Anda di halaman 1dari 2

Nama: Sarifah Eka Daliana

Nim : 20484011065

Prodi : D3 farmasi

TUGAS FARMAKOLOGI

Soal :

1)Berikan contoh interaksi antar obat-obat kemudian jelaskan interaksi apa yang terjadi ( minimal 2 )

2)Berikan contoh kombinasi obat yang memiliki efek sinergisme/antagonism ( pilih salah satu saja )

3)Berikan contoh cara mengetahui obat yang memiliki terapi ( bisa uji klinis/studi observasional dsb,
minimal 2) dan sertakan lampirannya.

Jawab:

1.•Ibuprofen & aspirin ibuprofen mengurangi efek aspirin oleh Other . Hindari atau Gunakan Obat
Alternatif.Ibuprofen menurunkan efek antiplatelet dari aspirin dosis rendah dengan memblokir situs
aktif platelet siklooksigenase. Berikan ibuprofen 8 jam sebelum aspirin atau setidaknya 2-4 jam
setelah aspirin. Efek NSAID lain pada aspirin tidak ditetapkan.

•deksametason & simvastatin deksametason akan menurunkan kadar atau efek simvastatin dengan
mempengaruhi metabolisme enzim hati / usus CYP3A4. Hindari atau Gunakan Obat Alternatif.

2.Sinergisme, contoh : sulfonamide mencegah bakteri untuk mensintesa dihidrofolat, sedangkan


trimetoprim menghambat reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat.Kedua obat ini bila diberikan
bersama-sama akan memiliki efek sinergistik yang kuat sebagai obat anti bakteri.

3.Studi Tahap Penelitian klinis

Uji Klinik Tahap 1

Pasien: 20 sampai 100 relawan yang sehat untuk orang-orang dengan penyakit / kondisi. Waktu
Studi: Beberapa bulan Tujuan: Keselamatan dan dosis Persentase Obat yang berhasil menuju ke
Tahap berikutnya 70%

Uji Klinik Tahap 2

Pasien: Sampai beberapa ratus orang dengan penyakit / kondisi tertentu. Waktu Studi: Beberapa
bulan sampai 2 tahun Tujuan: Khasiat dan efek samping Persentase Obat yang lolos ke tahap
Berikutnya 33%

Uji Klinik Tahap 3

Pasien: 300 sampai 3.000 relawan yang memiliki penyakit atau kondisi Waktu Studi: 1 sampai 4
tahun Tujuan: Khasiat dan monitoring efek samping Persentase Obat yang lolos ke tahap Berikutnya
25-30%

Uji Klinik Tahap 4

Pasien: Beberapa ribu relawan yang memiliki penyakit / kondisi tertentu Tujuan: Keamanan dan
kemanjuran.
STUDI DESAIN OBSERVASIONAL

Secara umum, studi observasi terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu studi deskriptif dan studi
analitik. Studi deskriptif umumnya paling sering digunakan untuk menggambarkan pola penyakit dan
dan untuk mengukur kejadian dari faktor risiko untuk penyakit (pajanan) pada satu populasi.
Sedangkan jika kita ingin mengetahui asosiasi antara kejadian penyakit dan faktor risikonya, maka
studi analitik dilakukan

Studi deskriptif

merupakan langkah awal dalam melakukan investigasi epidemiologi. Studi ini menjawab pertanyaan
berkaitan dengan aspek epidemiologi yang meliputi ‘orang, tempat dan waktu ’ dan aspek ini
dipergunakan untuk menjawab pertanyaan ‘ siapa?, apa?, dimana? dan ketika?’. Termasuk sebagai
studi deskriptif adalah survey prevalensi, studi migrant dan seri penyakit (case series) [1, 2]. Survey
prevalensi dilakukan untuk menggambarkan kondisi kesehatan suatu populasi atau faktor resiko
kesehatan, misalnya Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia, dilakukan secara rutin setiap
dua-tiga tahun sekali, untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia dan berguna untuk
melakukan perencanaan kesehatan.

studi analitik

Kita bisa menghubungkan beberapa variabel, misalnya:

Identifikasi perbedaan umur dan kepadatan tulang pada wanita lansia

Analisa hubungan konsumsi kalsium dan vitamin D terhadap kejadian patah tulang pinggul

Identifikasi hubungan antara aktifitas fisik dan pencegahan patah tulang pinggul pada wanita lansia
dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA:

- https://gudangilmu.farmasetika.com/5-tahap-perkembangan-obat-baru-hingga-dipasarkan/3/

- http://metopidfkmunsri.blogspot.com/2014/10/studi-desain-observasional.html

Anda mungkin juga menyukai