Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN TEHNIK GEMPA

NAMA:M WAHYU FEBRIAN


PRODI: TEKNIK SIPIL
NIM :2220119002

2020
SUMBER GEMPA DAN PENGUKURAN PADA GEMPA.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Rudy Suhendar di Jakarta, Rabu (3/10/2018)
mengatakan sumber gempa bumi di Indonesia berasal dari zona subduksi dan sesar aktif di
darat. Zona subduksi membentang di sebelah barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa,
selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membelok di Kepulauan Maluku yang membentuk palung
laut. Zona subduksi juga sebagai sumber pembangkit tsunami. Sedangkan sesar aktif di darat
antara lain Sesar Besar Sumatera yang memanjang dari utara sampai selatan di Pulau
Sumatera. Sementara di Pulau Jawa terdapat Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Baribis
dan Sesar Opak. "Selain itu terdapat Sesar Belakang Busur Flores di utara Kepulauan Nusa
Tenggara, Sesar Palu-Koro di Sulawesi Tengah, Sesar Tairura-Aiduna, Sesar Sorong dan lain
lain," imbuh Rudy. Meski sudah mengetahui sumber gempa di Indonesia, ia menjelaskan bahwa
gempa bumi belum bisa diprediksi kapan akan terjadi, di mana dan berapa besar
magnitudonya. "Hingga saat ini, yang dapat diprediksi adalah potensi maksimum magnitudo
dan dampak intensitasnya," ungkap Rudy. Saat ini yang dapat dilakukan terkait gempa adalah
mendelineasi sumber gempa bumi, mengestimasi periode ulang gempa bumi, menentukan
parameter tiap sumber gempa bumi. Selain itu dalam menghitung potensi Mmax, Badan
Geologi Kementerian ESDM senantiasa melakukan upaya mitigasi bencana dengan
memetakan daerah yang pernah terjadi tsunami yang disajikan dalam peta rawan gempa bumi
dan tsunami. Selain itu pemerintah juga secara rutin menyampaikan peta Kawasan Rawan
Bencana (KRB) Gempa bumi dan Tsunami kepada seluruh pemerintah daerah. Terkait gempa
yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah, Badan Geologi telah membuat Peta KRB Gempa
bumi Provinsi Sulawesi Tengah, Peta KRB Tsunami Teluk Palu dan Peta Mikrozonasi Gempa
bumi Palu. "Di manapun, wilayahnya harus melakukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
terhadap gempa dan tsunami. Penataan ruang hendaknya berbasis kebencanaan termasuk
semua infrastruktur bangunan harus mempertimbangkan aspek kegempaan. Ini salah satu
upaya mitigasi pengurangan risiko bencana geologi," katanya.

A.SKALA RICHTER

Skala Richter adalah sebuah satuan kekuatan gempa yang dikembangkan oleh Charles F
Richter, seorang ilmuwan Amerika Serikat pada dekade 1930-an. Metode pengukurannya
menggunakan amplitudo. 

Menurut Encyclopaedia Britannica, Skala Richter awalnya dirancang untuk mengukur besarnya


gempa bumi dengan ukuran sedang (yaitu, magnitudo 3 hingga magnitudo 7) dengan
menetapkan angka yang memungkinkan ukuran satu gempa tersebut dibandingkan dengan
gempa lainnya.

Setiap kenaikan satu unit pada SR mewakili peningkatan 10 kali lipat kekuatan gempa.
Singkatnya, angka pada SR sebanding dengan logaritma umum (basis 10) dari amplitudo
gelombang maksimum.
Contohnya, sebuah perekam kekuatan gempa bumi terpasang 100 km dari pusat gempanya,
amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm. Kekuatan gempa tersebut adalah 10 pangkat 3
mikrometer sama dengan 3,0 Skala Richter.

B.SKALA MAGNITUDO
Skala magnitudo sendiri mengadopsi perhitungan SR, namun lebih akurat lantaran dihitung
berdasarkan faktor-faktor penting seperti luas rekahan, panjang slip dan sifat rigiditas
(kekakuan) batuan yang berada di pusat gempa.

Berbeda dengan SR, magnitudo ini menyusun hitungan kekuatan gempa berdasarkan
perpindahan partikel batuan atau tanah di mana sensor dipasang-- bukan cepat getaran partikel
tanah atau batuan di sekitar sensor terpasang. Dengan kata lain, pengukuran magnitudo lebih
luas ketimbang Skala Richter.

Selain lebih luas, magnitudo pun lebih rinci. Dari perpindahan gelombang longitudinal, informasi
menentukan kekuatannya melalui perbedaan stress drop (perbedaan antara tegangan melintasi
sesar sebelum dan sesudah gempa bumi), lebar atau panjang sesar yang aktif, momen seismik
untuk estimasi Ml dan Mb yang menjadi estimasi magnitudo  gelombang tekanan di sumber
gempa.

FREKUENSI TERJADINYA GEMPA

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati


menyebut, pentingnya penguatan sistem mitigasi gempabumi dan tsunami, mengingat
terjadinya lonjakan frekuensi gempabumi dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data BMKG, kejadian gempabumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4.000-
6.000 kali dalam setahun, lalu yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an.
Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7.000 kali dalam
setahun.
"Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11.920 kali kejadian gempa. Ini namanya bukan
peningkatan, tapi sebuah lonjakan," ujar Dwikorita dalam kegiatan IOWave20 seperti dikutip
dari laman resmi BMKG, Rabu 7 Oktober 2020.

TINGKAT RESIKO GEMPA.

Tingkat resiko gempa bumi adalah kemungkinan suatu struktur dilanda gempa bumi yang
lebih besar dari pada gempa rencana, dapat dihitung dengan rumus sbb:

dimana:
P = Probabilitas atau kemungkinan bangunan terlanda gempa bumi  yang lebih besar dari pada
gempa rencana (%)
L = umur rencana bangunan (tahun)
T = Jangka waktu ulang gempa rencana. (tahun)
 
Contoh hitungan:
Diketahui umur sebuah bangunan adalah L = 50 tahun
Jangka ulang gempa rencana T = 500 tahun
 
Berapa Probabilitas atau kemungkinan bangunan terlanda gempa bumi  yang lebih besar dari
pada gempa rencana, P ?
Jawab:
L/T = 50/500 = 0.1
e^-0.1 = 0.905
P = 9.52%  atau sekitar 10%.

STRUKTUR BANGUNAN TAHAN GEMPA.

 Bangunan anti gempa adalah bangunan yang mampu bertahan dari gempa bumi akibat
gempa dan juga fleksibel untuk getaran gempa. Kedua ini sangat penting untuk dapat
mengurangi risiko bangunan runtuh sehingga dapat memberikan kesempatan kepada para
penghuninya menyelamatkan diri. Prinsip dasar dari bangunan tersebut adalah:
1. Bangunan Bobot Ringan
Bahan bangunan untuk dipilih harus memiliki beban yang ringan, khususnya untuk konstruksi
atap sebagai penutup bangunan bagian atas. Penggunaan material seperti galvalum untuk atap,
bata ringan, baja ringan dan beton bertulang menjadi pilihan yang tepat. Bangunan dengan
material yang lebih berat akan menimbulkan risiko runtuh yang lebih besar saat terjadi gempa
bumi.
2. Struktur Sederhana
Struktur bangunan yang sederhana, kompak, dan simetris memiliki kemampuan menahan beban
yang lebih besar dibandingkan dengan bangunan yang memiliki struktur yang lebih
kompleks. Hal ini menjadi tantangan para desainer dan desainer bangunan, karena harus
mampu menyeimbangkan antara estetika dengan fungsinya sebagai bangunan yang tahan
gempa
3. Bangunan Tinggi Tahan Gempa
Sebaiknya bangunan tinggi tidak melebihi empat kali lebar bangunan. Denah bangunan juga
sebaiknya sederhana, berbentuk lingkaran atau segi empat.
4. Dibangun Secara Monolit
Struktur beton bertulang struktur struktur yang paling banyak digunakan atau dibangun,
dibandingkan dengan jenis struktur yang lainnya. Struktur beton bertulang lebih murah dan
lebih monolit dibandingkan dengan struktur baja maupun struktur komposit. Karena elemen-
elemen dari struktur struktur beton bersifat monolit, maka struktur ini berperilaku yang baik di
dalam memikul beban bangunan yang tahan gempa.
5. Pondasi Bangunan Tahan Gempa
Sebagai struktur paling bawah, pondasi sangat penting untuk mengalirkan muatan ke
bawah. Oleh karena itu, pondasi wajib yang dibuat di dalam tanah keras dan stabil dengan
kedalaman minimal 60 hingga 75 cm. Pembangunan pondasi sebaiknya memperhatikan hal-hal
berikut: Ditempatkan pada tanah yang stabil, terhubung dengan sabuk pondasi (sloff), diberi
lapisan pasir yang berfungsi meredam getaran, sloff harus terkait kuat pada pondasi, dan tidak
ditempatkan terlalu dekat dengan dinding.

DAMPAK GEMPA DAN TEKNOLOGI REKAYASA PENAHAN GEMPA.

dampak negatif dari gempa bumi biasanya tergolong parah.

Semakin kuat gempanya, dampak yang dihasilkan juga semakin besar.

Seperti apa saja ya, dampak dari gempa bumi?

1. Bangunan Jadi Rusak

Gempa Bumi bisa menimbulkan kerusakan yang cukup parah pada bangunan, seperti rumah,
sekolah, gedung kantor, dan mal.

Bila getaran gempanya besar, bangunan itu bisa saja roboh atau hancur. Akibatnya, bisa terjadi
korban jiwa.

2. Kerusakan Instalasi

Goncangan gempa bisa menyebabkan instalasi air, gas, dan listrik rusak.

Instalasi air yang rusak mengakibatkan banyak orang sulit mendapatkan air bersih setelah
gempa terjadi.

Instalasi gas yang rusak bisa menyebabkan terjadinya ledakan atau kebakaran. Begitu juga
dengan instalasi listrik yang rusak.

Bila ada kabel listrik yang terbuka, bisa menimbulkan korsleting dan membahayakan orang di
sekitarnya.

3. Tanah Longsor

Saat tanah bergetar akibat gempa Bumi, tanah di dataran tinggi atau tebing sangat mungkin
mengalami longsor.

Dan pada daerah dataran rendah, bisa juga terjadi tanah amblas karena permukaan tanah
mengalami penurunan dan tidak stabil akibat getaran gempa.

Selain itu, gempa juga bisa menyebabkan tanah menjadi rusak.


Tanah persawahan, tanah kebun, tanah jalan raya, bisa retak bahkan berlubang setelah
terjadinya gempa Bumi.

4. Banjir

Bila getaran gempa sangat tinggi, bisa menyebabkan dinding bendungan air menjadi retak
bahkan hancur.

Air di bendungan bisa meluap ke mana-mana dan mengakibatkan banjir ke berbagai daerah.

cabang teknik interdisipliner yang mendesain dan menganalisis struktur, seperti bangunan dan jembatan,
dengan mempertimbangkan gempa bumi . Tujuan keseluruhannya adalah membuat struktur semacam itu
lebih tahan terhadap gempa bumi. Seorang insinyur gempa (atau seismik) bertujuan untuk membangun
struktur yang tidak akan rusak dalam guncangan kecil dan akan menghindari kerusakan serius atau runtuh
dalam gempa bumi besar. Rekayasa gempa adalah bidang ilmiah yang berkaitan dengan perlindungan
masyarakat, lingkungan alam, dan lingkungan buatan manusia dari gempa bumi dengan membatasi risiko
seismik ke tingkat yang dapat diterima secara sosial ekonomi . [1] Secara tradisional, ini telah
didefinisikan secara sempit sebagai studi tentang perilaku struktur dan geo-struktur yang tunduk
pada pembebanan seismik ; itu dianggap sebagai bagian dari teknik struktural , teknik geoteknik , teknik
mesin , teknik kimia , fisika terapan , dll. Namun, biaya luar biasa yang dialami dalam gempa bumi baru-
baru ini telah menyebabkan perluasan ruang lingkupnya untuk mencakup disiplin ilmu dari bidang sipil
yang lebih luas. teknik , teknik mesin , teknik nuklir , dan dari ilmu sosial , khususnya sosiologi , ilmu
politik , ekonomi , dan keuangan . [2]
Tujuan utama dari rekayasa gempa adalah:
 Perkirakan konsekuensi potensial dari gempa bumi yang kuat di daerah perkotaan dan
infrastruktur sipil.
 Merancang, membangun dan memelihara struktur untuk bekerja pada saat terpapar gempa sesuai
harapan dan sesuai dengan peraturan bangunan . [3] Rekayasa gempa adalah

Struktur yang direkayasa dengan benar tidak harus sangat kuat atau mahal. Itu harus dirancang dengan
benar untuk menahan efek seismik sambil mempertahankan tingkat kerusakan yang dapat diterima.

 kini para pengembang perlu memperhatikan struktur bangunan tahan gempa ketika mendesain
sebuah bangunan. Berikut ini sepuluh teknologi yang dapat diterapkan untuk mendesain
bangunan tahan gempa.

1. Fondasi bangunan melayang


Konsep bangunan seperti ini membuat bangunan mampu “mengapung” di atas pondasi
berupa bantalan karet timbal. Bantalan ini mengandung inti timah padat yang dibungkus dalam
lapisan karet dan baja.

Pelat baja berfungsi untuk menempelkan bantalan ke bangunan dan pondasinya. Sehingga


ketika terjadi gempa, fondasi bangunan memang akan bergerak, tapi tidak memindahkan
struktur bangunan di atasnya. 
2. Peredam getar
Peredam getar merupakan teknologi yang biasa dijumpai di mobil . Namun, getar juga bisa
digunakan untuk menyiapkan bangunan bangunan. Peredam getar akan menghentikan dan
mengurangi getaran dengan memutar energi kinetik dari suspensi yang memantul. 

3. Pendulum
Solusi lain untuk menahan gempa, terutama bagi gedung pencakar langit, adalah dengan
menggunakan kabel baja yang mendukung massa serta cairan peredam antara massa dan
bangunan.

Saat gempa terjadi, pendulum akan bergerak ke arah yang berlawanan dan menghamburkan
getaran gempa. Teknologi pendulum ini didesain untuk melawan resonansi dan hukum respons
dinamis dari struktur bangunan.

4. Sekring
Peneliti dari Stanford University dan University of Illinois telah bereksperimen dengan
konsep sekring pada listrik untuk membangun gedung tahan gempa. Mereka menggunakan
kabel vertikal yang mampu menjangkau bagian atas setiap gedung dan batas goyangan
gempa. 

Tak hanya itu, kabel ini juga memiliki kemampuan untuk menarik kembali struktur bangunan
hingga tegak ketika gempa. Selain itu, komponen lainnya adalah sekering baja yang dapat
diganti. Besi dari sekering ini mampu menyerap energi seismik sebagai batuan bangunan dan
dapat diganti relatif cepat.

5. Dinding bergoyang

Dinding bergoyang digabungkan dengan isolasi dasar, yang dapat menjamin keamanan
bangunan di wilayah gempa. Batuan dari dinding bergoyang di permukaan tanah berfungsi
mencegah beton di dinding dari kecacatan permanen.

Untuk menghadirkan teknologi ini, para insinyur menggunakan dua tingkat bangunan dengan
baja dan menggunakan sistem post-tensioning. Dengan sistem post-tensioning, tendon baja
mampu begerak seperti karet gelang yang dapat direntangkan oleh dongkrak hidrolik, untuk
meningkatkan kekuatan tarik dari dinding.

6. Selubung seismik
Beberapa ilmuwan telah membuat selubung seismik untuk membuat bangunan seolah tak
terlihat oleh gelombang pada permukaan tanah. Selubung ini dibuat dari seratus cincin plastik
konsentris yang terkubur di bawah fondasi bangunan. Saat gelombang gempa mendekat,
gelombang akan memasuki salah satu cincin di dasar dan gelombang akan terjebak oleh cincin-
cincin tersebut.

Dengan teknologi ini, gelombang gempa tidak dapat memberikan energi ke bangunan,
melainkan hanya melewati fondasi bangunan dan muncul di sisi lain permukaan tanah.

7. Bahan paduan memori


Untuk getaran gempa yang besar, banyak insinyur yang bereksperimen dengan material
konstruksi baja dan beton konvensional.

Material tersebut merupakan perpaduan titanium, nikel, atau nitinol, yang menawarkan
elastisitas mulai dari sepuluh hingga 30 persen yang baja dan mampu menurunkan tingkat
kerusakan bangunan akibat gempa.

8. Serat karbon
Untuk menciptakan struktur bangunan yang lebih tahan gempa, para insinyur dan produsen
bahan bangunan mencoba menghasilkan pembungkus plastik berserat.

Mereka mencampurkan serat karbon dengan polimer yang mengikat, seperti epoxy, poliester,
vinil ester, atau nilon, untuk menciptakan bahan komposit yang ringan, tetapi sangat kuat.

9. Biomaterial
Para insinyur juga mendapat inspirasi membuat bangunan tahan gempa dari kerang
laut. Ternyata, kerang laut mampu menyerap goncangan dan mencampakkan energinya ketika
sebuah gelombang datang. 

Selain kerang, inspirasi juga datang dari benang laba-laba yang kaku ketika ditarik, kemudian
lentur, dan menjadi kaku lagi. Respons kompleks dari benang laba-laba ini membuat jaring
laba-laba menjadi dinamis di bawah tekanan yang berat. Kini, para benang menyelesaikan
mengembangkan bahan-bahan konstruksi yang mampu menyesuaikan kemampuan dan laba-
laba.

10. Tabung karton


Kardus pun bisa menjadi bahan konstruksi bangunan yang kokoh dan tahan lama. Mengapa
demikian? Sebab, dengan sifatnya yang ringan dan fleksibel, struktur tersebut dapat menahan
guncangan gempa lebih baik dari beton. Meskipun bisa runtuh, kemungkinan untuk menimbun
orang yang berada di dalam pun lebih kecil karena bahannya yang ringan.

Anda mungkin juga menyukai