DENGAN TB PARU
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-
laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti
2000).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dananak yang diperoleh dari
Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yng bercerai atau
kehilangan pasangannya.
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak
f. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay
masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominiti
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah
merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.
(Suprajitno, 2004: 7)
a. Fungsi Afektif
sakit.
c. Fungsi Reproduksi
d. Fungsi Ekonomi
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memenuhi syarat.
1. Definisi
organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe,
RI, 2012).
(Smeltzer 2001).
2. Etiologi
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara
lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari
Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan
mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam
yang terinfeksi.
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ;
ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri
padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian
ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa
dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi
bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi
bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada tuberkulosis adalah batuk yang
tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan ada
tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang
muncul adalah :
a. Demam : terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
d. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
5. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit
Tuberculosis Paru
yaitu :
Tipe penderita
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
c. Pindahan (Transfer-In)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
bulan atau lebih, kemudian dating kembali dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA (+).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik.
b. Pemeriksaan sputum
dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil
dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu
terjadinya nekrosis.
n. Pemeriksaan elektrolit
rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi
7. Penatalaksanaan
tersebut, maka pengobatan secara paduan beberapa obat ternyata dapat mencapai
Indonesia dan dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain
5R2H2.
jangka panjang 12–18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-
lain.
Sterptomisin ( S ).
Obat anti TB tingkat dua ini daya terapeutiknya tidak sekuat yang
Belakangan ini WHO menyadari bahwa pengobatan jangka pendek tersebut baru
berhasil bila obat-obat yang relatif mahal ( R & Z ) tersedia sampai akhir masa
banyak yang gagal mencapai angka kesembuhan yang ( cure rate ) ditargetkan
yakni 85 % karena :
TB.
Mencegah kekambuhan
Pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50
a. Katagori I
Ditujukan terhadap :
dua bulan BTA menjadi negatif, diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah
dua bulan masih positif, tahap intensif diperpanjang lagi selama 2 – 4 minggu
dengan 4 macam obat. Pada populasi dengan resistensi primer terhadap INH
rendah pada tahap intensif cukup diberikan 3 macam obat yakni RHZ.
neurologis ), R dan H harus diberikan setiap hari selama 6 – 7 bulan. Paduan obat
alternatif adalah 6 HE ( T ).
b. Kategori II
Ditujukan terhadap :
Kasus kambuh
setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka diteruskan dengan tahap
lanjutan. Bila setelah 3 bulan tahap intensif BTA tetap positif, maka tahap intensif
tersebut diperpanjang lagi 1 bulan dengan RHZE. Bila setelah 4 bulan BTA masih
juga positif pengobatan dihentikan selama 2 – 3 hari, lalu diperiksa biakan dan
resistensi terhadap BTA dan pengobatan diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila
pasien masih mempunyai data resistensi BTA dan ternyata BTA masih sensitif
terhadap semua obat dan setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka tahap
sputum masih cukup besar. Bila data menunjukkan resiten terhadap R dan H,
R3H3E3 yang perlu diawasi dengan ketat. Bila sputum BTA masih tetap positif
setelah selesai tahap lanjutan, maka pasien tidak perlu diobati lagi.
c. Kategori III
Ditujukan terhadap :
Pengobatan tahap lanjutan dengan panduan 2RH atau 2 R3H3. Bila kelainan paru
lebih luas dari 10 cm2 atau pada TB ekstra paru yang belum remisi sempurna,
maka tahap lanjutan diperpanjang lagi dengan H saja selama empat bulan lagi.
d. Kategori IV
(sedikitnya R dan H), sehingga masalahnya jadi rumit. Pasien mungkin perlu
dirawat beberapa bulan dan diberikan obat-obat anti TB tingkat dua yang kurang
penularan.
8. Evaluasi Pengobatan.
negatif.
bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum
BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan
resistensi dilakukan pada pasien baru yang BTA-nya masih positif setelah
tahap intensif dan pada awal terapi pasien yang mendapat pengobatan
ulang ( retreatment ).
darah perifer. Asam urat darah perlu diperiksa bagi yang memakai obat Z.
bila terdapat hepatitis karena obat ( kebanyakan karena R dan H ), maka
kembali secara desensitisasi. Tes mata untuk warna perlu bagi yang
seperti di Afrika, diperkirakan lebih tinggi lagi. BTA yang sudah resisten
terhadap obat anti TB saat ini sudah dapat dideteksi dengan cara PCR-
hari. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 99% BTA yang resisten terhadap
a. Terhadap individu.
Biologis
sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
Psikologis
menyenangkan
Sosial.
Spiritual
b. Terhadap keluarga.
Produktifitas menurun
pengobatan.
Psikologis
lain.
Sosial
a. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
Proses Keperawatan
Pengumpulan data
tinggal.
15 tahun dan dewasa muda antara 15-44 tahun ,tinggal ditempat kumuh
Kebiasaan makan
BP4, Rumah Sakit dan Dokter pratek swasta (Depkes RI, 2012).
menyelesaikan masalah.
2005).
Aktivitas
Data lingkungan
Karakteristik rumah
Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
a. Fungsi Afektif
orang lain.
TBC.
keluarga
memenuhi syarat.
keluarga.
masalah teratasi.
Fungsi Reproduksi
Koping keluarga
(individu).
kesehatan.
satu perlu dilakukan skor Proses skoring menggunakan skala yang telah
dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1999). Proses scoring untuk setiap
diagnosis keperawatan:
bobot.
kelompok, yaitu:
bantuan perawat.
dapat ditingkatkan.
Diagnosa yang mungkin muncul pada keluarga dengan penyakit TBC
adalah :
menurun (Doenges,1999)
Prioritas masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
hadapi.
prasarana.
e. Potensi masalah TBC untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah
TBC yang akan timbul dan dapat dikuraangi atau dicegah melalui tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah TBC
adalah :
atau masalah TBC yang menunjukkan pada prognosa dan beratnya TBC
kesehatan keluarga.
masalah TBC dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui
3. Rencana Keperawatan
sifatnya dapat diukur, langsung dan spesifik. Dan tujuan jangka panjang
pengetahuan dan sikap dari keluarga Tn.S berupa respon verbal, afektif
Kriteria evaluasi :
TBC.
menderita TBC.
Standar evaluasi :
tindakan keperawatan.
Intervensi pada keluarga dengan masalah TBC antara lain sebagai berikut
(Doenges, 1999) :
4. Implementasi
adalah :
menderita TBC.
b. Tingkat pendidikan keluarga
menderita TBC.
Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik pada keluarga akan
5. Evaluasi
Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus disesuaikan
dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi. Bila tujuan tersebut