Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan

“Gastroentritis Akut (GEA)”


A. Konsep Medis
1. Pengertian
Gastroenteritis adalah radang dari lambung keusus yang memberikan gejala diare
dengan disetai muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah besar.(Manjoer, Arief,
2000).
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal atau cair. Diare akut adalah
defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dan kandungan
air tinja lebih banyak dari pada biasanya yaitu >200 gr atau 200 ml/24 jam (lebih dari
3x1 per hari). Defekasi tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Penularan diare karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari penderita
diare atau melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri patogen yang
berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita dan jug adapat melalui
udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Lama waktu diare :
- Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
- Kronik: berlangsung lebih dari 2 minggu
b. Mekanismi patofisiologis: osmotic atau sekretorik
c. Berat ringan diare: kecil atau besar
d. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
e. Penyebab organik atau tidak: organik atau fungsional
2. Anatomi dan Fisiologi

(dari Joyke L. Kee dan Evelin R. Hayes, Farmakologi pendekatan proses


keperawatan,509 : 1996, EGC)

1. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ
aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Secara umum mulut terdiri atas
dua bagian yaitu :
a. Bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan
gusi
b. Bagian rongga mulut (bagian dalam), yaitu rongga mulut yang dibatasi oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis – lapis, di bawahnya terletak
kelenjar – kelenjar halus yang mengeluarkan lender, selaput ini kaya akan pembulu
darah dan juga memuat banyak ujung akhir syaraf sensoris. Di sebelah luar mulut
ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lender (mukosa).
Di mulut ada beberapa bagian yang perlu diketahui :
1) Palatum
Palatum terdiri dari dua bagian :
a. Palatum durum, yang tersusun atas taju – tajuk palatum dari sebelah depan
tulang maksilaris dan lebih kebelakang terdiri dari dua bagian palatum
b. Palatuum mole, terletak di belakang yang merupakan lipatan menggantung
yang dapat bergerak, terdiri atas aringn fibrosa dan selaput lender
2) Rongga mulut
a. Gigi
Manusia mempunyai dua susunan gigi primer dan sekunder. Juga gigi ada dua
macam, yaitu :
Gigi sulung, molai tumbuh pada anak – anak umur 6 – 7 bulan
Gigi tetap tumbuh pada umur 6 – 18 tahun jumlahnya 32 buah
b. Lidah
Berfungsi untuk menggerakan makanan saat dikunyah atau ditelan.
Dibagian belakang pangkal lidah terdapat epiglotis yang berfungsi untuk
menutup jalan nafas.
3) Kelenjar ludah
Terdapat tiga buah kelenjar ludah bagiannya yaitu :
a. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantar prosesus
mastoid kiri dan kanan os mandibularis, duktusnya stensoni.
b. Kelenjar submaksilaris, terletak dibawah rongga mulut bagian belakang,
duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengn
frenulun lingua.ukuran kurang lebih sebesar kacang kenari.
c. Kelenjar sub lungualis, letaknya terdapat dibawah selaput lender dasar rongga
mulut bermuara didasar rongga mulut.
2. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amande) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang
bnyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini
terdapat persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, yang terletak di
belakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
3. Oesofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, pnajnagnya
sekitar 9 sampai dengan 25 cm dengan diameter sekitar 2.54 cm, mulai dari faring
sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.
4. Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak,
terutama didaerah epigaster lambung, terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilarik terletak dibawah diafragma
didepan pangkreas dan limpa menempel disebelah kiri fundus uteri.
5. Usus halus (intestinum minor)
Adalah saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang merupakan
tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai kiatup ileosekal empatnya
menyatu dengan usus besar. Susunan usus halus :
a. Duodenum
Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 25 cm, berbentuk seperti
sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan ini terdapat pangkreas.
b. Yeyenum
Adalah bagian kelanjutan dari duodenum yang panjangnya lebih 1 - 1,5m.
c. Ileum
ILeum merentang sampai menyatu dengan usus besar dengan panjang 2 – 2,5
m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior
dengan perantaraan lipatam peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesentreum.
6. Hati
Organ yang paling besar dalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya 1500
kg. Letaknya dibagian atas rongga abdomen disebelah kanan bawah
diafragma.Hepar tertetak diquadran kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan
terlindungi oleh tulang rusuk (costae),sehingga dalam keadaan normal (hepar yang
sehat tidak teraba). Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah
yang tidak teroksigenasi tetapi kanya akan nutrien vena porta hepatica.
7. Empedu
Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membrane berotot, letaknya
dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya,
panjangnya 8 – 12 cm berisi 60 cm.
Empedu yang diproduksi oleh sel – sel hati memasuki kanalikuli empedu yang
kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan kiri. Duktus hepatica menyatu untuk
membentuk duktus hepatic komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus
dari kandung empedu damn keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Duktus
empedu komunis bersama denagn duktus pancreas bernuara diduodenum atau
dialihkan untuk penyimpanan dikandung empedu.
8. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatura besar
lambung.
Kelenjar pancreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sanga mirip dengan kelenjar ludah
panjangya kira – kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai kelimpa dan
beratnya rata – rata 60 – 90 gr. Terbentang pada vertebral lumbalis II dan II
dibelakang lambung.
9. Usus Besar
Ukurannya lebi besar daripada usus halus, disini terdapat taenia coli dan apendiks
epiploika, mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki villi,tidal
memiliki lipatan – lipatan sirkuler. Serabut otot longitudinal dalam muskulus
eksterna membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik kolon menjafdi kantong –
kantong besar yang di sebut haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu
katup antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk
merespongelombang peristaltic, sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml sekali
masuk dan untuk total aliran sebanyak 500 ml/hari.
Usus besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
10. Rectum
Rectun adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar(setelah
kolon sigmoid) dan berakhir dianus.Biasanya rectum ini kosong karena tinja simpam
ditempat yang lebih tinggi yaitu pada kolon desenden. Jika kolon desenden penuh dan
tinja masuk kedalam rectum, maka akan timbul keinginan buang air besar, orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan ini, tetapi pada bayi dan anak mudah
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yamg penting untuk menunda
buang air besar. Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh.sebagiann anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus.(Setiadi, 2007)

3. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, yersinia
aoromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus : entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis,
protozoa, jamur)
b. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsillitis,
bronkopnemonia, easefalitis, danlainnya.
2. Faktor malabsorbsi :
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi atau beracun
4. Faktor psikologis rasa takut dan cemas
4. Manifestasi Klinis
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak
enak, dan nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi, tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah

5. Patofisiologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus,
parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor makanan dan faktor psikologis.
Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang masuk
kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung, yang kemudian bakteri
dibunuh oleh asan lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka, ada yang
beberapa lolos sampai keduodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus
gastroenteritis, orga tubuh yang diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan
memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus,
sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri
mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagian cripta villi
dan menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini volume cairan didalam
lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang
sebagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk
mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi
usus maka akan terjadi diare.
Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan
mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus mengakibatkan hiperperistaltik sehingga
terjadi berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehinggan timbul diare.
Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus
menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri abdomen
atau kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri diusus yang menghasilkan
gas H2 dan C02 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan
ini klien akan merasa mual bahkan muntah serta nafsu makannya menurun. Karena
terjadi ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila keadaan ini terus berlanjut dan
klien tidak mau makan maka, akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien terjatuh
dalam keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan menurun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun bisa jadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut
serta kulit tampak kering. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan
membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain air, tubuh juga
kehilangan Na, K dan Ion Karbonat. Bila keadaan ini berlanjut terus, maka volume darah
juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan
akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung meningkat,
nadi cepat tapi kecil, tekanan darah menurun klien sangat lemah kesadaran menurun.
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stres,
marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian siste, pernapasan
simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme
tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka, metabolisme akan terjadi peningkatan dalam
bentuk peningkatan mortalitas usus (Ngastiah, 2005 ; Syaifuddin, 1999 ; Barbara C Long,
1999).
6. Pathway GEA
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- Ph dan kadar gula dalam tinja
- Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
2. Analisa gas darah apabila didapatkantanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa
(pernapasan kusmaul)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Ca dan posfat

8. Penatalaksanaan
Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
- Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat,
urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
- Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS,
tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori
85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20
mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
- Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
- Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan
lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam
perlu dilakukan evaluasi :
- Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
- Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,
2011).
Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan
pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x
sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral,
dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-
14 hari oral atau IV).
Obat Anti Diare 
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan
kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4
x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan
absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi
diare.
Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri
obat ini tidak dianjurkan.

9. Komplikasi
1. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
2. Shock hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolic,
perfusi sistemik buruk)
3. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
4. Kejang demam terjadi pada dehidrasi hipertonik (dehidrasi yang berlebih)
5. Hipoglikemia (gula)
6. Hipokalemia (meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, disritmia jantung)
7. Bakteremia

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas pasien : Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal suku bangsa dan
pekerjaan orang tua.
2) Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari BAB 10 kali (dehidrasi berat).
Apabila diare berlangung
3) Riwayat penyakit sekarang 
- Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan
diare.
- Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
- Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.
- Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
- Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
- Diuresis terjadi oliguria.
4) Riwayat kesehatan meliputi :
- Riwayat imunisasi.
- Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan
- Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya. 
5) Riwayat nutrisi
- Asupan makanan
- Keluhan nyeri abdomen
- Distensi abdomen, mual, muntah.
- Berat badan biasanya turun. 
6) Pola eliminasi
- Frekuensi defekasi sering.3 kali sehari
- Feses cair, mengandung lendir dan darah. 
7) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah, (dehidrasi ringan dan
sedang). Lesu, lungkai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat).
- Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan: dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%.
- Dehidrasi : sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%. Dehidrasi berat
bila terjadi penurunan berat badan 10-15%. 
- Kulit : Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor kulit, inspeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi.
- Mulut/lidah : Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi. Mulut dan lidah
kering (dehidrasi ringan sampai sedang). Mulut dan lidah sangat kering
(dehidrasi berat).
- Abdomen : kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus
yang meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul klien Gastroenteritis adalah
sebagai berikut :
1) Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi, iritasi dan mal absorbsi usus.
2) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan
4) Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama, iritasi kulit,
jaringan.
5) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Perencanaan Keperawatan

Nursing Outcomes Nursing Intervention


Diangnosa
No. Classification Classification
Keperawatan
(NOC) (NIC)
1. Diare : Pasase feses - Bowel elimination Diarhea Management
yang lunak dan tidak - Fluid Balance - Monitor TTV
berbentuk - Hydration - Tingkatkan tirah baring
- Electrolyte and Acid - Monitor persiapan makan
base Balance yang aman, sedikit tapi
Kriteria Hasil : sering
 Feses berbentuk, BAB - Instruksikan pasien untuk
sehari sekali – tiga hari mencatat warna, jumlah,
 Menjaga daerah rectal frekuensi, dan konsistensi
dari iritasi dari feses
 Tidak mengalami diare - Evaluasi intake makanan
 Mempertahankan turgor yang masuk
kulit - Identifikasi faktor
 Bising usus dalam rentan penyebab dari diare
normal - Monitor tanda dan gejala
diare
- Observasi turgor kulit
secara rutin
- Instruksikan pasien untuk
makan rendah serat, tinggi
protein, dan tinggi kalori
jika perlu

2. Risiko kekurangan - Fluid balance Fluid management


volume cairan : - Hydration - Pertahankan catatan intake
Berisiko mengalami - Nutritional Status : Food dan output
dehidrasi, vaskular, and Fluid Intake - Monitor vital sign
selular, atau Kriteria Hasil : - Monitor status hidrasi
intraselular.  Tanda-tanda vital dalam (kelembaban membran
batas normal mukosa, nadi adekuat
 Tidak ada tanda-tanda - Kolaborasikan pemberian
dehidrasi, elastisitas cairan IV
turgor kulit baik, - Dorong masukan oral
membran mukosa - Dorong keluarga untuk
lembab, tidak ada rasa membantu pasien makan
haus yang berlebihan - Kolaborasi dengan dokter
 Mempertahankan urine Hypovolemia management
outpun - Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tanda vital
- Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan cairan

3. Ketidakseimbangan - Nutritional status Nutrition Management


nutrisi kurang dari - Nutritional status : food - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh : and Fluid Intake makanan
Asupan nutrisi tidak - Nutritional status : - Anjurkan pasien untuk
cukup untuk nutrient intake meningkatkan protein dan
memenuhi - Weight control vitamin C
kebutuhan metabolik Kriteria Hasil : - Yakinkan diet yang
 Adanya peningkatan dimakan mengandung
berat badan sesuai tinggi serat untuk
dengan tujuan mencegah konstipasi
 Mampu mengidentifikasi - Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda Nutrition Monitoring
malnutrisi - BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual muntah
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva

4. Nyeri akut : - Pain level Pain management


pengalaman sensori - Pain control - Monitor tanda vital
dan emosionl yang - Comfort level - Lakukan pengkajian nyeri
tidak menyenangkan Kriteria Hasil : secara komprehensif
yang muncul akibat  Mampu mengontrol termasuk lokasi,
kerusakan jaringan karakteristik, durasi,
yang aktual atau nyeri frekuensi,kualitas dan
potensial atau  Melaporkan bahwa nyeri faktor presipitasi
digambarkan dalam berkurang - Observasi reaksi
hal kerusakan  Mampu mengenali nyeri nonverbal dari
sedemikian rupa (skala, intensitas, ketidaknyamanan
frekuensi dan tanda - Evaluasi pengalaman
nyeri) nyeri dimasa lampau
 Mengatakan rasa - Kaji tipe dan sumber nyeri
nyaman setelah nyeri untuk menentukan
berkurang intervensi
 Tidak ada nyeri tekan - Ajarkan pasien untuk
pada area yang nyeri memulai posisi yang
nyaman
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic Administration
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala

5. Ansietas : perasaan - Anxiety self-control Anxiety Reduction


tidak nyaman atau - Anxiety level (penurunan kecemasan)
khawatir yang samar - Coping - Gunakan pendekatan yang
disertai respon Kriteria Hasil : menenangkan
autonom (sumber  Klien mampu - Nyatakan dengan jelas
seringkali tidak mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
spesifik atau tidak mengungkapkan gejala pasien
diketahui oleh - Temani pasien untuk
individu), perasaan cemas memberikan keamanan
takut yang  Vital sign dalam batas dan mengurangi rasa takut
disebabkan oleh normal - Dengarkan dengan penuh
antisipasi terhadap  Postur tubuh, ekspresi perhatian
bahaya wajah, bahasa tubuh dan - Identifikasi tingkat cemas
tingkat aktifitas - Dorong pasien untuk
menunjukkan mengungkapkan perasaan,
berkurangnya cemas ketakutan
- Berikan obat untuk
mengurangi cemas
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. W DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN “GASTROENTERITIS AKUT (GEA)”

DI RUANG MULTAZAM 5 RSU ALIYAH III

OLEH :

AGUS MULIANA

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2020

Anda mungkin juga menyukai