Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

R UMUR 31 TAHUN G1P1A0

HAMIL 39 MINGGU PERSALINAN KALA 1 FISIOLOGIS

DI PMB Bd. Hj. Sulawati Rahayu., Am.Keb.S.K.M

OLEH :

Amelia Putri
1802277001

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga saya mahasiswi STIKes Muhammadiyah Ciamis
dapat menyelesaikan praktik klinik kebidanan (PKK) III sampai dengan penyusunan
laporan yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Ny. S umur 24 Tahun G 1P1A0 di
PMB Bd. Hj Sulawati Rahayu.,Am.Keb.S.K.M Laporan ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas praktik klinik kebidanan (PKK) III sebagai bentuk pertanggung
jawaban kegiatan praktik klinik kebidanan (PKK) III yang telah dilaksanakan.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Drs. H. Jamjam Erawan, selaku Ketua Badan Pembina Harian STIKes
Muhammadiyah Ciamis
2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes. Selaku ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis
3. Neli Sunarni, S.ST., M.Keb. Selaku Ketua Program Studi D III kebidanan.
4. Hani Septiani, SST., M.Tr.Keb. Selaku Pembimbing saya yang telah
mengarahkan dan membimbing saya dalam melaksanakan praktik klinik
kebidanan (PKK) 3
5. Bd. Hj Sulawati Rahayu.,Am.Keb.S.K.M Selaku pembimbing lahan praktik
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doanya.
7. Teman-teman kebidanan angkatan 15 yang sama-sama berjuang dalam
mengerjakan laporan praktik klinik kebidanan (PKK) III.

ii
Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan
oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
dimanfaatkan bagi pembaca umum dan Mahasiswi Program Studi Kebidanan
khususnya.

Lakbok ,5 April 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PENGANTAR..................................................................................ii

KATA PERSETUJUAN.......................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................................3
D. Manfaat .......................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

A. Konsep Dasar Persalinan................................................................................5


B. Manajemen Asuhan Kebidanan......................................................................6

BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................33

KALA I

A. Data Subjektif.............................................................................................30
B. Data Objektif..............................................................................................30
C. Assesment..................................................................................................31
D. Planning......................................................................................................32

KALA II

A. Data Subjektif.............................................................................................33
B. Data Objektif..............................................................................................33
C. Assesment...................................................................................................33
D. Planning .....................................................................................................33

iv
KALA III

A. Data Subjektif.............................................................................................33
B. Data Objektif..............................................................................................33
C. Assesment...................................................................................................34
D. Planning......................................................................................................34

KALA IV

A. Data Subjektif.............................................................................................34
B. Data objektif...............................................................................................34
C. Assessment.................................................................................................34
D. Planning .....................................................................................................34

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................36

A. Pemaparan hasil..........................................................................................36

BAB VII PENUTUP.............................................................................................40

A. Simpulan.......................................................................................................40
B. Saran.............................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42

LAMPIRAN..........................................................................................................43

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO, 2014) Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. Angka kematian ibu di dunia sangat tinggi, tercatat sebanyak 800
perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran
anak. Pada tahun 2013 lebih dari 289.000 perempuan meningal selama dan
setelah kehamilan dan persalinan [1].
Beberapa negara berkembang AKI yang cukup tinggi diantaranya di
Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara sebanyak
16.000 jiwa. AKI di negara-negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia
sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup [2].
Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF, 2015), AKI yang
telah dipublikasikan untuk kawasan Association of South east Asian Nations
(ASEAN) diantaranya Myanmar mencapai 178 per 100.000 Kelahiran Hidup,
Indonesia 126 per 10.000 Kelahiran Hidup, Malaysia 6 per 100.000 Kelahiran
Hidup, Thailand 20 per 100.000 Kelahiran Hidup, dan Singapura 10 per
100.000 Kelahiran Hidup [2].
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan (2017) di negara Indonesia
menunjukkan angka kematian ibu saat melahirkan turun dari 4.999 kasus pada
2015 menjadi 4.912 kasus pada 2016. Sementara hingga pertengahan tahun
2017 terjadi 1.712 kasus kematian ibu saat proses persalinan [3].
Hasil dari survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015,
AKI yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup yang mengalami penurunan dari
tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKB sendiri menurut
survei penduduk antar sensus (SUPAS) pada tahun 2015 yaitu 305 per
100.000 kelahiran hidup [4]. Dari AKI yang turun ini bisa dilihat yang berarti
sudah melampaui target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RJPMN) 2015-2019 sebesar 306 per 100.000 kelahiran hidup [5].

1
Faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu ini diantaranya adalah
pendarahan 60-70%, pre-eklamsia dan eklamsia 10-20%, dan infeksi 10-20%.
Infeksi pada kehamilan 23% dapat disebabkan oleh kejadian ketuban pecah
dini.
Menurut dinas kesehatan provinsi Jawa barat pada tahun 2012, AKI
mencapai 259/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB mencapai
35.000/1000 kelahiran hidup ( badan pusat statistic ). Dan pada tahun 2013
AKI sekitar 781 kasus pada tahun 2014 turun menjadi 747 kasus. Sementara
untuk AKB pada tahun 2013 sebanyak 4.306 kasus pada 2014 . AKB 2017
24/1000.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
ditarik perumusan masalah dalam pelaporan tugas akhir ini adalah
“Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S umur 24 Tahun
G1P1A0 di PMB Bd. Hj Sulawati Rahayu.,Am.Keb.S.K.M.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S umur 24 Tahun G 1P1A0 di
PMB Bd. Hj Sulawati Rahayu.,Am.Keb.S.K.M. Dengan metode
manajemen asuhan 7 langkah Varney dan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengumpulkan data dasar dalam Asuhan Kebidanan Pada Ny. S
umur 24 Tahun G1P0A0 di PMB Bd. Hj Sulawati
Rahayu.,Am.Keb.S.K.M. Dapat menginterpretasi data dasar dalam
Asuhan Kebidanan Pada Ny. S umur 24 Tahun G 1P0A0 di PMB Bd. Hj
Sulawati Rahayu.,Am.Keb.S.K.M.
b. Dapat mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial pada Asuhan
Kebidanan Pada Ny. S umur 24 Tahun G1P0A0 di PMB Bd. Hj Sulawati
Rahayu.,Am.Keb.S.K.M. Dapat menetapkan kebutuhan pada tindakan

2
segera dalam Asuhan Kebidanan Pada Ny. S umur 24 Tahun G1P0A0 di
PMB Hj Sulawati Rahayu.,Am.Keb.S.K.M.
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dalam Asuhan
Kebidanan Pada Ny. S umur 24 Tahun G1P0A0 di PMB Bd.Hj Sulawati
Rahayu.,Am.Keb.S.K.M. Dapat melakukan rencana asuhan langsung
dengan efisien dan aman yang telah diberikan dalam Asuhan Kebidanan
Pada Ny. S umur 24 Tahun G1P0A0 di PMB Bd.Hj Sulawati Rahayu
Am.keb.S.K.M.
d. Dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan dalam Asuhan
Kebidanan Pada Ny. S umur 24 Tahun G1P0A0 di PMB Bd.Hj. Sulawati
Rahayu Am.Keb. S.K.M.

D. Manfaat.
1. Manfaat Teoritis.
Diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang
kebidanan, khususnya tentang Asuhan Kebidanan.
2. Manfaat Praktis.
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi sehingga dapat
memeberikan wawasan yang luas mengenai masalah pada persalinan.
a. Bagi PMB Bd.Hj Sulawati Rahayu Am.Keb.S.K.M.
Diharapkan dapat berguna sebagai bahan perencanaan dan evaluasi
bagi ibu bersalin.
b. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan serta acuan bagi mahasiswi
khususnya bagi Prodi D3 Kebidanan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan pada Ibu Bersalin.

3
c. Bagi Klien
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada klien agar dapat
lebih memahami dan mengetahui mengenai kasus Persalinan sesuai
dengan asuhan-asuhan yang telah diberikan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
hamil, masa bersalin, masa nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga
berencana [10].
2. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
Asuhan ini diberikan kepada ibu bersalin. Bidan melakukan observasi
pada ibu bersalin pada Kala I, II, III, dan IV. Tujuan pemberian asuhan
kebidanan ibu bersalin yakni:
a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan
bayinya dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri, dan
proses kelahiran bayi.
b. Mendeteksi dan melaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun
obstetric selama kehamilan.
c. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan
menghadapi komplikasi.
d. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui sesuai dengan sukses,
menjakalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik,
psikologis, dan sosial.

5
B. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang
dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap
demikian selma proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam
presentasi belakang kepada dalam usia kehamilan 37-42 minggu
lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi
sehat [11].
Menurut Rohani (2011) persalinan adalah suatu proses yang
dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya
dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta,
dan proses tersebut merupakan proses alamiah [11].
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2012) persalinan adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup diluar uterus
melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan
spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa
melalui alat-alat atau pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu
dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
[11].
2. Jenis Persalinan
Menurut Prawihardjo (2010), ada beberapa jenis pesalinan, yaitu:
a. Persalinan spontan, jika persalinan berlangsung dengan kekuatan
ibunya sendiri dan berlangsung melalui jalan lahir.
b. Persalinan bantuan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan
tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps/ dilakukan
dengan operasi sectio caesarea.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya dengan
pemberian pitocin dan prostaglandin [11].
Istilah-istilah yang berkaitan dengan persalinan berdasarkan tuanya
umur kehamilan dan berat badan bayi [12] :

6
a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau
bayi dengann berat badan kurang dari 500 gram.
b. Partus Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22-28 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 500-999 gram.
c. Partus Premature
Pengeluaran buah kehamilan antara 28-37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000-2499 gram.
d. Partus Maturus atau Aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37-42 minggu atau bayi
dengan berat badan antar 2500 gram ata lebih.
e. Partus Postmaturus atau Serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 minggu.
3. Teori-teori Penyebab Persalinan
a. Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang
mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa
prostaglandin di chorioamnion.
b. Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen menyebabkan iritability miometrium, estrogen
memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput
ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).
c. Teori Ekseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton His
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi
berlangsung lama dengan persiapan semakin meningkatnya
reseptor oksitosin. Okitosin adalah hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar hipofisis dan parst posterior. Distribusi reseptor oksitosin,
domina pada fundus dan korpus uteri, ia makin berkurang
jumlahnya di segmen bawah rahim dan praktis tidak banyak
dijumpai pada serviks uteri.

7
d. Teori Keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia
otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
e. Teori Fetal Membran
Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified
yang menghasilkan arachnoid acid. Arachnodi acid bekerja untuk
pembentukan prostaglandin yang menyebabkan kontraksi
miometrium.
f. Teori Plasenta Sudah Tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada
plasenta menurun segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan
terjadi penurunan produksi hormone.
g. Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf
sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang
mengakibatkan SAR (Segmen Atas Rahim) dan SBR (Segmen
Bawah Rahim) bekerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan
retraksi.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi beberapa faktor,
diantaranya:
a. Power (tenaga/kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, aksi dari ligament.
Kekuatan yang diperlukan pada persalinan adalah his, sedangkan
sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga.
b. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul yang relatif kaku oleh karena itu bentuk dan ukuran
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

8
c. Passanger (janin dan plasenta)
Cara penumpang passanger atau janin bergerak disepanjang jalan
lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor yaitu ukuran
kepala janin, presentasi letak, sikap, dan posisi janin.
d. Psikis Ibu
Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal (petunjuk dan
persiapan untuk menghadapi persalinan), kemampuan klien untuk
bekerja sama dengan penolong, dan adaptasi terhadap rasa nyeri
persalinan[13].
e. Penolong
Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kesabaran,
pengertiannya dalam menghadapi klien, baik primipara dan
multipara.
5. Permulaan Persalinan
Tanda persalinan sudah dekat [14]:
a. Lightening
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadinya
penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk kedalam
panggul. Penyebab terjadinya proses ini adalah sebagai berikut:
1) Kontraksi Braxton Hicks
2) Ketegangan dinding perut
3) Ketegangan ligamentum rotundum
4) Gaya berat janin, kepala ke arah bawah uterus.
Masuknya kepala janin kedalam panggul dapat dirasakan oleh
wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Terasa ringan di bagian atas dan rasa sesak berkurang
2) Di bagian bawah terasa penuh dan mengganjal
3) Kesulitan saat berjalan
4) Sering berkemih
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan
hubungan normal antara ketiga P, yaitu: power (his), passage

9
(jalan lahir), dan passanger (bayi dan plasenta). Pada multipara
gambarannya menjadi tidak sejelas pada primigravida, karena
masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan
proses persalinan.
b. Terjadinya His Permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi Braxton Hicks yang
kadang diasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang
ditimbulkan. Biasanya pasien mengeluh adanya rasa sakit di
pinggang dan terasa sangat mengganggu, terutama pada pasien
dengan ambang rasa sakit yang rendah. Adanya perubahan kadar
hormone estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin
semakin meningkat dan dapat menjalankan fungsinya dengan
efektif untuk menimbulkan adanya kontraksi atau his permulaan.
His permulaan ini sering diistilahkan sebagai his palsu dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datang tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda
kemajuan persalinan
4) Durasi pendek
5) Tidak bertambah bila beraktivitas
c. Tanda Masuk dalam Persalinan
1) Terjadinya his persalinan
Karakter dari his dalam persalinan, yaitu:
a) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan (nyeri sampai ke
ari-ari atau perut)
b) Sifat his teratur, interval makin pendek dan kekuatan
biasanya terjadi dalam 2x dalam 10 menit selama 40-50
detik
c) Terjadi perubahan serviks

10
d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan
berjalan maka kekuatan bertambah
2) Pengeluaran Lendir dan Darah (Penanda Persalinan)
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada
serviks yang menimbulkan:
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada
kanalis servikalis terlepas
c) Terjadinya perdarahan karena kapiler pembuluh darah
pecah
3) Pengeluaran Cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan
persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam. Namun, jika
ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri
dengan tindakan tertentu, misalnya ekstaksi vacum atau sectio
caesarea.
6. Tahapan Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Menurut Yanti (2010) persalinan Kala I atau Kala
Pembukaan adalah periode persalinan yang dimulai dari his
persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi
lengkap [12].
Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi
menjadi:
1) Fase Laten, yaitu fase yang pembukaan sangat lambat, dari 0
sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.
2) Fase Aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat
membutuhkan waktu 6 jam yang terbagi lagi menjadi:
a) Fase Acceleresi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm
sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

11
b) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
yang dicapai waktu 3 jam.
c) Fase Decelarasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9
cm sampai 10 cm yang dicapai dalam 2 jam.
Tatalaksana asuhan Kala I [15]:
1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
2) Jika ibu tampak gelisah/kesakitan:
a) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu.
b) Berikan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika
ditempat tidur sarankan untuk miring kiri.
c) Biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai
kesanggupannya.
d) Anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau
membasuh muka ibu.
e) Ajarkan teknik bernapas.
3) Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak
menghadirkan orang lain tanpa seizin ibu.
4) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah
buang air kecil atau besar.
5) Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25oC dan semua
pintu serta jendela harus tertutup.
6) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
7) Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.
8) Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan
partograf.
9) Pasang infus intravena untuk pasien dengan:
a) Kehamilan >5
b) Hemoglobin ≤9g/d; atau hemaktrorit ≤27%
c) Riwayat gangguan perdarahan
d) Sungsang

12
e) Kehamilan ganda
f) Hipertensi
g) Persalinan lama
10) Isi dan letakkan partograf disamping tempat tidur atau didekat
pasien.
11) Lakukan pemeriksaan kardiotografi jika memungkinkan.
Persiapan rujukan jika terjadi komplikasi
b. Kala II ( Kala Pengeluaran)
Menurut Yanti (2010), Kala II atau Kala Pengeluaran
adalah periode persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap
(10 cm) sampai lahirnya bayi [12].
Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah dengan kekuatan
mendorong akan mendorong hingga bayi lahir. Lamanya proses ini
berlangsung hingga 1½-2 jam pada primigravida, ½-1 jam pada
multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm [14].
Tatalaksana asuhan kala II [15] :
1) Mengenali tanda dan gejala kala II
Memeriksa tanda berikut:
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol dan menipis.
d) Vulva-vagina dan springterani membuka.
2) Menyiapkan pertolongan persalinan
a) Pastikan kelengkapab peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial:
- Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir
steril/DTT siap dalam waktunya.

13
- Semua pakaian, handuk, selimut, dan kainuntuk bayi
dalam kondisi bersih dan hangat.
- Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan ternometer
dalam kondisi baik dan bersih.
- Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit
steril sekali pakai dalam partus set/wadah DTT.
- Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering, dan
hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat
penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm diatas tubuh bayi.
- Persiapan bila terjadi kegawatdarruratan pada ibu:
cairan kristaloid, set infus.
b) Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih,
sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan
kacamata.
c) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan, lalu cuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian
keringkan dengan handuk atau tisu bersih.
d) Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.
e) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit
tersebut di partus set/wadah DTT atau steril tanpa
mengontaminasi spuit.
3) Memastikan pembukaan lengkap dan kondisi janin baik
a) Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang
dengan kapas atau kasa yang dibasahi dengan air DTT.
b) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput
ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala sudah masuk
ke dalam panggul dan tali pusat belum teraba.

14
c) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan
yang masih memakai sarug tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaska sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci kedua tangan sebelahnya.
d) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120-160x/menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ
tidak normal.
4) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
bimbingan meneran
a) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.
b) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran:
- Bantu ibu dengan posisi setengah duduk dan pastikan
dia merasa nyaman.
- Anjurkan ibu untuk cukup minum.
c) Melakukan pimipinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran. Perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai. Nilai DJJ setiap kontraksi
uterus selesai.
d) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
5) Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi
a) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
b) Letakkan kain bersih yang dilipat ⅓ bagian di bawah
bokong ibu.

15
c) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan alat
dan bahan.
d) Pakai sarung tangan DTT steril pada kedua tangan.
6) Membantu lahirnya kepala
a) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan posis defleksi dan membantu
lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran sambil
bernapas cepat dan dangkal.
b) Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi. Jika lilitan tali pusat dileher bayi masih
longgar, selipkan tali pusat lewat kepala bayi.
c) Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem talipusat di dua titik
lalu gunting diantaranya. Jangan lupa untuk tetap lindungi
leher bayi.
d) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
7) Membantu lahirnya bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubi, lalu gerakkan ke arah atas
dan distal untuk mengeluarkan bahu belakang.
8) Membant lahirnya badan dan tungkai
a) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di
bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan yang
berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.

16
b) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran
tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai,
dan kaki bayi. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk
diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan
ibu jari dan jari-jari lainnya).
9) Penanganan bayi baru lahir
a) Lakukan penilaian selintas dengan dan jawablah tiga
pertanyaan berikut untuk menilai apakah ada asfiksia bayi:
- Apakah kehamilan cukup bulan?
- Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-
megap?
- Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Bila terdapat jawaban “Tidak”, bayi mungkin
mengalami asfiksia. Segera lakukan resusitasi bayi baru
lahir sambil menghubungi dokter spesialis anak. Bila dokter
spesialis anak tidak ada, segera persiapkan rujukan.
Penghisapan lendir jalan napas pada bayi tidak dilakukan
secara rutin.

b) Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi


baru lahir normal. Keringkan dan posisikan bayi di atas
perut ibu:
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya. Kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks.
- Ganti handuk basah dengan handuk kering.
- Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada perut
ibu.
c) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
lain dalam uterus (hamil tunggal).

17
c. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Menurut Yanti (2010) kala III atau pelepasan pelepasan
plasenta adalah periode persalinan yang dimulai dari lahirnya bayi
sampai lahirnya plasenta. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
[12].
Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta
lepas dari lapisan Nitabusch. Tanda-tanda pelepasan plasenta
ditandai sebgai berikut:
1) Uterus menjadi berbentuk bundar.
2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen
bawah rahim.
3) Tali pusat semakin panjang.
4) Terjadinya perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan secara crede
pada fundus uterus [14].
Tatalaksana asuhan Kala III [15] :
1) Manajemen aktif kala III
a) Beritahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik.
b) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
c) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir,
jepit tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi
(kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera
mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm
distal dari klem pertama.
d) Potong dan ikat tali pusat:

18
- Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut
(sambil lindungi perut bayi.
- Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan
simpul kunci.
- Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin
0,5%.
Jangan membungkus puntung tali pusat/mengoleskan
cairan bahan apapun ke puntung tali pusat.
e) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ke ibu ke
kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan
baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah
dari puting payudara ibu.
f) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan
pasang topi pada kepala bayi.
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir.
g) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
h) Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,
tepat di tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
i) Setelah uterus berkontraksi, tegakkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
dorso-kranial secara hati-hati, untuk mencegah terjadinya
inversio uteri. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta

19
ibu, suami atau anggota keluarga untuk menstimulasi
puting susu.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
j) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kraniak hingga
plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik
tali pusat dengan arah sejajar dengan lantai dan kemudian
ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap
melakukan dorso-kranial. Jika tali pusat bertambah
panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas
setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
- Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM.
- Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir setelah 30 menit
bayi lahir.
- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manua.
k) Plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan
bagian selaput yang tertinggal.
l) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus dengan meletakkan telaak tangan di fundus
dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus uterus teraba
keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak

20
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan
taktil/masase.
2) Menilai perdarahan
a) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan
utuh.
b) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
aktif.
d. Kala IV (Observasi)
Menurut Yanti (2010) kala IV merupakan masa 1-2 jam
setelah plasenta lahir. Dalam Klinik, atas pertimbangan-
pertimbangan praktis masih diakui adanya Kala IV persalinan
meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya masa
nifas (puepurium), mengingat pada masa ini sering timbul
perdarahan [12].
Tatalaksana asuhan pasca persalinan (Kala IV) [15]:
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
2) Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan
kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu minimal 1 jam).
a) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai
meyusu.
b) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusui dini dalam wkatu 60-90 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung pada menit ke 45-60, dan
berlangsung selama10-20 menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara.
c) Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan
biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.

21
d) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam
atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi
berpindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit
ibu dan bayi.
e) Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan
kontak kulit selama 30-60 menit berikutnya.
f) Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di
dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial
lainnya (menimbang, pemberian Vit K1, salep mata) dan
kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
g) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk
menjaga kehangatannya.
h) Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari
pertama. Bila suatu saat kaki bayi dingin saat disentuh,
buka pakaiannya, telungkupkan di dada ibu dan selimuti
keduanya sampai bayi hangat kembali.
i) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus
selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga
bayi bisa menyusu sesering keinginannya.
3) Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai:
a) Timbang dan ukur bayi.
b) Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).
c) Suntikan vitamin K1 1 mg (0,5mL untuk sediaan 2mg/mL)
IM di paha kiri anterolateral bayi.
d) Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5-37,5oC).
e) Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi
nama ayah, ibu, waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir
jika ada.

22
f) Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan
(bibir sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding
perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi. Bila menemukan
tanda bahaya pada bayi segera hubungi dokter spesialis
anak. Bila dokter spesialis anak tidak ada segera lakukan
rujukan.
4) Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.
a) Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan.
b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalamm satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
5) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervaginam:
a) Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
b) Setiap 15 menit 1 jam pertama pascasalin.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.
d) Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia
uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
6) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta
kapan harus memanggil bantuan tenaga medis.
7) Evaluasi dan estimasi jumlah darah keluar.
8) Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan 30 menit
selama jam kedua pascasalin.
a) Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascasalin.
b) Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.

23
9) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5oC). Tunda proses memandikan bayi yang
baru saja lahir hingga minimal 24 jam setelah suhu stabil.
10) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas semua
peralatan setelah didekontaminasi.
11) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat smapah
yang sesuai.
12) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
13) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI,
anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanna
yang diinginkan.
14) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
15) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
16) Cuci kedua tangan dengan saun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan
bersih.
17) Lengkpai partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.
Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah asuhan persalinan
selesai.
7. Tujuan Prinsip Asuhan Persalinan
Tujuan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas dapat

24
terjaga pada tingkat optimal. Dengan pendekatan-pendekatan seperti
ini berarti bahwa setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam
asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah
yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
keberhasilan proses persalinan [12].
Praktik-praktik yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan
normal meliputi:
a. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.
b. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan
setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf.
c. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,
pascapersalinan, dan nifas.
d. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.
e. Menghindari tindakan-tindakan berlebihanatau berbahaya.
f. Penatalaksanaan aktif Kala III secara rutin.
g. Mengasuh bayi baru lahir.
h. Memberikan asuhan pemantauan ibu dan bayinya.
i. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini
bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan
bayinya.
j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai
aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun
patologis. Lima benang merah tersebut adalah:
a. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah
yang akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan
bayi baru lahir. Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik:
1) Pengumpulan data utama dan relevan dalam pembuat
keputusan.

25
2) Menginterpretasikan dan mengidentifikasi masalah.
3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi.
4) Melihat adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk
mengatasi masalah.
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk
solusi masalah.
6) Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intervensi.
b. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah
satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan
dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan
rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstrasi vacum, cunam, dan sectio
caesarea) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat. Asuhan
sayang ibu dalam proses persalinan:
1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan
memperlakukannya sesuai martabatnya.
2) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada
ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
3) Menjelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
4) Menganjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut
atau khawatir.
5) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan tentang
kekhawatiran ibu.
6) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya, dan
menentramkan perasaan ibu beserta keluarga yang lain.
7) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau keluarga
yang lain selama proses persalinan dan kelahiran bayinya.

26
8) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara
memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan
dan kelahiran bayinya.
9) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10) Menghargai privasi ibu.
11) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama
persalinan dan kelahiran bayi.
12) Menganjurkan ibu untuk minum dan makan bila ia
menginginkannya.
13) Menghargai dan memperbolehkan praktik-praktik tradisional
yang tidak memberi pengaruh yang tidak merugikan.
14) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
(episiotomi, pencukuran, dan klisma).
15) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.
16) Membantu memulai dalam pemberian ASI dalam 1 jam
pertama setelah kelahiran bayi.
17) Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi, bahan-bahan,
perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap
melakukan resusitasi bayi baru lahir dalam setiap kelahiran
bayi
c. Pencegahan Infeksi
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi:
1) Setiap orang harus dianggap menularkan penyakit.
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3) Permukaan benda sekitar kita, peralatan atau benda-benda
lainnya yang akan atau telah bersentuhan dengan permukaan
kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus
dianggap terkontaminasi, sehingga harus diproses secara benar.

27
4) Jika tidak diketaui apakah permukaan, peralatan atau benda
lainnya telah diproses, maka semua it harus dianggap
terkontaminasi.
5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat
dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan
tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara benar dan
konsisten.
d. Pencatatan (rekam medis)
Aspek-aspek penting dalam pencatatan:
1) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan.
2) Identifikasi penolong persalinan.
3) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua
catatan.
4) Mencakup infoemasi yang berkaitan secara tepat, dicatat
dengan jelas, dan dapat dibaca.
5) Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien.
6) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.
e. Rujukan
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal, tapi
sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama
proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan
terjadi sehingga kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit
terjadi. Setiap tenaga penolong atau fasilitas pelayanan harus
mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu melayani
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. Hal-hal yang
penting mempersiapkan rujukan untuk ibu:
1) Bidan
2) Alat
3) Keluarga

28
4) Surat
5) Obat
6) Kendaraan
7) Uang
8) Darah
9) Do’a

29
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S UMUR 24 TAHUN G1P0A0

HAMIL 39 MINGGU PERSALINAN KALA 1 FISIOLOGIS

DI PMB Bd. Hj Sulawati Rahayu.,Am.Keb.S.K.M.

Tanggal Pengkajian : Minggu, 28 Maret 2021


Jam : 14.30 WIB
Nama Mahasiswa : Amelia Putri
NIM : 1802277001
Tempat Pengkajian : PMB Bd. Hj Sulawati Rahayu.,Am.Keb.S.K.M.
Pembimbing Lahan Praktik : Bd. Hj Sulawati Rahayu.,Am.Keb.S.K.M
Pembimbing Akademik : Hani Septiani, SST, M.T.r . Keb

KALA I
A. Data Subjektif
Ibu Suami
Nama : Ny. S Tn. M
Alamat : Sukahurip rt02/03 Pari, Buniseuri
Umur : 24Tahun 29 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SD SMP
Pekerjaan : IRT BURUH
Ibu datang ke pmb pukul 14.30 WIB, ibu mengatakan merasa mules-
mules mau melahirkan sejak jam 07.00 WIB , belum keluar air-air dan
lender bercampur darah. Gerakan janin masih dirasakan. Ini merupakan
kehamilan pertama, tidak pernah keguguran. dan ibu tidak memiliki riwayat
penyakit berat seperti jantung, DM, Asma dan lainnya. Ibu mengatakan
pernah menggunakan alat kontrasepsi yaitu KB Suntik 3 bulan

30
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV TD : 110/70 mmHg
N : 82 X / menit
R : 23 X / Menit
S : 36,2 0 C
Berat Badan : 55 Kg
Tinggi Badan : 156 Cm
LILA : 24 Cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Tidak ada Oedema, Bersih
b. Muka : Simetris, Tidak ada kelainan
c. Mata : Simetris, Konjungtiva merah muda, sclera
putih
d. Hidung : Tidak ada pembengkakan kelenjar polip
e. Mulut : tidak ada caries gigi, bersih, tidak ada
stomatitis
f. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan
pembengkakan vena jugularis
g. Telinga : Simetris, Tidak ada kelainan
h. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
i. Payudara :Simetris. Putting menonjol, tidak ada
pembengkakan tidak ada nyeri tekan, ASI (+)/(+)
j. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 29 Cm, Teraba bulat lunak dan melenting
( Bokong )
Leopold II : Bagian kanan ibu teraba panjang keras seperti
papan ( puka ) Pada bagian kiri ibu teraba bagian terkecil janin ( tangan
dan kaki )
Leopold III : Kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Penurunan 3/5 Hodge 1

31
DJJ : 136 X / Menit
His : 2x dalam 10 menit lamanya 27 detik
k. Genetalia : Tidak ada oedema, Tidak ad avarices
l. Pemeriksaan dalam
Tidak terdapat benjolan, portio tipis dan lunak , pembukaan 3 cm ,
ketuban utuh, presentasi kepala, hodge 1.
m. Anus : Tidak ada hemoroid
n. Esktremitas
Tangan : tidak ada oedeme, kuku bersih , tidak pucat.
Kaki : tidak ada oedema, tidak ad avarices, reflek patella (+)
C. Analisa Data
Ny. S Umur 24 Tahun G1P0A0 Hamil 39 Minggu Inpartu Kala 1 Fase Laten
D. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan. Ibu
mengerti
- Menganjurkan ibu untuk makan dan minum di sela his. Ibu
mengerti dan mau makan
- Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan disela his. Ibu mengerti dan
mau jalan-jalan
- Mengobservasi TTV, DJJ, HIS, dan Kemajuan Persalinan.
- Menyiapkan partus set.
Jam 18.30 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya semakin kuat, menjalar sakit kepinggang.
B. Data Objektif
v/t : Portio tipis lembek, pembukaan 8 , presentasi Kepala, hodge 1
C. Analisa Data
Ny. S Umur 24 Tahun G1P0A0 Hamil 39 Minggu Inpartu Kala 1 Fase
Laten
D. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan
diberikan. Ibu mengerti
- Menganjurkan untuk makan dan minum disela his.
- Menganjurkan untuk miring kiri.

32
- Menyiapkan partus set.
- dokumentasi
KALA II
Tanggal : 28 MARET 2021 jam : 19.30 wib
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya semakin sering , sakit dari pinggang menjalar
ke bokong dan merasa mau BAB.
B. Data Objektif
1. Inspeksi
Adanya tanda gejala kala 2 yaitu Dorongan meneran, tekanan anus,
perineum menonjol, vulva membuka, ketuban pecah spontan.
C. Analisa Data
Ny. S Umur 24 Tahun G1P0A0 Hamil 39 Minggu Inpartu Kala 1 Fase
Laten
D. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan.
Ibu mengerti
- Menghadirkan pendamping persalinan
- Mengatur posisi ibu yang nyaman untuk meneran
- Membimbing meneran bila ada his
- Menganjurkan minum disela HIS
- Memberi pujian pada ibu bila dapat meneran dengan baik
- Menolong persalinan sesuain dengan APN
- Jam 19.45 Wib . bayi lahir spontan , menangis kuat, warna kulit
kemerahan, tonus otot aktif. Jenis kelamin : perempuan, BB :
2700 gram , PB : 48 Cm, LK : 31 Cm, LD : 32 Cm Lila : 12 Cm.
kemudian dilakukan IMD
KALA III
Tanggal : 28 Maret 2021 Jam : 19.50 WIB
A. Data Subjektif
Ibu merasa bahagia karena anaknya telah lahir sehat dan selamat, ibu
mengatakan masih merasa mulas.
B. Data Objektif
Kontraksi Uterus : Keras

33
TFU : Setinngi Pusat
Perdarahan ; 100 CC
C. Analisa Data
Ny. S umur 24 Tahun P1A0 Inpartu Kala III
D. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan.
Ibu mengerti
- Mengecek Fundus Uteri untuk memastikan tidak ada janin
kedua
- Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin 10 IU secara IM di 1/3
Paha bagian luar.
- Menjepit tali pusat
- Memotong tali pusat
- Mengikat tali pusat
- Melakukan Manajemen Aktif Kala III
- Melakukan PTT . Plasenta dan selaput ketuban lahir spontan dan
lengkap pada pukul 19. 55 WIB.
KALA IV
Tanggal : 28 Maret 2021 Jam : 20.15 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan lelah, perutnya masih terasa mulas
B. Data Objektif
TD : 110/90 mmHg
N : 92 X / Menit
Respirasi : 22 X/ Menit
Suhu : 36.2 o c
Kontraksi : keras
TFU : 2 jari dibawah pusat
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Kandung Kemih : Kosong
Perdarahan : 100 cc
C. Analisa Data
Ny. S Umur 24 Tahun P1A0 post partum kala IV

34
D. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan. Ibu
mengerti
- Menganjurkan ibu untuk makan yang banyak supaya ada tenaga.
Ibu mau makan
- Menganjurkan ibu untuk mobilisasi
- Mengobservasi TTV, TFU, Kontraksi uterus, dan perdarahan
- Mendekontaminasi alat kedalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit kemudian memprosesnya.
- Mencatat semua hasil kedalam partograf.

35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pemaparan Hasil
1. Data Subjektif
Kala I:
Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny.S usia kehamilan 39 minggu. Pada
tanggal 28 Maret 2021di dapatkan keluhan yaitu mules – mules sejak pukul 07.00
WIB, sudah keluar lendir bercampur darah, dengan keluhan kencang-kencang
dan mulas, pengeluaran pervaginam lendir darah.
Teori: Tanda – tanda inpartu yaitu adanya kontraksi rahim, keluar lendir
bercampur darah dan pembukaan serviks (Elisabeth dkk, 2016). Tidak ada
kesenjangan antara teori da praktek, karena dari hasil anamnesa yag didapat
sudah sesuai dengan teori adanya tanda-tanda persalinan.
Kala II:
Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny.S usia kehamilan 39 minggu. Pada
tanggal 28 Maret 2021di dapatkan keluhan yaitu kenceng-kenceng semakin
sering dan ibu tidak mampu lagi menahan keinginannya untuk meneran.
Teori: Tanda – tanda kemajuan persalinan diantaranya adalah adanya kontraksi
rahim, keluarnya lendir bercampur darah (blood slim), keluarnya ari-ari
(ketuban), penipisan dan pembukaan serviks. [6]Tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek, Karena dari hasil anamnesa yang didapat sudah sesuai dengan
teori adanya tanda-tanda persalinan.
Kala III:
Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny.S dalam persalinan kala 3. Pada tanggal
28 Maret 2021 di dapatkan keluhan yaitu perutnya yang masih mulas.
Teori: Pada kala III otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi [6]Tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek, Karena dari hasil anamnesa yang didapat semuannya dalam keadan
normal.
Kala IV:
Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny.S dalam persalinan kala IV. Pada
tanggal 28 Maret 2021 di dapatkan keluhan yaitu perutnya yang masih mulas.
Teori: Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta
lahir. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraks uterus sampai uterus

36
kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan massage untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat [6]Tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek, Karena dari hasil anamnesa yang didapat semuannya dalam
keadan normal.
2. Data objektif
Kala I:
Kala I fase aktif pada persalinan Ny.S berlangsung selama 3 jam 30 menit,
dihitung dari ibu datang pembukaan 3 cm sampai pembukaan lengkap.
Teori: Kala 1 fase laten pada multigravida berlangsung selama kurang dari 8
jam, dan fase aktif berlangsung selama kurang dari 6 jam. Akan terjadi kecepatan
rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) dan 1 cm sampai 2 cm per
jam (multipara
Kala II:
Dilakukan pemeriksaan umum dan fisik dalam batas normal, pemeriksaan dalam
hasilnya vulva vagina tidak ada kelainan, porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm,
selaput ketuban pecah spontan, presentasi kepala, posisi UUK depan, dan tidak
ada molase. Teori: Tanda-tanda kemajuan persalinan diantaranya adalah adanya
kontraksi rahim, keluarnya lendir bercampur darah (blood slim), keluarnya air-air
(ketuban), penipisan dan pembukaan serviks Tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktek, Karena dari hasil anamnesa yang didapat sudah sesuai dengan teori
adanya tanda-tanda persalinan.
Kala III:
Dilakukan pemeriksaan yaitu: kontraksi uterus, TFU dan perdarahan Teori:
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri diatas pusat beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta (Elisabeth
dkk, 2016). Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Kala IV: Dilakukan pemeriksaan diantarannya: TD, R, nadi, suhu, keadaan
umum, kesadaran kontraksi, TFU, kandung kemih, perdarahan, ruTeori: Setelah
plasenta lahir dilakukan pemeriksaan TD,R,nadi, suhu, kontraksi uterus, kandung
kemih[6]Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek

37
3. Analisa data
Kala I:
Ny. S Umur 24 Tahun G1P0A0 Hamil 39 Minggu Inpartu Kala 1 Fase Laten
Kala II:
Ny. S Umur 39 Tahun G1P1A0 Hamil 37 Minggu kala II
Kala III:
Ny. S umur 31 Tahun P1A0 Inpartu Kala III
Kala IV:
Ny. S Umur 39 Tahun P1A0 post partum kala IV
Teori: Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpresentasi data
objektif dalam indentifikasi diagnosa atau masalah
4. Penatalaksanaan
Kala I:
Dilakukan pemeriksaan umum dan fisik dalam batas normal, pemeriksaan dalam
hasilnya vulva vagina tidak ada kelainan, porsio tipis dan lunak, pembukaan 2
cm, selaput ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan hodge 1+, posisi UUK
depan, dan tidak ada molase.
Teori: Tanda – tanda kemajuan persalinan diantaranya adalah adanya kontraksi
rahim, keluarnya lendir bercampur darah (blood slim), keluarnya air-air
(ketuban), penipisan dan pembukaan serviks. Tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktek,
Karena dari hasil anamnesa yang didapat sudah sesuai dengan teori adanya tanda-
tanda persalinan.
Kala II:
Kala II persalinan pada Ny.S berlangsung 15 menit dari pembukaan lengkap
pukul 19.30 WIB dan bayi lahir spontan pukul 19.45 WIB.
Teori: Kala II berlangsung selama 15 jam-2 jam pada primi para dan 1/2 jam-1
jam multipara .
Kala III:
Penatalaksanaan kala III pada Ny.S yang dilakukan melakukan manajemen aktif
yaitu pemberian oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 bagian paha luar, melakukan
peregangan tali pusat terkendali sejajar dengan lantai dan tangan kiri melakukan
dorsokranial untuk menahan uterus, melahirkan plasenta secara sirkular searah
dengan jarum jam dan massase fundus uteri pada Ny.S

38
Teori: Manajemen aktif kala III yaitu pemberian suntikan oksitosin 10 IU secara
IM, peregangan tali pusat terkendali, melahirkan plasenta secara sirkular dan
masase fundus uteri (JNPK-KR, 2014). Dalam hal ini menunjukkan bahwa tidak
terjadi kesenjangan antara teori dengan praktek, karena asuhan yang diberikan
sudah sesuai dengan teori. Pada Ny.S plasenta lahir Pukul 19.50 WIB menit
berlangsung 15
menit setelah bayi lahir. Menurut teori, plasenta lahir 5–30 menit setelah bayi
lahir). Dalam hal ini menunjukkan bahwa tidak tejadi kesenjangan antara teori
dengan praktek, karena plasenta lahir tidak melewati batas maksimal yaitu 30
menit dan
selama kala III tidak ada penyulit.
Kala IV:
Pengawasan postpartum dilakukan selama 2 jam postpartum yaitu untuk
memantau perdarahan, TTV, kontraksi, TFU, dan kandung kemih, pada 1 jam
pertama pemantauan dilakukan setiap 15 menit sekali, pada jam kedua dilakukan
setiap 30 menit sekali. Dari hasil observasi kala IV tidak terdapat komplikasi dan
tidak ada kesenjangan teori dengan praktek. Observasi Kala IV pada Ny.S yaitu
TTV batas normal 110/70 mmHg, Nadi 82x/menit, suhu 36,2 ºC, Tinggi fundus
uteri setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, konsistensi keras,
kandung kemih kosong, lochea rubra, pengeluaran darah selama kala IV ± 100
cc. Observasi dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama post partum dan
setiap 30 menit pada jam kedua postpartum. Tidak terjadi kesenjangan antara
teori dengan praktek, pemantauan kala IV dilakukan sesuai dengan teori.

39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan manajemen kebidanan dengan
menggunakan pendekatan komprehensif dan pendokumentasian secara SOAP
pada Ny.S persalinan normal yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2021 Maka
dapat disimpulkan bahwa :
a. Setelah dilakukan pengkajian data subjektif didapatkan hasil Ny.S umur 24
tahun G1P1A0 usia kehamilan 39 minggu, ibu merasakan kenceng-kenceng
dan keluar lendir sejak jam 07.00 WIB tanggal 28 Maret 2021 Pengkajian
data subjektif telah dilakukan sesui teori.
b. Diagnosa ditegakkan pada kasus ini adalah asuhan persalinan normal pada
Ny.S umur 24 tahun.
c. Setelah menyelesaikan pengkajian, dilakukan perencanaan dan pelaksanaan
yaitu melaksanakan asuhan persalinan 60 langkah sesuai prosedur.
d. Setelah menyelesaikan perencanaan dan pelaksanaan, dilakukan evaluasi
dengan hasil ibu dalam keadaan baik dan bayi dalam keadaan baik.
e. Setelah menyelesikan pengkajian data subjektif,data objektif, assesment dan
pelaksanaan maka akan dilakukan pendokumentasian sesuai dengan metode
SOAP
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari kasus -
kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP serta menerapkan
asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan sesuai
dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap klien
2. Bagi lahan praktik
Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik dan kepada
lahan diharapkan untuk tetap mempertahankan asuhan persalinan normal
sesuai standart asuhan persalinan normal 60 langkah.
3. Bagi pasien
Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan

40
kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman
karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat
hamil, bersalin, nifas dan bbl dengan melakukan pemeriksaan rutin di
pelayanan kesehatan.

41
DAFTAR PUSTAKA

[1] T. Hardiani, S. Faridah, and R. Ratnasari, “JURNAL PERSALINAN,” 2019.

[2] I. A. Wulandari, M. F. Z, and A. Octaviani, “Faktor-Faktor yang Berhubungan


Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSIA Sitti Khadijah I Makassar
Tahun 2019,” J. Kesehat. Delima Pelamonia, vol. 3, no. 1, pp. 52–61, 2019.

[3] Legawati, Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka Media,
2018.

[4] B. Rahayu and A. N. Sari, “Studi Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban Pecah
Dini ( KPD ) pada Ibu Bersalin,” vol. 5, no. 2, pp. 134–138, 2017.

[5] “2015, Angka Kematian Ibu Turun Menjadi 305,” p. 2030, 2019.

[6] “Sustainable Development Goals,” 2015. [Online]. Available:


www.sdg2030indonesia.org.

[7] A. Rifiana and Hasanah, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketuban


Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di Puskesmas Tanggeung Ciannjur,” Ilmu dan
Budaya, vol. 41, no. 60, pp. 7001–7018, 2018.

[8] J. A. Vol, “Jurnal At-Tibyan Vol. I No.1 Januari – Juni 2016,” J. At-Tibyan, 2016.

[9] S. Qutub, “Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur’an dan Hadits,”


Humaniora, 2011.

[10] E. Yanti, N. Arma, and N. Karlinah, Konsep Kebidanan, 1st ed. Yogyakarta:
deepublish, 2015.

[11] M. Oktarina, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: deepublish, 2016.

[12] Sulisdian, E. Mail, and Z. Rufaida, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir, 1st ed. CV OASE Grup, 2019.

[13] Walyani and Purwoastuti, Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
Pustaka Kabar Press, 2015.

42
43

Anda mungkin juga menyukai