Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masingmasing yang
merupakan bagian dari keluarga ( friedman, 2010). Menurut bailon yang di kutip Efendi,
F & Makhfudli (2009) menjelaskan keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan satu budaya.
Menurut undang-undang no. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari suami isteri atau suami isteri dan anaknya atau, ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya (Setiadi, 2008)
2. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 2010) adalah sebagai berikut :
1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
di luar rumah.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi keperawatan atau pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktifitas tinggi. Ini dikembangkan menjadi tugas di bidang kesehatan.
3. Struktur Keluarga
Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur peran,
struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan pengambilan
keputusan.
a) Struktur peran.
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah
posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu
system sosial.
b) Struktur nilai keluarga.
Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang nilai
suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota
keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.
c) Proses komunikasi.
Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan proses
komunikasi disfungsonal.
1) Proses komunikasi fungsional.
Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan keluarga
yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai pengerim dan
penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi pesan yang langsung
dan jelas, serta kelarasan antara isi dan tingkai intruksi.
2) Proses komunikasi disfungsional.
Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional, gambaran dari
komunikasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta komunkasi
disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima.
d) Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.
Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah kemampua atau
potensial, actual dari individu anggota keluarga yang lain. Terdapat 5 unit
berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik kekuasaan keluarga yaitu :
kekuasaan pernikahan (pasangan orang dewasa), kekuasaan orang tua, anak,
saudara kandung dan kekerabatan. Sedangkan pengambil keputusan adalah
teknik interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam upaya mereka untuk
memperoleh kendali dan bernegosiasi atau proses pembuatan keputusan. Lain
halnya menurut Padila (2012), struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa struktur
keluarga yang ada di Indonesia diantaranya adalah :
1) Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2) Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
3) Matriloka
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu.
4) Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah.
5) Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
4. Tipe Keluarga
Secara umum, tipe keluarga dibagi menjadi dua yaitu keluarga tradisional dan
keluarga modern (nontradisional).
a. Keluarga Tradisional
Tipe keluarga tradisional menunjukan sifat-sifat homogen, yaitu keluarga yang
memiliki struktur tetap dan utuh. Tipe keluarga ini merupakan yang paling umum
kita temui di mana saja, terutama di negara-negara Timur menjunjung tinggi norma-
norma. Ada beberapa ciri atau tipe keluarga tradisional, sebagai berikut.
1) The nuclear family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam satu rumah.
Dalam keeharian, anggota keluarga inti hidup bersama dan saling menjaga.
Mereka adalah ayah, ibu, dan anak-anak
2) The dyad (Pasangan Inti)
Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada sepasang suami istri yang baru
menikah. Mereka telah membina rumah tangga tetapi belum dikaruniai anak
atau keduanya bersepakat untuk tidak memiliki anak lebih dulu. Akan tetapi
jika di kemudian hari memiliki anak, maka status tipe keluarga ini menjadi
keluarga inti.
3) The extended family (Keluarga Besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua (kakeknenek),
keponakan. Keluarga besar cenderung tidk hidup bersama-sama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena keluarga besar merupakan
gabungan dari beberapa keluarga inti yang bersumbu dari satu keluarga inti.
Satu keluarga memiliki beberapa anak, lalu anak-anaknya menikah dan
memiliki anak, lalu anak-anaknya menikah dan memiliki anak, an kemudian
menikah lagi dan memiliki anak pula.
4) The single-parent family
Single parent adalah kondisi sesorang tidak memiliki pasangan lagi. Hal ini
bisa di sebabkan karna perceraian atau meninggal dunia. Jika ia sendirian,
maka tidak bisa dikatakan sebagai keluarga meski sebelumnya pernah
membina rumah tangga.
5) Keluarga Single Adult (Bujang Dewasa)
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.
b. Non Tradisional
Keberadaan keluarga modern merupakan bagian dari perkembangan sosial di
masyarakat. Banyak faktor yang melatarbelakangi kenapa muncul keluarga modern.
Salah satu faktor tesebut adalah munculnya kebutuhan berbagi dan berkelurga yang
tidak hanya sebatas keluarga inti.
c. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah. Kehidupan seorang ibu bersama anaknya tanpa pernikahan inilah yang
kemudian masuk dalam kategori keluarga.
d. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri. Dengan berbagai alasan, dewasa ini kita temui
seorang yang sudah memiliki anak maupun belum. Kehidupan anak dengan orang
tua tirinya inilah yang dimaksud dengan the stepparent family.
e. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang Sama,
pengalaman yang Sama; sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
f. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan. Seseorang memutuskan untuk hidup bersama dengan pasangannya.
Namun dalam waktu yang relatif singkat, seseorang itu kemudian berganti pasangan
lagi dan tetap tanpa hubungan pernikahan.
g. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana marital
partners.
h. Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu. Misalnya dalam perantauan, karna merasa satu negara
i. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk
sexual dan membesarkan anak.
j. Group nework family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama
lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anak.
k. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
l. Homeless family
Keluarga yang berbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
m. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupanny
5. Tahap perkembangan keluarga
a) Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang
baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan
keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama
lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan, perencanaan
keluarga (Friedman, 2010).
b) Tahap II (Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi siklus
kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah membentuk keluarga
muda sebagai suattu unit yang stabil (menggabungkan bayi yang baru kedalam
keluarga), memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas
perkembangan dan kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek (Friedman, 2010).
c) Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½
tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari
tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara
laki-laki, dan putrisaudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III
adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan
keamanan yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai
anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,
mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan diluar keluarga
(Friedman, 2010).
d) Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13
tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan
hubungan keluarga pada tahap ini juga maksimal.Tugas perkembangan keluarga
pada tahap IV adalah menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkanrestasi,
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman, 2010).
e) Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh
tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal
atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20
tahun. Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan
ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih
besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda (Friedman, 2010).
f) Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak pertama
dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya 20 rumah”, ketika anak
terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada tahap ini adalah
memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewas muda, termasuk memasukkan
anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya, melanjutkan
untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu
orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit (Friedman, 2010).
g) Tahap VII (Orang tua paruh baya)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu
pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan
hubungan yang bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka,
memperkuat hubungan pernikahan (Friedman, 2010).
h) Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu
atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan pasangan dan berakhir
dengan kematian pasangan lain. Tujuan perkembangan tahap keluarga ini adalah
mempertahanka penataan kehidupan yang memuaskan (Friedman, 2010).
6. Tugas Keluarga di Bidang kesehatan
Keluarga sesuai dengan fungsi pemeliharaan mempunyai tugas dibidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga


Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dankarena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal
keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarganya
sekecil apapun perubahan tersebut.
b) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
d) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara atau
memodifikasi lingkungan rumah sehat (dari segi fisik, psikis, sosial ekonomi) hal
yang perlu dikaji sejauh mana mengetahui sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
sejauh mana keluarga memperoleh keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya dan sanitasi, sejauh
mana keluarga mngenal upaya pencegahan penyakit, sejauh mana sikap atau
pandangan keluarga hygiene dan sanitasi, dan sejauh mana kekompakan antara
anggota keluarga.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji : sejauh mana keluarga
memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan,
sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang baik terhadap petugas
kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
(Friedman, 2010).

7. Peran Perawat Terhadap Keluarga


a) Pendidikan kesehatan
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan satu dari pendekatan
intervensi keperawatan keluarga yang utama. Pendidikan dapat mencakup
berbagai bidang, isi dan fokus, termasuk promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit, masalah kesakitan/disabilitas dan dampaknya, serta dinamika keluarga.
Membantu untuk dapat mengatasi masalah secara lebih efektif terhadap
perubahan kehidupan dan peristiwa yang menimbulkan stress. Mendapatkan
informasi yang berarti, membantu anggota keluarga lebih merasa memegang
kendali dan mengurangi stress. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk
mengartikan lebih jelas pilihan mereka dan lebih berhasil menelesaikan
masalah mereka.
b) Konseling
Konseling adalah suatu proses bantuan interaktif antara konselor dan klien yang
ditandai oleh elemen inti penerimaan, empati, ketulusan, dan keselarasan.
Hubungan ini terdiri dari serangkaian interaksi sepanjang waktu tanpa konselor
yang melalui berbagai teknik aktif dan pasif, berfokus pada kebutuhan masalah
atau perasaan klien yang telah memengaruhi perilaku adaptif klien. Elemen inti
konseling adalah empati atau menyelami atau merasakan perasaan dan
perilaku orang lain; penerimaan positif terhadap klien; dan selaras atau tulus; tidak
berpura-pura dan jujur dalam hubungan klien-perawat.
c) Manajemen kasus
Manajemen kasus memiliki riwayat perkembangan sebagai bagian dari peran
perawat kesehatan masyarakatterakhir digunakan di tatanan layanan kesehatan
yang bersifat akut. Pertumbuhan perawatan terkelola telah menjadi kekuatan
utama muncunya manajemen kasus. Perawatan terkelola yang menekankan
pada pengendalian biaya dan peningkatan efisiensi perawatan, sementara
memelihara kualitas perawatan dan kepuasan klien. Benar-benar membentuk cara
manajemen kasus berfungsi.
d) Advokasi klien
Komponen utama dari manajemen kasus adalah advokasi. Advokasi adalah
seseorang yang berbicara atas nama orang atau kelompok lain. Peran sebagai
advokat klien melibatkan pemberian informasi kepada klien dan kemudian
mendukung mereka apapun keputusan yang mereka buat.
e) Koordinasi
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur
program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi
tumpang tindih atau pengulangan.
f) Kolaborasi
Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayan rumah sakit,
puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di
rumah sakit tetapi juga di keluarga dan komunitas pun dapat dilakukan.

8 Peran Keluarga
Peranan keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga. Sehingga peran keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi
dalam situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Setiap anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga
dan juga sebagi anggota masyarakat kelompok sosisal tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anakanak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik,
mental, sosial, dan spiritual (Setiadi, 2008).

Anda mungkin juga menyukai