Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena
tidakmengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya.Alasan inilah yang
menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun
latar belakangnya.Zat warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga
kontras mikroorganisme disekelilingya ditingkatkan.Penggunaan zat warna
memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang
mengandung zat pati dan granula fosfat (Dwidjoseputro, 1998).
Sejumlah bakteri dapat membentuk kapsul dan lendir.Bakteri
mengeluarkan lendir pada permukaan selnya, kemudian melapisi dinding sel.
Apabila lapisan lapisan lender tersebut cukup tebal dan kompak maka disebut
kapsula (Hastuti, 2008).
Kapsul merupakan lapisan materi polisakarida yang mengelilingi sel- sel
bakteri dan dapat bertindak sebagai pelekat pada sel inang.Kapsul dapat
diketahui dengan pewarnaan bakteri menggunakan Kristal violet dan Cu2SO4
atau tinta cina.Kapsul merupakan struktur luar pelindung sel yang
disekressikan oleh dinding sel. Hanya bakteri tertentu yang membentuk
kapsul dan tidak semua jenis bakteri mempunyai kapsul.Adanya kapsul dapat
dijadikan sebagai proses klasifikasi dan identifikasi bakteri (Madigan , 2012).
Seperti bakteri yang menyebabkan penyakit antraks, penyakit yang ditemukan
pada hewan ternak, tidak pemproduksi kapsul saat tumbuh di luar tubuh inang
akan tetapi membentuk sel kapul saat menginfeksi tubuh inang.Kapsul
memiliki zat gula yang terdiri dari 6 atom karbon yang disebut
heksosa.Kapsul ini lebih banyak memiliki polisakarida daripada molekul
disakarida.Misalnya bakteri Leuconostoc mesenteroides dan beberapa jenis
lalin kapsul tersusun dari dekstran (Madigan, 2012.Untuk telihat ada tidaknya
kapsul pada bekteri digunakan pewarnaan secara langsung/positif dan
pewarnaan secara tidak langsung/negatif.

1
Pewarnaan negatif bukan digunakan untuk mewarnai bakteri tetapimewarnai
latar belakangnya menjadi hitam gelap. Zat warna tidak akanmewarnai sel
melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan
dengan latar belakang hitam. Pewarnaan negatif/tidak langsung dapat terjadi
karena senyawa pewarna bermuatan negatif.Sedangkan, pewarnaan positif/secara
langsung dilakukan dengan menggunakan kristal violet dan CuSO4.5H2O.
Pewarnaan secara langsung ini dimaksudkan untuk mewarnai sel-sel bakteri yang
diamati. Apabila bakteri mempunyai kapsul, maka dalam pengamatan sel bakteri
akantampak berwarna ungu dan diselubungi oleh kapsul yang berwarna biru muda
(Hastuti, 2008).
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan dalam praktikum ini yaitu apa
itu pewarnaan kapsul dan bagaimana prosedur untuk membedakan material
sel kapsular sel bakteri.
1.3. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini untuk memahami dasar kimia pewarnaan
kapsul, dan memahami prosedur untuk membedakan material kapsular sel
bakteri.
1.4. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini agar mahasiswa dapat memahami
dasar kimia pewarnaan kapsul, serta memahami prosedur untuk membedakan
material kapsular sel bakteri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pewarnaan Kapsul
Pada dinding sel, banyak bakteri terdapat zat dengan kadar air tinggi,
beberapa lapisan-lapisan dengan berbagai ketebalan merupakan selubung
lendirdan kapsul. Bagi bakteri, selubung lendir dan kapsul ini tidak begitu
pentinguntuk hidup, akan tetapi dengan memiliki selubung, banyak bakteri
pathogen menjadi resisten terhadap fagositosis, sehingga meningkatkan
virulensinya untukhewan percobaan, sel dapat berfungsi sebagai cadangan
makanan, perlindunganterhadap kekeringan karena dehirasi. Kapsul tidak
memiliki afinitas yang besarterhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat
basa.Kapsul tampaknya tidak larutdalam air.Beberapa kapsul tidak dirusak
oleh gangguan mekanik atau larut biladicuci dengan air. Karena kapsul dari
berbagai species berbeda dalam susunanzat-zatnya, maka tidak semua kapsul
dapat diperhatikan dalam proses pewarnaanyang sama. Komposisi kimiawi
kapsul berbeda-beada menurut organismenya,ada yang berupa polimer
glukosa, polmer gula, Polipeptida dan polimer asam D-glutamat (Schlegel,
1994).
Kebanyakan bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan selnya
yangmelapisi dinding sel. Jika lapisan lendir ini cukup tebal dan kompak
makadisebut dengan kapsula.Pada beberapa bakteri adanya kapsula
menunjukkan sifat yang virulen.Kapsula bakteri tidak berwarna sehingga
untuk mengetahuiada tidaknya kapsula bakteri perlu dilakukan pewarnaan
khusus (Hastuti, 2008).
Pewarnaan ini bisa dilakukan dengan menggunakan nigrosin, merah
kongoatau tinta cina.Setelah ditambahkan pewarna yang tidak menembus
kapsul, makakapsul dapat tampak dengan menggunakan mikroskop cahaya.
Ini merupakan penampilan negatif kapsul yang terlihat jernih dengan latar
belakang gelap(Schlegel, 1994).
Kapsula merupakan lapisan polimer yang terletak di luar dinding sel.
Jikalapisan polimer ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan

3
inidisebut kapsula.Tetapi jika polimer atau polisakarida ini tidak berlekatan
dengandinding sel maka lapisan ini disebut lendir (Darkuni, 2001).
Baik kapsula maupun lendir terdiri dari polisakarida dan
polipeptin(komplek polisakarida dengan protein).Kapsula bukan organ yang
penting untukkehidupan sel bakteri.Hal ini terbukti bahwa sel bakteri yang
tidak dapatmembentuk kapsula mampu tumbuh dengan normal dalam
medium.Kapsula berfungsi dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya.Misalnya berperandalam mencegah terhadap kekeringan,
mencegah atau menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag, bersifat
antifagosit sehingga kapsul memberikan sifatvirulen bagi bakteri.Kapsula
juga berfungsi untuk alat mencantelkan diri pada permukaan seperti yang
dilakukan oleh Streptococcus muans (Darkuni, 2008).
Lapisan lendir terdiri atas karbohidrat dan pada beberapa spesies
tertentu, lender itu juga mengandung unsur N atau P. Lendir bukan suatu
bagian integral dari sel,melainkan suatu hasil pertukaran zat. Lendir
memberikan perlindungan terhadapkekeringan, seakan-akan merupakan suatu
benteng untuk bertahan. Kapsulamerupakan gudang cadangan
makanan.Kapsula bakteri-bakteri penyebab penyakit (patogen) berfungsi
untuk menambah kemampuan bakteri untukmenginfeksi. Selain itu, bakteri
berkapsula juga menyebabkan adanya gangguanlendir dalam proses industri.
(Pelczar, 2007).
Ukuran kapsula sangat dipengaruhi oleh medium tempat
ditumbuhkannya bakteri tersebut.Pada beberapa kejadian tebalnya kapsula
hanya satu per sekiandiameter selnya, namun dalam kasus-kasus lainya
ukuran kapsula jauh lebih besar daripada diameter selnya.Lapisan kapsul
cukup tebal sehingga sulitdiwarnai, oleh karena itu diperlukan suatu
pewarnaan khusus. Salah satu cara pewarnaan kapsula menurut Raebiger
yaitu dengan menggunakan pewarnalarutan formol-gentian violet Raebiger
atau kristal violet. Satu lagi cara untuk perwarnaan kapsula bakteri adalah
dengan pewarnaan negatif (pewarnaan tidaklangsung ). Pada pewarnaan
negatif latarbelakangnya diwarnai zat warna negative sedangkan bakterinya

4
diwarnai dengan zat warna basa.Kapsula tidak menyerapwarna sehingga
terlihat lapisan terang yang tembus dengan latar belakang yang berwarna
(Waluyo, 2007).
Kapsul tidak memiliki aktifitas yang besar terhadap bahan-bahan cat
basa.Beberapa kapsul cepat rusak oleh gangguan mekanis atau larut bila
dicuci denganair. Karena kapsul dari berbagai spesies berbeda dalam susunan
zat-zatnya, maka,tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam proses
pewarnaan yang sama.Pengecatan negatif bertujuan untuk mewarnai latar
belakang atau bidang pandang di bawah mikroskop dan bukan untuk
mewarnai sel-sel mikroba yangdiperiksa.
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Menurut (Kuntanti, 2010), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari
bakteri yaitu:
1. Sumber energi, yang diperlukan untuk reaksi-reaksi sintesis yang
membutuhkan energi dalam pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan
keseimbangan cairan, gerak dan sebagainya.
2. Sumber karbon
3. Sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam
nukleat.
4. Sumber garam-garam anorganik, khususnya folat dan sulfat sebagai anion
dan potasium, sodium magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation.
5. Bakteri-bakteri tertentu membutuhkan faktor-faktor tumbuh tambahan,
disebut juga vitamin bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis
metabolik esensial.
2.3 Fungsi Kapsula Pada Bakteri
a. Berperan sebagai antifagosit sehingga memberi sifat virulen pada bakteri.
b. Mempertahankan diri dari antitoksin yang dihasilkan sel inang.
c. Meningkatkan kemampuan bakteri untuk menimbulkan penyakit.
d. Melindungi sel dari kekeringan dan kehilangan nutrisi. Karena
kapsulamengandung banyak air.
e. Sebagai penyeimbang antara sel dan lingkungan eksternal.6.

5
f. Menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag.
g. Sebagai alat untuk mencantelkan pada permukaan seperti yang
dilakukanoleh Streptococcus mutans.
2.4 Hubungan Antara Kapsula Dengan Virulensi Bakteri
Kapsula berperan sebagai antifagosit sehingga kapsula memberikan
sifatvirulen bagi bakteri.Kapsula melindungi bakteri dari fagosit oleh sel-sel
yang berperan dalam imunitas dari inang. Jika bakteri ini tidak dapat difagosit
oleh sel-sel imunitas (seperti leukosit, limfosit, dan makrofag), maka bakteri
tersebut akan bersifat virulen.Kapsula merupakan lapisan polimer (terdiri atas
polisakarida, polipeptidaatau kompleks polisakarida dengan protein) yang
berlekatan dengan dinding sel.Koloni bakteri yang tidak berkapsula umumnya
tergolong tidak virulen (tidakganas).Dengan tidak adanya kapsula maka
bukan termasuk bakteri yang virulen.Hal ini terkait dengan fungsi bakteri
yang mempunyai kemampuan untukmenimbulkan penyakit. Apabila bakteri
kehilangan kapsulanya sama sekali,maka bakteri tersebut kehilangan
virulensinya, dan dengan demikian kehilangankemampuannya sebagai
penyebab infeks.

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum


Praktikum kimia analitik mengenai pewarnaan yang dilakukan pada hari
senin, 12april 2021 pukul 09.00-1200 WITA. Bertempat di Laboratorium
Kimia Universitas Bina Mandiri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaknipipet
tetes, pembakar bunsen, bak pewarnaan, kertas lensa, kaca objek, ose
inokulasi, mikroskop,bibulous, kristal violet dan tembaga sulfat.
3.3 Prosedur Kerja
1. Siapkan kaca objek yang bersih
2. Berikan beberapa tetes kristal violet diatas kaca objek bersih dengan
menggunakan teknik steril, tambahkan bakteri menggunakan ose sebanyak
3 kali
3. Dengan sebuah kaca objek bersih, campurkan diatas seluruh permukaan
kaca objek sampai membentuk apusan tipis, biarkan 5-7 menit
4. Biarkan apusan mongering diudara
5. Bilas apusan dengan larutan tembaga sulfat 20%
6. Secara perlahan, keringkan diatas kertas saring dan amati dibawah lensa
objek-celup minyak.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperolah pada praktikum ini sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Praktikum

Hasil Keterangan

Hasil yang di dapatkan dari


pewarnaan kapsul negative, hal ini
ditandai dengan warna kemerah-
merahan yang muncul pada sel bakteri
dari hasil uji.

4.2 Pembahasan
Kapsula merupakan lapisan polimer yang terletak di luar dinding sel. Jika
lapisan polimer ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini
disebut kapsula.Tetapi jika polimer atau polisakarida ini tidak berlekatan
dengan dinding sel maka lapisan ini disebut lendir.Baik kapsula maupun
lendir terdiri dari polisakarida dan polipeptin (komplek polisakarida dengan
protein).Kapsula bukan organ yang penting untuk kehidupan sel bakteri.Hal
ini terbukti bahwa sel bakteri yang tidak dapat membentuk kapsula mampu
tumbuh dengan normal dalam medium.
Kapsula berfungsi dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya.Misalnya berperan dalam mencegah terhadap kekeringan,
mencegah atau menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag, bersifat
antifagosit sehinggakapsul memberikan sifat virulen bagi bakteri.Kapsula juga

8
berfungsi untuk alat mencantelkan diri pada permukaan seperti yang dilakukan
oleh Streptococcus mutans.lapisan lendir terdiri atas karbohidrat dan pada
beberapa spesies tertentu, lendir itu juga mengandung unsur N atau P.
Kapsul bakteri sangat sukar diamati dengan mikroskop cahaya biasa
karena tidak berwarna dan mempunyai indeks bias yang rendah. Karena
kapsul bakteri bersifat non ionik, maka pewarnaanya tidak dapat dilakukan
dengan prosedur pewarnaan sederhana biasa. Masalah utama dalam
pewarnaan kapsul ialah bila olesan bakteri yang telah disiapkan itu difiksasi
dengan panas menurut metode yang biasa, maka kapsul tersebut akan rusak,
namun bila tidak difiksasi dengan panas, organisme tersebut akan meluncur
pada waktu pencucian. Jadi pemanasan dilakukan dengan suhu yang sesuai.
Kapsul cukup tebal sehingga sulit diwarnai, oleh karena itu diperlukan
suatu pewarnaan khusus. Salah satu cara pewarnaan kapsula menurut Raebiger
yaitu dengan menggunakan pewarna larutan gentian violet dan dicuci dengan
tembaga sulfat. Tembaga sulfat ini digunakan untuk menghilangkan zat warna
berlebihan karena pencucian biasa dengan air akan melarutkan. Garam
tembaga memberi pula warna pada latar belakang, sehingga sel dan latar
belakang akan tampak biru tua dan simpai berwarna biru yang lebih muda.
Kapsul tidak memiliki aktifitas yang besar terhadap bahan-bahan cat
basa.Beberapa kapsul cepat rusak oleh gangguan mekanis atau larut bila dicuci
dengan air. Karena  kapsul dari berbagai spesies berbeda dalam susunan zat-
zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam proses pewarnaan
yang sama.
Pewarnaan pada praktikum kali ini menggunakan kristal violet
merupakan larutan yang mempunyai kromophore atau butir pembawa warna
yang bermuatan positif (memiliki kation) sedangkan muatan yang berada di
sekeliling bakteri bermuatan negatif (memiliki anion), sehingga terjadi
adanya tarik-menarik antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
bakteri berwarna ungu dan terbentuknya warna biru muda pada kapsula.

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pewarnaan kapsul ialah metode pewarnaan diferensial yang dikhususkan
untuk melihat bagian dari suatu bakteri.
2. Pewarnaan kapsul merupakan gabungan antara pewarnaan sederhana dan
pewarnaan negatif.
3. Contoh bakteri berkapsul antara lain : Bacillus anthracis, Diplococcus
pneumoniae, Klebsiella, Acetobacter xylinium, Bacillus subtilis,
Betacrococus dextranicus.

5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum. Diharapkan kepada praktikan agar
melakukan sungguh-sungguh dan berhati-hati dalam melakukan percobaan
serta menggunakan alat pelindung diri (APD).

10
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti Tri Rini. 2008. Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita
Diabetes Mellitus (Studi Kasus Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta). Program
Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro Semarang.PhD Thesis.
Dwidjoeseputro. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Unipress: Jakarta
Madigan M.T., Martinko J.M., Stahl D.A., Clark D.P. 2012.Biology of
Microorganism. 13th ed. San Francisco: Pearson. P. 140-141
Schlegel, H. G., 1994., Mikrobiologi Umum, 202, Edisi ke-6, Gajah Mada
University Prees, Yogyakarta.
Darkuni, N. 2001.Mikrobiologi. Malang: JICA
Pelczar, Michael J dan Chan, E. C. S. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.
Jakarta: UI Press.
Lud, Waluyo. (2007). Mikrobiologi Umum.Malang : Universitas
MuhammadiyahMalang Press.

11
LAMPIRAN

Pembuatan Apusan Pemberian Oil Imersi

Pengamatan dibawah Mikroskop Hasil Pengamatan

12

Anda mungkin juga menyukai