Anda di halaman 1dari 58

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Pengertian Desain Interior


Desain interior adalah ilmu yang mempelajari perancangan suatu karya
seni yang ada di dalam suatu bangunan dan digunakan untuk memecahkan
masalah manusia. Salah satu bidang studi keilmuan yang didaarkan pada ilmu
desain, bidang keilmuan ini bertujuan untuk dapat menciptakan suatu
lingkungan binaan (ruang dalam) beserta elemen-elemen pendukungnya, baik
fisik maupun nonfisik. Sehingga kualitas kehidupan manusia yang berada
didalamnya menjadi lebih baik. Perancangan interior meliputi bidang
arsitektur yang melingkupi bagian dalam suatu bangunan. Contoh :
Perancangan interior tetap, bergerak, maupun decoratif yang bersifat
sementara.(http://interiordesainadia.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-desain-
interior.html)

Di dalam bidang desain interior, hal ini pun memiliki prinsip, yaitu ;
1. Proporsi serta skala, prinsip ini selalu berhubungan dengan bentuk dan
ukuran agar terlihat lebih seimbang.
2. Warna, dengan warna akan mempengaruhi psikologis anda yang berada
pada ruangan tersebut.
3. Focal point atau bisa juga disebut dengan daya tarik ruangan misalkan
posisi pintu atau jendela.
4. Ritme, merupakan pengulangan semua pola tentang visual, bisa juga
didefenisikan sebagai pergerakan terorganisir.
5. Detail, yakni pemilihan sakelar, letak pot bunga, tata cahaya pada suatu
ruangan.
6. Keseimbangan
B. Tinjauan Umum Pusat Kerajinan
1. Pengertian Pusat Kerajinan
Pusat Kerajinan (The Craft Center) adalah suatu tempat bagi orang-
orang yang memiliki jiwa artistik untuk membuat dan belajar membuat

10
karya seni dari berbagai disiplin ilmu. Terdapat sarana kelas, laboraturium,
dan peralatan untuk beberapa kerajinan seperti keramik, fotografi, tekstil,
kaca, kayu, perhiasan, seni dan grafis, pengelasan dan sablon. Hal ini
terbuka bagi masyarakat umum. (https://localwiki.org/davis/Craft_Center )
Pusat Seni dan Kerajinan (Arts and Crafts Center) adalah fasilitas
untuk menjual produk dan souvenir yang bernilai dan artistik, bersama
dengan berbagai produk yang berasal dari kelompok budaya lokal. Sebuah
fasilitas terbuka atau di dalam gedung.
(http://www.zulu.org.za/archive/how-to-establish-an-arts-and-craft-centre-
F57997 )
Di Indonesia, menurut pasal 103 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan, bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat
dalam rangka untuk mengembangkan kepribadian profesional dan untuk
meningkatkan kompetensi vokasional dari peserta didik kursus.
2. Dasar Pendirian Lembaga Pelatihan
Dasar pendirian Lembaga Kursus dan Pelatihan terdapat pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 62 tentang pendirian satuan pendidikan.
Ayat (1) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal yang
didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Ayat (2) Syarat-syarat untuk memperoleh izin meliputi isi pendidikan,
sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan, sistem evaluasi
dan sertifikasi serta manajemen dan proses pendidikan.
Pasal 50 tentang pengelolaan pendidikan.
Ayat (3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
internasional.

11
3. Standard Minimal (Kelayakan) Membuka Lembaga Pelatihan
a. Isi pendidikan, meliputi: struktur kurikulum yang berbasis kompetensi
dan berorientasi pada keunggulan lokal, dan bahan ajar berupa
buku/modul bahan ajar;
b. Pendidik dan tenaga kependidikan, meliputi: jumlah, kualifikasi, dan
kompetensi masing-masing pendidik dan tenaga kependidikan yang
sesuai dengan bidangnya;
c. Sarana dan prasarana, meliputi: ketersediaan ruang kantor, ruang
belajar teori, ruang praktek, sarana belajar mengajar, dan media
pembelajaran, dengan ukuran, jenis, dan jumlah yang sesuai;
d. Pembiayaan, meliputi: biaya operasional dan biaya personal untuk
mendukung terselenggaranya program pendidikan;
e. Manajemen, meliputi: struktur organisasi lembaga dan deskripsi tugas
yang jelas dan terarah guna memudahkan jalannya kegiatan dalam
pencapaian tujuan; dan
f. Proses pendidikan, meliputi: silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
(https://khanahbusana.wordpress.com/tag/lembaga-kursus-dan-pelatihan/ )
C. Tinjauan Umum Kerajinan (Craft)
1. Pengertian Kerajinan (Craft)
 Kerajinan adalah industri atau perusahaan yang membuat suatu
kerajinan tangan atau rumah tangga. (Yudeseputro, 1983:60)
 Kerajinan adalah barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002:292)
 Kerajianan adalah barang seni yang banyak merangkum kegiatan yang
bukan merupakan suatu objek dengan evaluasi estetis tetapi merupakan
pemenuhan yang ekslusif dari kegunaan praktis. (Suliantoro,
Yogyakarta, 1985)
 Kerajinan adalah seni yang menghasilkan barang berguna dan dekoratif
yang dibuat dengan tangan atau yang lain oleh seseorang yang
mempunyai pengamatan langsung dari hasilnya selama pembuatan. (Mc
Grow Hill Company New York 1963, Vol 7)

12
2. Ciri-ciri Kerajinan (Craft)
Ciri khas dari kerajinan adalah dihasilkan produk tersebut dengan
menggunakan alat-alat sederhana (manual skill). Produk tersebut meliputi
berbagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang dibuat dari kayu, besi,
porselen, emas, gading, katun-katunan, dan batu-batuan dan sebagainya
yang memungkinkan untuk diolah. (Suhadi, 1991:2)

D. Tinjauan Umum Tekstil (Textile)


1. Sejarah Tekstil
Kata tekstil berasal dari bahasa Latin, yaitu textere yang berarti
menenun atau dalam arti umum adalah bahan pakaian atau kain tenunan.
Menurut Gunadi (1984:3), tekstil adalah suatu benda yang berasal dari
serat atau benang yang karena dianyam, dirajut, dikempa menjadi pakaian
atau keperluan lainnya. Namun pendapat lain menyatakan bahwa tekstil
tidak hanya untuk busana atau perlengkapan rumah tangga, tetapi sebagai
medium untuk kerajinan dan seni. Menurutnya: “the new textile focuses on
the work individuals, in craft, in art and at the fingers of mainstream
design” (Colchester, 1991:10).
Sejak jaman neolitikum, tekstil telah dikenal dan dibuat oleh manusia
sebagai alat pelindung tubuhnya. Kebutuhan merupakan akar dari
penemuan, dan banyak kerajinan berasal dari kebutuhan manusia di jaman
primitif. Bulu dan kulit menjadi bahan pakaian pertama mereka agar
terhindar dari serangan cuaca. Di Indonesia menurut Suwati Kartiwa
(1968:2), hasil penelitian para ahli sejarah mengatakan bahwa sejak zaman
prasejarah penduduk Nusantara telah mengenal cara-cara menenun dan
diakui sebagai penghasil aneka ragam kain yang indah.
Dari konteks pengertian tekstil di atas dapat diartikan bahwa tekstil
sebagai medium ekspresi seni yang dapat dimanfaatkan oleh ketiga bidang
Seni Rupa, yaitu Seni Rupa Murni, Desain, dan Kriya. Hal tersebut
ditentukan bagaimana pendekatannya, yaitu cara memahaminya (the way
to think) yang berkaitan dengan hasil akhir produk tekstil. Diawali dengan
pemikiran dasar tujuan perancangan (penciptaan), gagasan dan konsep

13
serta proses perancangan (penciptaannya). Dengan demikian dikenal
istilah Seni Tekstil (Textiles Art), Desain Tekstil (Textiles Design), dan
Kriya Tekstil (Textiles Craft), meskipun menurut sejarah
perkembangannya, tekstile di Indonesia bersumber dari Kriya Tekstil yang
memiliki kandungan seni maupun desain. (Metode Perancangan Desain,
hal. 45)
2. Istilah Seni Tekstil, Desain Tekstil, dan Kriya Tekstil
1. Seni Tekstil
Menurut American Heritage yang dikutip Sudjoko (1988)
dijelaskan bahwa yang mutlak harus ada dalam seni adalah kecakapan,
kepandaian, keterampilan, keahlian, ketangkasan, dan kemahiran. Di
samping perihal yang indah, yaitu berarti elok, bagus, benar, mahal
harganya, sangat berharga, penting dan berharga.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam seni tekstil adalah cara
memiliki dan mengolah bahan baku serta proses pembuatannya.
Perwujudannya menuntut daya kreatifitas tinggi dimulai dari tahap
dasar tujuan penciptaan, konsep, proses pelaksanaan hingga penampilan
karyanya. Perwujudan bentuk dari gubahan kreatif tekstil selain karya
fungsional, juga dapat menjadi media ungkapan berupa eksplorasi
estetik non fungsional.
Dalam penampilan karya seni tekstil proses penciptaannya dapat
melalui dua cara. Tetapi dalam pelaksanaannya mengikuti prinsip tata
ungkap karya seni pada umumnya, yaitu merupakan perpaduan
berbagai unsur dan dibentuk oleh karakteristik tertentu. Sebagai suatu
kesatuan integral, seni terdiri dari 4 (empat) komponen esensial, yaitu :
1) Dasar tujuan seni (estetis, logis, etis, manfaat, ibadah).
2) Cita cipta seni (konsep, gagasan, wawasan, pandangan).
3) Kerja cipta seni (proses kreatif/penciptaan, pelaksanaan teknis).
4) Karya seni (visualisasi, wujud, benda). (Metode Perancangan
Tekstil, hal 47)

Pada dasarnya bentuk ekspresi seni tekstil adalah suatu wadah yang
berfungsi menampung semua muatan ide. Bentuk tersebut sangat

14
dinamis, berkembang, dan terus bergerak, sehingga terbuka untuk
semua perubahan. Dalam seni tekstil hal yang harus melandasi dan
mendorong terciptanya karya adalah keberadaan dasar tujuan seni, yaitu
keterpaduan nilai-nilai keindahan, kebenaran, dan kebaikan. Oleh
karena itu sebuah karya seni tekstil tidak sekedar wujud visual semata,
tetapi dapat mengandung makna (arti), bermanfaat, dan bernilai ibadah.

2. Kriya Tekstil
Secara umum Kriya adalah padanan dari seni kerajinan (craft) dan
menggantikan sebutan art and design. Seni kerajinan lebih dekat
dengan handycraft yang berkaitan dengan hobi, sedangkan kriya lebih
luas dalam pengertian dan wawasannya. Karya kriya selain
mengandung sentuhan seni juga terdapat unsur desain, yaitu kandungan
segi pakainya. Di antara ciri khas kriya adalah mengandung makna
tradisional dan unsur kesejarahan dengan bantuan alat sederhana, serta
proses pembuatannya dilakukan secara turun temurun.
Salah satu karya kriya adalah tekstil dengan berbagai jenisnya yang
senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan melestarikan
tradisi yang sifatnya turun temurun. Sepeti seni tenun, seni batik, seni
ikat, dan seni tekstil Indonesia merupakan cabang kesenian yang telah
berakar dalam kebudayaan Indonesia sejak lama, tinggi mutu
keindahannya, dapat menonjolkan sifat khas Indonesia
(Koentjaraningrat, 1985). Secara visual perwujudan tekstil tradisional
Indonesia tidak sekedar indah, tetapi melebut dengan kaidah moral dan
adat. Di dalamnya terkandung perlambangan aspek kepercayaan,
falsafah, dan konsep keselarasan hidup dunia dan akhirat.
Secara garis besar kriya tekstil dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu jenis kriya tekstil yang terbentuk bersamaan pada
waktu proses menenun. Hasilnya berupa kain polos maupun bercorak
seperti aneka ragam kain tenunan, yaitu tenun ikat lungsi, ikat pakan,
dan double ikat. Jenis yang lain adalah kriya tekstil yang terbentuk
setelah proses penenunan, hasilnya berupa kain bercorak di atas
permukaan tekstil, seperti celup ikat, batik, dan sulaman.

15
3. Desain Tekstil
Desain tekstil sebagai proses adalah salah satu upaya untuk
meningkatkan produk tekstil agar memiliki nilai estetis dan ekonomis
yang lebih tinggi. Sebagai kata kerja dapat berarti suatu proses kreatif
yang memikirkan dan mempertimbangkan berbagai aspek, di antaranya
estetis, bahan, teknis, fungsi, dan lain-lain, agar menghasilkan sesuatu
yang bernilai dan dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, desain
merupakan salah satu unsur penting dari keterpaduan berbagai aspek
dalam rangkaian industri tekstil. Hasil produk akan memiliki kualitas
yang tinggi, lebih berdaya guna, menarik, dan nyaman dengan harga
yang dapat terjangkau oleh masyarakat.
Motif dan warna merupakan dua unsur pokok dalam menentukan
keberhasilan daya jual produk, karena kedua unsur tersebut adalah
„penggerak‟ perhatian konsumen. Motif pada desain tekstil cetak tidak
terbatas sumbernya, ide dasar, atau temanya. Penampilan motif dan
warna di atas permukaan tekstil memiliki segi yang menguntungkan
dibandingkan dengan tekstil polos, karena menawarkan berbagai
pilihan.

3. Klasifikasi Tekstil

Gb 2.1. Klasifikasi tekstil


(sumber: Seni Kerajinan Nusantara.pdf)
1. Kain yang dibuat dari benang
 Metode Anyaman (Interlacing)

16
Kain yang dibuat dengan metode anyaman menggunakan proses
penenunan (weaving). Proses penganyaman dilakukan antara benang
lusi dan pakan yang letaknya saling tegak lurus satu sama lain. Hasil
akhir berupa kain tenun. Alat yang lazim digunakan pada metode
anyaman, antara lain gedogan yang dijalankan dengan tangan atau
Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan Alat Tenun Mesin (ATM).
 Metode Jeratan (Interplooping)
Metode jeratan menggunakan proses merajut (knitting). Pembuatan
jeratan (loops) pada benang dilakukan dengan menggunakan alat
berupa jarum berkait (hakpen). Kain rajut bersifat elastis, mudah
merenggang, dan poros (berlubang-lubang).
 Metode Jalinan (Intertwisting)
Kain yang dibuat dengan metode jalinan menggunakan sejumlah
proses diantaranya merenda (crocheting), netting dan lace. Hasil
akhir disebut dengan kain renda.
 Metode Kepangan (Braiding)
Proses yang digunakan dalam metode kepangan adalah dengan
melakukan penganyaman tiga helai benang atau lebih. Bahan benang
dapat diganti dengan pita kain. Hasilnya berupa helai pita atau pita
tabung, tali sepatu, dan lain-lain
(http://pustakamateri.web.id/klasifikasi-tekstil-dan-desain-tekstil/).
2. Kain yang dibuat tidak menggunakan benang
 Metode Pengempaan (Felting)
Kain hasil pengempaan berwujud susunan kain yang berlangsung
dari serat wol tanpa jahitan. Serat wol merupakan serat paling ideal
yang dikerjakan menggunakan panas air dan tekanan. Serat wol akan
menggelembung dalam air dan saling berkait satu sama lain.
Keadaan itu akan tetap demikian ketika proses pengempaan
dilakukan.
 Metode Pengepresan (Bonding)
Bonding merupakan proses pengepresan serat-serat tekstil ke dalam
bentuk lapisan (thin sheet) atau web hingga serat-serat saling

17
melekat satu sama lain dengan perantaraan adhesive atau plastik.
Hasilnya disebut dengan bonded fabrics (kain press), web fabrics
(kain jaring), dan non-woven fabrics (kain non-tenun). Bahan-bahan
yang diproduksi menggunakan metode ini adalah serat kapas.
 Teknik Penyemprotan (Sprayed Fiber Fabrics)
Teknik ini menggunakan cairan lengket (viscous) yang cepat
menggumpal, disemprotkan dengan tekanan udara yang hasilnya
berupa serat-serat yang dikumpulkan di atas suatu permukaan datar
berlubang.
 Hasil Proses Laminating
Cara ini menggunakan beberapa lapis kain tenun yang sudah jadi
untuk direkatkan satu sama lain dengan bahan perekat (adhesive).
3. Kain yang dibuat tanpa menggunakan serat, benang, maupun filamen
Ditinjau dari segi penggunaannya, kini lembar plastik, film, dan
sejenisnya termasuk tekstil.
 Kain Tapa
Kain tapa dibuat dengan menumbuk beberapa lapisan tipis kulit
bagian dalam sejenis pohon Mulberry. Kainnya mirip dengan kertas
krep, digunakan untuk pakaian.
 Kertas
 Lembaran Plastik dan Film
Lembaran plastik dan film dibuat melalui metode resin compounding
dengan proses calendaring, hasilnya ada yang berwujud sangat tipis
dan transparan seperti cellophane, dan ada pula yang berat dan
tebal. Ada pula lembaran plastik yang digunakan untuk lapisan
bagian belakang kain tenun atau kain rajut.

4. Jenis Kerajinan Tekstil


1. Batik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007), batik
dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan
menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian

18
pengolahannya diproses dengan cara tertentu; atau biasa dikenal dengan
kain batik.
Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa, “amba” yang
berarti lebar, luas, kain; dan “titik” yang berarti titik atau matik (kata
kerja membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah
“batik”, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu
pada kain yang luas atau lebar.

Proses pembuatan batik dari dulu hingga sekarang tidak banyak


mengalami perubahan. Kegiatan membatik merupakan salah satu
kegiatan tradisional yang terus dipertahankan agar tetap konsisten
seperti bagaimana aslinya. Berikut ini uraian lebih detailnya:

1) Perlengkapan Membatik
a) Gawangan, adalah perkakas untuk menyangkut dan
membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari
kayu atau bambu yang di mana memiliki rupa yang kuat, ringan,
dan mudah dipindah-pindah. Tinggi gawangan sekitar 50 cm dan
panjang bilah sekitar 1 meter.

Gb.2.2. Gawangan
(sumber: http://arsip.tembi.net/ensiklopedi-aneka-rupa/alat-membatik-gawangan-dan-
dhingklik-batik-8)
b) Bandul, dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke
dalam kantong. Fungsi pokok bandul untuk menahan agar motif
yang baru dibatik tidak mudah tergeser saat tertiup angin atau
tertarik oleh pembatik secara tidak sengaja.
c) Wajan, perkakas untuk mencairkan malam.

19
d) Kompor, berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan
yang digunakan untuk membatik.
e) Taplak, yaitu kain untuk menutup paha pembatik agar tidak
terkena tetesan malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu
membatik.
f) Saringan malam, adalah alat untuk menyaring malam panas yang
memiliki banyak kotoran.
g) Canting, adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau
mengambil cairan, terbuat dari tembaga dan bambu sebagai
pegangan. Berfungsi untuk menuliskan pola batik dengan cairan
malam.
h) Mori, adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun.
i) Malam (lilin), adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik.
j) Dhingklik (tempat duduk)
k) Pewarna alami, adalah pewarna yang digunakan untuk membatik.

2) Proses Membatik
Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal
hingga akhir.
a) Ngemplong
Merupakan tahap paling awal, di awali dengan mencuci
kain mori. Tujuannya untuk menghilangkan kanji. Kemudian
dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori
ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu
merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain
menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih
tinggi.
Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan
dijemur. Selanjutnya, dilakukan proses pengemplongan, yaitu
kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah
dibatik.

20
b) Nyorek atau Memola
Adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain
mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada. Pola
biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak
sesuai pola di atas kain mori menggunakan pensil atau canting.
c) Mbathik
Tahap menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai dari
nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen
(mengisi pola dengan berbagai macam bentuk).
d) Nembok
Adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh
terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan
menggunakan malam.
e) Medel
Adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke
cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna
yang diinginkan.
f) Ngerok dan Mbirah
Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati
dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas
dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.
g) Mbironi
Adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang
berupa cecek atau titik dengan menggunakan malam. Selain itu,
ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang belum
diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan
setelah proses pewarnaan dilakukan.
h) Menyoga
Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang
digunakan untuk mendapatkan warna coklat. Adapun caranya
dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna coklat
tersebut.

21
i) Nglorod
Merupakan tahap akhir dalam proses membatik. Dalam
tahap ini, pembatik melepaskanseluruh malam (lilin) dengan cara
memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air
mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan
kemudian diangin-anginkan hingga kering.
3) Jenis Batik
Jenis batik di Indonesia sangat bermacam-macam. Berbagai
pengaruh dari tradisi klasik sampai yang modern dan abstrak.
Banyaknya jenis batik di Indonesia disebabkan telah lama
keberadaan batik sejak masa Kerajaan Majapahit sampai saat ini.
Selain itu, interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa asing, baik
melalui hubungan persaudaraan, perdagangan, maupun penjajahan
bangsa Barat mempengaruhi jenis batik Indonesia. Diantaranya:
a) Batik Pecinan atau Cina,
b) Batik Belanda,
c) Batik Keraton,
d) Batik Cap Kombinasi Tulis
e) Batik Sogan Pekalongan,
f) Batik Coletan,
g) Batik Cap,
h) Batik Lukis, dan lain-lain.
2. Tenun (Loom Weaving)
Alat tenun dikenal dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dan
ATM (Alat Tenun Mesin). ATBM adalah alat tenun tradisional yang
dikenal dengan nama alat tenun Gendong, sebutan di pulau Jawa. Di
Selawesi Selatan dikenal dengan nama alat tenun Walidah. Dari daerah
ke daerah alat tenun ini sama dan hingga kini alat tenun (ATBM) boleh
dikatakan tidak mengalami perubahan yang berarti.
1) Jenis Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
 Alat Tenun Gendong

22
Alat tenun ini mempunyai ciri khas pada bagian
belakangnya disebut epor, yang diletakkan di belakang
pinggang, seolah-olah digendong waktu menenun. Kemudian
alat yang digunakan sewaktu menekan benang pakan disebut
Liro, alat ini digerakkan dengan tangan.

Gb. 2.3. ATBM “continuous warp”

Gb. 2.4. Penenunan dengan alat tenun gendong sedang


menggerakkan liro. (menggunakan epor dari kayu)
“discontinuous warp”
Sumber :
http://psbtik.smkn1cms.net/busana/pengetahuan_tentang_tenunan.pdf
Ada 2 (dua) teknik menenun pada alat tenun gendong
dengan hasil tenun yang berbeda, yaitu:
a) Ujung benang lungsi diikatkan, kemudian digulungkan pada
patek. Ujung benang yang yang satunya lagi diikatkan pada
apit yang juga berfungsi sebagai penggulung kain hasil
menenun. Cara ini disebut discontinuous warp. (Gb 2.e.)

23
b) Kedua ujung benang lungsi disambung menjadi satu,
sehingga kain hasil tenunannya berupa tabung. Cara ini
disebut continuous warp. (Gb 2.e.)

Gb. 2.5. Kain tenun bentuk tabung hasil dari alat tenun
gendong. “continuous warp”
 Alat Tenun Tijak
Alat tenun tijak adalah pengembangan dari alat tenun
gendong. Pada alat ini mempunyai rangka lebih banyak,
beberapa tiang untuk menompang bagian-bagian alat tenun ini.
Menenun dengan alat ini bukan hanya tangan yang digerakkan,
tetapi juga kaki. Penenun posisi duduk di kursi, dengan
demikian lebih praktis dibanding alat tenun gendong.

Gb. 2.6. Penenun ATBM dengan alat tenun tijak


2) Proses Pembuatan Tenun (dengan ATBM)
a) Proses persiapan penenunan
i. Mempersiapkan benang lungsi dan benang pakan.

24
ii. Benang yang akan dipergunakan sebagai diberi tambahan
kekuatan terlebih dahulu, dengan memberi kanji dari
bubur nasi dan kemudian dikeringkan.
iii. Benang lungsi yang sudah dikanji, disusun secara sejajar,
selebarkan kain yang akan ditenun dengan bantuan alat
honi.
iv. Secara berseling dilihat dengan tali yang ginamakan tali
gun.
v. Tiap benang-benang lungsi, helai demi helai ditusukkan
antar jari-jari atau jeraji sebuah alat berbentuk sisir, yang
disebut suri.
vi. Ujungnya digulung dengan alat yang namanya apit.
b) Proses menenun
vii. Jika persiapan menenun selesai, dilanjutkan dengan
menenun.
viii. Memasukkan benang pakan di antara benang-benang
lungsi, sehingga berbentuk suatu anyaman. Setelah masuk
ke rongga, masukkan alat liro kemudian dirapatkan dan
seterusnya sampai selesai.
3) Jenis Tenunan
Jenis tenun dihasilkan dari peralatan ataupun teknik yang
dipergunakan dalam menenun benang lungsi dan benang pakan.
Benang lungsi adalah benang yang terletak memanjang (vertikal)
pada alat tenun. Benang pakan adalah benang yang masuk keluar
pada lungsi saat menenun. Berikut ini beberapa hasil jenis tenunan:
 Tenun sederhana
Tenun yang dihasilkan dari benang pakan masuk keluar ke
dalam benang lungsi dengan ritme yang sama, sehingga
menghasilkan tenun polos tanpa corak atau corak dengan garis-
garis, kotak-kotak sesuai dengan warnan dan jenis benang yang
dipakai, sehingga menghasilkan tenunan yang disebut tenun
lurik (garis-garis) atau tenun poleng (kotak-kotak). Tenun ini

25
banyak dijumpai di daerak Jawa Barat, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Sulawesi Tenggara.
 Tenun Ikat Lungsi
Tenun ikat lungsi adalah produk tenun dengan desain yang
terjadi dari kumpulan benang lungsi yang dibentangkan pada
alat perentang. Kemudian diikat dengan tali rafia berbagai warna
yang disesuaikan dengan ragam hias dan warna yang diinginkan,
lalu dicelup. Setelah mengering pada bagian yang ditandai oleh
warna rafia tertentu, dibuka ikatannya dan dicolet dengan warna
yang diinginkan, dilakukan seterusnya pada ikatan warna rafia
yang lain. Setelah kering, kemudian ditata pada alat tenun dan
ditenun dengan benang pakan warna yang diinginkan secara
keseluruhan. Tenun ini dapat dijumpai di daerah NTB, NTT,
Maluku, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat,
Sulawesi Utara, Papua Barat.
 Tenun Ikat Pakan
Proses pembuatan tenun ikat pakan sama dengan tenun ikat
lungsi, tetapi yang diikat adalah kumpulan benang pakan sesuai
dengan ragan hias dan warna yang diinginkan. Kemudian
ditenun pada bentangan benang lungsi yang telah tertata pada
alat tenun secara keseluruhan. Tenun ini dapat dijumpai di
daereah Bengkulu, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah.
 Tenun Ikat Ganda (Ikat Lungsi dan Pakan)
Kedua teknik di atas digabungkan dalam proses penenunannya,
sehingga corak akan terbentuk dari persilangan benang lungsi
dan benang pakan yang bertunpuk pada titik pertemuan corak
yang dikehendaki. Hasil tenun ikat ganda dapat dijumpai di Bali,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
 Tenun Songket

26
Tenun songket adalah tenun dengan teknik menambah benang
pakan sebagai hiasan, yaitu dengan menyisipkan benang perak,
emas, tembaga, atau benang warna di atas benang lungsi.
Penempatannya tergantung dari corak yang diinginkan. Ada
kalanya penuh dengan berbagai ragam hias atau beberapa bagian
kain dan kadang kala dipadu dengan teknik ikat. Tenun songket
banyak terdapat di daerah Aceh, Sumatra Utara, Sumatera Barat,
Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, dan lain-
lain.
3. Garmen atau Menjahit (Sewing)
Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit binatang,
pepagan, dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan
benang. Menjahit dapat dilakukan dengan tangan memakai jarum
tangan atau dengan mesin jahit. Orang yang bekerja menjahit pakaian
disebut penjahit. Penjahit pakaian pria disebut tailor, sedangkan
penjahit pakaian wanita disebut modiste. Pendidikan menjahit dapat
diperoleh di kursus menjahit atau sekolah mode.
Produk jahit-menjahit dapat berupa pakaian, tirai, kasur, seprai,
taplak, kain pelapis mebel, dan kain pelapis jok. Benda-benda lain
yang dijahit misalnya layar, bendera, tenda, sepatu, tas, dan sampul
buku.
Di industri garmen, menjahit sebagian besar dilakukan memakai
mesin jahit. Di rumah, orang menjahit memakai jarum tangan atau
mesin jahit. Pekerjaan ringan yang melibatkan jahit-menjahit di rumah
misalnya membetulkan jahitan yang terlepas, menisik pakaian, atau
memasang kancing yang terlepas. Sebagai seni kriya, orang menjahit
untuk membuat saputangan, serbet, bordir, hingga boneka isi dan
kerajinan perca. (https://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit)
Pekerjaan menjahit pakaian terdiri dari tahap pembuatan pola,
pemotongan bahan, dan menjahit.
 Pembuatan pola

27
Dalam istilah desain busana, pola adalah bagian-bagian
pakaian yang dibuat dari kertas untuk dijiplak ke atas kain sebelum
kain digunting dan dijahit. Pola dasar dibuat berdasarkan model
pakaian, dan ukurannya disesuaikan dengan ukuran badan
pemakai. Ada dua teknik utama dalam membuat pola dasar:
konstruksi datar yang menggambar pola di atas kertas dengan
memakai pengukuran-pengukuran yang akurat, dan konstruksi
padat (pola draping) yang membuat pola memakai kain muslin
atau belacu di atas boneka jahit. Metode menggambar pola sesuai
nama pencipta metode, misalnya Dressmaking dan So-En dari
Jepang, atau Danckaerts dan Cuppens Geurs dari Belanda.
 Pemotongan bahan
Setelah pola disematkan ke kain dengan jarum pentul, kain
digunting sesuai pola yang dijadikan contoh. Dalam produksi
pakaian secara massal, kain dipotong dengan mesin potong.
Sebelum pola dilepas dari bahan, garis-garis dan tanda-tanda pada
pola dijiplak ke atas kain dengan bantuan rader, karbon jahit, dan
kapur jahit.
 Pekerjaan menjahit
Setelah kain digunting, potongan kain disambung dengan
memakai jarum tangan atau mesin jahit. Dalam menjahit dikenal
sejumlah teknik jahitan, misalnya tusuk balik (setik balik), tusuk
rantai, dan tusuk tangkai. Selain itu dikenal jahitan kampuh untuk
menyambung dua helai kain menjadi satu, dan teknik menjahit
kelim. Walaupun jahitan mesin lebih rapi daripada jahitan tangan,
tidak semua teknik jahitan dapat dilakukan dengan mesin. Setelah
pakaian selesai dijahit, bagian tepi kampuh yang bertiras dirapikan
dengan mesin obras agar benang-benang kain tidak terlepas.
 Penyelesaian akhir
Setelah selesai, pakaian sering perlu dilicinkan dengan
setrika di atas papan setrika. Penyetrikaan bagian-bagian yang sulit
seperti lengan baju dilakukan dengan bantuan bantal setrika.

28
E. Tinjauan Umum Lobi (Lobby)
1. Lobby / Reception Area
Desain yang tepat dari reception area (ruang penerima tamu) yaitu
sangat penting dalam mengkomunikasikan organisasi yang diingikan citra
perusahaan. Reception area merupakan tempat interaksi pertama dan
terakhir bagi pengunjung dan sebaiknya berdampak besar dalam
mengkomunikasikan suatu citra perusahaan. Tidak hanya ruang
resepsionis yang harus menarik, tetapi berfungsi dengan baik. Dua
perencanaan elemen paling penting dalam hal ini adalah area tempat
duduk pengunjung (the visitor’s seating area) dan meja resepsionis (the
receptionist’s workstation). (Time Saver Standard for Interior Design and Space
Planning, 1992, h.260)

2. Dimensi Manusia dan Ruang pada Lobi


Ketika mendesain lobi suatu area publik, maka desainer
mempertimbangkan kebutuhan kelompok pengguna khusus dan juga anak-
anak kecil yang harus berinteraksi dengan resepsionis.

Gb 2.7.Perencanaan Pos Penerima Tamu


(Sumber : Human Dimention and Interior
Space,1979,h.189)

29
Kemudian tata letak umum tempat duduk tamu dalam sebuah lobi, seperti
berikut

Gb 2.8. Tempat Duduk Ruang Penerimaan Unit Perorangan


(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.190)

Gb 2.9. Tempat Duduk Sofa Tampak Atas


(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.134)

30
Gb 2.10. Tempat Duduk Lounge/ Jarak Bersih Tampak Samping
(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.136)

F. Tinjauan Umum Area Pamer (Exhibit Area)


1. Perihal Museum Kecil (Small Museum)
Tujuan dari museum yang diusulkan harus jelas, mencangkup wilayah
geografis, subjek (sejarah, sejarah alam, atau seni), luasan display, dan
pelayanan. Berikut ini merupakan pernyataan dasar untuk sebuah museum
kecil:
Tujuan dasar dari museum adalah untuk mengumpulkan, melestarikan,
belajar dan menunjukkan benda yang signifikan dari masyarakat, dan
memberikan layanan pendidikan yang terkait dalam rangka meningkatkan
pengetahuan maasyarakat dan merangsang aktivitas kreatif. (Time Saver
Standard for Interior Design and Space Planning, 1992, h.336)
Pernyataan ini harus memiliki definisi lebih lanjut dengan memasukkan
referensi ke jenis koleksi, apakah sejarah manusia, sejarah alam, atau seni.
Sebuah museum yang baik meliputi fungsi-fungsi dasar: (1) kuratorial,
(2) display, (3) persiapan display, (4) pendidikan. Dalam rangka
mewujudkan antara tujuan dan fungsi, fasilitas dan ruang tertentu sangat
penting. Harus ada diversifikasi cukup ruang untuk memungkinkan fungsi
masing-masing yang akan dilakukan secara terpisah. Sementara pada saat
yang sama menggabungkan kegiatan tertentu di satu area yang diperlukan
bagi perekonomian di sebuah museum kecil. Karena beragam tugas
museum yang harus dilakukan, maka pemisahan fungsi bagian rumah

31
tangga dan prosedur kuratorial dilakukan. Hubungan antara fungsi dan
fasilitas fisik diringkas berikut ini.
Fungsi Kebutuhan Ruang
1. Kuratorial
a. Koleksi, kelestarian, identifikasi, c. Office-workroom, workshop
dokumentasi, studi, restorasi (pemulihan)
b. Penyimpanan koleksi d. Reserve collection room
2. Display
Display Gallery
a. Tematik dan mengubah display sesuai objek
dan dokumen dari hanya koleksi menyusun
ke sebuah cerita
3. Persiapan Display
Workshop, office-workroom
Persiapan pameran
4. Pendidikan dan Publik
a. Lecture room, chair storage
a. Lectures, tur sekolah, pertemuan
closet, kitchenette
komunitas, film, dan fungsi sosial.
b. Lobby, sales and
b. Resepsionis, informasi, penjualan,
information counter
pengawasan display galeri
c. Cloak room, washroom
c. Kebutuhan publik
5. Pelayanan lainnya
a. Heating ventilation plant
a. Mekanikal
b. Janitor’s closet
b. Janitor
Tabel 2.1. Hubungan antara fungsi dan fasilitas fisik pada small museum
(Time Saver Standard for Building Types 2nd Edition, 1983, h.336)

Gb 2.11. Diagram organisasi ruang pada small museum


(Time Saver Standard for Building Types 2nd Edition, 1983, h.336)

32
2. Sarana Pameran pada Ruang Pamer
1. Sarana Pokok Pameran
Penataan tanpa adanya sarana pokok pameran dapat dikatakan
bukan pameran. Apabila barang-barang diletakkan begitu saja di lantai
tanpa adanya sarana, maka terlihat tidak teratur. Adapun sarana pokok
tersebut, antara lain:
1) Panil
Panil digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi,
terutama yang bersifat dua dimensi dan cukup terlihat dari sisi
depan. Terkadang panil hanya digunakan untuk menempelkan label
atau koleksi penunjang lain seperti peta, grafik, dan lain-lain.
2) Vitrin
Vitrin digunakan untuk meletakkan benda-benda koleksi yang
umumnya tiga dimensi dan relatif bernilai tinggi serta mudah
dipindahkan. Vitrin berfungsi sebagai pelindung koleksi baik dari
gangguan manusia maupun lingkungan yang berupa kelembaban
udara ruang, efek negatif cahaya, serta perubahan suhu udara
ruangan.
3) Pedestral
Pedestral atau alas koleksi digunakan meletakkan koleksi
berbentuk tiga dimensi. Jika koleksi diletakkan di pedestral
mempunyai nilai tinggi dan berukuran besar, maka perlu pengaman
ekstra, yaitu paling tidak diberi jarak aman dari jangkauan
pengunjung.
2. Sarana Penunjang Pameran
Sesuai dengan fungsinya sebagai penunjang, selain membuat
pengunjung lebih nyaman juga memudahkan pengunjung untuk
menikmati sajian koleksi dan memahami informasi yang disampaikan
melalui pameran. Adapun sarana penunjang pameran, antara lain :
1) Label, merupakan bentuk informasi verbal yang dapat disingkat
dan panjang sesuai kedudukannya.

33
2) Sarana penunjang koleksi, untuk memudahkan pengunjung
mendapat gambaran yang lebih lengkap dan jelas. Koleksi
penunjang berupa peta, denah, foto, sketsa, miniatur, dan lain-
lain.
3) Sarana pengamanan, berupa pagar pembatas, rambu-rambu
petunjuk dan larangan di dalam ruang pameran, maupun peralatan
alarm.
4) Sarana publikasi, bentuk sarana ini meliputi; poster, spanduk,
brosur, iklan, dan sebagainya.
5) Sarana pengaturan cahaya, sarana yang sangat berpengaruh pada
keberhasilan pameran. Umumnya berupa instalasi lampu listrik di
dalam vitrin atau di luar vitrin.
6) Sarana pengaturan warna, untuk memilih warna agar ada
hubungan yang serasi antar benda dan ruangan yang ada.
7) Sarana pengaturan udara, terkadang ruangan pameran kurang
mendapatkan perhatian. Sehingga ruangan terasa panas karena
tidak lancarnya sirkulasi udara. Jika ruangan tanpa AC, maka
perlu ventilasi yang cukup atau menggunakan kipas angin.
8) Sarana audio visual, digunakan untuk menambahkan informasi
tentang benda yang dipamerkan. Sarana ini berupa rekaman video
dengan monitor.
9) Sarana angkutan dalam ruangan. Hal ini sering diabaikan
penyelenggara pameran. Sarana ini digunakan untuk mengangkut
koleksi yang mudah pecah, sarana ini berupa rak dorong.
10) Dekorasi ruang, secara tidak langsung berpengaruh terhadap
kenyamanan dan kebersihan ruang pameran. (Pedoman Teknis
Pembuatan Sarana Pameran di Museum, 1993/1994: 7-11)
3. Tata Ruang
1. Lay Out Area Pameran
Pertimbangan dalam merencanakan lay out pada tata ruang pamer :
1) Tipe pameran, pengunjung, dan aktivitas
2) Daya tarik utama dan sirkulasi utama

34
3) Pola aliran, waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas
4) Kapasitas ruang, formasi antrian
5) Informasi, petunjuk, rambu, dan pertolongan
6) Pelayanan pameran, pembersihan, pemeliharaan
7) Keamanan dan perlindungan
2. Prinsip Desain Sarana Pamer
Ketika pembuatannya harus diperhatikan beberapa faktor sebagai
berikut :
a) Fungsional, sarana dalam pameran tersebut gunanya harus tepat.
b) Aman, agar sarana pameran yang dibuat mampu melindungi
pengunjung dari bahaya kecelakaan.
c) Ekonomis, berarti tepat dan sesuai dengan kondisi pasar.
Ekonomis dapat diartikan bahwa benda yang dihasilkan
mempunyai wujud efektifitas, efisiensi, dan praktisitas.
d) Estetis, menciptakan bentuk yang harmonis, serasi, seimbang
dengan mempertimbangkan dasar tata letak, yaitu kesatuan
irama, keseimbangan, dan sebagainya. (Depdikbud, 1993/1994 :
4-5)
Dalam menampilkan koleksi selain dipengaruhi faktor teknis,
juga dipengaruhi oleh faktor penglihatan yaitu mudah tidaknya
materi koleksi dilihat dan dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :
 Ukuran materi
 Pencahayaan dan warna dari materi koleksi
 Warna cahaya yang melatari
 Kontras benda dengan latar belakang
 Waktu ketika melihat materi
4. Dimensi Manusia dan Ruang pada Display di Museum Kecil
Kebutuhan menyertakan komponen display visual sebagai pos kerja
merupakan hal yang lazim. Apapun sifat dasar display tersebut, jarak
antaranya dengan mata dan tinggi serta sudut display merupakan
pertimbangan yang penting. Pada beberapa situasi, display harus diamati
dari posisi berdiri, maupun posisi duduk.

35
 Jarak display dari mata
Melalui proses akomodasi, mekanisme mata manusia akan secara
otomatis memusatkan mata atas display pada jarak yang
dibutuhkan.

Gb 2.12. Jarak mata dari display karya seni


(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.138)

Gb 2.13. Jarak pandang pada objek yang besar


(Time Saver Standard for Building Types 2nd Edition, 1983, h.339)
 Ruang sirkulasi horisontal
Zona tanggapan panca indera merupakan jarak yang diperlukan
untuk menangkap persepsi, melakukan evaluasi, dan reaksi dalam
waktu tertentu untuk menghindari bahaya sementara tubuh dalam
keadaan bergerak.

36
Gb 2.14. Sirkulasi/koridor dan jalan lintasan
(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.270)

Gb 2.15. Sirkulasi/koridor pengguna kursi roda dan jalan lintasan


(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.272)

G. Tinjauan Umum Area Penjualan


1. Sistem Pelayanan
a. Self Service
Adalah sistem pelayanan di mana pengunjung bebas memilih dan
mengambil yang mereka inginkan, kemudian membawanya ke kasir
untuk pembayaran.
b. Self Selection
Adalah jenis sistem pelayanan di mana pengunjung juga dapat
memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian

37
dengan dibantu oleh pramuniaga, produk dibawa ke bagian kasir untuk
membayar.
c. Personal
Adalah jenis sistem pelayanan tertutup di mana segala bentuk
pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam pemilihan maupun
pengambilan produk. Sistem ini dari proses pemilihan, pengambilan
sampai dengan pembayaran semua dilayani pramuniaga sepenuhnya.
2. Sistem Display
a. Serambi Pamer
Untuk menarik perhatian pengunjung, area penjualan dilengkapi
dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang dengan
mempertimbangkan musim dan gaya. Serambi pamer dapat
memberikan kesan yang efektif, kesan tersebut berhubungan dengan
berbagai ide dan harga.
b. Display Interior
Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan
display interior menjadi
1) Merchandise Display, meliputi
 Display Terbuka (Open Display)
Merupakan bentuk display yang memberikan kemungkinan para
pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa bantuan
pelayan toko.
 Display Tertutup (Close Display)
Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam lemari dinding
(wall case). Keuntungan utamanya adalah terjaga barang
dagangan dari pencurian dan menjaga kondisi siap jual.
 Display Arsitektural (Architectural Display)
Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna
menunjukkan bermacam-macam barang dagangan sesuai dengan
bangunan, seperti model bangunan perumahan, dapur, kamar
mandi secara menyeluruh. Keuntungan utamanya adalah dapat

38
memberikan gambaran yang utuh dan nyata lewat peragaan
dalam display ini.
2) Vendor Display
Terkenal sebagai bentuk display untu periklanan tempat penjualan.
Terdiri dari tulisan, spanduk, dan rak panjang.
3) Store Sign and Decoration
Istilah store sign meliputi tanda pembayaran, kartu hadiah/harga,
hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk, dan alat serupa.
(Delbert J.Duncan & Stanley D.Hollander, 1977:468)
c. Perlengkapan Display
Dalam area penjualan sebagian besar memperlihatkan barang
jualannya berupa etalase dan showroom. Berikut macam-macam
etalase, yaitu :
1) Etalase Sistem Terbuka
Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan ruang
pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior
ruang dalamnya. Penataan display tidak ada halangan kasat mata
dan arah pandangan kurang terfokus.
2) Etalase Sistem Tertutup
Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan ruang
pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat dan mempunyai
pandangan visual lebih terfokus.
3) Etalase Khusus
 Etalase Sudut
Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di
persimpangan jalan dan posisi tepat di sudut.
 Etalase atas
Etalase yang terletak di atas lantai dasar bangunan
bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai papan reklame.
 Etalase Benam
Etalase yang memiliki lantai lebih rendah daripada lantai
disekitarnya.

39
 Etalase Bertingkat
Etalase penggambungan antara etalase atas dan etalase
benam dan lebih lagi dengan sistem etalase terbuka. Sudut
pandang kurang sesuai dengan sudut pandang pengamat.
3. Dimensi Manusia dan Ruang pada Area Penjualan

Gb 2.16. Jarak optimal etalase dan hubungan display/visual


(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.200)

Gb 2.17. Area penjualan pada posisi berdiri


(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.203)

40
Gb 2.18. Tempat penjualan barang yang umum dan yang tergantung
(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.204)

Gb 2.19. Ruang ganti


(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.206)
H. Tinjauan Umum Studio/Kelas
1. Pengertian Studio dan Ruang Kelas
Ruang Kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan sekolah, yang
berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan
belajar mengajar (KBM). Mebeler dalam ruangan ini terdiri dari meja

41
siswa, kursi siswa, meja guru, lemari kelas, papan tulis, serta aksesoris
ruangan lainnya yang sesuai. Ukuran yang umum adalah 9m x 8m. Ruang
kelas memiliki syarat kelayakan dan standar tertentu, misalnya ukuran,
pencahayaan alami, sirkulasi udara, dan persyaratan lainnya yang telah
dibakukan oleh pihak berwenang terkait.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Ruang_kelas)
2. Kebutuhan Umum pada Studio
a. Studio Gambar
Bentuk paling sederhana suatu tempat menggambar meliputi : papan
meja gambar, meja (dorong) untuk peralatan gambar, dan kursi gambar,
bila dalam kegiatan menggambar diperlukan contoh atau pegangan
maka harus disediakan meja rujukan atau papan tegak untuk menempel
rujukan.
Yang terpenting adalah pencahayaan yang baik, cahaya buatan
maupun cahaya alami; jendela sebaiknya menghadap ke arah Utara
hingga Timur, bila hal ini tidak mungkin dilaksanakan maka jendela
diberi tirai untuk menghalangi sinar masuk langsung dan menghindari
kesilauan. (Data Arsitek Edisi Kedua, hal 139)
3. Kebutuhan Umum pada Ruang Kelas
1) Desain
a) Ruang (space) yang cukup dibutuhkan berdekatan area depan kelas
untuk pengaturan alat-alat audivisual, seperti LCD Proyektor dan
bagan.
b) Tinggi ceiling maksimal 9,5 ft atau 289,5 cm.
c) Cahaya yang masuk melalui jendela, jika memungkinkan, harus
berada di pundak kiri siswa.
d) Ceiling dan/atau dinding harus memiliki elemen akustik yang baik.
e) Lantai harus berbahan bantalan. Misalnya parket atau vinyl.
2) Pengaturan Pencahayaan
Cahaya yang ditimbulkan pada televisi, film, dan saat presentasi
akan sering dijumpai ketika kegiatan belajar mengajar. Tirai berwarna
gelap atau light-tight blinds harus tersedia untuk mengatur cahaya yang

42
masuk ke kelas. Pertimbangan lain mungkin diberikan untuk jenis kerai
yang tepat diletakkan menyamping agar lebih mudah beroperasi dan
dibersihkan.
3) Penyediaan Elektrikal (Electrical Services)
a) Stop kontak listrik ganda dilokasikan tiap 3 area dinding dalam, dan
di atas semua meja untuk digunakan dengan peralatan termasuk
proyektor.
b) Jam dinding diameter 8 inci harus ditempatkan disemua ruang kelas.
c) Alarm kebakaran tersedia.
d) Saklar lampu diletakkan di pintu. Disarankan bahwa saklar untuk
penerangan koridor berada agar murid tidak dapat mengaksesnya.
e) Telepon disediakan pada kantor administratif dan pada titik tertentu
di dalam gedung.
4. Dimensi Manusia dan Ruang pada Studio dan Ruang Kerajinan Terpilih
1. Studio Desain / Gambar

Gb 2.20. Jarak bersih antara meja gambar dan bilik menggambar


(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.264)

43
2. Ruang Jahit

Gb 2.21. Dimensi area menjahit


(Sumber:Time Saver Standard for Interior Design and Space Planning, 1992, h.205)

3. Ruang Tenun
Dimensi dari alat-alat yang diperlukan untuk menenun, antara lain:

44
Gb 2.22. Alat pemutar benang
(Sumber:ashforg_brochure_english.pdf / https://www.ashford.co.nz/)

Gb 2.23. Table loom 4 shaft


(Sumber:ashforg_brochure_english.pdf / https://www.ashford.co.nz/)

Area diskusi

45
Gb 2.24. Meja rapat dengan mempertimbangkan pemakai pria dan wanita
(Sumber : Human Dimention and Interior Space,1979,h.192)

I. Tinjauan Modern Tropis

Pemahaman Arsitektur & Iklim Aritektur dan iklim dikenal salah satunya
sebagai pendekatan arsitektur bioklimatik. Bioklimatik menggambarkan suatu
pendekatan desain bangunan yang diinspirasikan keadaan alam
dan menggunakan logika yang berkelanjutan didalam setiap aspek
suatu proyek, memfokuskan pada optimasi dan penggunaan lingkungan.
Logika-logika tersebut meliputi kondisi peruntukan lahan, ekonomi,
konstruksi, manajemen bangunan, serta kesehatan dan kesejahteraan manusia
melalui keadaan fisik bangunan.
Dalam persyratanya arsitektur tropis dapat di simpulkan sebagi berikut :

1. Pola rancangan beradaptasi penuh terhadap iklim Kaidah arsitektur tropis


(tradisional) secara cermat diikuti, secara bersamaan digunakan pula
rancangan arsitektur modern hingga detail elemen bangunan.

46
2. Pola rancangan beradaptasi terhadap iklim, dilengkapi alat kenyamanan
suhu kaidah arsitektur tropis diikuti, namun dengan pertimbangan tertentu
digunakan alat kenyamanan suhu.
3. Pola rancangan menggunakan sebagian kaidah adaptasi terhadap iklim,
dilengkapi alat kenyamanan suhu kaidah arsitektur tropis pada beberapa
elemen rancangan diterapkan, pada bagian lain
4. Pola rancangan mengunakan bentuk tradisional tanpa memperhatikan
kaidah iklim pola rancangan tidak menggunakan kaidah adaptasi terhadap
iklim (Agus, studi pustaka arsitektur bioklimatik, skripsi A. 2008)

Faktor-faktor Perencanaan :
 Iklim : Meminimalkan pengaruh iklim terhadap kenyamanan fisik manusia
seperti kenyamanan ruang, kenyamanan penglihatan, kenyamanan suara,
dan kenyamanan suhu. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan
suhu, yaitu suhu udara, pergerakan udara, radiasi, dan kelembaban udara.
 Manusia dan Kebutuhan : Erat hubungannya dengan sosial-ekonomi dari
sipemakai bangunan, sehingga harus mempertimbangkan lingkungan
sekitar tapak baik masyarakat maupun ciri khas setempat.
 Bahan Bangunan : Penggunaan material yang cerah lebih baik karena
penyerapan panas kecil, penggunaan kaca yang berlebih dan penempatan
yang tidak sesuai akan mengakibatkan pemanasan terhadap ruangan,
perlunya penanaman pohon yang lebih banyak sebagai penghasil oksigen,
penyerap polusi dan panas.
Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap
iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam
desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban
tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada tingkat kenyamanan berada dalam
ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam rumah, oleh
aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis.
Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat
dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga
interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat;

47
sebagai penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam
tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainya.

J. Pendekatan Desain
1. Pola Sirkulasi
Sirkulasi ruang mengarah dan membimbing perjalanan atau tapak yang
terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberi kesinambungan pada pengunjung
terhadap fungsi ruang. (Pamudji Suptandar, 1999,h.144)
Ada 5 (lima) unsur sirkulasi menurut buku Arsitektur Bentuk, Ruang,
dan Tatanan Edisi Kedua oleh Francis D.K. Ching, yaitu:
1. Pencapaian Bangunan
Langsung
Suatu pendekatan yang mengarah ke suatu
tempat masuk, melalui sebuah jalan lurus
yang segaris dengan akar sumbu bangunan.
Tersamar
Pendekatan yang samar-samar
meningkatkan efek perspektif pada fasad
depan dan bentuk suatu bangunan. Jalur
dapat diubah arahnya satu atau beberapa
kali untuk menghambat dan
memperpanjang urutan pencapaian.
Berputar
Sebuah jalan berputar memperpanjang
urutan pencapaian dan mempertegas
bentuk 3 dimensi suatu bangunan sewaktu
bergerak mengelilingi tepi bangunan.

Tabel 2.2. Pencapaian Bangunan


(Sumber : Buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua,1996,h.231)

2. Jalan Masuk ke dalam Bangunan (Pintu Masuk)

48
Pintu masuk dapat dikelompokkan sebagai berikut: rata, menjorok
keluar, dan menjorok ke dalam. Pintu masuk yang rata
mempertahankan kontinuitas permukaan dindingnya dan jika
diinginkan dapat dibuat tersamar. Pintu masuk yang menjorok ke luar
membentuk sebuah ruang transisi, menunjukkan fungsinya sebagai
pendekatan dan memberikan perlindungan di atasnya. Jalan masuk yang
menjorok ke dalam juga memberikan perlindungan dan menerima
sebagian ruang eksterior menjadi bagian dalam bangunan.

Gb 2.25. Pintu masuk rata, menjorok keluar, dan menjorok ke


dalam.
(Sumber : Buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua,1996,h.239)

Dalam hal lokasi, letak sebuah pintu masuk yang relatif terhadap
bentuk ruang yang dimasuki akan menentukan konfigurasi alur dan pola
aktifitas di dalam ruang.

Gb 2.26. Pintu masuk yang diletakkan terpusat dan diluar pusat


bangunan. (sumber: Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi
Kedua,1996,h.239)

Pengertian suatu pintu masuk secara visual dapat diperkuat dengan:

49
Membuat bukaan lebih rendah, lebih lebar,
atau lebih sempit daripada yang
seharusnya.

Membuat pintu masuk sangat curam atau


berliku-liku

Membaut bukaan lebih artistik dengan


ornamen atau hiasan-hiasan dekoratif.

Tabel 2.3. Pintu masuk secara visual


(Sumber : Buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua,1996,h.239)

3. Konfigurasi Jalan
Linier
Semua jalan pada dasarnya adalah linier.
Jalan yang lurus dapat menjadi unsur
pengorganisir utama untuk satu sederet
ruang-ruang. Jalan dapat berbentuk
lengkung/berbelok arah, memotong jalan
lain, bercabang-cabang, atau membentuk
putaran (loop).
Radial
Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan
lurus yang berkembang dari atau berhenti
pada sebuah pusat, titik bersama.

50
Spiral (Berputar)
Sebuah konfigurasi spiral adalah suatu
jalan tunggal menerus, yang berasal dari
titik pusat, mengelilingi pusat dengan
jarak yang berubah.
Grid
Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang
jalan sejajar yang saling berpotongan
pada jarak yang sama dan menciptakan
kawasan ruang segi empat.
Jaringan
Terdiri dari jalan-jalan yang
menghubungkan titik-titik tertentu di
dalam ruang.

Komposit (Gabungan)
Pada kenyataannya, sebuah bangunan
umumnya membuat kombinasi dari pola-
pola di atas. Hal terpenting dalam sebuah
pola adalah pusat kegiatan, jalan masuk
ke ruangan, serta tempat untuk sirkulasi
vertikal berupa tangga, landaian,
elevator.
Tabel 2.4. Konfigurasi Jalan
(Sumber : Buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua,1996,h.253)

4. Hubungan Jalur dan Ruang


Jalan mungkin dihubungkan dengan ruang-ruang dalam cara-cara
berikut ini :

51
Melalui Ruang-ruang
- Kesatuan dari tiap-tiap ruang
dipertahankan.
- Konfigurasi jalan yang fleksibel.
- Ruang-ruang perantara dapat
dipergunakan untuk menghubungkan
jalan dengan ruang-ruangnya.
Menembus Ruang-ruang
- Jalan dapat menembus sebuah ruang
menurut sumbunya, miring atau
sepanjang sisi.
- Dalam memotong sebuah ruang, suatu
jalan menimbulkan pola-pola istirahat
dan gerak di dalamnya.
Berakhir dalam Ruang
- Lokasi ruang menentukan jalan.
- Hubungan jalan-ruang ini digunakan
untuk pendekatan dan jalan masuk
ruang-ruang penting yang fungsional
dan simbolis.
Tabel 2.5. Hubungan Jalur-Ruang
(Sumber : Buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua,1996,h.264)

5. Bentuk Ruang Sirkulasi


Bentuk sebuah ruang sirkulasi dapat bermacam-macam berdasarkan:
 Batas-batas yang ditetapkan.
 Bentuknya yang berkaitan dengan bentuk ruang-ruang yang
dihubungkan.
 Kualitas skala, proporsi, cahaya, dan pemandangan yang dipertegas.
 Terbukanya jalan masuk ke dalamnya.
 Perannya terhadap perubahan-perubahan ketinggian lantai dengan
tangga-tangga dan landaian.

52
Ruang sirkulasi dapat berbentuk:
Tertutup
Membentuk galeri umum
atau koridor pribadi yang
berkaitan dengan ruang-
ruang yang dihubungkan
melalui pintu-pintu masuk
pada bidang dinding.
Terbuka pada salah satu
sisinya
Membentuk balkon atau
galeri yang memberikan
kontinuitas visual dan
kontinuitas ruang dengan
ruang-ruang yang
dihubungkannya.
Terbuka pada kedua
sisinya
Membentuk deretan kolom
untuk jalan lintas yang
menjadi sebuah perluasan
fisik dari ruang yang
ditembusnya.
Lebar dan tinggi suatu ruang
sirkulasi harus sebanding
dengan jenis dan jumlah
pergerakan tampungnya.
Sebuah jalan yang sempit dan tertutup akan merangsang gerak maju. Sebuah
jalan dapat diperlebar tidak hanya untuk menampung lebih banyak lalulintas,
tetapi untuk menciptakan tempat-tempat pemberhentian. Jalan dapat diperbesar
dengan menyatukan ruang-ruang yang ditembusnya.
Di dalam sebuah ruang yang luas, sebuah jalan dapat berbentuk acak, tanpa

53
bentuk atau batasan, dan ditentukan oleh aktivitas dan susunan perabot di dalam
ruangnya.
Tabel 2.6. Bentuk Ruang Sirkulasi
(Sumber : Buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua,1996,h.269)

2. Organisasi Ruang
Cara penyusunan ruang-ruang ini dapat menjelaskan tingkat
kepentingan relatif dan fungsi serta peran simbolis ruang-ruang tersebut di
dalam suatu organisasi bangunan. Keputusan mengenai jenis organisasi
yang harus digunakan dalam situasi khusus akan tergantung pada :
 Kebutuhan atas program bangunan, seperti pendekatan fungsional,
persyaratan ukuran, klasifikasi hirarki ruang-ruang dan syarat-syarat
pencapaian, pencahayaan atau pemandangan.
 Kondisi-kondisi eksterior dari tapak yang mungkin akan membatasi
bentuk atau pertumbuhan organisasi atau mungkin merangsang
organisasi tersebut untuk mendapatkan gambaran-gamberan tertentu
tentang tapaknya dan terpisah dari bentuk-bentuk lainnya.

Gb 2.27. Komposisi dari Sembilan Bujur Sangkar: Studi Bauhaus


(Sumber : Buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua,1996,h.188)

54
Setiap jenis organisasi ruang didahului oleh bagian yang
membicarakan karakter bentuk, hubungan-hubungan ruang dan tanggapan
lingkungan dari kategori tersebut.

Organisasi Terpusat
Sebuah ruang dominan terpusat dengan
pengelompokan sejumlah ruang
sekunder.
Organisasi Linier
Suatu urutan dalam satu garis dari
ruang-ruang yang berulang.

Organisasi Radial
Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan
organisasi ruang linier berkembang
menurut arah jari-jari.
Organisasi Cluster (Mengelompok)
Kelompok ruang berdasarkan kedekatan
hubungan atau bersama-sama
memanfaatkan satu ciri atau hubungan
visual.
Organisasi Grid
Organisasi ruang-ruang dalam daerah
struktural grid atau struktur 3 dimensi
lain.
Tabel 2.7. Bentuk Organisasi Ruang
(Sumber : Buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Kedua,1996,h.189)

3. Furnitur
Furnitur merupakan elemen pengisi ruang yang berdaya fungsi
maksimal guna mendukung aktivitas di dalam ruang. Penyusunan furnitur
harus disesuaikan dengan kebutuhan guna kenyamanan pemakai. Selain
sebagai elemen fungsional, furnitur mempunyai faktor estetika bagi

55
konsep suatu ruang. Penyusunan furnitur akan menimbulkan berbagai
aspek yang berhubungan dengan jenis aktivitas, fungsi, maupun segi-segi
visual. Setelah semua faktor tersebut diperhatikan, kemudian meningkat
pada tahap berikutnya yaitu bagaimana menerjemahkannya dalam desain.
Desain furnitur dibagi atas dua katagori, yaitu:
1. Furnitur yang berbentuk case (kotak) termasuk meja tulis, lemari buku,
dan kursi yang tidak mempunyai pelapis. Tipe furnitur semacam ini di
Indonesia terbuat dari kayu dan sekarang semakin populer dikalangan
desainer dan masyarakat.
2. Furnitur yang dilapisi, misal sofa, kursi-kursi yang seluruhnya atau
sebagian diberi pelapis termasuk perlengkapan-perlengkapan tidur.
(Desain Interior, 1999:172)
4. Warna
Warna suatu unsur penting yang telah memberikan perannya dalam
kehidupan. Menurut Helen Grahan (seorang dosen psikologi di Keele
University) dalam bukunya “Penyembuhan dengan Warna”, warna adalah
kebutuhan kita yang mendasar. (Helen Graham, Penyembuhan dengan
Warna, 1998)
Berikut ini beberapa efek psikologis yang dapat ditimbulkan oleh
warna yang dikemukakan oleh Helen Graham, yaitu:
1. Merah
Warna ini merangsang aktivitas fisik dan vitalitas, perasaan-
perasaan aman, stabil, percaya diri, dan kehangatan. Warna ini dapat
digunakan pada benda-benda atau hal-hal di dalam ruang di mana
dibutuhkan aktivitas fisik yang tinggi dan di ruang bermain anak-anak.
Warna ini sebaiknya tidak digunakan pada anak-anak atau orang
dewasa yang hiperaktif biasa menggunakan kekerasan dan agresif.
Selain itu, pada situasi kerja yang menggunakan mesin-mesin dan
membutuhkan konsentrasi, lalu ruang membaca dan kamar tidur.
2. Orange/Jingga
Warna ini merangsang metabolisme, pencernaan, penghilang
racun, daya tahan terhadap penyakit, energi-energi fisik dan emosi,

56
seksualitas, mengatur keseimbangan gula dan cairan dalam tubuh.
Warna jingga dapat digunakan pada ruang bermain, ruang latihan,
sanggar tari, dan ruang olahraga, atau tempat terjadi perkumpulan
sosial.
3. Kuning
Warna ini merangsang saluran pencernaan, aktivitas mental,
kejelasan mental, alasan lisan, dan kekuatan kemauan.
Gunakan warna kuning di ruang baca dan belajar, ruang pertemuan
sosial, dan untuk dekorasi ruang yang digunakan anak-anak yang
mengalami kesulitan belajar. Tidak dianjurkan warna kuning digunakan
untuk anak atau orang dewasa yang hiperaktif, agresif, dan ruang
istirahat.
4. Hijau
Warna hijau menunjukkan perasaan yang positif, kasih sayang, dan
kepekaan. Gunakan warna ini pada setiap ruangan, ruang kerja atau
sanggar di mana dibutuhkan ketenangan dan kedamaian, diperlukan
kepekaan atau aktivitasnya melibatkan sentuhan fisik, serta ruang-ruang
istirahat.
Tidak dianjurkan digunakan pada ruang laboraturium atau ruang di
mana diperlukan pemikiran yang analitis, atau bagi penderita penyakit
autoimunitas.
5. Biru langit
Warna ini merangsang suara, ungkapan diri, komunikasi, tanggung
jawab pribadi, dan pendengaran. Gunakan warna biru langit untuk
kamar mandi, ruang istirahat, klinik, penyimpanan produk susu,
penyimpanan dingin, dan bagi mereka yang sedang menderita gangguan
insomnia dan mengalami syok.
Tidak dianjurkan digunakan pada anak atau orang dewasa yang
mengalami kedinginan atau menggigil, dan bagi penderita kekurangan
fungsi tiroid atau metabolisme yang lambat.
6. Biru gelap atau indigo

57
Warna ini merangsang otak bagian bawah, sistem saraf pusat, dan
sistem endokrin. Karena itu indigo merangsang aktivitas hormonal
diseluruh tubuh, proses-proses yang tidak disadari, imajinasi,
pemahaman, naluri, dan kemampuan psikis atau paranormal.
Gunakan warna ini untuk ruang kontemplasi (renungan) dan
meditasi. Tidak dianjurkan untuk ruang bermain atau pusat aktivitas
fisik.
7. Ungu atau violet
Warna ini merangsang otak bagian atas dan sistem saraf,
kreativitas, estetika, kemampuan artistik, dan cita-cita luhur. Gunakan
warna ungu pada orang-orang yang memiliki aktivitas seni, imajinatif,
dan spiritual. Tidak dianjurkan digunakan untuk hiburan, di ruang yang
ditinggali oleh orang yang memiliki gangguan mental.
8. Cokelat
Warna ini memiliki sifat keseriusan, namun hangat dan lembut.
Cokelat memiliki asosiasi dengan bumi dan alam, warna solid, dapat
diandalkan dan banyak orang merasakan ketenangan karena berkesan
hangat, nyaman dan aman. Warna cokelat juga dapat menimbulkan
kesan modern, mewah, dan elegan karena kedekatannya dengan warna
emas. Secara psikologis warna ini akan memberikan kesan kuat dan
dapat diandalkan, seperti diaplikasikan pada ruang firma hukum.
(sumber: http://mitra-nzo.blogspot.co.id/2014/09/warna-cat-dinding-
serta-kaitannya-dengan-psikologi-dan-kesehatan.html )
9. Putih
Warna putih digunakan untuk ruang dengan area yang sempit dan
kurang pencahayaan, sehingga dapat memunculkan suasana cerah dan
luas pada interior. Kemudian dapat menambah kejernihan mental,
mendorong penghuni untuk membersihkan kekacauan pikiran dan
tindakan. Kemampuan lain dari warna putih adalah membantu
mengurangi rasa nyeri, hal ini dikarenakan putih memberi kesan
kebebasan dan keterbukaan.

58
Gunakan warna ini pada bangunan atau ruang kesehatan karena
bersifat steril dan bersih. Untuk desain minimalis penggunaan warna
putih menjadi pilihan yang tepat.
10. Hitam
Warna ini memiliki karakter yang kuat, penuh percaya diri,
perllindungan, elegan, megah, dramatis, dan misterius. Namun
menggunaan warna hitan yang terlalu dominan, dapat menciptakan
kesan lain, seperti suram, gelap, bahkan menakutkan. Adapun
pemakaian dalam ruang dalam intensitas besar menimbulkan perasaan
tertekan.
11. Abu-abu
Campuran antara warna hitam dan putih ini kerap kali digunakan
sebagai “penetral”. Dalam sisi positif, warna abu-abu menggambarkan
keseriusan, kestabilan, kemandirian, bahkan memberikan kesan
bertanggung jawab.
Namun, penggunaan warna abu-abu yang terlalu dominan
berdampak pada munculnya kesan membosankan dan tidak
komunikatif. Selain itu, beberapa kesan negatif akan muncul
seperti kurang percaya diri, kurang energi (tidak atraktif) bahkan
depresi. (sumber: https://salamadian.com/arti-warna/)
5. Elemen Pembentuk Ruang
1. Lantai
Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung
dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek. Karakter lantai
harus mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban
yang datang dari segala perabot, aktivitas manusia dalam ruang, dan
lain-lain. Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar.
(Djoko Panuwun, 1999, hal.6)
Persyaratan lantai, antara lain:
 Lantai harus kuat dan dapat menahan beban di atasnya
 Mudah dibersihkan
 Kedap suara

59
 Tahan terhadap kelembaban, dan lain-lain
Berdasarkan karakteristiknya lantai dibagi menjadi empat, yaitu:
1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet.
Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi.
2) Lantai semi keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vynil.
3) Lantai keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang sudah
dibentuk sesuai ukuran lantai.
4) Lantai kayu/parket, terdiri dari berbagai jenis dan motif yang
terbuat dari kayu.
2. Dinding
Dinding merupakan bidang nyata yang membatasi suatu ruang atau
pembatas kegiatan yang mempunyai jenis berbeda, Dinding adalah
penahan beban yang menyangga lantai dan atap, sehingga struktur
kekuatan dinding sebagai penahan beban harus diperhatikan. (John
F.Pile, 1995, hal.222)
Dalam proses perancangan interior, dinding mempunyai peranan
cukup dominan dan memerlukan perhatian khusus. Di samping unsur-
unsur lain seperti tata letak, desain furnitur serta perlengkapan lain yang
akan disusun bersama dalam suatu kesatuan dengan dinding. Fungsi
dan bentuk dinding dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Struktur, antara lain:
 Bearing wall
 Load bearing wall
 Foundation wall
2) Non Struktural, antara lain:
 Party wall : dinding pemisah antara dua bangunan yang
bersandar pada masing-masing bangunan.
 Fire wall : dinding yang digunakan sebagai pelindung dari
pancaran kobaran api.
 Certain or panels wall : dinding yang digunakan sebagai pengisi
pada suatu konstruksi rangka baja atau beton.

60
 Partition wall : dinding yang digunakan sebagai pemisah dan
pembentuk ruang yang lebih kecil di dalam ruang yang besar.
(Pamudji Suptandar, 1999:145)
3. Langit-langit (ceiling)
Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup bagian
atas. Kesan pertama adanya tinggi rendah ruang, berfungsi sebagai
bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler head, audio
loudspeaker, dan sebagai peredam suara atau akustik. (John F. Pile,
1995, hal.250)
Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit adalah:
1) Fungsi langit-langit, selain sebagai penutup ruang juga sebagai
pengatur udara dan ventilasi.
2) Penentuan ketinggian, didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi
ruang, kegiatan ruang, konstruksi, dan permainan ceiling.
3) Bentuk penyelesaian, dapat dilakukan berdasarkan fungsi seperti
melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan
sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999:72)
6. Sistem Interior
Berikut sistem interior menurut Prasasto Satwiko dalam buku
Fisika Bangunan, sebagai berikut:
1. Sistem Penghawaan
Sebagian besar masyarakat Indonesia meyakini, bahwa kita
beruntung hidup di negara tropis yang lembab dan nyaman. Tetapi
kenyataannya ventilasi alami sulit diusahakan di iklim lembab yang
umumnya bersuhu antara 24oC-32oC. Kelembaban yang tinggi dan
kecepatan angin yang rendah menjadi persoalan dan faktanya kita hidup
dilingkungan tidak nyaman secara thermal. Penghawaan alami sangat
tergantung dengan kualitas udara alami di lingkungan bangunan.
Di Indonesia penghawaan buatan seperti AC banyak digunakan
diberbagai macam bangunan sebagai pengkondisian udara (air
conditioning), yaitu perlakuan terhadap udara di dalam bangunan yang
meliputi suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin, kebersihan, bau,

61
serta distribusinya untuk menciptakan kenyamanan bagi penghuninya.
Keuntungan penggunaan AC, antara lain:
 Suhu udara lebih mudah disejukkan dan diatur
 Kecepatan dan arah angin mudah diatur
 Kelembaban udara mudah diatur
 Kebersihan udara dapat dijaga
 AC keluaran baru dilenfkapi dengan pembangkit ion negatif yang
dapat membunuh bakteri, jamur, dan mengikat biang bau, serta
memberikan efek segar pada udara ruangan.
AC biasanya dipasang pada ruangan tertutup, maka diperoleh
keuntungan sampingan seperti kenyamanan akustik dan ketenangan.
2. Sistem Pencahayaan
1) Pencahayaan alami (natural light)
Merupakan cahaya yang bersumber dari matahari. Cahaya ini
sangat baik bagi manusia. Bila mengasingkan manusia dari cahaya
matahari secara total akan membawa dampak merugikan baik
secara fisik maupun mental (depresi).
Ada beberapa keuntungan dan kerugian jika menggunakan
sumber cahaya matahari bagi pencahayaan ruangan atau bangunan,
yaitu :
 Cahaya matahari murah dan mudah didapat.
 Memberikan efek sehat bagi tubuh baik secara fisik maupun
mental.
 Menghasilkan penampakan objek yang jelas dan tegas.
 Cahaya matahari mempunyai keterbatasan waktu.
 Mempunyai tingkat cahaya yang berbeda tergantung dengan
musim.
 Untuk mengurangi panas berlebih, dibutuhkan perangkat
penghalang.
2) Pencahayaan buatan (artificial light)
Adalah segala bentuk cahaya yang bersumber pada alat yang
diciptakan manusia seperti lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah,

62
dan obor. Cahaya ini sangat berguna ketika malam hari. Meski tidak
ekonomis, cahaya lampu memberikan beberapa keuntungan, yaitu:
 Penerangan dapat dilakukan sepanjang hari.
 Memberikan fleksibilitas perencanaan kebutuhan cahaya dalam
ruang.
 Dapat memberikan efek estetis pada ruang.
Dilihat dari segi pengarahan cahaya, kita mengenal dua macam
acah cahaya, yaitu:
a) Pencahayaan langsung (direct light)
Yaitu pencahayaan dengan mengarahkan sinar langsung ke
bidang kerja atau objek.
b) Pencahayaan tidak langsung (indirect light)
Yaitu pencahayaan dengan cara memantulkan sinar lebih
dahulu, misal ke langit-langit atau kearah dinding. Pencahayaan
tak langsung sangat baur, sehingga menimbulkan suasana
lembut.
Berdasarkan cakupannya dikenal dengan istilah:
 Pencahayaan umum (general lighting)
Yaitu pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan
dimaksudkan untuk memberikan terang merata.
 Pencahayaan kerja (task lighting)
Yaitu pencahayaan fungsional untuk kerja visual tertentu,
biasanya disesuaikan dengan standar kebutuhan penerangan
bagi jenis kerja bersangkutan.
 Pencahayaan aksen (accent lighting)
Yaitu pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke objek
tertentu untuk memperkuat penampilannya (fungsi estetik).
3. Sistem Akustik
Akustika adalah cabang dari ilmu fisika yang menyelidiki dan
mempelajari penghasilan, pengendalian, penyampaian, penerimaan, dan
pengaruh bunyi. Sedang bunyi adalah gelombang getaran-getaran

63
mekanis dalam udara atau benda padat yang masih ditangkap oleh
telinga manusia yang memiliki frekuensi 16-20.000 Hz.
Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai menjawab
kebutuhannya dari salah satu faktornya mengenai gangguan seperti
bising, gema, gaung, dan sebagainya. Penanganan gangguan yang
terjadi dalam ruang menjadikan perlunya kualitas akustik yang sebaik-
baiknya. Akustik dapat mengatasi masalah teknis yang berhubungan
langsung dengan suatu desain interior, antara lain tingkat bunyi yang
berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat kejelasan pencangkupan
dengan latar belakang suara, dan pengadaan suara latar yang sesuai
dengan situasi tertentu. (John F.Pile, 1980, hal.421)
Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang terdapat
tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
 Bunyi langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang
berjalan langsung mencapai pendengaran.
 Bunyi pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang
dalam pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai
bidang pantul.
 Bunyi serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena
material absorsi. (Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)
Kualitas dan kuantitas suara dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu:
 Permukaan pantul. Baik permukaan lantai, dinding, plafon, dan
benda-benda dalam ruangan.
 Konstruksi dan bahan bangunan.
 Luas dan fungsi ruang.
 Pengaruh lingkungan.
Untuk mengatasi suara yang tidak diinginkan dapat menggunakan
peredam suara dengan cara menggunakan perangkat alat untuk
mengurangi atau menghambat getaran suara. Seperti panel akustik dari
kayu dan fabric yang sudah didesain dengan rapi dan mudah dipasang.
4. Sistem Keamanan

64
1) Sistem keamanan dari kejahatan manusia
Sistem keamanan dengan kegiatan yang berlangsung dapat
menggunakan sekuriti, CCTV (Closed Circuit Television), dan
heavy duty door contact atau sensor yang dipasang pada pintu.
CCTV adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu
ruang melalui layar televisi/monitor, yang menampilkan gambar
dari rekaman kamera yang dipasang pada setiap sudut ruang.
2) Sistem keamanan dari bahaya kebakaran
 Sistem pendeteksi awal
- Smoke detector. Alat ini bekerja bila suhu mencapai 70oC.
- Fire alarm system. Alarm otomatis akan berbunyi jika ada
api atau panas pada suhu 135oC – 160oC.
 Fire estinguisher, pemadam api portabel yang dapat
mengeluarkan air, busa, gas, dan media lainnya yang mampu
untuk memadamkan api penyebab dari kebakaran.
Berbagai tipe agent atau media isi tabung pemadam api setiap
negara tidaklah jauh berbeda. Berikut adalah berbagai media
tabung pemadam api:
- Dry Chemical Powder: merupakan media berbasis bubuk
yang memisahkan empat bagian dari tetrahedron api. Hal
tersebut mampu untuk mencegah terjadinya reaksi kimia
yang melibatkan panas, bahan bakar serta oksigen. Cara
tersebut menghentikan produksi api dan mempertahankan
radikal bebas sehingga mampu memadamkan api.
- Foams: mampu memadamkan api dari sumber api bahan
bakar. Foams juga baik dicampur dan digunakan dalam pipa
cabang. Dengan membentuk banyak busa maka mampu
menyegel bahan bakar sehingga oksigen tidak dapat
mencapainya.
- Water: dengan mendinginkan bahan bakar dengan air maka
sangat efektif digunakan untuk kebakaran terhadap furnitur,

65
bahan kain dan lainya. Namun digunakan dengan benar
karena air dapat menghantarkan listrik.
- Wet Chemical and Water Additives: merupakan kimia basah
(kalium asetat, karbonat, atau sitrat). Digunakan untuk
memadamkan api dengan menjadi selimut (busa sabun)
ketika bahan minyak terbakar. Wet Chemical mampu
mendinginkan minyak dibawah titik suhu pengapaiannya.
- Clean Agents: berguna menggantikan oksigen (CO2 atau gas
Inert) dan mampu menghilangkan panas dari area
pembakaran (halotron dan FE-36) atau mampu menghambat
berbagai reaksi kimia (Halons). Media ini tidak
meninggalkan residu dan baik digunakan untuk elektronik
dan berkas dokumen.
- Carbon Dioxide CO2: merupakan gas bersih yang
menggantikan oksigen. Namun CO2 tidak cocok untuk
digunakan pada kebakaran yang mengandung oksigen yang
menjadi sumbernya seperti logam atau media memasak.
Jangan menyemprotkan langsung ke manusia (wajah) karena
CO2 dapat menyebabkan radang karena dingin dan sesak
napas.
- Class D Powder: merupakan agen tabung pemadam yang
mampu memadamkan api jenis logam dan lainnya.
- Halon 1211/BCF: (Sudah tidak boleh digunakan, terkecuali
di UK masih digunakan untuk situasi tertentu seperti
pesawat, militer dan kepolisian).
(Sumber:http://www.alatpemadamapi.xyz/2016/01/pengertia
n-fire-extinguisher-alat-pemadam-kebakaran.html)
 Sprinkler
Penempatan titik-titik sprinkler harus disesuaikan dengan
standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler
dapat melayani luas area 10-20 m dengan ketinggian ruang 3 m.
Pemasangan sprinkler dapat dipasang di bawah plafon atau di

66
dinding. Kepala sprinkler yang dipasang dekat dinding pada
plafon harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari 2,25m dari
dinding.
 Hydrant Pillar, terdapat di luar ruangan yakni berada di
sekeliling bangunan atau terletak di pinggir jalan dekat dengan
sumber air.

67

Anda mungkin juga menyukai