Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

Bad Making
Ketua : Desy Yunarsih Sahara
Anggota :
 Nur Azizah
 Novi Rahmawati
 Anita Nurwana
 Musdalifa Wahab
 Aulia Mutmainnah

1
A. Pengertian Bad Making
Mengganti alat tenun kotor dengan alat tenun yang bersih pada
tempat tidur klien dengan klien di atas tempat tidur & pada tempat
tidur kosong.
Menyiapkan tempat tidur merupakan prosedur pemenuhan
kebutuhan diri dan lingkungan dengan memberikan tempat tidur yang
sesuai dengan kebutuhan klien. Pemenuhan kebersihan diri
merupakan bagian dari “kebutuhan dasar manusia”. (Aziz Alimul,
2004)

B. Tujuan, Indikasi, dan Kontra Indikasi Bad Making


1. Tujuan Bad Making
a. Untuk memberikan lingkungan yang bersih, tenang &
nyaman.
b. Untuk menghilangkan hal yang dapat mengiritasi kulit dengan
menciptakan alat tidur & selimut yang bebas dari
kotoran/lipatan.
c. Untuk meningkatkan gambaran diri & harga diri klien dengan
menciptakan tempat tidur yang bersih, rapi & nyaman.
d. Untuk mengontrol penyebab mikroorganisme

2. Indikasi Bad Making


a. Dilakukan untuk pasien yang tidak sadar.
b. Pasien yang mempunyai penyakit sesak nafas.
c. Bagi pasien yang akan di rawat inap.
d. Bagi pasien pasca bedah.
e. Dilakukan sepanjang hari, biasanya dilakukan setelah klien
mandi, selama klien mandi atau ketika klien keluar ruangan
untuk tes bila diperlukan sewaktu-waktu pada semua pasien
yang dirawat
.
3. Kontra Indikasi Bad Making
Tidak dilakukan apabila yang tidak menginginkan untuk
dirapikan tempat tidurnya karena kadang ada pasien yang
beranggapan bahwa apabila dia banyak bergerak tubuhnya akan
merasa bertambah sakit.

C. Prinsip-Prinsip Dasar Bad Making


Adapun prinsip-prinsip dasar bed making, yaitu :
1. Tempat tidur pasien harus bersih dan rapi
2. Linen diganti sesuai kebutuhan sewaktu-waktu jika kotor
3. Penggunaan linen bersih harus sesuai kebutuhan dan tidak boros

2
4. Gunakan prinsip asepsis dengan menjaga bed sets lama agar jauh
dari badan perawat (tidakmenempel pada seragam)
5. Jangan mengibaskan bed set, karena hal ini dapat menyebarkan
mikroorganisme lewat udara
6. Linen (alat tenun) lama jangan diletakkan dilantai untuk mencegah
penyebaran infeksi
7. Ketika mengganti alat tenun, gunakan prinsip body mechanics
8. Bila klien kurang kooperatis gunakan rails`
9. Hindarkan kontaminasi pada linen bersih,
10. Jika akan mengganti linen, bawa linen sesuai dengan kebutuhan
11. Jangan menempelkan linen kotor pada tempat tidur pasien, meja,
atau peralatan pasien lainnya
12. Tetap perhatikan keadaan umum pasien selama proses menyiapkan
tempat tidur
13. Perawat harus memperhatikan keadaan umum klien selama
melaksanakan tindakan
14. Untuk meletakkan linen yang kotorngunakan kantong khusus
sebelum membuang kedalam keranjang
15. Jika linen bersih menyentuh lantai segera ganti dengan yang baru.

D. Prosedur Pelaksanaan Bad Making


1. Alat dan Bahan
a. Tempat tidur, kasur, dan bantal
b. Seprai besar
c. Seprai kecil
d. Sarung bantal
e. Perlak
f. Selimut
g. Sarung tangan
h. Masker
i. Keranjang seprai
2. Prosedur Kerja
Cara menyiapkan tempat tidur tertutup adalah sebagai
berikut :

3
a. Mencuci tangan
b. Meletakkan alat – alat tenun yang sudah dilipat dan disusun di
atas meja bersih.
c. Memasang alas kasur dan mengikatkan tali – talinya kearah
dalam rangka tempat tidur pada tiap sudut.
d. Meletakkan sprei dengan lipatan memanjang yang menentukan
garis tengahnya di tengah – tengah tempat tidur.
e. Memasukkan sprei pada bagian kepala lebih 25cm di bawah
kasur, kemudian dibuat sudut.
f. Memasukkan sprei pada bagian kaki kurang lebih 25cm di
bawah kasur, kemudian di buat sudut.
g. Jika sprei tidak sesuai ukurannya, maka masukan bagian kepala
lebih banyak dari pada bagian kaki.
h. Memasukkan sprei bagian sisi kebawah kasur (sisi tempat
perawat berdiri ).
i. Meletakkan perlak melintang kurang lebih 50cm dari garis
kasur bagian kepala, demikian juga sprei melintang, dan
masukkan sama – sama ke bawah kasur.
j. Meletakkan sprei atas secara terbalik dengan jahitan lebar di
bagian kepala mulai dari garis kasur ; masukkan bagian kaki ke
bawah kasur.
k. Melipat selimut kurang lebih 25cm dari garis kasur bagian
kepala dan masukan bagian kaki ke bawah kasur.
l. Melipat sprei atas bagian atas garis selimut.
m. Memasukkan bantal ke dalam sarungnya dan meletakkan
bantal dengan bagian yang tertutup ke jurusan pintu.
n. Menyelesaikan sisi yang lain seperti sisi yang tadi.
o. Memasang sprei penutup.
p. Mencuci tangan.

4
Cara menyiapkan tempat tidur terbuka adalah sebagai berikut :

a. Kalau sudah tersedia tempat tidur tertutup, hanya sprei penutup


yang diangkat dan di lipat sebagaimana mestinya, lalu disimpan.
b. Melipat sprei atas dan selimut, kemudian ditarik ke bagian kaki,
lalu lipat bersusun.

5
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC : Jakarta (1/10/2016-17:00)


Alimul hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia jilid 1.
Salemba medika: jakarta(5/10/2016-8.10)
Attabaqi, Zulfa, dkk. 2008. Buku Panduan Praktikum Proses Keperawatan Dan
Kebutuhan Dasar Manusia I, Ii Dan Iii ( Pkkdm I, Ii Dan Pkkdm Iii ) (1/10/2016-
17: 14)
http://www.Carinfomu.com/2015/01/Makalah-Keterampilan-Dasar-Dasar-
praktik.html (1/10/2016-17:44)
http://zakiyakirti.blogspot.com/2011/04/keterampilan-dasar-praktik-klinik.html
(1/10/2016-20:47)
http://independent-nurse.blogspot.co.id/2014/05/bed-making.html(5/10/2016-
8.00)
Johnson, Joyce Young.2005. Prosedur Perawatan di Rumah. Buku Kedokteran :
Jakarta (1/10/2016-17: 55)
Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A. 1999. Fundamental Keperawatan Konsep
proses dan praktek. EGC: Jakarta(1/10/2016-18:15)
Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku
Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. EGC: jakarta(1/10/2016-20:00)
Gambar dari google(5/10/2016-8.20)

6
BAB 2
MENGGANTI SEPREI
Ketua : Asliaty Buluddin
Anggota :
 Alicya Prisilia Pelupessy
 Syarina
 Lilis Marni Kuismi Baranrutut
 Fitrianti
 Murti

7
A. Menggunakan Alat Tenun dengan Klien di Atasnya (Occupied Bed)
1. Pengertian
Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien tanpa
memindahkan klien.

2. Tujuan
1. Memberikan perasaan senang pada klien
2. Mencegah terjadinya dekubitus
3. Memelihara kebersihan dan kerapihan

3. Indikasi
Dilakukan pada tempat tidur klien yang terbaring total (sakit
keras/atau tidak sadar/koma)

4. Persiapan alat
1. Alat tenun bersih disusun menurut pemakaiannya
2. Kursi/bangku
3. Tempat kain kotor yang ditutup
4. Dua ember kecil berisi larutan desinfektan
5. Lap kerja 3 buah.

5. Persiapan lingkungan

8
Selain keaman untuk pasien yang perlu dijaga, kenyaman
lingkungan juga harus diperhatikan. Lingkungan yang nyaman akan
menunjang cepatnya sembuh pasien.

6. Pelaksanaan
a. Perawat cuci tangan
b. Alat-alat yang telah disiapkan di bawah ke dekat klien
c. Bersihkan rangka tempat tidur
d. Bantal dan selimut klien yang tidak perlu ditaruh di kursi (bila
keadaan klien memungkinkan/tidak mengganggu klien)
e. Klien dimiringkan ke satu sisi (kalau perlu diganjal dengan
bantal/guling supaya tidak jatuh
f. Lepaskan alat tenun pada bagian yang kososng dari bawah kasur
lalu gulung satu persatu sampai dengan di bawah punggung klien
- Stik laken digulung ke tengah tempat tidur sejauh mungkin
- Perlak dibersihkan dengan larutan desinfektan dan keringkan
lalu digulung ke tengah tempat tidur sejauh mungkin
- Laken/sprei besar digulung ke tengah tempat tidur sejauh
mungkin
g. Alas tempat tidur dan kasur dibersihkan dengan lap lembab larutan
desinfektang lalu dilap dengan lap kering
h. Sprei besar besih dibentangkan kemudian digulung ½ bagian,
gulungannya diletakkan di bawah punggung klien ½ bagian lagi
diratakan dan dipasangkan di bawah kasur
i. Perlak digulung diratakan kembali
j. Stik laken bersih dibentangkan di atas perlak, ½ bagiang digulung
dan diletakkan di bawah punggung klien, ½ bagian lagi diratakan
di atas perlak, lalu dimasukkan ke bawah kasur bersama dengan
perlak
k. Setelah selesai dan rapi pada satu bagian, klien dimiringkan kea
rah yang berlawanan

9
l. Lepas alat tenun yang kotor dari bawah kasur
m. Stik laken diangkat dan masukkan pada tempat kain kotor
n. Perlak dibersihkan seperti tadi kemudian digulung ke tengah
o. Laken kotor dilepaskan dan masukkan ke tempat kain kotor
p. Alas tempat tidur dan kasur dbersihkan speerti tadi
q. Laken dibuka gulungannya dari bawah punggung klien, tarik dan
ratakan setegang mungkin kemudian masukkan ke bawah kasur
r. Perlak dan sprei dipasang seperti tadi
s. Sarung bantal dan gulingan yang kotor dilepas dan diratakan isinya
kemudian sarung yang ersih dipasang
t. Bantal disusun, klien dbaringkan kembali dalam sikap yang
nyaman
u. Selimut kotor diganti yang bersih
v. Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan ke tempatnya
w. Cuci tangan

B. Menggunakan Alat Tenun dengan Tanpa Pasien di Atasnya


(Unoccupied Bed)
1. Pengertian
Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien dengan
memindahkan klien ke kursi/tempat duduk

2. Tujuan
1. Memberikan perasaan senang dan meningkatakan rasa nyaman pada
pasien/klien
2. Meningkatkatkan mobilisasi klien
3. Memelihara kebersihan dan kerapihan

3. Indikasi
Menyiapkan tempat tidur dilakukan apabila :
a. Lakukan apabila menenrima pasien baru

10
b. Setelah pasien pulang atau meninggal dunia
c. Setelah pembersiha besar sesuai dengan jadwal yang ditentukan

4. Persiapan alat
a. Tempat tidur, kasur dan bantal
b. Alat tenun disusun menurut pemakaiannya
c. Alas kasur
d. Laken/sprei besar
e. Perlak
f. Stik laken/sprei melintang
g. Boven Laken
h. Selimut dilipat terbalik (bagian dalam selimut dilipat di luar)
i. Sarung bantal
j. Over laken/sprei penutup

5. Persiapan lingkungan
Jika tempat tidur sedang digunakan untuk pasien maka pasien
diberi penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan

6. Prosedur pelaksanaan

a. Cuci tangan
b. Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai pemakaian di dekat
tempat tidur
c. Pasang alas kasur dan kasur
d. Pasang sprei besar/laken dengan ketentuan berikut :
- Garis tengah lipatan diletakkan tepat di tengah kasur
- Bentangkan sprei, masukkan sprei bagian kepala ke bawah kasur
kurang lebih 30 cm, demikian juga pada bagian kaki tarik setegang
mungkin
- Pada ujung setiap sisi kasur bentuk sisi 90o, lalu masukkan seluruh
tepi sprei ke bawah kasur dengan rapid an tegang

11
e. Letakkan perlak melintang pada kasur kurang lebih 50 cm dari
bagian kepala
f. Latakkan stik laken di atas sprei melintang kemudian masukkan
sisi-sisinya ke bawah kasur bersama dengan perlak
g. Pasang boven pada kasur daerah bagian kaki, pada bagiann atas
yang terbalik dimasukkan ke bawah kasur kurang lebih 10 cm
kemudian ujung sisi-sisinya dibentuk 90o dan masukkan ke bawah
kasur. Tarik sisi atas sampai terbentang
h. Pasang selimut pada kasur bagian kaki, pada bagian atas yang
terbalik dimasukkan ke bawah kasur kurang lebih 10 cm kemudian
ujung sisi-sisinya dibentuk 90o dan masukkan ke bawah kasur.
Tarik sisi atas sampai terbentang.
i. Lipat ujung atas boven sampai tampak garis atau pitanya
j. Masukkan bantal ke dalam sarungnya dan letakkan di atas tempat
tidur dengan bagian terbuka di bagian bawah.
k. Pasang sprei penutup (over laken)

12
DAFTAR PUSTAKA

buku-panduan-praktek-pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusiadat13-4-
2015panduan skill KEP DASAR.pdf

http://andaners.wordpress.com/2009/.../menyiapkan-tempat-tidur/
http://andaners.wordpress.com/.../memindahkan-pasien-dari-tempat-tidur-ke-
brangkar/
http://chi99.blogspot.com/.../materi-kdm-cara-memandikan-pasien-di.html
https://www.slideshare.net

http;//zakiyakirti.blogspot.com/2011/04/keterampilan-dasar-praktik-klinik.html

Musrifatul Uliyah, dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Yuni Kusmiyati, SST. 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.


Yogyakarta : Fitramayana

13
BAB 3
MEMOTONG KUKU
Ketua : Aisyah Sulma
Anggota :
 A.Magfirah
 Citra Riyani F. Magga
 Fitri Rustam
 Eva Anggriani
 Sri Asfi Yanti Patadua

14
A. Pengertian Perawatan Kuku
Memotong kuku adalah mengurangi panjang kuku tangan dan kuku
kaki dengan menggunakan alat pemotong kuku agar kotoran tidak masuk
ke dalam tubuh melalui kuku sehingga kuku tetap dalam keadaan sehat
dan bersih.Menjaga kebersihan kuku merupakan aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena kuman dapat masuk ke dalam
tubuh melalui kuku.Yang bermanfaat mencegah infeksi, rasa nyaman pada
pasien, mencegah musuknya mikroorganisme ke dalam kuku yang
panjang, bau kaki dan cidera pada jaringan lunak.( Alimul Aziz, 2012)
B. Tujuan Perawatan Kuku
Perawatan kuku rutin untuk mencegah penyakit, bau dan cedera
jaringan lunak Integritas kaki dan kuku jari kaki penting untuk
mempertahankan fungsi normal sehingga orang dapat berdiri, berjalan
secara nyaman Masalah paling umum pada kuku jari tangan dan kaki
adalah perawatan yg berlebihan atau perawatan yang buruk.Memotong
kuku jangan terlalu dalam, karena dapat menimbulkan luka Pada pasien
yang dapat melakukan sendiri tetapi tidak sempurna harus dibantu oleh
perawat Bila perlu cat kuku dibersihkan dengan aceton.
Memotong kuku dapat menghindari kita dari penyakit pencernaan
dan penyakit,mata. Mikroba Patogen merupakan perantara penyebaran
penyakit, terutama penyakit pencernaan dan penyakit mata yang
mengerikan, mikroba jenis ini sering bersarang pada kuku kita, terutama
kuku yang panjang, bersamaan dengan kotoran lainnya. dan pastinya, kuku
yg panjang menjadi sarana yg secara tidak langsung akan
“mempertemukan” kita dengan berbagai jenis penyakit.Memotong kuku
dapat mencegah kita dari berbagai macam infeksi. Dengan memotong
kuku yg melebihi jari, maka bagian kulit di bawah kuku dapat mudah
dibersihkan, tidak cacat, dan jari-jari kita dapat mudah bekerja secara

15
maksimal. Dengan kuku yg panjang, aktivitas kita dapat terganggu dan
mungkin juga interaksi kita dengan orang lain menjadi kurang leluasa.
Perawatan pada kuku kaki dan tangan bertujuan untuk mencegah
infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Perawatan tersebut penting untuk
ambulasi klien dan ketika klien berdiri. Masalah yang berkaitan dengan
kuku kaki dan tangan dapat ditimbulkan karena perawatan yang salah atau
kurang seperti menggigit kuku atau pemotongan yang tidak tepat,
pemaparan dengan zat-zat kimia yang tajam, dan pemakaian alas kaki
yang tidak pas( Sri Damayanti, 2016 ).

C. Masalah pada Kuku


Berikut ini merupakan masalah umum pada kaki dan kuku (Potter
& Perry, 1997):
1. Kalus: Bagian yang mengeras dari epidermis terdiri dari massa
sel tanduk dan keratotik.
2. Masalah ini dapat disebabkan oleh friksi atau tekanan lokal.
Kondisi dapat menyebabkan ketidaknyamanan jika memakai alas
kaki yang ketat.
3. Katimumul: Keratosis disebabkan oleh friksi dan tekanan dari
alas kaki. Jaringan dapat menempel dengan tulang jika dibiarkan
tumbuh. Cara berjalan klien akan berubah karena nyeri.
4. Kutil pada kaki (plantar wart): Luka yang menjamur, terlihat pada
tumit kaki dan disebabkan oleh virus papiloma. Kutil juga dapat
menimbulkan nyeri dan sulit berjalan.
5. Kuku yang tumbuh ke dalam: Jari kaki atau jari tangan masuk ke
dalam jaringan yang halus di sekitar kuku. Kuku yang masuk ke
dalam akan menimbulkan nyeri lokal jika terkena tekanan.
6. Kuku tanduk ram: Kuku yang meliuk panjang. Usaha perawat
untuk memotong kuku dapat menyebabkan kerusakan dasar kuku
dengan risiko infeksi.
7. Paronisa: Inflamasi jaringan sekitar jari, terjadi setelah bintil kuku
atau cedera lain. Terjadi pada orang yang sering berada di air dan
umumnya klien diabetes. Daerah dapat mengalami infeksi.
8. Bau kaki: Diakibatkan oleh keringat berlebihan yang
meningkatkan perkembangan organisme. Kondisi dapat
menyebabkan ketidaknyamanan akibat keringat berlebihan, dapat
menimbulkan rasa malu.
Infeksi jamur kaki (Tinea pedis): Infeksi jamur pada kaki;
disebabkan pemakaian alas kaki yang ketat. Infeksi jamur dapat
menyebar ke bagian tubuh yang lain, terutama tangan.

16
D. Indikasi
Pada pasien yang kukunya panjang tidak dapat melakukannya
sendiri. Identifikasi klien yang berisiko untuk masalah kaki dan kuku,
termasuk hal berikut:
1. Lansia
Perubahan dalam fungsi sensori dan motorik dengan penuaan
yang mengganggu praktik perawatan diri. Perubahan fisiologis
mengubah kondisi kaki dan kuku.
2. Klien diabetes
Aliran darah ke jaringan perifer tidak adekuat.
3. Klien gagal jantung atau penyakit ginjal
Adanya edema jaringan dan penurunan aliran darah ke ekstrimitas
4. Klien cedera serebrovaskular Adanya paralisis residual atau
penurunan sensasi.

E. Kontra Indikasi
1. Memotong kuku pasien tidak terlalu dalam.
2. Pada pasien diabetes memotong kuku harus hati-hati karena bisa
berakibat fatal.

F. Prosedur Pemeriksaan
Perlengkapan Berikut ini merupakan langkah-langkah perawatan
kuku (Potter&Perry, 1997):
Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
1. Baskom
2. Papan penghalus
3. Mangkok piala ginjal
4. Losion badan
5. Waslap
6. Karpet alas mandi sekali pakai
7. Handuk mandi atau handuk muka
8. Handuk kertas
9. Pemotong kuku
10. Sarung tangan sekali pakai (tambahan)
11. Stik jingga
Persiapan Pasien, yaitu:
1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien
3. Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang
dilakukan
4.     Jaga privacy klien
5.     Atur posisi klien

17
G. Langkah-langkah
1. Jelaskan prosedur kepada klien, termasuk fakta bahwa
perendaman yang tepat membutuhkan beberapa menit.
2. Cuci tangan. Atur peralatan pada meja tempat tidur.
3. Tarik tirai sekitar tempat tidur atau tutup pintu kamar untuk privasi
klien
4. Bantu klien duduk di samping tempat tidur jika memungkinkan.
Letakkan karpet alas mandi sekali pakai di lantai di bawah kaki
klien. Letakkan lampu panggilan dalam jangkauan klien.
5. Isi baskom mandi dengan air hangat. Periksa suhu air. Air hangat
dapat melunakkan kuku dan sel epidermis yang menebal,
mengurangi inflamasi kulit, dan meningkatkan sirkulasi lokal.
6. Letakkan baskom pada karpet alas mandi dan bantu klien
meletakkan kakinya ke dalam baskom.
7. Atur meja tempat tidur pada posisi rendah dan letakkan di atas
pengkuan klien untuk mencegah bahaya tumpah.
8. Isi mangkok piala ginjal dengan air hangat dan letakkan waskom
di atas handuk kertas di atas meja tempat tidur.
9. Instruksikan klien untuk meletakkan jari tangan pada mangkok
dan letakkan lengan klien pada posisi yang nyaman.
10. Biarkan kaki dan jari tangan klien terendam selama 10 sampai 20
menit. Ganti air hangat dalam 10 menit jika diperlukan.
11. Bersihkan dengan lembut bagian bawah kuku jari tangan dengan
stik jingga saat jari-jari dicelup, kemudian pindahkan mangkok
dan keringkan jari secara menyeluruh.
12. Dengan pemotong kuku, potong kuku lurus memanjang dengan
ujung jari rata. Bentuk kuku dengan menggunakan papan
penghalus.
13. Tekan kutikula ke belakang secara lembut dengan stik jingga.
14. Pindahkan meja tempat tidur jauh dari klien.
15. Gunakan sarung tangan sekali pakai dan gosok daerah kalus pada
kaki dengan waslap.
16. Bersihkan secara lembut bagian bawah kuku dengan stik jingga.
Angkat kaki dari waskom dan keringkan secara merata.
17. Bersihkan dan potong kuku jari kaki menggunakan prosedur
Langkah 15-16.
18. Gunakan losion untuk kaki dan tangan dan kemudian bantu klien
kembali ke tempat tidur dan posisi yang nyaman.
19. Buka sarung tangan sekali pakai dan buang pada tempatnya.
Bersihkan dan kembalikan peralatan dan bahan ke tempat yang
sesuai. Letakkan linen kotor pada tempatnya. Cuci tangan untuk
mencegah transmisi infeksi.
20. Inspeksi kuku dan kulit sekitarnya setelah perendaman dan
pemotongan kuku.
21. Catat prosedur dan observasi. Laporkan adanya kerusakan kulit.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.2004.Kebutuhan Dasar Manusia.EGC:Jakarta

H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.Jakarta:


Salemba Medika

http://dokumen.tips/documents/personal-hygiene-perawatan-kuku-kaki-dan-
tangan.html# (diakses pada tanggal 04 Oktober 2016, pukul 20.35)

http://documents.tips/documents/personal-hygieneppt.html# (diakses pada tanggal


04 Oktober 20112, pukul 21.48)

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/pemberian-obat-melalui-intracutan-
ic.html (diakses pada tanggal 02 Oktober 20112, pukul 14.00)

http://opac.unisayogya.ac.id/265/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf (diakses pada


tanggal 04 Oktober 2016, pukul 19.05)

Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7.


Jakarta: Salemba Medika.

Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik


Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen Keperawatan Anak Poltekkes
Denpasar

smkesehatangwp.weebly.com/uploads/1/5/3/6/15360636/personal_hygiene_memo
tong_kuku.doc (diakses pada tanggal 04 Oktober 2016, pukul 20.23)

Widyatun, Dian.2012.Pemberian Obat Melalui Intracutan.

19
BAB 4
KONSEP DASAR KEBERSIHAN MULUT (ORAL HYGIENE)
Ketua : Erika Wanda Puspita
Anggota :
 Mulia Amelia
 Sri Wulandari
 Dela Namirah Saskiah
 Eka Murti Mansari
 Fitriani Rezky Amaliah

20
A.     Definisi Oral hygiene
Oral Hygiene (Membersihkan mulut) adalah membersihkan rongga mulut,
lidah dan gigi dari semua kotoran atau sisa makanan dengan menggunakan kain
kasa atau kapas yang dibasahi air bersih.
Oral hygiene (perawatan mulut) yang baik dapat mencegah penyakit gigi
dan mulut, diantaranya membersihkan penyakit gigi dan mulut dari sisa-sisa
makanan yang tertinggal diantara gigi dan fisur gigi.1

B. Indikasi
1. Pada pasien lumpuh
2. Pada pasien sakit berat
3. Pada pasien apatis
4. Pada pasien stomatitis
5. Pada pasien yang mendapatkan oksigenasi dan Naso Gastrik Tube (NGT),
6. Pada pasien yang lama tidak menggunakan mulut
7. Pada pasien yang tidak mampu melakukan perawatan mulut secara
mandiri.
8. Pada pasien yang giginya tidak boleh di gosok dengan sikat gigi misalkan
karena tomatitis hebat
9. Pasien sesudah operasi mulut atau yang menderita patah tulang rahang.

C. Kontra Indikasi
1. Perhatikan perawatan mulut pada pasien yang menderita penyakit diabetes
dapat beresiko stomatitis ( penyakit yang disebabkan oleh kemoterapi,
radiasi dan itubasi selang nase gratik ).
2. Luka pada gusi jika terlalu kuat membersihkannya.

1
http://nursing-akun.blogspot.co.id/2011/10/askep-oral-hygiene.html

21
D. Pelaksanaan
1. Alat dan bahan :
a.       Pengalas (perlak dan kain)
b.      Bengkok 1 buah (2 buah jika pasien sadar)
c.       Kasa tebal lembab yang dibasahi dengan NaCl 0,9% atau air garam
d.      Sudip lidah yang telah di balut dengan kasa (tidak perlu pada pasien
yang sadar)
e.       Pinset anatomi 1 buah
f.       Tisu pada tempatnya
g.      Boraks gliserin (jika perlu)
h.      Gentian violet (jika perlu)
i.        Lidi kapas (jika perlu)
j.        Air untuk berkumur dalam gelas (jika pasien sadar)

2. Cara kerja Seacara Umum :


a.       Kaji kebutuhan pasien
b.      Jelaskan perihal tindakan yang akan dilakukan.
c.       Siapkan alat-alat sesuai kebutuhan pasien pada troli
d.      Dekatkan alat-alat ke tempat tidur pasien.
e.       Cuci tangan
f.       Atur posisi (miringkan kepala pasien)
g.      Pasang pengalas dibawah dagu.
h.      Letakkan bengkok dibawah dagu pasien.
i.       Ambil kasa tebal yang telah dilembabkan dengan NaCl 0,9% atau air
garam.
j.       Minta pasien untuk membuka mulut
k.      Membersihkan mulut
1) Bersihkan langit-langit mulut dengan cara menariknya dari arah
dalam ke luar.
2) Bersihkan gusi bagian dalam atas sebelah kanan dan kiri.
3) Bersihkan gigi bagian dalam atas sebelah kanan dan kiri.

22
4) Gusi bagian dalam bawah sebelah kanan dan kiri.
5) Gigi bagian dalam bawah sebelah kanan dan kiri
6)  Gusi bagian luar atas sebelah kanan dan kiri.
7) Gigi bagian luar atas sebelah kanan dan kiri.
8) Gusi bagian luar bawah sebelah kanan dan kiri.
9) Gigi bagian luar bawah sebelah kanan dan kiri.
10) Dinding mulut
11) Lidah bagian atas dan bawah.
12) Keringkan bibir dengan tisu
13) Oleskan gliserin/gentian violet pada bibir
14) Keringkan bibir dengan tisu
15) Angakt bengkok dan pengalas
16) Atur posisi pasien
17) Rapikan alat-alat
18) Cuci tangan
19) Observasi keadaan pasien
20) Catat tindakan yang dilakukan dan hasilnya.2

3. Untuk Pasien Tak Sadar :

a. Jelaskan prosedur pada klien.


b. Cuci tangan.
c. Atur posisi pasien dengan posisi tidur miring kiri/kanan.
d. Pasang handuk dibawah dagu/pipi pasien.
e. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi air
hangat /masak.
f. Gunakan tong spatel (sudip lidah) untuk membuka mulut pada saat
membersihkan gigi/mulut.
g. Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi
dan lidah.

2
http://helfridanovri.mahasiswa.unimus.ac.id/oral-hygiene/oral-hygiene-atau-perawatan-mulut/

23
h. Keringkan dengan kasa steril yang kering.
i. Setelah bersih, oleskan borax gliserin.
j. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

4. Untuk pasien sadar tapi tak mampu melakukan sendiri :

1. Jelaskan prosedur pada klien.


2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien dengan duduk
4. Pasang handuk di bawah dagu.
5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi air
hangat /masak.
6. Kemudian bersihkan pada daerah mulut, mulai dari dinding rongga
mulut, gusi, gigi dan lidah. Lalu bilas dengan larutan NaCl.
7. Setelah bersih, oleskan borax gliserin.
8. Untuk perawatan gigi lakukanpenyikatan dengan gerakan naik-turun
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.3

E. Sistem Imunitas Rongga Mulut

Menurut Roeslan ( 2002 ), sistem imunitas rongga mulut dipengaruhi oleh :

1.  Membrane Mukosa

Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang berguna sebagai
barrier terhapad infeksi. Mekanisme infeksinya tergantung pada duekuamasi
sehinnga bakteri sulit melekat pada sel epitel dan derajat keratinisasi yang sangat
efisien menahan penetrasi microbial. ( lenner, 1992 dikutip dari Roeslan, 2002 )

3
http://kumpulanprotap.blogspot.co.id/2014/10/protap-sop-oral-hygiene.html

24
2.  Nodus Limfatik

Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstra


oral dan agregasi intra oral. Kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan
mukosa lidah, dasar mulut, palatim pipi, dan bibir mirip yang berasal dari gingival
dan pulpa gigi. Kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan
bergabung dengan pembuluh limfatik yang berasal dari bagian dalam otot lidah
dan struktur lainnya. Didalam rongga mulut terdapat tonsil palatel, lingual dan
faringeal yang banyak mengandung sel B dan sel T ( Lenner, 1992, dikutip dari
Roeslan 2002 )

3.  Saliva

Sekresi saliva merupakan perlindungan alamiah karena fungsinya


memelihara jaringa keras dan lunak rongga mulut agar tetap dalam keadaan
fisiologis. Saliva yang disekresika oleh kelenjar parotis, sub mandibularis dan
beberapa kelenjar saliva kecil yang teebar dibawah mukosa, berperan dalam
membersihkan rongga mulut dari debris dan mikroorganisme selain bertindak
sebagai pelumas pada saat mengunyah dan berbicara ( Lenner, 1992 dikutp dari
Roeslan 2002 ).

4.  Celah Gingiva


Epitel jangsional dapat dilewati oleh komponen seluler dan humoral dari
daerah dalam bentuk cairan celah ginggiva ( CCG ). Alira CCG merupakan proses
fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamiasi ( Lenner, 1992 dikutip dari
Roeslan 2002 ).4

4
http://helfridanovri.mahasiswa.unimus.ac.id/oral-hygiene/oral-hygiene-atau-perawatan-mulut/

25
DAFTAR PUSTAKA

Astryyona. 2013. Perawatan oral hygiene pada pasien tidak sadar. (online:
https://astryyona02.wordpress.com/2013/01/27/perawatan-oral-hygiene-pada-
pasien-tidak-sadar/ )

Cuah, ochie. 2015. Sap memandikan pasien di atas tempat tidur. (online:
http://ochiecuah.blogspot.co.id/2015/12/sap-memandikan-pasien-di-atas-
tempat.html )

Fadli, Slamet. 2013. Prosedur gigi dan mulut. (online:


http://kumpulanprotap.blogspot.co.id/2014/10/protap-sop-oral-hygiene.html )

Firdaus, Amalia Nur. 2015. SOP ORAL HYGIENE DENGAN SIKAT GIGI.
(Online: http://ame-nurse.blogspot.co.id/2015/01/sop-oral-hygiene-dengan-
sikat-gigi.html )

Geer, den. 2015. Standard operasional prosedur ora hygiene. (online:


http://worldhealth-bokepzz.blogspot.co.id/2012/03/standard-operasional-
prosedur-oral.html )

Misfita. 2012. Prosedur oral hygiene. (online:


http://fitafaulina.blogspot.co.id/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html )

Pdf Online : https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1202116033-3-BAB%20II.pdf

Rahman, Mutia. 2011. Askep Oral hygiene. Nursing akun (Online:


http://nursing-akun.blogspot.co.id/2011/10/askep-oral-hygiene.html )

Slide, Doc. Sop oral hygiene. (online: http://dokumen.tips/documents/standar-


operasional-prosedur-oral-hygiene.html )

Tamahaya, S. Kep, Cecep. 2008. Prosedur perawatan oral hygiene pada


pasien. (Onlene: http://tokoalkes.com/blog/prosedur-perawatan-oral-hygiene-
pada-pasien )

26
BAB 5

MEMANDIKAN PASIEN

Ketua : Rizka fiona

Anggota :

 Ratna Nengsi
 Eka Novita Nur Fajri
 Tiara Suci Amanda
 Kartika
 Sungguh

27
A. Prosedur Memandikan Pasien Dewasa Di Tempat Tidur
1. Pengertian
Memandikan pasien adalah Suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan
cara memandikannya di tempat tidur.
2. Tujuan
a. Menjaga kebersihan tubuh, menghilangkan bau badan.
b. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor.
c. Memperlancar sistem peredaran darah, syaraf dan merelaksasikan
otot.
d. Menambah kenyamanan pasien.

3. Implikasi
a. Pada pasien baru, terutama bila kotor sekali dan keadaan umumnya
memungkinkan.
b. Pada pasien yang dirawat, sekurang-kurangnya dua kali sehari
dengan kondisinya.

4. Indikasi
a. Setelah pembedahan
b. Imobilitasi
c. Mendapatkan perawatan intensif atau perawatan dengan
ketergantungan tinggi
d. Untuk memenuhi kebutuhan hygiene pasien

5. Persiapan Alat dan bahan yang dibutuhkan


a. Dapatkan persetujuan tindakan dan siapkan alat
b. Baskom air panas (43-46°c) (kozier et al, 1998)
c. Sarung tangan dan celemek bersih
d. Tempat sampah

28
e. Handuk mandi 2 buah
f. Tempat pakaian kotor
g. Pakaian bersih
h. Waslap 2 buah
i. Sabun mandi dan Dodoran jika diperlukan
j. Masker, Kapas, Kasa, Pembalut wanita jika perlu, dan Tissue atau lap
sekali pakai
k. Perlak
l. Sampiran jika dibutuhkan

6. Prosedur pelaksanaan
a. Cuci tangan, kenakan celemek dan pasang handscoun
b. Buka pakaian tidur pasien, biarkan selimut tetap terpasang
c. Buka selimut bagian atas, buka pakaian ibu, pastikan bahwa pasien
tetap tertutup
d. Letakkan handuk didada pasien, basuh dan keringkan wajah ibu
(mungkin pasien ingin melakukannya sendiri, bila mampu).
e. Panjangkan lengan pasien yang jauh dari bidan, letakkan handuk dan
perlak dengan posisi memanjang dibawahnya
f. Basuh dan keringkan lengan tersebut
g. Ulangi cara yang sama pada lengan yang dekat dengan bidan
h. Oleskan dodoran jika perlu
i. Pajankan dan basuh dada pasien pastikan bahwa lipatan kulit
dibawah payudarah harus sudah dikeringkan dengan baik
j. Tutupi dada dengan handuk, basuh dan keringkan abdomen pasien
k. Pajankan bagian kaki dan tungkai
l. Letakkan handuk dibawah tungkai yang terjauh dengan posisi
memanjang, basuh dan keringkan, kemudian lakukan cara yang sama pada
pada tungkai lainnya
m. Ganti air bila perlu

29
n. Miringkan pasien sehinnga punggungnya menghadap bidan kemudian
letakkan perlak dibawahnya (bila memungkinkan, seorang asisten
membantu pasien dalam posisi ini)
o. Letakkan handuk di sisi punggungnya dengan posisi memanjang;
keringkan punggungnya.
p. Gunakan handscoun dan bersihkan perineum dari depan kebelakang
dengan kasa sekali pakai.
q. Bersihkan bagian bokong dengan cara yang sama.
r. Keringkan seluruh daerah dengan tissue atau lap sekali pakai
s. Pasang pembalut wanita jika perlu
t. Buka sarung tangan kecuali jika seprei sangat kotor (pada keadaan ini,
sarung tangan dibuka setelah melepas seprei kotor tersebut, tapi harus
dibuka sebelum memasang seprei yang bersih kemudian cuci tangan).
u. Buka seprei bersih dari sisi yang dekat dengan bidan, selipkan
gulungan sisanya sedekat mungkin dengan tubuh pasien.
v. Pasang seprei bersih dengan menggulungnya bersama seprei kecil dan
perlak sekali pakai ke tempat yang sama.
w. Bantu pasien untuk berbalik menghadap bidan
x. Bidan memegang pasien saat asisten melepas seprei kotor dan
memasang seprei bersih dan memastikan tidak terdapat kerutan.

B. Prosedur Memandikan Bayi


1. Pengertian memandikan bayi
Memandikan bayi adalah suatu cara menjaga kebersihan
bayi baru lahir yang dilakukan oleh bidan

2. Tujuan
a. Memberikan rasa nyaman pada bayi
b. Menjaga kulit bayi agar tidak terkena penyakit kulit.

30
3. Implikasi
Bayi baru lahir

4.  Indikasi
Pada bayi sehat dan tidak sakit

5. Persiapan alat
a. Tempat mandi bayi – baskom besar dapat digunakan jika hanya
untuk memandikan bayi, selain baskom dapat juga digunakan
wastafel, meskipun penggunaan wastafel ini akan mengakibatkan
kelelahan pada punggung ibu.
b. Handuk – handuk ada yang memiliki sudut khusus untuk
mengeringkan kepala bayi (bila menggunakan handuk biasa, buat
lipatan memanjang kira-kira 25 cm, dapat ditarik untuk
mengeringkan kepala bayi).
c. Spons atau flanel atau waslap
d. Alat pengganti popok dan popoknya
e. Pakaian bayi
f. Celemek plastic (yang tidak licin)
g. Sarung tangan bersih (bila perlu)

6. Prosedur memandikan bayi


a. Dapatkan persetujuan tindakan dari orang tua
b. Siapkan alat dan ruangan
c. Cuci tangan dan pakai celemek (pakai sarung tangan bila terjadi
kontak dengan cairan tubuh)
d. Isi baskon mandi dan periksa suhu air
e. Buka pakaian bayi, biarakan popok tetap terpasang dan selimuti
bayi dengan handuk
f. Basuh wajah bayi dengan air bersih, menggunakan washlap atau
spons, jangan mengenai mata
g. Keringkan wajah dengan handuk, dengan cara menepuk-
nepuknya secara perlahan
h. Bila perlu cuci rambut bayi dengan air, gosok seluruh rambut
bayi secara perlahan dan keringkan
i. buka popok bayi, bersihkan genetalianya bila perlu
j. masukkan bayi kedalam air seperti yang telah dibahas
sebelumnya, gunakan tangan dominan untuk membasuh tubuh dan
anggota badan secara lembut dengan air
k Basuh punggung bayi
l Angkat bayi dari air menggunakan kedua tangan, berhati-hatilah
karena bayi licin
m. Selimuti bayi dengan handuk
n. Keringkan bayi dengan cepat dengan menepuk-nepuknya
secara perlahan, perhatikan daerah lipatan kulit (dapat

31
dilakukan diatas kasur atau dipangkuan bidan). Lakukan
perawatan pusar
o. Pakaikan popok dan pakaian bayi yang bersih
p.  Serahkan bayi kepada salah satu orang tua atau tempatkan di
tempat tidurnya
q. Buang air bekas mandi dan bereskn peralatannya
r.  Cuci tangan

32
DAFTAR PUSTAKA

Anik, Maryunani.2011.Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK).Jakarta


Timur:Cv Trans Info Media.Johnson, Ruth. Praktek Kebidanan.Jakarta:Ecg
Kedokteran.

33
BAB 6
Shampooing,Menyisir dan Merawat Kulit Kepala dan Rambut
Ketua : Qomariah Nur Rais
Anggota:
 Andi Rospina
 Ayu Agustina
 Firdayani Razak
 Meidayana Risifiliyani
 Sri Warsukni

34
A. Klasifikasi Rambut
Beberapa jenis rambut ini menutupi tubuh : rambut terminal
(rambut panjang, kasar, tebal, mudah dilihat pada kulit kepala, aksila, area
pubis, dan di janggut pria), dan rambut vellus (rambut kecil, halus, tipis
menutupi seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki).
Rambut kepala klien dapat berbentuk kasar atau halus, keriting
atau lurus, dan harus bercahaya, lembut dan liat atau mudah dibetuk.
Warna rambutpun bervariasi mulai dari hitam terang sampai warna abu-
abu dan dapat menunjukan parubahan karena pembilasan atau pewarnaan.
Pada lansia, rambut mereka menjadi abu-abu kusam, putih, atau kuning.
Juga tipis pada kulit kepala, aksila, dan area pubis. Pria pria lansia
mengalami kehilangan rambut wajah, sedangkan pada wanita lansia
banyak mengalami pertumbuhan rambut di dagu dan bibir atas.
Karakteristik rambut menurut perubahan perkembangan.
Sepanjang hidup, perubahan dalam perkembangan, distribusi, dan kondisi
rambut dapat mempengaruhi hygiene yang dibutuhkan seseorang. Berikut
ini perkembangan tumbuh rambut sesuai dengan usia:
1. Bayi
Bayi berambut sedikit atau tanpa rambut kepala saat lahir.
Rambut kepala tumbuh pada tahun pertama. Rambut badan yang
halus (lanugo) terdapat pada dahi, pipi, bahu, dan punggung.
2. Kanak-kanak
Rambut kepala mengilat, seperti sutera, kuat, dan elastis.
Rambut pada anak berkulit gelap lebih ikal dan kasar.
3. Usia kanak-kanak menengah sampai pubertas
Hormon androgen menyebabkan peningkatan ketebalan
rambut kepala dan menjadi gelap, pertumbuhan rambut pada
aksila dan daerah pubis pada sejenis kelamin, dan pertumbuhan
rambut wajah terdapat pada anak laki.
4. Remaja
Anak laki memperoleh tambah jumlah distribusi rambut
tubuh, seperti pada dada. peningkatan dalam aktivitas kelenjar
sebasea menyebabkan rambut berminyak.
5. Dewasa
Pria menjadi botak dengan kecenderungan genetiknya.
6. Lansia
Rambut aksila dan pubis berkurang pada wanita. Rambut
kepala menjadi tipis dan berubah warna yaitu abu-abu akibat
pengurangan melanin. Wanita lansia mungkin terdapat rambut
pada dagu dan wajah karena penurunan produksi esterogen. Pria
dapat mengalami kebotakan atau penyusutan garis rambut.

35
B. Perawatan Data Dasar
Konsep Perawatan Kulit Kepala dan Rambut, dan Hal-hal Yang
Berkaitan dengan Perawatan Kulit Kepala dan Rambut:
1. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa rambut dan bulu bisa
mengandung bakteri, in sangat penting bagi bidan atau perawat yang
merawat pasien yang lemah dengan luka terbuka dan mereka 1.
bertugas diruang operasi dan ruang persalinan (depkes RI 1989)
2. Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari
cara penampilan dan perasa mengenai rambutnya.
3. Pada rambut pasien imobilisasi akan terlihat menjadi kusut.
4. Perawatan rambut dilakukan pada pasien yang rambutnya kotor.
5. Rambut kotor dapat menjadi media berkembangnya bakteri dan
kuman yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit pada kulit kepala,
rambut kotor juga dapat mengurangi kesejahteraan pasien.
6. Pasien yang akan menjalani operasi, sebelum masuk ruang operasi
pasien harus dalam keadaan seluruh tubuh bersih, termasuk bersih
dalam hal kulit kepala dan rambutnya, karena ruang operasi adalah
ruang steril serta untuk menghindari terjadinya keadaan tidak steril
pada alat-alat yang seharusnya steril.
7. Mencuci rambut merupakan tindakan untuk menghilangkan kotoran
pada rambut dan kulit kepala dengan menggunakan sabun atau
sampoo kemudian dibilas dengan bersih dengan air bersih.
8. Mencuci rambut tidak hanya sekedar menghilangkan kotoran dan
membersihkan rambut pasien saja tapi juga dapat merangsang darah
di kulit kepala pasien sehingga pasien tampak lebih segar dan
memberikan perasaan senang pada pasien.

C. Identifikasi Masalah
1. Masalah integritas kulit berkaitan dengan adanya laserasi kulit kepala
attar gigitan serangga
2. Kutu (Tinea Kapitis) menularkan berbagai penyakit pada manusia

D. Tindakan-tindakan Perawatan Kulit Kepala dan Rambut


Dalam melakukan tahap shampooing dikenal juga ada juga 3 tahap
lain, seperti:
1. Menyisir Rambut
a..Persiapan Alat:
1). Handuk alas
2). Sisir
3). Karet pengikat (bila perlu), air, minyak rambut, kertas
dan bengkok yang berisi Lysol 2%

36
b. Tindakan
1). Beritahukan dan meminta izin dengan tindakan yang
ingin dilakukan
2). Anjurkan pasien untuk duduk bila mungkin
3). Rambut dibagi dua dan disisir sedikit demi sedikit dari
ujung ke pangkal
4). Setelah licin, jalin atau rapikan dan ikat (bila rambut
pasien pasien panjang)
5). Kumpulkan rambut yang rontok dan bungkus dengan
kertas
6). Bereskan alat-alat

2. Mencuci Rambut Pasien


a. Persiapan Alat:
1). Handuk
2). Perlak pengalas
3). Ember berisi air hangat
4). Perlak sebagai alat/alat pencuci rambut
5). Ember kosong
6). Sampo/sabun, sisir dan kapas
7). Hair dryer (bila tersedia)
8). Kain kasa
9). Kapas
10). Celemek untuk petugas
b. Tindakan
1) Tahap Pra Interaksi
2) Melakukan pengecekan program terapi
3) Mencuci tangan
4) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
5) Tahap Orientasi
6) Memberikan salam dan menyapa nama pasien
7) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
8) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
9) Tahap Kerja
10) Cuci tangan
11) Menjaga privacy
12) Mengenakan sarung tangan dan celemek
13) Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
14) Pasang perlak pengalas dibawah kepala dipinggir
tempat tidur
15) Pasang talang/alat pencuci rambut dan arahkan ke
ember kosong

37
16) Tutup telinga dengan kapas, tutup mata dengan kain
kasa dan dada dengan handuk sampai leher
17) Basahi rambut dengan air hangat
18) Cuci rambut dengan sampo/sabun
19) Bilas beberapa kali dengan air hangat
20) Melepas kain kasa penutup mata dan kapas penutup
telinga
21) Keringkan rambut dengan handuk
22) Angkat perlak pengalas dan talang, lalu masukkan
dalam ember
23) Sisir rambut pasien, sambil keringkan dengan handuk
atau hair dryer
24) Rapikan kembali tempat tidur
25) Bersihkan alat dan kembalikan pada tempatnya
26) Cuci tangan
27) Sikap bidan dalam melakukan tindakan mencuci
rambut pasien, hendaknya ramah, hormat, sopan dan
hati-hati

c. Tahap Terminasi
1). Mengevaluasi hasil tindakan
2). Berpamitan dengan pasien
3). Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4). Mencuci tangan
5). Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan).

38
DAFTAR PUSTAKA

Perry, Anne griffin, Potter, Patricia A.2006: Buku Ajar Fundamental


Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik Volume 1. Jakarta:EGC

39
BAB 7
VULVA HYGIENE
Ketua : Asri Ainun
Anggota :
 Isabella
 Arsyinintia Adiputri
 Septiani
 Seri Wahyuni
 Nurlisa

40
A. Pengertian Perawatan Perineum
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya
pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya
sendiri.Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya,karena
hipertensi,pemberian infus,section caesarea) harus dimandikan setiap hari
dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan
pada waktu sesudah selesai membuang hajat.Meskipun ibu yang akan
bersalin biasanya masih muda dan sehat,daerah daerah yang tertekan tetap
memerlukan perhatian serta perawatan protektif.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali
sehari),biasanya daerah perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air
dalam botol atau wadah lain yang disediakan khusus untuk keperluan
tersebut.Penggantian tampon harus sering dilakukan,sedikitnya sesudah
pencucian perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis
menggunakan pispot.Payudara harus mendapatkan perhatian khusus pada
saat mandi yang bisa dilakukan dengan memakai spons atau shower dua
kali sehari.Payudara dibasuh dengan menggunakan alat pembasuh muka
yang disediakan khusus untuk keperluan ini.Kemudian masase payudara
dilakukan dilakukan dengan perlahan – lahan dan puting secara hati – hati
ditarik keluar.Jangan menggunakan sabun untuk membersihkan putting.
Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin
perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas
mons veneris, terletak didepan simpisis pubis, labia mayora yang
merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora, dua
lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil
yang serupa dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di
sekitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan anus.

B. Tujuan perawatan perineum


Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002),adalah
mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan
jaringan.Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001),adalah pencegahan
terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari
setelah kelahiran anak atau aborsi.

C. Bentuk Luka Perineum


Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau

41
bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton,
2002).
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk
memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya
kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).Episiotomi,suatu tindakan yang
disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan
meregang.Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan
robek teregang oleh kepala janin,harus dilakukan infiltrasi perineum
dengan anestasi lokal,kecuali bila pasien sudah diberi anestasi
epiderual.Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau
mediolateral.Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak
banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih
mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses
persalinan yaitu :
a. Episiotomi medial
b. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
a. Tuberositas ischii
b. Arteri pudenda interna
c. Arteri rektalis inferior

D. Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi
organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari
perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut)
(Feerer, 2001).
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum
adalah
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan
bau.

E. Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
1. Saat mandi
Pada saat mandi,ibu post partum pasti melepas
pembalut,setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi

42
kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut,untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut,demikian pula pada perineum ibu,untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.

a. Setelah buang air kecil


Pada saat buang air kecil,pada saat buang air kecil
kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
b. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar,diperlukan pembersihan
sisa-sisa kotoran disekitar anus,untuk mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
dan perineum secara keseluruhan.

F. Indikasi dan kontra indikasi


Indikasi : Dikhususkan pada area genital yang terkena
edema
Kontra indikasi : berikan perhatian pada wanita yang mengalami
menstruasi

G. Persiapan alat
Alat dan bahan :
1. Kapas sublimat atau desinfektan
2. Pinset
3. Bengkok
4. Pispot
5. Tempat cebok yang berisi larutan
6. Desinfektan sesuai dengan kebutuhan
7. Pengalas
8. Sarung tangan

H. Prosedur kerja
Adapun prosedur perawatan vulva hygiene, yaitu :
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien (manusia coba) dengan dorsal recumben
4. Pasang pengalas dan pispot diletakkan pada bokong pasien
5. Gunakan sarung tangan

43
6. Lakukan tindakan hygiene vulva dengan tangan kiri membuka vulva
memakai kapas sublimat dan tangan kanan menyiram vulva dengan
larutan desinfektan. Membersihkan vulva harus secara searah dari
atas kebawah dan tidak boleh dibolak balik.
7. Kemudian ambil kapas sublimat dengan pnset lalu bersihkan vulva
dari atas atau ke bawah dan kapas kotor dibuang ke bengkok.
Lakukan hingga bersih
8. Setelah selesai,ambl pispot dan atur posisi pasien
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

44
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika:


Jakarta
Diposkan oleh ReYni Teen di 13.55

Carperito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC: Jakarta

NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika

Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori &
Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.

Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan


edisi 3. Salemba:Medika.

Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran Kozier. Fundamental of Nursing

45

Anda mungkin juga menyukai