Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

IMUNISASI

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2017, diperkirakan 19,9
juta bayi di seluruh dunia tidak tercapai dengan layanan imunisasi rutin seperti 3 dosis
vaksin DTP. Sekitar 60% dari anak-anak ini tinggal di 10 negara termasuk Indonesia.
Pemantauan data di tingkat daerah sangat penting untuk membantu negara
memprioritaskan dan menyesuaikan strategi vaksinasi dan rencana operasional untuk
mengatasi kesenjangan imunisasi dan menjangkau setiap orang dengan vaksin yang
menyelamatkan jiwa.
Upaya untuk mencapai tujuan berbagai program dengan berbasis Primary Health
Care telah dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Beberapa indikator
yang digunakan WHO untuk mengukur tingkat keberhasilan program program tersebut,
antara lain Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Harapan Hidup (life ecpectancy). Indikator kesehatan
dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yang merupakan goals ketiga
yaitu jaminan kesehatan dan promosi kesehatan bagi semua umur (Kemenkes RI,
2015).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun program sebagai usaha
yang dilakukan untuk menekan penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
pada anak antara lain Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak sejak tahun
1956. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk
terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang
dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia
subur, dan ibu hamil. Setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap
yang terdiri dari satu dosis HB0, satu dosis BCG, tiga dosis DPT-HB-Hib, empat dosis
polio, dan satu dosis campak (Kemenkes RI, 2009).
Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa 32,9% bayi di Indonesia
tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan 9,2% bayi tidak melakukan imunisasi
meningkat dari tahun 2013 yaitu 32,1% (Balitbangkes, 2019). Target cakupan
imunisasi di DIY adalah 95% dan telah terpenuhi untuk wilayah DIY. Hasil laporan
menunjukkan bahwa cakupan imunisasi tahun 2014 sudah memenuhi semua target
karena sudah berada di atas angka 95%.
Pada Tanggal 02-Juni-2021 saat dilakukan pengkajian kepada bidan desa,
didapatkan hasil pengkajian bahwa masyarakat koto malintang sebagian tidak
melakukan imunisasi kepada anaknya karena merasa takut pada masa pandemic covid
19. Konsep kesalahan persepsi saat masa pandemic membuat masyarakat koto
malintang masih banyak yang belum mengetahui pentingnya imunisasi pada anak, dan
terdapat 3 wilaya binaan puskesmas pekan kamis di koto malintang untuk diadakan
posyandu.
Akibat jika anak tidak mendapatkan imunisasi, anak akan berisiko terkena
penyakit-penyakit seperti Hepatitis B, TBC, Polio, DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) dan
Campak, parahnya lagi penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian pada anak.
Sistem kekebalan tubuh pada anak yang tidak mendapat imunisasi tidak sekuat anak
yang diberi imunisasi, tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk ke tubuh
sehingga tidak bisa melawannya, ini membuat anak rentan terhadap penyakit. Jika anak
yang tidak diimunisasi ini menderita sakit, ia juga dapat menularkannya ke orang
sekitarnya sehingga juga membahayakan orang lain.
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan ibu dan keluarga mampu
mengerti dan memahami tentang imunisasi.
C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit ibu dan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian imunisasi
2. Menjelaskan tujuan imunisasi
3. Menjelaskan manfaat imunisasi
4. Menjelaskan macam-macam imunisasi
5. Menjelaskan jenis imunisasi
6. Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi
7. Menjelaskan penyakit yang bisa terhindar dari imunisasi
8. Menjelaskan efek samping imunisasi dasar lengkap
D. Sasaran
Ibu yang memilik anak di Koto Malintang
E. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat penyuluhan adalah sebagai berikut:
Waktu : 07-Juni- 2021
Pukul : 08.00-09.00
Tempat : Koto Malintang

F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Video

G. MEDIA
1. Leaflet
2. PPT
3. Laptop
4. Infokus
H. Kriteria Evaluasi

a. Struktural
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Koto Malintang
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1 hari sebelumnya
(Satuan Acara Penyuluhan)
4) Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai
b. Proses
1) Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan
2) Peserta bertanya tentang materi penyuluhan
3) Peserta antusis mengikuti rangkaian kegiatan sampai selesai
4) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
c. Hasil
1. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti dan
memahami tentang:
a) Menjelaskan pengertian imunisasi
b) Menjelaskan tujuan imunisasi
c) Menjelaskan manfaat imunisasi
d) Menjelaskan macam-macam imunisasi
e) Menjelaskan jenis imunisasi
f) Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi
g) Menjelaskan penyakit yang bisa terhindar dari imunisasi
h) Menjelaskan efek samping imunisasi dasar lengkap
2. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta dapat mengikuti
imunsasi dengan teratur sesuai jadwal imunisasi
I. Kegiatan Penyuluhan

No Tahapan Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta


1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Menjelaskan maksud dan 3. Mendengarkan dan
tujuan penyuluhan memperhatikan
4. Membuat kontrak waktu 4. Meyetujui kontrak
waktu
5. Menggali pengetahuan 5. Mengutarakan
audiens tentang imunisasi pengetahuan tentang
imunisasi
6. Memberikan apresiasi 6. Mendengarkan
kepada audiens yang
telah menjawab
pertanyaan
2. Pelaksanaan 10 menit Menjelaskan tentang: Mendengarkan dan
a. Pen memperhatikan
a. Penyajian
gertian imunisasi penjelasan penyuluh
b. Tuju
an imunisasi
c. Mac
a-macam imunisasi
dan efek samping
b. Diskusi 5 menit a. 1.Menanyakan materi
kesempatan audiens yang belum di mengerti
untuk bertanya 2. Mendengrkan
tentang materi 3.Mendengarkan dan
penyuluhan yang memperhatikan
belum di mengerti
b.
kepada audiens yang
bertanya
c.
yang diajukan oleh
audiens
c. Kesimpulan 5 menit Memberikan kesempatan Mendengarkan
pembimbing institusi
untuk memberikan
masukan tentang
penyuluhan
d. Evaluasi 5 menit 1. Memberika 1. Menjawab pertanyaan
n pertanyaan kepada yang diberikan
audiens tentang apa penyuluh
yang sudah dijelaskan
2. Memberika 2. Mendengarkan
n apresiasi kepada
audiens yang telah
mampu mejawab
pertanyaan
3. Penutup 5 1. Menyimpulkan materi 1. Mendengarkan
penyuluhan kepada 2. Menjawab salam
audiens tentang apa
yang sudah dijelaskan
2. Menutup penyuluhan
dengan mengucapkan
terima kasih dan salam
3. Memberikan absen
peserta
4. Membagikan leaflet
J. Setting Tempat
FASILITATOR
MODERATOR
PESERTA
PENYULUHAN

PENYAJI
OBSERVER
Tugas dari Organisasi :
1. Moderator
Tugas :
a. Membuka acara penyuluhan
b. Memimpin jalannya diskusi
c. Membuat susunan acara
2. Penyaji
Tugas :
a. Menyiapkan proposal kegiatan penyuluhan
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan penyuluhan sebelum kegiatan
dimulai
c. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam penyuluhan
d. Mampu memimpin kegiatan penyuluhan dengan baik dan tertib
e. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam penyuluhan
f. Menguasi materi penyuluhan
3. Observasi
Tugas :
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan
c. Membuat laporan observasi penyuluhan
4. Fasilitator
Tugas :
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
b. Memotivasi klien yang kurang aktif
c. Membantu leader memfasilitasi anggota penyuluhan
K. Evaluasi
1. 80% ibu dan keluarga memahami tentang pengertian imunisasi
2. 80% ibu dan keluarga dapat memahami tentang manfaat imunisasi
3. 80 % ibu dan keluarga dapat menjelaskan tujuan imunisasi
4. 80 % ibu dan keluarga dapat mengetahui macam – macam imunisasi
5. 80 % ibu dan keluarga dapat mengetahui jenis – jenis imunisasi
LAMPIRAN MATERI

IMUNISASI

A. Pengertian
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya
vaksin BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).
B. Tujuan Imunisasi
imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit
tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan
tuberkulosis.
C. Manfaat Imunisasi
1) Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian
2) Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan
bila anak sakit
3) Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
D. Macam-Macam Imunisasi
1. Imunisasi aktif
Adalah dimana tubuh akan membuat sendiri kekebalan terhadap penyakit setelah
suntikan antigen (bahan yang dapat menimbulkan kekebalan) dan dapat bertahan
selama bertahun-tahun.
2. Imunisasi pasif
Adalah dimana tubuh tidak membuat sendiri kekebalan terhadap penyakit tetapi
mendapatkan dari orang lain. Misalnya kolostrum (ASI yang pertama keluar
berwarna kekuning-kuningan) yang diberikan oleh ibu pada bayi yang dapat
melindungi bayi dari diare dan penyakit infeksi lainnya.
E. Jenis Imunisasi
2. Imunisasi BCG (Bacillis Calmette Guerin)
BCG adalah vaksin yang hidup di buat dari Mycobacterium bovis yang
dibiakkan selama 1-3 tahun sehingga didpatkan hasil yang tidak virulen yang
tidak dapat menimbulkan viru penyakit tetapi masih mempunyai imunogenitas.
Vaksinasi BCG menimbulkan sensivitas terhadap tuberculin.
a. Gejala umum yang muncul
pada penderita TBC:
3. Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas
4. Nafsu makan berkurang
5. Demam lama atau berkurang
6. Pembesaran kelenjar
7. Batuk lebih dari 3 minggu
8. Kontak erat penderita TBC dewasa
b. Cara pemberian BCC
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan ketika bayi baru
lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan.Hasil
yang memuaskan terlihat apabila diberikan menjelang umur 2
bulan.Imunisasi BCG cukup diberikan hanya satu kali saja.Pada anak yang
berumur lebih dari 2 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji mantoux
sebelum imunisasi BCG. Gunanya untuk mengetahui apabila ia telah
terjangkit penyakit TBC. Seandainya hasil uji mantoux positif, maka anak
tidak mendapatkan imunisasi BCG. Dosis BCG yang diberikan untuk bayi
kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml. imunisasi diberikan intrakutan di daerah
inserti muskulus deltoideus kanan. BCG ulang tidak dianjurkan karena
manfaatnya diragukan, mengingat:
1) Efektivitas perlindungan rata-rata hanya sekitar 40%.
2) 70% kasus tuberculosisi berat (meningitis) ternyata mempunyai parut
BCG.
3) Kasus dewasa dengan BTA dahak (Basil Tahan Asam) positif di
Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun telah mendapatkan BCG
pada masa kanak-kanak.
c. Kekebalan
Jaminan imunisasi tidaklah mutlak 100% bahwa anak akan terhindar
sama sekali dari penyakit TBC. Seandainya bayi yang telah mendapatkan
imunisasi terjangkit juga penyakit TBC, maka ia akan menderita penyakit
TBC dalam bentuk yang ringan, dan akan terhindar dari kemungkinan
mendapat TBC yang berat, seperti TBC paru yang parah, TBC tulang atau
TBC selaput otak yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup dan
membahayakan jiwa anak anda.
d. Reaksi Imunisasi BCG
Penyuntikan BCG secara intraderma yang benar akan menimbulkan
luka local yang superficial 3 minggu setelah penyuntikan. Luka yang
biasanya tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan
parut bulat dalam diameter 4-8 mm. Biasanya setelah suntikan BCG bayi
akan menderita demam. Bila ia demam setelah imunisasi BCG umumnya
disebabkan oleh keadaan lain. Untuk hal ini dianjurkan agar segera
berkonsultasi dengan dokter.
e. Efek Samping Pemberian BCG
Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai efek
samping.Mungkin terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat
yang terbatas dan biasanya menyembuhkan sendiri walau lambat.Bila
suntikan BCG dilakukan dilengan atas, pembengkakan kelenjar terdapat di
ketiak (Limfadenitis supuratif di aksila) atau di Leher bagian bawah itupun
kadang-kadang dijumpai.Apabila limfadenitis melekat pada kulit atau
timbul luka/nanah maka dapat dibersihkan (dilakukan drainage) dan
diberikan obat anti tuberkulosisi oral.Pemberian obat anti tuberculosis
sistemik tidak efektif.Suntukan dipaha dapat menimbulkan kelenjar ini
biasanya disebabkan karena teknik penyuntikan yang kurang tepat, yaitu
penyuntikan terlalu dalam
f. Kontra Indikasi BCG
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada
anak yang berpenyakit TBC akan menunjukkan uji Mantoux positif, atau
dengan ada reaksi seperti:
1) Reaksi uji tuberculosis > 5 mm
2) Menderita infeksi HIV atau dengan resiko tinggi infeksi HIV
3) Anak menderita gizi buruk
4) Sedang menderita demam tinggi
5) Menderita infeksi kulit yang luas
6) Pernah sakit tuberkulosis
7) Kehamilan
2. Hepatitis B
Penyakit hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B
pada anak sering menimbulkan gejala minimal bahkan sering terjadi sub-klinik,
namun sering menyebabkan hepatitis yang kronik, yang dalam kurun waktu 10-20
tahun dapat sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga dapat berkembang
menjadi bentuk fulminan, dengan angka kematian tinggi
a. Tanda dan gejala orang yang terkena Hepatitis B antara lain :
1) Panas
2) Mual muntah
3) Nafsu makan berkurang
4) Sakit perut
5) Mata kuning
6) Kencing kuning
b. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan mencegah kontak virus, baik terhadap
pengidap, donor darah (skrining), organ tubuh bahan transplantasi, maupun
alat-alatkedokteran.Dapat pula dengan pemberian kekebalan melalui imunisasi
pasif maupun aktif.
c. Dosis
Dosis maksimal 0,5 ml, intramuscular, harus diberikan dalam jangka waktu
24 jam, diulang 1 bulan kemudian.
d. Cara Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Pemberian imunisasi hepatitis B yaitu imunisasi dasar 4 kali dengan masa
antara suntikan satu ke suntikan ke dua 1 bulan, suntikan ke dua ke suntikan
ketiga dan ke empat 5 bulan.
e. Kekebalan
Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, berkisar antara 94-96%
f. Reaksi Imunisasi Hepatitis B
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan,
yaitu mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan.
Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin
terjadi ialah demam ringan.
g. Efek Samping
Efek samping yang terjadi pada umumnya ringan, berupa nyeri, bengkak,
panas mual nyeri sendi maupun otot.
h. Kontra Indikasi Hepatitis B
Sampai saat ini masih belum dipastikan adanya kontra indikasi absolute
terhadap pemberian imunisasi hepatitis B. imunisasi tidak dapat diberikan
kepada anak yang menderita sakit keras.
3. DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)
a. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin mediated diseases dan
disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphateriae. Nama kuman ini berasal
dari Yunani Dipthera yang berarti Leather hide. Penyakit ini disebutkan
pertama kali oleh Hypocrates pada abad ke 5 SM dan epidemic pertama
dikenal pada abad ke 6 oleh Aetius.Bakteri ini ditemukan pertama kali pada
membrane penderita difteri tahun 1883 oleh klebs.Antitoksin ditemukan
pertama kali pada akhir abad ke 19 sedang toksin dibuat sekitar tahun
1920.Difteri adalah suatu hasil gram positif.Produksi toksin terjadi hanya bila
kuman tersebut mengalami lisogenisasi oleh bakteriofag yang mengandung
informase genetic toksin.
b. Pertusis
Partusis atau batuk rejan/ batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut yang
disebabakan oleh bakteri Borditella Pertussis. Ledakan kasus pertusis pertama
kali terjadi sekitar abad 16, menurut laporan Guillaume De Bailluo pada tahun
1578 di Paris dan kuman itu sendiri baru dapat diisolasi pada tahun 1906 oleh
Jules Bordet dan Octave Gengoy. Sebelum ditemukannya vaksin pertusis,
penyakit ini merupakan penyakit tersering yang menyerang anak-anak dan
merupakan penyebab utama kematian.
c. Tetanus
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang sering bersifat fatal yang
disebabkan oleh eksotoksin produksi kuman Clostridium tetani.
d. Cara Pemberian Imunisasi DPT
Pemberian imunisasi DPT yaitu imunisasi dasar 2-11 bulan, dosis 0,5 cc
imunisasi dimulai pada usia 2 bulan, imunisasi dasar harus diberikan sebanyak
3 kali pemberian dengan interval 8 minggu, minimal 4 minggu. Cara
penyuntikan intramuskuler atau subkutan dalam dibagian luar paha
e. Kekebalan
Daya proteksi vaksin difteri cukup baik, yaitu sebesar 80-95%, dan daya
proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90-95%.Sedangkan daya
proteksi vaksin pertusis masih rendah, yaitu 50-60%.
f. Reaksi Imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan
rasa nyeri ditempat suntikan selama satu sampai dua hari.
g. Efek Samping
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti
demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusis.Bila
hanya diberikan DT (Difteri dan Tetanus) tidak menimbulkan akibat efek
samping demikan.
h. Kontra Indikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan
anak yang menderita kejang, demam komplek.Juga tidak boleh diberikan
kepada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan
dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan.Bila ada suntikan
DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan
diberikan lagi melainkan DT saja (tanpa P).Sakit batuk, pilek, demam atau
diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak,
sedangkan anak anda sedang menderita sakit ringan.
4. Polio
Kata Polio (abu-abu) dan Myelon (sumsum), berasal dari bahasa latin yang
berarti Medulla Spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis pada
medulla spinalis yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan.Poliomyelitis adalah
penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus polio. Polio adalah penyakit
menular yang sifatnya mendadak / cepat disebabkan oleh virus polio yang
menyebabkan kerusakan saraf otak yang mengakibatkan kelumpuhan ( lumpuh
layu) dan mengecilkan otot.
a. Kriteria diagnostik yang memperlihatkan gejala Polio diantaranya :
1) Silent : tidak ada gejala ( 90 – 95 % )
2) Abortif : Bila ada epidema atau kontak dengan penderita Polio ( 4 – 8 % )
a) Demam
b) Sakit kepala
c) Lemah
d) Nyeri menelan
e) Mual muntah
f) Batuk pilek
3) Non Paralitik ( 4 – 8 % )
Adanya tanda – tanda diatas, nyeri dan kaku pada otot – otot leher bagian
belakang, badan dan anggota badan.
4) Paralitik ( 1 – 2 % )
a) Kelemahan / paralisys otot leher, abdomen, tubuh, dada dan anggota
badan bagian bawah.
b) Refleks menurun /menghilang
c) Bila disertai delirium, kesadaran menurun, tremor dan kejang.
b. Etiologi
Virus polio termasuk dalam kelompok (sub-grup) enteri virus, famili
Picomaviridae. Dikenal 3 macam serotype virus polio yaitu P1, P2 dan P3.
virus ini menjadi tidak aktif apabila terkena panas, formal dehid, klorin dan
sinar ultraviolet.
c. Cara Pemberian Vaksin Polio
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari,
dan selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersama dengan BCG. Vaksin Hepatitis B, dan DPT. Bagi bayi yang sedang
menetek maka ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh
terhadap vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan DPT.
Dosis 1 diberikan saat anak berusia 0-2 bulan
d. Kekebalan
Daya proteksi vaksin polio sangat baik, yaitu sebesar 96-100%.
e. Reaksi Imunisasi Polio
Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdapat bercak-bercak ringan.
f. Efek Samping
Pada kasus polio hampir tidak ada efek samping.Bila ada, mungkin berupa
kelumpuhan anggota gerak seperti pada penyakit polio sebenarnya
g. Kontra Indikasi Polio
1) Penyakit akut atau demam (Temp >38 C), imunisasi harus ditunda.
2) Muntah atau diare berat, imunisasi ditunda.
3) Sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau suntikan, juga pengobatan
radiasi umum (termasuk kontak pasien).
4) Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan system
retikuloendotelial (seperti limfoma, leukeumia dan penyakit Hodgkin) dan
anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misalnya pada hipo-
gamaglobulinemia.
5) Menderita infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak.
5. Campak
Istilah asing untuk penyakit campak ialah morbilli (latin) measles (Inggris).
Penyakit ini sangat mudah menular, kuman penyebabnya adalah sejenis virus yang
termasuk kedalam golonggan paramiksovirus. Gejala yang khas pada campak
adalah timbulnya bercak-bercak merah di kulit (eksantem) 3-5 hari setelah anak
menderita demam, batuk atau pilek.Komplikasi campak yang berbahaya adalah
radang otak, (esenfalitis atau ensefalopati), radang paru-paru radang saluran kemih
dan menurunnya keadaan gizi anak.
a. Vaksin campak dibagi 2 bagian yaitu:
1) Vaksin yang berasal dari virus campak, yang hidup dan dilemahkan (tipe
Endomonston B).
2) Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (Virus campak
yang berbeda dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
aluminium)
b. Cara Pemberian Imunisasi Campak
Bayi baru lahir biasanya telah mendapatkan kekebalan pasif terhadap
penyakit campak dari ibunya ketika ia dalam kandungan. Makin berlanjut umur
bayi, maka makin berkurang kekebalan pasif. Dengan adanya kekebalan pasif
inilah jarang seorang bayi menderita campak pada umur 6 bulan. imunisasi
campak cukup dilakukan hanya 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan,
lebih baik lagi setelah ia berumur lebih dari1 tahun. Karena kekebalan yang
diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan revaksinasi
(imunisasi ulang).
c. Dosis dan cara pemberiannya adalah :
1) Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1000 TCID 50 atau sebanyak 0,5 ml.
2) Untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID 50 saja mungkin sudah
dapat memberikan hasil yang baik.
3) Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat
diberikan secara intra muscular.
Perhatian untuk suntikan subkutan :
 Arah jarum 45 º terhadap kulit
 Cubit tebal untuk suntikan subkutan
 Aspirasi spuit sebelum vaksin disuntikan
 Untuk suntikan multiple diberikan pada bagian ekstremitas yang
berbeda.
d. Kekebalan
Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%. Menurut
penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur hidup, sama
langgengnya dengan kekebalan yang diperoleh bila anak terjangkit campak
secara alamiah.

e. Reaksi Imunisasi Campak


Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam
lebih dari 39 º C selama + 2 hari dan tampak sedikit bercak merah pada pipi
dibawah telinga pada hari ke-7–8 setelah penyuntikan. Mungkin pula terdapat
pembengkakan pada tempat suntikan.
f. Efek Samping
Sangat jarang, mungkin terjadi kejang yang ringan dan tidak berbahaya
pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang otak
berupa ensefalopati dalam waktu 30 hari setelah imunisasi
g. Kontra Indikasi Campak
Kontra indikasi hanya berlaku terhadap anak yang sakit parah, yang
menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang menderita kurang gizi dalam
derajat berat pada anak yang pernah menderita kejang, anak dengan alergi
berat, anak dengan demam akut dan anak yang mendapat vaksin hidup lain
h. Kondisi anak yang tidak boleh diberi Imunisasi :
1) Sakit berat dan akut : demam tinggi
2) Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik
3) Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenza.
4) Bila anak menderita gangguan system imun berat ( sedang menjalani terapi
steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup ( Polio oral,
MMR, BCG, Cacar Air )
F. Jadwal Pemberian Imunisasi

Umur Vaksin Keterangan


Saat lahir Hepatitis B-1  HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila
status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam
setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan
vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak
diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya
diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat
diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio -0  Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi
yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi
dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus
vaksin kepada bayi lain)
1 bulan Hepatitis B -2  Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan
HB-2 adalah 1 bulan
0 -2 bln BCG  BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan
uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan
apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan DTP -1  DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu,
dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1
diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

Hib-1  Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2


bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-1.
Polio -1  Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bln DTP -2  DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara


terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).

Hib-2  Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan


dengan DTP-2
Polio -2  Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
6 bln Dtp -3  DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan
dengan Hib-3 (PRP-T).
Hib -3  Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur
6 bulan tidak perlu diberikan
Polio -3  Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
Hepatitis  HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan
B-3 respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3
minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bln Campak -1  Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2
merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6
tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur
15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
15 – 18 MMR  Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan
bulan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur
12 bulan.
Hib - 4  Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-
OMP).
18 bulan DTP -4  DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah
DTP-3.
Polio -4  Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.
2 thn Hepatitis A  Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun,
diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2 – 3 Tifoid  Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan


thn untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida
injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 thn DTP – 5  DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
Polio - 5  Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.
6 thn MMR  Diberikan untuk catch-up immunization pada anak
yang belum mendapatkan MMR-1.
10 thn dT/TT  Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT)
diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25
tahun.
Varisela  Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun

G. Penyakit yang bisa terhindar dari imunisasi


1. Imunisasi BCG: ditujukan untuk
memberikan kekebalan bayi terhadap bakteri tuberkolosis (TBC)
2. Imunisasi DPT: memberikan
kekebalan bagi bayi terhadap penyakit Dipteri, Pertusis (batuk rejan) dan tetanus.
3. Imunisasi Polio: memberikan
kekebalan bagi bayi terhadap penyakit polio (kelumpuhan )
4. Imunisasi hepatitis B: memberikan
kekebalan terhadap hepatitis
5. Imunisasi campak: memberikan
kekebalan terhadap penyakit campak
6. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid): upaya
membangun kekebalan tubuh untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus. Tetanus
berisiko terjadi pada bayi baru lahir sehingga imunisasi ini diberikan pada ibu
hamil sebagai bentuk pencegahannya. Imunisasi TT selain mencegah terjadinya
infeksi tetanus pada bayi baru lahir juga melindungi ibu terhadap terjadinya
infeksi ini, mengingat pada proses persalinan terjadi perlukaan baik dari pihak ibu
maupun bayi
H. Efek samping Imunisasi Dasar Lengkap :
Imunisasi dasar lengkap, sebagian memiliki efek samping diantaranya :
1. Hb-0
Reaksi : Nyeri pada daerah suntikan dan timbul kemerahan dan biasanya tidak
diserta dengan demam.
Pengobatan : Kompres dingin pada area suntik.
2. BCG
Reaksi : Bengkak, kemerahan pada lokasi suntikan dan timbul bekas luka
Pengobatan : Dibiarkan saja sampai 7 hari kering.
3. Polio
Reaksi : Tidak ada efek samping
4. Pentabio (DPT-HB-Hib)
Reaksi : Demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2
hari
Pengobatan : Kompres dingin pada area suntik, dan obat penurun panas
5. Campak
Reaksi : Biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan
sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah
penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat penyuntikan
Pengobatan : Kompres dingin pada area suntik, dan obat penurun panas

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. (2012). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan dan JICA (Japan International Coorporation Agency)

Nakita. 2006. Panduan Imunisasi. Jakarta: Sarana Kinasih Satya Sejati.

Probandari,A.N, Handayani, S dan Laksono, N.J.D.W. (2013). Keterampilan Imunisasi.


Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai