Anda di halaman 1dari 2

Jangan Terlena Kenikmatan Dunia

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah          


Di Al-Qur’an Alloh nyebatkeun sifat manusa nu cenderung ngagaduhan rasa cinta kanu kanimatan dunia.
‫ث ۗ ٰ َذل َِك‬ ِ ْ‫ض ِة َو ْٱل َخي ِْل ْٱلم َُسوَّ َم ِة َوٱأْل َ ْن ٰ َع ِم َو ْٱل َحر‬ َّ ِ‫ب َو ْٱلف‬ َّ ‫نط َر ِة م َِن‬
ِ ‫ٱلذ َه‬ َ ‫ير ْٱل ُم َق‬ ٰ
ِ ِ‫ِين َو ْٱل َق َنط‬
َ ‫ت م َِن ٱل ِّن َسٓا ِء َو ْٱل َبن‬
ِ ‫اس حُبُّ ٱل َّش َه ٰ َو‬
ِ ‫ُزي َِّن لِل َّن‬
ِ ‫ا‬0ََٔ‫َم ٰ َت ُع ْٱل َح َي ٰو ِة ٱل ُّد ْن َيا ۖ َوٱهَّلل ُ عِ ندَ هُۥ حُسْ نُ ْٱل َمٔـ‬
‫ب‬
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S.Ali Imran: 14).
Kacintaan kanu kanikmatan dunya tangtos teu dilarang karna eta teh mangrupikeun fitrah manusa. Tapi urang
sebagai mukmin kedah nyikapina ku rasa waspada sareng leres ngelolana, serta sing efisien ngagunakeun nikmat
nu tos dipasihkeun ka urang. Sagala kanikmatan nu ku Alloh anugerahkeun kedah disyukuran sareng
dipergunakeun kanggo sarana nyaketkeun diri ka mantenna. Rosulullah nyebatkeun yen manusa sering hilap kanu
syukur nikmat nu dipasihan ku Alloh.
Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda: “Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu
nikmat kesehatan dan kesempatan.”(H.R.al-Bukhari).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketika sehat, manusia lupa betapa pentingnya nikmat kesehatan itu. Saat terbaring lemah, barulah sadar betapa
berharganya nikmat sehat itu. Begitu juga ketika memiliki waktu luang manusia tidak merasakan nikmatnya waktu
tersebut. Hari-harinya kadang hanya dihabiskan untuk berfoya-foya. Saat  semua itu telah hilang dari dirinya,
barulah manusia menyadarai betapa berharganya kenikmatan yang  diberikan. Ketika sudah seperti itu, yang ada
hanyalah penyesalan dan harapan agar kesempatan itu bisa terulang kembali. Tentu saja hal itu mustahil bisa
terjadi, yang sudah berlalu tidak mungkin kembali. Kesehatan dan kesempatan yang Allah berikan seharusnya
dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam upaya melakukan ketaatan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah          
Waktu begitu cepat berlalu. Oleh sebab itu, seyogyanya  hari-hari yang kita lalui selalu terisi dengan aktivitas-
aktivitas yang bermanfaat.  Belum tentu kesempatan yang sama  bisa kita dapatkan di lain waktu. Lagi pula kita
tidak tahu kapan ajal datang menjemput. Maka dari itu, disiplin dalam bekerja dengan tidak menunda-nunda
pekerjaan yang mungkin dilakukan saat ini, merupakan metode yang tepat dalam penggunaan waktu.
Ungkapan Rasulullah “dimana manusia banyak tertipu karenanya” dalam hadits diatas mengisyaratkan bahwa
hanya sedikit manusia yang mampu mempergunakan kedua nikmat itu secara optimal. Maka yang sedikit inilah
termasuk orang yang beruntung. Orang yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik kedua nikmat itu tergolong
orang yang rugi. Dia tertipu dan terlena dengan glamornya kenikmatan dunia yang semu, tanpa menyadari bahwa
kehidupan di dunia hanyalah sementara
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketika fisik masih bugar dan kesempatan masih ada, apapun yang kita inginkan bisa terlaksana dengan baik. Tapi,
perlu diingat bahwa kesehatan dan kesempatan tidak selamanya bisa kita nikmati. Ada kalanya kita ditimpa sakit
yang menyebabkan tersendatnya aktivitas sehari-hari. Ketika sakit menimpa, maka tubuh akan terasa lemah, mata
sulit terpejam, mulut tidak selera makan dan kaki sulit untuk digerakkan kemana saja. Efeknya ibadah tidak bisa
terlaksana secara maksimal. Adakalanya juga kita disibukkan dengan rutinitas yang melelahkan, menghadapi
berbagai problematika kehidupan yang menguras tenaga dan pikiran.
Selama nikmat kesehatan dan kesempatan masih kita rasakan, maka selama itu pulalah hendaknya kita habiskan
untuk mengabdi kepada Allah.  Itulah waktu yang tepat untuk mempersiapkan amal sebanyak-banyaknya sebagai
bekal perjalanan menuju alam keabadian. Dunia merupakan ladang untuk bercocok tanam yang hasil panennya
akan diperoleh kelak di akhirat. Jangan sampai kesempatan yang kita miliki terlewatkan dengan sia-sia, agar tidak
menyesal di kemudian hari, karena penyesalan pasti selalu datang di akhir.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Manusia yang terlena dengan kenikmatan dunia, akan selalu mengejar dunia dengan berbagai cara. Orientasi
hidupnya hanyalah untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Hawa nafsu diperturutkan tanpa menyadari
bahwa segala kenikmatan itu hanyalah titipan sementara waktu, yang mesti dipelihara sebaik mungkin. Semakin
dia mengejar dunia, semakin menjauhkannya dari cahaya ilahi. Ibarat minum air laut, semakin banyak diminum,
akan semakin membaut dahaga. Kesibukannya mengurus harta melalaikannya dari mengingat Allah dan
mensyukuri segala nikmat yang diberikan kepadanya.
Sebaliknya hamba Allah yang saleh, akan memanfaatkan segala kenikmatan dunia sebagai alat untuk
memudahkannya menuju alam akhirat. Kemewahan dunia yang dimiliki tidak menyebabkannya terlena dan
terpedaya dengan bujuk rayu setan. Seluruh waktunya didedikasikan untuk beramal sebanyak-banyaknya. Semakin
bertambah kenikmatan yang diberikan, semakin besar pula rasa syukurnya kepada Allah. Tiada hari yang dilalui
tanpa bermunajat dan bersyukur kepada Allah atas segala limpahan karunia yang diberikan kepadanya.
BAROKALLOH,,
Di akhirat kelak seluruh kenikmatan itu akan dimintai pertanggung jawaban. Ketika dikumpulkan di padang
mahsyar, setiap manusia akan diinterogasi terhadap apa saja yang telah dikerjakannya di dunia, selama
kesempatan hidup Allah berikan kepadanya. Amal perbuatan semuanya akan diperlihatkan, tidak ada yang bisa
mengelak dan berbobong dihadapan Allah. Baru setelah itu diputuskan ketempat manakah ia akan tinggal; di surga
yang penuh kenikmatan atau neraka yang penuh siksaan. Semua tergantung pada amal perbuatannya masing-
masing.

Anda mungkin juga menyukai