Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DAERAH DALAM PROSES

PENETAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG


(STUDY KASUS PERDA TENTANG PENETAPAN APBD 2012)

0DV¶XGLQ
(Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
The problems in this research were: 1) how was the change of correlation between the
regional Legislative and Executive in the process of district regulation establishment of Parigi
Moutong regarding budget 2012. 2) restricting factors of the change of correlation between the
Legislative and Executive in the process of district regulation establishment of Parigi Moutong
regarding budget 2012. This research used qualitative methods, in order to obtain in-depth
description of regional Legislative and Executive in the process of district regulation establishment.
Collecting data by using in-depth interview and documentation. Research location was in regional
parliament and local government district Parigi Moutong. The results showed that in the discussion
of regional regulation regarding regional budget in 2012 Parigi Moutong faced obstacles in its
establishment. ti was caused by some factors such as communication, human resources, disposition,
and structure.
Keywords: Correlation, regional legislative and executive, establishment process, budget 2012

Pada masa orde baru, telah banyak kita masyarakat dan juga mengawasi kinerja
mendengar dan membaca tulisan yang DPRD.
mengandung kritik tentang keberadaan Dimana DPRD praktis tidak berfungsi
Legislatif (DPRD) dan Eksekutif sebagaimana mestinya baik sebagai pembuat
Daerah.Dimana DPRD lebih banyak berperan kebijakan maupun sebagai pengawas. Karena
sebagai mitra yang kurang seimbang dari menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun
Kepala Daerah yang juga merangkap Kepala 1974 DPRD itu merupakan bagian dari
Wilayah. Kedudukan DPRD disini adalah Pemerintah Daerah, jadi secara struktural
salah satu komponen Pemerintah Daerah dibuat tidak bisa berbuat apa-apa (seperti hak
umumnya dilihat sebagai faktor kelemahan angket tidak dapat dipergunakan karena
dari suatu badan yang menyelenggarakan belum diatur dengan Undang-Undang dan
fungsi legislatif di Daerah. Ada anggapan, harus mengikuti petunjuk yang ditetapkan
seolah-olah DPRD sebagai mitra Kepala oleh Depdagri). Para anggota DPRD
Daerah, DPRD lebih banyak dituntut untuk diharuskan patuh terhadap petunjuk pimpinan
mengikuti arah kebijakan Pemerintah Daerah partai dari pada konsekuensinya.
yang sudah terlebih dahulu dirumuskan oleh Partai diawasi dibina oleh Eksekuitf,
Kepala Daerah. karena sarana pendukung pelaksanaan tugas
Antara Legislatif dan Eksekutif di DPRD dikendalikan oleh Kepala Daerah
jaman Orde Baru hubungan yakni dominatif, (Surbakti, 1999). Sejauh ini, pengamatan
dimana Pemerintah Daerah yang berkuasa peranan DPRD pada masa Orde Baru hanya
mengawasi dan mengukur rakyat. Karena terbatas pada pembahasan Rancangan
Kepala Daerah itu merangkap Kepala Peraturan Daerah saja. Itupun tidak terlalu
Wilayah sering dengan sebutan penguasa dapat dibanggakan karena pada umumnya
tunggal (Wakil Pemerintah Pusat di Daerah). prakarsa yang mengajukan Rancangan
Disini dia membina dan mengawasi langsung Undanng-Undang semuanya datang dari
paratai politik, organisasi yang ada ditengah pihak Eksekutif /Kepala Daerah (Rasyid,

20
21 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, Februari 2013 hlm 20-27 ISSN: 2302-2019

1997). Fakta menunjukkan bahwa selama dan berbagai alternatif program dana
Orde Baru inisiatif mengajukan Rancangan kebijakan, rakyat menentukan wakil-wakilnya
Undang-Undang semuanya datang dari pihak di DPRD dan/atau Kepala Daerah (secara
Eksekutif/ pemerintah. Pada saat langsung ataupun tidak langsung) yang akan
pembahsasna Peraturan Daerah, anggota membuat keputusan perihal kebijakan publik
DPRD jarang menggunakan hak-hak yang (APBD dan Peraturan Daerah lainnya) bagi
dimiliki karena memang situasi kurang mereka. Karena itu para anggota DPRD
mendukung untuk itu. Oleh karena itu sering bertanggung jawab kepada konstituantenya,
PXQFXO XQJNDSDQ KDQ\D VHEDJDL ³WXNDQJ dan segala tindak tanduknya akan diawasi
VWHPSHO´ rubber stamp) dari Peraturan oleh wadah-wadah yang dibentuk oleh rakyat,
Daerah yang telah dirancang oleh Eksekutif. seperti lembaga parlemen, forum pemerhati
Arus reformasi yang sedang marak di pelayanan publik, lembaga swadaya
Indonesia telah berpengaruh terhadap masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan.
kedudukan lembaga Legislatif dan Eksekutif. secara Politik, Kapala Daerah bertanggung
Reformasi politik melalui penetapan Undang- jawab kepada DPRD.
Undang Nomor 2 tahun 1999 tentang partai Dalam sistem pemerintahan demokrasi,
politk, lembaga perwakilan rakyat (DPRD)
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1999 merupakan unsur yang paling penting di
tentang susunan kedudukan MPR, DPR, dan samping unsur-unsur lainnya seperti sistem
DPRD, dan Undang-Undang Nomor 22 tahun pemilihan, persamaan di depan hukum,
1999 tentang pemerintah daerah telah kebebasan mengeluarkan pendapat,
mengubah hubungan Legislatif dan Eksekutif kebebasan berserikat dan sebagainya. Setiap
Daerah yang selama ini berlangsung dengan sistem demokrasi adalah ide bahwa warga
cara-cara Orde Baru. Sesuai dengan Undang- negara seharusnya terlibat dalam hal tertentu
Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang di bidang pembuatan keputusan-keputusan
pemerintahan daerah yakni DPRD dipisahkan politik baik secara langsung maupun melalui
dengan Pemerintah Daerah dengan maksud wakil pilihan mereka di lembaga parwakilan
lebih memberdayakan DPRD dan (Sarjen, 1998).
meningkatkan pertanggungjawaban Namun demokrasi paling umum
pemerintah daerah pada rakyat oleh karena dimaknakan sebagai tatanan kehidupan
itu, hak-hak DPRD cukup luas dan diarahkan dimana warga negara menikmati kebebasan
untuk menyerap serta menyalurkan aspirasi dan hak-hak dasarnya, serta ada jaminan
masyarakat menjadi kebijakan daerah hukum agar warga negara dapat
(Malarangeng 122: 2001). mengekspresikan aspirasinya secara maksimal
Pola hubungan Legislatif dan Eksekutif dan terbuka.
Daerah menurut versi era reformasi sekarang Para anggota DPRD dan Kepala Daerah
ini didasarkan pada hubungan yang demokrasi secara bersamaan sama merumuskan dan
(berdasarkan asas kerakyatan). Hubungan menetapkan APBD dan Perda lainnya (Pasal
demokrasi yaitu hubungan kekuasaan segitiga 18 ayat (1) d dan e pasal 43 huruf g UU
yang seimbang dan saling kontrol antara Nomor 22 tahun 1999). Dan Undang-Undang
rakyat (warga negara yang berhak memilih Nomor 32, tahun 2004 serta Undang-Undang
dengan wadah yang mewakilinya. Politisi Nomor 12 tahun 2008 pasal 42 ayat b dan c,
(anggota DPRD dan Kepala Daerah) dan Kepala Daerah Memimpin Pemerintah
Birokrasi (PNS dan Tentara). Melalui Daerah untuk melaksanakan APBD dan Perda
pemilihan umum yang lebih free and fair, lainnya (Pasal 44). Sebaliknya DPRD
dengan dibantu oleh partai politik peserta melakukan pengawasan terhadap Kepala
pemilu yang menawarkan calon wakil rakyat Daerah dalam melaksanakan APBD dan
0DV¶XGLQ, Hubungan Legislatif dan Eksekutif Daerah dalam Proses Penetapan Peraturan Daerah «««««« 22

Perda lainnya (Pasal 18 huruf f). Di bawah abstrak dan sebuah pertanyaan tentang apakah
pengarahan dan pengendalian kepala daerah, syarat agar implementasi kebijakan dapat
birokrasi daerah melaksanakan empat tugas berhasil, menurut George C. Edwards III ada
yaitu implementasi kebijakan Daerah, empat variabel dalam kebijakan publik yaitu
penegakan Peraturan Daerah, memberikan Komunikasi (Communications), Sumber
pelayanan publik kepada warga masyarakat di Daya (resources), sikap (dispositions atau
daerah dan mengumpulkan dan mengolah attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic
informasi untuk kemudian disampikan dalam structure)
bentuk rekomendasi. Pendekatan yang Ke empat faktor di atas harus
digunakan dalam menganalisis implementasi dilaksanakan secara simultan karena antara
Kebijakan adalah teori yang dikemukakan satu dengan yang lainnya memiliki hubungan
oleh George C. Edwards III. Dimana yang erat. Tujuan kita adalah meningkatkan
implementasi dapat dimulai dari kondisi pemahaman tentang implementasi kebijakan.
Diagram: Dampak langsung dan tidak langsung dalam Implementasi

Karena dipercaya mampu mewakili dan Legislatif (DPRD) sebenarnya


memperjuangkan kepentingan rakyat, maka menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu:
para pegawai negeri dalam jajaran birokrasi fungsi Legislatif(pembuatan Perda, APBD,
ini diseleksi dan direkrut berdasarkan dan Perda lainnya), fungsi bugjet
kualifikasi pendidikan dan keahlian. Apa (Anggaran/APBD), fungsi pengawasan
yang harus dilakukan oleh birokrasi daerah (Control Function) dan fungsi perwakilan
bagaimana struktur organisasi birokrasi, (Representative Function) dalam bidang-
berapa anggarannya, berapa jumlah bidang yang menyangkut daerah otonom
personilnya, bagaimana melaksanakannya, Kabupaten/Kota dan daerah otonom daerah
dan bagaimana propinsi tersebut. Dari beberapa fungsi yang
mempertanggungjawabkannya. Semuanya dijalankan oleh DPRD dalam hubungannya
ditentukan oleh DPRD dan Kepala Daerah. dengan Eksekutif (Daerah)
Karena itu birokrasi Daerah secara politik Lemahnya DPRD dalam fungsi dan
bertanggungjawab kepada Kepala Daerah dan peran bidang lain (Sri Soemantri, 1994).
DPRD. Fungsi Legislatif pada masa Orde Baru telah
Dari uraian yang telah dikemukakan diambil alih secara dominatif oleh Eksekutif.
tentang kedudukan dan peranan DPRD jika Fenomena ini semakin menarik ketika pada
disimak dengan cermat maka lembaga masa reformasi sekarang terjadi arus balik
23 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, Februari 2013 hlm 20-27 ISSN: 2302-2019

hubungan Legislatif dan Eksekutif Daerah dan bagaimana penelitian dilakukan.


(Sarunjadang, 1999). Pendekatan kualitatif dicirikan oleh tujuan
Menurut Undang-undang Nomor 22 penelitian yang berupaya memahami
tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 gejala-gejala yang tidak memerlukan
tahun 2004 serta Undang-Undang Nomor 12 kuantifikasi atau tidak dapat diukur secara
tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, tepat (Garna, 1999: 32).
untuk melaksanakan fungsi Legislatif, para Hal ini sejalan dengan fokus
anggota DPRD diberi hak prakarsa penelitian yang diarahkan pada upaya
(mengajukan Rancangan Peraturan Daerah), memahami gejala-gejala yang akan
hak amandemen (mengubah Rancangan memperkuat sekaligus melemahklen proses
Peraturan Daerah baik secara subtansial partisipasi politik perempuan dalam
maupun redaksional), dan hak anggaran kelembagaan politik. Proses partisipasi
(termasuk mengajukan RAPBD, mengajukan politik perempuan dalam kelembagaan
bentuk dan arah kebijakan anggaran politik merupakan gejala-gejala yang
pendapatan dan belanja, menentukan alokasi hanya dapat dikategorisasikan. Pendekatan
anggaran menurut program dan lokasi, kualitatif merupakan system perangkat kerja
dsbnya) (Pasal 19 ayat (1) huruf d sampai g). dalam menggali, menguji, dan membentuk
Dalam kaitan ini Mochtar MDV¶RHG teori.
mengemukakan fungsi-fungsi yang begitu Penelitian kualitatif menghendaki
luas mengharuskan pemerintah untuk adanya kenyataan sebagai keutuhan yang
menciptakan suatu jaringan struktur yang bisa tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari
menjamin terlaksananya fungsi-fungsi itu konteksnya. Oleh sebab itu, peneliti
secara efekfit dan efisien. Efektifitas dan mengambil tempat pada keutuhan dalam
efisiensi pelaksanaan tugas-tugas hanya bisa konteks dari fenomena yang ada, yang
dijamin kalau ada badan-badan yang bekerja selanjutnya dalam penelitian deskripsi
atas dasar pembagian kerja dan kemampuan mempelajari masalah dalam masyarakat yaitu
WHNQLV 0RFKWDU 0DV¶RHG &ROLQ 0DF tata cara yang berlaku serta situasi tertentu,
Andrews (ed) (2001:98). kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang
Dalam rangkaian pemikiran pada latar terjadi, sekaligus suatu pengaruh dari
belakang, maka permasalahan pokok dalam fenomena. Penelitian ini juga
penelitian ini adalah: menenekankan pada proses eksploratif
1. Bagaimana perubahan hubungan Legislatif sesuai dengan syarat metode penelitian
dan Eksekutif Daerah dalam Proses kualitatif. Proses eksplorasi dilakukan
Penetapan Peraturan Daerah Kabupaten terutama berkaitan dengan berbagai data
Parigi Moutong tentang penetapan APBD sekunder yang diperlukan untuk bahasan
2012 penelitian.
2. Faktor-faktor penghambat dalam
perubahan hubungan Legislatif dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksekutif Daerah dalam proses penetapan
Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Pergeseran hubungan legislative dan
Moutong tentang Penetapan APBD 2012. Eksekutif daerah Kabupaten Parigi
Moutong
METODE Lembaga legislatif dan eksekutif
mempunyai tugas dan kewenangannya
Penelitian ini akan dilakukan dengan masing-masing sebagaimana telah diatur
menggunakan pendekatan kualitatif. dalam peraturan perundang undangan.
Pendekatan kualitatif terkait dengan tujuan Walaupun mereka mempunyai tugas dan
0DV¶XGLQ, Hubungan Legislatif dan Eksekutif Daerah dalam Proses Penetapan Peraturan Daerah «««««« 24

kewenangan masing-masing namun keduanya Dalam pembentukan Perda DPRD


tetap terikat dalam suatu tata hubungan. mempunyai hak untuk ; Mengadakan
Hubungan mana akan muncul dengan perubahan perda dan mengajukan perda
dilaksanakannya tugas dan kewenangan yang direvisi hanya 3 (tiga) buah ditemui
tersebut. Tata hubungan keduanya adalah data atau catatan yang berkaitan dengan
sejajar dalam kerangka kemitraan usul perubahan Perda yang berasal dari
sebagaimana diatur UU No.22 tahun 1999. inisiatif DPRD Kabupaten Parigi
Bentuk hubungan antara keduanya tidak Moutong. Keterangan dari responden baik
selamanya dapat dipertahankan dalam suatu yang berasal dari eksekutif maupun
bentuk/pola yang baku. legislatif membenarkan bahwa usul
Tuntutan kebutuhan dan perubahan inisiatif perubahan Raperda masih
lingkungan membuatnya harus menyesuaikan didominasi oleh pihak eksekutif.
diri, seperti perubahan peraturan perundang- Sebagaimana hubungan lembaga
undangan dari UU No5 tahun 1974 ke UU legislatif-eksekutif daerah lainnya di
no.22 tahun 1999. Serta UU no.32 tahun 2004 Indonesia dalam hal kewenangan
dan UU no 12 tahun 2008. Berjalannya penetapan Perda oleh kepala daerah
mekanisme check and balances dalam praktek menunjukkan adanya suasana parlementer
hubungan legislatif-eksekutif Kabupaten dan bagian dari berjalannya mekanisme
Parigi Moutong baru terlihat pada penetapan check and balances yang juga terjadi
Perda dan pengangkatan/pemberhentian dalam hubungan legislatif-eksekutif
kepala daerah. Sebagai catatan, daerah di Kabupaten parigi Moutong.
pemberhentian (impeachment) kepala daerah Disamping mempunyai hak
Kabupaten Parigi Moutong memang belum penetapan atau pembuatan Raperda,
terjadi. Berhenti atau tidaknya tergantung Kepala Daerah mempunyai hak prerogatif
bagaimana berjalannya proses hukum dan dalam hal pembuatan keputusan kepala
DPRD menindaklanjutinya. daerah. Keputusan mana tidak
Mengacu pada ketentuan di atas dan memerlukan persetujuan DPRD.
dikaitkan dengan masalah penelitian ini, Walaupun demikian bila dipandang perlu
maka akan diperoleh gambaran hubungan Kepala Daerah dapat berkonsultasi
antara legislatif-eksekutif Kabupaten Parigi dengan DPRD, sebab bagaimanapun isi
Moutong sebagai berikut: serta akibat dari keputusan tersebut dapat
a) Dalam merumuskan kebijakan menjadi bahan pertanggungjawaban
Pemerintahan Daerah berupa: Kepala Daerah dihadapan DPRD.
- Peraturan daerah (Perda) dan Penggunaan hak ini oleh Kepala
Keputusan Kepala Daerah Daerah Parigi Moutong, yang berkaitan
Baik di masa DPRD 2003-2004 dengan petunjuk pelaksana atau petunjuk
maupun DPRD ( 2009 sampai 2014, teknis sebagai penjabaran lebih lanjut dari
batas yang diteliti), pola hubungan antara Perda, dalam pembuatan keputusan kepala
DPRD dan Pemda Parigi Moutong dalam daerah, dikoordinasikan dengan DPRD,
merumuskan kebijakan Pemerintahan seperti misalnya pendelegasian wewenang
Daerah tidak mengalami perubahan. kepala daerah kepada aparat bawahan
Inisiatif pengajuan Raperda masih antara lain kepala dinas atau instansi-
didominasi oleh Pemda, dari 52 Perda instansi lain yang setingkat, dan petunjuk
yang dihasilkan semenjak tahun 2003 pelaksanaan APBD.
sampai tahun 2012 (tabel 6 hal;84) 1 Dari uraian di atas Penulis dapat
Perda yang berasal dari inisiatif DPRD menyimpulkan bahwa hubungan DPRD
dan yang lain disetujui menjadi Perda. dengan Pemda Kabupaten Parigi Moutong
25 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, Februari 2013 hlm 20-27 ISSN: 2302-2019

dalam hal merumuskan kebijakan pengambilan keputusan tidak pada


pemerintahan di daerah masih didominasi tataran hasil yang maksimal, karena
oleh eksekutif (Pemda). banyaknya kepentingan yang harus
diakomodasi. Keputusan jadi sulit
Faktor-faktor yang menghambat pola diambil dan lambat, berakibat pada
hubungan legislatif-eksekutif lambannya penerapan kebijakan publik.
Pada bagian analisis telah dijelaskan Seperti kelambanan pembahasan suatu
mengenai faktor-faktor yang menghambat Perda, berakibat gerak penyelenggaraan
fungsi legislasi dan pengawasan DPRD, pemerintahan menjadi lamban.
Kabupaten Parigi Moutong. Faktor-faktor Untuk mengetahui berapa lama
tersebut secara langsung atau tidak turut waktu yang dibutuhkan dalam
mempengaruhi dan membentuk pola menetapkan suatu kebijakan publik di
hubungan eksekutif-legislatif daerah di Parigi Moutong, peneliti meneliti 3 (tiga)
tambah dengan faktor-faktor lainnya. Faktor- Peraturan Daerah yang dipilih secara
faktor tersebut antara lain : acak, yaitu;
a). Perubahan Kebijakan. Perda tentang Pembahasan APBD
Sebagaimana yang dikemukakan Tahun Anggaran 2004 dan Perda pada
oleh Responden pada Legislatif dan Tahun 2008 tentang Pembahasan APBD
Eksekutif bahwa Undang-undang No.22 Tahun Anggran 2009 serta Perda pada
tahun 1999 membawa perubahan tahun 2011 juga tentang Pembahasan
paradigma pada penyelenggaraan APBD tahun Anggaran 2012, Penulis
pemerintahan daerah, dari sistem yang meneliti dengan tiga Perda tentang
sentralistik di bawah UU No.5 tahun 1974 Pembahasan APBD, terdapat perbedaan
ke sistem yang demokratis. Adanya yang menyebabkan hubungan Legislatif
perubahan dalam paradigma dan Eksekutif, terkadang baik dan
penyelenggaraan pemerintahan di daerah terkadang mendapatkan hambatan. Yaitu
tersebut menjadi titik awal terjadinya Pembahasan Perda APBD tahun 2004
pergeseran pola hubungan antara Anggota DPRD masih didominasi 5 Partai
eksekutif dan legislatif daerah. Perubahan Politik, sedangkan Pembahasan Perda
mana juga terjadi pada peraturan tata APBD tahun 2009 dan Perda APBD 2012,
tertib DPRD. Pemisahan kedudukan yang Sudah banyak Parpol yang ada pada
tegas diantara keduanya membuat peluang Legislatif, sehingga banyak kepentingan,
untuk saling intervensi diantaranya sehingga menyebabkan pengambilan
menjadi makin sulit. Dengan demikian keputusan untuk menetapkan APBD, tidak
mekanisme check and balances akan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan,
berjalan sebagaimana mestinya. dan mengakibatkan APBD Tahun 2012,
b). Organisasi DPRD Kabupaten Parigi untuk diverivikasi oleh Gubernur Provinsi
Moutong Sulawesi Tengah menjadi 2 (dua) Versi,
Menurut Responden Legislatif yaitu.: Keputusan APBD yg dikeluarkan
bahwa Organisasi yang sederhana bukan oleh DPRD Kabupaten parigi Moutong.
jaminan bagi terlaksananya fungsi suatu dan Satu keputusan APBD Yang
organisasi. Komponen yang membangun dikeluarkan Oleh Bupati kabupaten Parigi
organisasi justru lebih menentukan Moutong. Itupun sudah menyebrang
efektifitas organisasi tersebut. DPRD Tahun 2013.
sebagai lembaga politik yang strukturnya c). Sumber Daya Manusia (SDM)
dibangun oleh anggota yang berasal dari Berjalan tidaknya demokrasi
banyak Parpol akan menjadikan sangat ditentukan oleh sejauh mana
0DV¶XGLQ, Hubungan Legislatif dan Eksekutif Daerah dalam Proses Penetapan Peraturan Daerah «««««« 26

lembaga legislatif sebagai representasi Banyak pendapat mengatakan


dari kedaulatan rakyat mampu bahwa masalah pembiayaan adalah
melaksanakan perannya sebagai instrumen masalah klasik, karena anggaran/dana
demokrasi. sering dijadikan alasan pembenaran untuk
Peran legislatif itu baru akan menutupi suatu kegagalan. Walaupun
barjalan maksimal bila didukung oleh masalah keuangan tidak termasuk salah
SDM yang kualitasnya memadai untuk satu fokus penelitian ini, namun temuan di
mengimplementasikan tugas-tugas lapangan menunjukkan bahwa dengan
legislatif. Pola rekruitment turut adanya hak pengelolaan anggaran sendiri
menentukan tinggi rendahnya kualitas oleh DPRD akan menjadikan DPRD
SDM yang masuk ke lembaga legislatif. makin independen. Independensi akan
Parpol sebagai infra struktur politik paling membawa hubungan Legislatif dan
bertanggungjawab terhadap Eksekutif pada tataran kesejajaran.
pengembangan kualitas SDM anggotanya. Untuk DPRD Kabupaten Parigi
Oleh sebab itu Parpol harus mampu Moutong sebagaimana dikemukakan oleh
bersikap objektif bebas dari KKN dalam sekretaris dewan, bahwa anggaran yang
urusan rekruitment ini. tersedia bagi DPRD, sangat memadai baik
d). Komunikasi untuk kesejahteraan anggota maupun dana
Komunikasi yang harmonis akan penunjang pelaksanaan tugas-tugasnya.
menciptakan hubungan kerja yang juga Ungkapan dari beberapa anggota dewan
harmonis. Komunikasi Legislatif dan yang terpilih sebagai responden tidak
Eksekutif daerah yang terganggu akan mencerminkan bahwa anggaran yang
berdampak kurang baik pada kinerja tersedia sekarang akan menjadi salah satu
kedua lembaga tersebut. penghalang pelaksanaan fungsi DPRD.
Produk kebijakan publik yang mereka
hasilkan bersama menjadi kurang efektif, KESIMPULAN
karena dalam proses pembahasannya bisa
terganjal hal-hal yang bersifat non teknis. Dari berbagai uraian serta pembahasan
Persoalan komunikasi yang timbul hasil penelitian sebagaimana telah dipaparkan
biasanya disebabkan antara lain oleh di depan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
permasalahan legitimasi, ego sektoral antara lain :
lembaga, pemahaman terhadap tugas dan 1. Berdasarkan hasil penelitian hubungan
fungsi yang keliru, konflik Politik serta antara lembaga Eksekutif dan lembaga
kepentingan dan lain-lain. Legislatif dengan melihat empat indikator
Menurut Responden Eksekutif teori Edward III seperti :
bahwa Ketidak harmonisan komunikasi a. Komunikasi
antara DPRD dan Pemda Parigi Moutong Antara Eksekutif dan Legislatif
saat ini bersumber pada Kepentingan terjadi hubungan komunikasi yang
Politik menghadapi Pemilu Bupati dan kurang harmonis, sejak ditetapkannya
Wakil Bupati tahun 2013, serta tugas dan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1999
fungsi yang kurang dipahami Oleh tentang susunan kedudukan MPR,
Eksekutif dan Legislatif , ego sektoral DPR, dan DPRD, dan Undang-
yang masih melekat pada Esekutif dan Undang Nomor 22 tahun 1999,
Legislatif Dan yang paling penting adalah Undang-Undang Nomor 32, tahun
tersumbatnya Komunikasi. 2004 serta Undang-Undang Nomor 12
e). Pembiayaan tahun 2008 tentang pemerintah daerah.
27 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, Februari 2013 hlm 20-27 ISSN: 2302-2019

Sehingga setiap pengambilan Otonomi Daerah Penyelesaian Atau


keputusan terjadai saling Masalah?. Analisis CSIS, Tahun
mempertahankan pendapat atau XXIX/, 2000. No.1
keputusan masing-masing. Pous, Hendrikus. 1998. Hubungan Legislatif-
b. Sumberdaya Eksekutif dalam proses penetapan
Sumberdaya pada masing lembaga Perda (Studi kasus Kab. Dati II Kupang
mempunyai pendidikan yang berbeda NTT). Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana
beda menyebabkan didalam UGM.
pengambilan keputusan atau pendapat George C. Edwards III. Implementasi
selalu tidak ada titik temu, atau kurang kebijakan tentang konservasi.
diterima satu sama lain, tetap Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka,
mempertahankan pendapatnya tahun 2008, Bappeda Kabupaten Parigi
masing-masing. Moutong,
c. Disposisi Sarjen. 1998. Keputusan Politik di lembaga
Disposisi atau sikap pada masing- perwakilan.
masing lembaga sudah diatur dalam Garna. 1999. Dalam Pendekatan Kualitatif.
Undang-Undang dan Peraturan Moekijat. 1993. Teori Komunikasi. Bandung:
Pemerintah, sampai pada Tata Tertib CV. Mandar Maju.
Dewan, hanya sebahagian memahami Subakti. 1999. Pendukung Pelaksana Tugas
oleh kedua Lembaga. DPRD.
d. Struktur. Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian.
Masing-masing lembaga mempuyai Jakarta Ghalia Indonesia.
kedudukan yang sama didalam sturtur Rasyid, Ryaas Muhammad. 1997. Makna
kelembagaan pemerintahan. (sejajar) Pemerintahan Tinjauan dari Segi Etika
tidak saling membawahi. dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Yarsif
2. Faktor-faktor yang menghambat hubungan Watampone.
Eksekutif dan Legislatif daerah Kabupaten Undang-undang No. 5 tahun 1974, tentang
Parigi Moutong dalam perumusan Peraturan Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
daerah tentang APBD 2012 yaitu Undang-undang No. 22 tahun 1999, tentang
Komunikasi, Sumberdaya , Disposisi dan Pemerintahan Daerah
struktur.
Undang-undang No. 32 Tahun 2004, tentang
3. Sealin faktor diatas ada juga faktor
penghambat lainnya seperti kurang anggaran
Pemerintahan Daerah
didalam peningkatan sumberdaya manusia
Undang-undang No. 12 Tahun 2008,
(anggota dewan). perubahan kedua atas Undang-undang
No. 32 tahun 2004, tentang
DAFTAR RUJUKAN Pemerintahan Daerah.
Undang-undang No.4 tahun 1999, tentang
Malaranggeng. 2001. Pertanggungjawaban Susunan dan Kedudukan Majelis
pemerintah daereh. Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Gaffar, Afan. 2000.Politik Indonesia Transisi Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Perwakilan Rakyat Daerah
Pustaka Pelajar Offset. Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten
Koswara, E. 2000 ³Menyongsong Parigi Moutong, No.01/PM-
Pelaksanaan Otonomi Daerah DPRD/II/2009.
Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999,
Suatu Telaahan Menyangkut Kebijakan,
3HODNVDQDDQ GDQ .RPSOHNVLWDVQ\D´

Anda mungkin juga menyukai