Pihak ketiga Imposed, dan hakim Dipilih para pihak yang Dipilih fasilitator Tidak ada pihak ketiga
tdk memiliki memiliki keahlian di biasanya ahli di
spesialisasi bidang yang bidang yang
disengketakan disengketakan
Derajad Format struktur dan Tidak begitu formal Informal dan tidak Informal dan tidak berstruktur
formalitas aturan ketat sudah aturan yang digunakan berstruktur
ada sebelumnya disepakati para pihak
Karakter Ada kesempatan Ada kesempatan Presentasi bukti, Presentasi bukti, argumen,
proses masing-masing masing-masing argumen, dan
dan kepentingan
menyampaikan bukti menyampaikan bukti kepentingan
Hasil /out Principed decision Kadang sama ajudikasi, Kesepakatan yang Kesepakatan yang diterima
come yang didukung kadang kompromi, diterima para pihak para pihak
pendapat obyektif tanpa opini.
(reasoned opinion)
Keterangan
ADR adalah singkatan dari Alternative Dispute Resolution, atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
Alternatif Penyelesaian Sengketa. ADR adalah suatu mekanisme penyelesaian sengketa yang dipahami sebagai
alternatif atau opsi lain bagi para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan perkaranya selain melalui jalur
pengadilan. Secara teori yang termasuk dalam mekanisme ADR antara lain adalah Pendapat Mengikat, Mediasi,
Penilaian Ahli, Rekonsiliasi, dan Arbitrase.
Dengan adanya ADR para pihak yang bersengketa dapat mengetahui bahwa untuk menyelesaikan sengketa tidak
harus atau tidak selalu ke pengadilan, ada alternatif lain yang juga layak untuk ditempuh yang dalam beberapa hal
mempunyai keunggulan daripada pengadilan. Bahkan dalam proses persidangan perdata di Indonesia saat ini,
daading (perdamaian dihadapan hakim) harus ditempuh melalui mekanisme Mediasi (court-annexed mediation).
Istilah ADR (Alternative Dispute Resolution) relatif baru dikenal di Indonesia, akan tetapi sebenarnya penyelesaian-
penyelesaian sengketa secara konsensus sudah lama dilakukan oleh masyarakat, yang intinya menekankan pada
upaya musyawarah mufakat, kekeluargaan, perdamaian dan sebagainya. ADR mempunyai daya tarik khusus di
Indonesia karena keserasiannya dengan sistem sosial budaya tradisional berdasarkan musyawarah mufakat.
Sehubungan dngan itu, istilah ADR perlu dicari padanannya di Indonesia. Dewasa ini dikenal beberapa istilah untuk
ADR, antara lain : Pilihan Penyelesaian sengketa (PPS), Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa (MAPS),
Pilihan Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan, dan Mekanisme penyelesaian sengketa secara kooperatif.
Untuk memperoleh gambaran umum tentang tentang apa yang disebut ADR, George Applebey, dalam tulisannya
“An Overview of Alternative Dispute Resolution” berpendapat bahwa ADR pertama-tama adalah merupakan suatu
eksperimen untuk mencari model-model :
a. Model-model baru dalam penyelesaian sengketa
b. Penerapan-penerapan baru terhadap metode-metode lama
c. Forum-forum baru bagi penylesian sengketa
d. Penekanan yang berbeda dalam pendidikan hukum.
Definisi di atas sangat luas dan terlalu akademis. Definisi lain yang lebih sempit dan akademis dikemukakan oleh
Philip D. Bostwick yang menyatakan bahwa ADR merupakan serangkaian praktek dan teknik-teknik hukum yang
ditujukan untuk :
a. Memungkinkan sengketa-sengketa hukum diselesaiakan diluar pengadilan untuk keuntungan atau kebaikan para
pihak yang bersengketa
b. Mengurangi biaya atau keterlambatan kalau sengketa tersebut diselesaikan melalui litigasi konvensional
c. Mencegah agar sengketa-sengketa hukum tidak di bawa ke pengadilan
Dengan demikian ADR merupakan kehendak sukarela dari pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyelesaikan
sengketa mereka di luar pengadilan, dalam arti diluar mekanisme ajudikasi standar konvensional. Oleh karena itu,
meskipun masih berada dalam lingkup atau sangat erat dengan pengadilan, tetapi menggunakan prosedur ajudikasi
non standar, mekanisme tersebut masih merupakan ADR.
Dalam Bab I Ketentuan Umum UU No. 30 tahun 1999, Pasal 1 butir 10, disebutkan bahwa ADR adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak, yakni penyelesaian di
luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsolidasi, atau penilaian ahli.
Dalam praktik, hakikatnya ADR dapat diartikan sebagai Alternative to litigation atau alternative to adjudication.
Alternative to litigation berarti semua mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan, sehingga dalam hal ini
arbitrase termasuk bagian dari ADR. Sedangkan Alternative to adjudication berarti mekanisme penyelesaian
sengketa yang bersifat konsensus atau kooperatif, tidak melalui prosedur pengajuan gugatan kepada pihak ke tiga
yang berwenang mengambil keputusan. Termasuk bagian dari ADR adalah konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,
dan pendapat ahli, sedangkan arbitrase bukan termasuk ADR. Di Amerika sendiri, ADR diartikan sebagai alternative
to adjudication, karena output dari proses adjudikasi umumnya berupa win-lose solution (menang-kalah), padahal
yang dikehendaki pihak-pihak yang bersengketa adalah wini-win solution atau mutual acceptable solution.
Adapun keberadaan ADR terutama ditujukan untuk tercapainya efisiensi yang lebih besar, terutama untuk
mengurangi biaya dan keterlambatan serta menghasilkan penyelesaian sengketa yang memuaskan kedua belah
pihak.
perkara. Hampir sama dengan mediasi dimana penyelesaian perkara melibatkan pihak ketiga. Namun bila dalam
mediasi mediator tidak berhak memutus perkara sedang arbitrator memiliki kewenangan untuk memutuskan suatu
perkara.
7. Penyelesaian Masalah Melalui Pola Tradisi Lokal
Penyelesaian masalah dengan pola tradisi lokal yang hidup dan berlaku di masyarakat adat dapat dipandang cukup
efektif dan efisien. Paling tidak dari sisi waktu dan biaya penyelesaian sengketa tidak memerlukan waktu dan biaya
yang cukup lama. Pola penyelesaian dengan pendekatan ini tidak sama dengan pola penyelesaian masalah ketika
hukum adat masih berlaku. Agar hasil keputusannya mempunyai kekuatan hukum, maka para pihak wajib
mendaftarkan ke Pengadilan Negeri untuk ditetapkan dengan penetapan Pengadilan.
8. Kompensasi harta sebagai salah satu bentuk penanganan penyelewengan dana PNPM Mandiri Perdesaan
Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan upaya penanganan permasalahan disandarkan pada dua skema besar,
yaitu pola penanganan dengan menggunakan mekanisme keprograman yang lebih banyak menggunakan pendekatan
ADR yaitu dengan merevitalisasi dan mengoptimalkan fungsi dari forum-forum yang telah ada di masyarakat seperti
Musyawarah Antar Desa, Musdes, dsb serta menggunakan mekanisme hukum. Salah satu bentuk penanganan
masalah penyelewengan dana adalah melalui kompensasi harta.
Dalam prakteknya pengembalian dana yang diselewengkan melalui kompensasi harta ini sarat dengan aspek hukum,
sehingga pemahaman pelaku PNPM MD terhadap bentuk penyelesaian ini menjadi penting.
Istilah Penyelesaian Sengketa Alternatif merupakan istilah yang umum dipergunakan sebagai terjemahan dari
Alternative Dispute Resolution (ADR). Ada berbagai istilah yang dipakai untuk menunjuk pada bentuk penyelesaian
sengketa di luar pengadilan, seperti: Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa (MAPS), Pilihan Penyelesaian
Sengketa di luar Pengadilan, Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) sebagaimana judul dari Undang-undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Undang undang Nomor 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Pasal 30 bahkan tidak mempergunakan istilah khusus, tetapi
hanya menyebut Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan. Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mendefinisikan Alternatif Penyelesaian Sengketa yaitu
lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
Christopher Kuner,16 tidak memberikan definisi tentang Alternative Dispute Resolution, ia hanya menyatakan: The
term ‘alternative dispute resolution” can include a wide variety of dispute resolution mechanism outside the court system,
including arbitration, mediation, consumer compalint systems, etc., so that it can be difficult to define exactly what is meant by
the term.
Sekalipun banyak pendapat yang berbeda tentang definisi Penyelesaian Sengketa Alternatif, tetapi apabila
memperhatikan unsurunsurnya terkandung beberapa persamaan yaitu: merupakan suatu suatu lembaga
penyelesaian sengketa serta proses penyelesaian sengketa dilakukan di luar pengadilan (out of court).
SENGKETA
1. Keadaan yang mencerminkan para pihak mempunyai masalah, yaitu menghendaki pihak lain berbuat atau tidak
berbuat sesuatu, tetapi pihak lain menolak berbuat demikian.
2. Kondisi yang ditimbulkan oleh dua pihak atau lebih yang dicirikan dengan pertentangan secara terang-terangan