Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

SASARAN KERJA PEGAWAI


MEI 2020

I. NAMA KEGIATAN TUGAS JABATAN


Mempelajari fungsional PMB

II. URAIAN PEKERJAAN


Mempelajari fungsional PMB dengan mempelajari modul tentang pengujian
mikrobiologi

III. JUMLAH TARGET OUTPUT


Jumlah Output Sebanyak 1 Laporan

IV. WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu Pelaksanaan kegiatan 2 Minggu

V. HASIL KEGIATAN/PEKERJAAN
Hasil yang dicapai sebanyak 1 Laporan.

VI. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI


-

VII. SARAN DAN TINDAK LANJUT


-

Manado, 30 Juni 2020

Yustin
Yustin
198807252018012001

Pejabat Penilai : Ir. Meiske S. Y. Lumingkewas, M. Si


Jabatan : Kepala Seksi Sertifikasi dan Standardisasi
B. Penanganan Laboratorium Mikrobiologi

1. Teknik sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan dari segala bentuk
kontaminasi dari mikroba. Proses sterilisasi alat dan medium dalam kegiatan praktikum atau
penanganan sampel mikroba sangat dibutuhkan. Apabila teknik sterilisasi tidak diterapkan
maka hasil yang dicapai tidak maksimal dan menimbulkan berbagai kontaminasi baik dari
alat maupun media tumbuh mikroba (Maulana, 2013). Pada prinsipnya sterilisasi dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.

a. Sterilisasi secara mekanik


Sterilisai secara mekanik yaitu menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil
(umumnya berukuran mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Metode ini
dapat digunakan untuk mensterilkan bahan cairan dan juga udara.

 Menyaring cairan
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan
mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara
filtrasi. Dalam pengujian mikrobiologi penyaring yang paling banyak digunakan adalah
membran filter. Jenis bahan dari membran filter sangat beragam tergantung dari tujuan
pengunaan. Membran filter memiliki ukuran porositas seragam yang cukup kecil untuk
menjebak mikroorganisme (umumnya 0,45 μm) (Tankeshwar, 2010). Cara menggunakan
teknik membran filter ini yaitu, sampel dilewatkan melalui membran menggunakan corong
saringan dan sistem vakum. Setiap organisme dalam sampel terkonsentrasi pada permukaan
membran. Membran, dengan bakteri yang terperangkap, kemudian ditempatkan di cawan
petri dengan medium yang sesuai. Lintasan nutrisi melalui filter selama inkubasi mendukung
pertumbuhan organisme dalam bentuk koloni di atas permukaan membran. Koloni yang
terbentuk kemudian dipindahkan ke media konfirmasi.
Teknik membran filter adalah teknik yang efektif dan dapat diterima untuk menguji
kontaminasi mikrobiologi pada sampel cairan. Teknik ini merupakan salah satu dari beberapa
metode yang memungkinkan isolasi dan penghitungan mikroorganisme. Membran filter
digunakan secara luas di laboratorium dan di industri untuk mensterilkan bahan cairan (ISO
7704:1985).

 Menyaring udara
Teknologi penyaringan udara yang dapat menangkap mikropartikel tak kasat mata di udara
adalah High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter. Pemanfaatan teknologi yang satu ini
dapat membuat udara di sebuah ruangan menjadi lebih higienis. HEPA filter memiliki daya
saring sangat besar. Kekuatannya dapat menyaring hingga 99% partikel berukuran 0,3
mikron (Mubarok, 2016).
HEPA filter dilengkapi dua jenis saringan sekaligus Mekanisme kerjanya yaitu Saringan
pertama berfungsi untuk memisahkan kotoran kasar dan partikel debu berukuran besar.
Sedangkan saringan kedua berfungsi untuk menyaring mikro partikel yang ukurannya jauh
lebih kecil. HEPA filter dioperasikan dalam kecepatan tinggi agar bisa menangkap dan
menyimpan mikro partikel secara maksimal. Selanjutnya, mikro partikel 15
yang sudah ditangkap akan segera disalurkan dan disimpan pada tangki pembuangan
(Woodford, 2018). HEPA filter dimanfaatkan sebagai penyaring udara di ruangan pengujian
mikrobiologi dan juga di peralatan laminar air flow untuk menghindari kontaminasi udara
yang dapat mempengarhi hasil pengujian. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan
harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi lagi (SNI ISO 7218: 2012).

b. Sterilisasi secara fisik

Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.


1) Pemanasan
 Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
 Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
 Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
 Uap air panas bertekanan menggunalkan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.

2) Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
(Hadioetomo, 1993).

c. Sterilisasi secara kimiawi

Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol.
Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang
sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya
disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik
untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu
toksik untuk dipakai sebagai antiseptik. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada
kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan
bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia
yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium),
alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen,
logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll (Hadioetomo, 1993).

2. Teknik Kerja Aseptis


Apabila akan bekerja di atas meja maka persiapan yang harus dilakukan sebelum bekerja
secara aseptis adalah mensterilkan tempat bekerja (meja). Caranya dengan menyemprotkan
alkohol 70% di permukaan meja dan udara di sekitar meja secara merata. Kemudian
bersihkan meja dengan menggunakan kapas/tisu dengan cara digosok satu arah saja. Setelah
itu, letakkan alat dan bahan yang diperlukan di atas meja yang telah bersih. Semprot lagi
semua permukaan alat dengan alkohol, kemudian semprot kedua tangan hingga merata,
diamkan hingga kering, dan siap bekerja secara aseptis.
Perlu diingat bahwa untuk mengurangi terjadinya kontaminasi maka harus selalu bekerja
dekat dengan api dari pembakar bunsen. Apabila akan memindahkan biakan dari tabung
reaksi atau erlenmeyer dan cawan petri ke tabung reaksi atau cawan petri lain, pastikan untuk
membuka tutupnya dekat dengan api. Sebelum menutup kembali, mulut tabung reaksi dan
erlenmeyer dibakar terlebih dahulu. Begitu pula setelah menutup cawan petri, bibir cawan
dibakar.
Jarum ose yang digunakan untuk memindahkan biakan, sebelum dan sesudah digunakan juga
harus dibakar pada api bunsen. Apabila menggunakan pinset dan batang L maka sebelum dan
setelah pemakaian dapat dicelupkan pada alkohol kemudian dibakar pada api Bunsen
(Waluyo, 2013).
Memindahkan cairan dengan pipet juga dilakukan dekat api. Pipet yang digunakan adalah
pipet dalam kondisi steril yang kemudian dipanaskan ujungnya ke api. Dengan menggunakan
bulb, pipet cairan pada tabung pertama dengan menekan tombol S pada bulb dengan volume
tertentu. Kemudian pindahkan ke tabung lainnya dan keluarkan cairan tersebut dengan
menekan E pada bulb. Setelah itu bakar kedua mulut tabung tadi dan tutup kembali dengan
rapat.
Penuangan media juga harus dilakukan secara aseptis dengan memanaskan mulut erlenmeyer
yang berisi media pertumuhan mikroorganisme. Tuangkan media dalam erlemneyer ke cawan
petri yang berisi biakan murni. Ratakan dengan menggoyangkan cawan.

INTERPRETASI DATA PENGUJIAN ALT


Aturan Pembulatan Angka
1. Bulatkan angka menjadi 2 angka yang sesuai, bila angka ketiga 6 atau di atasnya,
maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan angka kedua naik 1 angka, misalnya 456
menjadi 460 (4,6 x 102).
2. Bila angka ketiga 4 atau dibawahnya, maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan angka
kedua tetap, misalnya 454 menjadi 450 (4,5 x 102).
3. Bila angka ketiga 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan menjadi 0 (nol) dan
angka kedua adalah angka genap, misalnya 445 menjadi 440 (4,4 x 102).
4. Bila angka ketiganya 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan menjadi 0 (nol) dan
angka kedua naik 1 angka, misalnya 455 menjadi 460 (4,6 x 102).

Anda mungkin juga menyukai