Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA DI SD

“Model Pembelajaran Menyimak”

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

 NURFADILAH DEWI KARTIKA


 NIRWANA TALLE
 IKBAL JANUAR RAMADHAN
 WARKIAH MUKHTAR

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK” ini sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah ‘’Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sd’’. Makalah ini sebagai salah satu sarana untuk menambah
pengetahuan dan wawasan pada Mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih ada kekurangan baik
dari segi penulisan maupun tata bahasa. Kritik dan saran yang membangun dari
pembaca kami nantikan untuk perbaikan makalah ini ke arah yang lebih baik dan
sempurna.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 08 Juni 2021

Penulis

DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................................3
A. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment Divisions (STAD). 3
B. Word Square.....................................................................................................................5
C. Snow Ball Throwing (Lemparan Bola Salju)...................................................................6
D. Pertanyaan dari Siswa (Questions Students Have)..........................................................8
E. Model A B C Games.........................................................................................................10
F. Get A Star (Raihlah Bintang)..........................................................................................11
BAB III........................................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.................................................................................................................13
B. SARAN.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyimak sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki tujuan
untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang
hendak disampaikan oleh pembicara melalui ujaran. Dalam kegiatan sehari-hari,
menyimak adalah salah satu kegiatan yang sangat penting selain keterampilan yang
lainnya. Kegiatan menyimak juga dapat menambah ilmu atau wawasan yang belum
dimiliki di antaranya melalui radio, tv, atau langsung dari nara sumbernya. Oleh karena
itu, pengajaran menyimak mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran di sekolah dasar sebab kemampuan menyimak yang baik adalah kondisi
awal untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik.
Berbagai pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia
mengindikasikan bahwa kemampuan menyimak murid sekolah dasar belum optimal. Hal
ini dapat diketahui dari hasil penelitian Muhaimin (2006) yang dicapai murid dalam
proses-belajar mengajar di mana murid yang terlibat dalam kegiatan, yang mampu
menyimak secara baik dan benar mempunyai persentase yang masih rendah. Indikasi ini
menandakan masih rendahnya kemampuan menyimak murid tersebut terlihat pula hasil
yang diperoleh dalam ulangan semester misalnya. Daya serap murid pada semua mata
pelajaran dari seluruh murid dalam suatu kelas masih banyak nilai di bawah nilai standar
7,5. Ini berarti penguasaan murid terhadap mata pelajaran juga masih rendah.
Setelah ditelusuri lebih jauh, hal tersebut di atas ternyata (salah satu) disebabkan
oleh kurangnya kemampuan murid menyimak materi pelajaran. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa ada kesenjangan antara hasil pengajaran menyimak dengan target ideal,
yaitu tercapainya kemampuan optimal murid dalam menyimak
Sebaiknya guru dalam melakukan proses belajar-mengajar harus mempunyai
kompetensi dan menguasai metode, pendekatan, atau teknik sebab apabila guru tidak
memiliki kemampuan tersebut di atas maka proses pembelajaran yang dilaksanakan akan
gagal. Artinya konsep yang akan disampaikan atau yang harus dikuasai siswa tidak jelas.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan teori model
pembelajaran menyimak yang harus dikuasai oleh seorang guru Bahasa Indonesia agar
saat melakukan proses pengajaran dapat berhasil dengan baik.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa saja model-model pembelajaran menyimak di sekolah Dasar?
2. Bagaimana langkah kegiatan pembelajaran dalam masing-masing model
pembelajaran menyimak di sekolah Dasar

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam model-model pembelajaran menyimak di sekolah
Dasar.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah kegiatan dalam model pembelajaran menyimak di
sekolah Dasar.

BAB II

PEMBAHASAN

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal


sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

2
aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran menyimak yang dapat diterapkan di Sekolah
Dasar diantaranya sebagai berikut :
A. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a) Persiapan pembelajaran
b) Penyajian materi
c) Belajar kelompok
d) Tes
e) Penentuan skor peningkatan individual
f) Penghargaan kelompok

Langkah-langkah pembelajarannya yaitu :


1) Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin).
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok.
Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai
semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Tugas itu harus dikuasai oleh setiap
anggota kelompok.
4) Guru memberikan kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab tidak
boleh saling membantu.
5) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki skor tertinggi.
6) Kesimpulan
Kelebihan Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment
Divisions (STAD), antara lain sebagai berikut :
1. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang
dibahas.
2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan
nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
3. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar
mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk
kepentingan bersama-sama.
4. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi
menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

3
5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan dorongan bagi siswa
untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
6. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya.
7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa
dalam belajar bekerja sama.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment
Divisions (STAD), antara lain sebagai berikut:
8. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan
masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
9. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih
belajar mandiri.
10. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian
kurikulum tidak dapat dipenuhi.
11. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.
12. Penilaian terhadap individu, kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru
untuk melaksanakannya

B. Word Square
Model pembelajaran word square adalah model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada
kotak-kotak jawaban. Model pembelajaran word square adalah salah satu dari model
pembelajaran inovatif yang merupakan pengembangan dari metode ceramah.
Model pembelajaran word square terdiri dari dua kata yaitu word adalah kata dan
square adalah lapangan persegi, jadi model pembelajaran word square adalah suatu model
pembelajaran yang memadukan dengan permainan pencarian atau mencari kunci jawaban
berdasarkan pertanyaan yang sudah ada dan kata yang dicari dapat diperoleh dari huruf
yang telah tersedia secara menurun dan mendatar. Model pembelajaran word square juga
dapat meningkatkan peserta didik untuk berpikir efisien dan kritis serta cermat dan teliti
dalam mencari kata yang telah tersedia pada kotak. Langkah-langkah model pembelajaran
word square adalah sebagai berikut:
1) Buatlah kotak sesuai keperluan.
2) Buat soal sesuai indicator pembelajaran.
3) Sampaikan materi.
4) Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.

4
5) Peserta didik disuruh menjawab soal, kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban.
6) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

Kelebihan model pembelajaran word square, antara lain sebagai berikut :


1. Meningkatkan ketelitian, kritis, mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran dan berpikir efektif siswa. Karena siswa dituntun untuk mencari jawaban
yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yang ada dalam lembar kerja.
kekurangan model pembelajaran word square, antara lain sebagai berikut :
1. Siswa hanya menerima bahan materi dari guru dan tidak dapat mengembangkan
kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut mencari jawaban bukan untuk
mengembangkan pikiran siswa masing masing.

C. Snow Ball Throwing (Lemparan Bola Salju)


Model ini dapat memotivasi siswa belajar dalam mengembangkan pikirannya
melalui kertas-kertas (HVS warna yang jumlahnya tergantung kebutuhan) sebagai media
untuk menuangkan gagasan sesuai instruksi guru. Langkah-langkah :
1) Guru membuka pelajaran dengan apersepsi
2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
3) Siswa mendengarkan teks berita yang diperdengarkan oleh guru
4) Siswa mencatat hal-hal yang pentingmengenai pokok isi berita yang didengar
5) Guru menyediakan kertas yang berisi pertanyaan sebagai bola salju
6) Guru melemparkan bola dan siswa menjawab dan menulis nama pada bola salju
7) Guru mengumpulkan bola dan membacakan jawaban siswa
8) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.

Kelebihan model pembelajaran snow ball throwing (lemparan bola salju), antara
lain sebagai berikut :

5
1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan
melempar bola kertas kepada siswa lain.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena
diberikesempatan utk membuat soal dan diberikan pada siswa lain.
3. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang
dibuat temannya seperti apa.
4. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
5. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam
praktek.
6. Pembelajaran menjadi lebih efektif.
7. Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai.

Kekurangan model pembelajaran snow ball throwing (lemparan bola salju),


antara lain sebagai berikut:
1. Sangat  bergantung  pada kemampuan siswa  dalam memahami materi sehingga apa
yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa
biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang
telah diberikan.
2. Ketua kelompok yang  tidak  mampu  menjelaskan  dengan  baik  tentu  menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk  memahami  materi sehingga diperlukan waktu
yang  tidak  sedikit  untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat
berkelompok kurang  termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan
bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.
4. Memerlukan waktu yang panjang.
5. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
6. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
D. Pertanyaan dari Siswa (Questions Students Have)
Model ini dapat memotivasi siswa untuk dapat melatih keterampilan
mendengarkan. Belajar membuat pertanyaan dan menganalisis pertanyaan tersebut dari
tingkat kepentingannya untuk dibahas dalam kelas. Langkah-langkah pembelajaran
menggunakan modelpertanyaan dari siswa yaitu:
1) Guru mengondisikan siswa dalam kelas untuk siap dalam pelajaran boleh dengan
bernyanyi atau bertepuk tangan

6
2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai
3) Guru membagi siswa menjadi dua kelompok besar
4) Guru menyajikan simulasi wawancara atau rekaman dari radio/TV atau menonton
tayangan TV.
5) Siswa mendengar dan mencatat hal-hal penting
6) Setiap siswa  menuliskan soal yang berkaitan dengan materi pelajaran (tidak perlu
menuliskan nama).
7) Setelah semua selesai membuat pertanyaan masing-masing diminta untuk
memberikan kertas yang berisi pertanyaan kepada teman di samping kirinya. Dalam
hal ini, jika posisi duduk siswa adalah lingkaran, akan terjadi gerakan perputaran
kertas searah jarum jam. Jika posisi duduk mereka berderet sesuai dengan posisi
mereka asalkan semua siswa dapat giliran untuk membaca semua pertanyaan dari
teman-temannya.
8) Pada saat menerima kertas dari teman di sampingnya, siswa diminta untuk membaca
pertanyaan yang ada. Jika pertanyaan itu juga ingin dia ketahui jawabannya, maka dia
harus memberi tanda centang, jika tidak ingin diketahui atau tidak menarik, berikan
langsung pada teman di samping kiri. Dan begitu seterusnya sampai semua soal
kembali kepada pemiliknya,
9) Ketika kertas pertanyaan tadi kembali kepada pemiliknya, siswa diminta untuk
menghitung tanda centang yang ada pada kertasnya. Pada saat ini carilah pertanyaan
yang mendapat tanda centang paling banyak.
10) Siswa bersama Guru menjawab/membahas soal yang paling banyak ceklisnya.
Bisa kelompok A menjawab kelompok B atau sebaliknya.
11) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.

Kelebihan model pembelajaran pertanyaan dari siswa (questions students have),


antara lain sebagai berikut :
1. Pelaksanaan proses pembelajaran ditekankan pada keaktifan belajar siswa dan
keaktifan guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang pola
interaksi siswa.
2. Siswa termotivasi dalam belajar dan siswa akan mendapat kemudahan dalam
menerima dan memahami materi yang diajarkan karena terjadi timbal balik antara
guru dan siswa.

7
3. Mendapat partisipasi siswa melalui tulisan, sehingga sangat baik bagi siswa yang
kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan, dan harapan-harapan melalui
percakapan.
4. Siswa tidak hanya mendengarkan tetapi perlu membaca, menulis, berdiskusi dan
mendorong siswa untuk berfikir dalam memecahkan suatu soal dan menilai
penguasaan siswa tentang bahan pelajaran, membangkitkan minat siswa sehingga
akan menimbulkan keinginan untuk mempelajarinya juga menarik perhatian siswa
dalam belajar.
5. Dapat menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran,
memperkuat dan memperlancar stimulus respon siswa, sehingga pembelajaran lebih
menyenangkan dan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri siswa.
6. Guru lebih mengetahui dimana letak ketidakpahaman siswa, karena semua siswa
sudah mengajukan pertanyaan dan akan didiskusikan.
kekurangan model pembelajaran pertanyaan dari siswa (questions students have),
antara lain sebagai berikut :
1. Memakan waktu yang banyak.
2. Tidak semua materi pelajaran bisa digunakan model pembelajaran question students
have, misalnya: pada materi pelajaran singkat karena tidak terlalu banyak pertanyaan
yang akan diajukan siswa.
E. Model A B C Games
Model ABC Games dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan aktif dan
menyenangkan. Siswa diajak berlomba menemukan jawaban secara mandiri dan secara
bersama-sama. Langkah-Langkah
1) Guru mengkondisikan kelas dengan tebak-tebakan yang lucu
2) Guru menginformasikan tujuan pembelajara. Contoh Mampu menganalisis laporan
perjalanan
3) Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok (A, B, C) dan mintalah masing-masing
kelompok memberi  nama kelompoknya
4) Guru memperdengarkan teks laporan perjalanan. Siswa mencatat hal-hal penting
5) Setiap kelompok menyiapkan anggotanya untuk mengikuti games
6) Guru menyiapkan pertanyaan yang ditulis pada kartu
7) Guru meminta siswa yang mewakili kelompok untuk maju ke depan kelas. Guru
menyiapkan flipchard atau papan tulis yang akan digunakan siswa menulis jawaban
8) Guru memperlihatkan soal kepada siswa. Soal belum bias diperlihatkan pada siswa
lainnya

8
9) Siswa yang mengikuti lomba harus menjawab soal sendiri dan tidak bias dibantu
kelompoknya. Kalu tidak bias menjawab baru minta bantuan pada kelompoknya.
10) Soal selanjutnya digantikan oleh siswa yang lain
11) Guru menilai jawaban siswa
12) Guru menyimpulkan materi pembelajaran 

Kelebihan model pembelajaran model A B C games, antara lain sebagai berikut :


1. memotivasi siswa untuk belajar dengan aktif dan menyenangkan.
2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berkompetensi.
3. Pembelajaran menjadi efektif.
kekurangan model pembelajaran model A B C games, antara lain sebagai berikut
:
1. Siswa yang nakal akan membuat keributan.
2. Kelas terasa kurang nyaman kerena kegaduhan yang dibuat kelompok lain.

F. Get A Star (Raihlah Bintang)


Model ini memotivasi siswa untuk mengembangkan kompetensi baik secara
perorangan ataupun kelompok. Tiap siswa dalam kelompok dapat menjawab kuis dan
meraih skor sebanyak-banyaknya untuk kemenangan kelompok. Langkah-langkah :
1) Guru membuka pembelajaran (menyanyikan Lagu)
2) Menginformasikan tujuan/kompetensi pembelajaran. Contoh menyimpulkan isi
informasi yang didengan melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang
dibacakan)
3) Guru membentuk kelompok sesuai kondisi kelas dan member nama
4) Guru memperdengarkan teks dan siswa mencatat hal-hal penting
5) Setiap kelompok membuat pertanyaan (banyaknya soal teegantung kondisi dan waktu
dalam kelas) setiap pertanyaan ditulis di kertas dan disimpan dalam kotak
6) Guru membacakan soal dan siswa berlomba menjawab untuk kemenangan
kelompoknya
7) Guru member symbol bintang pada kelompok setiap jawaban yang benar
8) Pada akhir pelajaran guru memberikan nilai dan reward
9) Guru dan siswa merefleksi materi pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran get a star (raihlah bintang) yakni seorang guru
bisa memotivasi siswa dalam belajar dan membuat siswa aktif untuk menjawab

9
pertanyaan sehingga proses pembelajaran di kelas menjadi hidup dan interaktif serta
tidak monoton dan searah melainkan pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan dan
bermakna.

Kekurangan model pembelajaran get a star (raihlah bintang), antara lain sebagai
berikut :
1. Memerlukan waktu yang banyak.
2. Sering kali terjadi keributan ketika menjawab pertanyaan

Keberhasilan menyimak bergantung  pada dua kondisi.  Pertama, guru harus


memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis, pembicara yang efektif dan menggunakan
strategi serta teknik yang efektif pula. Kedua, setiap murid yang berpartisipasi dalam diskusi
harus memiliki informasi tertentu yang akan disampaikan kepada teman-temannya.

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terdapat sejumlah model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif oleh
guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran di kelas. Model model tersebut meliputi model
pembelajaran keterampilan mendengarkan, model pembelajaran keterampilan menulis, model
pembelajaran keterampilan membaca, dan model pembelajaran keterampilan berbicara.

Pengaplikasian model -model tersebut di kelas harus disesuaikan dengan standar isi


mata pelajaran.     

B. SARAN
Melalui pembelajaran model menyimak di Sekolah Dasar ini, diharapkan sebagai calon
seorang guru dapat memahami dan mengaplikasikan dalam pembelajaran nantinya di
sekolah sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.

12

Anda mungkin juga menyukai