Udah Ku Edit, Rahma (Proposal Windshield Tpa)
Udah Ku Edit, Rahma (Proposal Windshield Tpa)
Sri Sumaryani, M. Kep., Sp. Mat. Novita Kurnia Sari, S. Kep., M.Kep
NIK : 17304 NIK :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan
atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan
dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum. Pergaulan
adalah proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat
juga oleh individu dengan kelompok. Manusia juga memiliki sifat tolong-
B. Permasalahan Mitra
D. Tujuan Kegiatan
E. Manfaat Kegiatan
dan menyadari pentingnya adab pergaulan dalam islam untuk mencegah hiv
F. Target Luaran
Target luaran kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman, pengetahuan
G. Kegiatan Penunjang
islam untuk mencegah hiv aids sejak dini dan menggambar terkait pakaian
H. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan
Juni 2016
1. Pengajuan Proposal
2. Windshield Survey
3. Komuda
4. Penyerahan Laporan Kegiatan
I. Rincian Biaya
Pemakaian Satuan
TOTAL
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. ADAB BERPAKAIAN
1. PENGERTIAN ADAB:
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan
atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini
digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum.
2. MENURUT M. QURAISH SHIHAB ADA EMPAT FUNGSI UTAMA
PAKAIAN:
a) Pakaian sebagai penutup aurat. Au-rat berarti buruk, tidak
menyenangkan. Keburukan yang dimaksud tidak harus dari arti sesuatu
yang pada dirinya buruk, tetapi bisa juga karena adanya faktor lain yang
mengakibatkannya buruk. Tidak ada satupun bagian tubuh yang buruk,
karena semuanya baik dan bermanfaat, termasuk aurat. Tetapi bila
dilihat orang lain maka kelihatan itulah yang buruk.
b) Pakaian sebagai hiasan, perhiasan adalah sesuatu yang dipakai untuk
memperelok. Salah satu fungsi utama dari perintah berpakaian yang
diterangkan dalam Al-Qur‟an adalah sebagai perhiasan
c) Pakaian untuk perlindungan, di mana pakaian dapat memberi pengaruh
psikologis terhadap pemakainya.
d) Pakaian sebagai penunjuk/identitas, di mana pakaian disini memberikan
ciri tersendiri, terutama pembeda antara laki-laki dan wanita.
3. ADAB-ADAB MENGENAKAN PAKAIAN :
“Wahai bani Adam, telah kami turunkan kepada kalian pakaian untuk
menutupi auratkalian dan juga perhiasan. Sedangkan pakaian takwa ,
demikian itu lebih baik. Demikian itu adalah salah satu dari ayat-ayat
Allah, agar mereka mau mengingatnya. Wahai Bani Adam, janganlah
sampai syaithan menimpakan fitnah kepada kalian sebagaimana dia telah
mengeluarkan kedua orang tua kalian dari surga, dan meninggalkan
pakaian mereka berdua sehingga auratnya tersingkap. Sesungguhnya
syaithan, dia dan pengikutnya dapat melihat kalian dari tmepat yang
kalian tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
para syaithan sebagai wali bagi orang-orang yang tidak beriman.“ ( Al-
A'raf : 26 – 27 ).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash radhiallahu ‘anhuma,
dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : " Makan,
minum, bersedekah dan berpakainlah kalian tanpa berlebih-lebihan dan
berbuat kesombongan"1.
Diantara adab-adab mengenakan pakaian dan berhias :
a) Wajibnya Menutup Aurat :
Allah telah memberikan nikmat kepada hamba-hambanya yang
mana Allah menutup mereka dengan pakaian yang hakiki,
kemudian membimbing mereka kepada pakaian lainnya yang
ma'nawi yang lebih besar kedudukannya daripada pakaian yang
pertama, Allah Jalla wa 'Ala :
“ Wahai bani Adam, telah kami turunkan kepada kalian pakaian
untuk menutupi auratkalian dan juga perhiasan. Sedangkan
pakaian takwa , demikian itu lebih baik. Demikian itu adalah salah
satu dari ayat-ayat Allah, agar mereka mau mengingatnya. Wahai
Bani Adam, janganlah sampai syaithan menimpakan fitnah kepada
kalian sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua orang tua
kalian dari surga, dan meninggalkan pakaian mereka berdua
sehingga auratnya tersingkap. Sesungguhnya syaithan, dia dan
pengikutnya dapat melihat kalian dari tmepat yang kalian tidak
dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan para
syaithan sebagai wali bagi orang-orang yang tidak beriman “( Al-
A'raf : 26 – 27 ).
Ibnu Katsir berkata – di dalam menafsirkan ayat ini – Allah
memberikan nikmat kepada hamba-hambanya dengan apa yang
telah dia jadikan bagi mereka berupa libas (pakaian) dan risyah
(perhiasan), libas yang menutup aurat dan aurat adalah as-sauaat,
dan Ar-Risy adalah apa yang dipakai untuk berhias secara zhahir,
maka yang pertama termasuk perkara yang darurat dan Ar-Risy
termasuk perkara yang sekunder dan berupa kebutuhan tambahan 2.
1
HR. An-Nasaa'i (2559) Al-Albani menghasankannya (shahih Sunan An-Nasaa'i dengan no.
( 2399), dan Ahmad meriwayatkannya (6656), Ibnu Majah (3606) dan hadits ini ada pada riwayat
Al-Bukhari secara mu'allaq di awal kitab Al-Libas.
2
Tafsir Al-Qur`an Al-Azhim (2/217) cetakan Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah – Beirut – 1418 H.
Dan menutup aurat termasuk dari adab-adab yang agung yang
diperintahkan didalam agama Islam, bahkan laki-laki dan
perempuan dilarang melihat kepada aurat sebagian mereka
dikarenakan akan mengakibatkan mafsadah . Syariat telah
mengantisipasi setiap pintu yang dapat menghantarkan kepada
kejelekan, dan aurat merupakan seuatu yang oleh seorang manusia
tidak senang menampakkannya, melihatnya. Karena kata aurat itu
diambil dari kata al-aur yang artinya adalah al-aib (yang
memalukan), dan setiap sesuatu yang kamu tidak suka memandang
kepadanya, karena memandang kepadanya dianggap sebagai
sesuatu yang aib (memalukan), sebagaiman perkataan Ibnu
Utsaimin3.
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : " Janganlah seorang laki-laki
memandang kepada aurat laki-laki, dan jangan pula wanita
memandang kepada aurat wanita, dan janganlah seorang laki-laki
berselimut dengan laki-laki lain dalam satu kain, dan janganlah
seorang wanita berselimut dengan wanita lainnya di dalam satu
kain4"5.
Dari Al-Miswar bin Makhramah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata :
“ Saya datang dengan batu berat yang saya bawa sedangkan saya
mengenakan sarung yang tipis, beliau berkata : “Tiba-tiba sarung
saya terlepas sedangkan ada bersamaku batu yang tidak dapat saya
letakkan di tempatnya sampai saya membawanya ke tempatnya,
maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : " Kembali
engkau ke kainmu dan kenakanlah. Jangan kamu berjalan dalam
keadaan telanjang"6.
3
Asy-Syarh Al-Mumti' (2/133).
4
Yaitu janganlah mereka berdua berbaring dalam keadaan telanjang di bawah satu kain,
sebagaimana yang dijelaskan di dalam Tuhfat Al-Ahwadzi syarah Jami At-Tirmidzi.
5
HR. Muslim (338), Ahmad (11207), At-Tirmidzi (2793) dan Ibnu Majah (661).
6
HR. Muslim (341) dan Abu Daud (4016).
Dan Dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya dia berkata :
"Saya berkata wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Manakah aurat kami yang kami harus jaga dan yang boleh kami
tampakkan ? Beliau berkata : “ Jagalah auratmu kecuali dari istrimu
atau budak yang kamu miliki. Beliau berkata : “Saya berkata :
wahai Rasulullah apabila ada satu kaum sebagian mereka berada
bersama sebagian lainnya ? Beliau berkata : “ Apabila kamu mampu
agar tidak seorang pun dapat melihat auratmu maka jangan sampai
mereka melihatnya. Beliau berkata : “ Saya berkata : Wahai
Rasulullah : Apabila salah seorang dari kami dalam keadaan
bersendiri ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Allah
lebih berhak untuk seseorang malu dari-Nya daripada manusia" 7.
Aurat laki-laki yang diperintahkan untuk menutupnya – selain dari
suami dan budak perempuannya – mulai dari pusar sampai ke lutut.
Dan wanita seluruh badannya adalah aurat – kecuali kepada
suaminya – adapun kepada mahramnya maka bagi mereka boleh
melihat keapa apa yang selalu nampak seperti wajah, kedua tangan,
rambut, leher dan yang semisal dengan hal tersebut, dan aurat
wanita bersama anak-anak wanita yang sejenisnya mulai dari pusar
sampai ke lutut.
7
HR. Abu Daud (4017) dan Al-Albani menghasankannya no.(3391), dan At-Tirmidzi
meriwayatkannya (2794) dan Ibnu Majah (1920).
seluruh riwayat yang ada untuk dijadikan hujjah atas masalah yang
dibahas. Diantara hadits-hadits tersebut hadits yang diriwayatkan
oleh Malik di dalam Al-Muwathta', Ahmad, Abu Daud dan At-
Tirmidzi dari hadits Jarhad Al-Aslami radhiallahu ‘anhu dia berkata
: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah lewat dan ketika
itu saya memakai burdah dan paha saya tersingkap, maka beliau
berkata : " Tutuplah pahamu karena sesungguhnya paha itu aurat"
At-Tirmidzi menghasankan hadits ini8.
Dan sbeagian ulama lainnya berpendapat bahwa paha laki-laki
bukan aurat, mereka berdalil dengan hadits riwayat Anas
radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallammembuka sarung dari pahanya sehingga saya sungguh
melihat putih paha beliau. Ahmad dan Al-Bukhari meriwayatkan
dan berkata hadits Anas lebih bagus sanadnya dan hadits Jarhad
lebih hati-hati9, dan pendapat mayoritas ulama lebih hati-hati karena
hadits-hadits yang pertama merupakan ketentuan dalam
pembahasan ini, sedangkan hadits Anas radhiallahu ‘anhu masih
ada masih relatif 10.
Masalah Lainnya : Sebagian wanita sengaja memakai sebagian
pakaian yang menampakkan tempat-tempat fitnah dari tubuhnya
dan perhiasannya bagian dalam, seperti menampakkan punggung
atau paha atau bahagian darinya, atau memakai pakaian yang
memperlihatkan tubuhnya, atau sempit yang menonjolkan bagian-
bagian yang dapat menimbulkan fitnah, dan sebagian mereka
beralasan bahwa aurat yang diperintahkan untuk menutupnya
diantara wanita adalah mulai dari pusar sampai ke lutut, dan bahwa
mereka hanya memakai pakaian tersebut di perkumpulan wanita
saja, maka apa jawaban atas pernyataan tersebut?
8
Al-Albani menshahihkan riwayat Abu Daud dengan no. (3389).
9
Lihat shahih Al-Bukhari, Kitab Ash-Shalat. Bab : Maa yudzkar fii Al-Fakhdz.
10
Fatwa Lajnah Ad-Daa`imah no.(2252) (6/167 – 165).
Jawabannya : Tidak diragukan lagi bahwa aurat perempuan
bersama perempuan lainnya adalah apa saja yang ada diantara pusar
dan lutut, akan tetapi hal ini disyaratkan apabila aman dari fitnah,
dan yang terjadi pada kebanyakan wanita pada hari ini mereka
melewati batasan di dalam menutup aurat mereka11.
Bahkan keadaan ini membawa kepada terfitnahnya sebagian wanita
kepada sebagian lainnya. Sekian banyakkisah yang populer
berkaitan dengan mereka – kaum wanta – ini. Ada yang tahu dan
ada pula yang tidak mengetahuinya. Perkumpulan wanita bukanlah
alasan di dalam memakai pakaian yang tidak halal bagi wanita
untuk memakainya, bahkan kapan saja pakaian itu sebagai faktor
terjadinya fitnah dan sebagai penggerak tabiat yang jelek maka hal
itu diharamkan walaupun hal itu di tengah-tengah para wanita.
As-Syaikh Ibnu Utsaimin memiliki perkataan tentang memakai
pakaian yang sempit, alangkah baiknya untuk kami sebutkan hal
tersebut, beliau berkata : “Memakai pakaian yang sempit yang
menampakkan bagian-bagian tubuh yang dapat menimbulkan fitnah
dari tubuh wanita adalah perkara yang diharamkan. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : " Dua golongan dari
penduduk neraka yang belum saya lihat : sekelompok laki-laki yang
ada bersama mereka cambuk seperti ekor-ekor sapi, mereka
memukulkannya kepada manusia – maksudnya karena kezhaliman
dan aniaya - , dan wanita yang berpakaian lagi telanjang yang
menyimpang dari ketaatan Allah dan memakai sanggul yang
miring"12.
11
Kabar-kabar tentang mereka tidak mengembirakan orang yang beriman, dan kita membersihkan
telinga-telinga dan mata-mata kalian dari perkara yang mendatangkan kabar-kabar tersebut, dan
barang siapa yang ingin mengetahui hal tersebut maka dia bisa menanyakannya kepada wanita
karena ada pada mereka banyak kabar tentang keadaan mereka yang sebenarnya, wallahul
musta'an.
12
HR. Muslim (2128), Ahmad (8351), Malik (1694), dan lafazhnya yang sempurna ada pada
riwayat Muslim : (kepala-kepala mereka seperti punuk onta yang miring, mereka tidak masuk ke
dalam surga dan tidak pula mendapatkan baunya dan sungguh bau wangi surga didapatkan dari
jarak sekian dan sekian).
Dan perkataan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam "mereka
berpakaian lagi telanjang" bahwa mereka memakai pakaian yang
pendek tidak menutupi apa yang wajib ditutup dari aurat, dan
ditafsirkan bahwa mereka memakai pakaian yang tipis yang tidak
menghalangi pandangan apa yang ada dibaliknya dari kulit wanita,
dan ditafsirkan bahwa mereka memakai pakaian yang sempit yang
mana dia menutupi dari pandangan akan tetapi menampakkan
lekuk-lekuk tubuh wanita, dan berdasarkan ini tidak boleh bagi
wanita untuk memakai pakaian yang sempit kecuali kepada orang
yang boleh baginya menampakkan auratnya di sisinya dan dia
adalah suaminya karena tidak ada antara suami dan istri aurat
berdasarkan firman Allah ta'ala : “ Dan mereka – orang-orang
yang beriman – adalah yang menjaga kemaluan mereka. Kecuali
bagi para istri mereka ataukah kepada budak yang mereka milik,
karena mereka itu tidak akan dicela karenanya “( Al-Mu'minun : 5
–6)
Aisyah berkata : " Saya dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mandi dari satu bejana tangan-tangan kami berganti-gantian
mengambil air pada bejana itu"13.
Maka seseorang antara dia dan istrinya tidak ada batasan aurat,
adapun antara wanita dan mahramnya maka wajib bagi wanita
menutup auratnya, dan pakaian yang sempit tidak boleh digunakan
di hadapan mahram tidak pula di hadapan para wanita apabila
pakaian itu sangat sempit yang menampakkan bagian tubuh wanita
yang menggoda14.
Faedah : termasuk perkara adab bersama Allah subhanahu wa
ta'ala, seseorang yang ingin mandi hendaknya menutup dirinya
dengan sesuatu yang dapat menutupinya, lebih khusus lagi orang
yang berada di tempat-tempat yang terbuka yang tidak ada suatu
13
HR. Al-Bukhari (261) Muslim (316) dan selain keduanya.
14
Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin (2/825 – 826) cetakan Daar ‘Alam Al-Kutub – Riyadh
– cetakan pertama 1411 Hijriyah.
pun yang menghalanginya. Ya'la radhiallahu ‘anhu telah
meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallampernah melihat seorang laki-laki mandi di Al-Baraz15 tanpa
memakai sarung, maka beliau naik ke mimbar dan bertahmid serta
memuji Allah kemudia berkata : "sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla maha pemalu dan Maha menutupi yang mencintai rasa malu
dan sifat menutup diri, maka apabila salah seorang dari kalian
mandi hendaknya dia menutup dirinya (dari pandangan orang
lain)"16.
Dan di dalam hadits Hakim dari ayahnya dari kakeknya dia berkata
: "….Saya berkata wahai apabila salah seorang dari kami
bersendiri? Beliau berkata : Allah lebih berhak untuk kalian malu
kepadanya dari pada kepada manusia"17.
c) Haramnya Laki-laki Menyerupai Wanita Dan Wanita
Menyerupai Laki-laki :
Pada perkara tersebut adanya ancaman yang keras dan laknat dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : " Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallammelaknat laki-laki yang menyerupai
wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki" dan di dalam lafazh
yang lain : "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki
yang berperilaku layaknya wanita dan wanita yang berperilaku
layaknya laki-laki. Dan berkata keluarkanlah mereka dari rumah-
rumah kalian.”
15
Al-Baraz dengan harakat fathah : tempat yang lapang dari tanah yang jauh lagi luas, dan apabila
maunsia keluar menuju tempat tersebut maka akan dikatakan : baraza yabruzu buruzan, yaitu dia
keluar menuju al-baraz. Dan Al-Baraz juga dengan fathah :adalah tempat yang tidak ada
padanya….(afwan tdk jelas bela) dari pepohonan dan tidak pula selainnya…(Lisan Al-Arab 5/309)
Bahasan : ب ر ز
16
HR. Abu Daud (4012) dan Al-Albani menshahihkannya, dan Ahmad (17509) dan An-Nasaa'i
(406).
17
Takhrijnya telah berlalu.
Ibnu Abbas berkata : “ Nabi mengeluarkan si fulan dari rumahnya
dan Umar mengeluarkan si fulan dari rumahnya"18.
Dan penyerupaan kadang ada pada cara berpakaian, cara berbicara
dan terkadang pada cara berjalan dan yang semisalnya. Maka kapan
saja seorang laki-laki mengerjakan apa yang merupakan kekhususan
wanita di dalam cara berjalan, cara berbicara atau cara memakai
pakaian maka dia telah masuk di dalam laknat, atau kapan saja
seorang wanita mengerjakan apa yang merupakan kekhususan laki-
laki di dalam cara berjalan, cara berbicara atau cara berpakaian
maka dia telah masuk dalam laknat tersebut.
d) Masalah : Apabila Penyerupaan Tersebut Merupakan Sifat Asli
Seseorang Apakah Dia Masuk Ke Dalam Laknat Dan Celaan?
Jawab : Ibnu Hajar bekata : “ Adapun seseorang yang
penyerupaan tersebut merupakan sifat aslinya maka ia hanya
diperintahkan agar berupaya meninggalkan sifat tersebut dan
membiasakan untuk meninggalkan kebiasaannya itu secara
bertahap, apabila dia tidak melaksanakannya dan terus menerus
bersifat seperti itu maka dia masuk ke dalam celaan, terlebih lagi
apabila nampak darinya apa yang menunjukkan akan keridhaan
akan sifat tersebut. Hal ini merupakan perkara yang jelas dari lafazh
Al-Mutasyabbihin19.
e) Disunnahkan Menampakkan Adanya Pemberian Nikmat Dari
Allah Dalam Berpakaian Dan Yang Selainnya :
Disunnahkan bagi orang yang Allah berikan harta agar
menampakkan adanya pengaruh nikmat Allah atasnya dengan
memakai pakaian yang indah tanpa adanya sikap berlebih-lebihan
dan sikap sombong, dan janganlah ia terlalu menekan dirinya
sendiri atau berlaku kikir dengan hartanya, bahkan hendaknya dia
18
HR. Al-Bukhari (5885) (5886) Ahmad (1983) At-Tirmidzi (2783) Abu Daud (4097) Ibnu Majah
(1904) dan Ad-Darimi (2649).
19
Fathul Baari (10/345).
memakai pakaian yang baru lagi indah dan bersih untuk
menampakkan adanya nikmat Allah atasnya.
Diriwayatkan dari Abu Al-Ahwash dari ayahnya dia berkata :
“Saya pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
pakaian yang lusuh murahan20. Maka beliau berkata : “Apakah
kamu memiliki harta? Abul A'wash berkata : iya. Beliau berkata : “
Dari harta yang mana? “
Abul A'wash berkata : Allah telah memberiku beberapa sapi dan
kambing, kuda dan budak. Nabi berkata : "Apabila Allah telah
memberimu harta maka hendaknya engkau menampakkan pengaruh
nikmat dan kemuliaan "21.
Dan manusia di dalam hal ini ada dua sisi dan pertengahan, satu
kaum ada yang terlalu menekankan bagi dirinya dan terlalu hemat
entahkah itu dengan alasan agama – menurut persangkaan mereka –
ataukah karena kebakhilan. Dan kaum yang berlebih-lebihan dan
melampaui batas mereka membelanjakan banyak harta pada pakaian
yang akan mudah usang, dan kaum yang berada di pertengahan
yang mereka menampakkan nikmat Allah kepada mereka dalam
berpakaian tempat tinggal tanpa berlebih-lebihan dan tidak pula
menyombongkan diri.
B. ADAB PERGAULAN
1. DEFINISI
2. ETIKA MELIHAT
Yaitu yang jelek dan tidak ada nilainya.
20
HR. Abu Daud (4064) dan lafazhnya berdasarkan periwayatannya, dan Al-Albani
21
dan lutut laki-laki lainnya, baik yang dilihatnya itu dekat maupun jauh,
perut, punggung, dada, dan lainnya boleh asalkan tanpa syahwat. Dalil
lutut.
Adapun selain itu semua adalah aurat yang tidak halal untuk dilihat.
sampai lutut perempuan lainnya, baik yang dilihat itu dekat maupun
harus kita lakukan ialah bekerja sama dalam kebaikan serta tolong-
BAB III
METODE DAN MATERI
A. Metode penerapan IPTEKS
Pada kegiatan ini, metode penerapan ipteks yang kami lakukan adalah
dengan pemberian materi adab pergaulan untuk pencegahan HIV/AIDS sejak
dini.
1. Ceramah
Anak-anak diberikan materi penyuluhan dengan metode bicara satu arah
pembicara memberikan materi tanpa ada tanggapan dari sasaran saat itu.
Akan tetapi akan disiapkan waktu untuk sasaran bertanya.
2. Tanya Jawab
Anak-anak diberikan kesempatan bertanya mengenai materi ataupun
permasalahan terkait adab pergaulan dalam islam untuk mencegah hiv
aids sejak dini
3. Praktek langsung
Anak-anak diberikan kesempatan untuk mencoba meniru yang diajarkan.
Contohnya menggambar cara berpakaian yang baik dan benar menurut
Islam,
4. Media: Powerpoint.
B. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah :
1. Proyektor
2. Alat tulis
3. Pengeras suara
4. PPT dan materi
C. Prosedur pelaksanaan kegiatan
1. Persiapan Kegiatan
Persiapan dilakukan dimulai dengan mempersiapkan segala peralatan dan
materi. Tempat dan media dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan serta
antisipasi
jika anggota tidak selalu hadir dalam kegiatan. Tempat pelaksanaan di
Perumahan Griya Permata Mandiri TPA Al-Ukhwah di masjid perumahan
Per mata Griya Mandiri.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pelaksanaan dimulai dengan pemberian materi sekitar 15 menit
dengan metode ceramah dan media powerpoint. Kemudian kegiatan
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah itu, praktek menggambar cara
berpakaian yang baik dan benar menurut Islam. Kegiatan penyuluhan ditutup.
Seluruh kegiatan diperkirakan selesai dalam waktu 1 jam.
NO KEGIATAN PENYULUHAN WAKTU (MENIT) KEGIATAN
PESERTA
1. Pembukaan :
a. Membuka kegiatan dengan 10’ a. Menjawab salam
mengucapkan salam b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri c. Memberi respon
c. Menjelaskan tujuan dari d. Memperhatikan
penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
2. Tilawah dan Sambutan 5’ Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Inti : menjelaskan isi materi 15’ a. Mendengarkan
penyuluhan dan
memperhatikan
b. Bertanya jika ada
yang kurang
jelas
4. Praktik : menggambar cara berpakaian 15’ Melaksanakan praktik
yang baik dan benar menurut Islam dan bertanya jika ada
yang kurang jelas
5. Evaluasi : mengevaluasi secara lisan 10’ Mendengarkan
tentang materi dan praktek Memberi respon
Memperhatikan dan
menanggapi
6 Penutup : 5’ Menjelaskan kembali
Menyimpulkan kegiatan bersama materi secara bersama
Memberi salam Menjawab salam
Jumlah Waktu 60’
3. Evaluasi
Guna mengevaluasi kegiatan ini, dilakukan pendampingan evaluasi dengan
dosen pembimbing sebagai sarana mengetahui bahwa semua kegiatan ini
berjalan dengan baik atau tidak dan sebagai tolak ukur bahwa kegiatan ini
berhasil.
Referensi
https://www.academia.edu/14913591/adab_pergaulan_dalam_islam?
auto=download
https://jundi75.files.wordpress.com/2013/08/risalah-dakwah-066-adab-pergaulan-
lelaki-dan-perempuan.pdf
Ulwan, A. (2012). Tarbiyatul Aulad Fil Islam Pendidikan Anak dalam Islam.
Solo: Insan Kamil.