi sediaan
SEDIAAN

- Diamati pH nya, lalu dicatat


hasilnya

4. Volume Sedimentasi
SEDIAAN
- Dimasukkan ke dalam gelas
ukur sampai 50 mL.
- Diamkan ± 1 jam. Sehingga
terbentuk 2 fase.
- Diamati, dicatat hasil dari
volume sedimentasi
5. Pemeriksaan Viskositas
SEDIAAN
- Dimasukkan ke dalam gelas
beker secukupnya.
- Dipasang alat
viskometer stromer yang
telah diatur
kecepatannya.
- Dicatat hasil viskositas yang
sudah didapat.

6. Redispersi
SEDIAAN
- Diendapkan ±1 jam, hingga
terbentuk 2 fase cair.
- Diputar 180o / dikocok.
- Diamati, dicatat hasil yang
didapat dari redispersi.

7. Kebocoran
SEDIAAN
- Di dalam botol dimasukkan
dalam gelas beker yang sudah
berisi air.
- Diamati terjadi kebocoran/
tidak, lalu dicatat.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Suspensi adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing – masing fase
apabila terdapat di alam tidak akan bisa disatukan atau digabungkan, sediaan suspensi
secara garis besar ada tiga jenis yaitu suspensi oral, suspensi topical dan suspensi otic.
2. Cara pembuatan suspensi ada dua, yaitu metode dispersi dan metode presitipasi yang
keduanya membutuhkan suspending agent dalam prosesnya, baik suspending agent yang
berasal dari alam maupun sintetik.
3. Suatu sediaan harus mamiliki formula yang tepat agar hasil evaluasi juga baik
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Depkes RI:Jakarta


Emilia,W.T., dan Andhi F.2012.Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen
dengan Menggunakan Natrosol HBR sebagai Bahan Pengsuspensi.Universitas
Tanjungpura:Pontianak
Empon, Rodiah. Makalah Sediaan Suspensi. (Online).
https://www.academia.edu/30479888/Makalah_Sediaan_Suspensi. Diakses pada
11 November 2020 pukul 23:10
L. Lachamn, A. L Herbert, & L. K. Joseph. (1994). Teori Dan Praktek Industri. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Syamsuni,A.2006.Ilmu Resep.Buku Kedokteran EGC:Jakarta
Wahyuni,R.,Syifyan dan Septa Yunalti.2011.Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik
Suspensi Ibuprofen Menggunakan Kombinasi Polimer Serbuk Gom Arab dan
Natrium Karboksimetilselulosa.Universitas Andalas:Padang

Anda mungkin juga menyukai

  • 5
    5
    5
    Mariana Rena
  • 4
    4
    4
    Mariana Rena
  • 3
    3
    3
    Mariana Rena
  • 2
    2
    2
    Mariana Rena
  • 1
    1
    1
    Mariana Rena
  • 5
    5
    5
    Mariana Rena
  • 4
    4
    4
    Mariana Rena
  • 3
    3
    3
    Mariana Rena
  • 2
    2
    2
    Mariana Rena
  • definisi
    definisi
    definisi
    Lovely Singh
  • 5
    5
    5
    Mariana Rena
  • 4
    4
    4
    Mariana Rena
  • 3
    3
    3
    Mariana Rena
  • 2
    2
    2
    Mariana Rena
  • 1
    1
    1
    Mariana Rena
  • 6
    6
    6
    Mariana Rena
  • 4
    4
    4
    Mariana Rena
  • 3
    3
    3
    Mariana Rena
  • 2
    2
    2
    Mariana Rena
  • 1
    1
    1
    Mariana Rena
  • 4
    4
    4
    Mariana Rena
  • 3
    3
    3
    Mariana Rena
  • 2
    2
    2
    Mariana Rena
  • 1
    1
    1
    Mariana Rena
  • 4
    4
    4
    Mariana Rena
  • 3
    3
    3
    Mariana Rena
  • 2
    2
    2
    Mariana Rena
  • 1
    1
    1
    Mariana Rena
  • 5
    5
    5
    Mariana Rena
  • 4
    4
    4
    Mariana Rena