Anda di halaman 1dari 19

Revisi 1

Valeron memandang sosok perempuan yang dari tadi sudah menjadi focus renta matanya,
sepertinya mereka sedang bertengkar, di tambah perempuan tersebut menangis di sana.

"Aku nggak mau putus, kita nggak ada masalah apa apa kan terus kenapa minta putus? "
tanya Perempuan tersebut ke arah laki laki di depanya, sesekalai perempuan tersebut
menarik narik kerah baju lelaki di depanya.

"bukan kita masalahnya, tapi aku, aku masalahnya, aku hanya menjadikan kamu
pelampiasan dan pengganti, sekarang dia udah kembali dan aku nggak butuh
kamu"ucapnya langsung meninggalkan Perempuan tersebut yang sudah bersimpuh tak kuat
menahan berat badanya.

Dia menangis di sana merenungi semua hal yang menurutnya sangat cepat terjadi di
kehidupan nya.

Valeron masih menatap perempuan tersebut tanpa berniat menghampiri, dia bergegas pergi
dari tempat dia mengamati pertengkaran tadi.

Sampai di tempat yang sudah menjadi tujuanya Valeron ikut bergabung duduk di sebelah
Wempi sang Kapten.

"gue kayaknya bakalan nyerah deh bang"ucapan Valeron tersebut membuat Warkop
tersebut hening seketika.

"Hah nyerah apa dulu lah Le, jangan aneh aneh" Ucap Raka yang berhenti menyuapkan mie
indomi kedalam mulutnya di karena kan kaget dengan apa yang barusan sudah keluar dari
mukut temanya itu.

"Tenang dulu napa, gue bakalan nyerah sama 100 cewek itu"ucapnya sambil menggaruk
tengkuknya yang tiba tiba saja ingin di garuk walau tidak gatal.

"hah tumben, bukanya tinggal 26 lagi dan gols loh, terpenuhi? "tanya Rian dengan wajah
polosnya itu.

"gue baru aja ngerasain sesuatu di dalan sini, kayak nyeri gila"Valeron sambil memegang
dada sebelah kiri.

"Lo di putusin? Bukan mutusin atau lo di tolak?" tanya Brayen dengan antusian dan
mendapatkan pukulan dari Wempi yang dari tadi hanya mencerna kejadian.

"Kalau lo mau berhenti, lo bakalan di mulai dari mana? "tanya Wempi sambil duduk bersila
menghadap ke arah Valeron.

"kalau misalnya gue mulai di mutusin semua cewek gue gimana? "tanya Valeron membuat
semua orang yang ada di sana hanya memandang sekilas dan menganggukan kspala
mereka kecil.
Valeron bangkit dadi duduknya dan bersiap akan pergi.

"jangan semuanya nantj overloud, satu satu" teriak Raka membuat Valeron berbalik dan
membentuk jari jarinya seperfi ok.

###

"Oliv bisa bangu Bunda sebentar sayang?" ucap Kalista, bunda Oliv yang baru saja melihat
Oliv yang lewat.

"Bunda, bisa nggak Oliv minta hari ini aja nggak di ganggu dulu, makasih"ucap Oliv tanpa
mau mendengar balasan dari Bundanya dia bergegas masuk kedalam kamarnya.

Membanting pintu dan mengunci kunci dari dalam, dia masih tidak habis pikir dengan
pacarnya, maaf larat mantan pacarnya yang tiba tiba datang dan meminta putus darinya

Apa katanya kalau dia hanyalah jadi sosok pengganti seseorang, dan ketika sosok itu
kembali dia di buang dia benar benar di buang.

Oliv menggambil gitarnya dan duduk di balkon kamar, dengan sesekali memetik sinar gitar
walau sedikit kasar, ini adalah salah satu cara dia meluapkan semua emosinya.

"auw, nggak tepat banget sih, kenapa harus putus segala!!"geram Oliv sambil membantik
gitarnya, di karenakan salah satu senarnya putus.

"gak hubungan gue, nggak tali senar semuanya putus" gumamnya yang masuk kedalam
kamar dan mengunci pintu kamar balkonya.

Walaupun dia sedang patah hati, tapi dia masih bisa berpikir untuk mengunci pintu
kamarnya di takutkan ada orang jail yang ingin menghabiskan semua harta benda yang ada
di dalamnya.

...

Semua siswa siswi di SMA Tuguraja sedang sibuk, jam pelajaran di kosongkan, besok
adalah hari ulang tahun sekolah yang ke 68.

Oliv memilih pergi ke kanti, dari pada ikut rapat panitia dan mengacaw di sana, dia masih
sangat sedih dengan kejadian yang baru saja iya lewati.

Oliv memandang susu kotak di depanya dengan kosong, biasanya susu kotak ini selalu di
belikan oleh Krisna sang mantan, tetapi sekarang beda dia harus mandiri membelinya
sendiri.

Susu kotak itu beralih, Oliv hanya memandang dengan malas ke arah sosok laki laki yang
sedang meminum habis susu kotaknya.
"Lah nggak ngambek teryata, kirain bakalan ngambek"Valeron duduk di depan Oliv.

Oliv hanya diam saja, tanpa mempedulikan sosok di depanya, hal itu membuat Valeron lebih
leluasa untuk memperhatikan wajah perempuan di depanya dengan bebas.

Lama lama Oliv sadar bahwa dirinya di tatap dengan intens oleh Valeron, membuat Oliv
mengerutkan kedua alisnya binggung.

"Lo siapa?"tanyanya dengan sinis membuat Valeron tersenyum getir.

"Bukan siapa siapa" Valeron pergi dari sana meninggalkan Oliv yang masih binggung
dengan sosok tadi.

"Aneh, tapi ..."Oliv buru buru menggelengkan kepalanya.

Oliv pergi ke tempat rapat sedang berlangsung, dia duduk di depan ruangan tanpa masuk
kedalam.

Sambil menunggu dia bisa melihat Krisna dengan pacar barunya berjalan di pinggir
lapangan, rasanya sesak melihat Krisna masih bisa tersenyum lebar, berbanding balik
dengan ya.

Tanpa sadar air mata mengalir di pipi Oliv, buru buru Oliv menghapusnya dan memejamkan
matanya.

"Udah lupain aja, kenapa sih"

Setelah menunggu akhirnya Luna salah satu temanya duduk di samping Oliv membuat Oliv
membuka matanya.

"Udah selesai?"tanyanya ke arah Luna dan berdiri, mengajak Luna untuk pulang bersama.

"Nih"Luna menyodorkan tisu ke arah Oliv dan Oliv menerimanya.

Dalam perjalan pulang, Oliv meminta Luna untuk masuk dulu kedalam rumah.

"Lun, jadi gimana besok butuh bantuan gue nggak?"

"Butuh lah, Ouh iya kan gue jadi pembawa acara nih, Lo mau nggak ngisi salah satu slot
kosong, tampil apa kek"ujar Luna yang duduk di kasur Oliv.

"Gue lagi males hidup, Lo tau itu"

"Gue ada saran lagu, Lo tau kan Olivia Rodrigo, Drive licensi, cocok buat Lo Liv, nama
kalian juga sama anjir kok bisa nya"
"Hah gimana, lah berarti ngeliatin banget gue lagi sedih lah nggak mau ahh"tolak Oliv sambil
melemparkan boneka ke arah Luna.

"Buat Lo ambil aja"

"Anjir nggak ahh, pasti itu bekas di kasih si Krisna?"tanya Luna dan Oliv hanya tersenyum
getir.

"Terserah Lo mau buang atau simpen, bantuin gue hilangin benda benda ini"Oliv kembali
dengan satu kardus besar yang dia taruh di lantai.

"Gak gratis, Lo harus bener bener nyanyi lagunya Olivia titik, gue tunggu besok"

"Gak!!"

"Telat gue udah konfir sama ketua nya sip oke by by Oliv" Luna pergi dari kamar Oliv
dengan membawa kardus titipan Oliv.

Oliv diam sambil membuka Notebook di depannya dan membuka situs pencarian.

Olivia drivers license

Tiba tiba air matanya mengalir dengan cepat, tiba tiba lagu yang sedang ia dengarkan mati
sendiri, ketika membuka mata semuanya gelap, sepertinya mati lampu.

Oliv keluar dan berlari ke arah balkon, dia bisa melihat sosok lelaki tepat di samping kirinya
berdiri dengan senter di tangannya.

"MATII LAMPU SATU KOMPLEK KAYAKNYA!!"teriak nya membuat Oliv paham dan masuk
kedalam kamarnya, mencari handphone nya dan menyalakan mode senter.

Kembali lagi ke balkon dia bisa melihat laki laki tersebut masih duduk di sana.

"KUNCI PINTU RUMAH SEMUA!!"teriak sosok tersebut.

"KENAPA?!!"tanya Oliv.

"TAKUTNYA ADA MALING CEPET!!"

Oliv masuk kedalam tiba tiba handphonenya mati, Oliv baru sadar di sana sangat gelap,
hingga telinganya mendengung dengan keras.

Teriakan teriakan sangat menyakiti telinganya, Oliv terjatuh ke lantai dengan kedua tangan
yang seperti menutup telinganya.

Revisi 2
Valeron menunggu Oliv keluar rumahnya dan mengunci gerbang, tetapi kenapa Oliv tidak
muncul muncul, membuat pikiran Valeron kemana mana.

Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul masuk kedalam rumah, dan ketika masuk
kedalam rumah tersebut tidak ada tanda tanda Oliv di sana.

Ketika naik ke lantai 2 rumah tersebut Valeron bisa melihat Oliv terkapar tak berdaya di
sana.

Mengendong Oliv dan menidurkannya di sopa lantai satu, menurutnya sangat tidak etis laki
laki masuk kedalam kamar seorang gadis di tambah dengan keadaan lampu padam

Sambil menunggu Oliv sadar, Valeron sibuk di dapur mencari air minum, dan kembali lagi
duduk di bawah sambil menunggu Oliv sadar.

Hingga tanpa sadar Valeron ikut tertidur di sana, dengan tangan masih memegang senter di
tangannya.

Lampu menyala, Oliv memengang kepala yang rasanya sangat berat, ketika dia akan
mengangkat tangan yang satunya lagi, dia merasakan ada beban di sana.

Ketika melihat ke arah kirinya dia bisa melihat kepala laki laki berlabuh di sana, Oliv
langsung mendorong kepala tersebut menjauh dari tangannya.

"LO NGAPAIN DI SINI?!!"teriaknya, orang yang di teriaki masih linglung dan memaksa
matanya untuk membuka mata.

"Ahhh udah sadar?"tanyanya sambil menggosok matanya. "Jam berapa sekarang?"

Oliv menunjuk ke arah depan ya di mana terletak jam gantung menunjukan 10.45 di sana.

"Karena Lo udah sadar gue pergi"Valeron melangkah pergi dari sana, tapi cekakan tangan
Oliv membuat dia berhenti dan berbalik melihat ke arah Oliv.

"Kenapa?"

"Gue kenapa bisa tidur di sini sama Lo?"

Valeron berjongkok di depan Oliv sambil menatap mata Oliv dengan lekat.

"Kalau mau tau ceritanya, besok Lo berangkat sekolah sama gue nyah"Valeron berdiri
kembali dan mengacak rambut coklat legam milik Oliv.

Diam terpaku, rasanya Oliv tidak asing dengan sentuhan yang di berikan oleh sosok lelaki
yang sudah melangkah pergi dari rumahnya ini.

Oliv melangkah ke arah kamarnya dia tidak bisa tertidur, dia menerima pesan kalau
bundanya tidak bisa pulang karna banyak pasien darurat.
Menarik selimut sampai menutupi kepalanya, Oliv memaksakan matanya untuk
memejamkan mata.

"Kenapa jadi susah tidur gini sih".

Oliv kembali ke meja belajar nya dan mulai membuka buku buku yang ada di sana, semoga
saja kantuk menjemputnya dengan cepat.

...

Valeron membuka gerbangnya dan dia bisa melihat Oliv menunggunya di sana, Valeron

"Pagi.." sapa Valeron sambil membuka kaca helm yang ia pakai.

"Pagi"Oliv membalas dengan nada yang sangat malas,

"Lama banget sih, ayouk cepetan berangkat dan ceritain semuanya"ucap Oliv yang sudah
duduk di belakang.

"Iya bentar bentar, tapi gue belum sarapan nanti di depan temenin gue sarapan nya, nanti
gue cerita di sana"

"Napa ngundur ngundur mulu sih?!"ucap Oliv dengan wajah di tekuk.

Valeron hanya senyum dan melanjutkan perjalannya, entah kenapa ada rasa bahagia di
dalam dirinya, hingga tanpa di sadari dia senyum senyum sendiri di sana.

Sampai lah mereka di tukang bubur pinggir jalan.

"Lo persen nggak?"

"Nggak lagi diet gue"

"Badan kayak semut masih diet"cicit Valeron tapi dapat di dengar jelas oleh Oliv yang sudah
memandang tajam ke arah Valeron.

"Dah lah jangan ngomen, cepetan ceritain, nggak ada lagi pengunduran"

"Nya Lo nggak sadarin diri gue masuk ke rumah Lo, karna kepo udah di kasih tau buat tutup
gerbangnya eh nggak di tutup, pas liat Lo, Lo udah nggak sadarkan diri"Valeron berhenti
bercerita karna buburnya sudah siap di makan.

"Lanjut.."

"Karna gue masih punya rasa kemanusiaan gue ngangkat Lo deh, biar nggak mati
kedinginan di lantai"
"Udah gitu aja, trus kenapa Lo bisa ketiduran di sana, kenapa Lo nggak langsung pulang
aja, pas udah naruh gue di sopa, jangan main mainya sama gue"serang Oliv membuat
Valeron tersedak bubur yang dia makan.

"Mana ada Anji*, gue juga nggak tau kenapa gue ketiduran, mungkin karna gelap"

Oliv masih sangat kesal dia mengalihka. Pandanganya dengan membuka Handphonenya
banyak pesan masuk rata rata dari sahabatnya.

Yang baru saja menghubungi dia dengan embel embel minta maaf nggak bisa nemenin di
saat dia butuh dengan alasan yang harus di garis besarin SIBUK.

"Masih kan nggak, kalau masih gue pesen Go-Jek aja"ujar Oliv yang melihat jam yang
sudah menunjukan jam 06.48.

"Udah kok" Valeron langsung membayar buburnya dan melanjutkan perjalannya ke arah
sekolah mereka.

Ketika Oliv akan masuk kedalam, gerbang sudah di tutup, dan orang orang yang biasa nya
menjaga gerbang di ganti dengan adik kelas anggota LKPD.

"Ijinin gue masuk nya, nanti kalian di marahin sama ketua nya Lo, awas awas"ucap Oliv
yang berusaha menerobos masuk, Valeron dia lebih memilih pergi ke tempat tongkrongan
ya.

"Hah, emang kakak siapanya Kak Dataya?"

"Emm, gue salah satu panitia tau, Lo nggak percaya nih gue kasih liat kartu panitianya"Oliv
membuka tasnya dan mencari kartu panitia yang entah sudah di berikan oleh Luna atau
belum.

"Mana kak?"tanya salah satu tersebut dengan melipat kedua tangan di dadanya.

"Ceuk, gue telpon temen gue buah, awas loh gue pastiin kalian semua nggak bakalan jadi
OSIS, belum jadi aja udah belagu, apalagi beneran jadi OSIS"sindir Oliv berjalan Menjauh
dan menelpon Luna.

"Naa... bantuin gue, ini lagi depan gerbang, nggak di bolehin masuk, di tambah Lo belum
ngasih kartu nama gue!!"

"Iya iya ini gue sekarang kedepan tunggu nya"

Luna datang, dia tidak sendiri sepertinya Dataya ketua OSIS berada bersamanya berjalan
ke arah Oliv yang beridri sambil menahan kesal kepada beberapa adik kelas yang sedang
berjaga di sana.

Gerbang di buka, ketika Dataya menyuruh untuk membuka gerbangnya, Oliv langsung
berjalan dengan kesal masuk.
"Tapi kan kak seperti peraturan sekolah No 5, siapa pun, mau itu guru atau siswa datang
terlambat akan di berikan hukuman?"tanya salah satu dari mereka yang dari tadi paling
ngotot untuk tidak membiarkan Oliv masuk.

"Gmn oke Oliv kamu daya kasih hukuman sit up 20" Oliv mendengarnya sangat tidak suka.

Perempuan yang tadi memberi tahu peraturan seperti akan protes lagi, tapi tatapan yang di
berikan oleh Dataya membuat dia mengurungkan niatbya untuk kembali protes.

Ketika Oliv akan melakukan Sit up, harus berhenti ketika Valeron datang dengan santainya.

"Dah lo masuk aja, biar gue yang tanggung, sana sana"Valeron mendorong tubuh Oliv ke
arah Luna.

Semua mata di sana menatap ke arah Valeron, dengan tatapan takut, dan membiarkan
apapun yang akan di lakukan oleh Valeron.

"Cepet kenala Lo, Lo, nggak masuk nanti acaranya nggak bakaln di mulai loh"ucapan
Valeron menyadarkan Dataya, Luna dan Oliv langsung pergi dari sana.

Oliv langsung memakan name tag nya dan merapihkan sedikit rambutnya.

"Kak Taya, boleh minta nggak jangan jadiin cewek yang tadi OSIS nya please!!"mohon Oliv
ke arah Dataya yang sedari tadi berada di sisi Oliv.

"Mmm, dia udah jadi calon ketua OSIS"ucapnya membuat Oliv hanya menghela nafas.

Tepukan bahu membuat Oliv melihat ke belakang di sana ada Valeron yang berdiri dengan
badan berkeringat.

"Lo nggak suka sama dia, gue bisa bikin dia keluar dari sekolah ini, mau?"bisik Valerin tepat
di samping telinga Oliv membuat Oliv langsung memukul dengan reflek kepala Valeron..

"Sakit beg*"tatapan tajam Dataya membuat Valeron beralih ke arah Dataya dan membalas
tatapan tajam tersebut.

Oliv, di menarik tangan Luna dan Dataya, mereka langsung berpencar menjalankan tugas
masing masing.

Oliv di tugaskan untuk mengecek alat musik di sana, bersama Faiz, cowok paling lemes di
sekolah.

"Eh gilee Nye si Krisna udah ada yang baru aje, gue kira tuh sih Krisna bakalan setia sama
Lo"Faiz baru sadar jika muka Oliv berubah drastis.
"Duh, gue salahnya maaf Liv, asli maaf Nye, bentar lagi Lo tampil Lo, sini gue bantuin
rapihin rambut Lo"Faiz membalikan tubuh Oliv supaya dia bisa leluasa merapihkan rambut
Oliv.

"Iz, Lo mau nggak jadi—"sebelum melanjutkan kalimatnya, Oliv dan Faiz di kagetkan
dengan hal yang sangat sangat di luar ekpetasi mereka.

Faiz maupun Oliv melebarkan mulut mereka kaget, bukan hanya mereka semua siswa
Sandykala kaget atas kejadian ini.

Revisi 3

"GILAAAAA!!"teriakan lolos dari mulut Faiz dan Oliv.

Mereka melihat ke arah panggung di mana salah satu drum jebol, dan jebol nya itu sangat
besar.

"Gimana Iz?"tanya Oliv sambil memukul mukul pundak Faiz yang masih shock diam di
tempat.

Orang orang yang melakukan tersebut, turun panggung dan sekarang berdiri tepat di depan
Oli. Dan Faiz.

Siapa lagi kalau bukan mereka pembuat onar yang paling terkenal dengan ketengilan dan
kejailan mereka.

Perwas seingkatan perwakilan IPS, di mana ada Raka dari IPS 1, Brayen dari IPS 2,
Valeron dari IPS 3 dan terkahir Rian dari IPS 4.

Hanya cengar cengir tanpa merasa bersalah sedikit pun, membuat Oliv hampir pingsan.

"Aduh gila pusing banget"Oliv memengang kepalanya yang tiba tiba pusing.

"Gue nganti kok, berapan sih drum, ngomong aja, nih pegang kartu kredit gue"Rian selaku
yang menghancurkan Drum menyerahkan kartu kreditnya ke tangan Faiz yang masih
terpaku dari tadi.

Dataya selaku ketua acara datang dan mengajak salah satu dari mereka untuk di ajak
biacara.

"Temenen gue dong"ujar Rian sambil menarik narik tangan Brayen membuat Brayen
menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Eh kak, terus gimana sama penampilan yang lain?"tanya Oliv ke arah Dataya, Dataya
berpikir sejenak dan memanggil Luna yang baru saja turun dari panggung yang
mengumumkan untuk istirahat terlebih dahulu.

"Liat jadwal tampilnya"Luna memberikan list tersebut ke arah Dataya.


Dataya memeriksa semuanya dengan wajah yang sangat serius dan mencoret coret isi
kertas tersebut.

"Sekarang tampilin aja drama musikal sama dance yang gunain musik dari sistem, kalau
emang kita bakalan beri drum yang baru, waktu pakenya paling worth it itu besok, belum lagi
masangnya kan, jadi buat yang nyanyi atau band di undur besok.

"Hubungi mereka satu satu, minta bantuan sama anak anak LKPD,trus saya minta 2
perwakilan dari kalian buat ngomong sama kesiswaan"ucap Dataya ke arah Perwas.

"Bertiga boleh"tawar Brayen dan Dataya hanya menjawab dengan singkat "terserah"

"Ouh iya asalkan dari salah satu kalian nemenin Oliv beli drum baru, soalnya saya sibuk
ngatur ngatur disini"

"Siap siap makasih Ya, nggak marah marah"teriak Rian yang melihat Dataya sudah
melangkah pergi.

"Yaudah siapa yang mau nemenin si Oliv?"tanya Rian dan semua mata tertuju ke arah
Valeron yang diam di sana.

"Oke dengan senang hati, tapi gue minta jaket Hermes 1 nya"bisik Valeron tepat di telinga
Rian.

Rian hanya menyunggingkan senyumnya dan melambaikan tangannya terserah.

"Let's go Liv"Valeron mengenggam tanggan Oliv tanpa sadar.

Mereka datang ke toko alat musik yang mana sudah menjadi langganan sekolah mereka.

"Gue ke sana dulu, kalau udah DM gue aja nyah, Lo kan belum punya kontak gue"Valeron
berjalan menjauh dan mengedipkan sebelah matanya ke arah Oliv.

Sesudah melihat dan memberikan alamat sekolahnya Oliv pergi ke arah kanan di mana di
sana ada tempat food corn.

Menunggu pesanan ya Oliv membuka Handphonenya dan berinteraksi dengan JBJB-an nya
di twiter.

Siapa sangka Oliv adalah sosok di balik mak-Yeun, yang sangat populer di twiter dengan
followernya mencapai 200k lebih, dia yang selalu memberikan saran kepada perempuan
perempuan yang patah hati sekarang sedang patah hati.

"Gue minta DM gue kenapa nggak?"tanya Valeron yang sudah duduk di depan Oliv.

Oliv hanya melihat sekilas dan focus lagi menatap handphonenya..


"Pesenan Lo udah di bayar?"

"Kenapa mau bayarin?"

"Nggak juga, kalau mau di bayarin bisa pake ATM si Rian aja" Valeron mengacungkan ATM
hitam milik temanya itu.

"Yaudah bayarin sana"usir Oliv dia sedang menangani salah satu Followersnya yang
sedang ngundah harus menerima laki laki yang menembaknya teryata adalah gebetan
sahabatnya.

Valeron pergi ke arah kasir, Oliv melanjutkan kegiatannya.

"Sorry"tiba tiba Valeron sudah di depannya dengan membawakan pesanan Oliv.

"Hah, Lo bilang apaan sih nggak jelas"Sarkas Oliv dan langsung menyomot kentang di
depannya.

"Gue denger pertengkaran kalian yang di rooftof itu, Sorry nya" ucap Valeron dengan
cengiran khasnya.

"Terserah, bukan salah Lo kali kalau Lo denger, karna Lo punya telinga"

Oliv memakan makanannya dengan perlahan tapi pasti, hingga makanan habis, dia merasa
mahkluk yang entah manusia atau bukan diam menatapnya sedari tadi.

"Lo kenapa sih!, liatin gue terus?!"

"Lo nggak ingat sama gue?"

"Hah, apa yang harus gue inget, Lo cuman tetangga gue, yang teryata sama sama masuk
sekolah yang sama, dan sekarang tiba tiba Lo notis gue, kakak hits"

"Ahh oke, btw kapan drum nya nyampe?"

"Sore di kirim, gue kayaknya pulang langsung, bay"Oliv berdiri dan melambaikan tangannya.

Valeron langsung beranjak tanpa menghabiskan makanan.

"Kalau bisa bareng kenapa nggak sih"Valeron berjalan tepat di sisi Oliv yang berjalan
dengan sesekali melihat toko toko di sana.

Sialnya, dia harus melihat Krisna dengan perempuan barunya sedang berjalan ke arah Oliv
berada.

Tiba tiba kaki Oliv kaku, dia tidak bisa melangkah, hal itu membuat Valeron yang ada di
sisinya ikut memberhentikan langkahnya.
"Lo nggak papa?"

Valeron ikut melihat ke arah pandang Oliv, hal itu langsung membuat Valeron menggambil
sebelah tangan Oliv dan dia genggam.

"Tenang ada gue"bisik Valeron, membuat tubuh Oliv tidak sekaku tadi.

"Kamu perempuan yang ada di historinya Krisna kan"perempuan yang berjalan bersama
Krisna tiba tiba berbalik dan menarik tangan Oliv hingga Oliv menghadap ke arahnya.

"Apaan sih udah, mau beli es krim kan"Krisna melepaskan genggaman tangan perempuan
tersebut yang mencengkram tangan Oliv.

"Bentar dulu, Aku cuman pengen tau aja, oh atau bener kamu sama perempuan lain pas aku
koma iya Krisna!"perempuan itu tiba tiba menangis, Oliv masih diam walaupun sudah
berada di dalam rangkulan Valeron.

"Maaf mbak, dia pacar saya jangan seenaknya nyah"ucap Valeron yang menarik Oliv
menjauh dari sana. "Ayouk sayang udah keburu sore nggak baik cewek pulang malam"

Oliv masih kaku, tanpa sadar dia sudah berada di parkiran motor.

"Cepett Liv, keburu hujan ini udah mendung banget"Valeron memasangkan helm miliknya ke
arah Oliv dan melajukanya motornya.

Di tengah perjalan Oliv sadar kalau Valeron tidak menggunakan helmya, malahan dia yang
menggunakannya.

"Eh, gila kenapa jadi gue yang pake helm, minggir dulu, minggir dulu"Akhirnya Valeron
meminggirkan motornya di salah satu ruko yang sepertinya tidak beroperasi lagi.

"Apaan Liv?"tanya Valeron ke arah Oliv yang sudah melepaskan helm miliknya dan
memasangkannya di kepala Valeron.

"Lo bego banget sih mana ada pengemudinya nggak pake helm tapi penumpangnya pake
helm sih Gadi-gadi"

"Kalau di biasa in juga nanti bakalan biasa Liv"

"Nggak udah ayouk maju lagii"perintah Oliv tapi tidak di indahkan oleh Valeron.

"Nggak, ini udah gerimis karna Lo nggak mau pake helm gue, kita tunggu hujannya
berhenti"

"Hujan kayak gini gak bakalan berhe—"ucapan Oliv terhenti karna hujan mulai lebih besar.

"Apa kata gue juga kan jadi hujannya lebih gede"Oliv turun dari motor Valeron dan duduk di
depan ruko tersebut dengan memeluk tubuhnya kedinginan.
"Baju Lo basah Liv?"

"Udah tau malah nanya"

Valeron berlari ke arah motornya dan membuka bagasinya. Melemparkan baju ke arah Oliv.

"Pake aja Liv dari pada masuk angin"Valeron melemparkan baju olahraga nya ke arah Oliv.

Oliv mengangkat baju tersebut dengan sedikit jijik.

"Ini belum Lo pake kan?"tanya Oliv dan mendapatkan gelengan dari Valeron.

"Oke"

Oliv men dobel bajunya dengan baju olahraga Valeron.

"Sepertinya nggak bakalan ngaruh nggak sih, harusnya Lo buka dulu baju yang basahnya"

"Susah udahlah, jangan ribet yang masuk angin gue ini"

"Gue peduli kali Liv"

Suasana di sana sangat hening, hanya di temani air hujan yang sepertinya tidak akan
berhenti dengan cepat.

"Liv soal yang tadi mall gue serius Lo"

"Yang mana?"

"Yang Lo jadi pacar gue, ini bakalan jadi hal yang menguntungkan buat Lo dan gue"

"Apaan sih nggak jelas"

"Gue pengen lepas dari semua cewek gue, Lo tau kan gue punya banyak cewek"

"Terus y-ya gue pengen lepas dari semua cewek itu, di tambah kalau kita pacaran Lo juga
bisa buktiin sama cowok Lo yang dulu itu, kalau Lo juga udah bisa move on dari dia, emang
lo nggak malu"

"Nggak, nggak usah jangan aneh aneh deh, palingan gue jadi bahan taruhan perwiras kan?"

"Kata siapa anjir, nggak ada tuh Tarusan cewek di perwiras"

"Yah mau itu taruhan atau beneran gue nggak mau, gue mau focus belajar aja"

Kembali hening di antara mereka, hanya mereka yang berteduh di sini.


"Lo beneran nggak kenal sama gue Liv?"gumam Valeron dengan sangat pelan.

Oliv melihat ke arah Valeron yang memandang kosong jalan raya yang sedang di guyur air
hujan.

"Tadi Lo ngomong apa?"

"Hah, enggak enggak ngomong apa apa, dingin nggak sih Lo ngerasa nggak?"

Oliv hanya menatap ke arah Valeron dan beralih lagi melihat jalanan.

"Kok gue bisa nyaman sama Lo nya, kita baru kenal beberapa hari"

"Hah"

"Nggak jadi jangan di pikiran, mending kita pulang aja, ini gerimis nya nggak bakalan habis,
mau nunggu sampai malem?"

"Oh ayouk, asal Lo yang pake helm nya"

Oliv menyetujuinya, dia memakai helm tersebut.

Sampai di depan rumah, keadaan Oliv dan Valeron sangat basah kuyup, seperti anak itik
yang baru saja tenggelam di Solokan.

"Makasiii"Oliv langsung melangkah masuk kedalam rumah.

"Oliv sayang, kok basah kayak gini, bunda kira kamu mau pake grab aja"

"Tadi Oliv pulang bareng Vale Bun"

"Yaudah cepetan mandi pake air hangat biar nggak masuk angin, bunda buatin sup, ajak
Vale juga nya"

"Kenapa harus ajak Vale bunda"

"Bukanya kalian berteman lagi"

"Hah lagi, ini pertama kalinya aku berteman sama dia bunda"

Bundanya memasang wajah kaget, dia kira Oliv sudah kembali mengingat Valeron, teryata
belum.

Masuk kedalam kamar Oliv melihat ada Boneka bentuk buah mangga, di sana juga ada
surat di bungkus amplop kuning.

"Bunda, ini siapa yang ngirim boneka?"teriak Oliv dan mendapatkan jawaban dari bundanya.
"Dari tetangga Liv, yang tadi bareng sama kamu"

Oliv melihat ke arah Boneka tersebut, sangat cocok berada di kamarnya yang serba warna
Orange.

Selesai membersihkan diri dia duduk di meja belajarnya, binggung dia harus belajar apa,
pekerjaan rumah tidak ada.

Akhirnya dia menelpon Luna, untuk menanyakan beberapa hal untuk acara besok.

"Lun gimana, tadi gue pulang duluan"

"Ouh iya drum nya katanya udah sampe, ini gue juga lagi di jalan pulang"

"Lun gue mau nanya serius ini"

"Tumben curhat sama gue Liv?"

"Gak papa, Lu pernah nggak sih ngerasa Dejavu gitu, tapi kayak bener bener kayak nyata
banget"

"Gak tau deh, tapi pernah eh nggak tau juga, kenapa lu ngerasa Dejavu Liv?"

"Heem beberapa hari yang lalu, semenjak Valeron mulai datang di kehidupan gue"

"Bentar, Valeron yang anak perwas?"

Oliv hanya membalas dengan gumaman.

"Jodoh kali, Ouh Ouh lu percaya sama rekarnasi nggak Liv, mungkin Lu sama—"

"Berhenti baca cerita fiksi nanti gila tau rasa"

"Tapi beneran deh Liv"

"Dah lah makin binggung gue"

Mematikan telpon Oliv mulai membuka MacBook nya dan seperti biasa dia akan berselancar
di music YouTube.

"Dek, ini sayurnya anterin ke Vale nya!"mendengar teriakan sang Bunda, Oliv melangkah
kakinya turun ke bawah.

Oliv duduk di meja makan melihat bundanya menyiapkan sup untuk di berikan kepada
tetangganya.

"Bunda, tumben pulang jam segini?"


"Nggak ada jadwal operasi yang darurat, Ouh iya dek, ini kasih cepat ke Vale mumpung
masih hangat"

Oliv mengambil mangkok tersebut dan berjalan ke arah rumah tetangganya, membuka
gerbang dia bisa melihat banyak motor di sana.

"Kayaknya ada tamunya" sedikit ragu, tapi Oliv nekat masuk dan mengetuk pintu.

Teryata yang membuka pintu itu bukan Valeron tapi Brayen, anak perwas.

"Eh cewek, mau ketemu sama Vale nya, sini masuk dulu biar Abang yang panggilin"

Oliv masuk dan benar anak perwas sedang berkumpul di sini, Oliv masih diam di dekat
pintu, jaga jaga jika ada sesuatu dia bisa lari.

"Ouh sayurnya udah jadi thanks nya, bilangin sama Bunda"Ucap Valeron  sudah mengambil
alih mangkok tersebut dan pergi dari hadapan Oliv.

Oliv buru buru keluar dari rumah Valeron dan yah kembali ke kamarnya, dia menatap nanar
dirinya di depan kaca.

"Lu nggak punya temen banget sih, suram hidup lu"ucapnya menatap ke arah kaca, dia
paling tidak suka bila dia merasa sendiri, ada rasa kosong di dalamnya.

Dulu dia kira kalau punya Krisna dia tidak akan merasa kesepian dan dia tidak butuh yang
namanya teman.

Hingga teryata Krisna mengkhianatinya dan Pergi begitu saja bertemu dengan kekasih hati
yang benar benar ada di jiwanya.

Oliv memutuskan untuk tidur dan melupakan semua hal yang terjadi di hari ini terlalu
melelahkan.

"Naik terus itu bentar lagi Via, cepetan dong"teriak bocah laki laki di bawah pohon meneriaki
gadis kecil yang sedang memanjat.

"Sabar dong harusnya kamu dong laki laki yang manjat manjat gini, malah nyuruh aku, aku
kan bukan monyet, sebel deh"

"Kamu nggak bisa liat tangan aku di gift ini kan Minggu kemarin aku bantu kamu ngambil
balon kamu yang nyangkut, sekarang kamu harus balau—"

"Iya iya iya bawel banget sih"

Gadis itu berhasil memetik beberapa buah mangga dan melempar ke arah bawah.

Ketika dia turun dia salah menginjak mengakibatkan dia terjatuh.


"HAAAH!!"Oliv terbangun dengan keringat membasahi pelipisnya.

Mimpi tadi serasa nyata baginya, dia merasa pernah mengalami hal tersebut, tapi entahlah
dia bukan spesialis mimpi yang bisa mengatakan bahwa ini adalah kisah nyata dan lainya.

Melihat jam di samping nakas nya, dia langsung buru buru membersihkan diri.

Turun kebawah dia tidak bisa melihat bundanya, hingga dia menemukan notes yang berisi.

Makan habisin nya dek, bunda ada operasi di Bandung penting kayaknya bunda pulang
lusa-bunda

Mengambil makan Oliv terduduk di meja makan sendiri, pagi hari ini jadwal Bu Inah bersih
bersih.

"Bu Inah, kamar aku jangan di beresin nya, nanti aja sama aku, aku cuman mau minta kotak
yang ada di depan pintu kamar aku tolong di buang aja, makasih nya Bu"Oliv berpamitan
dan segera berangkat ke sekolah, sekarang dia sudah memakai kaos panitia.

"Neng bareng yuk"

Mendengar suara itu membuat Oliv melihat ke arah asal suara dan benar saja di sana ada
Valeron dengan motor metik nya.

"Gak bayar kan ini?"Oliv ragu ketika ingin naik ke atas motor Valeron.

"Bayar dong"Oliv buru buru mundur 2 langkah ketika mendengar dia harus bayar, jika bayar
uang mungkin dia bersedia tapi dia tau Valeron tidak akan kekurangan Uang  hingga
berkerja sampingan menjadi ojek.

"Dah lah nggak jadi sana sana"

"Bercanda, kan udah di bayar kemarin sana sup bunda kamu"Mendegus kesal, walau begitu
Oliv masih menaiki motor Valeron.

"Apaan dah acara kamu kamuan jijik"

"Jangan jijik begitu lah Liv"

Melaju dengan kecepatan sedang akhirnya mereka sampai di sekolah tanpa telat seperti
kemarin.

"Ouh iya Liv, Lu tampil juga kan, kata anak anak Lu mau nggak di iringi nya sama kita
kita"tawar Valeron membuat Oliv diam dan perlahan membuka helmnya.

"Nggak ahh, nanti drumny rusak lagi, atau mau gitarnya, pasti acak acakan nanti"
"Nggak asli Liv mau nggak, ini beneran banget, kan sekarang ada kepala sekolah mana
berani kayak kemarin"cicit Valeron.

"Nggak masa ngasih taunya h- beberapa jam sih, udahlah nggak papa gue bisa sendiri kok,
Ouh iya bilangin ke anak anak Lu bapak Valeron makasih tawarannya tapi nggak
mengiurkan buat gue, makasih juga nya pak Valeron untuk antaranya, jaga anak
anaknya"Oliv berlari sambil tertawa dengan puas karna berhasil membuat Valeron tidak
berkutik sedikitpun.

"Bapak, hah maksudnya gue bapak bapak"gumam Valeron mengejar Oliv.

"Gue bukan bapak bapak Oliv!"teriak Valeron dan Oliv berbalik dan menjulurkan lidah
kepada Valeron, membuat Valeron berhenti dan tersenyum tipis melihat tingkah Oliv.

Anda mungkin juga menyukai