Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah “ Asuhan Keperawatan Lansia
Dengan Gangguan Neurologis Stroke “ untuk memenuhi tugas yang diberikan dosemata
kuliah Keperawatan Gerontik.
Dan tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih, terutama kepada Ns. Bambang
Soekotjo, SST . Selaku pembimbing dalam penulisan makalah ini. Pada kesempatan ini
juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua pihak yang telah
memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini, baik itu secara
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya,
selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HalamanDepan..............................................................................................
Kata Pengantar.............................................................................................
BAB I Pendahuluan
1.3 Manfaat.....................................................................................................
2.3 Etiologi......................................................................................................
2.4 Patofifiologi...............................................................................................
2.6 Manifestasi...............................................................................................
2.8 Pencegahan.............................................................................................
2.9 Komplikasi................................................................................................
2.10 Penatalaksanaan....................................................................................
5.1 Poster.......................................................................................................
BAB VI Penutup
6.1 Kesimpulan...............................................................................................
6.2 Saran........................................................................................................
DaftarPustaka...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60
tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun
sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5%
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara
tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden stroke
meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar
akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf tampaknya sedang
merambah naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai
hal ini.
hasrat mereka untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh persaingan
dipikirkan efek bagi kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup di Indonesia kian
penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko
1.2 Tujuan
dengan stroke
1.3 Manfaat
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bacaan sehingga dapat
TINJAUAN TEORI
Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2002 :
hal. 2131 ).
Stroke adalah deficit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak
Stroke atau cedera serebrovaskuler attack ( CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner and Suddarth,
2001). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak yang berlangsung 24
jam atau lebih atau menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
menjadi :
1. Stroke Hemoragik
yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat
melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran
umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi
stroke.
otak, umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak
terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak
oleh karena hipoksia jaringan otak. Stroke non hemoragik dapat juga
beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) atau beberapa jam saja, dan
d. Stroke Complete
2.3 Etiologi
bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien
mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum
lainnya. Secara umum trombosis selebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan
dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi
menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel – sel ototnya menghilang. Lamina
elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi
oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau
tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat
khusus tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam
urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna,
vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat
Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap
tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan
sempurna.
2. Embolisme Serebral
Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti
serebral.
dari penyakit jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga mungkin
berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap
bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan
menyumbat bagian – bagian yang sempit. tempat yang paling sering terserang
3. Iskemia Serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
4. Perdarahan Serebral.
dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh
ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau
seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak
menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut
histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan
nekrotik akan terganti oleh astrosit dan kapiler–kapiler baru sehingga terbentuk
jalinan di sekitar rongga tadi. Akhirnya rongga terisi oleh serabut–serabut astroglia
kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar
lain.
aneurisma.
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia. Biasanya
awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit
neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda
vital. Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran
2.4 Patofisiologi
kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui
arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang
otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke Hemoragik.
yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang
samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga
berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain.
perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung, Paling banyak dijumpai pada pasien post
MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan
kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi
proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut, Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk
8. Obesitas, Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
9. Perokok, Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin
fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah
1. Hemiplegia
Akibat kerusakan pada area motorik pada bagian konteks atau pada traktus
piramidal. Perdarahan atau bekuan darah pada otak kanan akan meyebabkan
tubuh pada sisi kiri akan mengalami hemiplegia. Hal ini disebabkan oleh karena
serabut saraf bersilang pada traktus piramidal dari otak menuju ke sumsum tulang
belakang, demikian juga pada area kortikal yang lain yang dapat menyebabkan
2. Aphasia
dasn bahasa. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan pada korteks serebral.
3. Apraxia
Kondisi dimana klien dapat bergerak pada bagian tubuh yang mengalami
a. Visual Change : Adanya lesi pada lobus parietal dan temporal sebagai
dengan hemiplegia.
taktil, atau informasi sensorik lainnya. Klien tidak dapat mengenal objek.
Agnosia bisa visual, pendengaran, atau taktil tetapi tidak sama dengan
tidak mengenal atau atau tidak dapat memberi arti pada objek.
4. Dysarthria
gangguan dalam tata bahasa atau ungkapan atau konstruksi kata. Klien dapat
mata atas dan peningkatan kelopak mata bawah, konstriksi pupil, dan
marah.
pernafasan, fungsi menelan dan bicara, refleks muntah dan kemampuan rawat
diri. Terjadinya hal tersebut sebagai akibat adanya kerusakan saraf motorik pada
jalur pramidal ( serabut saraf dari otak dan melalui sumsum tulang belakang
menuju ke sel motorik). Karakteristik penurunan motorik termasuk kehilangan
tonus otot, dan gangguan refleks.Oleh karena jalur paramidal bersilang pada
tingkat medulla, sehingga bioa lesi terjadi pada salah satu sisi pada otak akan
artery, maka kelemahan pada ekstremitas atas lebih keras daripada ekstremitas
bawah.
2. Gangguan komunikasi
( berkurangnya aktifitas berbicara dengan bicara yang lambat) atau fluent (bisa
berbicara, tetapi hanya mengadung sedikit makna komunikasi). Pada stroke yang
komunikasi dan penerimaan menjadi hilang. Stroke pada area Wernicke pada otak
akan menunjukkan gejala aphasia receptive dimana tidak terdengar suara atau
phasia (kesulitan dalam berbicara dan menulis). Banyak juga stroke menyebabkan
perasaannya. Hal ini mungkin terjadi sebagai akibat adanya perubahan dalam
citra tubuh dan kehilangan fungsi motorik. Pasien akan mengalami depresi dan
dan menelan.
gangguan sebagai akibat stroke. Stroke pada otak kiri menyebabkan masalah
otak kanan sangat sulit dalam daya ingat dan kemampuan pengambilan
keputusan., milsanya pada saat pasien berdiri dari kursi roda tanpa mengunci
kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
sistem arteri karotis aliran darah dan atau muncul plak) atau arteriosklerotik.
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan darah lesi yang spesifik.
5. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark.
6. MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengetahui adanya edema, infark,
2.8 Pencegahan
masyarakat. Mempertahankan berat badan dan kolesterol dalam batas normal, dan
informasi kepada klien sehubungan dengan penyakit yang diderita dengan stroke.
Apabila sudah terserang stroke, dalam situasi ini tujuan adalah mencegah terjadinya
komplikasi sehubungan dengan stroke dan infark yang lebih luas pada masa yang
akan datang. Apabila terjadi immobilitas akan meningkatkan risiko injury sehubungan
dengan paralisis dan aspirasi pada jalan nafas. Pencegahan lebih lanjut yaitu
2.9 Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu :
1. Hipoksia serebral
cedera.
3. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard / fibrilasi atrium / dapat berasal dari katup
jantung protestik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya
tidak konsisten dan penghentian trombul lokal. Selain itu disritmia dapat
2.10 Penatalaksanaan
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
4. Bed rest
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
1. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan
intermiten.
beristirahat.
dijumpai pada fase akut stroke, disebabkan oleh stres dan peningkatan kadar
ukuran infark. Oleh karena itu, kadar glukosa yang melebihi 200 mg/ dl harus
mg% ) harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu sekitar 150 mg%
dengan insulin intravena secara drips kontinyu selama 2-3 hari pertama.
5. Suhu tubuh harus dipertahankan normal. Suhu yang meningkat harus dicegah,
misalnya dengan obat antipiretik atau kompres. Pada penderita iskemik otak,
penurunan suhu sedikit saja, misalnya 2-3 derajat celsius, sampai tingkat 33ºC
sampai sedang mempunyai efek baik, selama kurun waktu 2-3 jam sejak
stroke terjadi, dengan memperlebar jendela kesempatan untuk pemberian obat
terapeutik.
6. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila
berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni
atau hipotonik.
8. Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis rendah
2. Obat antipletelet, obat ini untuk mengurangi pelekatan platelet. Obat ini
3. Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme serebral, obat ini merilekskan otot
iskemik.
C. Terapi Khusus
Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan
neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin, tPA.
1. Pentoxifilin
Neuroprotektan
glikogen.
1. Rehabilitasi Stroke
Peningkatan kualitas dan arti dalam hidup dengan keterbatasan dan deficit klien
lansia juga merupakan hal yang penting bagi keberhasilan program rehabilitasi
stroke.
Selain memposisikan klien dan latihan rentang gerak , suatu program rehabilitasi
berdandan, hygiene, mandi, dan yang sejenisnya. Dengan melibatkan ahli terapi
perawatan.
kekuatan otot adalah tujuan spesifik bagi ahli terapi dan perawat. Pemeriksaan
pengkajian yang seksama juga termasuk tingkat deficit neurologis yang mungkin
telah di alami oleh klien akibat stroke. Data tersebut termasuk kemampuan klien
untuk mandi, berpakaian, makan, ke toilet, dan berpindah. Selain itu, status fungsi
usus dan kandung kemih klien adalah informasi yang sangat penting untuk
memberikan peluang untuk melakukan tugas yang mampu ia lakukan. Perawat adalah
perawatan dan terapi rehabilitative. Dengan memperhatikan tujuan ini, perawat dapat
Konfusi, disorientasi, dan masalah komunikasi adalah akibat yang sering dari stroke.
Masalah komunikasi dapat diakibatkan oleh afasia dan disartria, perawat perlu
untuk membawa objek kecil yang dikenal oleh klien dan untuk menyebutkan nama objek-
komunikasi.
3. Dukungan psikologis
stroke, mencakup perubahan citra tubuh, fungsi tubuh, dan perubahan peran.
ditetapkan hanya setelah perawat mengkaji gaya hidup klien sebelumnya, tipe
itu dapat sederhana seperti membiarkan klien untuk memilih di antara dua aktivitas,
untuk memutuskan waktu terapi, untuk memilih pakaian, dan untuk membuat pilihan
Depresi sering terjadi dengan terjadinya kehilangan fungsi tubuh dan perubahan
peran dan citra tubuh. Konsultasikan kepada seorang perawat kesehatan mental
untuk membantu mengatasi masalah ini. Klienn lansia mungkin mengalami suatu
emosional dan psikologis ketika berusaha untuk memahami apa arti kehilangan bagi
klien. Jika kebutuhan untuk mendapatkan dukungan keluarga ini tidak diperhatikan,
depresi dan peringatkan mereka terhadap tanda dan gejala yang penting dalam
keluarga yang telah diajarkan tentang strategi komunikasi dan bagaimana cara
bermain peran dalam situasi yang potensial akan menjadi lebih percaya diri.dalam
merawat klien. merujuk keluarga dan klien pada pelayanan pendukung seperti
dapat berkembang dari penyakit kronis yang melumpuhkan. (Mickey Stanley, Buku
masalah umum yang dijumpai pada penderita pasca stroke. Korban stroke dapat
keadaan sebelum mengalami stroke. Emosinya dapat labil, misalnya pasien mungkin
akan menangis namun pada saat berikutnya tertawa, tanpa sebab yang jelas. Untuk
itu, peran perawat adalah untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang
perubahan tersebut.
Hal-hal yang bisa dilakukan perawat antara lain memodifikasi perilaku pasien
sepanjang siang hari untuk mencegah pasien dari kelelahan yang berlebihan,
memberikan umpan balik positif untuk perilaku yang dapat diterima atau perilaku yang
positif, serta memberikan pengulangan ketika pasien sedang berusaha untuk belajar
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
b. Keluhan utama
kesadaran.
terdahulu.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
istirahat.
perubahan.
nyata.
penciuman.
ketidakmampuan untuk
tubuh.
yang sakit.
dan eksternus.
membuka mulut.
sternokleidomastoideus dan
trapezius.
Pengkajian Sistem Motorik Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan
mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN
bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
1. Inspeksi Umum.
Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi
otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh
2. Fasikulasi.
Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. PERENCANAAN/ INTERVENSI
Nama / Usia : Dx /
No.Reg :
D. IMPLEMENTASI
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan
implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan
keselamatan klien.
E. EVALUASI
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
F. DOKUMENTASI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Tn. H
2) Tempat tanggal lahir : Demak , 19 Maret 1976
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : STM
6) Pekerjaan : TNI
7) Status Perkawinan : Kawin
8) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
9) Alamat : Asr Rindam IV/Diponegoro
10) Diagnosa Medis : Stroke non hemoragik
11) No.RM 05 87 94
12) Tanggal Masuk RS : 30Juni2018
b. Penanggung Jawab/ Keluarga
1) Nama : Ny. A
2) Umur : 40 Th
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Ibu RT
5) Alamat : Asr Rindam IV/Diponegoro
6) Hubungan dengan pasien: Istri
7) Status perkawinan : Kawin
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan
untuk bergerak dan bicara pelo.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan masuk RS :pasien mengalami penurunan kesadaran dan
mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan
Riwayat kesehatan pasien :pasien mengatakan memiliki penyakit
Hipertensi tahun 2017.Pasien lalu ke IGD dr Soedjono dan
kemudian pasien dirawat.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah menjalani rawat inap di ruang
bugenvil rs dr soedjono kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan
diagnosa hipertensi,pasien belum pernah menjalani tindakan
operasi
Pasien mengatakan tidak mempunyai elergi makanan minuman
maupun obat.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gambar 3. Genogram
1) Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
5) Konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien menggambarkan dirinya sebagai orang yang sabar.
b) Harga diri
Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan
terhadap hidupnya
c) Peran diri
Pasienmengakui perannya sebagai seorang kepala keluarga,
pasien mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan berkumpul
dengan keluarga.
d) Ideal diri
Pasien lebih menurut pada keluarganya
e) Identitas diri
Pasien mengenali siapa dirinya
6) Seksual
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya
7) Nilai
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pasien
memahami hal-hal yang baik dan yang benar
c. Aspek Lingkungan Fisik
Rumah pasien berada di perkotaan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status Gizi :
TB = 168cm
BB = 70 kg
IMT = 24,80 kg/m2
3) Tanda Vital
TD = 200/100 mmHg Nadi = 60 x/menit
Suhu = 36,8oC RR = 24 x/menit
(4) Skala Nyeri
Pasien mengatakan skala nyeri 1
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)
1) Kulit
Kulit lembab berwarna putih, tidak terdapat lesi, pertumbuhan
rambut merata.Turgor kulit baik.
2) Kepala (Tabel 10)
Rambut Rambut pendek , rambut hitam terdapat
uban, dan berambut tebal.Rambut tertata
rapi.
Mata Konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil
normal, reflek pupil baik, sklera baik
Hidung Normal dan simetris tidak terdapat lesi.
Telinga Kedua lubang telinga bersih tidak
mengeluarkan cairan
Mulut Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat
berwarna putih kekuningan, mukosa bibir
lembab, tidak berbau mulut
3) Leher
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)
4) Tengkuk
Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.
5) Thorax
a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna
kulit merata, ekspansi dada simetris
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
c) Perkusi : suara sonor
d) Auskultasi : vesikuler
6) Kardivaskuler
a) Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran
rambut merata
b) Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm
dari midklavikularis kiri.
c) Perkusi : Suara redup
d) Auskultasi : Suara S1 dan S2
7) Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, terdapat
jerawat di punggung sebelah atas, kulit berwarna sawomatang.
8) Abdomen (Tabel 11)
Inspeksi Warna kulit sawo matang, warna kulit
merata, tidakterdapat bekas luka.
Auskultasi Peristaltik usus 10 kali permenit, terdengar
Jelas
Perkusi Terdengar hasil ketukan “tympani” di semua
kuadran abdomen
Palpasi Tidakada nyeri tekan,, tidak terdapat edema,
tidak terdapat massa dan benjolan yang
Abnormal
9) Panggul
Bentuk panggul normal, warna kulit panggul merata
kecoklatan, tidak terdapat lesi, pertumbuhan rambut tipis merata
10) Anus dan rectum
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat
pembengkakan. Warna merah tua.
11) Genetalia
a) Pada Laki-laki
Genetalia pasien normal, tidak ada luka.
12) Ekstremitas (Tabel 12)
Atas Tangankanan mengalami kelemahan dan
tangan kiri bisa digerakkan secara leluasa.
Kekuatan otot kanan 4 dan kiri 5. Tangan
kiri terpasang infus Asering 20 tpm. Kuku
pada jari tangan terlihat bersih
Bawah kaki kanan mengalami kelemahan
dankiritidak terjadi kelemahan, anggota
gerak lengkap, tidak terdapat
edema,kekuatan otot kanan 2 dan kiri 5.
Kuku pada jari kaki terlihat bersih
13) Pemeriksaan Fungsi saraf Kranialis (Tabel 13).
Jenis
Saraf Kranials Fungsi Fungsi
Pasien dapat membedakan bau minyak wangi dan
I Olfaktorius Sensorik bauk teh
II Optikus Sensorik Tidak ada gangguan penglihatan
Dilatasi reaksi pupil normal, terjadi pengecilan
III Okulomotor Motorik pupil ketika ada pantulan cahaya.
IV Troklearis Motorik Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola mata.
Sensorik Wajah perot
b. Hasil CT Scan Dx
Klinis : CVA
Kesan :
- ICH (intracerebral hemmorrhage) putamen sinistra (Slice 6-9, ukuran L.K 2,1 X
3,8 cm, Hu 64,88)
- Tak tampak laterasi
- Penyempitan ventrikel lateralis dan cornu enterior-posterior sinistra
- Tak tampak oedem cerebri
- Suspect hematosinus sphenoidalis sinistra, DD : sinusitis
- Lain-lain tak tampak kelainan
c. Terapi pengobatan (Tabel 15)
Hari/Tanggal Obat Dosis dan satuan Rute
Senin, 2Juni Cairan infus Asering 20 tpm IV
2018 Manitol 6 x 100 IV
Neorages 3X1 Oral
Amlodipin 1 x 10 mg Oral
Ranitidin 50 mg/12j IV
Ondansetron 4 mg/12 jam IV
Piracetam 3g/12 jam IV
B. Analisa Data
Tabel 16. Analisa data
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi,
stroke non hemoragic ditandai dengan Pasien mengatakan mengeluh
tensi selalu tinggi dan mempunyai riwayat darah tinggi, Pasien
mengatakan kepala terasa pusing, Pasien mengatakan bicara pelo
sebelum masuk RS, Ku : Cukup, composmentis, Pasien tampak lemah, TD
200/100 mmHg, Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,8 oC , RR = 20 x/menit,
Bicara pelo.
2. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot (kerusakan
neuron)ditandai dengan Pasien mengatakan tangan dan kaki kanan mengalami
kelemah, Pasien mengatakan kebutuhannya dibantu oleh keluarga, Ku : Cukup,
composmentis, TD = 200/100 mmHg, Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,8 oC, RR = 20
x/menit, Kekuatan 4 5 skala
otot , Segala aktifitas pasien dibantu seperti makan 4 5 minum
mobilisasi berpakaian dll, Pasien terdapat gangguan
pada anggota badan sebelah kanan tangan kanan hanya bisa melakukan
fleksi ekstensi sedangkan kaki kanan hanya abduksi dan adduksi pada pergelangan kaki
3. Resiko infeksi berhubungan denganp ertahanan primer tidak adekuat ditandai dengan
Ku : Cukup, composmentis, TD 200/100 mmHg, Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,8 oC, RR 20
x/menit, Terpasang infus Asering di tangan kiri 20 tpm sejak tanggal 30 Juni 2018, tidak
ada oedem, Terpasang kateter, Leukosit 7,5 k/uL.
4. Kurang pengetahuan berhubungan kurang terpaparnya informasi ditandai
dengan Pasien mengatakan mengetahui bahwa dirinya menderita stroke
akan tetapi tidak mengetahui cara perawatan. Pasien belum memahami
manfaat menggerakkan anggota tubuh untuk pasien stroke.
71
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tabel 17. Perencanaan Keperawatan
1. Senin, 2Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan a. O :Kaji tanda-tanda vital a. Memudahkan perawat
jaringan perifer keperawatan selama 3 x b. N :Batasi gerakan kepala ,leher menentukan intervensi
berhubungan dengan 24 jam, mencapai dan punggung selanjutnya.
hipertensi, ICH Circulation status dengan c. E :Anjurkan pasien untuk b. Teknik non farmakologis
(intracerebral kriteria hasil: banyak istirahat . membantu mengurangi
hemmorrhage) a. Tekanan systole dan d. C : Kelola obat amlodipin 10 kenaikan tanda –tanda vital.
distole dalam rentang mg/24 jam dan injeksi piracetam
normal(130/90) 3gr c. Memberikan kenyamanan
b. Tidak ada tanda-tanda pada pasien.
tekanan intrakranial
lebih dari 15 mmHg
c. (TD: 110-120/60-80 d. Amlodipin sebagai
mmHg, N: 60-100 penurunkan tensi secara
x/mnt, RR: 16- farmakaologi
20x/mnt, S :36-
36,5°C).
2. Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Hambatan mobilitas Fisik Setelah diberikan tindakan a. O : Mengkaji kekuatan otot a. Mengetahui tanda skala
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 kekuatan otot
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Penurunan kekuatan otot jam diharapkan mencapai b. N :Lakukan dan ajarkan b. Tindakan non famakologis
mobiity level dengan tindakan ROM pada pasien untuk meningkatkan kekuatan
kreteria hasil otot
1. Skala kekuatan otot c. E :Anjurkan pasien untuk c. Dengan mengurangi makanan
bertambah 5 5 mengurangi makanan atau maupun minuman yang
5 5 minuman yang banyak banyak mengandung garam
2. Mampu melakukan mengandung garam dapat membantu menurunkan
aktivitas mandiri risiko darah tinggi
3. Tangan sebelah kanan d. C : Kolaborasi dengan ahli d. d. Tindakan non famakologis
dapat digerakkan secara fisioterapi jika dibutuhkan untuk meningkatkan kekuatan
bertahap otot
3. Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018 Senin, 2 Juni 2018
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan a. O :Pantau tanda-tanda vital. a. Mengidentifikasi tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 peradangan terutama bila suhu
Pertahanan Sekunder jam infeksi tidak terjadi tubuh meningkat.
tidak adekuat dengan kriteria: b. N :Lakukan perawatan luka b. Mengendalikan penyebaran
a. Tidak ada tanda-tanda dengan teknik aseptic dan mikroorganisme patogen.
infeksi (dolor, kalor, Lakukan perawatan terhadap c. Untuk mengurangi risiko
rubor, tumor, fungtio prosedur invasif seperti infus, infeksi nosokomial.
laesa) kateter, drainase luka
b. Luka bersih, tidak c. E : Edukasi pasien untuk d. Penurunan Hb dan
lembab dan tidak kotor. menjaga kebersihan dan selalu peningkatan jumlah leukosit
c. Balutan infus bersih, cuci tangan dari normal bisa terjadi akibat
tidak, lembab, dan d. C :Kelola untuk pemberian terjadinya proses infeksi
tidak kotor antibiotik ceftriaxone 1 gr/24 e. Antibiotik mencegah
d. Tanda-tanda vital jam dan Jika ditemukan tanda perkembangan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
dalam batas normal. infeksi kolaborasi untuk mikroorganisme patogen.
(TD: 110-120/60-80 pemeriksaan darah, seperti Hb
mmHg, N: 60-100 dan leukosit
x/mnt, RR: 16-
20x/mnt, S :36-
36,5°C).
4 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018 Senin, 2 Juli 2018
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan a. O :Kaji pengetahuan pasien a. mempermudah dalam
berhubungan kurang keperawatan selama 1 x 24 tentang penyakitnya memberikan penjelasan
terpaparnya informasi jam pasien memahami b. N :Jelaskan tentang proses tentang pengobatan pada
tentang penyakitnya penyakit (tanda dan gejala) pasien
dengan kriteria hasil : identifikasi kemungkinan b. meningkatkan pengetahuan
- Menjelaskan kembali penyebab, jelaskan kondisi dan mengurangi cemas
tentang penyakitnya tentang pasien. Jelaskan tentang
- Mengenal kebutuhan proses pengobatan dan
perawatan dan alternative pengobatan
pengobatan tanpa c. E :Diskusikan perubahan gaya c. mempermudah intervensi
cemas hidup yang mungkin digunakan
untuk mencegah komplikasi
d. C : Diskusikan tentang terapi d. mencegah keparahan penyakit
yang dipilih
e. Eksplorasi kemungkinan
sumber yang bisa e. memberikan gambar tentang
digunakan/mendukung pilihan tentang terapi yang
f. Intruksikan kapan harus bisa digunakan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
kembali ke pelayanan kesehatan
g. Tanyakan kembali tentang
pengetahuan penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
E. Implementasi
F. Evaluasi
tinggi.
dengan pasien tidak ada ta/nda tanda infeksi pada tusukan infus
Pelaksanaan Edukasi
A. Topik
Penyakit Stroke
B. Sasaran
Kota Yogyakarta
stroke terpenuhi
1. Pengertian stroke
4. Penatalaksanaan stroke
F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi Tanya-Jawab
2. Meja
3. Kursi 3
4. Food model
H. Waktu
I. Alokasi Waktu
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan diri
penyuluhan
a. Menyampaikan materi:
1) Pengertian stroke
4) Penatalaksanaan stroke
a. Merangkum Materi
d. Melakukan terminasi
e. Memberikan salam
J. Tempat
Keterangan :
Penyuluh
: Meja
: Peserta
K. Evaluasi
1. Aspek Kognitif
pasien stroke?
2. Aspek Afektif
Setelah dilakukan penyuluhan ini, apa yang akan dilakukan terhadap Ny.
T?
3. Aspek Psikomotor
1. Kontrol Rutin √
2. Melaksanakan Diet √
A. Pengertian Stroke
berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau
1. Stroke karena perdarahan. Stroke ini terjadi karena satu atau beberapa
Gejala stroke tergantung luas dan area otak yang mengalami gangguan stroke.
1. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya satu sisi saja) yang
timbul mendadak.
4. Afasia (bicara tidak lancar, ucapan kurang, atau sulit memahami ucapan)
bihun
b. Sumber protein hewani: daging sapi dan ayam tanpa kulit, ikan, telur
toge.
e. Buah: buah segar, dijus ataupun diolah dengan cara disetup, seperti
manis
diawetkan.
D. Penatalaksanaan Stroke
hanya 3-6 jam, sehingga penatalaksanaan cepat, tepat, dan cermat berperan
besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Deteksi dini stroke dapat
Merupakan latihan gerak untuk melatih otot dan saraf yang lemah
LAMPIRAN
5.1 Poster
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan
tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia
Stroke atau cedera serebrovaskuler attack ( CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner and
Suddarth, 2001). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
stroke yang sering teridentifikasi antara lain hipertensi, Aneurisma pembuluh darah
cerebral, Kelainan jantung / penyakit jantung, Diabetes mellitus (DM), Usia lanjut,
Angiografi.
nafas dan usahakan ventilasi adekuat , kandung kemih yang penuh dikosongkan,
hipoglikemia harus dikoreksi, suhu tubuh harus dipertahankan normal , nutrisi peroral
hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik , keseimbangan cairan
dan elektrolit dipertahankan, bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan
heparin dosis rendah subkutan, bila tidak ada kontra indikasi. Untuk terapi
farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke ialah antikoagulasi , obat
antiplatelet, bloker kalsium, dan trental. Sedangkan untuk terapi khususnya ditujukan
untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan
tPA. Adapun perawatan pasca stroke yaitu rehabilitasi stroke, kognisi dan
Jadi untuk usia harapan hidup di Indonesia kian meningkat sehingga semakin
lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua
jenis stroke.
6.2 Saran
senantiasa melakukan hidup sehat agar terhindar dari penyakit stroke. Sedangkan
untuk pasien yang telah terkena penyakit stroke diharapkan agar tetap melakukan
Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosa & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua
puluh Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. p. 141-
142.