Askep Keluarga Dengan DHF
Askep Keluarga Dengan DHF
KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu
8
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
2. Bentuk-Bentuk Keluarga
yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-
anak tiri.
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
9
f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama.
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya
(poliandri).
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada
Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak yang hidup
10
c. Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak
Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita
mereka.
Aldert Couple)
Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia
11
2. Keluarga Non Tradisional
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
kekayaan bersama.
Parents and Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah
perkawinan sah.
yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan
terdiri dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup
12
3. Tugas Kesehatan Keluarga
anggotanya.
dengan baik.
keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan
13
pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan
sebagai berikut.
14
c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap
perkembangan keluarga.
kesehatan.
komprehensif.
yang tidak.
15
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu
keluarga.
yang sehat.
B. Konsep Penyakit
ahli :
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang
16
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam
kematian.
oksigen dari traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain
17
1. Jantung
Gambar 1
18
Gambar 2 anatomi
pembuluh darah
19
Struktur jantung :
a. Atrium kanan
b. Atrium kiri
c. Ventrikel kanan
d. Ventrikel kiri
sirkulasi sistemik.
e. Katup bikuspidalis
Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
f. Katup trikuspidalis
Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan yang
20
g. Endokardium
yang terdiri dari jaringan indotel atau selaput lender yang melapisi
h. Myocardium
Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung, otot
i. Pericardium
terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu
2. Pembuluh darah
1) Arteri koronaria
2) Arteri subklavikula
aksila.
21
3) Arteri brachialis
4) Arteri radialis
5) Arteri karotis
6) Arteri temporalis
7) Arteri facialis
8) Arteri femoralis
belakang lutut.
9) Arteri tibia
22
Gambar 3
Struktur arteri
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari
darah yang lebih besar yang disebut vena. Fungsi kapiler adalah :
23
1) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
jaringan.
penting :
3) Vena Jugularis
4) Vena Pulmonalis
24
Gambar 4
Struktur vena
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair
yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah.
25
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan – bahan kimia hasil
bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengn darah diawali dengan kata
hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti
darah.
a. Sumsum tulang
1) Tulang vertebrae
26
badan. Bagian yang menjorok dari korpus ke belakang disebut
b. Hepar
pada tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen
27
dextra dan lobus sinistra. Dari kedua lobus tampak adanya ductus
c. Limpa
Volume darah pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat
darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari
28
Gambar 5
Komponen darah sel-sel darah
paru.
29
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
Gambar 6
Bagian-Bagian Darah
30
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak
melalui paru-paru.
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin
31
dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit
Gambar 7
Struktur eritrosit yang berbentuk bikonkaf
32
mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga dapat
3
berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm .
(1) Agranulosit
(a) Limfosit
33
Fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang
(b) Monosit
(2) Granulosit
(a) Neutrofil
banyaknya 60-70%.
(b) Eosinofil
(c) Basofil
1
banyaknya /2 %.
Gambar 8
Jenis-jenis leukosit: (a) granulosit dan (b) agranulosit
34
(3) Trombosit (sel plasma)
2+
protombin dengan bantuan Ca akan menjadi thrombin.
pembekuan.
2) Plasma darah
35
(b) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan
mengadakan osmotik).
(d) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
(e) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
D. Etiologi
1. Virus dengue
yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya
36
2. Vektor
biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk
3. Host
37
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus
atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
E. Patofisiologi
terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal
di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah
pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau
zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa
menyebabkan anaphylaxia.
38
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
adrenalin.
saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat
berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi
akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
gastrointestinal.
39
F. Manifestasi Klinik
1. Masa Inkubasi
2. Demam
3. Perdarahan
umumnya terjadi pada kulit , dan dapat berupa uji turniket yang positif ,
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena , petekia dan purpura.
4. Hepatomegali
meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi
40
5. Renjatan ( syok )
lembab , dingin pada ujung hidung , jari tangan dan jari kaki serta
cyanosis di sekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
cepat , kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan
G. Penatalaksanaan
dari virus, aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin
yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia
41
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
penularan tinggi.
42
pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA,
2004 : 203) yaitu: Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah,
masukan kurang) atau kejang–kejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut,
1. Grade I dan II
0
Hiperpireksia (suhu 40 C atau lebih) diatasi dengan antipiretika
Terapi cairan
43
10 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air susu
secukupnya
3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
Dengan Renjatan ;
2. Grade III
dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral
dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung
cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi
44
waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan berat badan 26-30 Kg.
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat
BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang
45
H. Tumbuh Kembang Anak
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
46
a. Tumbuh kembang Infant / bayi , umur 0 – 12 bulan
1) Umur 1 bulan :
Fisik : berat badan akan meningkat 150 – 200
gram/minggu, tinggi badan meningkat 2,5 cm /
bulan, lingkar kepala meningkat 1,5 cm/bulan.
Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung
sampai bayi umur 6 bulan.
Motorik : Bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat
kepala dengan dibantu oleh orang tua, tubuh
ditengkurapkan, kepala menoleh ke kiri ataupun ke
kanan, reflek menghisap, menelan, menggenggem
mulai positif.
Sensoris : Mata mengikuti sinar ke tengah
Sosialisasi : Bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada
di sekitarnya
2) Umur 2 – 3 bulan :
Fisik : fontanel posterior sudah menutup
Motorik : mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk
menahannnya sendiri dengan tangan, memasukkan
tangan ke mulut, mulai berusaha untuk meraih
benda-benda yang menarik yang ada di sekitarnya,
bisa di dudukkan dengan posisi punggung
disokong, mulai asyik bermain-main sendiri,dengan
tangan dan jari-jarinya.
Sensoris : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi, koordinasi
ke atas dan ke bawah, mulai mendengarkan suara
yang didengarnya
Sosialisasi : Mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa
keras, menangis sudah mulai berkurang.
47
3) Umur 4 – 5 bulan :
Fisik : berat badan menjadi dua kali berat badan lahir,
ngeces karena tidak adanya koordinasi menelan
saliva
Motorik : jika di dudukkan kepala sudah bisa seimbang dan
punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan
sudah bisa mulai miring dan kepala sudah bisa
tegak lurus, berusaha meraih benda di sekitar
tangannya.
Sensoris : sudah bisa mengenal orang-orang yang sering
berada di dekatnya, akomodasi mata positif
Sosialisasi : senang jika berinteraksi dengan orang lain
walaupun belum pernah dilihat atau dikenalnya,
sudah bisa mengeluarkan suara petanda tidak
senang bila mainan atau benda miliknya diambil
oleh orang lain.
4) Usia 6 – 7 bulan :
Fisik : berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi
badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala
meningkat 0,5 cm/bulan, besarnya kenaikan seperti
ini akan berlangsung sampai bayi berusia 12 bulan,
gigi sudah mulai tumbuh.
Motorik : bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri,
memindahkan anggota badan dari tangan yang satu
ke tangan yang lainnya, mengmbil mainan dengan
tangannya, senang memasukkan kaki ke mulut,
sudah bisa memasukkan makanan ke mulut sendiri.
Sensoris : sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya
dengan yang tidak dikenalnya, jika bersama dengan
orang yang tidak dikenalnya bayi akan merasa
cemas, sudah dapat menyebut atau mengeluarkan
48
suara em...em...em..., bayi biasanya cepat menangis
jika terdapat hal-hal yang tidak disenanginyaakan
tetapi akan cepat tertawa lagi.
5) Umur 8 – 9 bulan :
Fisik : sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi
tangan ke mulut sangat sering, bayi mulai
tengkurap sendiri dan mulai belajar untuk
merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan
menggunakan jari-jarinya.
Sensoris : bayi tertarik dengan bend-benda kecil yang ada
disekitarnya
Sosialisasi : bayi merasa cemas terhadap hal-hal yang belum
dikenalnya ( orang asing ) sehingga dia akan
menangis dan mendorong serta meronta-ronta,
merangkul/memeluk orang yang dicintainya, jika
dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi
menangis dan tidak senang, mulai mengulang kata-
kata “ dada...dada” tetapi belum punya arti.
6) Umur 10 – 12 bulan :
Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi
bagian atas dan bawah mulai tumbuh.
Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan
lama, belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa
berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar makan
dengan menggunakan sendok, akan tetapi lebih
senang menggunakan tangan, sudah bi8sa bermain
ci...luk...ba.., mulai senang mencorat-coret kertas.
Sensoris : sudah dapat membedakan bentuk
Sosialisasi : emosi positif, cemburu, marah, lebih senang pada
lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut
pada situasi yang asing, mulai mengerti akan
49
perintah yang sederhana, sudah mngerti namanya
sendiri, sudah bisa menyebut abi,umi.
b. Tumbuh kembang Toddler, umur 1 – 3 tahun
1) Umur 15 bulan :
Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan
orang lain.
Motorik halus : sudah bisa memegangi cangkir,
memasukkan jari ke lubang, membuka
kotak , melempar benda.
2) Umur 18 bulan :
Motorik kasar : mulai berlari tetapi masih sering jatuh,
menarik-narik mainan, mulai senang naik
tangga tetapi masih dengan bantuan.
Motorik halus : sudah bisa makan dengan menggunakan
sendok, bisa membuka halaman buku,
belajar menyusun balok-balok.
3) Umur 24 bulan :
Motorik kasar : berlari sudah baik, dapat naik tangga
sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.
Motorik halus : sudah bisa membuka pintu, membuka
kunci, menggunting sederhana, minum
dengan menggunakan cangkir, sudah dapat
menggunakan sendok dengan baik.
4) Umur 36 bulan :
Motorik kasar : sudah bisa naik turun tangga tanpa
bantuan, memakai baju dengan bantuan,
mulai bisa naik sepeda roda tiga.
Motorik halus : bisa menggambar lingkaran, mencuci
tangannya sendiri, menggosok gigi.
50
c. Tumbuh kembang Pra Sekolah
1) Usia 4 tahun
Motorik kasar : berjalan berjinjit, melompat, melompat
dengan satu kaki, menangkap bola dan
melemparkannya dari atas kepala.
Motorik halus : sudah bisa menggunakan gunting dengan
lancar, sudah bisa menggambar kotak,
menggambar garis vertikal maupun
horizontal, belajar membuka dan
memasang kancing baju.
2) Usia 5 tahun
Motorik kasar : berjaln mundur sambil berjinjit, sudah bisa
menangkap dan melempar bola dengan
baik, sudah dapat melompat dengan kaki
secara bergantian.
Motorik halus : menulis dengan angka-angka, menulis
dengan huruf, menulis dengan kata-kata,
belajar menulis nama, belajar mengikat tali
sepatu.
Sosial emosional : bermain sendiri mulai berkurang,sering
berkumpul dengan teman sebaya, interaksi
sosial selama bermain meningkat, sudah
siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi
badan meningkat 6,75 – 7,5 cm/tahun.
51
motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki
lebih aktif daripada anak perempuan.
Sosial emosional : mencari lingkungan yang lebih luas sehingga
cenderung sering pergi dari rumah hanya untuk
bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat
berperan untuk membentuk pribadi anak, di
sekolah anak harus berinteraksi dengan orang
lain selain keluarganya, sehingga peranan guru
sangatlah besar.
Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2 – 3 kg/tahun, tinggi
badan meningkat 6 – 7 cm/tahun.
52
I. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Kegagalan Sirkulasi
fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan
53
3. Hepatomegali
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limfosit yang lebih besar dan
4. Efusi Pleura
cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea.
J. Pengkajian Fokus
Haemorragic Fever)
1. Identitas Data
b. Usia :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Alamat :
f. Komposisi keluarga
54
menyebabkan keluarga tidak mampu menjalankan 5 fungsi keluarga
g. Tipe keluarga
h. Suku bangsa
kesehatan.
i. Agama
DHF.
biaya pengobatannya.
55
merupakan tempat pertama yang dituju dalam rangka
2) Pengobatan Tradisional
obat di warung.
harus mengurangi aktivitas, istirahat dan harus bayak minum air putih
secara teratur.
56
c. Riwayat keluarga inti
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
tidak lancar.
(Nelson, 2001)
57
pekerjaan, kelas sosial dan karakteristik sosial budaya masyarakat,
kesehatan.
4. Struktur Keluarga
masalah.
58
demokrasi. Jika kepala keluarga tidak mampu mengambil keputusan
c. Struktur Peran
pengobatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
b. Fungsi Sosialisasi
c. Fungsi Kesehatan
59
1) Mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DHF (pengertian,
dari penyakit.
seperti Puskesmas.
d. Fungsi Reproduksi
e. Fungsi Ekonomi
60
b. Stressor jangka panjang
dan pengobatannya.
sehingga tidak berakibat buruk, misal akibat atau komplikasi dari DHF
7. Keluhan utama
kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
61
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor
dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
kurang.
yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang
di kamar).
62
13. Pola kebiasaan
b. Eliminasi BAB
c. Eliminasi BAK
banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
e. Kebersihan
adalah :
63
a. Kesadaran : Apatis
mata anemis
gangguan pendengaran
gusi.
i. Dada
Perkusi : Sonor
j. Abdomen
Perkusi : tympani
64
k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot,
sendi tulang
kateter
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
b. Dada
(efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
65
c. Abdomen
tulang.
66
K. Pathways Keperawatan
67
L. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn.
M. Fokus Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi.
b) Rencana tindakan
1) Pencegahan primer
- Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
- Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah kontipasi.
- Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
- Menurunkan kebutuhan metabolisme untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi dengan melakukan tirah
baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan Fe, protein dan
Vitamin C.
68
2) Pencegahan sekunder
- Anjurkan untuk sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,
lingkungan menyenangkan karena lingkungan yang
menyenangkan akan menurunkan stress dan lebih kondusif
untuk makan.
- Berikan kebersihan oral karena mulut yang bersih dapat
meningkatkan rasa makanan.
3) Pencegahan tersier
- Monitor mual dan muntah.
- Monitor adanya penurunan BB.
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.
- Kolaborasi nutrisi perenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
2. Diagnosa Keperawatan 2
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak adanya
tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan.
b) Rencana tindakan
1) Pencegahan primer
- Pantau status hidrasi (kelembaban membran, nadi akurat).
- Monitor masukan makanan/cairan.
2) Pencegahan sekunder
- Anjurkan banyak minum 1500-2000 ml/hari.
- Batasi aktivitas yang menguras tenaga.
3) Pencegahan tersier
- Kolaborasi dokter juga pemberian cairan IV sesuai dengan
suhu ruangan.
- Memberikan deuritik sesuai intruksi.
69
3. Diagnosa Keperawatan 3
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga
mengetahui sumber-sumber informasi.
b) Rencana tindakan
1) Pencegahan primer
- Menentukan tingkat pengetahuan keluarga sebelumnya.
- Mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan.
- Dorong untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan lain.
2) Pencegahan sekunder
- Diskusikan tentang proses penyakit (pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan komplikasi.
- Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau
perawatan yang dianjurkan.
- Ajarkan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh
dimakan.
3) Pencegahan tersier
- Kaji ulang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit.
- Rujuk kepelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin
memburuk.
70