Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUHAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


INTRANATAL DENGAN SECTIO CAESAREA

Disusun oleh:
Dhita Handayani
16.02.11.11

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
TAHUN 2020/2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definis
Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru Sofian,
2012).
Jenis – jenis operasi section sesarea :
1. Seksio sesarea abdomen
Seksio sesarea transperitonealis.
2. Seksio sesarea vaginalis
Menurut arah sayatan pada Rahim, seksio sesarea dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kronig
b. Sayatan melintang (transversal) menurut kerr
c. Sayatan huruf T (T-incision)
3. Seksio sesarea klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira
– kira sepanjang 10cm tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena
memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi
berulang yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat
dipertimbangkan.
4. Seksio sesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah Rahim (low cervical transfersal) kira – kira sepanjang 10cm.
B. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disponsori selfalo pelvik (disponsori janin/
panggul) ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida,
solution plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia
– eklamsia, atas permintaan kehamilan yang disertai penyakit (jantung,
DM) gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya)
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin prolapus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan
persalinan vakum atau forceps ekstraksi
C. Manifestasi klinis
1. Plasenta previa sentralis dan leteralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Disporsi sefalopelvik : yaitu ketidakseimbangan antra ukuran kepala
dan ukuran panggul
4. Rupture uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju
7. Distosia servik
8. Pre eklamsia dan hipertensi
9. Mal presentasi janin
a. Letak lintang
b. Letak bokong
c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)
d. Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
e. Gamely
D. Pemeriksaan penunjang
Menurut Tucker Susan Martin, 1998 :
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin / hematocrit
6. Golongan darah
7. Urinalisis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
10. Ultrasound sesuai pesanan
E. Patofisiologi
Section sesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat diatas 500gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindkaan ini yaitu distrosi kepala panggul, disfungsi
uterus, distrosia jaringan lunak, plasenta previa dan lain – lain untuk ibu
sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukanya section sesarea ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik dari aspek kognitoif berupa kurang pengetahuan. Akibat
kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosis yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de enteris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotic dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah
salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya
terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang – kadang bayi
lahir dalam keadaan upnoe yang yang tidak dapat diatasi dengan mudah.
Akibatnya janin bisa mati, sedangakan pengaruh anestesi bagi ibu sendiri
yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yang tidak efektif akibat secret
yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini
juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas
usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltic usus. Kemudian
diserap untuk metabolism sehingga tubuh memperoleh energy. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltic juga menurun. Makanan yang
ada dilambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pada eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin,
Mansjoer dan Prawirohardjo,2002).
F. Discharge planning
1. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun
2. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan
antenatal yang baik
3. Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang besar
4. Lakukan perawatan post op sesuai arahan tenaga medis selama
dirumah
5. Jaga kebersihan diri
6. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, tanggal MRS, diagnosa medis
2. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien post sectio caesarea mengeluh nyeri pada daerah
luka bekas operasi. Nyeri biasanya bertambah parah jika pasien bergerak
3. Riwayat Kesehatan
1. Masa lalu
2. Saat ini
4. Riwayat Kehamilan
1. Primipara / multipara
2. Problemnya
3. Kehamilan direncanakan / tidak karena akan mempengaruhi bonding
secara psikologi
5. Riwayat Persalinan
1. Lamanya persalinan (partus lama : gangguan kontraksi sehingga
timbul perdarahan)
2. Tipe persalinan : SC / per vagina
3. Analgesia yang digunakan
4. Adakan riwayat ketuban pecah dini
5. Penolong
6. Data Infant
1. Jenis kelamin , BBL, Kesulitan saat lahir, (dilakukan resusitasi atau
tidak, apgar score)
2. Keberadaan sucking, rooting dan swallowing reflek
3. Kelainan kongenital ada atau tidak
4. Rencana diberi ASI atau Formula
7. Riwayat KB
Pengakjian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah
ikut program KB, jenis kontrasepsi tersebut dan setelah masa nifas ini
akan menggunakan alat kontrasepsi apa.
8. Data Psikologis (Reva Rubin)
1. Taking In
Yaitu periode yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua
setelah melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir
2. Taking Hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan,
pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi
3. Letting Go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai
orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan
9. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon Selama Post Partum
1. Pola persepsi dan
manajemen kesehatan
2. Pola nutrisi dan
metabolik
3. Pola eliminasi
4. Pola istirahat dan
tidur
5. Pola Aktitas dan
latihan
6. Pola persepsi dan
kognitif
7. Pola konsep diri
8. Pola koping
9. Pola seksual
reproduksi
10. Pola peran dan
hubungan
11. Pola nilai dan
kepercayaan
10. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
 Rambut :Warna , bersih atau tidak, rontok atau tidak
 Alis : Mudah dicabut atau tidak
 Mata :Keadaan konjungtiva, sklera
 Muka :Oedema atau tidak, khususnya di pagi hari,
Kloasma gravidarum
 Hidung :Kebersihan, ada polip atau tidak
 Mulut :Warna bibir, ada stomatitis atau tidak
 Gigi :Kebersihan, ada karies atau tidak, ada ginggivitas
atau tidak
 Telinga :Kesimetrisan, kebersihan, ada serumen atau tidak
 Leher :Dikaji adakah pembesaran kelenjar thyroid, dan
vena jugularis
b. Dada dan axilla
 Mamae : Masih teraba lunak pada hari I dan II post partum,
mulai keluar Kolustrum, hari III hangat dan berisi, hari IV
keras dan produksi ASI meningkat
 Puting :Penonjolan puting, kondisi puting, monthgomeri,
pengeluaran colostrum
c. Abdomen : Ada bekas luka Operasi atau tidak, adakah
pembesaran hati dan lien serta keadaan kandung kemih, adanya
linea nigra, striae gravidarum, TFU, kontur kulit, palpasi supra
pubik untuk mendeteksi bladder distensi, kontraksi uterus
d. Ekstermitas
 Superior :Kesimetrisan, keadaan kuku (bersih atau tidak,
panjang atau pendek, pucat atau tidak)
 Inferior :Keseimetrisan , keadaan kuku (bersih atau tidak,
panjang atau tidak, pucat atau tidak, ada varices atau tidak
ada tromboplebitis atau tidak)
e. Genetalia
Perinium : Intack, ruptur, episiotomi, tanda – tanda REEDA),
jenis episiotomi
Lochea : Warna, bau, jumlah
Rectum : Hemoroid
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d
kondisi pembedahan (D.0077)
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif d.d tindakan invasif
(D.0142)
3. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur d.d kondisi
pasca operasi (D.0055)
C. Intervensi keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Pemberian obat (I.02062)
pencedera fisik (prosedur keperawatan ... X jam diharapkan nyeri Tindakan
operasi) d.d kondisi akut dapat teratasi dengan kriteria Observasi
pembedahan hasil :  Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan
(D.0077) Penyembuhan luka (L14130) kontraindikasi obat
 Penyatuan kulit meningkat  Verifikasi obat sesuai dengan indikasi
 Penyatuan tepi luka meningkat  Pemeriksaan tanggal kadaluwarsa obat
 Jaringan granulasi meningkat  Monitor tanda vital dan nilai laboratorium
 Nyeri menurun sebelum pemberian obat, jika perlu
 Edema pada sisi luka menurun  Monitor efek terapeutik obat
 Peradangan luka menurun  Monitor efek samping, toksisitas dan interaksi
 Infeksi menurun obat

 Nekrosis menurun Tindakan


 Perhatikan prosedur pemeberian obat yang
aman dan akurat
 Hindari interupsi saat memepersiapkan,
memverifikasi atau mengelola obat
 Lakukan prinsip 6 benas (pasien, obat, dosis,
rute, waktu, dokumentasi)
 Perhatikan jadwal pemberian obat jenis
hipnotik, narkotika, dan antibiotik
 Hindari pemberian obat yang tidak
menggunakan label dengan benar
 Buang obat yang tidak terpakai / kadaluwarsa
 Fasilitasi minum obat
 Tandatangani pemberian, narkotika sesuai
protokol
 Dokumentasikan pemberian obat dan respons
terhadap obat
Edukasi
 Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan
yang diharapkan dan efek samping sebelum
pemberian
 Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat
2. Resiko infeksi b.d efek Setelah dilakukan asuhan Perawatan luka (I.14564)
prosedur invasif d.d keperawatan ... X jam diharapkan Tindakan
tindakan invasif resiko infeksi dapat teratasi dengan Observasi
kriteria hasil :  Monitor karakteristik luka (mis. Drainase,
Tingkat Infeksi (L.14137) warna, ukuran, bau)
 Nyeri menurun  Monitor tanda – tanda infeksi
 Bengkak menurun Terapeutik
 Kemerahan menurun  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Kultur area luka membaik  Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu
 Kadar sel darah putih membaik  Bersihkan dengan cairan NaCl / pembersih
 Cairan berbau busuk menurun nontoksik, sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit / lesi, jika
perlu
 Pasang balutan sesuai dengan jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakuka
perawatan luka
 Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat &
drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam sekali
sesuai kondisi pasien
 Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/ KgBB /
haridan protein 1,25-1,5 g/KgBB/hari
 Berikan suplemen dan vitamin dan mineral,
sesuai indikasi
 Berikan terapi TENS (stimulasi syaraf
transkutaneous), jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tanda & gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori & protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement, jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri (I.08238)
kurang kontrol tidur d.d keperawatan ... X jam diharapkan Tindakna
kondisi pasca operasi gangguan pola tidur dapat teratasi Observasi
(D.0055) dengan kriteria hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Status kenyamanan (L.08064) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Pola tidur membaik  Identifikasi skala nyeri
 Suhu ruangan terjaga baik  Identifikasi respon nyeri non verbal
 Kesejahteraan fisik meningkat  Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Perawatan sesuai kebutuhan memperingan nyeri
meningkat  Identifikasi pengetahuan & keyakinan tentang
 Keluhan tidak nyaman menurun nyeri
 Keluhan sulut tidur menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memeprberat rasa
nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode & pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pathway

Panggul sempit Section secsarea

Post anestesi Luka post operasi Post partum nifas

Distensi kandung kemih


Jaringan terputus Jaringan terbuka
Penurunan Penurunan kerja
medulla oblongata usus Odema & memar di uretra

Merangsang area Proteksi kurang


Penurunan refleksi Penurunan kerja otot sensorik Penurunan sensitivitas &
batuk eliminasi sensasi kandung kemih
Invasi bakteri

Penurunan peristaltic Gangguan rasa Gangguan eliminasi urine


Akumulasi sekret nyaman
usus Resiko infeksi

konstipasi nyeri
Bersihan jalan
nafas tidak efektif

Penurunan progesterone & Psikologi


estrogen
Penambahan anggota
baru
Kontraksi uterus Merangsang pertumbuhan
kelenjar susu & pertumbuhan

involusi Masa krisis Tuntutan anggota baru


Peningkatan hormone
prolaktin
Perubahan pola Bayi menangis
Adekuat Tidak adekuat peran
Merangsang laktasi
oksitosin Gangguan pola tidur
Pengeluaran lochea perdarahan Ejeksi ASI

Hb Kekurangan vol. Efektif Tidak efektif


cairan & elektrolit
Kurang O2 Nutrisi bayi terpenuhi
Resiko syok
(hipovolemik)
kelemahan
Kurang informasi ttg Bengkak
perawatan payudara
Deficit perawatan diri Ketidakefektifan pemberian ASI
Deficiency pengetahuan
Nutrisi bayi kurang
dari kebutuhan
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangakaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (potter & perry, 2011).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang terdiri dari
evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Ada tiga
kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan tujuan
tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan
sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian
apabila jika klien menunjukan perubahan pada sebagian kriteria hasil
yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali (Suprajitno
dalam Wardani, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardani (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda NIC – NOC Edisi Revisi Jilid 2. Yogjakarta: MediAction

Bobak (2005) buku Ajar Keperawatan Maternitas Jakarta: EGC

Potter & perry 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses dan
Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC

PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) (2016). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikasi Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) (2016). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikasi Diagnostik.Edisi 1 Jakarta : DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai